Kenalilah Esensi Ajaran Pemisahan Negara dengan Agama
Senin, 09/05/2011 12:31 WIB | email | print. http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/kenalilah-esensi-ajaran-pemisahan-agama.htm
oleh Buya Hamka
Trudeu menulis dalam bukunya, "Bangsa Yang Terkurung", bahwa asal usul keluar gagasan, "Pemisahan Negara Dengan Gereja", ini dari kalangan Katholik Jerman. Sesudah mereka melihat kemenangan kaum Protestan dalam percaturan politik.
Kaum Katholik memperjuangkan pemisahan itu, karena takut kalau-kalau kemenangan mayoritas Protestan itu akan menindas hak minoritas Katholik. Juga kita mengetahui betapa dahsyatnya peperangan yang terjadi antara Protestan dan Katholik, seperti yang terjadi di Irlandia, yang berlangsung berpuluh tahun. Bahkan, peperangan antara Protestan-Katholik itu, sampai membawa raja mereka masing-masing. Kedua agama itu, pengikutnya antara Protestan - Katholik, saling menghancurkan.
Peperangan antara kedua agama itu, baru berhenti sesudah berlangsung selama 30 tahun, sesudah adanya perdamaian Westfalia di tahun 1810, dan kemudian dilanjutkan lagi dengan Convenrentie Weenen sesudah jatuhnya Napoleon.
Esensi perjanjian Westfalia itu, antara lain :
Pertama, persamaan hak antara kerajaan - kerajaan Eropa, baik dari penganut Katholik atau pun Protestan.
Kedua, hapuskan pengaruh Paus dari negara. Sehingga, bebaslah negara-negara itu melakukan tindakan sendiri, baik menentukan agamanya atau menentukan kebijakan politiknya.
Dalam pejanjian itu ditekankan bahwa "Hak-hak Persamaan", ini hanya terdapat antara kerajaan - kerajaan Kristen saja.
Sementara itu, terhadap kerajaan-kerajaan Islam, terutama seperti Kerajaan Ostmasni di Istambul, Kerajaan Islam yang merdeka di Maroko, tidak masuk dalam hal itu. Pendeknya dipandang tidak ada. Malahan dipandang sebagia objek yang akan dibagi-bagi.
Sementara itu, Convenrentie Weenen adalah atas undangan Paus sendiri. Dua hasil yang paling pokok dari Konferensi itu :
Pertama, perseimbangan kekuatan Eropa.
Kedua, "Sumpah Suci". Maksudnya ialah memperkokoh seni akhlak Nasrani ke dalam dan keluar. Kedalam ialah dengan memperkuat masing-masing pemerintahan negara. Keluar, memperkokoh hubungan diplomasi dan secara rahasia menyatukan siasat dalam menghadapi Turki Islam!
Lodewiyck XVIII langsung memasuki Persekutuan itu, dan dengan kembalinya kelaurga Bourbon menduduki Takhta Kerajaan Perancis dan hancurnya kekaisaran Napoleon.
Belumlah lagi, Kristen sebagai agama ditolak, baik di Eropa maupun di Amerika. Beberapa negara Eropa masih saja menuliskan undang-undang dasarnya tentang agamanya yang resmi. Katholik ataupun Protestan.
Protestan dari kalangan Lutheran atau Calvinist. Kepala Negara atau Raja masi tetap disebut pembela agama, atau memerintah atas "Kehendak Tuhan". Agma sebagai sumber moral belum pernah mereka tolak. Yang mereka tolak hanyalah Kekuasaan Paus se bagai Daulat Yang Maha Tinggi, Pemegang Kunci Surga. Atau yang mereka tolak ialah campur tangan golongan pendeta di setiap negara.
Salah satu yang direvolusikan oleh Perancis terhadap Kerajaan Dynasti Bourbon ialah Perdana Menteri seorang Kardinal. Dan dari waktu itu pulalah terdengar propaganda harus ada "toleransi", karena perbedaan agama. Karena ketika itu kebencian memuncak diantara Protestan dan Katholik msih sangat dirasakan. Sampai terjadi perang antara pengikut Protestan dan Katholik di Irlandia, yang berlangsung dalam waktu yang panjang.
Para ahli fikir dan ahli-ahli negara merekapun masih berpendapat dalam bentuk Kristen yang sekarang, adalah agama moral, bukan agama yang mengandung syari'at.
