Paranoid, AS Larang Keras Muslim Tunaikan Zakat
WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Dengan "kekuasaan mutlak", perang melawan teror oleh pemerintahan George W. Bush telah melemahkan yayasan amal Muslim Amerika untuk menyediakan bantuan kemanusiaan dan "mendinginkan" upaya Muslim AS yang ketakutan untuk mempraktikkan ajaran agamanya melalui kegiatan amal, ujar salah satu organisasi yang menangani persoalan-persoalan hak asasi.
ANAHEIM, CALIFORNIA (Berita SuaraMedia) – Kantor wilayah Greater Los Angeles Dewan Hubungan Amerika-Islam (Council on American-Islamic Relations / CAIR-LA), bersama dengan anggota komunitas Muslim Riverside, ikut serta dalam sebuah reli pada hari Sabtu sebagai bentuk perlawanan terhadap kelompok neo-Nazi yang telah berkumpul untuk memprotes buruh siang hari.
"Penerapan hukum pendanaan "terorisme" oleh pemerintah federal telah secara tak seimbang mempengaruhi kegiatan amal umat Muslim," American Civil Liberties Union (ACLU) mengungkapkan dalam sebuah laporan yang dikeluarkan hari ini, Kamis 26 Mei.
Laporan yang berjudul "Menghalangi Keyakinan, Membekukan Amal" itu menemukan bahwa perang AS melawan terorisme telah menimbulkan pukulan telak bagi kegiatan amal umat Muslim yang mengakibatkan mereka menjadi subyek salah sasaran, pelecehan, dan intimidasi.
ACLU melakukan 120 wawancara, sebagian besar dengan pemimpin-pemimpin komunitas Muslim dan pejabat-pejabat dari yayasan-yayasan amal.
Dari wawancara itu ditemukan bahwa hampir semua yayasan amal yang terkena hukum pendanaan teror adalah milik warga Muslim.
"Dari sembilan yayasan amal berbasis di AS yang asetnya dibekukan Departemen Keuangan, tujuh di antaranya adalah yayasan amal Muslim."
Banyak yayasan amal Muslim lainnya yang terpaksa tutup akibat razia dan investigasi polisi secara publik yang demikian parah.
"Dalam beberapa kasus, pemerintah AS telah mencoreng reputasi yayasan amal Muslim, organisasi komunitas Muslim, dan kolega-kolega yayasan itu tanpa memberikan kesempatan bagi organisasi-organisasi atau individu-invidu tersebut untuk membersihkan namanya."
ACLU menyalahkan pemerintahan Bush karena memberikan "kekuasaan mutlak" secara luas kepada Departemen Keuangan untuk melabeli yayasan amal sebagai "organisasi teroris".
"Meskipun seringkali disertai dengan bukti-bukti yang lemah, jika mengacu pada pelabelan yayasan amal sebagai kriminal atau merazia mereka, pemerintahan Bush secara terbuka mengumumkan tindakan tersebut sebagai sebuah kesuksesan."
Sejak serangan 9/11, pemerintah AS telah menuduh yayasan amal Muslim mendanai gerakan Islam.
Tekanan tersebut telah memaksa banyak yayasan amal menghentikan pengiriman bantuan ke sejumlah panti asuhan di negara-negara Muslim agar mereka dapat mempertahankan kelangsungan organisasinya di AS.
Tahun 2005, koalisi pemimpin-pemimpin Muslim Amerika meminta pejabat pemerintah federal mengeluarkan "white list" untuk yayasan-yayasan amal Muslim Amerika yang bersih agar mereka dapat memberikan sumbangan tanpa takut akan adanya tuntutan atau investigasi, namun pejabat Keuangan menolaknya.
Suasana Ketakutan
ACLU melaporkan bahwa implikasi dari penargetan yayasan amal Muslim sangat parah di antarakomunitas Muslim AS.
"Aksi pemerintah telah menimbulkan suasana ketakutan dan merenggut kebebasan umat Muslim melaksanakan ajaran agamanya melalui pemberian sumbangan, atau zakat, salah satu dari lima rukum Islam," ujar salah satu organisasi.
Laporan itu menggambarkan bagaimana hukum "anti-teror" telah membuat warga Muslim yang taat hukum menjadi takut menjalankan kewajibannya.
