Selasa, 20 Maret 2012

CIA-POLITIK-NARKOBA-ISUE KEPENTINGAN KAPITALIS SUPER KAYA-PENJAJAHAN TERSELUBUNG-DAN PENGUASAAN SUMBER2 EKONOMI-SUMBER2 ALAM-DAN PANGKALAN2 MILITER DILUAR KAWASAN AS..???!!! >> ...Kesalahpahaman utama kita tentang CIA adalah bahwa CIA melayani kepentingan AS..>> .. Nyatanya, ia selalu menjadi instrumen dinasti elit minyak dan perbankan internasional (Rothschild, Rockefeller, Morgan) yang dikoordinasi oleh Royal Institute for Internal Affairs di London dan cabang mereka di AS, Council for Foreign Relations.>> ...Lembaga ini didirikan dan diisi oleh orang-orang berdarah biru dari penguasa perbankan New York dan lulusan perkumpulan pagan rahasia, “Skull and Bones”.>> ...Saya lahir pada tahun 1949. Orang-orang idealis di generasi orangtua saya kecewa saat impian persaudaraan universal yang dicanangkan Komunis ternyata merupakan kedok untuk [mendirikan] despotisme brutal. Generasi saya sendiri mungkin menemukan bahwa insting terbaik kita juga telah dimanipulasi dan dieksploitasi. Ada bukti bahwa budaya kedai narkoba tahun 1960-an, pergerakan hak-hak sipil, dan pergerakan anti perang, seperti feminisme, diatur oleh CIA. Contohnya, CIA telah mengakui mendirikan National Student Association (NSA) sebagai kedok pada tahun 1947 (www.cia-on-campus.org). Pada awal 1950-an, NSA menentang upaya House Un American Activities Committee untuk membasmi mata-mata Komunis. Menurut Phil Agee Jr., petugas-petugas NSA berpartisipasi dalam aktivitas SNCC, kelompok hak sipil militan, dan Students for a Democratic Society, kelompok perdamaian radikal. Menurut Mark Riebling, CIA juga mungkin telah menggunakan Timothy Leary. Sudah pasti dinas tersebut mendistribusikan LSD (lysergic acid diethylamide), sebuah narkoba halusinogenik yang sangat kuat kepada Leary dan pembuat opini lainnya di tahun 1960-an. Leary membuat satu generasi Amerika berpaling dari partisipasi aktif di masyarakat dan mencari kepuasan “di dalam” diri mereka sendiri. Dalam contoh lain penggunaan narkoba oleh CIA untuk mencampuri politik dalam negeri, Gary Webb menggambarkan bagaimana pada 1980-an CIA membanjiri kawasan-kawasan minoritas kulit hitam dengan kokain...>>

Ada CIA Dibalik Kampanye Feminisme ???!!!