Selanjutnya, dalam perkembangannya, gagasan "Pemisahan Negara dengan Gereja", (bukan dengan agama), kitapun dapat menyaksikan bagaimana kegiatan Negara-negara Barat itu menyebarkan agamanya ke negeri-negeri Muslim yang mereka jajah atau mereka pengaruhi.
Begitulah di semua negeri, dahulu di zaman penjajahan, dan sekarang setelah negeri-negeri itu merdeka, usaha pengkristenan itu lebih berlipat ganda lagi. Di luar dikampanyekan : "Tirulah kami!". Pisahkan agamau dengan negaramu! Menurut mereka menyebarkan agama Kristen ke negeri-negeri Muslim , adalah "Mission Sacre" (Kewajiban Rohani) yang sangat luhur. Sedang di dalam negara mereka, mereka menuliskan : "Pemisahan Negara dengan Gereja."
Ajaran yang bathil itu sekarang mau dicangkokkan kepada kaum Muslimin di negeri-negeri Muslim dengan kekuatan mereka. Wallahlu'alam.
- Selasa, 6 Jumaadits Tsani 1432/10 Mei 2011
Carilah Jalan Menuju Hidayah Rabbmu
oleh Aidh Abdullah al-Qarni
Abud Dzar yang menyambut seruan dakwah Nabi Shallahu alaihi wa sallam, sesudah Nabi menyebarkan kepadanya dengan sederhana lgi mudah seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Sesudah itu Abu Dzar ra langsung pergi ke bukit Shafa, lalu berteriak : "Hai orang-orang Quraiys, aku telah mengakui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah".
Kalimat sangat menyengat perasaan pemimpin yang melampaui batas dari kalangan orang-orang kafir Quraiys. Mereka berdatangan kepadanya dari segala penjuru dan langsung memukulinya beramai-ramai, hinga hampir saja Abu Dzar tak sadarkan diri dan tubuhnya bermandikan darah. Rasul pun datang kepadanya,sedang tubuhnya penuh dengan darah, karena luka pukulan mereka dan keadaannya seakan-akan mengatakan :
"Jika memang menyenangkan hatimu apa yang telah dilakukan oleh orang yang dengki kepada kami, maka luka ini tidak lah terasa sakit , jika engkau merasa ridha kepadaku".
Rasul Shallahu alaihi wa sallam tersenyum dan bersabda : "Aku tidak memerintahkan ini kepadamu".
Apa artinya pembelaan seperti ini? Apa artinya pengobanan seperti ini?
Selanjutnya, Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda : "Sekarang pulanglah ke kampung kaummu. Sampai bersua nanti!
Abu Dzar ra pulang dan menebarkan hidayah kepada kaumnya, karena sesungguhnya seorang muslim pada hari dia masuk Islam, tujaun agar dengan Dia memberi petunjuk kepada banyak orang, karena manusia sangat membutuhkan seruan dakwahnya.
"Engkau adalah perbendaharaan mutiara, dan pertama dalam kemelut dunia, meskipun mereka tidak mengenalmu. Engkau adalah dambaan semua generasi, mereka merindukan seruanmu yang tinggi, meskipun tidak mendengarmu".
Abu Dzar bangkit dan mengumpulkan semua kabilahnya di padang sahara, lalu berkata kepada mereka : "Darahku haram bagi darahmu, tubuhku haram bagi tubuhmu, dan harta haram bagi hartamu, sebelum kamu beriman kepada Allah", tegas Abu Dzar. Selanjutnya, Abu Dzar menerankgan agama Islam, seperti yang didengarnya dari Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
Belum lagi ia tidur pada malam itu telah beriman sebanyak 70 keluarga berikut dengan kaum wanita, kaum pria, dan anak-anak mereka. Selanjutnya, Abu Dzar menghadap ke rah sebuah pohon yang ada di sana dan dia mulai bermeditasi, karena sesungguhnya dia belum mengetahui shalat dan memang shalat waktu itu belum difardhukan.
Ketika Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, tiba-tiba datang Abu Dzar di barisan paling depan dari kaummnya yang telah beriman. Para shahabat pun keluar. Mereka mengira bahwa di sana ada pasukan musuh yang datang dengan maksud menyerang kota Madinah.
Nabi Shallahu alaihi wa sallam keluar pula bersama dengan para shahabatnya dan ternyata yang datang adalah Abu Dzar, seorang lelaki yang hidup atas dasar kalimah "laa ilaaha illalloh", dan bersujud kepada Tuhan yang telah menurunkan kalimah "laa ilaaha illalloh", sed ang dibelakangnya adalah para muridnya yang telah berhasil diislamkannya.
Setelah melihat kedatangan peringatan dini yagn membawa berita gembira alias Abu Dzar ra ini, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, tersenyum :
"Tiada seorang pun yang bernaung di kolong langit dan bercokol diatas hamparan bumi ini lebh jujur ucapannya, selain Abu Dzar", ujar Rasul Shallahu alaihi wa sallam.
Jadi, penyebab yang paling besar bagi seorang hamba untuk meraih hidayah ialah bila mempunyai keinginan yang keras untuk mendapatkannya sebagaimana yang disebutkan dlam firman-Nya :
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepad mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar berserta orang-orang yang berbuat baik". (QS : al-Ankabut : 69).
Abud Dzar yang menyambut seruan dakwah Nabi Shallahu alaihi wa sallam, sesudah Nabi menyebarkan kepadanya dengan sederhana lgi mudah seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Sesudah itu Abu Dzar ra langsung pergi ke bukit Shafa, lalu berteriak : "Hai orang-orang Quraiys, aku telah mengakui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah".
Kalimat sangat menyengat perasaan pemimpin yang melampaui batas dari kalangan orang-orang kafir Quraiys. Mereka berdatangan kepadanya dari segala penjuru dan langsung memukulinya beramai-ramai, hinga hampir saja Abu Dzar tak sadarkan diri dan tubuhnya bermandikan darah. Rasul pun datang kepadanya,sedang tubuhnya penuh dengan darah, karena luka pukulan mereka dan keadaannya seakan-akan mengatakan :
"Jika memang menyenangkan hatimu apa yang telah dilakukan oleh orang yang dengki kepada kami, maka luka ini tidak lah terasa sakit , jika engkau merasa ridha kepadaku".
Rasul Shallahu alaihi wa sallam tersenyum dan bersabda : "Aku tidak memerintahkan ini kepadamu".
Apa artinya pembelaan seperti ini? Apa artinya pengobanan seperti ini?
Selanjutnya, Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda : "Sekarang pulanglah ke kampung kaummu. Sampai bersua nanti!
Abu Dzar ra pulang dan menebarkan hidayah kepada kaumnya, karena sesungguhnya seorang muslim pada hari dia masuk Islam, tujaun agar dengan Dia memberi petunjuk kepada banyak orang, karena manusia sangat membutuhkan seruan dakwahnya.
"Engkau adalah perbendaharaan mutiara, dan pertama dalam kemelut dunia, meskipun mereka tidak mengenalmu. Engkau adalah dambaan semua generasi, mereka merindukan seruanmu yang tinggi, meskipun tidak mendengarmu".
Abu Dzar bangkit dan mengumpulkan semua kabilahnya di padang sahara, lalu berkata kepada mereka : "Darahku haram bagi darahmu, tubuhku haram bagi tubuhmu, dan harta haram bagi hartamu, sebelum kamu beriman kepada Allah", tegas Abu Dzar. Selanjutnya, Abu Dzar menerankgan agama Islam, seperti yang didengarnya dari Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
Belum lagi ia tidur pada malam itu telah beriman sebanyak 70 keluarga berikut dengan kaum wanita, kaum pria, dan anak-anak mereka. Selanjutnya, Abu Dzar menghadap ke rah sebuah pohon yang ada di sana dan dia mulai bermeditasi, karena sesungguhnya dia belum mengetahui shalat dan memang shalat waktu itu belum difardhukan.
Ketika Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, tiba-tiba datang Abu Dzar di barisan paling depan dari kaummnya yang telah beriman. Para shahabat pun keluar. Mereka mengira bahwa di sana ada pasukan musuh yang datang dengan maksud menyerang kota Madinah.
Nabi Shallahu alaihi wa sallam keluar pula bersama dengan para shahabatnya dan ternyata yang datang adalah Abu Dzar, seorang lelaki yang hidup atas dasar kalimah "laa ilaaha illalloh", dan bersujud kepada Tuhan yang telah menurunkan kalimah "laa ilaaha illalloh", sed ang dibelakangnya adalah para muridnya yang telah berhasil diislamkannya.
Setelah melihat kedatangan peringatan dini yagn membawa berita gembira alias Abu Dzar ra ini, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, tersenyum :
"Tiada seorang pun yang bernaung di kolong langit dan bercokol diatas hamparan bumi ini lebh jujur ucapannya, selain Abu Dzar", ujar Rasul Shallahu alaihi wa sallam.
Jadi, penyebab yang paling besar bagi seorang hamba untuk meraih hidayah ialah bila mempunyai keinginan yang keras untuk mendapatkannya sebagaimana yang disebutkan dlam firman-Nya :
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepad mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar berserta orang-orang yang berbuat baik". (QS : al-Ankabut : 69).
- Selasa, 6 Jumaadits Tsani 1432/10 Mei 2011
Carilah Jalan Menuju Hidayah Rabbmu
Senin, 02/05/2011 13:07 WIB | email | print. http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/carilah-jalan-menuju-hidayah-rabbmu.htm
oleh Aidh Abdullah al-Qarni
Abud Dzar yang menyambut seruan dakwah Nabi Shallahu alaihi wa sallam, sesudah Nabi menyebarkan kepadanya dengan sederhana lgi mudah seperti yang telah diterangkan sebelumnya. Sesudah itu Abu Dzar ra langsung pergi ke bukit Shafa, lalu berteriak : "Hai orang-orang Quraiys, aku telah mengakui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah".
Kalimat sangat menyengat perasaan pemimpin yang melampaui batas dari kalangan orang-orang kafir Quraiys. Mereka berdatangan kepadanya dari segala penjuru dan langsung memukulinya beramai-ramai, hinga hampir saja Abu Dzar tak sadarkan diri dan tubuhnya bermandikan darah. Rasul pun datang kepadanya,sedang tubuhnya penuh dengan darah, karena luka pukulan mereka dan keadaannya seakan-akan mengatakan :
"Jika memang menyenangkan hatimu apa yang telah dilakukan oleh orang yang dengki kepada kami, maka luka ini tidak lah terasa sakit , jika engkau merasa ridha kepadaku".
Rasul Shallahu alaihi wa sallam tersenyum dan bersabda : "Aku tidak memerintahkan ini kepadamu".
Apa artinya pembelaan seperti ini? Apa artinya pengobanan seperti ini?
Selanjutnya, Nabi Shallahu alaihi wa sallam bersabda : "Sekarang pulanglah ke kampung kaummu. Sampai bersua nanti!
Abu Dzar ra pulang dan menebarkan hidayah kepada kaumnya, karena sesungguhnya seorang muslim pada hari dia masuk Islam, tujaun agar dengan Dia memberi petunjuk kepada banyak orang, karena manusia sangat membutuhkan seruan dakwahnya.
"Engkau adalah perbendaharaan mutiara, dan pertama dalam kemelut dunia, meskipun mereka tidak mengenalmu. Engkau adalah dambaan semua generasi, mereka merindukan seruanmu yang tinggi, meskipun tidak mendengarmu".
Abu Dzar bangkit dan mengumpulkan semua kabilahnya di padang sahara, lalu berkata kepada mereka : "Darahku haram bagi darahmu, tubuhku haram bagi tubuhmu, dan harta haram bagi hartamu, sebelum kamu beriman kepada Allah", tegas Abu Dzar. Selanjutnya, Abu Dzar menerankgan agama Islam, seperti yang didengarnya dari Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
Belum lagi ia tidur pada malam itu telah beriman sebanyak 70 keluarga berikut dengan kaum wanita, kaum pria, dan anak-anak mereka. Selanjutnya, Abu Dzar menghadap ke rah sebuah pohon yang ada di sana dan dia mulai bermeditasi, karena sesungguhnya dia belum mengetahui shalat dan memang shalat waktu itu belum difardhukan.
Ketika Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, tiba-tiba datang Abu Dzar di barisan paling depan dari kaummnya yang telah beriman. Para shahabat pun keluar. Mereka mengira bahwa di sana ada pasukan musuh yang datang dengan maksud menyerang kota Madinah.
Nabi Shallahu alaihi wa sallam keluar pula bersama dengan para shahabatnya dan ternyata yang datang adalah Abu Dzar, seorang lelaki yang hidup atas dasar kalimah "laa ilaaha illalloh", dan bersujud kepada Tuhan yang telah menurunkan kalimah "laa ilaaha illalloh", sed ang dibelakangnya adalah para muridnya yang telah berhasil diislamkannya.
Setelah melihat kedatangan peringatan dini yagn membawa berita gembira alias Abu Dzar ra ini, Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, tersenyum :
"Tiada seorang pun yang bernaung di kolong langit dan bercokol diatas hamparan bumi ini lebh jujur ucapannya, selain Abu Dzar", ujar Rasul Shallahu alaihi wa sallam.
Jadi, penyebab yang paling besar bagi seorang hamba untuk meraih hidayah ialah bila mempunyai keinginan yang keras untuk mendapatkannya sebagaimana yang disebutkan dlam firman-Nya :
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepad mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar berserta orang-orang yang berbuat baik". (QS : al-Ankabut : 69).
Jangan Tertipu Materialisme Amerika
Kamis, 28/04/2011 10:03 WIB | email | print. http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/jangan-tertipu-materialisme-amerika.htm
oleh Sayyid Qutb
Orang-orang yang banyak tertipu, terpengaruh, dan takut kekuatannya, maka Amerika adalah suatu negara adidaya, pusat budaya, kiblat ilmu pengetahuan, contoh kemajuan yang patut ditiru dari segi kemajuan ilmu, teknologi, dan materi.
Bagi setiap orang yang ingin maju, maka ia berjalan diatas garis-garisnya serta mengikuti setiap langkahnya. Orang yang menganggap peradaban adalah kemajuan materiil, ilmu pengetahuan, serta teknologi, maka Amerika pusat peradaban dan pemimin dunia. Menurut negara, di mana kekuatan militer, politik, psychologis, serta peradabannya lemah dan kalah, Amerika adalah yang memiliki kekuatan dan kekuasaan luar biasa. Sehingga tidak ada yang boleh melawan atau berbeda kehendak atau rencananya.
Sementara, menurut orang-orang yang terjajah demokrasinya, hak asasinya, perekonomiannya serta sosialnya, maka Amerika adalah negara pusat demokrasi, pencetus kebebasan, pemelihara hak-hak asasi manusia.
Demikianlah, Amerika dalam pandangan orang-orang yang terpedaya, materialis, penakut serta kaum yang lemah dan kalah. Mereka adalah orang-orang dungu dan lugu. Orang-orang lupa dan jahil. Mereka tetap seperti itu, meski jumlah mereka besar sekali di berbagai negera. Meski mereka mempunyai wewenang di negara-negara Islam untuk mengelola pendidikan, merencanakan serta mengarahkan, sebagai mestinya yang akan mengubah peradaban, tetapi mereka tidak berani, karena mereka telah megekor kepada Amerika.
Tetapi, menurut timbangan dan pandangan orang-orang yang mukmin (beriman), Amerika memiliki nilai yang berbeda. Orang-orang yang beriman mampu membuahkan hasil penilaian yang benar dan kesimpulan yang lurus terhadap Amerika dan kekuatannya. Apabila mereka menggunakan instrumen (alat) yang benar dalam menilainya, maka lensa Islam ketika menyorotinya, menggunakan timbangan Qur'ani, ketika mengukurnya serta menggunakan prinsip-prinsip Robbani dalam menilai dan meyimpulkannya.
Mereka mengukurnya dengan nilai-nilai moral dan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan yang dimilikinya, dengan prinsip-prinsip dan tradisi-tradisi manusiawi, dengan fitrah manusia yang bersih yang Allah ciptakan manusia diatas dasar itu, serta dengan penilaian terhadap psychologis dan perasaan. Dengan demikian, mereka bertanya-tanya tentang kadar yang dikaitkannya dengan perbendaraan sejarah kemanusiaan, peradaban yagn manusiawi, keutamaan-keutamaan yang manusiawi serta jiwa yang manusiawi.
Maka pandangan, penilaian, pengukuran, pengarahan serta penyimpulan sesuatu hendaklah menggunakan lensa Qur'ani, timbangan Robbani serta barometer imani, dan juga hendaklah berangkat dari dasar keimanan serta sudut pandang keislaman.
Hanya pribadi yang demikian itu, yaitu pribadi mukmin yang cemerlang, cerdas, mempunyai kesadaran dan wawasan yang luas, hingga pandangan, analisa dan berbagai kesimpulannya akan benar, lurus, akurat sistematis dan objektif.