Dalam berbagai wawancara dengan donatur-donatur Muslim, ACLU mendokumentasikan rasa takut umat Muslim akan penahanan, penuntutan, penargetan, deportasi, atau penolakan kewarganegaraan karena alasan sumbangan amal.
"Banyak Muslim AS yang melaporkan bahwa suasana ketakutan itu telah membuat segalanya menjadi mustahil bagi mereka memenuhi kewajiban religiusnya untuk memberikan zakat sesuai keyakinannya dan untuk bersilaturahmi dengan sesama Muslim."
Laporan itu juga menyalahkan pemerintahan sebelumnya karena membelenggu kebebasan Muslim Amerika yang dilindungi secara konstitusional dengan adanya kebijakan semacam itu.
"Kebijakan-kebijakan dan praktik semacam ini tidak adil dan efektif, juga melemahkan nilai-nilai AS tentang keadilan."
Meskipun tak ada jumlah pasti, Muslim AS diperkirakan berjumlah antara enam hingga tujuh juta.
Tidak hanya itu, laporan ACLU juga mengingatkan bahwa hukum yang diskriminatif itu juga melukai keamanan nasional AS sendiri.
"Banyak pemimpin dan anggota komunitas Muslim AS yang menekankan bahwa penerapan hukum perlawanan terhadap kekerasan yang tidak proporsional terhadap yayasan amal Muslim merupakan bukti adanya diskriminasi, penargetan terhadap umat Muslim berdasarkan agama," jelas ACLU.
"Praktik-praktik semacam itu telah melemahkan posisi AS di hadapan dunia Islam dan menyulut tuduhan dari kelompok-kelompok radikal bahwa AS memusuhi Islam dan Muslim."
Dalam pidatonya di hadapan dunia muslim pada tanggal 4 Juni, presiden Barack Obama telah mengakui adanya praktik-praktik keliru terhadap yayasan-yayasan amal Muslim dan berjanji akan meninjau ulang hukum anti teror mereka.
"Di AS, peraturan-peraturan pemberian sumbangan telah menyulitkan umat Muslim untuk memenuhi kewajiban religiusnya," ujar Obama.
"Karena itulah saya berkomitmen untuk bekerja sama dengan umat Muslim AS untuk meyakinkan bahwa mereka dapat menunaikan zakat." (ri/iol) www.suaramedia.com
Magnet Keindahan Islam Sedot Perhatian Ceko
PRAHA (Berita SuaraMedia) – Belum lama ini, kata "Muslim" dan "Ceko" adalah dua kubu yang berlawanan dan hampir tidak mungkin dapat digunakan bersama-sama. Tetapi sekarang, dua dekade setelah kejatuhan rezim yang Komunis di Cekoslovakia, umat Islam bertambah dalam jumlah, menjadi lebih aktif dan mendirikan organisasi baru untuk mewakili mereka.
"Kira-kira 300 orang datang ke mesjid utama dan sedikitnya 200 datang ke ruang sembahyang di pusat," ujar Vladimir (Umar) Sanka, salah satu dari pengelola utama masjid dan ruang sembahyang di Praha, kepada IOL.
Dia mengatakan bahwa jumlah umat Islam yang perlahan-lahan tapi pasti berkembang di Republik Ceko.
"Ruang shalat terlalu penuh sehingga setiap Jumat kita telah dipaksa untuk melakukan dua shalat Jumat dan ceramah sehingga semua umat Islam bisa muat."
Masjid tersebut harus menyewa sebuah ruang olahraga untuk Idul-Adha, salah satu dari dua hari besar pada kalender Islam untuk mengakomodasi 1500 Muslim yang hadir.
Peningkatan muslim ini terkait dengan meningkatnya jumlah yang Warga Cekoslovakia merangkul kepercayaan Islam.
"Di masjid kami di Praha kita menghormati dan senang menjadi saksi setiap ada mualaf baru, peristiwa yang hampir setiap minggu terjadi," ujar Sanka.
Terakhir tercatat di tahun 2007, jumlah umat Islam adalah sekitar 12.000, namun catatan terakhir memperkirakan ada sekitar 20.000, termasuk 400 mualaf.
Organisasi Muslim resmi pertama, Islam Foundation didirikan pada tahun 1991.
Pada tahun 1998 ia membuka masjid pertama di Brno dan satu tahun kemudian di Praha.
Ada juga upaya untuk membangun mesjid di kota-kota kecil, terutama kota-kota di Spa yang terkenal dengan penduduk Arabnya, tapi rencana ini telah mendapatkan perlawanan dari masyarakat dan gereja.
Islam itu sendiri tidak sah diterima sebagai agama oleh negara Ceko sampai 2004.
Hingga baru-baru ini, masjid di kota Praha dan Brno adalah satu-satunya badan resmi yang mewakili umat Islam di Republik Ceko.
Tapi sekarang organisasi yang baru muncul untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang dan semakin beragam komunitas Muslim.
Mohamed Abbas, seorang tokoh media terkenal dan penerbit sastra Islam, termasuk Alquran dan terjemahan Riyad us Saalihiin, satu-satunya kitab hadits yang sampai saat ini diterbitkan dalam bahasa Ceko.
Abbas sekarang juga salah satu pendiri dari sebuah organisasi baru yang disebut Islamic Community, yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak kegiatan untuk umat Islam.
Islamic Community saat ini sedang dalam proses pengumpulan 300 tanda tangan yang diperlukan untuk menjadi badan yang diakui secara resmi, yang akan menjadikannya badan resmi Islam kedua di Republik Ceko yang berhak mendapatkan pendanaan dari negara.
"Organisasi yang ada saat ini hanya mewakili setengah jumlah umat Islam di negara ini dan tidak mencakup semua orang," Abbas mengatakan kepada IOL.
"Kami ingin mengubah hal ini dan menciptakan sebuah organisasi untuk semua, dan satu yang benar-benar demokratis dan transparan."
Abbas optimistis untuk mengumpulkan sekitar 300 tanda tangan.
"Jumlah umat Islam di sini pasti meningkat, terutama setelah Republik Ceko bergabung dengan Uni Eropa, dan mereka tertarik melihat organisasi yang aktif melayani mereka."
Registrasi negara akan memberikan lingkup organisasi yang lebih luas.
Organisasi tersebut akan dapat menyewa, membangun dan mengelola pusat-pusat Islam, mendirikan sekolah-sekolah Islam dan setelah 10 tahun dapat meminta hak-hak khusus lainnya seperti mengurusi kebutuhan rohani umat Islam dalam tentara dan penjara serta dukungan dari negara untuk pernikahan Islam dalam masjid.
Facebook Islam
Organisasi lain yang sepenuhnya baru, yang sangat berbeda dari yang sudah ada, adalah Group Facebook baru yang disebut Muslim dari Republik Ceko, yang dibuat oleh seorang mualaf berusia 21 tahun, Jitka Cervinkova.
Ketika pertama Jitka masuk Islam pada bulan September tahun lalu dia mencari Facebook untuk sekelompok umat Islam di negaranya.
Ketika dia tidak menemukan apapun, dia memutuskan untuk membuat satu.
Sejak penciptaan pada bulan November 2008, grup ini telah berkembang dengan pesat dan sekarang memiliki lebih dari 300 anggota.
"Saya rasa Facebook bagus untuk bertemu umat Islam lainnya karena saya tidak pernah benar-benar pergi ke masjid di Praha karena terlalu jauh untuk saya dan sepertinya perempuan yang ada di sana adalah ibu-ibu dengan anak-anak," katanya kepada IOL.
"Saya tidak bertemu semua gadis muda seusia saya saat mengunjungi masjid."
Sekarang Jitka, bersama dengan administrator kelompok tersebut, dihadapkan dengan tanggung jawab yang besar untuk menjadi pemimpin kelompok Muslim di negara ini yang paling cepat berkembang, dan mungkin paling berpengaruh.
"Saya merasa bahwa masyarakat Muslim di Republik Ceko meningkat pada kecepatan besar, meskipun saya tidak tahu statistiknya tapi saya merasa saya bertemu lebih banyak pemuda Muslim di sini setiap hari."
Group Facebook yang telah menarik banyak generasi muda yang terdiri dari mualaf Ceko dan Muslim dari negara lain, seperti dunia Arab atau Bosnia, yang tinggal atau belajar di Republik Ceko maupun non-muslim yang tertarik untuk mempelajari Islam.
