Saturday, November 12, 2011
Bukti Nyata Pengkhianatan Para Penguasa Arab
http://yasirmaster.blogspot.com/2011/11/bukti-nyata-pengkhianatan-para-penguasa.html
Kehadiran
militer Amerika dalam jumlah banyak di Teluk Arab sejak paruh terakhir
tahun 1987, yang dibawa oleh sebuah kapal, dan dengan membawa
kapal-kapal penyapu ranjau multinasional Eropa, tidak datang secara
tiba-tiba; tidak pula karena perkembangan Perang Irak-Iran, atau karena
kebutuhan Kuwait untuk menjaga tangki-tangki minyaknya dan berbagai
serangan udara. Akan tetapi, kehadiran militer Amerika itu, di satu sisi
dimaksudkan sebagai bentuk pengukuhan hubungan Amerika yang bersifat
hegemonik atas negara-negara di kawasan ini, dan di sisi lain sebagai
pengukuhan markas imperialis.
Tahun 1987 pernah terbit sebuah tulisan yang berjudul “Kesepakatan yang Mengikat Antara Amerika Serikat dan Negara-Negara dalam Dewan Kerjasama Teluk.” Tulisan tersebut dipersiapkan oleh Husain Musa dan diajukan oleh Said Sayf yang kemudian diterbitkan sebuah media di Beirut. Di sini, kami sekedar ingin mengingatkan kembali sebagian isi dan penjelasan mengenai kesepakatan tersebut. Sebab, dalam tulisan tersebut terungkap keserakahan Amerika di wilayah Teluk sejak beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum Perang Teluk I dan sebelum Peristiwa 11 September 2001.
Pada bagian yang paling awal, tulisan tersebut mengungkapkan:
Kehadiran militer Amerika dalam jumlah banyak di Teluk Arab sejak paruh terakhir tahun 1987, yang dibawa oleh sebuah kapal, dan dengan membawa kapal-kapal penyapu ranjau multinasional Eropa, tidak datang secara tiba-tiba; tidak pula karena perkembangan Perang Irak-Iran, atau karena kebutuhan Kuwait untuk menjaga tangki-tangki minyaknya dan berbagai serangan udara. Akan tetapi, kehadiran militer Amerika itu, di satu sisi dimaksudkan sebagai bentuk pengukuhan hubungan Amerika yang bersifat hegemonik atas negara-negara di kawasan ini, dan di sisi lain sebagai pengukuhan markas imperialis.
Kehadiran militer Amerika dalam jumlah banyak di Teluk Arab sejak paruh terakhir tahun 1987, yang dibawa oleh sebuah kapal, dan dengan membawa kapal-kapal penyapu ranjau multinasional Eropa, tidak datang secara tiba-tiba; tidak pula karena perkembangan Perang Irak-Iran, atau karena kebutuhan Kuwait untuk menjaga tangki-tangki minyaknya dan berbagai serangan udara. Akan tetapi, kehadiran militer Amerika itu, di satu sisi dimaksudkan sebagai bentuk pengukuhan hubungan Amerika yang bersifat hegemonik atas negara-negara di kawasan ini, dan di sisi lain sebagai pengukuhan markas imperialis.
Kehadiran militer Amerika tersebut juga
merupakan implementasi langsung, bukan saja dari sejumlah kesepakatan
militer dan keberadaan militer di negara-negara yang ada di kawasan ini,
tetapi juga dari sejumlah kesepakatan lain dalam berbagai bentuknya.
Kehadiran sejumlah banyak militer imperialis ini didorong oleh sejumlah
sebab dan telah menimbulkan berbagai akibat yang buruk.
Sejak
Perang Dunia II, muncullah Amerika yang tidak merasa perlu
mengikutsertakan Inggris dalam melanjutkan interaksinya dengan Kerajaan
Arab Saudi. Sebaliknya, Amerika merasa perlu menghadirkan secara
langsung kekuatan militernya setelah berbagai perusahaan minyaknya
melemah.
Sebàgaimana
diketahui, pada tahun tersebut, yakni pada tahun 1987, di kawasan ini,
‘nyanyian’ tentang adanya senjata pemusnah massal dan senjata biologi
tidak pernah terdengar; kekhawatiran atas ancaman Saddarn Hussein
terhadap tetangga-tetangganya juga tidak pernah muncul, meskipun saat
itu Irak berperang melawan Iran selama 8 tahun.
Meskipun demikian,
Amerika memobilisasi kekuatan militernya ke wilayah kaya minyak itu.
Amerika mulai melatih tentara-tentara marinirnya dan mengerahkan
pasukan gerak cepatnya sejak tahun 1980 untuk terlibat dalam Perang
Padang Pasir. Amerika juga mulai melakukan sejumlah manuver militer di
sekitar Mesir atas nama manuver ‘bintang terang’ dan sebagainya.
SeLanjutnya,
penulis kembali mengingatkan sejumlah kesepakatan yang dibuat Amerika
dengan sejumlah negara Teluk, khususnya Arab Saudi sebagai negara yang
paling besar di kawasan ini.
Penulis menyatakan:
Sesungguhnya kesepakatan pertama yang dibuat Amerika dengan Arab Saudi terjadi pada tahun 1933; berkaitan erat dengan perwakilan diplomatik dan konsulat serta perlindungan hukum, perdagangan, dan pelayaran. Kesepakatan kedua dibuat pada tahun 1951 dengan judul, “Kesepakatan Umum ‘Titik Keempat’ (Point Four) yang Khusus Berkenaan dengan Bantuan Teknis Antara Negara Arab Saudi dan Amerika.” Kesepakatan ketiga juga dibuat pada tahun 1951 bagi pembangunan pangkalan militer Amerika yang pertama kalinya di Dhahran.
Sesungguhnya kesepakatan pertama yang dibuat Amerika dengan Arab Saudi terjadi pada tahun 1933; berkaitan erat dengan perwakilan diplomatik dan konsulat serta perlindungan hukum, perdagangan, dan pelayaran. Kesepakatan kedua dibuat pada tahun 1951 dengan judul, “Kesepakatan Umum ‘Titik Keempat’ (Point Four) yang Khusus Berkenaan dengan Bantuan Teknis Antara Negara Arab Saudi dan Amerika.” Kesepakatan ketiga juga dibuat pada tahun 1951 bagi pembangunan pangkalan militer Amerika yang pertama kalinya di Dhahran.
Pada pasal 5 ayat b terdapat pernyataan:
Ekspedisi Amerika hanya boleh melintasi wllayah Dhahran saja. Ini adalah merupakan tambahan atas apa yang disebutkan pada ayat a, yang berkaitan dengan masalah pesawat-pesawat militer Amerika dan pasukan-pasukan militer Amerika.
Ekspedisi Amerika hanya boleh melintasi wllayah Dhahran saja. Ini adalah merupakan tambahan atas apa yang disebutkan pada ayat a, yang berkaitan dengan masalah pesawat-pesawat militer Amerika dan pasukan-pasukan militer Amerika.
Sementara itu, pada pasal ke-6 ayat a disebutkan:
Untuk
menjamin lancarnya berbagai aktivitas dan pelayanan teknis secaro baik
dan optimal di Bandara Dhahran, utusan Amerika diperkenankan untuk
melakukan perbaikan, pengubahan, dan penggantian— semata-mata demi
tujuan perbaikan— berbagai perusahaan dan bangunannya. Amerika juga
boleh membuat berbagai bangunan dan berbagai kemudahan lainnya di
sejumlah landasan terbang dan tempat-tempat pesawat-pesawat terbang;
memasang berbagai alat pengintaian udara (radar) dan berbagai alat
intelijen tanpa kabel; menyediakan berbagai bantuan penerbangan udaranya
yang dipandang penting demi sejumlah tujuan yang dikehendaki dalam
kesepakatan ini.
Di dalam kesepakatan ini terdapat sejumlah pasal lain dengan syarat-syarat yang siap menjadi ‘bom waktu’.
Pada
tahun yang sama, yakni tahun 1951, juga dibuat kesepakatan khusus yang
bertema, “Program Bantuan Pertahanan Timbal Balik.” Perhatikanlah
penggunaan istilah ‘timbal-balik’ pada kesepakatan tersebut. Padahal,
berkaitan dengan kesepakatan yang dilakukan Saudi pada tahun 1951 untuk
pertahanan ‘timbal balik’ itu, orang yang berakal pasti memahami bahwa
kesepakatan tersebut meniscayakan pihak yang kuat mendominasi pihak
yang lemah.
Pada pasal ke-2 dalam kesepakatan tersebut antara lain terdapat pernyataan:
Pemerintah
Arab Saudi menyukai untuk mengambil manfaat berupa bantuan produk
senjata dari Amerika dan agar Amerika mengirimkan utusan yang terdiri
dari pasukan militer laut dan kekuatan udara sesuai dengan
bagian-bagian tertentu dari sejumlah program pelatihan serta membuat
satu langkah bagi serah-terima senjata-senjata tersebut.
Pada pasal ke-4 disebutkan:
Pemerintah
Amerika Serikat siap untuk—berdasarkan pengajuan permintaan bantuan
senjata— mengutus sejumlah orang yang memiliki kemampuan dan kapabilitas
dari kalangan tentara darat, laut, dan udara Amerika untuk
menyelenggarakan pelatihan penggunaan perangkat militer sebagaimana yang
diminta dalam kesepakatan.
Pada pasal 5 dinyatakan:
Amerika,
sejauh mungkin, akan menerima para pelajar Arab Saudi dan kalangan
militernya yang dipandang layak untuk belajar dan mengikuti pelatihan di
Amerika.
Pada tahun yang sama juga dibuat “Kesepakatan Khusus Program Bantuan Pendapatan Alami”, yakni pendapatan dari minyak, gas, dan barang tambang/mineral.
Sementara
itu, pada tanggal 17 Januari 1951, juga telah dibuat, “Kesepakatan
Program Persenjataan Massal” antara Amerika dan Arab Saudi. Kesepakatan
tersebut menetapkan bahwa pelaksanaannya disempurnakan melalui utusan
kerjasama teknis menteri luar negeri. Pada tahun yang sama, juga
ditandatangani, “Kesepakatan Khusus Program Kerjasama Teknis Bidang
Pertambangan/Mineral” dan berkaitan dengan pelatihan kerja dan
pendidikan.
TanggaL
27 Juni 1953 dibuat kesepakatan di seputar utusan pelatih militer
Amerika dan tempat penandatangannya di Makkah. Pasal 4 dari butir-butir
kesepakatan tersebut berbunyi:
Kewajiban-kewajiban Dewan Penasihat
meliputi upaya membantu dan memberikan konsultasi kepada Menteri
Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan Arab Saudi serta bagi
kesatuan-kesatuan kekuatan bersenjata Arab Saudi dalam sejumlah perkara
tertentu dengan membuat Iangkah-langkah, pengaturan, dasar-dasar
administrasi, dan metode pelatihan militer sebagai bentuk implementasi
kesepakatan Menteni Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan dengan kepala
Dewan Penasihat. Pelatihan mencakup pula penggunaan berbagai macam
senjata, strategi militer, dan logistik. Para anggota Dewan Penasihat
dibolehkan—dalam rangka menunaikan berbagai kewajibannya—untuk melakukan
infeksi dan penyelidikan militer serta melaksanakan
kewajiban-kewajiban lain yang disarankan oleh kepala Dewan Penasihat
dan disetujui oleh Menteri Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan Saudi.
Pada butir ke-5 juga disebutkan:
Setiap
anggota Dewan Penasihat tidak boleh menyebarluaskan cara apa pun
kepada pemerintahan asing atau individu mana pun dan dimana pun tanpa
diberi hak untuk melakukan penyelidikan atas topik rahasia atau khusus
yang telah ditelaah atau disikapi sesuai dengan kedudukannya sebagai
anggota Dewan Penasihat.
Sebuah kesepakatan juga telah dibuat berkenaan dengan hak-hak untuk menggunakan Pangkalan Dhahran pada tahun 1957. Pada pasal 1 tercantum pernyataan:
Pemerintah Amerika memahami berbagai penjelasan Yang Mulia Penguasa Saudi kepada Presiden Amerika Eisenhower dan mengakui kebutuhan Kerajaan Saudi untuk memperkuat kekuatan persenjataannya demi tujuan-tujuan pertahanan Kerajaan di Bandara Dhahran.
Selanjutnya, pada awal bulan Maret tahun 1957 dibuat kesepakatan untuk memperluas Pelabuhan ad-Dimam. Pada tanggal 10-13 November tahun 1958 dibuat kesepakatan seputar Pesawat-pesawat terbang Phantom, yang kemudian dibuat sekali lagi pada tanggal 22 Maret tahun 1963. Pada pasal 2 di antaranya terdapat pernyataan: Tujuan dan penyediaan pesawat-pesawat tersebut adalah demi pertahanan resmi tanah-tanah Kerajaan Saudi melawan musuh sesuai dengan yang disepakati dalam Piagam PBB.
TanggaL 24 Mei 1965 dibuat kesepakatan seputar pengembangan militer yang pada masa depan dipimpin oleh para teknisi Amerika.
TanggaL 4 April tahun 1972 dibuat kesepakatan seputar hak-hak istimewa (previlege) dan perlindungan bagi para pekerja Amerika.
Tanggal 8 Juni 1974 dibuat kesepakatan seputar kerjasasama Amerika-Saudi dalam bidang ekonomi, teknologi, industri, dan suplai bagi Kerajaan sesuai dengan yang dibutuhkan demi tujuan-tujuan pertahanan.
Pada
tanggal 4 Juni 1980 dibuat kesepakatan mengenai berbagai kemudahan
militer antara Amerika dan penguasa Amman yang mana Amerika memiliki hak
untuk menggunakan Pangkalan Amman.
Tahun
1975 dibuat kesepakatan untuk menyewa Pangkalan al-Jafir di Bahrain.
Ini adalah untuk memperbarui kesepakatan yang pernah dibuat tahun 1971.
Tanggal 24 Februari 1975, hal-hal yang tidak yang dilanjutkan pada
tanggal 15 Juni tahun yang sama, dibuat kesepakatan antara Kuwait dan Amerika dengan nama, ‘Kerjasama Timbal Balik demi Pertahanan, Bantuan Peralatan, Pelayanan bagi Keperluan Pertahanan, dan Pembangunan Kantor Kerjasama.”
Pada 15-21 Juni 1975 dibuat kesepakatan seputar pembelian senjata dan pelayanan pertahanan antara Amerika dan negara-negara yang tergabung dalam Emirat Arab.
tanggal 15 Juni tahun yang sama, dibuat kesepakatan antara Kuwait dan Amerika dengan nama, ‘Kerjasama Timbal Balik demi Pertahanan, Bantuan Peralatan, Pelayanan bagi Keperluan Pertahanan, dan Pembangunan Kantor Kerjasama.”
Pada 15-21 Juni 1975 dibuat kesepakatan seputar pembelian senjata dan pelayanan pertahanan antara Amerika dan negara-negara yang tergabung dalam Emirat Arab.
Semua
kesepakatan di atas dibuat sebelum Perang Teluk I dan sebelum
terjadinya Peristiwa 11 September 2001. Sebagaimana diketahui,
kesepakatan militer yang terjadi setelah Perang Teluk dan Peristiwa 11
September 2001 antara Amerika dan negara-negara Teluk dianggap sebagai
bentuk pertahanan negara-negara Teluk dalam melawan Irak atau dipandang
demi menjaga negara-negara tersebut dari serangan para teroris pasca
Peledakan 11 September 2001. Jika demikian, atas dasar apa dibuat
berbagai kesepakatan militer tersebut jauh sebelum Perang Teluk dan
Peristiwa 11 September 2001? Sebab, tidak ada latar belakang atau sebab
yang nyata—yang dapat menyesatkan umat Islam—di seputar berbagai
kesepakatan tersebut. Oleh karena itulah, mereka berupaya sekuat tenaga
agar berbagai kesepakatan tersebut dapat dilangsungkan secara rahasia
antara Amerika dan negara-negara tersebut.
Tulisan
di atas tidak mencakup seluruh ketamakan Amerika di seputar Teluk dan
kesepakatan yang dibuatnya dengan negara-negara Teluk. Akan tetapi,
berbagai kesepakatan Amerika dengan negara-negara di wilayah itu serta
berbagai pangkaLan militer tersebut merupakan jalan masuk bagi
pangkalan-pangkalan berikutnya yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya
di Saudi, Qatar, dan lain sebagainya.
Semua
kesepakatan dan pangkalan militer yang dibuat di atas adalah sekadar
kenyataan yang tersingkap dan tampak ke permukaan. Sementara itu,
hal-hal yang tidak tersingkap dari berbagai persekongkolan dan manuver
antara Amerika dan para anteknya di negara-negara Teluk adalah jauh
lebih besar dan lebih berbahaya. Oleh karena itu, umat dituntut secara
sungguh-sungguh untuk senantiasa terikat dengan agamanya serta menjaga
berbagai kepentingannya dalam rangka mencegah bercokolnya terus
berbagai pangkalan militer yang bisa menjadi sarana untuk membunuh kaum
Muslim di wilayah ini. Umat Islam juga harus bersikap tegas dan keras
di hadapan para penguasa antek Amerika tersebut yang telah menyerahkan
berbagai wilayah darat, laut, dan udaranya kepada Amerika dan sekutunya
hingga mereka menyerahkan tanah-tanah kaum Muslim sejengkal demi
sejengkal kepada orang-orang kafir penjajah.
Sesungguhnya Allah adalah Mahakuat dan Mahaperkasa. (QS al-Hadid [57]: 25).
Rahasia Terkuak, Saudi dan Amerika akan Bersekutu dengan Israel Jika Basar Assad Jatuh!
Posted on Desember 14, 2012 by syiahali
Kamis, Desember 06, 2012
http://syiahali.wordpress.com/2012/12/14/rahasia-terkuak-saudi-dan-amerika-akan-bersekutu-dengan-israel-jika-basar-assad-jatuh/
Saudi bekali senjata kepada pengganas Syria
|
.
Rahasia Terkuak, Saudi dan Amerika akan Bersekutu dengan Israel Jika Basar Assad Jatuh!
.
Dulu datangnya Amerika ke Iraq dengan alasan untuk
menegakkan demokrasi, padahal hanyalah alasan untuk mengambil kontrol
atas Iran dan Suriah serta negara anti anjing USA. Ketua Parlemen Iran
Ali Larijani mengatakan persekongkolan besar regional dan internasional
sedang digalang guna melawan Suriah.. Rezim Suriah mendukung Iran
selama
Perang Iraq-Iran.
Iran Bakal Mampu Menciptakan Bom Atom !! Iran
ngebut menambah jumlah mesin sentrifugal untuk memproduksi nuklir, ujar
seorang petinggi pengembang energi republik Islam ini, seperti ditulis
RT Online, Rusia, Kamis (29/11).Pemerintah AS terus berupaya menghadang
ekpor minyak Iran dengan memberlakukan sanksi
.
Iran dan Suriah vs Yahudi Israel, Amerika
dan Saudi .. Jika kubu Y.A.S menang maka Suriah jadi anjing
Amerika-Israel dan Wahabi ! Iran selalu mengambil titik sentral antara
Palestina dan Zionis Israel. Artinya siapapun yang
mendukung Palestina adalah kawan bagi Iran. Dan siapa saja yang membantu
atau bekerjasama dengan Zionis maka mereka adalah musuh Iran. Termasuk
klaim hubungan dekat Iran dengan pejuang Hamas. Meski Hamas kelompok
Sunni, Iran bisa bekerjasama
.
Arab Saudi beberapa kali dilaporkan telah membekalkan
senjata dan kelengkapan ketenteraan kepada kumpulan pemberontak
Syria.Menurut laporan media bukan hanya Riyadh sahaja yang menjadi
pembekal kepada mereka, bahkan Emirates Arab Bersatu dan Qatar turut
dilaporkan menyalurkan senjata kepada kumpulan tersebut.
.
Turut disebut dalam laporan itu, ketiga-tiga negara
Arab tersebut menyeludup senjata melalui Turki sehari setelah tentera
Syria berjaya menakluki Homs dan Baba Amr dengan menawan ramai militian
bersenjata dari berbagai negara.
Negara Syria mula bergolak sejak pertengahan Mac 2011.
Presiden Bashar Al-Assad pada 20 Febuari lalu berkata, terdapat
beberapa negara yang menjadi batu api huru-hara di Syria dengan
membiayai dan mendukung kumpulan pengganas bersenjata untuk memerangi
kerajaannya.
Kofi Annan : “Iran Dukung Pergantian Rezim Suriah“
web – Jumat, 19 Oktober 2012
Mantan Sekjen PBB Kofi Annan menyatakan, pemerintah Iran mau menerima pergantian rezim Suriah asalkan melalui pemilu.
Saat berkunjung ke Washington, Annan merasa banyak dukungan untuk
solusi demokratis di Suriah. Hal ini ia peroleh setelah berkunjung ke
Ibukota Iran, Teheran, Juli lalu dan bertemu tiga pejabat penting.
Termasuk, Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
“Mereka semua memiliki pesan yang sama ketika saya tekan. Bahwa akan
menerima turunnya (Presiden Suriah) Bashar Assad asalkan rakyat Suriah
memutuskan melalui pemilu, meski digelar oleh PBB,” ujar Annan.
Siapa Sebenarnya Penjahat di Suriah, Pemerintah Assad atau Oposisi?
Berbagai
laporan mengkonfirmasikan peran luas rezim Zionis Israel dalam
instabilitas di Suriah sejak Maret 2011. Dalam hal ini, Menteri Luar
Negeri Israel, Avigdor Lieberman mengatakan, “Israel siap untuk mengirim
bantuan kepada kelompok-kelompok pemberontak di Suriah.”
Juru bicara Menlu Zionis, Tzachi Moshe mengatakan, “Israel dapat
menyalurkan bantuan kepada kelompok-kelompok bersenjata di Suriah
melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa atau lembaga-lembaga internasional
lain.”
Para perusuh dan kelompok teroris bersenjata Suriah beraksi sejak
Maret 2011 dengan dukungan sejumlah negara Barat, Arab, dan Israel.
Hingga kini ribuan orang tewas termasuk aparat keamanan negara ini.
Kesiapan Israel untuk menyalurkan bantuan lebih banyak kepada
kelompok teroris Suriah dikemukakan di saat sebuah kelompok yang
menamakan diri (Dewan Transisi Nasional Suriah), telah menyatakan
kesiapannya untuk menjalin hubungan persahabatan dengan Israel jika
pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad terguling.
Isaac Hertzog, seorang anggota parlemen dari Partai Buruh, juga
mendesak Tel Aviv menyalurkan dukungan dan bantuan lebih banyak kepada
kelompok-kelompok pemberontak Suriah. Hertzog juga mengungkap hubungan
Israel dengan seorang pemimpin oposisi Burhan Ghalyoun dan menegaskan
bahwa sejumlah tokoh oposisi Dewan Transisi Nasional Suriah bahkan
menyatakan untuk berdamai dengan rezim Zionis. Nama-nama tokoh oposisi
yang menginginkan perdamaian dengan Israel itu menurut Hertzog, tidak
mungkin dipublikasikan karena alasan keamanan.
Publikasi berita tentang hubungan kelompok oposisi dengan rezim yang
bahkan memusuhi dan menjajah sebagian wilayah Suriah itu, semakin
mengungkap esensi dan identitas kelompok oposisi Suriah yang menjadi
boneka pihak-pihak asing.
Seorang pengamat hubungan strategis Suriah, Salim Harba, juga
mengungkap dimensi lain dari makar rezim Zionis Israel dan negara-negara
Barat. Ditambahkannya bahwa oknum-oknum teroris dari negara-negara
Teluk Persia, Irak, Lebanon, Afghanistan, Turki, dan Perancis, yang
dibekuk dalam operasi militer Suriah di wilayah Baba Amr, mereka semua
diatur oleh Barat dan Israel.
Harba menegaskan bahwa dibentuk kantor khusus di Qatar yang mengurusi
operasi kelompok-kelompok teroris di Suriah yang koordinasinya
ditangani langsung para agen-agen Dinas Rahasia Amerika Serikat (CIA)
dan Israel (Mossad).
Di sisi lain, Qatar juga menandatangani kontrak pembelian senjata
dengan perusahaan-perusahaan senjata Amerika Serikat dan Israel untuk
melengkapi senjata para perusuh di Suriah.
Masalah-masalah tersebut mengindikasikan fakta bahwa Suriah saat ini
memang menghadapi gelombang makar dari Amerika Serikat dan rezim Zionis
Israel, yang juga dibantu oleh negara-negara Arab.
Upaya Israel mengobarkan instabilitas di Suriah dan bahkan menyulut
perang sipil di negeri itu adalah dalam rangka menyimpangkan perhatian
rakyat dan pejabat Suriah dari penjajahan rezim Zionis atas
wilayah-wilayah Suriah serta untuk mematenkan aksi ilegal mereka itu.
Namun pelaksanaan referendum amandemen konstitusi yang diprakarsai
pemerintah Damaskus telah menjadi garis pembeda pihak-pihak yang
terlibat dalam instabilitas di Suriah. Jika sebelumnya masyarakat dunia
membentur keambiguan dalam menyikapi krisis Suriah. Maka pasca
referendum, terungkap jelas identitas para perusuh dan apa tujuan
mereka.
Hampir 60 persen dari warga yang berhak memilih ikut ambil bagian
dalam referendum Ahad (26/2), dengan 7.490.319 orang (89,4 persen)
mendukung dan 753.208 orang (9 persen) menolak.
Referendum tersebut merupakan bukti dukungan rakyat terhadap
pemerintah Assad dan tekad mereka untuk menjaga kedaulatan dan persatuan
negara. Yang jelas, dua acuan itu bertentangan dengan apa yang dituju
oleh kelompok-kelompok perusuh melalui berbagai aksi brutal mereka. Lalu
siapa penjahat sebenarnya? Bagaimana menurut Anda?
Sekitar 74 persen populasi Suriah beragama Muslim Ahlussunnah, 13
persen lainnya Alawi dan Syiah Imamiyah atau Ismailiyah. 10 persen warga
Suriah beragama Kristen, dan tiga persen sisanya adalah warga etnis
Druze.
Anda sudah gila (sableng) jika menganggap Nushairiyyah
sebagai syi’ah imamiyah.. Nushairiyah dinisbahkan kepada pendirinya,
Muhammad bin Nushair an-Numairi
Firqah syi’ah itu ada macam macam, makanya kalau ngga ngerti yang mana syi’ah imamiyah jangan asbun ngomong asal asalan
Berita yang mengabarkan adanya pembantaian kaum Sunni di Suriah yang
telah dibantai oleh kaum Syiah pada bulan Februari yang diberitakan
telah menelan korban 8000 orang dibantah organisasi Syiah di Indonesia,
Ahlul Bait Indonesia (ABI).
Menurut Hasan Daliel Alaydrus, Ketua DPP ABI , korban dari
pembantaian itu ialah orang-orang yang memberontak pada pemerintahan
Bashar Al Assad dan telah dipersenjatai Israel dan Amerika Serikat.
“Yang dibantai itu bukan hanya kaum sunni, mereka adalah masyarakat
yang emosional dan diprovokasi. Jelas, Yahudi-Israel, Amerika Serikat
dan Arab Saudi di belakang semua ini,” kata Hasan
Bashar sendiri menurut Hasan juga bukanlah seorang penganut Syiah. “Dia bukan ahlul bait,” tambahnya singkat.
Salah satu pengajar Islamic Cultural Center (ICC) tersebut
juga tidak terima jika ada yang menuduh bahwa yang membunuh orang-orang
Sunni di Suriah adalah kaum Syiah. Lebih jauh ia justru menyalahkan
pemerintah Arab Saudi bahkan menuduhnya kacung Amerika.
“Mereka dipersenjatai oleh Arab Saudi, sedangkan Arab adalah kacung dari Amerika,” katanya.
Lebih jauh, Hasan mengatakan, berita yang menyebut Syiah terlibat
konflik Suriah adalah bentuk adu domba dari Israel yang ingin memecah
belah umat Islam.
“Israel amat benci kepada Suriah, karena Suriah salah satu negara
yang mendukung Palestina. Ini merupakan siasat Israel dan antek-anteknya
untuk menumbangkan kepimpinan Bashar,” tegasnya.
Berita ini menurut Hasan yang mengembar gemborkan adalah media yang mempunyai kepentingan terhadap Yahudi dan Amerika.
“Awal awal yang memberitakan kasus ini adalah media barat, kita tahu media barat yang punya siapa?,”pungkasnya
Nasib Warga Syiah Suriah dalam Krisis Rekayasa Barat
Suriah adalah sebuah negara di selatan Asia barat dan terletak di
pesisir timur Mediterania. Negara ini berbatasan dengan Turki di utara,
dengan Irak di timur, dengan Lebanon dan laut Mediterania di Barat, dan
dengan Yordania dan Palestina pendudukan di selatan. Oleh karena itu,
secara geografis Suriah sangat strategis karena menjadi jembatan
penghubung antara Asia dan Eropa.
Sekitar 74 persen populasi Suriah beragama Muslim Ahlussunnah, 13
persen lainnya Alawi dan Syiah Imamiyah atau Ismailiyah. 10 persen warga
Suriah beragama Kristen, dan tiga persen sisanya adalah warga etnis
Druze.
Krisis berdarah di Suriah sejak tujuh bulan lalu dengan campur tangan
tidak langsung Amerika Serikat, rezim Zionis Israel, dan Perancis di
satu sisi, dan disisi lain diprovokasi oleh sejumlah negara regional
termasuk Arab Saudi, Yordania, Turki, dan kelompok-kelompok pro-Barat di
Lebanon. Krisis dimulai di sebuah kota di Daraa yang mayoritas Sunni,
dan sama seperti fenomena politik-keamanan dan sosial lainnya, krisis
itu berubah arah menyusul reaksi dari para pemain di dalam dan luar
negeri.
Namun hingga kini, nasib umat Syiah akibat kerusahan itu tidak
diperhatikan. Laporan berikut ini akan mengetengahkan informasi mengenai
kondisi kaum Syiah di Suriah.
Syiah di Suriah Menyebar
Sebagian besar warga Syiah Suriah tersebar di lima provinsi yaitu,
Damaskus, Homs, Halab, Idlib, dan Daraa. Mereka juga tidak terhindar
dari eskalasi krisis dan bentrokan di dalam negeri.
Hubungan Warga Syiah di Homs dengan Masyarakat
Populasi Syiah di Provinsi Homs mencapai 150 ribu orang yang
merupakan 10 persen dari total populasi di provinsiitu. Selain di Homs,
warga Syiah juga tersebar di berbagi wilayah sekitarnya. Hubungan mereka
dengan kaum Sunni bersahabat dan tenang. Para pejabat Provinsi Homs
menekankan kebijakan pendekatan antarpengikut agama dan mazhab, serta
penghindaran friksi. Faktor berikutnya adalah ketegasan pemerintah pusat
dalam menindak anasir penyulut friksi dan ketegangan antarmazhab.
Bahkan kerusuhan pada bulan Juli lalu telah memperkokoh persatuan dan
keharmonisan warga Syiah dan Sunni.
Faktor-Faktor Perusak Keharmonisan
Namun keharmonisan dan persahabatan yang telah terjalin selama
bertahun-tahun itu terkoyak secara tragis. Sebabnya, pertama adalah
gerakan dan gejolak mazhab yang meluas di seluruh negara-engara Islam
dan yang pada puncaknya muncul pada awal-awal pendudukan Amerika Serikat
atas Irak.
Di sisi lain, media massa dan propaganda kelompok radikal Salafi,
melalui televisi satelit dan situs-situs juga semakin menjamur. Di
suriah penyusupan Salafi dapat dirasakan di sejumlah wilayah. Hal itu
diperparah dengan penistaan yang dilakukan oleh media dan situs-situs
Syiah esktrim terhadap nilai-nilai suci Ahlussunnah.
Sikap Kaum Syiah di Masa-masa Krisis
Sejak dimulainya krisis Suriah, para tokoh dan ulama Syiah negara
ini, mengumukan netaralitas mereka dan tidak akan ikut campur. Karena
mereka berpendapat bahwa menentukan dalam transformasi tersebut akan
merugikan umat Syiah. Warga Syiah Suriah sendiri berpendapat bahwa
sebagai kelompok minoritas, mereka akan menjadi sasaran aksi pembalasan.
Akan tetapi di satu sisi, warga Syiah senantiasa mendukung pemerintah
pusat.
Warga Syiah Suriah, sangat menjaga dan berhati-hati dalam bersikap,
karena jika tidak maka akan muncul bentrokan dan krisis sektarian di
negara ini.
Dampak Krisis Terhadap Warga Syiah
Banyak pendemo Suriah yang berpendapat bahwa warga Syiah mendukung
pemerintahan yang brutal dalam menindak instabilitas. Mereka memberikan
berbagai dalih di antaranya:
1- Dukungan kuat Republik Islam Iran dan Hizbullah Lebanon terhadap pemerintah Suriah.
2- Menuding warga Syiah Suriah mendukung pemerintah dan para
suporternya dalam menumpas demonstrasi dan ini merupakan tuduhan yang
sama terhadap kelompok-kelompok minoritas Suriah.
3- Provokasi secara terang-terangan anti-Syiah di berbagai situs, televisi satelit, dan bahkan oleh mufti-mufti ekstrim.
Pembunuhan Warga Syiah
Tidak diragukan lagi bahwa hubungan keharmonisan dan kerukunan warga
Syiah dan Sunni Suriah, serta berlanjutnya komunikasi antara para ulama
dari dua mazhab itu, menjadi penghalang terseretnya instabilitas itu ke
arah kerusuhan sektarian dan etnis. Namun hubungan tersebut sudah tidak
berguna lagi ketika senjata telah jatuh ke tangan para perusuh.
Setelah itu, dimulailah propaganda anti-Syiah yang dituding terlibat
dalam aksi penumpasan warga Syiah. Tidak hanya itu, para ulama ekstrim
juga menginstruksikan para pendemo untuk “membersihkan” kota-kota dari
keberadaan “kaum Zoroaster” (merujuk pada bahwa pengikut kaum Syiah
terbanyak adalah di Iran dan sebelum masuknya Islam, bangsa Iran adalah
penganut Zoroaster). Menyusul seruan tersebut, dimulai pula aksi
pembunuhan dan penculikan warga Syiah Suriah khususnya para pemuda.
Prosesnya cepat dan meluas hingga sejumlah kelompok bersenjata termasuk
Brigade Khaled bin Walid, menyatakan bertanggung jawab atas sejumlah
operasi anti-warga Syiah.
Akan tetapi ini bukan berarti warga Sunni Suriah setuju atas aksi
tersebut, karena banyak kelompok Sunni moderat dan mereka yang menentang
segala bentuk kekerasan, menolak aksi brutal itu. Namun suara mereka
tenggelam dalam hiruk-pikuk krisis, terlebih lagi mereka dituding
munafik dan menjadi antek-antek pemerintah.
Kerugian dan Penderitaan Warga Syiah
Berikut ini sebagian penderitaan dan kerugian yang dialami warga Syiah Suriah dalam lima bulan kerusuhan:
1- Dibunuh dan diculik.
2- Mengungsi dari wilayah mayoritas Sunni, karena menerima bahaya dan ancaman.
3- Perampokan dan penjarahan, serta pembakaran rumah dan tokok-toko, khususnya yang pemiliknya telah mengungsi.
4- Kesulitan ekonomi yang diakibatkan karena beberapa faktor.
Pertama, pemecatan dari tempat kerja mereka di sektor swasta. Kedua,
sebagian besar warga Syiah tidak dapat kembali bekerja setelah sejumlah
rekan mereka terbunuh. Dan ketiga, lemahnya perekonomian lokal karena
kerusuhan dan instabilitas.
Kebohongan BBC (Lagi)
.
Media mainstream berkali-kali melakukan kebohongan dalam
pemberitaan konflik di beberapa negara, misalnya Irak, Iran, Libya, dan
yang terbaru, di Syria. Dulu, di Iran, misalnya, BBC memasang foto
tipuan untuk memberitakan banyaknya massa anti-Ahmadinejad. Lengkapnya
silahkan baca di sini
.
Kali ini di Syria, BBC tertangkap basah melakukan hal serupa Di
situsnya tgl 27 Mei, BBC memuat foto mayat2 dan diklaimnya sebagai
korban pembantaian massal di di Houla (dan tentu saja, yang dituduh
sebagai pembantai adalah tentara Suriah, padahal, fakta2 lain
menunjukkan bhw yang terbantai itu adalah orang-orang pro pemerintah;
juga secara logika saja, tidak ada keuntungan yang bisa didapat Assad
dengan membantai massal warganya sendiri; sungguh aneh bila Assad yang
melakukannya. Keuntungan dari peristiwa ini justru didapat oleh pihak
oposan.)
.
Lalu, fotografer asli foto tersebut protes dan memberitahu bahwa
itu adalah foto korban pembunuhan massal di Irak tahun 2003. BBC
mencabut begitu saja foto itu, tanpa minta maaf. Sementara foto itu
sudah terlanjur disebarluaskan ke seluruh dunia, dan sudah diposting
ulang pula oleh banyak orang. Korban fitnah tentu saja tentara Suriah,
dan yang diuntungkan adalah kaum oposan yang jelas-jelas dibiayai oleh
AS (silahkan browsing, dari berbagai sumber2 pemberitaan yang valid
fakta ini bisa didapatkan)
.
Tujuan utama dari aksi pembantaian massal yang sangat kejam ini
adalah agar PBB menyetujui ‘humanitarian intervention’ yang hakikatnya
adalah pengiriman pasukan perang internasional ke Syria untuk
menggulingkan Assad, sebagaimana yang sudah terjadi di Libya
.
Untuk melihat lebih jelas foto ini, klik foto-nya.
Saya (blogger) pernah melihat rekaman video kerusuhan Houla, Syria,
yang ditayangkan sebuah televisi nasional. Video itu menunjukkan
aktivitas sekelompok pemberontak Syria. Seorang di antara pemberontak
berdiri dengan tenang, kemudian menembakkan senjata RPG-nya ke sebuah
gedung tinggi
.
Ledakan kemudian tampak di bagian atas gedung yang terkena
tembakan. Beberapa hari kemudian televisi yang sama kembali menayangkan
gambar tersebut, namun bagian pemberontak menembakkan RPG-nya sudah
dipotong dan menyisakan gambar ledakan di gedung tinggi. Di bagian bawah
gambar tertayang “caption” tentang pemboman yang dilakukan pasukan
pemerintah atas Houla
.
Kedua rekaman video tersebut juga beredar di seluruh dunia hingga
menimbulkan banyak pertanyaan tentang kebenaran “klaim” media massa
tentang kesalahan pemerintah Syria dalam tragedi Houla. Jika pasukan
pemerintah memang melakukan bombardir, bukankah semua gedung tinggi di
Houla sudah hancur? Video itu juga menunjukkan justru para
pemberontak-lah yang melakukan penghancuran atas Houla. Gedung tinggi
yang ditembak pemberontak dengan RPG sama sekali bukan sasaran militer.
Dan sudah menjadi pemberitaan luas bahwa pemberontak juga memiliki
senjata mortar, roket hingga rudal jinjing
.
Sebagian besar korban pembantaian Houla mengalami luka tembakan
jarak dekat. Ini mengindikasikan pelaku pembantaian adalah para
pemberontak sendiri yang menguasai Houla. Dan jika sebagian korban
lainnya meninggal karena pemboman, para pemberontak juga mempunyai
kemampuan untuk melakukannya, jauh dari tuduhan bahwa pemboman itu hanya
bisa dilakukan pasukan pemerintah
.
Namun meski laporan-laporan saksi mata maupun tim penyidik
pemerintah menunjukkan pemberontak sebagai pelaku pembantaian, media
massa “mapan”, termasuk di Indonesia terus-menerus menjejali masyarakat
dengan informasi palsu tentang kejahatan pemerintah Syria hingga
menimbulkan kemuakan bagi orang-orang yang bersikap kritis
.
“Setiap kali terjadi serangan teroris di Syria, media-media massa
barat dan pemerintahnya segera menuduh pemerintah Syria sebagai dalang
pelakunya, sehingga semakin meyakinkan para teroris dukungan barat dan
Saudi untuk terus meningkatkan serangan terorisnya
.
Dengan kata lain, dengan dukungan mereka terhadap para teroris,
tangan-tangan pemerintahan barat dan Saudi berlumuran darah para korban
serangan teroris yang mereka coba mencucinya dengan cara mengalihkan
tuduhan kepada pemerintahan Bashar al Assad,” kata analis politik Timur
Tengah dari Tehran University, Professor Mohammad Marandi Marandi,
kepada kantor berita FNA, Selasa (29/5).
.
Kebohongan BBC
Bila saya menulis dengan nada sentimen tentang “media Barat” yang
sering berat sebelah dan tendensius dalam memberitakan masalah Iran (dan
Timur Tengah pada umumnya), ada saja yang memrotes
.
Kali ini, ada bukti nyata… BBC tertangkap basah berbohong soal
pemilu Iran. Mereka menggunakan foto Ahmadinejad yg sedang pidato dgn
massa yang sangat banyak:
Foto itu di-zoom, lalu dipotong gambar massa-nya saja, dan diberi caption:massa Mousavi yang sedang protes (atas hasil pemilu). Jadi, kelihatannya, massa Mousavi yg lagi protes itu emang banyaaak..banget.
Gila ya?! Seorang blogger mengetahui hal ini, lalu posting di sini
.
Foto asli dalam ukuran besar bisa dilihat di sini dan foto rekayasa dalam ukuran besar bisa dilihat di situ
.
Tentu saja, tak lama setelah ’tertangkap basah’, BBC menukar caption itu. Bisa lihat di sini
.
Cara serupa dulu juga dipakai BBC (dan media mainstream lainnya)
saat menayangkan gambar “lautan massa yang sedang menjatuhkan patung
Saddam di Fardus Square”. Ternyata sesungguhnya, cuma ada segelintir
orang di sekitar patung itu, itupun kebanyakan tentara AS dan jurnalis.
Berita ttg ini bisa lihat disini (klik
picture 1, 2,3,4, lalu bandingkan keempat foto itu, bahkan di foto
terakhir terlihat yang naik ke bagian kepala patung Saddam adalah
tentara AS)
.
Apapun pendapat Anda soal Ahmadinejad dan Iran, yang jelas, fakta
bahwa media Barat sangat berlebihan (dan bahkan berani berbohong)
mengeksploitasi masalah pemilu dan memprovokasi rakyat Iran, perlu
dipertanyakan
.
Bahkan Kementrian Dalam Negeri AS yg biasanya menyebut internet
sebagai alat yg dipakai para ekstrimis dan teroris, kini, demi untuk
mengacau situasi di Iran, meminta Twitter.com agar menunda rencana
maintenance-nya, supaya para perusuh di Iran bisa terus menggunakan
Twitter untuk memposting foto2 demonstrasi.
Presiden Assad: Suriah Menjadi Target Konspirasi Asing
Senin, 2012 Juni 04 00:46
.
Presiden Suriah Bashar al-Assad memperingatkan bahwa Suriah telah menjadi target dari konspirasi asing.
Saat berpidato di parlemen baru di Damaskus pada Ahad (3/6), Presiden Assad mengatakan, Suriah menghadapi perang nyata dari luar
.
“Kami tidak menghadapi masalah politik, tetapi sebuah proyek untuk menghancurkan negara ini,” tegasnya
.
Lebih lanjut Presiden Suriah menambahkan bahwa pemerintah telah
melakukan segala upaya untuk mengakhiri kerusuhan selama berbulan-bulan
dan mengimplementasikan reformasi yang dijanjikan
.
Presiden Assad menegaskan bahwa reformasi telah berhasil menangkis
bagian dari serangan regional dan internasional terhadap negara ini
.
Di bagian lain pidatonya, Assad mengkritik partai-partai oposisi yang
memboikot pemilihan parlemen pada 7 Mei lalu dan mengatakan bahwa
sebenarnya mereka memboikot masyarakat, bukan pemerintah
.
Presiden Suriah juga menyerukan dialog nasional untuk mengakhiri
kekerasan dan mengundang semua pihak guna mengesampingkan perbedaan
mereka demi kepentingan negara
.
Inilah Pengakuan Saksi Mata Pembantaian di Al-Houla
|
.
pengakuan saksi mata pembantaian di al Houla Suriah.
IRIB menulis, “Sebuah laporan terbaru menyebutkan bahwa seorang saksi
dalam pembantaian 25 Mei di kota al-Houla, Suriah, mengatakan bahwa
kelompok bersenjata memperkosa para wanita sebelum membunuh mereka.”
.
“Kelompok bersenjata membakar rumah dan membunuh
anggota keluarga karena mereka setia kepada pemerintah Suriah. Mereka
juga memperkosa perempuan dan membunuh anak-anak, ” kata saksi, yang
dimuat di Global Research (1/6).Menurut laporan tersebut, saksi itu
diidentifikasi sebagai al-Khosam, seorang petugas keamanan Suriah yang
ditempatkan di al-Houla
.
Pada tanggal 25 Mei, bentrokan pecah antara pasukan Suriah dan kelompok bersenjata di kota al-Houla, terletak sekitar 32 kilometer barat laut ibukota Provinsi Homs
Pada tanggal 25 Mei, bentrokan pecah antara pasukan Suriah dan kelompok bersenjata di kota al-Houla, terletak sekitar 32 kilometer barat laut ibukota Provinsi Homs
.
Kepala misi pemantau PBB di Suriah, Mayor Jenderal Robert Mood dalam
sebuah jumpa pers melalui konferensi video dari Damaskus ke pertemuan
darurat Dewan Keamanan PBB pada 27 Mei, mengatakan, pemantau PBB di
al-Houla melaporkan bahwa 108 orang tewas, termasuk 49 anak-anak dan 34
wanita
.
Sementara itu, saksi lain mengatakan bahwa kelompok bersenjata
menggunakan para wanita dan anak-anak sebagai perisai untuk terus
menembaki pasukan Suriah
.
“Sejumlah perempuan tersebut ditembak di kepala,” kata seorang tentara Suriah yang terluka dalam bentrokan
.
Pada tanggal 31 Mei, Brigadir Jenderal Qassim Jamal Suleiman, kepala
komite investigasi yang dibentuk oleh pemerintah Suriah, mengatakan,
hasil penyelidikan atas pembantaian al-Houla menunjukkan bahwa kelompok
bersenjata anti-pemerintah Damaskus melakukan pembunuhan supaya
memberikan ruang kepada pihak asing untuk mengintervensi Suriah
.
Lebih lanjut, Suleiman mengatakan, para korban adalah keluarga yang
menolak untuk menentang pemerintah Suriah dan hal itu bertentangan
dengan kelompok bersenjata
.
Di pihak lain, Rupert Colville, juru bicara Komisaris Tinggi PBB
untuk Hak Asasi Manusia, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada
29 Mei, mengatakan bahwa mayoritas dari pembunuhan di al-Houla adalah
eksekusi warga sipil, perempuan dan anak-anak
.
Dalam Semalam Mereka Memenggal Kepala 50 Warga Syiah
|
.
Muhammad Sadiq al Husain, seorang pengamat politik
Timur Tengah menilai kedatangan Kofi Anan sebagai perwakilan PBB untuk
meninjau langsung keadaan Suriah pasca terjadinya pembantaian massal
penduduk sipil di Haulah sebagai sebuah bentuk lain untuk menekan
pemerintahan Basar Ashad.Ia menyatakan adanya peran negara-negara Arab
untuk mengajak dunia internasional terlibat dalam urusan dalam negeri
Suriah
,
“Perang sesungguhnya yang terjadi di Damsyik adalah
perang Suriah melawan dunia, yang dengan pertolongan Allah SWT
kebenaranlah yang akan menang. Semoga rakyat Suriah bisa bersabar dan
tegar menghadapi permainan politik tingkat tinggi ini.”
.
Al Husaini menyebutkan tujuan asli dari turut
campurnya negara-negara Arab dan Barat dalam masalah Suriah adalah
menggulingkan pemerintahan Bashar Asad sekaligus memutus hubungan Suriah
dengan Iran dan Lebanon yang selama ini dikenal ketiga negara tersebut
sebagai negara anti Israel dan menjadi batu sandungan bagi Israel dan
Barat untuk menguasai sepenuhnya Palestina
.
“Kalau memang benar bahwa rezim Bashar Asad yang
melakukan pembantaian atas rakyatnya sendiri, tentu sudah lama rakyat
Suriah akan bangkit melawan melalui aksi-aksi demonstarsi dan unjuk rasa
menuntut Asad turun. Namun fakta yang terlihat adalah aksi dukungan
rakyat Suriah atas kepemimpinan Bashar Asad bahkan dalam referendum
Bashar Asad tetap mendapat dukungan rakyatnya. Karenanya hanya satu
kemungkinan, pelaku pembantaian adalah pihak oposisi yang mendapat
sokongan dari Barat dan Arab yang menginginkan dunia menuntut Asad untuk
turun dari jabatannya.” Tegasnya
.
Dia pun menyebutkan bahwa perjalanan Kofi Anan ke Suriah dan
melakukan pertemuan dengan Presiden Suria Bashar Asad akan membuat pihak
musuh semakin pesimis sebab delegasi PBB tersebut tidak menemukan bukti
rezim Bashar Asad bersalah dalam hal tersebut. Dia menyebutkan
ketidakamanan dan konflik di Suriah merupakan hasil dari konspirasi
sebagian negara-negara Arab dan Barat. “Dengan adanya dukungan rakyat
Suriah atas Bashar Asad menunjukkan usaha negara-negara Arab, Emirat,
Qatar, Saudi dan negara-negara Barat tidak akan menemukan hasilnya.”
.
“Dunia tidak bisa menutup mata atas tragedi yang terjadi di pemukiman
Syiah ‘Al Fau’ah’ yang dalam semalam kelompok teroris memenggal 50
kepala warga sipil Syiah. Di Suriah bukan hanya warga Sunni yang mereka
jadikan target pembunuhan untuk menimbulkan fitnah sektarian, juga warga
Syiah. Ini menunjukkan tujuan mereka murni buat menimbulkan makar.”
Tutupnya.
.
Figaro: Saudi-CIA Suplai Senjata kepada Teroris di Suriah
Sabtu, 2012 Juni 30 04:57
Sebuah
koran Perancis menyebutkan bahwa sejumlah negara Arab di pesisir Teluk
Persia bekerjasama dengan Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA)
menyuplai senjata kepada kelompok teroris di Suriah guna menggulingkan
pemerintah Damaskus.
.
Fars News Jumat (29/6) melaporkan, koran Figaro yang memuat catatan
Georges Malbrunot dalam edisinya Kamis menulis, kelompok teroris
bersenjata di Suriah memiliki berbagai senjata canggih. Arab Saudi dan
sejumlah negara Arab pesisir Teluk Persia menyuplai dana kepada mereka,
dan semua langkah itu di bawah pengawasan CIA.
.
Dalam catatan tersebut disebutkan pula bahwa sekitar 40 anasir
kelompok bersenjata tersebut secara diam-diam pergi ke Turki untuk
mengambil berbagai senjata canggih seperti anti-tank.
.
Disebutkan pula bahwa kelompok bersenjata telah memiliki banyak
mortir seperti RPG 9 dari gudang senjata Saudi yang dibawa dengan
pesawat dan mendarat di bandara Adhanah, Turki.
Ada api ten tu ada asab, ada dosa dalam islam tentu ada kutukan bagi islam dari Allah. Kematian terhadap keturun an Ismail islam sebagai suatu kutukan bagi islam saat ini.
BalasHapus