“Pada 1960-an, media elit menciptakan feminisme gelombang kedua sebagai bagian dari agenda elit untuk meruntuhkan peradaban dan mendirikan New World Order.”
Oleh Henry Makow Ph.D
Sejak menuliskan kata-kata ini minggu lalu (tulisan ini dibuat Januari 2004. red), saya menemukan bahwa sebelum menjadi seorang pemimpin kaum feminis, Gloria Steinem adalah orang bekerja untuk CIA. Tugas utamanya adalah memata-matai mahasiswa Marxist di Eropa dan mengacaukan pertemuan mereka. Gloria pun menjadi anak kesayangan media berkat koneksi dekatnya dengan CIA. Ms. Magazine, sebuah majalah perempuan di mana dia bekerja sebagai editor selama bertahun-tahun pun didanai secara tak langsung oleh CIA.
Namun menariknya adalah Steinem selalu berpura-pura dirinya adalah mahasiswi radikal. Kepada Susan Mitchell tahun 1887, ia pernah berkata, “Saya kuliah di era McCarthy dan itu menjadikan saya seorang Marxis.” (Icons, Saints and Divas: Intimate Conversations with Women Who Changed the World, 1997, hal. 130) Uraian singkat biografinya dalam Ms. Magazine Juni 1973 menyatakan: “Gloria Steinem telah menjadi penulis lepas sepanjang kehidupan profesionalnya. Ms. Magazine merupakan pekerjaan penuh waktu pertamanya yang menghasilkan gaji untuknya.”
Semuanya itu tidak benar! Dibesarkan dalam keluarga berantakan yang melarat di Toledo Ohio, Steinem entah bagaimana berhasil kuliah di Smith College yang elit, almamater Betty Friedan. Setelah lulus tahun 1955, Steinem mendapat “Chester Bowles Student Fellowship” untuk belajar di India. Anehnya, setelah mencari di Internet tidak ada data yang berhasil ditemukan selain beasiswa itu khusus hanya diberikan kepada Steinem.
Pada 1958, Steinem direkrut oleh Cord Meyers dari CIA untuk mengatur “sekelompok aktivis informal” bernama“Independent Research Service”. Lembaga ini adalah bagian dari “Congress for Cultural Freedom” milik Meyer, yang mendirikan majalah-majalah seperti Encounter dan Partisan Review untuk mempromosikan kebaikan kelompok liberal sayap kiri untuk melawan Marxisme. Steinem, yang menghadiri festival-festival pemuda di Eropa yang disponsori Komunis, menerbitkan sebuah suratkabar dan berperan banyak dalam membantu memprovokasi sebuahkerusuhan.
Salah seorang kolega Steinem di CIA adalah Clay Felker. Pada awal 1960-an, Cley menjadi editor di Esquire dan mempublikasikan artikel-artikel karangan Steinem yang mengukuhkannya sebagai suara pembebasan perempuan. Pada 1968, sebagai penerbit New York Magazine, Clay mempekerjakannya sebagai contributing editor, dan kemudian editor Ms. Magazine pada 1971. Warner Communications menyediakan hampir semua uang walaupun hanya menguasai 25% sahamnya. Penerbit pertama Ms. Magazine sendiri adalah Elizabeth Forsling Harris. Ia adalah seorang eksekutif humas yang memiliki koneksi dengan CIA sekaligus yang merencanakan rute iring-iringan mobil John Kennedy di Dallas. Meski memiliki citra anti penguasa, Ms. Magazine memasang iklan dari korporat terbaik Amerika. Ia memasang iklan ITT pada waktu yang bersamaan dengan penyiksaan tahanan politik perempuan di Chile oleh Pinochet, setelah sebuah kudeta yang dibangkitkan oleh konglomerat AS dan CIA.
Hubungan pribadi Steinem juga mengingkarkan sikapnya yang berpura-pura anti penguasa. Dia menjalin hubungan selama sembilan tahun dengan Stanley Pottinger, asisten jaksa agung di masa Nixon-Ford, yang memperlambat penyelidikan FBI dalam pembunuhan Martin Luther King, dan dengan mantan Menteri Luar Negeri Chile Orlando Latelier. Pada 1980-an, dia berkencan dengan Henry Kissinger.
Gloria Steinem Agen CIA
Kesalahpahaman utama kita tentang CIA adalah bahwa CIA melayani kepentingan AS. Nyatanya, ia selalu menjadi instrumen dinasti elit minyak dan perbankan internasional (Rothschild, Rockefeller, Morgan) yang dikoordinasi oleh Royal Institute for Internal Affairs di London dan cabang mereka di AS, Council for Foreign Relations. Lembaga ini didirikan dan diisi oleh orang-orang berdarah biru dari penguasa perbankan New York dan lulusan perkumpulan pagan rahasia, “Skull and Bones”.
Fungsi dari komplotan internasional ini adalah melemahkan institusi-institusi dan nilai-nilai di AS demi mengintegrasikannya ke dalam negara global yang akan mereka atur lewat PBB. Dalam Piagam Pendiriannya tahun 1947, CIA dilarang terlibat dalam aktivitas dalam negeri. Namun ini tak pernah menghentikannya dari mengobarkan perang psikologis terhadap rakyat Amerika. Rekan “Congress for Cultural Freedom” di dalam negeri adalah “American Committee for Cultural Freedom”. Memakai yayasan-yayasan sebagai saluran, CIA mengendalikan diskursus intelektual pada 1950-an dan 1960-an, dan saya yakin ia masih berbuat demikian hingga hari ini. Dalam The Cultural Cold War, Francis Stonor Saunder memperkirakan bahwa seribu buku diproduksi di bawah terbitan berbagai pers komersial dan universitas, dengan subsidi tersembunyi.
“Proyek Mockingbird” CIA melibatkan infiltrasi langsung ke dalam media, ya sebuah proses yang acapkali meliputi pengambilalihan langsung media-media besar. “Pada awal 1950-an,” tulis Deborah Davis dalam bukunya, Katherine the Great, “CIA menguasai anggota-anggota terhormat New York Times, Newsweek, CBS, dan sarana komunikasi lain, plus wartawan lepas, yang totalnya berjumlah empat ratus sampai enam ratus [wartawan lepas].”
Kemudian pada tahun 1982, CIA mengaku bahwa reporter-reporter dalam daftar gaji CIA bertindak sebagai petugas kasus (case officer) untuk agen lapangan. Philip Graham, penerbit Washington Post, yang menjalankan operasi hingga dia “bunuh diri” pada 1963, membual bahwa “Anda bisa mendapatkan jurnalis yang lebih murah daripada gadis panggilan cantik, dengan [upah] beberapa ratus dolar sebulan.”
Saya lahir pada tahun 1949. Orang-orang idealis di generasi orangtua saya kecewa saat impian persaudaraan universal yang dicanangkan Komunis ternyata merupakan kedok untuk [mendirikan] despotisme brutal. Generasi saya sendiri mungkin menemukan bahwa insting terbaik kita juga telah dimanipulasi dan dieksploitasi. Ada bukti bahwa budaya kedai narkoba tahun 1960-an, pergerakan hak-hak sipil, dan pergerakan anti perang, seperti feminisme, diatur oleh CIA. Contohnya, CIA telah mengakui mendirikan National Student Association (NSA) sebagai kedok pada tahun 1947 (www.cia-on-campus.org). Pada awal 1950-an, NSA menentang upaya House Un American Activities Committee untuk membasmi mata-mata Komunis. Menurut Phil Agee Jr., petugas-petugas NSA berpartisipasi dalam aktivitas SNCC, kelompok hak sipil militan, dan Students for a Democratic Society, kelompok perdamaian radikal.
Menurut Mark Riebling, CIA juga mungkin telah menggunakan Timothy Leary. Sudah pasti dinas tersebut mendistribusikan LSD (lysergic acid diethylamide), sebuah narkoba halusinogenik yang sangat kuat kepada Leary dan pembuat opini lainnya di tahun 1960-an. Leary membuat satu generasi Amerika berpaling dari partisipasi aktif di masyarakat dan mencari kepuasan “di dalam” diri mereka sendiri. Dalam contoh lain penggunaan narkoba oleh CIA untuk mencampuri politik dalam negeri, Gary Webb menggambarkan bagaimana pada 1980-an CIA membanjiri kawasan-kawasan minoritas kulit hitam dengan kokain.
Saya tak akan berusaha menganalisa motivasi CIA selain mengatakan apa persamaan di antara mereka: Mereka mendemoralisasi, mengasingkan, dan memecah-belah warga Amerika. Elit beroperasi dengan memupuk perpecahan dan konflik di dunia. Jadi, kita tidak menyadari siapa musuh sesungguhnya. Untuk alasan yang sama, CIA dan yayasan milik elit juga mendanai keberagaman dan pergerakan multikultur.
Feminisme telah menimbulkan kerusakan parah. Tak ada hubungan yang lebih fundamental, tapi halus, di masyarakat selain hubungan antara pria dan wanita. Padanya keluarga, sel darah merah masyarakat, bersandar. Tak ada orang yang memperhatikan kepentingan masyarakat yang mau mencoba memecah-belah pria dan wanita. Tapi kebohongan bahwa pria mengeksploitasi wanita telah menjadi opini resmi.
Pria mencintai wanita. Insting pertamanya adalah memelihara (“husband”) (arti kata husbandry adalah pertanian/peternakan/pemeliharaan sumber daya—penj) dan melihatnya tumbuh. Ketika bahagia, wanita tampak cantik. Tentu, beberapa pria bersifat kasar. Tapi mayoritas menopang dan menuntun keluarga mereka selama bermilenium-milenium.
Kaum feminis berkeras hati memajukan ide bahwa karakteristik bawaan pria dan wanita kita, yang krusial untuk pertumbuhan kita sebagai manusia, hanyalah “stereotipe”. Ini fitnah keji terhadap semua masyarakat heteroseksual, [yang mengisi] 95% populasi. Berbicara tentang kebencian! Tapi diajarkan kepada anak-anak sekolah dasar! Digaungkan di media. Lesbian seperti Rosie O’Donnell dimajukan sebagai role model.
Semua ini dikalkulasi untuk menciptakan kebingungan pribadi dan menebarkan chaos di antara masyarakat heteroseksual. Alhasil, jutaan pria Amerika dilemahkan dan dipisahkan dari hubungannya dengan keluarga (dunia dan masa depan). Wanita Amerika diperdaya hingga mencurahkan diri dalam karir keduniaan ketimbang dalam kasih-sayang tiada akhir kepada suami dan anak-anaknya. Banyak wanita sudah tak layak untuk menjadi isteri dan ibu. Orang-orang, yang terisolasi dan sendirian, terhalangi [pertumbuhannya] dan lapar akan kasih sayang, mudah sekali dibodohi dan dimanipulasi. Tanpa pengaruh sehat kedua orangtua yang mencintai, begitulah anak-anak mereka jadinya.
Feminisme adalah penipuan besar-besaran yang dilakukan terhadap masyarakat oleh elit pemerintahnya. Itu dirancang untuk memperlemah struktur sosial dan budaya Amerika dalam rangka mengenalkan New World Order sebagai sebuah fasisme yang ramah. Para pendukungnya adalah orang-orang berlagak suci yang menjadi kaya dan berpengaruh darinya. Mereka meliputi golongan pendusta dan timpang moral yang bekerja untuk elit dalam beragam kapasitas: pemerintahan, pendidikan, dan media. Para penyamar ini harus dibongkar dan dicemooh.
Penindasan terhadap wanita adalah kebohongan. Pembagian peran berdasar jenis kelamin tak pernah sekaku yang dipropagandakan kaum feminis. Ibu saya sukses menjalankan bisnis impor tali arloji dari Swiss pada tahun 1950-an. Saat pendapatan ayah saya meningkat, dia bersedia berhenti dan berkonsentrasi mengurus anak-anak. Wanita bebas mengejar karir jika mereka mau. Bedanya, dahulu peran mereka sebagai isteri dan ibu dipahami, dan disahkan secara sosial, sebagaimana mestinya. HinggaGloria Steinem dan CIA datang bersama-sama.
“Pada tahun 2000, saya harap kita akan membesarkan anak-anak kita untuk meyakini potensi manusia, bukan Tuhan.”
“Mempercayai sesuatu yang ada sekarang sebagai ganti kehidupan setelah mati adalah luar biasa menipu, jika Anda membayangkannya. Bahkan korporasi-korporasi dengan semua sistem penghargaannya tidak mencoba menjadikannya hadiah anumerta.”
(Gloria Steinem, aktivus hak-hak perempuan)
(Pz/just-another-inside-job/Unseenhand)
Perang ini tak akan berakhir sampai semua kelompok teroris dunia ditemukan, dihentikan dan dikalahkan!” Cuplikan pidato Presiden George W. Bush, sembilan hari setelah Serangan 9/11 ini menjadi arahan baru sekaligus cambuk bagi CIA untuk berbenah diri. Tak banyak orang tahu bahwa di balik nama besarnya, CIA ternyata tengah dilihat berbagai masalah.