Jitka, yang biasanya sibuk belajar untuk mendapatkan gelar di Studi Timur Tengah dan Arab, kini juga menemukan waktu untuk mengelola kegiatan dan topik yang dikirim ke grup.
Sampai saat ini grup ini menjadi tuan rumah kegiatan sosial bagi para anggotanya dan juga mengadakan acara menonton film untuk masyarakat umum.
Relawan dari grup menerjemahkan film tentang Islam dari bahasa Inggris dan menjawab pertanyaan tentang Islam kepada khalayak non-muslim.
"Kami punya banyak ide untuk proyek-proyek dan kegiatan kami," kata Jitka, menekankan perlunya dana dan sponsor yang dapat membantu.
"Kami berharap untuk mengorganisir sebuah pameran tentang Islam, serta menyiapkan warung informasidengan selebaran dan informasi," katanya dengan antusias.
"Kami ingin terus mengadakan ceramah dan umumnya mengadakan acara yang menggambarkan Islam dalam cahaya yang positif kepada publik." (iw/iol) www.suaramedia.com
Muslim California Gelar Aksi Tandingan Atasi Neo-Nazi
Penyelenggara protes tandingan ini mengatakan bahwa lebih dari 600 anggota dengan berbagai keyakinan agama dan latar belakang bergabung dalam reli untuk menyuarakan perlawanan terhadap kebencian dan fanatisme yang dianut oleh neo-Nazi.
Direktur eksekutif CAIR-LA Hussam Ayloush, yang ikut dalam reli bersama anak-anaknya, mengatakan:
"Penting bagi semua warga Amerika – baik itu Muslim, Yahudi, Kristen, Asia, Latin, Afrika-Amerika, atau yang lainnya – untuk dengan kuat dan tegas menyuarakan perlawanan terhadap kebencian dan fanatisme mereka yang ingin mendehumanisasikan orang lain."
"Saya membawa serta anak-anak saya yang telah remaja ke protes tandingan ini untuk memastikan bahwa mereka tidak akan pernah meremehkan pengorbanan para aktivis hak-hak sipil seperti Dr. Martin Luther King Jr., Malcolm X dan Cesar Chavez.
"Dengan krisis ekonomi yang terus berlanjut, kelompok-kelompok anti-imigran dan rasis semakin mempromosikan sentimen anti-imigran dengan menyalahkan mereka secara tidak adil – baik yang legal maupun ilegal – karena mencuri lapangan kerja rakyat Amerika."
"CAIR-LA menolak pengkambinghitaman seperti itu dan menyerukan dilakukannya reformasi imigrasi yang memelihara harga diri dan menghormati para imigran serta keluarga mereka."
Kelompok neo-NAZI, Gerakan Sosialis Nasionalis, menggelar sebuah reli bulan lalu namun dihadang oleh ratusan pemrotes tandingan.
Awal bulan ini, umat Yahudi di Kuil Beth El di Riverside mengalami intimidasi dan pelecehan oleh kelompok neo-Nazi yang memegang tanda dan bendera bergambar swastika Nazi di depan sinagog.
CAIR-LA bersama dengan Islamic Center Riverside dan Masyarakat Islam Corona/Norco mengecam keras pelecehan rasis terhadap umat Yahudi itu. Bersama dengan 20 organisasi lainnya, CAIR-LA merencanakan sebuah protes tandingan terhadap reli neo-Nazi itu pada tanggal 24 Mei.
"Kami mengecam keras segala upaya untuk mengintimidasi atau mengganggu ketenangan para umat yang sedang mempraktikkan haknya untuk bebas beribadah di Kuil Beth El," ujar Hussam Ayloush.
"Kami berdiri di samping tetangga Yahudi kami dan menyampaikan rasa simpati, dukungan, serta persahabatan."
Ayloush mengatakan bahwa para pemimpin dan perwakilan komunitas Muslim juga berencana mengunjungi Kuil Beth El untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap umat Yahudi
"Kota Riverside dan penduduknya tetap bersatu dalam menghadapi fanatisme semacam itu," ujar Dr. Mustafa Kuko, direktur relijius Islamic Center Riverside. (rin/et/sf) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar