Bung Karno bikin Presiden John F Kennedy ciut nyalinya
Jumat, 8 November 2013 / 10:49 WIB |
Bagikan artikel ke Facebook anda
http://www.jurnal3.com/bung-karno-bikin-john-f-kennedy-ciut-nyalinya/
JURNAL3.COM | Sesaat usai pesawat B-26 ditembak jatuh, ada dua
parasut mengembang keluar dari pesawat itu. Parasut itu tersangkut di
pohon kelapa dan pasukan TNI membekuk dua orang. Yang satu namanya Harry
Rantung anggota Permesta dan satunya lagi seorang bule Amerika.
Itulah si pilot Allen Lawrence Pope. Dari dokumen-dokumen yang
disita, terkuak Allen Pope terkait dengan operasi CIA. Yaitu menyusup di
gerakan pemberontakan di Indonesia untuk menggulingkan Soekarno.
Tak pelak, tuduhan bahwa Amerika dengan CIA adalah dalang
pemberontakan separatis, bukan isapan jempol! Peristiwa tertangkapnya
Allen Pope adalah tamparan bagi Amerika. Itu mungkin terwakili dalam
kalimat Allan Pope ketika tertangkap. “Biasanya negara saya yang menang,
tapi kali ini kalian yang menang”.
Tapi sebetulnya yang lebih bikin malu Amerika bukan soal kalah yang
dikatakan Pope tadi. Tapi tertangkapnya Allan Pope mengungkap permainan
kotor AS untuk menggulingkan Soekarno. Seperti biasam, Amerika
menyangkalnya. Tapi bukti-bukti yang ada membungkam penyangkalan
Washington.
Taktik kotor itu jadi isu internasional. Tanpa ampun, kedok operasi
CIA dibuka Bung Karno lengkap dengan bukti-buktinya. Amerika terpaksa
berubah 180 derajat menjadi baik pada Soekarno. Semua operasi CIA untuk
melengserkan Soekarno langsung dihentikan.
Amerika berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara
pun mulai dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno. Presiden AS Dwight
Eisenhower mengundang Soekarno ke AS bulan Juni 1960.
Lalu Soekarno juga diundang Presiden John F Kennedy di bulan April
1961. Di balik segala alasan diplomatik tentang kunjungan itu, tak bisa
disangkal itu karena kelihaian Bung Karno memainkan isu Allen Pope.
Bung Karno main tarik ulur untuk membebaskan Pope. Tarik ulur
berjalan alot. Karena Bung Karno tak mau melepaskan Pope dengan gratis
dan sengaja berlama-lama sebelum Amerika menyanggupi permintaan
Indonesia.
Hanya untuk membebaskan seorang Pope, Gedung Putih butuh waktu 4
tahun, sebuah proses negosiasi diplomatik yang menyita waktu dan tenaga.
Tapi itulah yang diinginkan Bung Karno, sekaligus memberi pelajaran
kepada penguasa Negeri Paman Sam.
Dimulai dengan rayuan Presiden Dwight Eisenhower yang mengundang Bung
Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk
dan proses negosiasi gagal total. Eisenhower marah dan jengkel, tapi
Bung Karno tetap dengan pendiriannya.
Sikap Gedung Putih mulai melunak usai jabatan presiden beralih ke
John F Kennedy. Mantan senator Partai Demokrat itu tahu Soekarno sangat
kuat dan benci kalau ditekan.
Di era Kennedy, proses negosiasi menemui titik terang lagi, saat John
F Kennedy mengirim adik kandungnya Jaksa Agung Robert Kennedy, menemui
Bung Karno di Jakarta. Misinya jelas, Mr President, bebaskan Pope!
Tapi Bung Karno tetaplah Bung Karno. Membebaskan Pope atau tidak
hasilnya sama saja, tidak akan membuat warga di Ambon yang tewas bisa
hidup lagi.
Saat itu Indonesia sedang butuh peralatan perang untuk melawan
Belanda di Irian Barat, tapi Jakarta tidak punya cukup dana. Tapi Bung
Karno gengsi kalau meminta kepada Washington, ia cukup memberikan
isyarat agar bisa dibaca oleh penguasa Gedung Putih.