Petaka penerbangan bunuh diri ke beberapa gedung simbol perdagangan dan pertahanan Amerika pada11 September 2001 atau yang biasa dikenal sebagai Peristiwa 9/11, tak ayal menjadi momentum tersendiri bagi Dinas Intelijen Pusat AS atau CIA untuk berbenah. Ulah teroris internasional yang menewaskan sekitar 3.000 warga AS itu seolah membenarkan tudingan bahwa CIA tengah menghadapi masalah yang sangat serius sekaligus kronis.

CIA, Dinas Intelijen Terbesar Didunia

Sistem intelijen yang telah dibangun puluhan tahun dan kabarnya kini terkuat di dunia itu, ternyata gagal menangkal ancaman dan serangan teroris. Di saat bangsa AS tengah menghadapi ancaman teroris, memang ironis mendapati CIA yang dibangun dengan anggaran ratusan miliar dolar khusus untuk mengantisipasi serangan dari luar, justru gagal mengerjakan tugas utamanya.


Juga sebuah ironi mendapati institusi yang selama ini didengangdengungkan terdepan dalam urusan keamanan nasional, ternyata “tak berbunyi apa-apa” ketika menghadapi ancaman yang membahayakan negerinya. Tak ingin dikambing-hitamkan, CIA sendiri berusaha membela diri dengan mengatakan bahwa berbagai temuan informasi terkait Serangan 9/11 telah dilaporkan kepada Penasehat Keamanan Nasional. Namun penasihat presiden untuk urusan keamanan nasional itu bergeming.

Rakyat AS toh memahami bahwa urusan keamanan nasional bukan hanya tanggung jawab CIA. Ada lembaga serupa lain dan lembaga terkait yang harus saling berkoordinasi memberi masukan kepada Presiden AS. Laporan intelijen yang mereka sampaikan pada prinsipnya juga harus memenuhi takaranchecks and balances. Dalam kaitan ini, ada tiga lembaga eksekutif dan tiga lembaga yudikatif yang harus menyaring lebih dulu sebelum presiden mengambilnya sebagai salah satu komponen pengambil kebijakan.

Dengan demikian, terkait Serangan 9/11, Presiden sendirilah sesungguhnya yang harus menginstruksikan langkah-langkah pencegahannya. Dalam artikel berjudul "Menjegal Komunis, Memburu Teroris," wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy melukiskannya sebagai penyakit bureacratic politics yang ternyata sudah begitu sistemik di AS.


Seorang anggota US Secret Service membisikan petaka di New York ke telinga Presiden George W. Bush. Ketika serangan teroris terjadi Presiden sedang berkunjung ke SD Emma E. Brooker, Sarasota, Florida. Kegagalan CIA mengantisipasi serangan ini mendorong Bush memberikan taklimat khusus tentang perburuan teroris dunia.

Tak ayal Serangan 9/11 menampar dan mempermalukan wajah Presiden sebagai Panglima Tertinggi hasil akhir yang sesungguhnya diinginkan kelompok teroris musuh AS. Maka, sangat lah wajar jika Presiden AS selaku user utama informasi kelas satu CIA geram. Presiden AS (saat Serangan 9/11 terjadiGeorge W. Bush segera menuntut Direktur CIA, George Tenet, memperbaiki performa dan pola kerja institusi yang dipimpinnya.

Beberapa hari setelah serangan terjadi, Bush dikabarkan membedah arahan top secret setebal 14 halaman kepada CIA dan sejumlah otoritas keamanan nasional untuk memburu dan menangkap para pelaku. Genderang perang melawan teroris pun ditabuh. Di bawah perintah Bush, CIA mulai berperan sebagai polisi militer global yang menjebloskan ratusan tersangka ke penjara rahasia di Afghanistan, Thailand, Polandia, dan yang paling tekenal di Guantanamo.

CIA juga mengirim mereka ke penyidik-penyidik kejam di dinas intelijen Mesir, Pakistan, Yordania dan Suriah untuk diinterogasi. Hal ini mengingatkan kita pada penangkapan Umar Al-Faruq di Bogor danHambali di Bandung beberapa tahun lalu. Tanpa berkoordinasi dengan Polri, mereka langsung dijemput dan dibawa ke tahanan khusus di luar negeri.

Kepada publik Amerika, pada 20 September 2001, Bush berpidato tentang perang melawan teroris. “Perang kita melawan teror dimulai dengan Al Qaeda, tetapi tidak berakhir sampai disitu. Perang ini tidak akan berakhir sampai semua kelompok teroris di dunia ditemukan, dihentikan dan dikalahkan,” tegasnya. Disadarkan kembali bahwa semua informasi intelijen bersifat strategis dan menentukan masa depan bangsa dan negara, tiga tahun kemudian, Gedung Putih mengangkat seorang pejabat baru di lingkup intelijen, yakni Direktur Intelijen Nasional. Dia memimpin sebuah institusi yang memayungi dinas intelijen AS agar bisa bekerja lebih terkontrol, integratif dan saling berkoordinasi.

Director of National Intelligence mengelola 16 dinas intelijen AS sekaligus menjadi pengawas dan pengatur program intelijen nasional AS. Ke-16 dinas intelijen itu adalah CIA, AFISRA, MI, DIA, MCIA, NGA, NRO, NSA, ONI, OICI, I&A, CGI, FBI, DEA, INR, dan TFI. Tetapi perang melawan teroris ternyata tak semudah memerangi musuh-musuh terdahulu yang memiliki penguasa dan batas wilayah yurisdiksi yang jelas. Perang melawan organisasi tanpa bentuk ini tak pernah berujung pada penangkapan Osama bin Laden.

Berita berbagai harian di dunia (19/10/2010) malah menyatakan, Bin Laden masih bisa menikmati kenyamanan tempat tinggalnya di wilayah Pakistan. Bukan digua-gua Pegunungan Tora Bora, Afghanistan, seperti dilaporkan agen-agen CIA. Perburuan terhadap gembong Al Qaeda ini sebaliknya malah menciptakan kisruh di “rumah sendiri”. Banyak warga AS resah karena CIA diberi kewenangan kontroversial untuk memata-matai dan menyadap percakapan warga AS yang sebelumnya amat dilarang.
Di dalam tubuh AB AS, kejengkelan juga kian menggunung akibat gagalnya berbagai misi penyergapan Osama bin Laden. Semua oleh sebab informasi intelijen agen-agen CIA yang tak pernah akurat. Kali lain, pesawat tanpa awak Predator dengan tentengan rudal Hellfire lagi-lagi gagal mengeksekusi sasaran Rudal tak mengenai Bin Laden, melainkan puluhan warga sipil Afghanistan yang tak punya urusan apa-apa dengan Al Qaeda.

Alih-alih tak kunjung berhasil menangkap Bin Laden, sejak 1 Maret 2002 sasaran dialihkan ke Irak –negara yang dituduh membangun senjata pemusnah massal dan mendukung teroris dunia. Di sini pun CIA dan Pemerintah AS lagi-lagi tak bisa membuktikan keampuhan dinas intelijennya. Invasi militer besar-besaran memang telah menumbangkan rezim Saddam Hussein, namun tuduhan tentang senjata pemusnah massal itu tak pernah bisa dibuktikan karena hanya berdasar serangkai informasi tak memadai.

Doktrin Truman

Mengapa AS sangat menaruh perhatian pada intelijen? Hal ini bisa ditelusuri lewat perjalanan sejarah bangsa ini. Dalam perjalanan sejarahnya, selain China, adalah sebuah takdir tersendiri jika Amerika “terlahir” sebagai negara yang amat peduli dengan urusan intelijen. Dalam sejarahnya, bangsa Amerika telah mengalami berbagai peperangan dan menyadarkan mereka tentang betapa pentingnya informasi intelijen. Tentara Amerika telah melakukan kegiatan mata-mata sejak abad 17 atau persisnya sejak mereka terlibat Perang Revolusi (1775-1793). Pergolakan dalam peperangan melawan pasukan Inggris ini memberi pelajaran betapa informasi intelijen sangat berguna untuk mengantisipasi gerakan musuh dan menyusun langkah ke depan.

Meski begitu Amerika baru benar-benar memiliki lembaga resmi untuk urusan ini pada tahun 1880-an, yakni Office of Naval Intelligence (ONI) dan Army’s Military Intelligence Division. ONI dibentuk pada 1882untuk mencari tahu kemajuan dan perkembangan armada laut negara lain. Untuk keperluan serupa, tiga tahun kemudian Angkatan Darat AS membentuk AMI. Keduanya masih bertahan hingga sekarang, dan masuk ke dalam komunitas 16 dinas intelijen AS.


Presiden John F. Kennedy menyambut kedatangan pendahulunya, Dwight D. Eisenhower. Kennedy dan seiumlah presiden AS lain amat menaruh hormat padanya. Eisenhower banyak dimintai nasihat tentang bagaimana cara meredam ketegangan dengan Uni Soviet dan Kuba.

Akan halnya CIA sendiri, keberadaan dinas intelijen ini sesungguhnya telah dibentuk sejak 1942. Gedung Putih memulainya dengan Office of Strategic Services – dinas intelijen dadakan yang dibentuk secara taktis untuk merespon serangan Jepang terhadap Pangkalan AL AS di Pearl Harbor, Hawaii, pada 7 Desember 1941. Serangan besar pembuka Perang Pasifik itu merupakan aib tersendiri bagi pejabat militer AS karena gagal memecahkan sinyalsinyal rahasia militer Jepang yang sebenarnya bisa mereka intercept.

Sinyal-sinyal rahasia yang dikirim panglima militer Jepang ke berbagai komandan kesatuannya di lapangan itu ternyata merupakan kode pembuka serangan. Washington sangat terpukul oleh serangan 353 pesawat AL Jepang dari enam kapal induk yang meng hancurkan tujuh kapal perang, 188 pesawat terbang dan menewaskan 2.402 orang ini. OSS dibentuk dan dipimpin pertama kali oleh JenderalWilliam J Donovan – satu dari segelintir petinggi militer yang memang punya obsesi mempelajari kemampuan, tujuan dan aktivitas bangsa-bangsa asing yang punya kecenderungan menjadi musuh Amerika.

Meski begitu, selama Perang Eropa dan Perang Pasifik berkecamuk, OSS toh tidak mampu bekerja semaksimal yang diinginkan. Minimnya arahan Presiden sebagai user utama membuat OSS lebih banyak bekerja sebagai pengumpul berita. Mereka seolah hanya dibentuk untuk menjamin agar Presiden AS tidak ketinggalan informasi tentang perkembangan dunia. Di dalam pemerintahan, OSS juga tidak diberi ruang gerak oleh sebab resistensi yang terlampau tinggi dari para elite politik. Mereka risih karena merasa ikut diawasi agenagen rahasia dari dinas yang sangat tertutup dan diliputi kerahasiaan itu. OSS pun dibubarkan pada 20 September 1945.

Namun, dorongan alamiah bahwa Amerika memerlukan sebuah organisasi intelijen yang mendunia tak pernah padam. Tanda-tanda untuk hidup kembali muncul tak lama setelah AS (Sekutu) memenangkan Perang Dunia II. Belum setahun kemenangan itu berlalu, AS sudah merasa diperdaya oleh Uni Soviet – salah satu pendukung Sekutu dalam Perang Eropa. Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet, diam-diam berusaha menebar paham komunis di beberapa negara Eropa dan ini amat tidak disukai AS yang sebaliknya ingin menjadikan Eropa hidup dengan budaya Barat dan berpaham kapitalis.

Sadar bahwa langkah pencegahan harus bersifat strategis dan jangka panjang, pada 18 September 1947Presiden AS Harry Truman membentuk Dinas Intelijen Pusat, CIATugas pertamanya singkat saja, yakni mengantisipasi dan menyabot sepak terjang komunis di Eropa. Perintah operasi rahasia dinas dikendalikan langsung oleh Dewan Keamanan Nasional, yang bertanggung-jawab kepada Presiden. Pucuk pimpinan pertama diserahkan kepada Laksamana Madya Roscoe Hillenkoetter, perwira AL AS yang kerap dipergunjingkan tak memiliki reputasi apa-apa.

Misi pertama agen CIA, waktu itu, adalah menjegal terpilihnya pemimpin Italia dalam pemilu yang dibayangi komunis Rusia. Eropa pasca PD II dengan ekonomi yang morat-marit sangat potensial masuk ke pelukan komunis. Gedung Putih berpendapat, jika Italia jatuh ke tangan komunis, maka akan ambruk pula “kursi paling tua yang telah berabad-abad memiliki corak Budaya Barat”. Kemenangan komunis di Italia akan mengancam dunia, karena di sini juga berdiri Takhta Suci Vatikan yang memimpin jutaan umat Katolik di dunia. Jutaan dollar kemudian digelontorkan ke kantong para politisi Italia. Orang-orang komunis itu pun berhasil dihalau.


Richard Helms, salah seorang direktur CIA yang dianggap berhasil. la menggantikan William Raborn yang dianggap gagal memimpin CIA tatkala AS terjebak dalam Perang Vietnam. Menurut Eisenhower, intelijen AS kurang memberi dukungan. Sementara menurut Helms. kegagalan intelijen AS adalah karena ketidakpedulian agen-agennya pada sejarah, masyarakat, dan bahasa Vietnam

Agen rahasia AS dan Inggris juga mencium gelagat bahwa Stalin mengincar Yunani dan Perancis. Untuk itu bukan tanpa alasan jika Presiden Harry Truman memberi pernyataan tentang gencarnya “serangan” komunis di hadapan kongres pada 12 Maret 1947: “Setiap serangan yang dilancarkan oleh musuh Amerika di negara mana pun di dunia dianggap sebagai serangan terhadap Amerika Serikat.” Mayoritas anggota Kongres kontan berdiri dan menyambutnya dengan tepuk tangan.

Sebagai salah satu pendukung kemenangan Sekutu dalam memberangus kekuatan Nazi Jerman, Uni Soviet tentu punya kesempatan sama menciptakan pengaruh di seluruh Eropa. Begitu ujar George Kennan, salah seorang politikus pakar Kremlin (Kremlinologist) yang punya pengaruh kuat di Gedung Putih. Kennan adalah diplomat muda mantan Atase Dubes AS untuk Uni Soviet, seorang ilmuwan dan ahli sejarah yang sangat memahami kultur Rusia.

Banyak yang mengatakan, pandangan mantan Dubes AS untuk Uni Soviet (1952) ini lah yang sesungguhnya menjadi pemantik Perang Dingin Ucapan (peringatan) George Kennan mendorong Pemerintah AS melancarkan tiga gerakan yang amat menentukan perjalanan dunia sekaligus sebagai strategi untuk menghadapi Stalin. Pertama, dikeluarkannya Doktrin Truman yang menjadi sinyal ketidaksukaan AS terhadap kasak-kusuk Uni Soviet di Eropa. Kedua, Marshall Plan, bantuan logistik untuk membendung pengaruh komunis di Eropa. Dan, ketiga, diaktifkannya operasioperasi intelijen yang nantinya akan dibakukan lewat organisasi pengganti OSS, yakni CIA.

Truman sendiri secara pribadi tidak begitu menyukai keberadaan dinas rahasia. Namun, ia menyadari bahwa dinas intelijen yang besar adalah sebuah keniscayaan bagi negara sebesar AS. Terlebih karena ia menyadari bahwa tanpa dinas rahasia yang kuat, Washington hanya akan jadi bulan-bulanan dinas intelijen Inggris. Ia ingat betul betapa setelah OSS dibubarkan, Washington amat bergantung pada suplai informasi dari Inggris. Baginya, ini tentu sangat naif.

Setahap demi setahap CIA dibentuk sebagai pengumpul dan penyuplai informasi strategis dari luar negeri, khusus untuk kepentingan Presiden AS. Presiden menggunakannya untuk menopang pembuatan kebijakan keamanan nasional. Memang, pasca PD II, jelas sekali terlihat bahwa urgensi pembentukan CIA adalah untuk menghadapi komunis Rusia Akan tetapi, setelah berjalan puluhan tahun tanpa kontrol yang jelas, orang mulai menduga-duga tentang adanya agenda khusus yang mereka sembunyikan.Benarkah CIA juga dijalankan untuk melindungi praktik kapitalisme Barat paham lawan utama komunis dunia?

Bak ninja di malam hari?

Eksistensinya yang kian mendunia, posisinya yang amat dekat dengan Presiden, dan kewenangan menggunakan uang tanpa batas, selanjutnya mengundang berbagai pertanyaan dan melahirkan syak wasangka. CIA pun menjadi salah satu institusi yang paling memancing rasa ingin tahu berbagai kalangan, khususnya jurnalis.


Walter Bedell Smith, yang menganggap diri paling tahu tentang Rusia

Untuk mengetahui corak misi, latar-belakang, serta gaya sepak terjang CIA di dunia apalagi masuk ke dalam tubuhnya sayangnya tidak lah mudah. Apa yang biasa kita lihat di film-film layar lebar dan dokumenter, serta buku-buku yang mengungkap kisah-kisah misi rahasia mereka, masih lah bias. Tak banyak orang tahu seperti apa dan bagaimana sesungguhnya sepak terjang mereka di lapangan. Apakah mereka benar-benar bergerak bak ninja di malam hari?

Ironisnya, Presiden AS sendiri, sebagai user utama, kerap tidak mengerti dan tidak percaya dengan apa yang mereka lakukan. Agen-agen CIA di seluruh dunia kerap terlihat sibuk dan turun ke dalam misi yang menegangkan, namun tak jarang kesibukan atau ketegangan itu hanya membuahkan informasi yang tidak akurat kalau tak bisa dibilang konyol. Informasi tentang pabrik senjata biologi-kimia yang kemudian disampaikan dalam pidato kenegaraan Presiden Bush pada 28 Januari 2003, misalnya, menjadi puncak kemarahan Gedung Putih terhadap kinerja CIA yang katanya serba tahu itu.

Namun demikian, rekaan profil dan latar belakang corak misi rahasia mereka setidaknya bisa dirangkai dari jejak karya orang-orang yang punya pengaruh kuat di dalamnya. Setidaknya ada 11 tokoh dengan 11 jalan pemikiran khas yang telah membentuk wajah dinas. Jalan pikiran mereka memberi warna kuat pada profil dan gaya CIA memburu informasi. Mereka ini adalah Jenderal Dwight D. Eisenhower, Letjen Walter Bedell Smith, William J. Donovan, James Forrestal, Allen W. Dulles, Franklin D. Roosevelt, William J. Casey, Richard Helms, Frank Wisner, George HW Bush, dan George Tenet.

Tentang Eisenhower, siapa tak kenal dengan jenderal bintang lima mantan panglima pasukan Sekutu di Perang Eropa ini. Ia tidak pernah menjabat sebagai direktur CIA, namun CIA dan Gedung Putih sangat respek padanya. Ike, begitu dia biasa dipanggil, dipandang jago bikin arahan strategis. Ketika Presiden John F. Kennedy dihadapkan pada situasi kritis seputar rencana penempatan rudal jarak menengah Uni Soviet di Kuba pada Oktober 1962, ia tak segan mengutus Direktur CIA John McCone menemui Eisenhower di tempat tinggalnya di Gettysburg, Pennsylvania. Ia jauhiauh diutus hanya untuk sebuah arahan terbaik” menghadapi Fidel Castro dan Nikita Khruschev.

Kennedy seperti “kalah awu” menghadapi kedua musuh bebuyutan AS itu. Ia khawatir, salah ambil keputusan, akan memicu Perang Dunia III. Kengerian yang selalu membayangi Eisenhower. Ike lalu menyarankan sebuah aksi militer mengisolasi Havana bukan invasi disertai ancaman mengambil-alih jantung pemerintahan. Gertakan Ike berhasil meluruhkan niat Moskow. Dalam beberapa jam, enam kapal pengangkut rudal Soviet yang sudah masuk ke perairan Kuba tiba-tiba berhenti dan berbalik arah.

Di masa pemerintahannya, Eisenhower telah mengaktifkan CIA untuk memerangi musuh Amerika di Asia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin. Dia telah melancarkan 170 aksi rahasia yang besar di 48 negara, apakah itu misi politik, psikologis dan paramiliter sebuah “kepedulian” yang tertinggi dibanding presiden-presiden AS lainnya.

Nasihat Eisenhower, yang tertatah pada batu prasasti Gedung CIA, hingga kini masih terus menyemangati seluruh staf dari gempuran kritik.
“Aspirasi fundamental Amerika adalah menjaga kelangsungan perdamaian. Kita berusaha membuat kebijakankebijakan dan kesepakatan-kesepakatan agar perdamaian itu langgeng dan berharga. Ini hanya bisa dilakukan berdasarkan informasi yang layak dan komprehensif. …Kualitas pekerjaan Anda akan sangat menentukan keberhasilan kita memantapkan posisi bangsa ini dalam pergaulan internasional….Sukses tidak bisa dipromosikan, kegagalan tidak bisa dijelaskan. Dalam pekerjaan intelijen, pahlawan tidak diberi tanda jasa dan tidak perlu pujian.”
Walter Bedell Smith turut memberi warna lain. Di tangan pengganti Roscoe ini, CIA tampak lebih sangar dan serba tahu tentang komunis dan Uni Soviet. Itu karena mantan Kepala Staf Panglima Sekutu semasa PD II alias tangan kanan Eisenhower ini memang pernah diberi tugas menjadi Duta Besar AS untuk Uni Soviet. Ia banyak tahu tentang Kremlin karena selalu dijejali pengetahuan tentang itu oleh George Kennan, yang tak lain adalah Kuasa Usaha AS di Soviet semasa Smith jadi Dubes di sana. Dan, merasa paling tahu tentang Joseph Stalin karena memang pernah berbincang-bincang langsung denganSang Generalissimo.

Tak heran banyak orang bilang, mereka berdualah yang sesungguhnya menyalakan sirine peringatan bahaya komunis terhadap kelangsungan kapitalisme Barat. Semua ini berawal dari pertanyaan tentang sepak terjang komunis di Eropa, yang amat menghantui benaknya. Mengapa setelah mengorbankan 20 juta nyawa rakyat Rusia saat menghadapi kekejaman Nazi, Stalin dan Tentara Merahnya justru ingin mencaplok separuh Eropa dan menebar ketakutan di sana.

Kepada Smith, Kennan mengatakan: “Orang-orang Soviet tidak mempan logika berpikir, tetapi sangat sensitif terhadap logika kekuatan”. Untuk membuktikannya, Ia pun ngotot ingin bertemu Stalin, dan itu terjadi pada April 1946. Dalam kesempatan yang amat langka itu, is bertanya:
“Apa yang diinginkan Soviet, dan sejauh mana Rusia akan mengejar keinginan itu?” Smith sengaja tidak memperjelas pertanyaannya karena yakin Stalin pasti tahu arah pertanyaan itu.
Sambil menatap ke kejauhan dan menghembuskan asap rokok, Stalin hanya menjawab pendek.
“Rusia mengenali musuhnya. Kami tidak akan pergi terlalu jauh.”
Jawaban itu memang begitu klise. Entah terkait atau tidak, seperti ini pula misi-misi CIA dalam memerangi komunis. Klise dan diselimuti kerahasiaan. Smith amat irit dalam mengumbar pengetahuannya tentang Kremlin. Ketika sejumlah anggota senat bertanya tentang ini disaat Presiden Truman menganugerahinya bintang empat, dia hanya menjawab: “Hanya dua tokoh yang tahu. Satu, Stalin, dan yang kedua, Tuhan. Tapi saya tidak yakin apakah Tuhan mau memberitahukan Paman Joe (sebutan untuk Amerika).


Tribute in Light, sorotan dua cahaya lampu dari Manhattan, dekat Brooklyn Bridge, dalam peringatan setengah tahun 9/11. Peristiwa 9/11 menjadi trauma yang tak terobati bagi segenap warga AS. CIA dibentuk untuk mengantisipasi segala bentuk ancaman dari luar. Ironisnya, CIA yang telah didanai miliaran dollar dan masyhur di negeri orang, hari itu gagal melakukan tugas tersebut

Keangkeran dan kemisteriusan CIA tak lepas dari jalan pikiran William J. Donovan. Mantan Direktur OSS (1942-1945) ini lah yang sejatinya menyiapkan format CIA di awal pembentukannya. Ketika memimpin OSS, is telah berulang kali mengatakan kepada Presiden Roosevelt bahwa AS harus memiliki dinas intelijen yang bersifat global dan totaliter. Presiden telah memberinya lampu hijau, termasuk kepada pahlawan Perang Eropa Jenderal Bintang Lima Dwight D. Eisenhower, juga Kastaf kepercayaannya, Jenderal Walter Bedell Smith.

Dengan senang hati, atas permintaan Smith dan Eisenhower, Donovan bahkan telah membuatkan garis besar perencanaannya. CIA menurutnya cukuplah sebuah organisasi kecil beranggotakan 13.000 orang, bisa mempelajari kemampuan, tujuan dan aktivitas bangsa asing. Dia iuga bisa menjalankan operasioperasi rahasia di luar negeri, di tempat-tempat yang menjadi musuh Amerika. Wild Bill, begitu biasa ia dipanggil, membayangkan tugas organisasi ini amat tricky. Untuk itu ia berharap CIA bisa memanfaatkan broker Wall Street, kaum terpelajar dari Ivy League, para serdadu bayaran, wartawan, stuntmen, perampok rumah bertingkat, bahkan para penipu.

Donovan adalah prajurit tua pemberani pahlawan dari medan pertempuran Perancis semasa Perang Dunia II. Ia sangat suka spionase dan sabotase. Ia adalah tentara sejati sekaligus seorang politisi buruk. Tak heran, jika tak sedikit jenderal dan laksamana kurang suka padanya Belakangan, Roosevelt sendiri tak suka dengan keinginan tersembunyinya mendirikan Gestapo Amerika. Demikian pula dengan pengganti Roosevelt, yakni Harry Truman.


Presiden Ronald Reagan dengan T-shirt kampanye antikomunis.

Di tangan Truman lah, impian Donovan dimatikan. Ia dipecat pada 1945, dan OSS dibubarkan. Namun, obsesi dan cita-cita Donovan tentang CIA tak sertamerta mati. Ia memiliki dua anak buah yang amat setia, yakni Allen W. Dulles dan William Casey yang akan menjadi pemimpin masa depan CIA. Pada 1953, Allen W. Dulles menjadi Direktur CIA menggantikan Bedell Smith. Sementara William Casey menjadi direktur pada 1981, diangkat semasa pemerintahan Ronald Reagan.

Spionase 8 operasi rahasia

Kalau ada tokoh intelijen AS yang kemudian berhasil membuat CIA pandai melakukan spionase dan peperangan atau aksi rahasia, mereka ini pastilah Richard Helms dan Frank Wisner. Mengawali karier sebagai agen muda OSS, Helms dan Wisner selanjutnya mendirikan dua kubu yang berbeda. Sama dengan Allen Dulles dan William Casey, keduanya juga terbilang murid William J. Donovan.

Richard Helms sangat terobsesi untuk mengetahui dunia dengan cara-cara pengintaian yang sabar dan bertahap, lewat operasi spionase. Sementara Frank Wisner cenderung ingin mengubah dunia lewat berbagai teknik peperangan atau aksi-aksi rahasia. Masing-masing memiliki kubu dan loyalis. Kubu-kubu inilah, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, yang kelak turut menciptakan wajah khas CIA di masa datang.

Wisner yang sebelum menekuni profesi intelijen adalah seorang pengacara berbaju militer selanjutnya membentuk kubu dengan anggota ribuan orang. Dia merekrut dari beraneka ragam profesi. Mulai dari tentara, orang-orang kantoran, seniman, hingga mahasiswa, dosen sekaligus para profesornya mulai dari Yale, Harvard hingga Princeton. Dia juga merekrut paruh waktu sejumlah pengacara, bankir dan veteran perang.
Mirip bisnis multi level marketing, “Mereka lalu menarik orang-orang dari jalanan, siapa saja yang memiliki darah panas yang bisa mengatakan ya atau tidak atau menggerakkan lengan dan kaki,” ujar perwira CIA, Sam Halpern.

Wisner juga fasih bermain mata dengan para pimpinan tertinggi media cetak dan elektronik yang amat berpengaruh. Dia misalnya bisa “menyetir” pimpinan Time, Life dan Fortune, bahkan produser film di Hollywood, untuk kepentingan propaganda dan peperangan politik. Peran ini sangat ampuh tatkala AS berupaya membebaskan Eropa dari pengaruh komunis Soviet di penghujung dasawarsa 1940-an.

Wisner setidaknya membuka 36 stasiun di luar negeri (hanya dalam enam bulan), yang kemudian meningkat jadi 47 stasiun dalam tiga tahun. Di setiap kota di mana stasiun itu dibentuk, dia mengangkat dua kepada stasiun CIA. Satu bertanggung-jawab untuk urusan aksi rahasia, satunya lagi untuk tugas-tugas spionase. Uniknya, agen-agen dari tiap stasiun kerap bekerja tumpang-tindih, saling bajak, saling curi agen, bahkan berkelahi.

Dengan kelihaiannya, Wisner bahkan bisa merebut pesawat terbang, senjata, amunisi, parasut, serta seragam-seragam cadangan dari Pentagon dan pangkalan militer di daerah pendudukan di Eropa dan Asia, untuk kepentingan operasinya. Dia bahkan mampu merebut gudang logistik militer senilai seperempat miliar dolar.Posisinya di CIA memang sangat krusial.

Dia bahkan bisa meminta personel dan bantuan serupa dari dinas mana pun di pemerintahan, setiap kali memerlukannya,” ujar James McCargar, salah satu dari orang-orang pertama yang direkrut Wisner, mengenang. Keberhasilan Wisner dan tim mengembalikan Uni Soviet ke batas lama Rusia dan membebaskan Eropa dari cengkeraman komunis langsung melambungkan namanya di mata kalangan petinggi Gedung Putih dan Pentagon. Ini adalah proyek besar, di wilayah yang benar-benar jadi perhatian dunia. Tapi tak banyak orang tahu kalau misi sebesar itu hanya dikendalikan dari sebuah bangunan tua beratap seng milik Departemen Perang, yang tersudut di antara Monumen Lincoln dan Monumen Washington. Bangunan ini biasa disebut oleh para anggota Wisner: Istana Tikus.

Perjalanan yang ditempuh Richard Helms agak berbeda. Jika Frank Wisner tak pernah mendapat kesempatan menjadi direktur CIA, Helms mendapatkannya. Dan itu terjadi di masa pemerintahanLyndon B. Johnson. Tepat setelah Eisenhower memberikan nasihat kepada pengganti John F. Kennedy yang tewas tertembak di Dallas. Pada Juli 1965, Johnson menelpon Ike untuk meminta nasihat tentang bagaimana memenangkan perang di Vietnam.

Jawaban Ike singkat saja. “Kemenangan sangat bergantung pada intelijen yang baik. Inilah yang paling sulit.” Jawaban ini rupanya sekaligus dilontarkan untuk mengritik kerja William Raborn, direktur CIA saat itu. Di tengah kepahitan yang harus diterima Washington dan tentara AS di Vietnam, Raborn malah telah menenggelamkan “kapalnya” (maksudnya: CIA). “Anda akan mendapat kesulitan besar, kecuali tempat itu digantikan oleh Helms yang lebih berotak,” begitu kata senator Richard Russel.

Russel tampaknya mengagumi analisa Helms tentang kegagalan AS di Vietnam, “Vietnam adalah mimpi buruk bagi saya. Kegagalan menembus pemerintah Vietnam Utara benar-benar bikin frustasi. Kami tidak bisa memastikan apa yang sedang terjadi di level tertinggi di pemerintahan Hanoi. Kami juga tidak bisa membuat kebijakan. Penyebab paling mendasar dalam kegagalan intelijen ini adalah ketidakpedulian bangsa kita tentang sejarah, masyarakat dan bahasa Vietnam. Kita tidak memilih untuk mengetahui, sehingga kita tidak tahu seberapa banyak yang kita tidak tahu. Ini lah yang membuat kita banyak salah ambil keputusan.

Ironi dan kontroversi

Helms diangkat sebagai Direktur CIA pada 30 Juni 1966 dengan kondisi keluarga yang hampir mirip dengan kebanyakan keluarga intelijen. Jabatan itu menempatkannya sebagai salah satu orang terkuat di Washington. Institusi yang dipimpinnya memiliki anggota 20.000 orang dan anggaran satu miliar dolar per tahun. Ia bekerja mulai dari jam 06.30, sehari penuh, termasuk Sabtu, dan jarang berlibur. Tak heran jika di rumah, ia hanya mendapati istri yang sakit-sakitan karena kurang perhatian dan seorang putra yang putus kuliah.


Joseph Stalin, Harry Truman dan Winston Churchill, bertemu dalam Konferensi Postdam di Jerman (1945). Ketiganya tampak akur. Di belakang ini semua, AS sangat menaruh kekhawatiran terhadap gerakan Stalin dan komunis Rusia, tak lama setelah Perang Dunia II berakhir

Ada tiga agenda besar yang harus dikerjakannya, melanjutkan tugas yang ditinggalkan Raborn.Pertama, di Laos, CIA harus bisa memotong jalur Ho Chi Minh Trail. Kedua, di Thailand, CIA harus bisa mengatur pemilu perdana menteri. Ketiga, di Indonesia, CIA harus bisa memberi dukungan rahasia bagi pemimpin-pemimpin yang telah membunuhi komunis.

Ketiga negara merupakan kartu domino yang harus dijaga tetap berdiri dalam barisannya. Jika salah satu tumbang, Vietnam akan tumbang.

Baginya, posisi jabatan dan tugas-tugas itu lebih dari segalanya. Ini lah puncak kebahagiaan bagi dirinya. Situasi ini benar-benar sebuah kebalikan bagi rekannya, Frank Wisner, yang pernah terbang bersama-sama meninggalkan Berlin menuju Washington demi satu tujuan: membangun CIA yang kuat. Pada 29 Oktober 1965, tak lama setelah mendapat kabar promosi Helms untuk menduduki posisi puncak CIA, ia pergi berburu ke tanah luas miliknya di Maryland. Sore hari Letnan AL Frank Wisner naik ke atas rumahnya, mengambil senapan berburu, lalu menembak kepalanya sendiri!

Beberapa bulan terakhir, kejiwaan Wisner bergolak. Hal ini terjadi menyusul diberhentikannya dirinya dari posisi kepala stasiun London, untuk kemudian dipaksa pensiun. Keluar masuk rumah sakit jiwa, ia menjadi gemar minum wiski dan suka membicarakan Adolf Hitler. Ia tewas dalam kefanaan di usia 56 tahun. Sungguh ironis. Kematiannya mengingatkan orang pada nasib yang menimpa James Forrestal,pencipta dan komandan berbagai operasi rahasia CIA. Setelah mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan, 28 Maret 1949, ia sering menyendiri di Perpustakaan Kongres. Kepada Dr William C Menninger, ahli jiwa yang ditunjuk Mabes AL, ia sering mengeluh sulit tidur.

Pada malam ke-50 di ruang unit kejiwaan RS AL Bethesda, ia lalu menulis puisi Yunani, “Paduan Suara dari Ajax”. Pada sebuah bans, belum lagi ia sempurna menulis kata nightingale, ia menjatuhkan diri dan lantai 16. Nightingale rupanya adalah kata sandi perlawanan pasukan Ukrania yang diberi wewenang oleh dirinya untuk melawan pasukan rahasia Stalin.


Salah sato halaman dari panduan Marshall Plan. Program bantuan tunai dari AS untuk membangun kembali perekonomian di 16 negara Eropa dan Asia. Kabarnya, di balik program ini "terselip" kewenangan rahasia bagi CIA untuk menggunakan dana untuk peperangan politik melawan komunis Uni Soviet

Tidak pendirinya, tidak organisasinya. Seolah keduanya memang bakal menerima “karma” atas segala operasi kontroversial yang mereka kerjakan. Kematian Wisner dan Forrestal hanyalah contoh. Selain operasi mereka yang kerap menghalalkan pembunuhan atas nama keselamatan negara, yang tergolong kontroversial adalah juga sumber keuangannya. Tak pernah ada lembaga pemerintahan yang mampu mengungkap bagaimana mereka bisa mengelola dan mengeluarkan uang hingga jutaan dolar? Uang itu lah yang di antaranya untuk mendanai misi rahasia di berbagai negara dan menyuap politisi di berbagai negara.

Menurut Tim Weiner (Legacy of Ashes The History of CIA, 2007), salah satu pundi terbesar yang tak pernah habis dikeruk adalah “brankas” peninggalan proyek Marshall PlanMarshall Plan sejatinya adalah program bantuan tunai yang dirancang khusus oleh Washington untuk pemulihan kerusakan di 16 negara Eropa dan tiga negara Asia akibat Perang Dunia II. Program antara 1947-1951 ini intinya digelar untuk memperkuat pondasi perekonoman dan agar negara-negara itu bisa menjadi barikade perekonomian serta politik AS dari segala upaya serangan komunis Soviet. Disebut Marshall Plan karena program ini dilansir oleh Menlu AS saat itu, George Marshall. Meski begitu, arsitek yang sesungguhnya adalah William L Clayton, James Forrestal, Allen Dulles, dan George Kennan.


Peta "Pandangan dari Washington"ini adalah gambaran peta dunia yang dibuat oleh AS pada saat era Perang Dingin. Warna-warna negara dalam peta tersebut menggambarkan aliansi politik negara tersebut.

Dari ketiga arsitek terakhir itu saja, kita sudah bisa menduga apa yang direncanakan. Jika Anda mencurigai sesuatu, percayalah, itu tidak berlebihan Sebab, baik Forrestal, Dulles dan Kennan memang sempat membantu merancang aturan tambahan rahasia yang memberi CIA wewenang untuk melancarkan peperangan politik. Ketentuan ini membiarkan CIA untuk bisa mengambil uang jutaan dolar dari proyek tersebut.

Prosedurnya sangat sederhana. Setelah Kongres menyetujui Marshall Plan, lembaga itu menyediakan dana sebesar 13,7 miliar dolar untuk jangka waktu lima tahun. Negara penerima bantuan rupanya harus membayar kembali bantuan itu seolah pinjaman. Nah, dari pinjaman (mungkin, berikut bunga) yang dikembalikan itu lah CIA akan mendapat lima persen, yang secara otomatis akan dikirim ke kantor-kantor perwakilannya di luar negeri.

Mengomentari pembocoran informasi seperti itu, sejumlah pengamat mengatakan, Marshall Plan tak lebih dari sebuah mesin raksasa pencuci uang. Kerahasiaan praktik ini setidaknya berhasil ditutup-tutupi hingga Perang Dingin berakhir, dan itu artinya hingga masa keruntuhan Uni Soviet di tahun 1991. Model pendanaan seperti ini kabarnya telah menjamin keberlangsungan aksi rahasia dan mata-mata di seantero Eropa dan Asia.

Dana-dana rahasia ini tak ayal menjadi “pemompa darah” operasi-operasi CIA. Mereka memiliki sumber dana yang tak terlacak, yang bahkan kerap bikin geleng kepala elite politik. Itu karena tak semua orang tahu, bahkan Presiden pun kerap tak memahami bagaimana proses pendanaan itu terjadi. Presiden AS lebih suka tutup mata dan tutup kuping, karena disadarinya, semua itu, Marshall Plan, Doktrin Truman, dan semua operasi rahasia CIA merupakan bagian terpenting dari strategi besar melawan komunis dan Stalin. Dan, Presiden termasuk CIA menyakini bahwa Uni Soviet pun memiliki strategi serupa untuk melawan kepentingan AS di dunia, yang kerap disebut berbagai pengamat dunia sebagai: kapitalisme Amerika.