Segalanya harus diukur dengan timbangan keimanan. Hanya dengan timbanghan keimanan yang bersumber dari Qur'an, yang menghasilkan kesimpulan yang benar dan akurat. Tidak ada sarana (wasilah) yang lain, dalam menilai, mengukur dan mensikap terhadap Amerika akan mendapatkan kesimpulan yang benar dan objektif, kecuali hanya dengan Qur'an.
Amerika belum menambahkan apa-apa dalam peradaban, kecuali hanya sedikit sekali dari nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai yang membedakan antara manusia dengan benda, kemudian membedakan manusia dengan binatang. Nilai suatu peradaban dari peradaban manapun yang dilalui manusia tidak terletak pada kecanggihan teknologi yang berhasil diciptakannya, atau kedahsyatan kekuatan yang dimilikinya, tidak pula oleh hasil-hasil produksinya. Tetapi, sebagian besar nilai suatu peradaban terletak pada besar kecilnya manusia mengetahui kenyataan-kenyataan tentang alam semesta dan gambaran-gambaran serta nilai-nilai kehidupan.
Keunggulan Amerika tampak dan menonjol pada bidang pekerjaan dan produksi, hingga tidak tersisa segi lain yang menghasilkan sesuatu dalam nilai kemanusiaan. Amerika telah mencapai jenjang yang belum bisa dicapai oeh bangsa lain, bahkan Amerika telah membuat suatu (karya-karya) yang merubah kehidupan nyata menjadi tingkatan yang sulit digambarkan dan dipercaya oleh orang yang tidak menyaksikannya sendiri.
"Tetapi, manusia tidak mampu menjaga kestabilannya dihadapan alat-alat itu, hingga hampir-hampir dia sendiri berubah menjadi alat, dan ternyata ia tidak mampu memikul beban pekerjaan yang melelahkan itu. Kemudian, manusia melangkah melewati jalan yang lebih manusiawi, hingga ketika itulah ia melepaskan kendali hewaninya, karena sudah tidak mampu lagi memikul beban pekerjaannya dan beban manusiana", ujar Sayyid Qutb.
Dunia modern tidak mengenal hidup, kecuali kerja keras dalam gudang materi, hingga loyo, dan hanya untuk mengecap kenikmatan lahir sampai puncak kepuasannya.
"Sementara cinta, yang menghembuskan seluruh kekuatan manusia, tidak dikenal di Amerika. Karena di sana, yang dikenal hanya cinta biologis serta cinta antara sesama binatang. Tidak tersisa waktu untuk menuangkan kerinduan-kerinduan bathin", tegas Sayyid Qutb.
Pohon peradaban materliasme jahiliyah itu telah melahirkan kehidupan yang serakah, tamak, penuh dengan konflik yan tidak pernah habis, karena manusia terus dipacu untuk mengejar dan memperebutkan materi yang akan menjungkalkan manusia kepada jurang kehancuran, tambah Sayyid Qutb. Wallahu'alam.
Defeated Mentality (Mental Pecundang)
Selasa, 19/04/2011 07:14 WIB | email | print. http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/defeated-mentality-mental-pecundang.htm
oleh Ihsan Tandjung
Salah satu penyakit menonjol kaum Muslimin dewasa ini ialah terjangkiti Defeated Mentality (Mental Pecundang). Tidak sedikit saudara muslim kita yang malu menampilkan identitas ke-Islam-annya di tengah masyarakat. Ia sangat khawatir bila dirinya memperlihatkan segala sesuatu yang terkait dengan nilai-nilai Islam maka ia akan diejek, dipandang rendah, diasingkan, dikucilkan, ditolak bahkan dimusuhi. Inilah yang menyebabkan tidak sedikit pegawai kantoran yang membiarkan dirinya menunda bahkan meninggalkan sholat bila mendapati dirinya sedang “terjebak” di dalam suatu meeting panjang. Tidak sedikit muslimah yang ragu untuk berjilbab karena tidak siap menghadapi “komentar negatif” orang-orang di sekelilingnya. Dan banyak daftar contoh lainnya. Padahal menampilkan identitas Islam merupakan perintah Allah سبحانه و تعالى :
Keberpalingan orang lain dari agama Allah سبحانه و تعالى tidak berarti kitapun harus ikut-ikutan berpaling darinya. Berjalanlah di tengah masyarakat dengan identitas Islam yang jelas terlihat. Sebab menampilkan identitas Islam merupakan bukti seorang muslim siap beribadah kepada Rabbnya dalam situasi dan kondisi apapun. Di manapun dan di hadapan siapapun. Memperlihatkan perilaku dan akhlak Islam merupakan bukti seorang muslim meyakini bahwa sosok Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم merupakan teladan utama bagi dirinya yang perlu ia contoh begaimanapun situasi dan kondisi yang melingkupi dirinya. Seorang muslim tidak dibenarkan membiarkan dirinya berperilaku laksana bunglon. Berubah warna menyesuaikan diri dengan warna di sekitar dirinya. Warna Islam harus menjadi warna seorang muslim betapapun ramainya aneka warna lainnya di sekitar dirinya. Muslim yang tidak konsisten menampilkan identitas Islamnya merupakan orang yang memiliki mentalitas pecundang. Ia telah kalah sebelum bertarung.