Dan John Kennedy peka membaca isyarat itu. Bung Karno pernah berkata “Presiden John F Kennedy sangat mengerti akan diriku”.
Kennedy paham Indonesia peralatan perang untuk merebut Irian Barat.
Karena itu, John F Kennedy mengundang Bung Karno ke AS dan diajaknya
melihat pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California. Di sana Bung
Karno diberi kemudahan oleh Kennedy untuk mendapatkan 10 pesawat
Hercules tipe B, terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker.
Meski dikenal sebagai orang yang berwatak keras, Bung Karno adalah
sosok tahu balas budi. Rasa pengertian dari Presiden Kennedy langsung
dibalas Bung Karno dengan membebaskan Allen Pope dan dipulangkan ke AS.
Ini yang diinginkan Bung Karno dari Amerika, membebaskan Pope tidak
gratis. Bantuan AS bukan untuk pribadi Bung Karno, tapi untuk
kepentingan negara merebut Irian Barat dari cengkeraman Belanda.
Tak hanya itu, Bung Karno juga bisa membuat Kennedy menyudahi embargo
ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia, termasuk gelontoran beras 37
ribu ton dan ratusan persenjataan, yang memang dibutuhkan oleh Indonesia
saat itu.
Dan Bung Karno sudah berhasil mempertontonkan sebuah diplomasi dan
negosiasi tingkat tinggi sehingga Indonesia dihargai di mata Amerika
Serikat.
Akhirnya Allen Pope dibebaskan secara diam-diam oleh suatu misi rahasia saat subuh di bulan Februari 1962.
Saat itu Bung Karno sempat berpesan kepada Pope “Tinggalkan Indonesia
dan jangan pernah kembali atau negaramu akan membayar pembebasanmu lagi
dengan harga lebih mahal”.
Kini, saat Indonesia dikerjai Amerika dengan aksi penyadapan,
Presiden SBY sama sekali tidak membuat gerakan untuk membalas tindakan
arogan itu. Jangankan untuk membalas, mengecam saja, SBY tidak berani.
Pantas saja, nama Soekarno tetap harum di mata internasional meski
sudah berpulang puluhan tahun silam. Tapi perjuangan dan dedikasinya
untuk memajukan Indonesia tetap dikenang hingga kini.@lifetime/berbagai
sumber (habis)
Soekarno ‘piting Allen Pope’, Presiden Eisenhower galau
Kamis, 7 November 2013 / 20:32 WIB |
Bagikan artikel ke Facebook anda
JURNAL3.COM | Bangsa Indonesia kini disuguhi tontonan Presiden SBY
tak berdaya dan bungkam terkait isu penyadapan oleh Amerika Serikat (AS)
dan Australia. Tak ada kata-kata pedas dan kecaman meluncur dari SBY
untuk Washington dan Canberra.
Padahal, aksi spionase AS kepada Indonesia, bukan kali ini saja.
Bahkan, aksi AS kepada Indonesia jelang tahun 1960-an lebih ekstrim.
Bedanya, saat itu rakyat Indonesia bangga karena Presiden Soekarno
dengan lihai bisa memanfaatkan aksi spionase AS itu untuk mengeruk
keuntungan bagi negara.
Negara digdaya itu dibikin malu Indonesia ketika seorang pilot
bernama Allen Lawrence Pope ditembak jatuh di pulau Morotai tahun 1958
silam. Lebih malu lagi, karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS
dan CIA akhirnya terbuka.
“Then I approached the ships at the high of 1.000 to 1.500 feet…
When I got near by one of the ships I fired. After I fired, I
immediately made a curve to the high and it was that moment when my fuel
tank was hit. I flew the plane as fast as possible to the coast so that
I could use my parachute…When I jumped from the plane, my foot stuck
and I got injuries. I also saw my radio operator also jumped. I landed
on the island of Amboina. I voluntarily surrender myself to the men who
cought me on the island”.
Itulah pengakuan Allan Pope, saat menjalani proses persidangan dirinya di Jakarta awal Januari 1960.
Kedok Pope terbuka dan sekaligus membuktikan AS melalui CIA sudah
main api dengan di balik pemberontakan separatisme di Indonesia.
Termasuk juga infiltrasi AS yang mempersenjatai para pemberontak.
Bung Karno geram dan mulai memainkan kartu trufnya. Bung Karno yang
awalnya hendak dikerjai oleh Washington kini ganti mengerjai Amerika.
Bung Karno sadar, tertangkapnya Allen Pope bisa mendongkrak posisi tawar
Indonesia di hadapan Amerika.
Bahkan, dua Presiden AS kala itu Dwight Eisenhower dan penggantinya
John F Kennedy dibuat kerepotan untuk menjinakkan Bung Karno, yang
dikenal tegas dan gigih melawan arogansi AS.
Bung Karno adalah presiden yang cerdas. Kala itu, Indonesia yang
miskin untuk kali pertama memiliki bargaining position di depan ‘big
boss’ dunia, Amerika Serikat. Beberapa utusan khusus menghadap Bung
Karno dan meminta agar Pope dilepaskan dan dipulangkan ke AS.
Kepada utusan Gedung Putih, Bung Karno menegaskan, bahwa aksi
mata-mata dan infiltrasi yang dilakukan Pope tak cukup hanya dibayar
dengan kata-kata maaf. Tapi Bung Karno mengeluarkan list berupa
permintaan lain yang membuat Gedung Putih serba salah. Bung Karno
mengisyaratkan, membebaskan Pope itu soal mudah, tapi tidak gratis!
Bung Karno dengan cantik berhasil memainkan akting sedang ‘memiting
leher Allen Pope’ tapi tangan lainya memberi isyarat agar Washington
bertekuk lutut di bawah kaki Jakarta.
Skenario pun dimainkan. Gantung Allen Pope! Hukum mati Allen Pope!
Begitulah gelombang protes di depan kedutaan AS di Jakarta tahun 1958.
Bung Karno dengan pandai membakar emosi rakyat Indonesia dengan kelakuan
Pope yang sudah bom di Ambon dan menewaskan korban jiwa.
Demonstrasi menuntut Pope dihukum mati membuat Gedung Putih gelisah.
Eisenhower yang semula menolak isyarat Bung Karno akhirnya membuka pintu
negosiasi untuk pembebasan Pope.
Amerika pantas gelisah. Karena jika tak segera diselamatkan, maka
peluang Pope untuk buka mulut soal info operasi rahasia CIA di Indonesia
akan terkuak dengan jelas dan ini tidak diinginkan oleh
Washington.@lifetime/dikutip berbagai sumber (bersambung)
http://forum.viva.co.id/sejarah/1022034-dana-rahasia-presiden-kennedy-untuk-bung-karno.html
Pada tahun 1906 terjadilah ikrar raja-raja nusantara yang di prakasai
oleh Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker bersama Pangeran Ario
Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dalam ikrar tersebut ditumbuhkannya rasa nasionalisme “tanah air (Indonesia) diatas segala-galanya”. Pada saat itu seluruh raja-raja nusantara menyumbangkan sebagian asset mereka untuk membantu perjuangan dan menurut sumber sejarah, dana tersebut sebagian disimpan di luar negeri.
Dana perjuangan lebih dikenal dengan Dana Revolusi / Dana Amanah mulai
dihimpun lagi pada masa setelah kemerdekaan dana revolusi yang dihimpun
berdasar perpu no.19 tahun 1960. Isinya antara lain, mewajibkan
semua perusahaan negara menyetorkan 5% profit 5% dari keuntungannya pada
pemerintah bagi Dana Revolusi, disebut perusahaan negara itu, termasuk
pula berbagai perusahaan Belanda yang baru dinasionalisasikan, seperti
perkebunan besar. Konon berjumlah ratusan juta dolar tersimpan di luar
negeri.
Salah satu sumber Dana Revolusi terbesar adalah adanya "Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva", dibuat dan di tandatangani 21 Nov 63 di hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS John F Kennedy &Pres; RI Ir Soekarno dgn saksi dr Swiss William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya.
Salah satu sumber Dana Revolusi terbesar adalah adanya "Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva", dibuat dan di tandatangani 21 Nov 63 di hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS John F Kennedy &Pres; RI Ir Soekarno dgn saksi dr Swiss William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya.
Awal Hubungan Persahabatan Kedua Tokoh Negarawan tsb
Awal kedekatan dua presiden hebat ini diawali dengan suatu serangan
udara dengan tembakan dari senjata Canon Caliber 23 mm dari Jet MiG-17
terhadap istana negara,serangan itu dilakukan oleh seorang anggota CIA
yang bernama Allen Pope.
Allen Pope ditembak jatuh di pulau Morotai. Presiden Amerika saat itu D. Dwight Eisenhower atau Ike John memohon karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS dan CIA akhirnya terbuka. Kedok yang membuktikan AS melalui CIA ada kaitannya di balik pemberontakan separatisme di Indonesia.
Allen Pope ditembak jatuh di pulau Morotai. Presiden Amerika saat itu D. Dwight Eisenhower atau Ike John memohon karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS dan CIA akhirnya terbuka. Kedok yang membuktikan AS melalui CIA ada kaitannya di balik pemberontakan separatisme di Indonesia.
Peristiwa tertangkapnya Allen Pope adalah tamparan bagi Amerika. Sepatah
kalimat Allan Pope ketika tertangkap. Setelah pesawat B-26 yang
dipilotinya jatuh dihajar mustang AU dan kapal pemburu AL, komentar
Pope: “Biasanya negara saya yang menang, tapi kali ini kalian yang menang”. Setelah
itu dia masih sempat minta rokok. Termasuk juga infiltrasi AS yang
mempersenjatai para pemberontak itu. Ini yang bikin Bung Karno geram,
dan mulai memainkan kartu trufnya.
Sejak saat itu tawar menawar Bung Karno dan Ike John menjadi alot,Bung
Karno tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Bung Karno ingin
kesempatan tawar-menawar ini menjadi alat untuk 'memelintir' lehet Ike. Amerika berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara pun mulai dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno.
Eisenhower mengundang Soekarno ke AS bulan Juni 1960. Negosiasi alot
yang memakan waktu 4 tahun, sebelum akhirnya Allen Pope benar-benar
bebas.
Dimulai dengan Ike atau Eisenhower yang membujuk, merayu dan mengundang Bung Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk diatur-atur Ike. Situasi mulai berubah sedikit melunak setelah kursi kepresidenan AS beralih ke John F. Kennedy.
John Kennedy tahu, kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte. Karena itu dengan persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy adalah presiden Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno.
Dimulai dengan Ike atau Eisenhower yang membujuk, merayu dan mengundang Bung Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk diatur-atur Ike. Situasi mulai berubah sedikit melunak setelah kursi kepresidenan AS beralih ke John F. Kennedy.
John Kennedy tahu, kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte. Karena itu dengan persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy adalah presiden Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno.
Kennedy tidak cuma sekedar mengundang Bung Karno ke Amerika untuk plesiran. Tapi juga ada tindak lanjut nyata di balik undangan diplomatik itu.
Kennedy
paham Indonesia butuh perangkat perang untuk merebut Irian Barat. Di
antaranya armada tempur. Karena itu diajaknya Bung Karno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California. Di sana Bung Karno dbantu dalam pembelian 10 pesawat hercules tipe B, terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker.
Hasilnya? Hercules dari Amerika, menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI (armada yang kelak ikut bertempur merebut Irian Barat). Bung Karno bisa membuat Amerika menghentikan embargo. Lalu menyuntik dana ke Indonesia. Juga beras 37.000 ton dan ratusan persenjataan perangkat perang. Kebutuhan itu semua memang sesuai dengan kondisi Indonesia saat itu.
Hasilnya? Hercules dari Amerika, menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI (armada yang kelak ikut bertempur merebut Irian Barat). Bung Karno bisa membuat Amerika menghentikan embargo. Lalu menyuntik dana ke Indonesia. Juga beras 37.000 ton dan ratusan persenjataan perangkat perang. Kebutuhan itu semua memang sesuai dengan kondisi Indonesia saat itu.
Inilah awal kedekatan Bung Karno dan J.F. Kennedy
Sayang hubungan mesra Bung Karno dengan Amerika berakhir setelah Kennedy
terbunuh tahun 1963. Terbunuhnya Kennedy membuat CIA kembali leluasa
mewujudkan mimpi lama yang sempat terhenti. Yaitu terus mengguncang
kursi Bung Karno, hingga Putra Sang Fajar itu akhirnya benar-benar
terbenam.
Point
penting perjanjian itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50
persen keberadaan emas murni batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150
ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah RI (selaku pihak II)
menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral
dolar yang diperuntukkan pembangunan keuangan AS! Nah!
Indonesia Bung Karno menawan CIA untuk mendapatkan 10 pesawat Hercules
http://networkedblogs.com/lNAnV
Bung Karno geram. Ike mencoba merayunya, “Tolong bebaskan pilotku”. Tapi Bung Karno tetap saja geram. Mungkin juga karena yang merayu Soekarno adalah Ike, seorang pria tua. Ike itu adalah D. Dwight Eisenhower, presiden AS di masa itu.
Kali ini Negara digdaya itu dibikin malu Indonesia ketika Allen Pope ditembak jatuh di pulau Morotai. Lebih malu lagi, karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok AS dan CIA akhirnya terbuka.
Kedok
yang membuktikan AS melalui CIA sudah main api dengan di balik pemberontakan separatisme di Indonesia. Termasuk juga infiltrasi AS yang mempersenjatai para pemberontak itu.
Ini yang bikin Bung Karno geram, dan mulai memainkan kartu trufnya.Bung Karno yang tadinya dikerjai Amerika, sekarang balas mengerjai Amerika. Bung Karno sadar, tertangkapnya Allen Pope mendongkrak posisi tawar Indonesia di hadapan Amerika. Cerita selanjutnya adalah bagaimana Ike dan John F. Kennedy jadi repot dibuatnya.
Ini yang bikin Bung Karno geram, dan mulai memainkan kartu trufnya.Bung Karno yang tadinya dikerjai Amerika, sekarang balas mengerjai Amerika. Bung Karno sadar, tertangkapnya Allen Pope mendongkrak posisi tawar Indonesia di hadapan Amerika. Cerita selanjutnya adalah bagaimana Ike dan John F. Kennedy jadi repot dibuatnya.
Inilah moment bersejarah ketika Indonesia yang miskin untuk pertama kalinya punya posisi tawar tinggi di hadapan “juragan kaya”, Amerika.Bung Karno
tidak cuma menuntut Amerika mesti minta maaf. Tapi masih ada sederet
permintaan lain yang bikin Amerika “maju kena mundur kena”. Eisenhower minta Indonesia melepaskan pilot Allen Pope. Tapi Bung Karno tidak mau melepas begitu saja dengan gratis. Pilot itu adalah kartu truf-nya.
Inilah kisah bagaimana Bung Karno
dengan amarah “memiting leher Allen Pope” sambil telunjuknya memberi
isyarat agar Amerika mau bersimpuh di kaki Bung Karno (tentu saja ini
hanya simbolisasi teatrikal).
Gantung
Allen Pope! Hukum mati Allen Pope! Begitu gelombang protes di depan
kedutaan AS di Jakarta setelah Allen Pope tertangkap. tahun 1958 itu .
Rakyat Indonesia memang dibikin naik darah oleh kelakuan Allen
Pope. Soalnya si pilot ini sudah menjatuhkan bom di Ambon yang memakan
tak sedikit korban jiwa.
Mungkin bahkan Bung Karno sendiri waktu itu belum menyadari sesuatu. Yaitu buntut dari posisi tawar Indonesia tadi, Bung Karno telah memulai tonggak lahirnya sejarah armada baru bagi AURI, yaitu lahirnya skuadron Hercules di Indonesia.
Armada ini kelak turut punya andil dalam merebut Irian Barat dari
Belanda.Itu semua berawal dari negosiasi tarik ulur demi pembebasan
seorang pilot yang bikin Amerika gelisah. Bagaimana tidak? Soalnya
kalau tidak segera diselamatkan, bisa-bisa pilot itu buka mulut tentang
info rahasia yang berkaitan dengan permainan CIA.
Negosiasi sama Presiden “Ike”
Bung Karno memang mata keranjang. Tapi pihak yang anti Bung Karno kadang memanipulasi sisi ini secara berlebihan. Sama halnya CIA yang menggunakan kelemahan don yuan-nya Bung Karno untuk menjatuhkan kredibilitas presiden RI di mata rakyatnya. Menjatuhkan Bung Karno adalah satu-satunya cara agar Amerika bisa bercokol kuat di Indonesia. Sudah dicoba segala cara agar Bung Karno jatuh, tidak berhasil juga. Dicoba dengan cara ancaman embargo, penghentian bantuan…..ehhh Bung Karno malah teriak, “Go to hell with your aid!”.
Akhirnya CIA pakai cara lain. Yaitu infiltrasi ke berbagai pemberontakan di Indonesia.
Puncaknya terjadi dalam pertempuran di pulau Morotai, tahun 1958.
Ketika itu TNI (pasukan marinir, pasukan gerak cepat AU, dan AD)
menggempur Permesta, gerakan pemberontakan di Sulawesi Utara.
Persenjataan Permesta tidak bisa dianggap enteng. Soalnya ada bantuan senjata dari luar. Tadinya tudingan bahwa CIA adalah
biang kerok semua ini masih dugaan saja. Ketika kapal pemburu AL dan
mustang AU melancarkan serangannya, satu pesawat Permesta terbakar
jatuh.
Sebelum jatuh, ada dua parasut
yang tampak mengembang keluar dari pesawat itu. Parasut itu tersangkut
di pohon kelapa. TNI segera membekuk dua orang. Yang satu namanya Harry
Rantung anggota Permesta. Dan yang tak terduga, satunya lagi bule
Amerika. Itulah si pilot Allen Pope. Dari dokumen-dokumen yang disita,
terkuak Allen Pope terkait dengan operasi CIA. Yaitu menyusup di gerakan pemberontakan di Indonesia untuk menggulingkan Soekarno.
Tak pelak lagi, tuduhan bahwa Amerika dengan CIA adalah
dalang pemberontakan separatis, bukan isapan jempol!Peristiwa
tertangkapnya Allen Pope adalah tamparan bagi Amerika. Itu mungkin
terwakili dalam kalimat Allan Pope ketika tertangkap. Setelah pesawat
B-26 yang dipilotinya jatuh dihajar mustang AU dan kapal pemburu AL,
komentar Pope: “Biasanya negara saya yang menang, tapi kali ini kalian yang menang”. Setelah itu dia masih sempat minta rokok.
Tapi sebetulnya yang lebih bikin
malu Amerika bukan soal kalah yang dikatakan Pope tadi. Tapi
tertangkapnya Allan Pope mengungkap permainan kotor AS untuk
menggulingkan Soekarno. Amerika terus ngeyel menyangkal. Tapi
bukti-bukti yang ada, akhirnya membungkam mulut Amerika.
Taktik kotor itu jadi gunjingan internasional. Tanpa ampun, kedok Amerika dengan CIA-nya berhasil dibuka Indonesia, lengkap dengan bukti-bukti telak. Amerika terpaksa berubah 180 derajat menjadi baik pada Soekarno. Semua operasi CIA untuk mengguncang Bung Karno (untuk sementara) dihentikan.
Amerika berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara pun mulai dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno.
Eisenhower mengundang Soekarno ke AS bulan Juni 1960. Lalu Soekarno
juga diundang John Kennedy di bulan April 1961. Di balik segala alasan
diplomatik tentang kunjungan itu, tak bisa disangkal itu semua buntut
dari cara Bung Karno memainkan kartunya terhadap Amerika.
Ketemu Kennedy
Selama periode itu, Bung Karno main tarik ulur dengan pembebasan Pope. Tarik ulur itu berjalan alot. Karena Bung Karno ogah melepaskan Pope begitu saja. Bung Karno sengaja berlama-lama “memiting leher” Allan Pope sebelum Amerika meng-iya-kan permintaan Indonesia.
Amerika mati kutu. Tak ada jalan lain. Negosiasi pun segera dimulai.
Negosiasi alot yang memakan waktu 4 tahun, sebelum akhirnya Allen Pope
benar-benar bebas.
Dimulai dengan Ike atau Eisenhower yang membujuk, merayu dan mengundang Bung Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno
tetap tidak mau tunduk diatur-atur Ike. Situasi mulai berubah sedikit
melunak setelah kursi kepresidenan AS beralih ke John F. Kennedy.John
Kennedy tahu, kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte.
Karena itu dengan persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy
adalah presiden Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno.
Dengan
John, negosiasi mulai mengarah ke titik terang. Berkaitan itu pula,
John mengirim adiknya Robert Kennedy ke Jakarta. Robert membawa
sejumlah misi, diantaranya: “bebaskan Pope”.
Buat Bung Karno,
pilot itu dibebaskan atau tidak dibebaskan, hasilnya sama saja. Yaitu
tidak membuat korban-korban bom si pilot bisa hidup kembali. Jadi
kenapa tidak memanfaatkan saja ketakutan Amerika yang ciut kalau pilot
itu buka mulut?Bung Karno memainkan kartu trufnya atas dasar apa yang dibutuhkan bangsa Indonesia pada waktu itu. Indonesia
betul-betul sengsara dan kelaparan, jadi butuh uang dan nasi.
Indonesia sedang bertempur melawan Belanda untuk merebut Irian Barat.
Jadi butuh senjata, sejumlah perangkat perang dan armada tempur.
Permintaan Bung Karno itu
tentu saja tidak disampaikan dengan cara mengemis. Tapi dengan cara
yang menyeret Amerika untuk membuat interpretasi diplomatik. Mau tidak
mau, isyarat diplomatik Soekarno bikin Amerika harus bisa membaca yang
tersirat di balik yang tersurat.
Dibanding Ike alias Eisenhower, John Kennedy lebih peka membaca isyarat itu. Itulah yang dimaksud Bung Karno
bahwa John Kennedy mengerti dirinya. John paham Indonesia butuh
perangkat perang untuk merebut Irian Barat. Di antaranya armada tempur.
Karena itu diajaknya Bung Karno mengunjungi pabrik pesawat Lockheed di Burbank, California. Di sana Bung Karno dbantu dalam pembelian 10 pesawat hercules tipe B, terdiri dari 8 kargo dan 2 tanker.
Nego sama kennedy buat beli Hercules
Negosiasi pembebasan Allen Pope antara Ike dan Bung Karno tadinya alot. Tapi jadi licin jalannya dengan John. Dia tidak pelit membalas “kebaikan” Bung Karno yang memenuhi permintaan AS untuk membebaskan Allen Pope.
Hasilnya? 10 pesawat Hercules dari Amerika, menjadi cikal bakal lahirnya armada Hercules bagi AURI (armada yang kelak ikut bertempur merebut Irian Barat). Bung Karno bisa membuat Amerika menghentikan embargo. Lalu menyuntik dana ke Indonesia. Juga beras 37.000 ton dan ratusan persenjataan perangkat perang. Kebutuhan itu semua memang sesuai dengan kondisi Indonesia saat itu.
Ternyata begini ini yang namanya
negosiasi tingkat tinggi. Akhirnya Allen Pope dibebaskan secara
diam-diam oleh suatu misi rahasia di suatu subuh, Februari 1962.
Negosiasi itu seluruhnya tentu makan biaya yang tidak sedikit. Siapa
yang mesti membayar semua itu? Konon rekening Permesta yang harus
membayar ganti rugi akibat negosiasi itu. Sempat terdengar selentingan
bahwa jalan by pass Cawang-Tanjung Priok dan Hotel Indonesia lama di Bundaran HI Thamrin, adalah wujud dari ganti rugi itu. Benarkah demikian? Wallahualam
Sumber: wikipedia, google
Yang punya info tambahan tentang Indonesia Bung Karno menawan CIA untuk mendapatkan 10 pesawat Hercules silahkan komen dibawah :)
Inilah informasi yang disadap AS dan Australia
Selasa, 12 November 2013 / 20:11 WIB |
Bagikan artikel ke Facebook anda
JURNAL3.COM | JAKARTA – Dugaan aksi penyadapan kepada pejabat-pejabat
negara Indonesia oleh Amerika Serikat melalui Australia, masih jadi isu
hangat di tanah air.
Namun, apa yang sebenarnya yang disadap oleh kedua negara itu dari para pejabat tinggi di Indonesia?
Informasi yang diperoleh Jurnal3 mengungkapkan, AS dan
Australia menyadap informasi intelijen, komunikasi antar pejabat
Indonesia soal perkembangan di tanah Papua.
Hampir bisa dipastikan, komunikasi Presiden SBY menjadi sasaran utama penyadapan.
Informasi soal Papua menjadi sasaran favorit dalam penyadapan. Kedua
negara itu diam-diam merancang skenario untuk melepaskan Papua dari
Indonesia.
Adanya kerjasama AS dan Australia soal rencana penempatan puluhan
ribu pasukan marinir AS di Negeri Kanguru itu mengindikasikan
kepentingan besar Washington atas Papua.
Papua akan lepas dari NKRI adalah tujuan utama kedua negara itu di masa depan.
Selain isu Papua, penyadapan juga terkiat rencana Pemilu 2014
mendatang. Kedua negara itu berminat untuk tahu soal apa saja yang akan
terjadi pasca Pemilu 2014 nanti.
Hingga kini, tak satupun lembaga atau instansi resmi pemerintah yang
bersedia memberikan penjelasan mengenai isi dari penyadapan AS dan
Australia.@arun
Hadapi Amerika, Presiden SBY dinilai bertekuk lutut
Kamis, 7 November 2013 / 12:06 WIB |
Bagikan artikel ke Facebook anda
http://www.jurnal3.com/hadapi-amerika-presiden-sby-dinilai-bertekuk-lutut/
JURNAL3.COM | JAKARTA – Serangan dan kritikan pedas kembali
dialamatkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tak
berani tegas menghadapi kelakuan Amerika Serikat (AS) yang diduga telah
menginjak-injak harga diri bangsa Indonesia.
Dugaan aksi penyadapan oleh AS dan Australia yang dinilai telah
melecehkan kedaulatan bangsa Indonesia tak cukup membuat Presiden SBY
mengecam aksi tersebut.
“SBY itu presiden dan pemimpin yang penakut dan tidak berani. Apalagi
kalau berhadapan dengan AS,” ujar pengamat politik Victor Silaen, Kamis
(07/11/2013).
Bahkan, Victor menilai, SBY adalah kepala negara yang pengecut dan
tidak berani mengambil tindakan tegas apa-apa saat kedaulatan bangsanya
dilecehkan begitu saja.
Hal senada juga diungkapkan peneliti Senior Indonesian Public
Institute (IPI), Karyono Wibowo, yang menilai sikap pemerintahan SBY
sangat lemah menyikapi isu penyadapan oleh Amerika Serikat dan
Australia.
“Ada banyak pertimbangan barangkali, salah satunya agar posisi
pemerintah aman dari gangguan AS dan ambisi SBY untuk jadi Sekjen PBB
pasca sudah tidak lagi menjadi presiden nanti,” ujar Karyono.
Padahal, lanjutnya, isu soal penyadapan informasi sebuah negara itu
merupakan persoalan kedaulatan negara, dimana publik ingin pemerintah
bersikap tegas.
“Bung Karno tidak akan diam kalau ini terjadi di era beliau memimpin
Indonesia. Bung Karno dihormati karena dikenal tegas, punya prinsip kuat
dan nasionalismenya yang tinggi. Itulah kenapa namanya tetap harum
hingga kini,” ujar Karyono.@arun
...
Sy adalah pencinta dan pengagum dalam kapasitas awam terhadap Bung Karno dan para pejuang bangsa lainnya.. dan juga kepada tokoh2 dunia seperti JF Kennedy-Abraham Lincoln dll... yang memiliki wawasan kebangsaan dan kemanusiaan yang luas dan beliau2.. memiliki jiwa2 merdeka.. dan cinta akan martabat bangsa dan rakyatnya..??>> Sayang terkadang saya mendapat issue yang tidak berdasar terhadap beliau.. bahkan oleh orang2.. yang sepertinya sangat tendensius.. atau mau mendeskreditkan secara absurditas,...
BalasHapusSemoga cuplikan sejarah ini bisa sedikit mengobati hati saya dan menjawab pandangan2..yang cenderung negatif.. Semoga kita bisa belajar dengan semangat dan perjuangan para tokoh2 bangsa yang jujur berjuang untuk bangsa dan negaranya.. Aamiin
Point penting perjanjian itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah RI (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan pembangunan keuangan AS! Nah!
BalasHapusaksi perampokan dikomplek prumahan . https://www.youtube.com/watch?v=VMNrhyS8e8o
BalasHapus