Iran vs Hegemoni Global
Iran: Pernyataan Obama Tak Realistis dan Konstruktif
Islam
Times -
http://www.islamtimes.org/vdcbs0bf0rhbasp.qnur.html
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkham
mengatakan pada hari Rabu (29/1/14) bahwa komentar Obama tentang
kegiatan nuklir Iran menunjukkan pemahamannya yang salah tentang
komitmen Tehran tentang sifat damai kegiatan nuklirnya.
Marzieh Afkham, Jurubicara Kementrian Luar Negeri Iran
Kementerian Luar Negeri Iran menolak pernyataan Presiden AS, Barack
Obama, tentang Iran dan menyebutnya sebagai pernyataan tak realistis dan
konstruktif.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkham mengatakan pada hari Rabu (29/1/14) bahwa komentar Obama tentang kegiatan nuklir Iran menunjukkan pemahamannya yang salah tentang komitmen Tehran tentang sifat damai kegiatan nuklirnya.
Afkham menambahkan, AS berilusi bahwa sanksi yang dijatuhkannya untuk Iran mampu mempengaruhi motivasi dan semangat Iran dalam pembicaraan nuklir. Afkham menegaskan kembali komitmen Tehran untuk menghilangkan keraguan dunia tentang sifat damai kegiatan nuklirnya.
Pernyataan Afkham itu merupakan respon atas pernyataan Obama dalam Pidato Kenegaraan kelima di depan Kongres AS hari Selasa malam (28/1/13).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran itu juga menolak tuduhan Washington bahwa program energi nuklir Iran mengarah pada bidang militer dan mengatakan, Tehran tak akan pernah berusaha membuat senjata nuklir.
Afkham menekankan komitmen Iran untuk merealisasikan kesepakatan nuklir interim yang ditandatangani Iran dan enam kekuatan dunia di Jenewa pada bulan November 2013 dan menyeru Amerika Serikat agar tak melupakan kewajibannya sesuai perjanjian.
Pejabat Iran itu juga mengecam Obama karena menganggap gerakan perlawanan Libanon, Hizbullah, sebagai kelompok teroris dan pada saat yang sama, Gedung Putih menutup mata akan kejahatan militan Takfiri dukungan asing di wilayah Timur Tengah.[IT/r]
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkham mengatakan pada hari Rabu (29/1/14) bahwa komentar Obama tentang kegiatan nuklir Iran menunjukkan pemahamannya yang salah tentang komitmen Tehran tentang sifat damai kegiatan nuklirnya.
Afkham menambahkan, AS berilusi bahwa sanksi yang dijatuhkannya untuk Iran mampu mempengaruhi motivasi dan semangat Iran dalam pembicaraan nuklir. Afkham menegaskan kembali komitmen Tehran untuk menghilangkan keraguan dunia tentang sifat damai kegiatan nuklirnya.
Pernyataan Afkham itu merupakan respon atas pernyataan Obama dalam Pidato Kenegaraan kelima di depan Kongres AS hari Selasa malam (28/1/13).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran itu juga menolak tuduhan Washington bahwa program energi nuklir Iran mengarah pada bidang militer dan mengatakan, Tehran tak akan pernah berusaha membuat senjata nuklir.
Afkham menekankan komitmen Iran untuk merealisasikan kesepakatan nuklir interim yang ditandatangani Iran dan enam kekuatan dunia di Jenewa pada bulan November 2013 dan menyeru Amerika Serikat agar tak melupakan kewajibannya sesuai perjanjian.
Pejabat Iran itu juga mengecam Obama karena menganggap gerakan perlawanan Libanon, Hizbullah, sebagai kelompok teroris dan pada saat yang sama, Gedung Putih menutup mata akan kejahatan militan Takfiri dukungan asing di wilayah Timur Tengah.[IT/r]
Perang Afghanistan
Menteri Pertahanan AS, menyatakan rasa frustrasi yang mendalam pada pemerintah Presiden Afghanistan Hamid Karzai karena menunda penandatanganan perjanjian keamanan bilateral yang akan mengizinkan ribuan pasukan Amerika tetap tinggal di negara itu beberapa tahun mendatang.
"Apa yang keluar dari istana kepresidenan hari ini atau apa yang dikatakan Presiden Karzai hari ini, saya tidak tahu. Selalu berubah," kata Chuck Hagel dalam konferensi pers di ibukota Polandia, Warsawa pada hari Kamis (30/1/14).
Hagel mengklaim bahwa Karzai secara pribadi telah setuju untuk menandatangani Perjanjian Keamanan Bilateral (BSA) yang sudah dinegosiasikan oleh Washington denganKabul sejak tahun lalu. Tapi Karzai tak jua menandatanganinya.
Sebelumnya, dalam penerbangan dari Washington ke Warsawa, Hagel mengatakan pada wartawan pada hari Rabu (29/1/14) bahwa tindakan Karzai membahaykan perencanaan penting misi militer AS pasca 2014 di Afghanistan.
"Anda tidak bisa terus menunda dan menunda karena di beberapa titik realitas, perencanaan, penganggaran dan semua yang diperlukan akan saling bertabrakan," katanya.
Sementara Ketua Pentagon menyatakan bahwa Karzai adalah presiden terpilih dari sebuah negara berdaulat dan tentu saja kemampuan Washington untuk mempengaruhi keputusannya cukup terbatas.
"Karzai adalah presiden terpilih dari bangsa yang berdaulat dan kemampuan kita untuk mempengaruhi keputusan presiden terpilih dan pemimpin bangsa yang berdaulat yang dibuat atas nama negara mereka cukup terbatas," katanya.
Berdasarkan draft perjanjian BSA, pasukan asing pimpinan AS akan tetap berada di Afghanistan setelah tahun 2014. Mereka juga tetap bisa menyerang rumah-rumah penduduk Afghanistan.
Karzai mengatakan dia tak akan menandatangani BSA sampai syarat -syarat tertentu terpenuhi, termasuk jaminan Washington bahwa tidak akan ada lagi penggerebekan terhadap rumah-rumah warga Afghanistan. Tuntutan itu, menurut Karzai, berasal dari Loya Jirga, badan sesepuh pembuat keputusan tertinggi di Afganistan.[IT/r]
AS Sangat Frustrasi
Islam
Times - "Anda tidak bisa terus menunda dan menunda karena di beberapa
titik realitas, perencanaan, penganggaran dan semua yang diperlukan akan
saling bertabrakan," katanya.
Chuck Hagel, Menhan AS di Afghanistan.jpg
Menteri Pertahanan AS, menyatakan rasa frustrasi yang mendalam pada pemerintah Presiden Afghanistan Hamid Karzai karena menunda penandatanganan perjanjian keamanan bilateral yang akan mengizinkan ribuan pasukan Amerika tetap tinggal di negara itu beberapa tahun mendatang.
"Apa yang keluar dari istana kepresidenan hari ini atau apa yang dikatakan Presiden Karzai hari ini, saya tidak tahu. Selalu berubah," kata Chuck Hagel dalam konferensi pers di ibukota Polandia, Warsawa pada hari Kamis (30/1/14).
Hagel mengklaim bahwa Karzai secara pribadi telah setuju untuk menandatangani Perjanjian Keamanan Bilateral (BSA) yang sudah dinegosiasikan oleh Washington denganKabul sejak tahun lalu. Tapi Karzai tak jua menandatanganinya.
Sebelumnya, dalam penerbangan dari Washington ke Warsawa, Hagel mengatakan pada wartawan pada hari Rabu (29/1/14) bahwa tindakan Karzai membahaykan perencanaan penting misi militer AS pasca 2014 di Afghanistan.
"Anda tidak bisa terus menunda dan menunda karena di beberapa titik realitas, perencanaan, penganggaran dan semua yang diperlukan akan saling bertabrakan," katanya.
Sementara Ketua Pentagon menyatakan bahwa Karzai adalah presiden terpilih dari sebuah negara berdaulat dan tentu saja kemampuan Washington untuk mempengaruhi keputusannya cukup terbatas.
"Karzai adalah presiden terpilih dari bangsa yang berdaulat dan kemampuan kita untuk mempengaruhi keputusan presiden terpilih dan pemimpin bangsa yang berdaulat yang dibuat atas nama negara mereka cukup terbatas," katanya.
Berdasarkan draft perjanjian BSA, pasukan asing pimpinan AS akan tetap berada di Afghanistan setelah tahun 2014. Mereka juga tetap bisa menyerang rumah-rumah penduduk Afghanistan.
Karzai mengatakan dia tak akan menandatangani BSA sampai syarat -syarat tertentu terpenuhi, termasuk jaminan Washington bahwa tidak akan ada lagi penggerebekan terhadap rumah-rumah warga Afghanistan. Tuntutan itu, menurut Karzai, berasal dari Loya Jirga, badan sesepuh pembuat keputusan tertinggi di Afganistan.[IT/r]
Kebingungan Amerika Serikat di Suriah
Amerika Serikat memperingatkan soal bahaya
kehadiran para teroris asing di Suriah dan kembalinya mereka ke Eropa
dan Amerika. James R. Clapper, Direktur Keamanan Nasional dan Ketua
Masyarakat Intelijen Amerika di Senat mengatakan, ada kekhawatiran yang
dalam terkait para ekstremis ini. Menurutnya jumlah teroris dan
pemberontak bersenjata asing yang ada di Suriah mencapai tujuh ribu
orang.
Kekhawatiran Direktur Keamanan Nasional Amerika atas kehadiran para teroris asing di Suriah disampaikan bersamaan dengan tersebarnya berita tentang kesepakatan Kongres Amerika untuk memulai kembali pengiriman senjata kepada pemberontak bersenjata Suriah. Masalah ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pengambil keputusan di Amerika mengalami kontradiksi dan kebingungan.
Dari satu sisi, permusuhan Amerika terhadap pemerintahan Suriah di bawah pimpinan Bashar Assad, Presiden negara itu, memaksa Washington menggunakan seluruh fasilitas yang dimilikinya dan mengalokasikan dana dalam jumlah sangat besar, persenjataan dan dukungan politik untuk para pemberontak Suriah. Akan tetapi di sisi lain, menjamurnya kelompok-kelompok pemberontak dan Takfiri di Suriah telah memukul genderang bahaya bagi masyarakat dunia.
Fenomena dukungan Amerika dan Eropa kepada kelompok-kelompok teroris di Suriah layaknya cerita seorang yang melepaskan binatang buas dari kandangnya dan sekarang tidak bisa memasukkannya kembali. Namun ini bukan kesalahan pertama Amerika terkait kelompok-kelompok ekstrem, kekerasan dan terorisme. Tiga dekade lalu Amerika juga mengalami kesalahan dalam memahami realitas yang terjadi di Afghanistan, sehingga kelompok teroris Al Qaeda dan Taliban lahir dengan bantuan langsung Amerika dan pada akhirnya menyerang tuannya sendiri.
Di Suriah, pemerintah Amerika dan Eropa membayangkan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok anti-Assad, mereka akan mampu menggulingkan pemerintahan Damaskus dengan cepat dan menaikkan kubu pro-Barat serta sekuler ke tampuk kekuasaan. Akan tetapi perlawanan rakyat Suriah dan tidak mengakarnya kelompok pemberontak, membuat agenda yang telah disusun berantakan. Sebagian pendukung pemberontak Suriah di kawasan, untuk lari dari kekalahan, merekrut orang-orang dan kelompok paling ekstrem dari seluruh penjuru dunia.
Saat ini dikabarkan bahwa para teroris dari 70 negara berbeda sedang bertempur, bahkan melawan pemberontak dalam negeri Suriah dengan suntikan dana Syeikh-syeikh Arab dan persenjataan Barat. Kekejaman kelompok teroris Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS) tidak diragukan telah mencengangkan seluruh masyarakat internasional.
Sekarang ini bahaya berubahnya Suriah menjadi Afghanistan kedua, itupun
di wilayah strategis Timur Mediterania dan berbatasan dengan Turki
serta rezim Zionis Israel, dua sekutu dekat Barat, sudah semakin besar.
Jika tidak ada perlawanan dari bangsa Suriah, dunia akan menghadapi
bencana yang jauh lebih besar dari yang pernah terjadi di Afghanistan
dengan berkuasanya Taliban.
Namun demikian, sejak beberapa bulan lalu, dengan semakin seriusnya bahaya teroris Takfiri di Suriah, strategi negara-negara pendukung pemberontak bersenjata Suriah kurang lebih mengalami perubahan. Sebagai contoh, Turki mulai membatasi aktivitas para teroris Takfiri dan Eropa menghentikan pasokan senjatanya untuk pemberontak Suriah.
Bersamaan dengan itu, seluruh pejabat keamanan di Eropa dan Amerika memperingatkan bahaya kembalinya warga Eropa dan Amerika yang berperang di Suriah. Akan tetapi sekalipun demikian, kebencian mendalam terhadap pemerintahan politik Suriah dan ambisi untuk mendirikan pemerintahan boneka di antara negara-negara Arab dan Barat semakin meluas, sehingga melebihi cepatnya pertumbuhan kelompok-kelompok ekstrem dan kekerasan di negara Arab itu.
Jika kondisi seperti ini terus berlanjut, api yang disulut Barat di Suriah akan merembet juga ke Eropa dan Amerika. Selain itu bencana yang jauh lebih mengerikan yang ditimbulkan para teroris akan terjadi juga di New York, Washington, London dan Madrid. (IRIB Indonesia/HS)
Cuplikan kalimat diatas pernah saya (penulis) temui di sebuah thread, yang diposting oleh aktivis pro Pemerintah Suriah. Tulisannya itu, bertujuan menyindir pemberontak dan pendukungnya, yang selalu dan berulang- ulang menimpakan semua permasalahan yang terjadi di Suriah sebagai ‘salahnya Assad’. Tidak tanggung- tanggung, bahkan ketika Israel menyerang gudang senjata Suriah pun ceritanya dipelintir;( katanya Assad diam- diam bekerja sama dengan Israel untuk menyerang gudang senjatanya sendiri karena dikhawatirkan tentara Suriah yang mengontrol gudang senjata tersebut akan membelot ke kubu pemberontak. Akhirnya Assad pun mengambil tindakan, dan Israel menjadi pelayan Assad). Jadi menurut pemberontak dan pendukungnya, apapun yang terjadi di Suriah adalah salah Assad. Bahkan ketika ada gempa di bulan hingga ada alien yang berkeliaran di angkasa sekalipun, itu ulah Assad. Bagaimanapun kejadiannya harus Assad dan Assad yang salah !
Masalahnya sekarang, bisakah pemaksaan pemahaman seperti itu diterima oleh semua orang?
Menelusuri sebuah konflik, tidak bisa hanya dengan melihat apa yang terjadi hari ini. Tidak bisa hanya melihat dari satu sisi atau satu sumber. Tidak bisa juga bersikap fanatik terhadap salah satu golongan tertentu hanya karena kita termasuk bagian dari golongan itu. Begitu juga halnya dengan kasus kelaparan hari ini yang terjadi di Yarmouk, apakah Assad lagi yang salah ?
Yarmouk adalah sebuah kamp untuk para pengungsi Palestina di Suriah. Rakyat Palestina tinggal di kamp selama puluhan tahun dengan aman. Di dalamnya, terdapat sekolah, masjid, rumah sakit dan berbagai faslilitas umum lainnya. Seorang warga Palestina yang menetap di Suriah dan kini aktif berjuang di media pernah berkata: “Bagi warga Palestina, hidupnya di Suriah 1000x lebih baik daripada hidup di negara penampungan lainnya”. Suriah, melayani rakyat Palestina selayaknya warga sendiri. Segala fasilitas yang diberikan untuk Suriah, juga diberikan kepada rakyat Palestina. Meski statusnya adalah pengungsi, rakyat Palestina boleh memiliki properti di Suriah.
Lalu meletuslah pemberontakan ditahun 2011, dan Suriah pun hancur. Apakah hanya rakyat Palestina yang kelaparan dan kurus kering? Tidak, rakyat Suriah pun mengalami nasib serupa. Penyebab kelaparan mereka (sesuai dengan laporan delegasi Suriah di Jenewa) antara lain:
1. Suriah, karena belum bisa dikalahkan meski konflik telah berlangsung tiga tahun menyebabkan AS dan sekutunya berang. Mereka mengembargo Suriah, contohnya melarang Suriah mengimpor gandum, sehingga pada akhirnya mereka kesulitan memproduksi kebutuhan pokok bagi rakyatnya.
2. Pabrik roti dan makanan dijarah oleh milisi bersenjata. Informasi seperti ini mungkin tidak akan ditemui di media mainstream, namun aktivis Suriah sangat aktif memberitakan kondisi terkini di negara mereka melalui jejaring sosial, termasuk ketika ada sebuah pabrik roti di Suriah diambil alih oleh militan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda
3. Sulitnya distribusi makanan. Pemerintah Suriah mengizinkan semua aktivis kemanusiaan dari seluruh dunia memasuki Suriah. Namun mereka kesulitan menyalurkan bantuan karena mereka dihalangi dan diteror oleh pemberontak. Aktivis yang dilindungi oleh pemerintah menyaksikan sendiri bagaimana kondisi yang terjadi sebenarnya di Suriah.
Bagaimana dengan Yarmouk?
Untuk menjawab mengimbangi tudingan -tudingan miring bahwa Assad lagi yang salah dalam kasus ini, saya akan mengutip uraian yang disampaikan oleh Daoud Kuttab, seorang jurnalis asal Palestina, kolumnis di Al- Monitor. Saat ini ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Community Media Network, sebuah organisasi non- profit yang didedikasikan untuk memajukan media independen di kawasan Arab.
*****
Sedangkan pemberontak, mereka tengah berhalusinasi. Mereka mengira bahwa mereka tengah berjihad di Suriah memerangi rezim thagut, syiah atau kafir kendatipun yang mereka bunuh adalah ulama -ulama ahlussunah, kendatipun yang jadi korbannya adalah rakyat sipil yang tidak berdosa. Mereka masih tidak berhenti bermimpi sedang mendirikan sebuah Daulah Islam dengan segala kebaikannya. Pertanyaannya sekarang adalah, Daulah Islam seperti apa yang didirikan dengan mengorbankan banyak jiwa dan segala kerusakan lainnya? Mereka tidak belajar dari Libya, setelah Ghadaffi tumbang, tidak ada khilafah Islam yang terbentuk. Justru, Libya kini diperintah oleh boneka Barat. Kini mereka mengulangi kesalahan yang sama di Suriah, mereka bermandikan darah rakyat Suriah, dan dengan tangan penuh darah tersebut, mereka menuduh Assad yang membantai rakyatnya. Sungguh, pertunjukan yang jauh dari lucu. (liputanislam.cm/almonitor/AF)
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif akan mengambil bagian dalam Konferensi Keamanan Munich ke-50 yang dijadwalkan berlangsung pada tanggal 31 Januari sampai 2 Februari.
Direktur Konferensi Keamanan Munich Wolfgang Ischinger sebelumnya mengumumkan bahwa pihaknya mengirimkan surat undangan bagi Iran untuk mengambil bagian dalam acara tersebut.
Diskusi panel pada hari Ahad, akan menampilkan Menlu Zarif dan timpalannya dari Swedia Carl Bildt, untuk membahas strategi mencapai kesepakatan final terkait isu nuklir Iran.
Ischinger mengatakan Konferensi Keamanan Munich akan memberikan kesempatan kepada Tehran untuk mempresentasikan posisinya dan menjelaskan rencana mengenai kesepakatan jangka panjang Iran dengan Barat.
Dia menambahkan bahwa para pejabat Uni Eropa lainnya dan Amerika kemungkinan akan bergabung dengan Zarif dan Bildt dalam diskusi panel tersebut.
Sebagai konferensi yang paling diakui oleh para pejabat keamanan, pertemuan tahun ini akan mendiskusikan sejumlah isu penting dunia termasuk, krisis Suriah dan perundingan nuklir Iran dengan Barat.
Menyusul kepemimpinan Presiden Hassan Rohani yang menawarkan interaksi konstruktif Iran dengan dunia, masyarakat internasional semakin antusias untuk mendengarkan pandangan-pandangan Republik Islam dalam forum-forum internasional.
Konferensi Keamanan Munich fokus pada isu-isu strategis internasional dan mengundang para pejabat pemerintah, pakar, dan peneliti terkemuka dunia untuk membahas sejumlah dimensi masalah keamanan.
Memasuki usianya yang ke-50, Konferensi Keamanan Munich telah mengundang sejumlah tamu kehormatan dalam pertemuan itu antara lain, mantan Kanselir Jerman Helmut Schmidt, mantan Presiden Perancis Valery Giscard d'Estaing, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger, dan juga mantan Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband.
Sebanyak 20 kepala negara dan pemerintahan, 50 menteria luar negeri dan pertahanan serta 10 pimpinan organisasi internasional diharapkan akan berpartisipasi dalam konferensi itu.
Dunia saat ini sedang menghadapi sejumlah tantangan serius yang menuntut penyelesaian segera. Ada sejumlah tantangan yang mengancam berbagai dimensi kehidupan manusia seperti, terorisme, ekstrimisme, keamanan cyber, kasus penyadapan global, keamanan energi, lingkungan hidup, perubahan iklim, senjata pemusnah massal, berbagai jenis penyakit mematikan, kejahatan terorganisir, penyelundupan, dan polusi.
Menurut National Defense Magazine, tantangan utama keamanan di masa depan adalah keberadaan senjata destruksi massal, serangan cyber, kejahatantransnasional, dan perubahan iklim.
Sejumlah pakar percaya bahwa fenomena ketidakamanan sulit ditangani dan tidak ada jalan lain kecuali semua negara mengadopsi pendekatan yang seragam dan menjalin kerjasama secara jujur demi mencapai dunia yang bebas dari ancaman. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa perdamaian tidak akan tercipta selama senjata masih memainkan peran utamanya.
Keamanan kolektif dan kerjasama semua negara diperlukan untuk mewujudkan perdamaian dunia dan menghapus peperangan. Semua ancaman harus diasumsikan sebagai tantangan bersama dan perlu diambil langkah-langkah yang sejalan dengan kepentingan masyarakat dunia.
Majelis Umum PBB dalam pada 19 Desember 2013, dengan suara bulat menerima usulan Presiden Iran untuk Dunia Menentang Kekerasan dan Ekstremisme (WAVE). Para pengamat memuji terobosan Republik Islam dan menganggap kerjasama kolektif sebagai satu-satunya solusi untuk meghadapi fenomena kekerasan dan ketidakamanan. (IRIB Indonesia/RM)
Kekhawatiran Direktur Keamanan Nasional Amerika atas kehadiran para teroris asing di Suriah disampaikan bersamaan dengan tersebarnya berita tentang kesepakatan Kongres Amerika untuk memulai kembali pengiriman senjata kepada pemberontak bersenjata Suriah. Masalah ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pengambil keputusan di Amerika mengalami kontradiksi dan kebingungan.
Dari satu sisi, permusuhan Amerika terhadap pemerintahan Suriah di bawah pimpinan Bashar Assad, Presiden negara itu, memaksa Washington menggunakan seluruh fasilitas yang dimilikinya dan mengalokasikan dana dalam jumlah sangat besar, persenjataan dan dukungan politik untuk para pemberontak Suriah. Akan tetapi di sisi lain, menjamurnya kelompok-kelompok pemberontak dan Takfiri di Suriah telah memukul genderang bahaya bagi masyarakat dunia.
Fenomena dukungan Amerika dan Eropa kepada kelompok-kelompok teroris di Suriah layaknya cerita seorang yang melepaskan binatang buas dari kandangnya dan sekarang tidak bisa memasukkannya kembali. Namun ini bukan kesalahan pertama Amerika terkait kelompok-kelompok ekstrem, kekerasan dan terorisme. Tiga dekade lalu Amerika juga mengalami kesalahan dalam memahami realitas yang terjadi di Afghanistan, sehingga kelompok teroris Al Qaeda dan Taliban lahir dengan bantuan langsung Amerika dan pada akhirnya menyerang tuannya sendiri.
Di Suriah, pemerintah Amerika dan Eropa membayangkan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada kelompok-kelompok anti-Assad, mereka akan mampu menggulingkan pemerintahan Damaskus dengan cepat dan menaikkan kubu pro-Barat serta sekuler ke tampuk kekuasaan. Akan tetapi perlawanan rakyat Suriah dan tidak mengakarnya kelompok pemberontak, membuat agenda yang telah disusun berantakan. Sebagian pendukung pemberontak Suriah di kawasan, untuk lari dari kekalahan, merekrut orang-orang dan kelompok paling ekstrem dari seluruh penjuru dunia.
Saat ini dikabarkan bahwa para teroris dari 70 negara berbeda sedang bertempur, bahkan melawan pemberontak dalam negeri Suriah dengan suntikan dana Syeikh-syeikh Arab dan persenjataan Barat. Kekejaman kelompok teroris Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS) tidak diragukan telah mencengangkan seluruh masyarakat internasional.
Namun demikian, sejak beberapa bulan lalu, dengan semakin seriusnya bahaya teroris Takfiri di Suriah, strategi negara-negara pendukung pemberontak bersenjata Suriah kurang lebih mengalami perubahan. Sebagai contoh, Turki mulai membatasi aktivitas para teroris Takfiri dan Eropa menghentikan pasokan senjatanya untuk pemberontak Suriah.
Bersamaan dengan itu, seluruh pejabat keamanan di Eropa dan Amerika memperingatkan bahaya kembalinya warga Eropa dan Amerika yang berperang di Suriah. Akan tetapi sekalipun demikian, kebencian mendalam terhadap pemerintahan politik Suriah dan ambisi untuk mendirikan pemerintahan boneka di antara negara-negara Arab dan Barat semakin meluas, sehingga melebihi cepatnya pertumbuhan kelompok-kelompok ekstrem dan kekerasan di negara Arab itu.
Jika kondisi seperti ini terus berlanjut, api yang disulut Barat di Suriah akan merembet juga ke Eropa dan Amerika. Selain itu bencana yang jauh lebih mengerikan yang ditimbulkan para teroris akan terjadi juga di New York, Washington, London dan Madrid. (IRIB Indonesia/HS)
Pangeran Saudi yang Mengundang Tawa di Davos
Pengeran Turki al Faisal, mantan kepala inteligen Saudi Arabia dan salah
satu tokoh penting dinasti penguasa Saudi Arabia, mengundang tawa para
undangan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Dalam forum diskusi yang
diikutinya, hari Sabtu (25/1), ia meminta anggota parlemen Rusia untuk
mempercayai pernyataannya bahwa Saudi telah menghentikan bantuannya
kepada para teroris di Suriah.
“Anda tidak percaya? Cobalah untuk percaya!” kata Pangeran Turki kepada anggota parlemen Rusia Alexey Pushkov. Kontan saja perkataan tersebut mengundang ketawa tamu-tamu undangan lainnya yang meyakini pernyataan sang pangeran sebagai omong kosong belaka.
Peristiwa itu berawal ketika Pangeran Turki mendesak Rusia untuk menghentikan pengiriman bantuan kepada pemeritah Suriah. Alexey Pushkov yang duduk tidak jauh dari Pangeran Turki langsung membalas:
“Sudahkan Saudi menghentikan bantuannya kepada pemberontak?”
“Tentu,” jawab Pangeran Turki.
“Saya tidak yakin,” balas Alexey Pushkov lagi.
“Anda tidak percaya? Cobalah untuk percaya!”
Selanjutnya Turki membantah negaranya telah membantu para teroris, melainkan kelompok Free Syrian Army yang juga didukung oleh Amerika dan negara-negara barat.
“Kami mendukung Free Syrian Army,” katanya merujuk pada kelompok pemberontak dukungan Amerika yang beridiologi Islam liberal sebagai pembeda dengan kelompok-kelompok militan Islam, meski faktanya para pengamat meyakini Saudi justru lebih dekat hubungannya dengan yang terakhir. Namun, bagaimana pun ia harus mengelak dari tuduhan yang sudah terlalu banyak tantang adanya bantuan Saudi kepada kelompok-kelompok teroris.
“Jika ada individu-individu (di Saudi) yang memberikan dukungan (kepada kelompok-kelompok teroris), ia mungkin saja terjadi,” katanya.(ca/almanar)
“Anda tidak percaya? Cobalah untuk percaya!” kata Pangeran Turki kepada anggota parlemen Rusia Alexey Pushkov. Kontan saja perkataan tersebut mengundang ketawa tamu-tamu undangan lainnya yang meyakini pernyataan sang pangeran sebagai omong kosong belaka.
Peristiwa itu berawal ketika Pangeran Turki mendesak Rusia untuk menghentikan pengiriman bantuan kepada pemeritah Suriah. Alexey Pushkov yang duduk tidak jauh dari Pangeran Turki langsung membalas:
“Sudahkan Saudi menghentikan bantuannya kepada pemberontak?”
“Tentu,” jawab Pangeran Turki.
“Saya tidak yakin,” balas Alexey Pushkov lagi.
“Anda tidak percaya? Cobalah untuk percaya!”
Selanjutnya Turki membantah negaranya telah membantu para teroris, melainkan kelompok Free Syrian Army yang juga didukung oleh Amerika dan negara-negara barat.
“Kami mendukung Free Syrian Army,” katanya merujuk pada kelompok pemberontak dukungan Amerika yang beridiologi Islam liberal sebagai pembeda dengan kelompok-kelompok militan Islam, meski faktanya para pengamat meyakini Saudi justru lebih dekat hubungannya dengan yang terakhir. Namun, bagaimana pun ia harus mengelak dari tuduhan yang sudah terlalu banyak tantang adanya bantuan Saudi kepada kelompok-kelompok teroris.
“Jika ada individu-individu (di Saudi) yang memberikan dukungan (kepada kelompok-kelompok teroris), ia mungkin saja terjadi,” katanya.(ca/almanar)
http://cahyono-adi.blogspot.com/2014/01/pangeran-saudi-yang-mengundang-tawa-di.html#more
Keterangan: tulisan asli di situs liputanislam.com tgl 26 Januari 2014
Keterangan: tulisan asli di situs liputanislam.com tgl 26 Januari 2014
3 komentar:
-
jika dana terroris dihentikan keganasan berupaya terhenti,,namun kita
tidak melihat kitaran terrorism akan berhenti..kenyataan negara tertentu
menyokong keganasan dan imun terhadap apa apa tindakan menjadikan
masalah berterusan
-
menafikan bukti syiah membantai kaum sunni, pemimpin wahabi mengaku
merekalah onarnya membunuh kemanusiaan,,,,benarlah kata nuri al
maliki...namun telinga yang tersumbat takkan mendengarnya
-
saya cuba percaya pak syeikh
And now, the Iraqi Prime Minister has finally got it right:
http://en.alalam.ir/news/1559963
dari sypers
Sheikh Ramadhan al-Buthi terbunuh, itu adalah perintah Assad!
Saria Hassoun terbunuh, itu adalah perintah intelejen Assad!
Ada bom di Turki, itu adalah ulah milisi pro Assad!
Ada gempa di bulan, itu adalah konspirasi Assad!
Ada alien di angkasa, itu shabiha Assad yang sedang menyamar !
Cuplikan kalimat diatas pernah saya (penulis) temui di sebuah thread, yang diposting oleh aktivis pro Pemerintah Suriah. Tulisannya itu, bertujuan menyindir pemberontak dan pendukungnya, yang selalu dan berulang- ulang menimpakan semua permasalahan yang terjadi di Suriah sebagai ‘salahnya Assad’. Tidak tanggung- tanggung, bahkan ketika Israel menyerang gudang senjata Suriah pun ceritanya dipelintir;( katanya Assad diam- diam bekerja sama dengan Israel untuk menyerang gudang senjatanya sendiri karena dikhawatirkan tentara Suriah yang mengontrol gudang senjata tersebut akan membelot ke kubu pemberontak. Akhirnya Assad pun mengambil tindakan, dan Israel menjadi pelayan Assad). Jadi menurut pemberontak dan pendukungnya, apapun yang terjadi di Suriah adalah salah Assad. Bahkan ketika ada gempa di bulan hingga ada alien yang berkeliaran di angkasa sekalipun, itu ulah Assad. Bagaimanapun kejadiannya harus Assad dan Assad yang salah !
Masalahnya sekarang, bisakah pemaksaan pemahaman seperti itu diterima oleh semua orang?
Menelusuri sebuah konflik, tidak bisa hanya dengan melihat apa yang terjadi hari ini. Tidak bisa hanya melihat dari satu sisi atau satu sumber. Tidak bisa juga bersikap fanatik terhadap salah satu golongan tertentu hanya karena kita termasuk bagian dari golongan itu. Begitu juga halnya dengan kasus kelaparan hari ini yang terjadi di Yarmouk, apakah Assad lagi yang salah ?
Yarmouk adalah sebuah kamp untuk para pengungsi Palestina di Suriah. Rakyat Palestina tinggal di kamp selama puluhan tahun dengan aman. Di dalamnya, terdapat sekolah, masjid, rumah sakit dan berbagai faslilitas umum lainnya. Seorang warga Palestina yang menetap di Suriah dan kini aktif berjuang di media pernah berkata: “Bagi warga Palestina, hidupnya di Suriah 1000x lebih baik daripada hidup di negara penampungan lainnya”. Suriah, melayani rakyat Palestina selayaknya warga sendiri. Segala fasilitas yang diberikan untuk Suriah, juga diberikan kepada rakyat Palestina. Meski statusnya adalah pengungsi, rakyat Palestina boleh memiliki properti di Suriah.
Lalu meletuslah pemberontakan ditahun 2011, dan Suriah pun hancur. Apakah hanya rakyat Palestina yang kelaparan dan kurus kering? Tidak, rakyat Suriah pun mengalami nasib serupa. Penyebab kelaparan mereka (sesuai dengan laporan delegasi Suriah di Jenewa) antara lain:
1. Suriah, karena belum bisa dikalahkan meski konflik telah berlangsung tiga tahun menyebabkan AS dan sekutunya berang. Mereka mengembargo Suriah, contohnya melarang Suriah mengimpor gandum, sehingga pada akhirnya mereka kesulitan memproduksi kebutuhan pokok bagi rakyatnya.
2. Pabrik roti dan makanan dijarah oleh milisi bersenjata. Informasi seperti ini mungkin tidak akan ditemui di media mainstream, namun aktivis Suriah sangat aktif memberitakan kondisi terkini di negara mereka melalui jejaring sosial, termasuk ketika ada sebuah pabrik roti di Suriah diambil alih oleh militan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda
3. Sulitnya distribusi makanan. Pemerintah Suriah mengizinkan semua aktivis kemanusiaan dari seluruh dunia memasuki Suriah. Namun mereka kesulitan menyalurkan bantuan karena mereka dihalangi dan diteror oleh pemberontak. Aktivis yang dilindungi oleh pemerintah menyaksikan sendiri bagaimana kondisi yang terjadi sebenarnya di Suriah.
Bagaimana dengan Yarmouk?
Untuk menjawab mengimbangi tudingan -tudingan miring bahwa Assad lagi yang salah dalam kasus ini, saya akan mengutip uraian yang disampaikan oleh Daoud Kuttab, seorang jurnalis asal Palestina, kolumnis di Al- Monitor. Saat ini ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Community Media Network, sebuah organisasi non- profit yang didedikasikan untuk memajukan media independen di kawasan Arab.
*****
Yarmouk Camp, salah satu kamp yang terbesar di Suriah telah menjadi target pengepungan selama berminggu- minggu. Itu disebabkan karena beberapa kekuatan oposisi bersembunyi di sana dan pasukan pemerintah melakukan pengepungan dengan ketat.Mungkin, saat ini bukanlah hal yang tepat untuk saling salah menyalahkan. Apalagi, masing -masing pihak yang bertikai memiliki alasan masing- masing. Namun jika harus menyalahkan pun, setidaknya berdasarkan data yang valid dan argumen yang masuk akal. Pihak pemerintah Suriah, telah dengan tegas mengumumkan kepada dunia bahwa mereka akan memerangi terorisme. Pernyataan mereka bukan tanpa alasan. Kita sudah melihat sendiri bagaimana Suriah yang aman dan damai kini menjadi negara hancur setelah teroris tersbut bertamu ke Suriah. Tentang terorisme coba kita tanyakan pada rakyat Bali yang pernah menjadi korbannya. Bali yang begitu indah dan penuh daya tarik mendadak menjadi kota mati, ekonomi hancur, pengusaha kecil hingga menengah gulung tikar, para petani, sayurnya membusuk dan masyarakatnya banyak yang stress hingga bunuh diri. Itu baru satu tempat yang terkena bom, lalu bagaimanakah kondisi Suriah yang bom meledak dimana mana? Apakah salah pemerintah sah Suriah membasmi pengacau negaranya?
Selama berminggu-minggu, TV Palestina memonitor pengepungan Yarmouk secara nonstop. Para pemimpin politik yang melakukan manuver, berita status pengiriman makanan diupdate setiap jam dan kampanye penggalangan dana juga telah dimulai. Save Yarmouk tidak terbatas hanya pada TV Palestina. Media sosial, kelompok-kelompok lokal, demonstran dan masyarakat di dalam Palestina dari pendukung kedua belah pihak yang sedang bertikai ditugaskan untuk memberikan perhatian kepada Yarmouk Camp
Yang luar biasa dari aksi Save Yarmouk ini adalah, solidaritas untuk rakyat Palestina yang terkepung menjalar ke semua kelompok politik di Palestina tanpa memandang siapa yang bertikai. Baik Fatah maupun Hamas dan faksi lainnya bergabung dengan iring iringan, mengumpulkan sumbangan dan membuat deklarasi publik. Rakyat Palestina di negara negara lain baik itu di Yordania, Teluk, juga melakukan kampanye dan menggalang dana.
UNRWA, organisasi internasional yang bertanggung jawab bagi para pengungsi Palestina, juga memprakarsai kampanye sendiri untuk membantu Yarmouk. Badan PBB juga melakukan tiga hari kampanye di media sosial dan sukses, menurut sebuah rilis berita UNRWA, kampanye itu telah ditayangkan 31.000.000 kali dan disaksikan puluhan juta orang di seluruh dunia.
Tidak jelas apa yang membuat Save Yarmouk berhasil mempersatukan Palestina. Seorang anak Palestina di Yarmouk yang memegang sepotong roti yang menjadi icon Save Yarmouk telah menyebar bagai virus. Kemungkinan lainnya adalah, fakta bahwa pengungsi Palestina terpaksa untuk mencari lagi tempat untuk berlindung setelah bertahun tahun hidup di Yarmouk telah membuat hati mereka begitu terluka.
Secara politis, saat ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan kampanye. Fatah menunjukkan dengan adanya kampanye kepedulian ini adalah jawaban atas rumor yang beredar bahwa Fatah melakukan ‘transaksi’ dengan Israel mengenai pengungsi. Fatah, melalui kampanye ini seakan menunjukkan bahwa masih ada gerakan nasional Palestina yang konsen serta peduli dan berupaya untuk memulangkan semua pengungsi ke tanah air, termasuk pengungsi Palestina di Suriah.
Gerakan Islam Hamas menyerukan kepada semua milisi untuk meninggalkan kamp. Hamas yang kini telah kehilangan pijakan di Suriah setelah tidak bersikap netral lagi atas konflik Suriah, ikut bergabung dalam gerakan Save Yarmouk untuk menunjukkan bahwa Hamas masih peduli dengan pengungsi Palestina di Suriah.
Ironisnya, sementara Hamas yang pernah menjadi sekutu dekat rezim Suriah sebelum akhirnya berubah posisi, PLO dan afiliasinya yang lebih netral dalam konflik Suriah lebih mudah mendapatkan makanan untuk disalurkan ke dalam kamp. Yarmouk Camp kini hanya dihuni oleh kurang dari 50.000 jiwa, sebelum konflik kurang lebih 150.000 jiwa.
Kemarahan dan frustrasi rakyat Palestina telah membuahkan hasil. Beberapa bantuan pun mengalir untuk kamp Palestina, tapi sayangnya tidak terlalu lama bisa menarik nafas lega. Menurut Associated Press, setelah sejumlah konvoi berhasil masuk, tembakan demi tembakan menargetkan truk bantuan. Meskipun begitu, halangan demi halangan tidak menghentikan kampanye kemanusiaan untuk menyelamatkan Yarmouk. Hikmah terbesar sekaligus keberhasilan terbesar dalam peristiwa ini adalah masing- masing pihak yang tidak akur dalam internal Palestina, kini telah kembali fokus untuk berjuang demi Palestina, karena di luar sana di pengungsian, rakyat Palestina masih tinggal di luar rumah dan tanpa perlindungan dari negara asalnya.
*****
Sedangkan pemberontak, mereka tengah berhalusinasi. Mereka mengira bahwa mereka tengah berjihad di Suriah memerangi rezim thagut, syiah atau kafir kendatipun yang mereka bunuh adalah ulama -ulama ahlussunah, kendatipun yang jadi korbannya adalah rakyat sipil yang tidak berdosa. Mereka masih tidak berhenti bermimpi sedang mendirikan sebuah Daulah Islam dengan segala kebaikannya. Pertanyaannya sekarang adalah, Daulah Islam seperti apa yang didirikan dengan mengorbankan banyak jiwa dan segala kerusakan lainnya? Mereka tidak belajar dari Libya, setelah Ghadaffi tumbang, tidak ada khilafah Islam yang terbentuk. Justru, Libya kini diperintah oleh boneka Barat. Kini mereka mengulangi kesalahan yang sama di Suriah, mereka bermandikan darah rakyat Suriah, dan dengan tangan penuh darah tersebut, mereka menuduh Assad yang membantai rakyatnya. Sungguh, pertunjukan yang jauh dari lucu. (liputanislam.cm/almonitor/AF)
Iran dan Konferensi Keamanan Munich
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif akan mengambil bagian dalam Konferensi Keamanan Munich ke-50 yang dijadwalkan berlangsung pada tanggal 31 Januari sampai 2 Februari.
Direktur Konferensi Keamanan Munich Wolfgang Ischinger sebelumnya mengumumkan bahwa pihaknya mengirimkan surat undangan bagi Iran untuk mengambil bagian dalam acara tersebut.
Diskusi panel pada hari Ahad, akan menampilkan Menlu Zarif dan timpalannya dari Swedia Carl Bildt, untuk membahas strategi mencapai kesepakatan final terkait isu nuklir Iran.
Ischinger mengatakan Konferensi Keamanan Munich akan memberikan kesempatan kepada Tehran untuk mempresentasikan posisinya dan menjelaskan rencana mengenai kesepakatan jangka panjang Iran dengan Barat.
Dia menambahkan bahwa para pejabat Uni Eropa lainnya dan Amerika kemungkinan akan bergabung dengan Zarif dan Bildt dalam diskusi panel tersebut.
Sebagai konferensi yang paling diakui oleh para pejabat keamanan, pertemuan tahun ini akan mendiskusikan sejumlah isu penting dunia termasuk, krisis Suriah dan perundingan nuklir Iran dengan Barat.
Menyusul kepemimpinan Presiden Hassan Rohani yang menawarkan interaksi konstruktif Iran dengan dunia, masyarakat internasional semakin antusias untuk mendengarkan pandangan-pandangan Republik Islam dalam forum-forum internasional.
Konferensi Keamanan Munich fokus pada isu-isu strategis internasional dan mengundang para pejabat pemerintah, pakar, dan peneliti terkemuka dunia untuk membahas sejumlah dimensi masalah keamanan.
Memasuki usianya yang ke-50, Konferensi Keamanan Munich telah mengundang sejumlah tamu kehormatan dalam pertemuan itu antara lain, mantan Kanselir Jerman Helmut Schmidt, mantan Presiden Perancis Valery Giscard d'Estaing, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger, dan juga mantan Menteri Luar Negeri Inggris David Miliband.
Sebanyak 20 kepala negara dan pemerintahan, 50 menteria luar negeri dan pertahanan serta 10 pimpinan organisasi internasional diharapkan akan berpartisipasi dalam konferensi itu.
Dunia saat ini sedang menghadapi sejumlah tantangan serius yang menuntut penyelesaian segera. Ada sejumlah tantangan yang mengancam berbagai dimensi kehidupan manusia seperti, terorisme, ekstrimisme, keamanan cyber, kasus penyadapan global, keamanan energi, lingkungan hidup, perubahan iklim, senjata pemusnah massal, berbagai jenis penyakit mematikan, kejahatan terorganisir, penyelundupan, dan polusi.
Menurut National Defense Magazine, tantangan utama keamanan di masa depan adalah keberadaan senjata destruksi massal, serangan cyber, kejahatantransnasional, dan perubahan iklim.
Sejumlah pakar percaya bahwa fenomena ketidakamanan sulit ditangani dan tidak ada jalan lain kecuali semua negara mengadopsi pendekatan yang seragam dan menjalin kerjasama secara jujur demi mencapai dunia yang bebas dari ancaman. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa perdamaian tidak akan tercipta selama senjata masih memainkan peran utamanya.
Keamanan kolektif dan kerjasama semua negara diperlukan untuk mewujudkan perdamaian dunia dan menghapus peperangan. Semua ancaman harus diasumsikan sebagai tantangan bersama dan perlu diambil langkah-langkah yang sejalan dengan kepentingan masyarakat dunia.
Majelis Umum PBB dalam pada 19 Desember 2013, dengan suara bulat menerima usulan Presiden Iran untuk Dunia Menentang Kekerasan dan Ekstremisme (WAVE). Para pengamat memuji terobosan Republik Islam dan menganggap kerjasama kolektif sebagai satu-satunya solusi untuk meghadapi fenomena kekerasan dan ketidakamanan. (IRIB Indonesia/RM)
Tags:
AS Gagal Capai Tujuannya di Jenewa 2
Islam
Times - Waki lMenlu itu mengatakan bahwa AS tidak dapat mengubah
kedaulatan politik di Suriah melalui perang psikologis dan propaganda.
http://www.islamtimes.org/vdcgz39wxak9ty4.1ira.html
Hossein Amir-Abdollahian - Wakil Menlu Iran untuk Urusan Arab dan Afrika
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, Amerika gagal mencapai hasil yang diinginkannya dari konferensi Jenewa 2 tentang krisis Suriah.
Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Arab dan Afrika, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan pada Kamis malam (30/1/14) bahwa tindakan AS menekan kelompok oposisi Suriah tidak bisa menghasilkan hasil yang positif.
Amir-Abdollahian melanjutkan, bagi para pemerhati politik, sudah jelas bahwa perundingan itu tidak akan berhasil karena delegasi yang mewakili oposisi tidak dipilih secara tepat.
Amir-Abdollahian menambahkan bahwa Washington berusaha mengubah hasil pembicaraan untuk keuntungan sendiri dengan memasukkan kelompok oposisi Suriah.
Wakil Menlu itu mengatakan bahwa AS tidak dapat mengubah kedaulatan politik di Suriah melalui perang psikologis dan propaganda.
Pembicaraan yang bertujuan menemukan solusi politik untuk krisis Suriah dimulai di kota Montreux, Swiss pada 22 Januari lalu.
Oposisi dan pendukung bersikeras bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad harus mundur dan pemerintahan transisi harus dibentuk di Suriah. Tapi Damaskus menolak dengan alasan bahwa Koalisi Nasional Suriah (SNC) dukungan asing tidak mewakili seluruh oposisi di Suriah.[IT/r]
Analis: Netanyahu Pembohong Berantai
IslamTimes.
http://www.islamtimes.org/vdcgx39wqak9t74.1ira.html
Seorang analist politik berbasis di AS mengatakan bahwa Perdana Menteri
Israel Benjamin Netanyahu adalah "pembohong berantai" ketika sampai
pada program energi nuklir Iran, Press TV melaporkan.
Seorang analist politik berbasis di AS mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah "pembohong berantai" ketika sampai pada program energi nuklir Iran, Press TV melaporkan.
Dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Rabu 29/1/14, Stephen Lendman, seorang penulis dan penyiar radio, mengatakan bahwa perdana menteri Israel sebagai " pembohong" dan mengatakan Israel sangat menyadari bahwa program energi nuklir Iran tidak memiliki aspek militer.
"Segala sesuatu yang keluar dari mulutnya tidak memiliki kredibilitas, Iran tidak memiliki program senjata nuklir, " kata Lendman, menambahkan bahwa semua orang tahu Israel adalah satu-satunya pemilik senjata nuklir dan senjata kimia di Timur Tengah.
Pada tanggal 28 Januari Netanyahu membuat tuduhan yang lebih kosong tentang program energi nuklir Iran, mengklaim bahwa kesepakatan nuklir antara Teheran dan enam kekuatan dunia, telah memperlambat kemampuan Iran untuk membangun senjata nuklir selama enam minggu. "
Iran dan enam kekuatan utama dunia meraih kesepakatan nuklir interim di Jenewa, Swiss, November lalu dalam upaya untuk membuka jalan bagi sebuah resolusi yang telah berumur satu dekade atas program nuklir Republik Islam Iran.
Lendman lebih lanjut menyatakan bahwa Netanyahu telah membuat komentar tersebut dalam upaya untuk mensabotase kesepakatan Jenewa, dan berusaha untuk mendapatkan bantuan AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) di Amerika untuk mendorong Kongres AS "untuk menekan sanksi lebih terhadap Iran.(IT/TGM
Entitas Zionis Hancurkan 600 Pohon Zaitun di Palestina
Islam Times- Pohon-pohon tersebut ditanam oleh Komite Palang Merah Internasional untuk membantu petani Palestina.
http://www.islamtimes.org/vdccieq1s2bq008.5fa2.html
Petani Palestina
Kemarin, Selasa, 28/01/14, entitas Zionis Israel menumbangkan 600 pohon zaitun dan pohon almond di sebuah desa dekat Ramallah.
Pohon-pohon tersebut ditanam oleh Komite Palang Merah Internasional untuk membantu petani Palestina.
Menurut laporan OCHA, entitas Zionis membakar, menumbangkan atau merusak 10.142 kebun dan pohon milik warga Palestina pada tahun 2013, naik daritis dari 8.259 pada tahun 2012. [IT/Onh/Ass]