Apa sebenarnya yang menyebabkan banyak muslim dewasa ini ber-mental pecundang? Banyak sebabnya. Di antaranya ialah:
Salah satu penyakit menonjol kaum Muslimin dewasa ini ialah terjangkiti Defeated Mentality (Mental Pecundang). Tidak sedikit saudara muslim kita yang malu menampilkan identitas ke-Islam-annya di tengah masyarakat. Ia sangat khawatir bila dirinya memperlihatkan segala sesuatu yang terkait dengan nilai-nilai Islam maka ia akan diejek, dipandang rendah, diasingkan, dikucilkan, ditolak bahkan dimusuhi. Inilah yang menyebabkan tidak sedikit pegawai kantoran yang membiarkan dirinya menunda bahkan meninggalkan sholat bila mendapati dirinya sedang “terjebak” di dalam suatu meeting panjang. Tidak sedikit muslimah yang ragu untuk berjilbab karena tidak siap menghadapi “komentar negatif” orang-orang di sekelilingnya. Dan banyak daftar contoh lainnya. Padahal menampilkan identitas Islam merupakan perintah Allah سبحانه و تعالى :
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. Ali Imran [3] : 64)Keberpalingan orang lain dari agama Allah سبحانه و تعالى tidak berarti kitapun harus ikut-ikutan berpaling darinya. Berjalanlah di tengah masyarakat dengan identitas Islam yang jelas terlihat. Sebab menampilkan identitas Islam merupakan bukti seorang muslim siap beribadah kepada Rabbnya dalam situasi dan kondisi apapun. Di manapun dan di hadapan siapapun. Memperlihatkan perilaku dan akhlak Islam merupakan bukti seorang muslim meyakini bahwa sosok Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم merupakan teladan utama bagi dirinya yang perlu ia contoh begaimanapun situasi dan kondisi yang melingkupi dirinya. Seorang muslim tidak dibenarkan membiarkan dirinya berperilaku laksana bunglon. Berubah warna menyesuaikan diri dengan warna di sekitar dirinya. Warna Islam harus menjadi warna seorang muslim betapapun ramainya aneka warna lainnya di sekitar dirinya. Muslim yang tidak konsisten menampilkan identitas Islamnya merupakan orang yang memiliki mentalitas pecundang. Ia telah kalah sebelum bertarung.
Apa sebenarnya yang menyebabkan banyak muslim dewasa ini ber-mental pecundang? Banyak sebabnya. Di antaranya ialah:
- Tidak memiliki keyakinan yang mantap bahwa sesungguhnya Allah سبحانه و تعالى pasti menolong orang yang menolong (agama) Allah سبحانه و تعالى. Dia ragu apakah benar jika dirinya tampil dengan identitas Islam ia bakal ditolong Allah سبحانه و تعالى? Sehingga akhirnya dia menawar dalam hal ini. Dia mulai mencari identitas lain yang dia sangka jika ia tampilkan –baik bersama dengan identitas Islam maupun tidak- maka manusia di sekitar akan memberikan apresiasi kepada dirinya. Ia akan dianggap sebagai orang yang lebih “mudah diterima”. Padahal jelas Allah سبحانه و تعالى berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْHai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad [47] : 7) - Dia silau melihat kaum kafir yang Allah sedang berikan kesempatan memimpin dunia dewasa ini di zaman yang penuh fitnah (baca: ujian) bagi kaum yang beriman. Lalu dalam rangka supaya bisa segera menyaingi keberhasilan kaum kafir, maka diapun mengikuti jejak langkah, tabiat dan kebiasaan kaum kafir. Jika kaum kafir bisa meraih kemenangan tanpa menghiraukan keterlibatan agama dalam urusan kehidupan sosial, politik dan ekonomi, maka iapun menganggap bahwa hal itu juga bisa diraih oleh ummat Islam jika paham sekularisme turut dikembangkan di tengah kaum muslimin. Akhirnya ia beranggapan bahwa identitas berdasarkan kesamaan bangsa lebih dapat diandalkan daripada identitas berdasarkan kesamaan aqidah dan ketundukan kepada Allah, Rabb Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya. Paham nasionalisme yang merupakan ideologi produk manusia dipercaya dapat “lebih menjual” daripada ideologi dienullah (agama Allah) Al-Islam yang bersumber dari Allah سبحانه و تعالى . Alhasil keyakinan bahwa Allah سبحانه و تعالى merupakan sebab bersatunya hati manusia digantikan dengan man-made ideologies sebagai sebab persatuan dan kesatuan umat manusia. Padahal jelas Allah سبحانه و تعالى berfirman:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًامَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ“Dan (Allah) Dialah Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.” (QS. Al-Anfal [8] : 63) - Dia mudah terjebak oleh paham-paham sesat modern yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sementara ada sebagian ummat Islam bahkan tokoh Islam yang justeru mendukung paham-paham tersebut. Dukungan yang diberikan kadang-kala dijabarkan dalam tulisan-tulisan yang berdalilkan ayat dan hadits pula. Di antaranya adalah seperti paham Pluralisme, Sekularisme, Humanisme serta Demokrasi. Memang harus diakui bahwa jika seorang muslim tidak memiliki ilmu yang cukup dan rajin membaca berbagai tulisan para ulama dan pemikir Islam yang kritis membedah kesesatan paham-paham tersebut, niscaya dia akan dengan mudah menelan berbagai pandangan yang mendukung dan menjustifikasi keabsahan paham-paham tadi. Sebab media yang pada umumnya sekuler lebih condong memuat pendapat yang sejalan dengannya. Hanya sedikit sekali media Islam yang cukup cerdas membongkar bahayanya paham-paham tadi. Karena disamping kecerdasan juga diperlukan keberanian untuk menentang arus yang mengkampanyekannya. Itulah rahasianya Allah سبحانه و تعالى memerintahkan ummat Islam agar tidak mudah ikut arus yang ramai.
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِإِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (QS. Al-An’aam [6] : 116) - Dia tidak cukup sabar meniti jalan sulit dan mendaki sesuai sunnah (tradisi) cara berjuang Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم untuk meraih janji kemenangan agama Allah سبحانه و تعالى di dunia. Dia mengira bahwa jadwal kemenangan ummat Islam mesti ditentukan oleh perhitungan akal dirinya sendiri. Padahal segala sesuatu memiliki dan mengikuti sunnatullah. Akhirnya demi segera tercapainya kemenangan ia rela berjalan dan berjuang tidak lagi mencontoh sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم Mulailah dia memandang para mujahidin yang sejatinya berada di atas jalan Allah سبحانه و تعالى justeru sebagai kalangan yang bodoh, tidak progressif dan tidak realistis. Sedangkan para kolaborator (baca: para pengkhianat) justeru dipandangnya sebagai kalangan yang berpandangan luas, progressif dan realistis dalam berjuang. Mereka lupa bahwa kalah dan menang merupakan tabiat hidup di dunia. Tidak mungkin ummat Islam terus-menerus meraih kemenangan di dunia sebagaimana tidak mungkin kaum kafir pasti selalu mengalami kekalahan di dunia. Allah سبحانه و تعالى menggilir masa kejayaan dan kemenangan di antara ummat manusia. Ada masanya ummat Islam berjaya, ada masanya ummat Islam terpuruk. Ada masanya kaum kafir terpuruk, ada masanya mereka diizinkan Allah meraih kemenangan di dunia.
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُوَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُواوَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran [3] : 140)
Yang pasti, hanya kaum beriman sejati sajalah yang selamanya akan berjaya dan bahagia di akhirat. Dan hanya kaum kafirlah —beserta kaum munafiq yang berkolaborasi dengan mereka— yang selamanya bakal merugi dan menderita kekalahan sejati di akhirat kelak nanti.
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3] : 139)عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing,maka beruntunglah orang-orang yang terasing'." (HR. Muslim No. 208)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar