http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:CIA_map_of_Afghanistan_in_2007.gif
Tak Hanya Perang & Gadis Pushtun, Afghanistan Punya Danau Ajaib
Tak Hanya Perang & Gadis Pushtun, Afghanistan Punya Danau Ajaib
Ini dia Band-e-Amir, keajaiban dari Afghanistan (Amusing Planet)
Bamiyan - Apa yang terlintas dibenak Anda ketika mendengar Afghanistan? Biasanya perang dan gadis Pushtun yang cantik-cantik. Tapi lebih dari itu, Afghanistan rupanya punya danau ajaib yang bisa didatangi traveler. Seperti apa?
Nama danau tersebut adalah Band-e-Amir. Danau ini sangat ajaib. Betapa tidak, di antara padang gurun yang gersang dan penuh debu, ada danau yang berwarna sangat biru dan tenang. Siapa pun yang melihat, seolah tidak percaya!
Dilirik dari situs SAARC Tourism Afghanistan, Jumat (24/5/2013), Band-e-Amir ini adalah kumpulan lima danau yang berwarna biru. Letaknya berada di bagian tengah Afghanistan dan sudah menjadi taman nasional bagi negara tersebut.
Band-e-Amir layak disebut sebagai keajaiban alam. Band-e-Amir punya warna biru yang seperti lautan. Uniknya, warna biru tersebut terlihat kontras dengan pegunungan-pegunungan tandus yang berwarna keabu-abuan. Bahkan, air danaunya sangat tenang dan tidak ada gelombang. Benar-benar menghipnosis!
Selain itu, tidak ada populasi manusia di sekitar Band-e-Amir. Di sekeliling danaunya pun hanya ada semak belukar yang berwarna kehijauan. Tak heran, danau ini masih sangat terjaga kebersihan dan kealaminya. Band-e-Amir laksana surga yang tersembunyi.
Meski berada di atas ketinggian 2.900 mdpl, hawa di sekitar danau ini cenderung panas. Beberapa peneliti pun masih mempelajari tentang Band-e-Amir, tentang asal usul danau ini terbentuk dan berapa kedalaman dari tiap danaunya. Satu hal yang pasti, mereka percaya kalau kandungan mineral yang ada di Band-e-Amir sangat tinggi. Itulah yang membuat warna biru pada airnya terlihat sangat menakjubkan.
Anda bisa datang ke tiap danau-danau yang ada di Band-e-Amir. Dari kelima danau itu, Band-e-Panir adalah yang paling mungil dengan diameter sekitar 100 meter dan danau terbesar adalah Band-e-Zulfiqar dengan panjang 6,5 kilometer. Untuk danau yang paling mudah dicapai oleh traveler, adalah Band-e-Haibat. Di danau ini mulai ada beberapa penginapan dan penyewaan perahu untuk menjelajahi danau tersebut.Next
Lihatlah birunya yang tenang dengan pegunungan tandus yang mengelilinginya (www.newswise.com)
Karzai Akan Batalkan Perjanjian Dengan AS?
Sabtu, 25 Januari 2014, 17:25 WIB
Reuters/Mohammad Ismail
Reuters/Mohammad Ismail
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/14/01/25/mzycz9-karzai-akan-batalkan-perjanjian-dengan-as
Presiden Hamid Karzai pada Sabtu
mengisyaratkan bahwa persetujuan untuk mengizinkan pasukan Amerika
Serikat tetap berada di Afghanistan dapat batal, sementara tentara NATO
mundur setelah satu dasawarsa pertempuran melawan Taliban.
Di penghujung tahun lalu, Karzai membuat keputusan mengejutkan dengan tidak segera menandatangani perjanjian keamanan dwipihak (BSA) dengan AS, kendati majelis nasional Loya Jirga memberikan suara kepada dia untuk mengambil tindakan itu.
Washington bertambah frustrasi oleh manuver Karzai terkait persetujuan itu, dengan menekankan bahwa perundingan-perundingan dirampungkan pada November dan naskah yang sudah disetujui siap untuk ditandatangani.
"Afghanistan sama sekali tak akan menerima atau menandatangani apapun di bawah tekanan," kata Karzai kepada wartawan di Kabul. "Kalau mereka ingin keluar, maka mereka pergi dan kami akan meneruskan kehidupan kami ... syarat utama kami ialah dimulainya proses perdamaian."
AS sebelumnya mendorong BSA ditandatangani pada akhr Oktober sehingga koalisi militer NATO dapat menjadwal penarikan pasukannya pada akhir tahun ini.
Tetapi batas waktu telah terlewati karena Karzai menolak menandatangani dan bahkan menyarankan penggantinya dapat membuat keputusan akhir setelah pemilihan presiden pada 5 April.
Karzai pada Sabtu mengulangi bahwa sebelum dia menandatangani BSA, AS harus mendorong proses perdamaian yang tulus dengan militan Taliban dan juga menghentikan kerja sama militer.
"Dimulainya proses perdamaian akan berarti bahwa tak ada orang asing dapat mengambil manfaat dari berlanjutnya perang," ujar Karzai.
Sekitar 58.000 tentara tempur pimpinan NATO masih di Afghanistan dakan keluar pada akhir 2014.
Washington mengusulkan sekitar 10.000 tenetara AS dikerahkan dari 2015 untuk melatih dan membantu pasukan keamanan Afghanistan dalam pertempuran mereka melawan militan Taliban.
Satu kantor Taliban di Qatar yang dibuka Juni lalu dimaksudkan untuk memimpin pembicaraan perdamaian tetapi keberadaannya membuat Karzai tersinggung setelah kantor itu seperti kedutaan bagi pemerintahan di peengasingan.
Para pejabat Afghanistan menepis kemungkinan bahwa AS akan mengambil "pilihan nol" dengan menarik seluruh pasukannya seperti terjadi di Irak, yang saat ini dilanda kekerasan berdarah.
WASHINGTON - Sejak tahun 2008 hingga 2012, empat
orang jendral besar Amerika Serikat (AS) yang bertanggung jawab sebagai
komandan perang Afghanistan selalu diterjang masalah besar. Keempat
jendral besar itu menjalankan masa dinas satu tahun.
Jendral-jendral itu merupakan pejabat militer ternama di AS dan figur yang cukup dihormati. Namun beberapa di antaranya didesak untuk mundur karena membuat kesalahan besar. Berikut nama-nama jendral besar AS yang berdinas di Afghanistan.
- Jendral David McKiernan (Juni 2008 - Juni 2009)
Menteri Pertahanan AS Robert Gates mendesak McKiernan agar mundur dari jabatannya sebelum massa dinas McKiernan habis. Pemecatan itu dilakukan karena Presiden Barack Obama yang baru saja menjabat sebagai Presiden AS kurang setuju dengan strategi McKiernan di Afghanistan. Demikian, seperti diberitakan Associated Press, Rabu (14/11/2012).
McKiernan mengusung strategi perang konvensional di Afghanistan. McKiernan juga dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan tentang perang anti-narkoba di Afghanistan dan sayangnya, McKiernan tidak bisa menjawab dengan baik. Jendral asal Atalanta, Georgia, itu dinilai terlalu konservatif dan tidak karismatik secara personal.
- Jendral Stanley A. McChrystal (Juni 2009 - Juni 2010)
Jendral McCrhystal memiliki latarbelakang sebagai seorang pasukan khusus. Di bawah mandat Obama, McChrystal menjalankan dinasnya di Afghanistan. Namun saat menjalankan dinasnya, muncul artikel di Majalah Rolling Stone tentang McChrystal.
Dalam artikel itu, McChrystal dan staf-stafnya dikabarkan mengolok-olok pemerintahan sipil AS. Mereka menghina Wakil Presiden Joe Biden, Penasihat Keamanan AS James L. Jones, Duta Besar AS untuk Afghanistan Karl W. Eikenberry, dan Utusan Khsusu AS untuk Afghanistan dan Pakistan Richard Holbrooke. Obama langsung mendesak McChrystal agar pulang ke Washington dan meminta penjelasannya, setelah itu McChrystal diberhentikan.
- Jendral David Petraeus (Juli 2010 - Juli 2011)
Jendral David Petraeus mengisi kekosongan posisi komandan militer AS di Afghanistan yang baru saja ditinggal oleh McChrystal. Petraeus sukses mengemban tugas itu dan pensiun dari dinas militer.
Usai Direktur Badan Intelijen AS (CIA) Leon Panetta dipromosikan sebagai menteri pertahanan. Petraeus langsung diminta menduduki posisi lama Panetta. Namun Petraeus diterjang masalah berat ketika menjabat sebagai Direktur CIA.
Petraeus terpaksa mundur sebagai Direktur CIA pekan lalu karena terlibat dalam perselingkuhan. Petraeus mengaku, kasus skandal itu sangat memalukan AS dan CIA.
- Jendral John Allen (Juli 2011 - sekarang)
Sosok pengganti Petraeus, Jendral John Allen tidak luput dari isu skandal. Allen justru menjadi imbas dari skandal perselingkuhan Petraeus, karena diduga menjalin kontak dengan perempuan bernama Jill Kelley yang menguak skandal Petraeus dan Paula Broadwell.
Menurut seorang pejabat AS, FBI berhasil membocorkan percakapan Allen dengan Kelley. Allen dikabarkan mengutarakan kalimat-kalimat mesum kepada Kelley dan jumlah email yang dikirim Allen ke Kelley mencapai ratusan ribu. (AUL)
Setelah lebih dari 11 tahun militer Amerika Serikat bercokol di Afghanistan, berbagai bukti menunjukkan ambisi besar Washington untuk tetap menduduki negara yang memiliki posisi geopolitik strategis ini.
Sementara itu, tiga petinggi militer dan keamanan Amerika menekankan bahwa Gedung Putih harus secepatnya mengumumkan jumpa militer negara ini yang akan ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014. Meski demikian ketiganya mengakui bahwa tujuan Washington di perang Afghanistan gagal.
Terkait hal ini Jend. John Allen, mantan komandan pasukan AS di Afghanistan, Jumat (31/5) meminta Gedung Putih mengumumkan jumlah personil militer negara ini yang bakal ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014. Menurutnya Afghanistan membutuhkan ketegasan AS terkait jumlah pasukannya yang nantinya masih tetap tinggal di wilayahnya.
Statemen Allen ini dirilis di saat pusat keamanan baru Amerika merilis laporan yang ditulis oleh Jend, John Allen, Michele Flournoy dari Pentagon dan Michael O'Hanlon pengamat pertahanan dari the Brookings Institution. Dalam laporan tersebut diperingatkan kemungkinan Amerika dan sekutunya kehilangan tujuan mereka jika mundur lebih cepat dari Afghanistan sebelum Desember 2014 dan penahanan diri masyarakat internasilnal dalam melanjutkan bantuan kepada Afghanistan pasca tahun 2014.
Tiga petinggi Amerika di laporannya meminta pemerintah Barack Obama secepatnya menentukan jumpa personil militer negara ini yang bakal ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014. Menurut laporan ini, Allen mengusulkan kepada Gedung Putih jumlah militer AS yang ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014 sekitar 13.600 personil. Serta didukung dengan pasukan NATO. Ketiganya menyatakan tengah mengkaji jumlah antara 8-12 ribu personil yang ditinggal di Kabul pasca tahun 2014.
Sementara itu, berdasarkan berbagai laporan rencananya Barack Obama dalam beberapa pekan depan akan mengumumkan jumlah pasukan Amerika yang bakal ditarik dan mereka yang akan tetap ditempatkan di Afghanistan. Juru bicara Gedung Putih, Laura Lucas mengatakan, presiden Amerika tengah mengkaji berbagai opsi yang ditawarkan oleh tim keamanan nasional dan belum memutuskan jumlah personil militer negara ini yang bakal ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014.
Tiga perwira tinggi Amerika juga mengakui bahwa perang Amerika di Afghanistan dan eskalasi personil militer Washington yang ditempatkan di Kabul sejak periode awal kepresidenan Barack Obama tidak berujung pada terealisasinya stabilitas di Afghanistan.
Mengingat rencana penarikan militer NATO termasuk militer Amerika dari Afghanistan hingga akhir tahun 2014, berbagai laporan menunjukkan penurunan bujet perang Afghanistan oleh pemerintah Amerika. Terkait hal ini, Barack Obama Jumat (17/5) mengurangi hingga 10 persen bujet yang ia ajukan untuk perang Afghanistan dan operasi di negara lain.
Di sisi lain, perundingan antara Amerika dan Afghanistan untuk mencapai kesepakatan keamanan sampai saat ini belum final. Salah satu masalah yang masih diperdepatkan adalah isu kekebalan hukum militer Amerika di Afghanistan di mana hal ini ditentang keras oleh Kabul.
Meski demikian pemerintah Kabul mengajukan usulan pembangunan sembilan pangkalan militer bagi Amerika di wilayahnya. Sepertinya meski secara umum Amerika menghendaki untuk tetap bercokol di Afghanistan setelah tahun 2014, Washington masih ragu terkait jumlah personil yang nantinya ditempatkan di Kabul.
Di sisi lain, pengakuan tiga petinggi militer Amerika terkait kegagalan tujuan Amerika di perang Afghanistan menjadi bukti tidak adanya jaminan bahwa berlanjutnya kehadiran militer Amerika di Kabul akan berhasil menggapai tujuan yang diharapkan. (IRIB Indonesia/MF)
Saad Saefullah – Jumat, 23 April 2010 13:08 WIB
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/kisah-pilu-tentara-as-di-medan-perang.htm#.UuUIFvsxVkg
Spesialis William B Allen adalah petugas medis Angkatan Darat AS yang
bertugas mendampingi dua putaran tur perang di Irak. Ia menghabiskan 27
bulan di sana. Dia baru saja menyelesaikan program tiga-minggu
pengobatan untuk Gangguan Stres Pasca Trauma atau Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) pada Warrior Combat Stress Reset Center di Fort Hood,
pangkalan militer terbesar AS di dunia.
“Menjadi pasukan medis di medan tempur, kami harus ‘hidup’ selama 24 jam sehari. Kami menangani peristiwa korban massal, atau pembom bunuh diri wanita yang meledakkan rumah sakit tiga kali berturut-turut. Kami lah orang yang merespon itu. Saya ‘meledak’ beberapa kali dalam hidup saya.
“Ketika Anda kembali ke Amerika Anda akan terus menjadi seseorang yang hiper. Insomnia akan menghingapi Anda setiap empat bulan sekali. Saya benar-benar menjadi gila.
"Saya mulai minum alkohol, menggunakan narkoba, bahkan terpikir untuk bunuh diri. Saya lelah terus bermimpi buruk, saya ingin menemui teman saya yang sudah mati.
“Saya pernah berada di pusat rehabilitasi narkoba selama sebulan. Saya konsultasi dengan ahli psikologi. Waktu itu, penyembuhannya hanya dengan ‘minumlah pil ini.’”
“Kemudian mereka menempatkan saya dalam program ini. Mereka bilang saya akan menjalani reiki, pijat, yoga, akupunktur, dan yang terpikir pertama kali dalam pikiran saya, saya akan menjalani pengobatan mistis atau voodoo.
“Ketika saya berada dalam kondisi ini, saya benar-benar marah terhadap segala sesuatu. Semuanya membuat saya jengkel dan murka. Saya benar-benar takut.
“Tapi kemudian, pikiran saya menjadi terbuka, karena saya yakin, saya akan melakukan sesuatu yang terbaik. Dalam beberapa hari terapi alternatif komplementer itu, saya merasakannya. Saya menjadi realistis.
“Saya bisa tidur lebih baik sekarang. Minggu lalu, saya tidur tanpa obat penenang sepanjang malam, dengan menggunakan teknik pernapasan, teknik relaksasi.
“Bagian yang sulit bagi saya adalah kembali ke medan perang. Kembali sebagai petugas medis dan berurusan dengan peluru, amputasi, kematian yang mengerikan … Saya tidak yakin bahwa saya benar-benar ingin melakukannya.
“Tapi saya bisa membantu dengan aspek-aspek lain—konseling, atau merawat. Ada banyak jiwa yang perlu disembuhkan juga. Segala sesuatu harus diperhitungkan, dan pada saat ini saya tidak keberatan menyebarkan aspek seperti itu.
“Hal yang disayangkan adalah fasilitas konseling ini tidak ada yang mencukupi. Ada 12 tentara pada satu waktu, di mana ada bisa 1.200 prajurit yang mungkin perlu konseling dan perawatan.
"Semua orang terpengaruh. Saya tidak pernah menemukan satu orang pun yang tidak terpengaruh. Akhirnya tak peduli siapa pun Anda, perang akan selalu memengaruhi Anda. Perang akan mengubah jiwa Anda.” (sa/bbc)
Di penghujung tahun lalu, Karzai membuat keputusan mengejutkan dengan tidak segera menandatangani perjanjian keamanan dwipihak (BSA) dengan AS, kendati majelis nasional Loya Jirga memberikan suara kepada dia untuk mengambil tindakan itu.
Washington bertambah frustrasi oleh manuver Karzai terkait persetujuan itu, dengan menekankan bahwa perundingan-perundingan dirampungkan pada November dan naskah yang sudah disetujui siap untuk ditandatangani.
"Afghanistan sama sekali tak akan menerima atau menandatangani apapun di bawah tekanan," kata Karzai kepada wartawan di Kabul. "Kalau mereka ingin keluar, maka mereka pergi dan kami akan meneruskan kehidupan kami ... syarat utama kami ialah dimulainya proses perdamaian."
AS sebelumnya mendorong BSA ditandatangani pada akhr Oktober sehingga koalisi militer NATO dapat menjadwal penarikan pasukannya pada akhir tahun ini.
Tetapi batas waktu telah terlewati karena Karzai menolak menandatangani dan bahkan menyarankan penggantinya dapat membuat keputusan akhir setelah pemilihan presiden pada 5 April.
Karzai pada Sabtu mengulangi bahwa sebelum dia menandatangani BSA, AS harus mendorong proses perdamaian yang tulus dengan militan Taliban dan juga menghentikan kerja sama militer.
"Dimulainya proses perdamaian akan berarti bahwa tak ada orang asing dapat mengambil manfaat dari berlanjutnya perang," ujar Karzai.
Sekitar 58.000 tentara tempur pimpinan NATO masih di Afghanistan dakan keluar pada akhir 2014.
Washington mengusulkan sekitar 10.000 tenetara AS dikerahkan dari 2015 untuk melatih dan membantu pasukan keamanan Afghanistan dalam pertempuran mereka melawan militan Taliban.
Satu kantor Taliban di Qatar yang dibuka Juni lalu dimaksudkan untuk memimpin pembicaraan perdamaian tetapi keberadaannya membuat Karzai tersinggung setelah kantor itu seperti kedutaan bagi pemerintahan di peengasingan.
Para pejabat Afghanistan menepis kemungkinan bahwa AS akan mengambil "pilihan nol" dengan menarik seluruh pasukannya seperti terjadi di Irak, yang saat ini dilanda kekerasan berdarah.
4 Jendral Besar AS Terkena Kutukan Perang Afghanistan?
Jendral-jendral itu merupakan pejabat militer ternama di AS dan figur yang cukup dihormati. Namun beberapa di antaranya didesak untuk mundur karena membuat kesalahan besar. Berikut nama-nama jendral besar AS yang berdinas di Afghanistan.
- Jendral David McKiernan (Juni 2008 - Juni 2009)
Menteri Pertahanan AS Robert Gates mendesak McKiernan agar mundur dari jabatannya sebelum massa dinas McKiernan habis. Pemecatan itu dilakukan karena Presiden Barack Obama yang baru saja menjabat sebagai Presiden AS kurang setuju dengan strategi McKiernan di Afghanistan. Demikian, seperti diberitakan Associated Press, Rabu (14/11/2012).
McKiernan mengusung strategi perang konvensional di Afghanistan. McKiernan juga dihadapkan dengan sejumlah pertanyaan tentang perang anti-narkoba di Afghanistan dan sayangnya, McKiernan tidak bisa menjawab dengan baik. Jendral asal Atalanta, Georgia, itu dinilai terlalu konservatif dan tidak karismatik secara personal.
- Jendral Stanley A. McChrystal (Juni 2009 - Juni 2010)
Jendral McCrhystal memiliki latarbelakang sebagai seorang pasukan khusus. Di bawah mandat Obama, McChrystal menjalankan dinasnya di Afghanistan. Namun saat menjalankan dinasnya, muncul artikel di Majalah Rolling Stone tentang McChrystal.
Dalam artikel itu, McChrystal dan staf-stafnya dikabarkan mengolok-olok pemerintahan sipil AS. Mereka menghina Wakil Presiden Joe Biden, Penasihat Keamanan AS James L. Jones, Duta Besar AS untuk Afghanistan Karl W. Eikenberry, dan Utusan Khsusu AS untuk Afghanistan dan Pakistan Richard Holbrooke. Obama langsung mendesak McChrystal agar pulang ke Washington dan meminta penjelasannya, setelah itu McChrystal diberhentikan.
- Jendral David Petraeus (Juli 2010 - Juli 2011)
Jendral David Petraeus mengisi kekosongan posisi komandan militer AS di Afghanistan yang baru saja ditinggal oleh McChrystal. Petraeus sukses mengemban tugas itu dan pensiun dari dinas militer.
Usai Direktur Badan Intelijen AS (CIA) Leon Panetta dipromosikan sebagai menteri pertahanan. Petraeus langsung diminta menduduki posisi lama Panetta. Namun Petraeus diterjang masalah berat ketika menjabat sebagai Direktur CIA.
Petraeus terpaksa mundur sebagai Direktur CIA pekan lalu karena terlibat dalam perselingkuhan. Petraeus mengaku, kasus skandal itu sangat memalukan AS dan CIA.
- Jendral John Allen (Juli 2011 - sekarang)
Sosok pengganti Petraeus, Jendral John Allen tidak luput dari isu skandal. Allen justru menjadi imbas dari skandal perselingkuhan Petraeus, karena diduga menjalin kontak dengan perempuan bernama Jill Kelley yang menguak skandal Petraeus dan Paula Broadwell.
Menurut seorang pejabat AS, FBI berhasil membocorkan percakapan Allen dengan Kelley. Allen dikabarkan mengutarakan kalimat-kalimat mesum kepada Kelley dan jumlah email yang dikirim Allen ke Kelley mencapai ratusan ribu. (AUL)
Tiga Petinggi Militer AS Akui Kegagalan Perang di Afghanistan
Setelah lebih dari 11 tahun militer Amerika Serikat bercokol di Afghanistan, berbagai bukti menunjukkan ambisi besar Washington untuk tetap menduduki negara yang memiliki posisi geopolitik strategis ini.
Sementara itu, tiga petinggi militer dan keamanan Amerika menekankan bahwa Gedung Putih harus secepatnya mengumumkan jumpa militer negara ini yang akan ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014. Meski demikian ketiganya mengakui bahwa tujuan Washington di perang Afghanistan gagal.
Terkait hal ini Jend. John Allen, mantan komandan pasukan AS di Afghanistan, Jumat (31/5) meminta Gedung Putih mengumumkan jumlah personil militer negara ini yang bakal ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014. Menurutnya Afghanistan membutuhkan ketegasan AS terkait jumlah pasukannya yang nantinya masih tetap tinggal di wilayahnya.
Statemen Allen ini dirilis di saat pusat keamanan baru Amerika merilis laporan yang ditulis oleh Jend, John Allen, Michele Flournoy dari Pentagon dan Michael O'Hanlon pengamat pertahanan dari the Brookings Institution. Dalam laporan tersebut diperingatkan kemungkinan Amerika dan sekutunya kehilangan tujuan mereka jika mundur lebih cepat dari Afghanistan sebelum Desember 2014 dan penahanan diri masyarakat internasilnal dalam melanjutkan bantuan kepada Afghanistan pasca tahun 2014.
Tiga petinggi Amerika di laporannya meminta pemerintah Barack Obama secepatnya menentukan jumpa personil militer negara ini yang bakal ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014. Menurut laporan ini, Allen mengusulkan kepada Gedung Putih jumlah militer AS yang ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014 sekitar 13.600 personil. Serta didukung dengan pasukan NATO. Ketiganya menyatakan tengah mengkaji jumlah antara 8-12 ribu personil yang ditinggal di Kabul pasca tahun 2014.
Sementara itu, berdasarkan berbagai laporan rencananya Barack Obama dalam beberapa pekan depan akan mengumumkan jumlah pasukan Amerika yang bakal ditarik dan mereka yang akan tetap ditempatkan di Afghanistan. Juru bicara Gedung Putih, Laura Lucas mengatakan, presiden Amerika tengah mengkaji berbagai opsi yang ditawarkan oleh tim keamanan nasional dan belum memutuskan jumlah personil militer negara ini yang bakal ditempatkan di Afghanistan pasca tahun 2014.
Tiga perwira tinggi Amerika juga mengakui bahwa perang Amerika di Afghanistan dan eskalasi personil militer Washington yang ditempatkan di Kabul sejak periode awal kepresidenan Barack Obama tidak berujung pada terealisasinya stabilitas di Afghanistan.
Mengingat rencana penarikan militer NATO termasuk militer Amerika dari Afghanistan hingga akhir tahun 2014, berbagai laporan menunjukkan penurunan bujet perang Afghanistan oleh pemerintah Amerika. Terkait hal ini, Barack Obama Jumat (17/5) mengurangi hingga 10 persen bujet yang ia ajukan untuk perang Afghanistan dan operasi di negara lain.
Di sisi lain, perundingan antara Amerika dan Afghanistan untuk mencapai kesepakatan keamanan sampai saat ini belum final. Salah satu masalah yang masih diperdepatkan adalah isu kekebalan hukum militer Amerika di Afghanistan di mana hal ini ditentang keras oleh Kabul.
Meski demikian pemerintah Kabul mengajukan usulan pembangunan sembilan pangkalan militer bagi Amerika di wilayahnya. Sepertinya meski secara umum Amerika menghendaki untuk tetap bercokol di Afghanistan setelah tahun 2014, Washington masih ragu terkait jumlah personil yang nantinya ditempatkan di Kabul.
Di sisi lain, pengakuan tiga petinggi militer Amerika terkait kegagalan tujuan Amerika di perang Afghanistan menjadi bukti tidak adanya jaminan bahwa berlanjutnya kehadiran militer Amerika di Kabul akan berhasil menggapai tujuan yang diharapkan. (IRIB Indonesia/MF)
- Bom Bunuh Diri Hantam Markas Militer Afghanistan
- Taliban Serang Restoran di Kabul, 21 Tewas
- Presiden Afghanistan: AS Tak Hormati Warga
- Tentara AS Bunuh Balita di Afghanistan
- Tentara AS Bunuh Bocah Afghanistan
- Bocah Korban Taliban, Minta Perlindungan ke Presiden Afghanistan
- Afghanistan Siap Bebaskan 88 Narapidana
- Roket Taliban Hantam Kedubes AS di Afghanistan
- Jerman Desak Afghanistan Sepakati Perjanjian Keamanan
- Taliban Gantung Polwan dan Ibu Hamil
- More News
Kisah Pilu Tentara AS Di Medan Perang
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/kisah-pilu-tentara-as-di-medan-perang.htm#.UuUIFvsxVkg
“Menjadi pasukan medis di medan tempur, kami harus ‘hidup’ selama 24 jam sehari. Kami menangani peristiwa korban massal, atau pembom bunuh diri wanita yang meledakkan rumah sakit tiga kali berturut-turut. Kami lah orang yang merespon itu. Saya ‘meledak’ beberapa kali dalam hidup saya.
“Ketika Anda kembali ke Amerika Anda akan terus menjadi seseorang yang hiper. Insomnia akan menghingapi Anda setiap empat bulan sekali. Saya benar-benar menjadi gila.
"Saya mulai minum alkohol, menggunakan narkoba, bahkan terpikir untuk bunuh diri. Saya lelah terus bermimpi buruk, saya ingin menemui teman saya yang sudah mati.
“Saya pernah berada di pusat rehabilitasi narkoba selama sebulan. Saya konsultasi dengan ahli psikologi. Waktu itu, penyembuhannya hanya dengan ‘minumlah pil ini.’”
“Kemudian mereka menempatkan saya dalam program ini. Mereka bilang saya akan menjalani reiki, pijat, yoga, akupunktur, dan yang terpikir pertama kali dalam pikiran saya, saya akan menjalani pengobatan mistis atau voodoo.
“Ketika saya berada dalam kondisi ini, saya benar-benar marah terhadap segala sesuatu. Semuanya membuat saya jengkel dan murka. Saya benar-benar takut.
“Tapi kemudian, pikiran saya menjadi terbuka, karena saya yakin, saya akan melakukan sesuatu yang terbaik. Dalam beberapa hari terapi alternatif komplementer itu, saya merasakannya. Saya menjadi realistis.
“Saya bisa tidur lebih baik sekarang. Minggu lalu, saya tidur tanpa obat penenang sepanjang malam, dengan menggunakan teknik pernapasan, teknik relaksasi.
“Bagian yang sulit bagi saya adalah kembali ke medan perang. Kembali sebagai petugas medis dan berurusan dengan peluru, amputasi, kematian yang mengerikan … Saya tidak yakin bahwa saya benar-benar ingin melakukannya.
“Tapi saya bisa membantu dengan aspek-aspek lain—konseling, atau merawat. Ada banyak jiwa yang perlu disembuhkan juga. Segala sesuatu harus diperhitungkan, dan pada saat ini saya tidak keberatan menyebarkan aspek seperti itu.
“Hal yang disayangkan adalah fasilitas konseling ini tidak ada yang mencukupi. Ada 12 tentara pada satu waktu, di mana ada bisa 1.200 prajurit yang mungkin perlu konseling dan perawatan.
"Semua orang terpengaruh. Saya tidak pernah menemukan satu orang pun yang tidak terpengaruh. Akhirnya tak peduli siapa pun Anda, perang akan selalu memengaruhi Anda. Perang akan mengubah jiwa Anda.” (sa/bbc)
SEJARAH PERANG AFGHANISTAN
Perang Soviet-Afghanistan
http://anggiafganistan.wordpress.com/sejarah-perang-afghanistan/
Perang Soviet-Afganistan merupakan masa sembilan tahun di mana Uni Soviet berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis Afganistan, yaitu Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menghadapi mujahidin
Afganistan yang ingin menggulingkan pemerintahan. Uni Soviet mendukung
pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari
banyak negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.
Pasukan Soviet pertama kali sampai di Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989.
Karena banyaknya biaya dan akhirnya kesia-siaan konflik ini, Perang
Soviet-Afganistan sering disamakan sebagai padanan Uni Soviet daripada Perang Vietnam Amerika Serikat.
Perang ini memiliki dampak yang sangat besar, dan merupakan salah satu faktor leburnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Perang Soviet-Afghanistan merupakan bagian dari Perang Dingin, dan Perang Saudara Afghanistan
Foto : Seorang prajurit Soviet berjaga-jaga di Aghanistan, 1988.
Tanggal Desember 1979 - Februari 1989
Lokasi Afghanistan
Hasil Soviet mundur, dan perang saudara Afghanistan berlanjut
Korban 14.751 tewas atau hilang
53.753 terluka
415.932 sakit
53.753 terluka
415.932 sakit
Casus Belli Perjanjian antara Soviet dengan pemerintah Afghanistan
Latar Belakang Perang
Daerah yang kini bernama Afganistan telah secara luas merupakan wilayah Muslim sejak tahun 882 M.
Negara dengan keadaan geografisnya yang nyaris tidak bisa dimasuki,
tercerminkan pada komposisi etnis, budaya dan bahasanya. Populasinya pun
terbagi menjadi beberapa kelompok etnis, Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen dan kelompok kecil lainnya.
Keikutsertaan militer Rusia di Afganistan memiliki sejarah yang panjang, berawal pada ekspansi Tsar pada “Permainan Besar” antara Rusia dengan Britania Raya, dimulai pada abad ke-19 dengan kejadian seperti insiden Panjdeh.
Ketertarikan akan daerah ini berlanjut saat era Soviet di Rusia, dengan
adanya miliaran uang bantuan ekonomi dan militer untuk Afganistan pda
tahun 1955 sampai 1978.
Pada Februari 1979, revolusi Islam Iran telah mengusir shah yang didukung oleh Amerika Serikat di Iran.
Di Uni Soviet, tetangga Afganistan yang terletak di sebelah utara
Afganistan, lebih dari 20% populasinya adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia Tengah
mempunyai hubungan yang baik terhadap Iran maupun Afganistan. Uni
Soviet juga telah terpojok oleh fakta bahwa sejak Februari, Amerika
Serikat telah menurunkan 20 kapal, termasuk 2 pesawat pengangkut dan
ancaman konstan peperangan dari Amerika
Serikat dan Iran.[4] Maret 1979 juga ditandai Amerika Serikat yang mencanangkan perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir.
Pemimpin Uni Soviet melihat perjanjian damai antara Israel dan Mesir
sebagai langkah peningkatan kekuatan Amerika Serikat di daerah tersebut.
Faktanya, sebuah koran Soviet menyatakan bahwa Mesir dan Israel
sekarang adalah sekutu dari Pentagon. Uni Soviet melihat perjanjian
tidak hanya perjanjian tertulis di antara dua negara tapi juga
persetujuan militer. Selain itu, Uni Soviet menemukan bahwa Amerika
Serikat menjual lebih dari 5.000 peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu atas kesuksesan pertahanan Yemen melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat Tiongkok juga menjual RPG Tipe 69 kepada Mujahidin dalam kooperasi dengan CIA. Kemudian, hubungan erat Uni Soviet dengan Irak mengasam, karena Irak, pada Juni 1978, mulai membeli senjata yang dibuat Perancis dan Italia,
dan bukan senjata buatan Uni Soviet. Namun, bantuan barat membantu
pemberontakan melawan Soviet dilakukan. Beberapa partai memberikan
bantuan mereka untuk membantu Mujahidin dalam alasan untuk menghancurkan
pengaruh Uni Soviet
PERANG AMERIKA SERIKAT-AFGHANISTAN
Tata dunia internasional (world order) kerap kali berubah ketika terjadi suatu defining moment yang
dramatis. Berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, misalnya, segera
diikuti dengan dimulainya era Perang Dingin. Ketika Tembok Berlin
runtuh pada tahun 1989, masyarakat internasional melihatnya sebagai awal
dari lahirnya era Pasca Perang Dingin. Runtuhnya gedung World Trade
Centre (WTC) di New York tanggal 11 September lalu akibat serangan
teroris kini dilihat banyak pihak sebagai defining moment yang
mengakhiri era Pasca Perang Dingin. Memang, tragedi 11 September membawa
implikasi fundamental terhadap situasi dan percaturan politik
internasional. Bagi Amerika Serikat (AS) sendiri, peristiwa tersebut
merupakan pukulan telak bagi supremasi adidaya, yang menuntut respon
dalam bentuk “perang terhadap terorisme.” Bagi negara-negara lainya,
selain menyadarkan mereka bahwa ancaman serius terhadap kemanusiaan
dapat mengambil bentuk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya,
tragedi WTC dan respon AS terhadap terorisme merupakan awal dari
terbangunnya sebuah tatanan politik dunia yang ditandai oleh
meningkatnya ancaman non-tradisional (khususnya dalam bentuk terorisme)
dan hegemonisme AS sebagai adidaya tunggal. Namun, berubahnya situasi
keamanam pada level global itu tidak berarti bahwa situasi keamanan
regional juga telah mengalami perubahan secara fundamental.
Meskipun
negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga mengakui bahwa terorisme
merupakan ancaman serius bagi negara dan masyarakat, hal itu tidak
berarti bahwa isyuisyu keamanan lainnya di kawasan menjadi tidak
penting. Bagi kawasan Asia Tenggara, peristiwa 11 September hanya
semakin memperumit kompleksitas tantangan keamanan di kawasan, yang
sebelumnya telah ” akrab” dengan berbagai ancaman non-tradisional
termasuk terorisme. Hanya saja, dengan dijadikannya terorisme sebagai
agenda utama – kalaupun bukan sebagai agenda tunggal– dalam kebijakan
keamanan nasional dan politik luar negeri AS, negara-negara Asia
Tenggara terpaksa dihadapkan pada sebuah realita baru yang merupakan
konsekuensi dari dari kebijakan AS itu. Makalah ini menyoroti situasi
dan karakteristik keamanan internasional pasca tragedi 11 September dan
implikasinya terhadap kawasan Asia Tenggara.
Pembahasan dibagi ke dalam
tiga bagian. Bagian pertama membahas respon AS terhadap terorisme, dan
makna serangan AS ke Afghanistan dan Irak bagi politik global, sebagai
dua factor yang akan membentuk karakteristik politik global dewasa ini.
Bagian kedua, disamping menyoroti implikasi “perang terhadap terorisme”
bagi kawasan Asia Tenggara, juga membahas
sejumlah persoalan keamanan yang menjadi tantangan bagi negara-negara
di kawasan, termasuk Indonesia. Bagian ketiga secara spesifik membahas
posisi dan opsiopsi yang dapat ditempuh ASEAN dan Indonesia dalam
merespon berbagai perkembangan global dan regional.
Situasi Global Pasca 11 September
Ketika
Perang Dingin dinyatakan berakhir dengan runtuhnya tembok Berlin dan
disintegrasi Uni Soviet di akhir 1990-an, bentuk dan masa depan peran AS
sebagai satusatunya negara adidaya merupakan salah satu isyu yang kerap
menjadi perdebatan di kalangan akademisi dan praktisi. Sebagian
kalangan pada waktu itu berpendapat bahwa peran global AS bisa jadi akan
mengalami tekanan-tekanan domestik, yang pada gilirannya dapat
mendorong negara itu untuk mengambil posisi isolasionis, mengedepankan
pengaturan keamanan regional, dan menjalankan keterlibatan terbatas
dalam masalah-masalah internasional. Akibat hilangnya ancaman strategis
dari Uni Soviet, AS diperkirakan akan lebih memprioritaskan agenda
non-militer dan nontradisional dalam politik globalnya, terutama dalam
hal penyebaran demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan
penanganan ancaman lintas-batas (transnational threats).
Kecenderungan demikian setidaknya terlihat dalam kebijakan luar negeri
AS selama dekade 1990-an. Namun, tragedi 11 September 2001 membalik
semua kecenderungan yang ada. Seolah mendapat alasan dan keharusan baru,
peristiwa tersebut menjadi faktor signifikan bagi penguatian hegemoni
AS, yang dimanifestasikan dalam bentuk kehadiran dan peran global AS
dalam pentas politik internasional secara lebih dominan. Serangan
teroris 11 September memperkuat keyakinan para pemimpin AS bahwa
kepentingan keamanan negara itu tidak dapat dilepaskan dari situasi
keamanan global, yang pada gilirannya menuntut penguatan posisi hegemoni
AS dan keterlibatan luas dalam percaturan politik internasional.
Penguatan itu tampak jelas antara lain dalam dua aspek, yakni respon AS
terhadap terorisme pada tataran umum, dan invasi ke Afghanistan dan Irak
pada tataran khusus.
Respon AS Terhadap Terorisme:
Dalam
merespon terorisme, kalkulasi kebijakan keamanan, pertahanan, dan luar
negeri AS dapat dikatakan berubah secara signifikan, yang pada
gilirannya telah mempengaruhi konstelasi politik internasional.
Pertama
dengan sikapnya yang keras, AS tampaknya ingin melahirkan semacam struktur “bipolar” baru yang memperumit pola-pola hubungan antar negara. Pernyataan Presiden George W. Bush, “either you are with us or you are with the terrorists,” secara hitam putih menggambarkan dunia yang terpilah dalam sebuah pertarungan antara kekuatan baik (good) dan kekuatan jahat (evil).
Pemilahan dunia demikian mempersulit posisi banyak negara, khususnya
negara-negara pasca kolonial yang tidak ingin dipersepsikan oleh
konstituennya berada dalam orbit AS. Lagipula, tampaknya sulit bagi AS
untuk menerima pendapat negara-negara lain bahwa perang melawan
terorisme tidak harus dilakukan dibawah pimpinan AS.
Sementara itu bagi
banyak negara berkembang, masalah kemiskinan, pengangguran,
keterbelakangan, dan konflik antar-etnik dilihat lebih berbahaya
ketimbang masalah terorisme sebagai ancaman utama bagi kelangsungan
hidup mereka sebagai sebuah negara.
Kedua, tragedi 11 September juga
telah membuka kemungkinan berubahnya parameter yang gunakan AS dalam
menilai sebuah negara. Sekarang ini, AS cenderung lebih hirau kepada
masalah terorisme ketimbang isyu demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
Kenyataan bahwa Presiden Pervez Musharraf di Pakistan naik ke panggung
kekuasaan melalui kudeta militer, misalnya, tidak lagi menjadi
penghalang bagi AS untuk menjalin aliansi anti-terorisme dengan negara
itu. Dengan kata lain, AS tampaknya cenderung menjadikan “komitmen”
melawan terorisme, ketimbang komitmen terhadap demokrasi dan HAM,
sebagai alat menilai siapa lawan dan kawan. Akibatnya, telah terjadi
pergeseran agenda global dari demokrasi dan HAM menjadi perang khususnya
terorisme yang dianggap mengancam kepentingan dan keamanan AS secara
langsung.
Ketiga, ditambah dengan adanya kecenderungan yang mengaitkan
Islam dengan terorisme di kalangan para pengambil kebijakan di AS,
tatanan politik global semakin diperumit oleh ketegangan antara AS
dengan negara-negara Islam ataupun negara-negara yang berpenduduk
mayoritas Muslim.
Kehati-hatian dari negara-negera berpenduduk mayoritas
Muslim dalam merespon persoalan terorisme ini kerap menimbulkan
kecurigaan dari AS, dan bahkan tidak jarang melahirkan tekanan-tekanan politik
yang tidak mudah untuk dihadapi. Akibatnya, pemerintah di negara-negara
berpenduduk mayoritas Muslim kerap dihadapkan kepada dilema antara
“kewajiban” memberantas terorisme di satu pihak dan keharusan untuk
menjaga hak-hak konstituen domestik di lain pihak. Dengan kata lain,
kebijakan “perang terhadap terorisme” yang dijalankan AS telah
menimbulkan ketegangan-ketegangan baru dalam hubungan antara pemerintah
dan kelompok-kelompok Islam di banyak negara Muslim. Sampai sekarang, AS
tampaknya masih mengalami kesulitan dalam merumuskan dan menjalankan
kebijakan “perang melawan terorisme” yang tidak menimbulkan komplikasi
dalam hubungannya dengan Dunia Islam.
Keempat, untuk mengantisipasi
kemungkinan serangan-serangan teroris di masa depan, AS juga telah
mengadopsi sebuah doktrin baru, yakni doktrin preemption.
Melalui doktrin ini, AS secara sepihak memberikan hak kepada dirinya
sendiri untuk mengambil tindakan terlebih dahulu, khususnya melalui
tindakan militer unilateral, untuk menghancurkan apa yang
dipersepsikannya sebagai kemungkinan ancaman terror terhadap kepentingan
AS di mana saja. Doktrin preemption tersebut jelas meresahkan
banyak negara, dan dapat mengubah tatanan, nilai dan norma-norma
hubungan antarnegara secara fundamental. Dalam konteks doktrin preempition dan kecenderungan
unilateralis
itu, prinsip kedaulatan negara, arti penting dan peran
institusi-institusi multilateral seperti PBB dan organisasi regional,
serta ketentuan-ketentuan hukum internasional dapat saja diabaikan.
Dengan kata lain, unilateralisme AS, yang didukung dengan kekuatan
ekonomi dan militer yang tidak tertandingi, akan menjadi faktor penentu
yang sangat dominan bagi tatanan politik global di waktu mendatang.
Kelima,
AS kini tampil sebagai negara adidaya tunggal yang sangat yakin bahwa
pendekatan militer merupakan pendekatan terbaik dalam memenuhi dan
melindungi kepentingan-kepentingan keamanannya. Aksi serangan militer ke
Afghanistan, dan invasi ke Irak, merupakan contoh nyata dari keyakinan
demikian. Penekanan kepada pendekatan militer itu terlihat juga melalui
peningkatan anggaran pertahanan yang signifikan sejak 11 September,
peran Pentagon yang dominan dalam menjalankan kebijakan luar negeri, dan
peningkatan bantuan militer kepada pemerintah di negaranegara yang
diharapkan AS dapat menjadi mitra dalarn perang melawan terorisme,
seperti Pakistan, Filipina, dan negara lainnya di Timur Tengah.
Kecenderungan demikian juga terlihat dalam upayanya membangun koalisi
internasional melawan terorisme, dimana AS tidak segan-segan mengucurkan
dana milyaran dolar untuk memperkuat hubungan militer dengan
negara-negara yang diharapkan dapat menjadi mitra dalam perang terhadap
terorisme. Bagi AS, upaya untuk menghancurkan kelompok-kelompok yang
dituduh menjadi organisasi teroris tampaknya jauh lebih penting
ketimbang mencari dan menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan
lahirnya terorisme itu sendiri.
arifin Said:
Fakta2 teknologi dan semua kejadian di WTC sendiri ternyata membuktikan adanya rekayasa tersebut. Runtuhnya WTC terlebih runtuhnya gedung Tower no 7 yg tanpa ada serangan apa2.. menggambarkan permainan rekayasa jahat itu..
Tujuannya merebut daerah2 regional baru yg kaya energi dan sangat strategis.. sperti Iraq dan Afghanistan… kemudian mereka menginginkan Iran.. dgn isue baru.. yakni nuklir…???
Itu adalah permainan dusta para Penjajah Kriminal Internasional..
Dahulu Israel menjajah palestina dengan isue Holocaust..?? yang ternyata secara ilmiyah dan bukti2 teknologi bhw holocaust adalah dusta… juga..
Terorisme .. kan ditujukan untuk memojokan Islam dan Umat Islam… jadi cocok dengan kebencian Nasrani Eropa dan AS yang selalu membela Israel yang Pendusta itu..
Jadilah mereka bersekutu.. dan Umat Islam diadu domba..
Kini isue baru.. dalam devide et impera umat Islam yakni Sunny Shiah.. yg disponsori Wahabi-Salafy yg berkuasa dikawasan Saudi Arabia..
Mereka selalu memprovokasi adu domba sesama umat Islam..
Padahal ada aliran yang mengaku Islam tetapi jelas2 melanggar ketentuan Islam yakni Ahmadiyah-dan Bahaiyah.. tetapi para Wahabi Salafy yang mengaku Sunny itu.. seperti tak peduli..
Nah ini kan .. mungkin memang permainan.. politik sana juga.. yakni ada hubungannya.. dengan para tokoh2 Penjajah Kriminal Internasional.. itu..
Mengapa… ??? karena Saudi Arabia kan sudah takluk tuh sama AS- dan AS takluk sama Israel Zionist..
Sedang Iran setelah jatuhnya syah Reza Pahlevi.. kan menjadi lawan AS.. dan tidak tunduk lagi.
Tujuannya sama.. merampok sumber2 enerogy dan kawasan strategis..
Mungkin terakhir kan merampok Rusia dan China.. Itulah permainan strategi perang global AS-Israel Zionist-Eropa.. ingin menjadi penguasa dunia…???!!!
lihat saja nanti.. Semua akan ada sejarahnya…
Siapa Menguasai Marjah Sekarang?
Berita Terkait
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/siapa-menguasai-marjah-sekarang.htm#.UuUNFfsxVkg
Sejenak, Afghanistan terlupakan. Konflik besar di Al-Aqsa bisa dikatakan telah berhasil memalingkan muka sebagian besar manusia di dunia ini. Bagaimana kondisi Marjah, sebuah wilayah di Afghanistan yang terakhir kali digempur oleh pasukan asing dengan alasan memberantas pasukan "teroris" bernama pejuang Mujahidin Taliban?
Marjah adalah ujian pertama Obama di Afghanistan. Sejak 13 Februari lalu, Amerika dan sekutunya NATO meluncurkan operasi "bersama" melawan Marjah. Namun, pada kenyataannya, tidak ada siang atau malam yang berlalu tanpa perlawanan kaum Mujahidin yang menimbulkan banyak korban pada musuh. Dalam Setiap 24 jam, bisa dikatakan, AS dan NATO kehilangan 3-10 tank militer dan kendaraan bersenjata lainnya.
Selama delapan tahun, penguasa Gedung Putih telah menyebarkan isyu bahwa Taliban adalah unsur-unsur asing yang tidak memiliki akar di kalangan masyarakat. Tapi sekarang AS datang dan menyaksikan sendiri bahwa Taliban merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Afghanistan dan tidak dapat terisolasi secara sosial.
Richard Holdbrooke, Utusan AS untuk Afghanistan dan Pakistan mengakui setidaknya selalu ada satu orang Thalib di setiap keluarga Afghanistan . Ini adalah fakta, Taliban, dalam kata lain, para Mujahidin, telah berakar dalam masyarakat. Mereka mewakili aspirasi rakyat dan pelindung agama mereka dan nilai-nilai nasional.
Ironisnya, Washington bertindak sebagai kaisar dengan dalih memerangi terorisme. Seratus bayi telah dilahirkan cacat di daerah berbahasa Pashto karena penggunaan uranium oleh pasukan invasi Amerika. Mereka memulai serangan malam di rumah-rumah sipil, meledakkan pintu-pintu rumah tinggal dengan bahan peledak dan mulai menembak ke segala arah yang sering mengakibatkan pembunuhan warga tak berdosa di daerah pedesaan.
Abdul Zahir, gubernur Marjah, sama sekali tidak berhubungan dengan masyarakat selama sepuluh tahun terakhir dan tidak mampu memahami kebutIan rakyat Afghan. Dia lebih setia memenuhi tuntutan pasukan asing daripada memenuhi kebutuhan rakyat umum Afghan.
Berita Terkait
Konvoi Helikopter Terbesar dalam Sejarah Perang Afghanistan
MARJAH (voa-islam.com) - Armada helikopter yang mengangkut pasukan Barat menuju benteng Taliban dalam operasi Marjah ini adalah konvoi terbesar yang pernah dilakukan di Afghanistan.Gelombang demi gelombang helikopter mendarat di Helmand pusat, menandai dimulainya serangan besar yang ditujukan untuk menghabisi Taliban.
Dua jam sebelum fajar, Chinooks pertama menyapu rendah di atas ibukota distrik Showal lalu memuntahkan pasukan Inggris, Afghanistan dan pasukan Prancis dengan isyarat "D-Day", tanda dimulainya Operasi Moshtarak.
Pesawat menyapu zona pendaratan Pegasus pada pukul 4 pagi waktu setempat dengan tiga Chinooks berisi pasukan Inggris, Afghanistan dan tentara Prancis.
Pendaratan dua hari lalu itu menandai awal serangan yang melibatkan 15.000 tentara Amerika, Inggris dan pasukan Afghanistan di Marjah dan daerah Nad-e-Ali.
Satu jam sebelum tengah malam pemimpin Afghanistan Presiden Hamid Karzai memberikan persetujuan pribadi untuk operasi ini.
Brigadir James Cowan, komandan dari brigade Light 11, dalam pidato menjelang pertempuran mengatakan kepada anak buahnya bahwa operasi ini "jelas untuk menghapuskan Taliban dari persembunyian aman mereka di pusat Helmand".
"Ke mana kita pergi, kita akan tinggali. Di mana kita tinggal, kita akan membangun," katanya kepada pasukannya di Camp Bastion.
"Beberapa hari setelah ini akan berbahaya setiap saat".
"Bagi mereka yang tidak mau menjabat tangan kita, mereka menerima kepalan kita. Mereka akan dikalahkan".
"Saya berharap kalian berhasil dan mendapat keberuntungan yang terbaik."
Serangan Lintas Udara ini menandai serangan udara terbesar sejak Perang Teluk pertama pada tahun 1991.
Armada helikopter yang digunakan termasuk 11 Chinooks, empat Blackhawks Amerika, delapan helikopter Apache, tiga Griffin Merlin dan empat helikopter tempur.
Dalam praoperasi pasukan dibriefing dan diberitahu bahwa jika satu pesawat tertembak jatuh, itu tidak berarti "misi batalkan" tetapi bahwa mereka harus siap untuk perencanaan lain.
Nad utara sektor Ali, telah berada di bawah kekuasaan Taliban selama beberapa tahun. Akan sulit bagi pasukan Barat merebutnya.
Daerah Helmand di pusat kota ini dianggap sebagai kunci pasukan Barat dalam memenangkan pertempuran melawan di provinsi Helmand.
Selama berminggu-minggu penduduk setempat telah diperingatkan akan terjadinya serangan melalui siaran radio dan selebaran dan diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah mereka selama operasi tempur.
Operasi di Marjah ini diberi kode nama "Moshtarak" yang berarti "bersama" dalam bahasa Dari dan untuk pertama kalinya pasukan ISAF akan bekerja bahu-membahu dengan pasukan keamanan Afghanistan.
"Cara untuk mengalahkan Taliban adalah dengan menunjukkan kepada penduduk bahwa mereka menjadi lebih baik dengan pemerintah Afghanistan daripada Taliban tawarkan," sesumbar Mayor Jenderal Carter.
Mampukah pasukan gabungan Barat dan Afghanistan dengan ribuan pasukan ditambah persenjataan canggih menghadapi Taliban dengan senjata seadanya? Tapi, menurut laporan Al-Jazeera beberapa waktu lalu, bagi Taliban perang adalah olahraga mereka sehari-hari, mereka pun sangat menguasai medan pertempuran di wilayahnya masing-masing. Kita tunggu saja siapa pemenang di Marjah ini. [zak/telegraph]
Konvoi Helikopter Terbesar dalam Sejarah Perang Afghanistan
Dalam praoperasi pasukan di briefing dan diberitahu bahwa jika satu pesawat tertembak jatuh, itu tidak berarti "misi batalkan" tetapi bahwa mereka harus siap untuk perencanaan lain.
Nad utara sektor Ali, telah berada di bawah kekuasaan Taliban selama beberapa tahun. Akan sulit bagi pasukan Barat merebutnya.
GEOGRAFI AFGANISTAN
Afghanistan ialah negeri yang terdiri dari gunung-gunung , walau ada dataran di utara dan barat daya. dan Titik tertinggi di Afghanistan adalah Nowshak dengan ketinggian 7485 m dpl. Bagian besar negara ini kering, dan pasokan air bersih terbatas. Afghanistan memiliki iklim tanah, dengan musim panas yang panas dan musim salju yang dingin. Negara ini sering menjadi pusat gempa bumiMengapa Kaum Neocons AS Sangat Membenci Muslim?
Berita Terkait
Alasan sebenarnya yang lebih tepat mengapa kaum Neocons begitu antipati terhadap kaum Muslim, karena bahwa orang-orang di Timur Tengah, yang mayoritas penduduknya Muslim, telah menolak dominasi AS, terutama pada masa setelah Perang Dingin, ketika Amerika menjadi satu-satunya kekaisaran yang tersisa di dunia. Penolakan itu telah menjadikan orang-orang Arab menjadi musuh abadi Neocons Amerika.
Pikirkan tentang invasi AS dan operasi perubahan rezim di Grenada dan Panama.Setelah selesai, warga dari kedua negara tersebut patuh menerima tatanan baru.Mereka segera berpelukan dan mendapatkan rezim yang sangat pro-AS. Tidak ada serangan teroris. Tidak ada kekerasan atau pemberontakan di kedua negara. Sebaliknya, keduanya dipenuhi dan dilengkapi dengan tatanan dunia baru.
Namun, tidak demikian, di Irak dan Afghanistan. Di kedua Negara itu, banyak orang yang mentah-mentah telah menolak apa yang disodorkan kepada orang-orang di Grenada dan Panama. Di kedua negara tersebut, siapapun menolak invasi, pekerjaan, dan operasi perubahan rezim. Rakyat Irak dan Afghan yang tak terhitung jumlahnya bahkan bersedia mengorbankan nyawa mereka dalam perlawanan terhadap campur tangan asing di negara-negara mereka, sama seperti yang mereka lakukan ketika Inggris dan Kekaisaran Soviet menyerbu Irak dan Afghanistan pada masa lalu.
Mengapa pejabat AS melanjutkan sanksi dari tahun ke tahun selama lebih dari 10 tahun walaupun mengetahui bahwa mereka menyebabkan kematian ratusan ribu anak-anak Irak? Karena rakyat Irak, sebagian besar dari mereka adalah muslim, keras kepala menolak untuk memenuhi tuntutan AS untuk mengusir Saddam Hussein dari kekuasaan. Untuk itu, mereka harus dihukum.
Pejabat AS menekankan bahwa sanksi akan dicabut begitu Irak memenuhi tuntutan AS untuk mengusir Saddam dari kekuasaan dan menginstal rezim pro-AS. Walaupun sanksi tidak pernah berhasil mengusir Saddam dari kekuasaan, ketika Duta Besar AS untuk PBB Madeleine Albright ditanya apakah kematian setengah juta anak-anak Irak telah sia-sia, ia menjawab bahwa kematian seperti itu, sebenarnya, "sia-sia." Lagi pula, apa cara yang lebih baik untuk menghukum orang-orang yang “membangkang” dan mempertahankan sistem yang membunuh anak-anak mereka?
Pola pikir Neocons tentang kaum Muslim mirip dengan pola pikir para pemilik perkebunan di Old South. Selama para budak patuh, dan hormat, semuanya baik-baik saja. Para budak di Old South tentu saja secara berkala mengeluhkan kondisi tetapi, pada umumnya, keluhan-keluhan seperti itu diterima. Apa yang tidak dapat diterima adalah resistensi dan perlawanan terhadap perbudakan itu sendiri, terutama ketika itu berubah menjadi kekerasan.
Tapi seperti yang kita semua tahu—dari sejak serangan di World Trade Center pada tahun 1993, serangan pada USS Cole, serangan di kedutaan besar AS di Kenya dan Tanzania, serangan pada 9 / 11, dan kekerasan perlawanan terhadap pekerjaan di Irak dan Afghanistan—ada orang di Timur Tengah, yang Muslim, yang, tidak seperti warga di Grenada dan Panama, telah menolak untuk tunduk kepada Kekaisaran AS dan mematuhi perintah-perintahnya. Dan itulah yang telah membuat mereka menerima kebencian yang kekal dari para kaum Neocons AS. (sa/fff)
Kembalinya Kaum Neocons (1) Kematian Irving Kristol
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/kembalinya-kaum-neocons-1-kematian-irving-kristol.htm#.UuUSS_sxVkg
Berita Terkait
Adas Israel adalah jemaat Yahudi Konservatif paling kuat di Washington. Setiap duta besar Israel untuk Amerika Serikat dalam sejarah dipastikan berasal darinya. Tak ada parade penghormatan untuk Kristol, hanya ada seorang rabbi dan Bill Kristol yang berbicara, secara singkat dan dalam 40 menit, semua berakhir.
Irvin Kristol mungkin telah terbaring dalam sebuah peti mati yang dibalut bendera Amerika dan Yahudi. Tetapi kekuatan neoconservatism yang dibawanya, pasti telah membuatnya senang sekarang. Semua pikiran Kristol telah tersebar dengan mapan, dan jika dianggap mati, itu hanya sementara belaka. Lihatlah siapa yang datang pada hari pemakamannya itu.
Semua ide neoconservative itu tersebar dengan baik. Mulai Weekly Standard, The Washington Post, atau The Wall Street Journal. Lainnya merupakan tempat berkumpul para think tank neocons, terutama American Enterprise Institute (AEI). Ada wajah-wajah neocons dari Perang Irak, seperti mantan wakil menteri pertahanan Paul Wolfowitz (yang jarang tampil di publik), dan bekas administrator sipil Irak, Paul Bremer. Charles Krauthammer, kolumnis yang berapi-api dan neocons yang sangat berpengaruh di The Washington Post, dan ilmuwan politik Francis Fukuyama (Neocon yang murtad namun bertobat).
Sayap yang lebih tradisional dari Partai Republik, George Will, yang melihat Perang Irak sebagai kesalahan besar, mengambil tempat duduk dengan penuh hormat. Dalam pidatonya yang lembut dan apolitis seperti biasanya, Bill Kristol—anak dari Irvin, tentu saja—mau tidak mau menertawakan proliferasi neocons: "Skor akhir dan gerombolan asing mereka harus tampak pada mereka yang tidak menyetujui mereka (neocons)," katanya.
Seperti Bill Kristol, beberapa dari mereka mewarisi keyakinan Republik. Secara teknis, tidak ada "neo" tentang kaum konservatif seperti Robert Kagan, sejarawan dan kolumnis Washington Post, atau John Podhoretz, editor Commentary; mereka masing-masing adalah putra dari salah satu pendiri neoconservatism.
Neocons mirip dengan sayap kanan Partai Likud di Israel, yang membagi agama dan politik, pandangan dunia, dan suksesi ritual. Melihat latar belakang Kristol, tidak heran jika kedua partai politik itu memiliki ikatan yang sama: menggembor-gemborkan Holocaust, merasa terluka, curiga, dan kadang-kadang suka berperang, naif dan tidak mempercayai niat baik. Keduanya menghabiskan puluhan tahun di padang gurun politik sebelum memperoleh kekuatan ajaib; keduanya memperanakkan "pangeran" yang menantang generasi normal dan bersekutu dengan raja ayah mereka. Ketika Bill Kristol bangkit untuk memuji Irving pagi itu, ia benar-benar mengambil tongkat kerajaannya.
Jika pada hari itu Anda mencari kata "neoconservative" dan "kematian" di google, maka Anda akan menemukan orang-orang yang tengah bersuka cita, bahkan sampai empat hari setelah 89 tahun Kristol berakhir. Di hari kematian Kristol, neoconservatism dianggap sebagai kekuatan yang habis. Foreign Policy mengucapkan bahwa ide-ide Kristol telah"terkubur di pasir Irak."
Tapi berita kematian bisa saja sangat prematur. Pada saat ini, kenyataannya, tampaknya neocons bangkit. Salah satu dari mereka, Frederick Kagan dari AEI mengipasi kembali perang di Irak yang akan surut. Lihatlah pernyataan-pernyataan Barack Obama saat ini adalah sebuah ketegasan neoconservative yang telah mengayunkan jalan mereka kembali.
Pertama, Obama mengirim 30.000 tentara tambahan ke Afghanistan, hampir sebanyak yang diharapkan oleh para neocons terkemuka. Kedua, pada pidato penerimaan Hadiah Nobel, tentang perlunya kekuatan, pembangkang di Iran dan di tempat lain, berbicara tentang baik dan jahat. Seperti diberi aba-aba, kemudian seorang pria Nigeria dengan bahan peledak di celananya membuat peristiwa Detroit pada Hari Natal, meninggalkan jejak dan energi neocons lebih lanjut.
"Apakah mereka memuji atau mencela Obama, neocons lah yang menang," kata Jacob Heilbrunn, seorang editor senior di The National Interest dan penulis They Knew They Were Right: The Rise of the Neocons (2008). "Mereka menguasai presiden untuk gelombang di Afghanistan dan dijalankannya untuk menjadi ‘lunak terhadap teroris." Dengan kata lain, dia akhirnya melayani mereka." BERSAMBUNG (sa/newsweek)
Kembalinya Kaum Neocons (2) Jejak Masa Lalu
Berita Terkait
Kristol mempunyai silsilah panjang yang merunut asal-usul pahamnya dari kantin di City College of New York.
Seperti fasisme yang mengancam dunia bebas, nama-nama itu menjadi New Deal Democrat, dan karena mereka tumbuh kecewa terhadap kebijakan kesejahteraan dan ras Great Society pada tahun 1960, mereka pindah ke kanan. Mereka semua, akhirnya mengantarkan Irving Kristol pada Reaganism.
Pada periode ini, neoconservatism memuji "exceptionalism America." Ide sebenarnya lebih liberal daripada konservatif klasik, bahwa Amerika Serikat menempati pesawat moral yang lebih tinggi daripada bangsa lain, dan harus bertindak sesuai dengan hal itu.
Ini dianggap meremehkan sinisme politik dari Richard Nixon dan Henry Kissinger, dan tidak heran jika kemudian AS mulai mempromosikan kebijakan luar negeri yang berotot dan agresif, mendahului masalah-masalah di seluruh dunia (dengan cara militer jika perlu), tidak dibebani oleh semacam organisasi-organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ukuran yang paling pasti dari Neocons periode ini adalah mungkin pengaruh dari rasa frustrasi dan kemarahan mereka yang melahirkan Partai Republik. Mereka telah menyempurnakan hal ini benar-benar luar biasa: mereka mengumumkan siapa mereka, betapa kuatnya mereka, bagaimana mereka berpengaruh, dan membuat orang menulis artikel tentang mereka.
Tapi ketika kebijakan mereka dirasakan telah menimbulkan kekacauan massa, mereka tidak ada, mereka tidak ada hubungannya dengan hal itu. Dan siapa pun yang menyerang mereka adalah anti-Semit.
Neocons persis mewarisi sifat dan watak Yahudi sejati. "Semua orang di gerakan konservatif sejati berbicara secara pribadi tentang neoconservatif, dan sebagian besar tidak menyukai mereka," kata Patrick Buchanan. "Mereka ingin membalas dendam; mereka tidak kolegial … Satu perselisihan dan Anda sudah akan diperangi sampai mati."
Buchanan menggambarkan, pada tahun 1980-an, semua kaum neocons meleburkan diri kepada semua institusi sayap kanan, dan kemudian “membajak” semua yang ada di situ dan mengubahnya menjadi lebih militan dan monokromatik dibandingkan institusi kiri manapun, termasuk Hudson Institute (tempat perlindungan selama pemerintahan Bush).
Bahkan kemudian Dewan Hubungan Luar Negeri, yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai-diplomasi, moderasi, kehormatan dan begitu membenci neocons, sekarang menjadi tempat penampungan dua neocon: sejarawan militer Max Boot dan Elliott Abrams, mantan pejabat di era Reagan dan George W. Bush yang dihukum karena berbohong kepada Kongres. "Mereka secara efektif selalu terisolasi dari kegagalan," kata Stephen Walt dari John F. Kennedy School of Government di Harvard, salah satu neocons yang paling antagonis.
"Bahkan jika Anda benar-benar mengacau di kantor dan hal-hal yang telah Anda anjurkan di media cetak telah gagal, tidak pernah ada konsekuensi nyata, baik profesional atau politis. Anda kembali ke AEI dan Standard Weekly dan terus melakukan agitasi (hasutan) atau muncul di acara talk show, seolah-olah tidak ada yang salah sama sekali", ucap Steven.
Beberapa neocons—Robert Kagan, Randy Scheunemann, Gary Schmitt—memainkan peran penting dalam kampanye kepresidenan John McCain. Komentator neocons generasi kedua dan ketiga, termasuk Bret Stephens dari The Wall Street Journal, Frederick Kagan dan Danielle Pletka dari AEI, dan Jamie Fly dan Dan Senor Kebijakan Luar Negeri Initiative (produksi lain dari Bill Kristol), membuat diri mereka sendiri dikenal dan didengar di seantero Amerika.
Tokoh-tokoh neocons utama kemudian mulai termakan usia. Kissinger, Scowcroft, Colin Powell, James Baker, dan Richard Haass. Itupun kemudian mereka tampaknya, lebih tertarik mendalami masalah keagamaan, namun tetap tidak melupakan regenerasi. “Idealisme dan patriotsme mungkin lebih menarik bagi para pemikir muda daripada sebuah kalkulasi.” Ujar Justin Vaïsse, seorang senior di Brookings Institution.
"Banyak dari mereka cenderung menjadi libertarian: neo-Konfederasi, benar-benar gila, dan rasis," kata Max Boot, yang juga editor di The Weekly Standard. "Neocons difitnah sebagai binatang-binatang yang hampir tidak manusiawi dan harus selalu dirantai dalam kandang di suatu tempat.
Tetapi ketika Anda melihat spektrum pemikiran kaum neocons, mereka sebenarnya cukup moderat. Rush Limbaughs atau misalnya Sean Hannitys—mereka benar-benar mendukung kebijakan luar negeri yang agresif. "
Tidak pernah ada yang berani mengkritik mereka. Jika pun ada, maka dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan berbau persekongkolan. (sa/newsweek)
Kembalinya Kaum Neocons (3) Generasi Muda Neocons
Berita Terkait
Apa hubungan kaum Neocons dengan Mossad dan Likud di Israel? Juga dengan Bilderberg Society dan Komisi Trilateral dan Ratu Inggris? Banyak kaum Neocon yang tidak setuju dengan segala hal yang dikait-kaitkan pada apapun. "Tidak ada pertemuan Komite Sentral Neocon di mana kami berbicara tentang pengendalian kerusakan dan membarui citra dan mempekerjakan kami perusahaan PR untuk memoles citra Neoconery," kata Boot, seorang Yahudi terpelajar kelahiran Rusia dan Berkeley.
Tapi tentu saja, ada penyimpangan dari norma Neocon. Sebagai contoh, mantan kepala Dewan Hubungan Luar Negeri, Leslie Gelb, mengatakan bahwa dalam 35 tahun ia tidak pernah mendengar Neocon mengakui kesalahannya, tetapi beberapa, seperti David Frum dari AEI dan Yosua Muravchik dari Commentary, mengatakan hal lain. "Apapun yang salah dan atau agak salah, yang kita lakukan di Iraq tentu tidak bisa dibenarkan," kata Muravchik.
Yang jelas, Neocons adalah pihak pertama yang menyokong perang di Irak. Neocons menekankan bahwa mereka hanya menduduki "tingkat kedua" di pemerintahan Bush, dan itu hampir tidak cukup untuk melakukan apa saja dengan sendirinya. Hanya setelah 11 September, Bush benar-benar berbalik kepada mereka, hanya karena mereka menawarkan penjelasan yang terbaik untuk apa yang baru saja terjadi, serta sebuah cetak biru mengenai apa yang harus dilakukan.
"Itu adalah sebuah gagasan yang tidak masuk akal bahwa Doug Feith dan Paul Wolfowitz dan Richard Perle—yang bahkan bukan orang pemerintahan—memanipulasi orang-orang seperti Don Rumsfeld dan Dick Cheney untuk melakukan sesuatu yang mereka tidak ingin lakukan," kata Norman Podhoretz. (Perle adalah ketua Departemen Pertahanan Badan Kebijakan Pertahanan sipil.) "Itu hanya anti-Semitisme mendasar dari seluruh konsep yang membuatnya tampak masuk akal untuk orang-orang, anda tahu, ‘Ini orang-orang Yahudi yang pintar memanipulasi goyim (orang diluar Yahudi-kafir) bodoh’ … Itu ide dasarnya."
Ketika Perang Irak berbalik menjadi bencana, para Neocons meninggalkan pemerintahan Bush, merawat luka-luka mereka sendiri, menulis memoar yang membuktikan kebenarannya. Tapi dari awal, beberapa pengamat berpendapat bahwa mereka sebenarnya mendukung perang di Timur Tengah. Salah satunya adalah Boot, yang meyebutkan tanpa jelas dari sejak dini pada November 2001 bahwa Afghanistan dapat sekali lagi menjadi "sarang teroris"; Bush harus bertahan dengan "menekan tombol" perang di sana, dan bahwa Irak juga akan memerlukan sejumlah besar tentara.
Pada tahun 2006 Boot, Krauthammer, dan Kristol meninggalkan seorang presiden yang berwajah merah dan penuh gelisah.
Ada juga seseorang lain yang bernama Frederick Kagan. Ia adalah seorang analis militer yang bekerja dalam bayang-bayang ayah dan kakak laki-lakinya. Kagan menyokong perang Iraq dan Neocons dalam waktu bersamaan. Dengan demikian, ia memberikan sebuah studi kasus di neoconservative kecerdasan, keuletan, metodologi, dan keampuhan.
Akhir tahun lalu, ketika foreign policy mengeluarkan daftar "100 Pemikir Top Global," keluarga Kagan muncul secara kolektif di No 66. Ada banyak Kagan sebagai neocons. Pada Donald (sang ayah), Robert dan Frederick (putrany), dan Kimberly (istri Frederick Kagan).
Donald Kagan, seorang profesor sejarah di Unviersitas Yale, dengan keahlian menguasai sejarah Perang Peloponnesia, namun minatnya meluas kepada perang itu sendiri. Si gemuk Frederick mendapatkan gelar doktor di Yale dalam bahasa Rusia dan sejarah militer Soviet, lalu menghabiskan 10 tahun di West Point mengajar tentang perang. Ia menikah dengan Kimberly Kessler, seorang rekan yang memiliki minat yang menakutkan seperti dirinya. Kimberly sekarang menjadi kepala think tank Washington yang disebut Institut Studi Perang. Dari awal, Frederick Kagan merasa perang di Irak telah salah urus.
Frederick dan Kimberly Kagan melakukan tujuh kali inspeksi keliling di Irak sejak April 2007. "Mereka tidak punya anak, jadi ini adalah anak mereka," ujar Jenderal David Petraeus dalam sebuah wawancara telepon. Mereka pergi ke Afghanistan, dan menjadi penasihat Jenderal Stanley McChrystal. McChrystal kemudian meminta 40.000 pasukan tambahan.
Menurut para kritikus, Frederick Kagan berlebihan dalam menunjukkan “imannya” yang sangat Neocons itu. "Ini adalah orang-orang yang begitu mudah untuk melihat tentara kita hanya sebagai alat untuk mengimplementasikan visi mereka," kata kolumnis urusan militer Ralph Peters, seorang pensiunan perwira intelijen Angkatan Darat.
Peters bingung dan kesal ketika dirinya sendiri disebut Neocon. "Saya tidak memenuhi syarat," katanya. "Saya bertugas di militer, tidak pergi ke sekolah swasta, tidak pergi ke universitas Ivy League, dan tidak memiliki dana perwalian. Dan saya sehat secara fisik."
Meskipun memiliki daya tahan yang luar biasa, para Neocons membentengi diri mereka sendiri dalam tudingan Perang Irak. "Saya tidak mau berbicara dengan Anda jika Anda sedang merencanakan sesuatu yang buruk" adalah bagaimana Yohanes Podhoretz menjawab permintaan wawancara rutin. Bill Kristol pun yang umumnya ramah menjadi sama angkuhnya.
Mereka yang mendengar pidato Kristol pagi itu September lalu, sepakat bahwa ia akan memberikan ayahnya “liburan yang indah.” Namun, bahkan beberapa pengagumnya terkejut.
Orang-orang yang sudah mengenal Kristols, ayah dan anak, melihat persamaan antara mereka, terutama yang cerdas, sopan, dan terintegrasi. Bersama Kagan, Bill akan tetap menjadi Neocons yang mungkin akan melebihi ayahnya sendiri. (sa/newsweek)-http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/kembalinya-kaum-neocons-3-generasi-muda-neocons.htm#.UuUUdPsxVkg
Jika benar bahwa bin Laden adalah agen CIA, maka serangan roket yang diluncurkan AS ke Afghanistan boleh jadi bukan untuk menghancurkan bin Laden dan para pendukungnya, namun sebuah serangan yang ditujukan untuk membangun citra bin Laden dan membuat dirinya dihormati di kalangan umat Muslim yang menentang pemerintahan AS.
Dugaan kuat lainnya bahwa tugas baru bin Laden adalah untuk dipergunakan sebagai alasan pembenar atas serangan AS. Misalnya, ketika bin Laden dikabarkan berada di Afghanistan, maka AS memiliki alasan pembenar untuk membombardir negara tersebut dengan dalih perang melawan teror, slogan perang yang dikumandangkan oleh era kepemimpinan George W. Bush. AS juga dapat mengebom negara lain dengan alasan untuk mengejar bin Laden.
Disebutkan bahwa para gerilyawan yang dulunya memerangi Uni Soviet dengan dukungan CIA, kini berperang dalam kelompok bin Laden. Jadi, orang-orang yang disebut AS sebagai teroris terburuk di dunia, sejatinya merupakan orang-orang binaan AS sendiri.
Dulu, ketika bin Laden dan para rekannya bertempur dengan dukungan CIA, mereka disebut sebagai "pasukan perlawanan", kini julukan untuk mereka diganti oleh AS menjadi "teroris".
Bukannya tanpa sebab, dengan perubahan julukan tersebut, maka setiap kali pemerintahan AS menuding kelompok atau negara manapun memiliki kaitan dengan orang-orang tersebut, AS bisa langsung meledakkan kelompok atau negara yang bersangkutan, tanpa perlu menunggu rapat PBB, tanpa perlu bukti.
Irak merupakan pengeecualian, karena tidak sesuai dengan slogan perang melawan teror dari Bush. AS tidak dapat menunjukkan bukti bahwa mendiang Saddam Hussein memiliki kaitan dengan kelompok bin Laden, sehingga AS tidak mungkin menyerang Irak dengan dalih terorisme. Oleh karena itu, AS mengarang alasan baru, yakni senjata pemusnah massal. Bush kala itu melontarkan peringatan kepada Irak, "Kalau kalian terus mengembangkan senjata pemusnah massal dan meneror dunia ini, maka kalian akan kami serang." Seorang reporter menyanggah kata-kata Bush, karena pada saat berpidato dihadapan Kongres AS, dia sama sekali tidak menyebut-nyebut senjata pemusnah massal. Bush menjawab dengan enteng, "bagian dari perang melawan teror adalah untuk menghapuskan senjata teroris agar tidak jatuh ke negara yang akan mempergunakannya." Dengan alasan seperti itu, Bush menyerbu Irak.
Osama bin Laden dilaporkan telah meninggal setidaknya pada bulan Desember 2001, demikian kata (mantan) pemimpin Pakistan, Pervez Musharraf dan sejumlah tokoh lainnya, termasuk mendiang Benazir Bhutto (yang kemudian dibunuh, banyak pihak menduga bahwa pembunuhan Bhutto didalangi oleh CIA), namun, Osama kembali muncul - baik dalam rekaman video maupun rekaman suara - dalam keadaan sehat.
Berbagai rekaman suara dan video mengenai bin Laden kemungkinan besar disampaikan oleh "juru bicara" al-Qaeda, Adam Yahiye Gadahn, yang terlahir sebagai Yahudi dengan nama Adam Pearlman. Adam dibesarkan sebagai cucu dari direktur organisasi Yahudi ADL (Liga Anti Penodaan) sekaligus seorang pengacara Israel, Carl Pearlman.
Osama bin Laden Agen CIA
Dua orang pria berjalan memasuki hotel Hilton di kawasan Sherman Oaks, California, pada akhir musim semi tahun 1986. Mereka berdua tengah dalam perjalanan untuk menemui para perwakilan kelompok mujahidin, pejuang Afghanistan yang melawan invasi Soviet.Satu dari dua orang tersebut, Ted Gunderson, memiliki perjalanan karir yang cemerlang bersama FBI, dia menjadi pengawas para agen rahasia pada awal dekade 1960an, menjadi kepala kantor cabang Dallas pada tahun 1973 hingga 1975, dan menjadi kepala biro Los Angeles pada tahun 1977 hingga 1979. Gunderson juga menyumbangkan jasanya kepada bebagai operasi CIA dan NSC.
Michael Riconosciuto berada di sana untuk mendiskusikan bantuan sistem pertahanan udara kepada kelompok mujahidin. Demikian juga dengan kemungkinan pengiriman rudal Stinger. Jika AS mengijinkan ekspor peluru kendali tersebut, maka Riconosciuto dapat memodifikasi sistem elektronik Stinger, seihingga akan tetap efektif untuk menghajar pesawat tempur Soviet, namun tidak akan menjadi ancaman bagi AS atau pasukan NATO.
Namun Riconosciuto memiliki gagasan lain. Melalui koneksinya dengan kelompok industri dan militer China, Norinco, dia bisa saja mendapatkan berbagai komponen dasar untuk membangun sistem roket 107 MM China. Kemudian dimodifikasi ulang menjadi senjata jinjing anti pesawat udara, dan diproduksi di Pakistan. Kelompok mujahidin kemudian akan memiliki senjata mematikan untuk menghancurkan helikopter Soviet termasuk pesawat tempur dan mata-mata.
Rionosciuto adalah seorang pakar peluru kendali elektronik, dia juga ahli dalam bidang komputer dan ilmu kriptologi (ilmu untuk menguraikan sandi).
Yang menemui Rionosciuto dan Gunderson di hotel tersebut adalah dua orang perwakilan mujahidin, menunggu untuk membahas kebutuhan persenjataan mereka. Pria pertama adalah Ralph Olberg, sementara pria satunya dipanggil Tim Osman (atau Ossman).
Ralph Olberg adalah seorang pengusaha Amerika yang memimpin pengelolaan senjata dan teknologi AS yang akan dipergunakan oleh kelompok perlawanan di Afghanistan. Sementara pria satunya, yang mengenakan pakaian buruh pelabuhan, juga bukan warga Afghanistan. Dia adalah seorang pria warga Arab Saudi berusia 27 tahun. Tim Osman belakangan lebih dikenal dengan nama Osama bin Laden. "Tim Osman" adalah nama yang disematkan kepadanya oleh CIA dalam kunjungan ke pangkalan militer AS untuk mencari dukungan politik dan persenjataan. (dn/ec/hlt/st/or) Dikutip oleh www.suaramedia.com
Afghanistan, Perang Terlama dalam Sejarah Amerika
Dukungan publik terhadap perang ini turun drastis seiring jumlah korban tewas yang terus meningkat, seperti yang juga terjadi di Vietnam. Lebih dari setengah orang Amerika sekarang percaya bahwa pertempuran di Afghanistan sangat tidak sepadan dengan biaya yang sudah dikeluarkan.
Pada tahun 1961, presiden AS yang baru dipilih, John F. Kennedy, mengirimkan 100 penasihat militernya yang pertama bersama dengan satu unit khusus dengan 400 tentara ke Vietnam. Pada tahun berikutnya, AS menambah jumlah pasukannya di Vietnam menjadi 11.000 tentara. Pada tanggal 2 Agustus 1964, dua kapal pesiar Amerika di tembaki oleh kapal-kapal patroli Vietnam Utara di Teluk Tonkin.
Amerika bersikeras bahwa kapal-kapal pesiar itu berada di perairan internasional. Dan menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk membom Vietnam Utara untuk pertama kalinya. Hanya saja pada tahun 1971, diketahui bahwa dua kapal perang Amerika telah melanggar daerah perairan Vietnam Utara.
Pada bulan Maret 1965, pesawat tempur AS memulai Operation Rolling Thunder, pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sekitar tiga setengah tahun kemudian, bom-bom dijatuhkan di sekitar Vietnam Utara yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan pada Perang Dunia II. Untuk mengurangi pembangunan industri dan penduduk negara, Vietnam Utara memberlakukan desentralisasi total ekonomi dan evakuasi sejumlah orang dari kota-kota.
Puncak Perang Vietnam pada tahun 1968, yaitu saat AS mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam. Pasukan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina dan Thailand semuanya berjumlah 90.000 orang. Dan saat itu tentara Vietnam Selatan berjumlah 1,5 juta orang.
Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, yang diberi nama Vietkong oleh AS, memiliki kekuatan 400.000 pasukan. Pada tanggal 1 Februari 1968, kekuatan Tentara Pembebasan Nasional memulai serangan Tet ke 105 kota-kota di Vietnam Selatan. Walaupun Vietkong berhasil dipukul mundur dan mengalami kekalahan (kecuali di Hué), serangan Tet ini merupakan saat yang menentukan dalam Perang Vietnam. Serangan Tet mengakibatkan perubahan sikap AS.
Setelah serangan Tet, pemerintahan AS tidak tertarik lagi ingin memenangkan perang. Tapi mereka hanya tidak ingin kehilangan reputasinya sebagai kekuatan militer terhebat.
Melalui operasi militer AS, angkatan udara AS melakukan pengeboman ke wilayah Vietnam Utara, dan berakhir pada Oktober 1968. AS mulai menarik kembali pasukan-pasukannya dari Vietnam. Tahun 1969 di Paris, AS, Vietnam Selatan, Vietnam Utara dan Vietkong melakukan negosiasi untuk menarik seluruh pasukan AS dari Vietnam.
Pada tahun 1972, sebelum negosiasi Paris membawa hasil, AS telah mengurangi pasukannya sebesar 100.000 orang dari Vietnam.
Dalam perang ini, diperkirakan Amerika menggelontorkan dana tidak kurang dari $ 5 juta setiap bulannya. Menurut perkiraan anggaran perang Vietnam total mencapai sebesar 686 milyar dolar AS. Dan menurut National Priorities Project, per awal Juni 2010, perang Afghanistan telah menelan biaya sekitar $ 276 juta. [islampos]
Konvoi Helikopter Terbesar dalam Sejarah Perang Afghanistan
MARJAH (voa-islam.com) - Armada helikopter yang mengangkut pasukan Barat menuju benteng Taliban dalam operasi Marjah ini adalah konvoi terbesar yang pernah dilakukan di Afghanistan.Gelombang demi gelombang helikopter mendarat di Helmand pusat, menandai dimulainya serangan besar yang ditujukan untuk menghabisi Taliban.
Dua jam sebelum fajar, Chinooks pertama menyapu rendah di atas ibukota distrik Showal lalu memuntahkan pasukan Inggris, Afghanistan dan pasukan Prancis dengan isyarat "D-Day", tanda dimulainya Operasi Moshtarak.
Pesawat menyapu zona pendaratan Pegasus pada pukul 4 pagi waktu setempat dengan tiga Chinooks berisi pasukan Inggris, Afghanistan dan tentara Prancis.
Pendaratan dua hari lalu itu menandai awal serangan yang melibatkan 15.000 tentara Amerika, Inggris dan pasukan Afghanistan di Marjah dan daerah Nad-e-Ali.
Satu jam sebelum tengah malam pemimpin Afghanistan Presiden Hamid Karzai memberikan persetujuan pribadi untuk operasi ini.
Brigadir James Cowan, komandan dari brigade Light 11, dalam pidato menjelang pertempuran mengatakan kepada anak buahnya bahwa operasi ini "jelas untuk menghapuskan Taliban dari persembunyian aman mereka di pusat Helmand".
"Ke mana kita pergi, kita akan tinggali. Di mana kita tinggal, kita akan membangun," katanya kepada pasukannya di Camp Bastion.
"Beberapa hari setelah ini akan berbahaya setiap saat".
"Bagi mereka yang tidak mau menjabat tangan kita, mereka menerima kepalan kita. Mereka akan dikalahkan".
"Saya berharap kalian berhasil dan mendapat keberuntungan yang terbaik."
Serangan Lintas Udara ini menandai serangan udara terbesar sejak Perang Teluk pertama pada tahun 1991.
Armada helikopter yang digunakan termasuk 11 Chinooks, empat Blackhawks Amerika, delapan helikopter Apache, tiga Griffin Merlin dan empat helikopter tempur.
Dalam praoperasi pasukan dibriefing dan diberitahu bahwa jika satu pesawat tertembak jatuh, itu tidak berarti "misi batalkan" tetapi bahwa mereka harus siap untuk perencanaan lain.
Nad utara sektor Ali, telah berada di bawah kekuasaan Taliban selama beberapa tahun. Akan sulit bagi pasukan Barat merebutnya.
Daerah Helmand di pusat kota ini dianggap sebagai kunci pasukan Barat dalam memenangkan pertempuran melawan di provinsi Helmand.
Selama berminggu-minggu penduduk setempat telah diperingatkan akan terjadinya serangan melalui siaran radio dan selebaran dan diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah mereka selama operasi tempur.
Operasi di Marjah ini diberi kode nama "Moshtarak" yang berarti "bersama" dalam bahasa Dari dan untuk pertama kalinya pasukan ISAF akan bekerja bahu-membahu dengan pasukan keamanan Afghanistan.
"Cara untuk mengalahkan Taliban adalah dengan menunjukkan kepada penduduk bahwa mereka menjadi lebih baik dengan pemerintah Afghanistan daripada Taliban tawarkan," sesumbar Mayor Jenderal Carter.
Mampukah pasukan gabungan Barat dan Afghanistan dengan ribuan pasukan ditambah persenjataan canggih menghadapi Taliban dengan senjata seadanya? Tapi, menurut laporan Al-Jazeera beberapa waktu lalu, bagi Taliban perang adalah olahraga mereka sehari-hari, mereka pun sangat menguasai medan pertempuran di wilayahnya masing-masing. Kita tunggu saja siapa pemenang di Marjah ini. [zak/telegraph]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/afghanistan/2010/02/15/3321/konvoi-helikopter-terbesar-dalam-sejarah-perang-afghanistan/#sthash.lEc31Q8W.dpuf
Berita Terkait
Konvoi Helikopter Terbesar dalam Sejarah Perang Afghanistan
MARJAH (voa-islam.com) - Armada helikopter yang mengangkut pasukan Barat menuju benteng Taliban dalam operasi Marjah ini adalah konvoi terbesar yang pernah dilakukan di Afghanistan.Gelombang demi gelombang helikopter mendarat di Helmand pusat, menandai dimulainya serangan besar yang ditujukan untuk menghabisi Taliban.
Dua jam sebelum fajar, Chinooks pertama menyapu rendah di atas ibukota distrik Showal lalu memuntahkan pasukan Inggris, Afghanistan dan pasukan Prancis dengan isyarat "D-Day", tanda dimulainya Operasi Moshtarak.
Pesawat menyapu zona pendaratan Pegasus pada pukul 4 pagi waktu setempat dengan tiga Chinooks berisi pasukan Inggris, Afghanistan dan tentara Prancis.
Pendaratan dua hari lalu itu menandai awal serangan yang melibatkan 15.000 tentara Amerika, Inggris dan pasukan Afghanistan di Marjah dan daerah Nad-e-Ali.
Satu jam sebelum tengah malam pemimpin Afghanistan Presiden Hamid Karzai memberikan persetujuan pribadi untuk operasi ini.
Brigadir James Cowan, komandan dari brigade Light 11, dalam pidato menjelang pertempuran mengatakan kepada anak buahnya bahwa operasi ini "jelas untuk menghapuskan Taliban dari persembunyian aman mereka di pusat Helmand".
"Ke mana kita pergi, kita akan tinggali. Di mana kita tinggal, kita akan membangun," katanya kepada pasukannya di Camp Bastion.
"Beberapa hari setelah ini akan berbahaya setiap saat".
"Bagi mereka yang tidak mau menjabat tangan kita, mereka menerima kepalan kita. Mereka akan dikalahkan".
"Saya berharap kalian berhasil dan mendapat keberuntungan yang terbaik."
Serangan Lintas Udara ini menandai serangan udara terbesar sejak Perang Teluk pertama pada tahun 1991.
Armada helikopter yang digunakan termasuk 11 Chinooks, empat Blackhawks Amerika, delapan helikopter Apache, tiga Griffin Merlin dan empat helikopter tempur.
Dalam praoperasi pasukan dibriefing dan diberitahu bahwa jika satu pesawat tertembak jatuh, itu tidak berarti "misi batalkan" tetapi bahwa mereka harus siap untuk perencanaan lain.
Nad utara sektor Ali, telah berada di bawah kekuasaan Taliban selama beberapa tahun. Akan sulit bagi pasukan Barat merebutnya.
Daerah Helmand di pusat kota ini dianggap sebagai kunci pasukan Barat dalam memenangkan pertempuran melawan di provinsi Helmand.
Selama berminggu-minggu penduduk setempat telah diperingatkan akan terjadinya serangan melalui siaran radio dan selebaran dan diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah mereka selama operasi tempur.
Operasi di Marjah ini diberi kode nama "Moshtarak" yang berarti "bersama" dalam bahasa Dari dan untuk pertama kalinya pasukan ISAF akan bekerja bahu-membahu dengan pasukan keamanan Afghanistan.
"Cara untuk mengalahkan Taliban adalah dengan menunjukkan kepada penduduk bahwa mereka menjadi lebih baik dengan pemerintah Afghanistan daripada Taliban tawarkan," sesumbar Mayor Jenderal Carter.
Mampukah pasukan gabungan Barat dan Afghanistan dengan ribuan pasukan ditambah persenjataan canggih menghadapi Taliban dengan senjata seadanya? Tapi, menurut laporan Al-Jazeera beberapa waktu lalu, bagi Taliban perang adalah olahraga mereka sehari-hari, mereka pun sangat menguasai medan pertempuran di wilayahnya masing-masing. Kita tunggu saja siapa pemenang di Marjah ini. [zak/telegraph]