Laksamana James Forrestal. salah satu tokoh AL AS yang banyak berkontribusi dalam operasi rahasia CIA. Dedikasinya yang mendalam membuat dirinya kerap diliputi kecemasan. Kecemasan ini lah yang akhirnya membuat dirinya sepakat mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.

Sepanjang jalannya Perang Dingin, CIA telah mengendalikan tiga orang agen yang mampu menyediakan rahasia yang sangat bernilai tentang ancaman militer Soviet. Tetapi semua sudah ditangkap dan dieksekusi. Dedikasi mereka mengalahkan satelit mata-mata yang telah menghitung jumlah tank dan rudal secara tepat. Pun, telah mengalahkan sekian banyak alat penyadap yang telah merekam jutaan kata. Itu karena mereka telah menguntit buruannya dari dekat.

Setelah komunis Rusia runtuh sejalan dengan keruntuhan Uni Soviet, “sosok” musuh AS bergeser. Seperti kita ketahui, kini bukan lagi komunis, tetapi teroris. Sejak kehancuran Soviet, CIA tidak semakin kuat dan lebih siaga. CIA telah kehilangan lebih dari 3.000 orang terbaiknya. Sekitar 20 % dari jumlah itu adalah mata-mata senior, analis, ilmuwan dan ahli teknologi. Tambahan lagi, kira-kira tujuh persen karyawan sudah keluar tiap tahunnya. Jumlah ini menambah kehilangan lebih dari seribu agen rahasia berpengalaman dan hanya menyisakan tidak lebih banyak dari seribu orang.

George Tenet, semasa memimpin CIA pernah berkata, CIA menjadi gamang dalam menghadapi masa depan dengan pasukan yang begitu lemah di barisan depan. “Akan ada saatnya kita harus berlomba mengejar hal-hal yang tidak kita perhitungkan sebelumnya, bukan karena seseorang tertidur saat giliran jaga, melainkan karena apa yang sedang terjadi terlalu rumit,” katanya. Apa yang dicemaskan terbukti lewat kehancuran akibat Serangan 11 September.

Ada harapan bahwa kita sudah membangun sistem intelijen tanpa cacat, bahwa intelijen tidak hanya diharaplcan memberi tahu Anda apa yang sedang menjadi tren, memberi tahu Anda tentang banyak kejadian, dan memberi tahu Anda tentang pemahaman yang mendalam, tetapi juga dalam setiap kasus yang bertanggungjawab memberi tahu Anda tentang tanggal, waktu, dan kolusi suatu kejadian. CIA sendiri sudah lama menciptakan harapan dan dugaan itu. Tetapi, baginya, ini hanyalah khayalan semata. “Kita akan terus terkejut,” tukas Tenet. Dan, itu memang benar adanya.


singkat kata:
CIA atau Central Intelligence Agency merupakan agen rahasia pemerintah Amerika Serikat. Didirikan pada 18 September 1947 sesuai penandatanganan NSA 1947 (National Security Act) oleh Presiden Harry S. Truman


CIA merupakan kamuflase dari OSS (Office of Strategic Services) yang menjadi agen spionase Amerika untuk pemenangan Perang Dunia II (PD II). Pada saat PD II berkecamuk, Amerika secara diam-diam mengambil kesempatan dengan membangun kekuatan baru secara rahasia di Eropa demi membendung pengaruh komunis. Kerja keras agen rahasia Amerika semakin bertambah, ketika fasis Hitler mengalami kekalahan dan diikuti kemenangan dan kemunculan kekuatan sosialis dan komunis di Eropa, Asia dan Amerika Latin.
TIMELINE:



Presiden Harry Truman


13 Juni 1942:
Presiden Franklin D Roosevelt menandatangani perintah pendirian Dinas Intelijen Strategis (the Office of Strategic Services/ OSS) menggantikan Kantor Koordinator Intelijen (Coordinator of Intelligent/C01) dan mengangkat William J. Donovan sebagai Direktur.


1 Oktober 1945:
Presiden Harry S Truman mengeluarkan surat perintah no. 9621 untuk menghapus OSS dan memindahkan fungsinya ke dalam Deparlemen Luar Negeri dan Peperangan.


22 Januari 1946:
Presiden Truman menandatangani surat perintah pembentukan Central Intelligence Group di bawah National Intelligence Authority dan mengangkat Laks. Muda Sydney W. Souers sebagai Direktur.


18 September 1947:
The National Security Act tahun 1947 menetapkan the National Security Council dan the Central Intelligence Agency (CIA) menggantikan the National Intelligence Authority dan the Central Intelligence Group.


1 Desember 1950
Direktorat Administrasi ditetapkan


2 Januari 1952
Pembentukan Direktorat Intelijen


1 Agustus 1952
Pembentukan Direktorat Perencanaan


4 Agustus 1955:
Presiden Dwight D. Eisenhower menandatangani surat
pengucuran dana 46 juta dolar AS untuk membangun kantor pusat CIA


3 November 1959:
Pembangunan kantor pusat CIA di Langley, Virginia.


5 Agustus 1963
Pembentukan Direktorat Ilmu dan Teknologi


1 Desember 1964:
Presiden Lyndon B. Johnson menerima laporan harian (President’s Daily Brief /PDB) yang pertama.


1 Maret 1973
Direktorat Perencanaan diubah menjadi Direktorat Operasi


1 November 1985:
Wakil Presiden George H.W. Bush memperluas kantor pusat CIA. Kantor baru ini terbangun tahun 1989.


18 September 1997
CIA merayakan ulang tahun ke-50


26 April 1999
Sebuah halaman di kantor pusat didedikasikan kepada George Bush Center untuk Intelijen.


4 Juni 2001:
Penggantian Direktorat Administrasi dengan CFO (Chief
Financial Officer), CIO (Chief Information Officer), Global Supporl, Sumber Daya Manusia dan Kantor Pendukung Misi Keamanan.


17 Desember 2004:
Presiden George W. Bush menandatangani the Intelligence Reform and Terrorism Prevention Act sekaligus restrukturisasi komunitas intelijennya. Menghapus posisi DCI dan DDCI serta mengatur ulang posisi Direktur CIA.


4 Januari 2005:
Membentuk Direktorat Pendukung menggantikan Kantor Pendukung Kegiatan


13 Oktober 2005:
Membentuk Layanan Klandestine Nasional menggantikan Direktorat Operasi


http://sejarahperang.wordpress.com/2010/12/19/cia-dinas-intelijen-terbesar-didunia/ http://sejarahperang.wordpress.com/2010/12/19/timeline/ http://en.wikipedia.org/wiki/Central_Intelligence_Agency http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Intelijen_Pusat http://nusantaranews.wordpress.com/2009/01/20/sejarah-cia/
http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=136455 

3 Organisasi Terbesar Yang Berkeinginan Menguasai Duniahttp://sangatuniksekali.blogspot.com/2011/11/3-organisasi-terbesar-yang-berkeinginan.html 

Posted by Sangat Unik
Munculnya suatu penguasa dunia yang baru mungkin bisa menjadi ancaman bagi dunia. Suatu tatanan dunia baru dalam satu penguasa menjadi ancaman tersendiri sekaligus perwujudan dari Bible yang telah mengatakan bahwa akan munculnya satu penguasa tunggal dunia yang akan menjadi tanda-tanda akhir zaman. Dalam artikel saya kali ini, saya akan menjelaskan tentang 3 kelompok atau organisasi yang mempunyai peluang untuk menjadikan dunia dalam genggaman mereka.
1. Rothschild
Organisasi yang bernama Rothschild ini adalah organisasi rahasia yang dimiliki Jerman dan diklaim mempunyai agen-agen yang berperan dalam sektor-sektor vital dunia. Saya pertama kali mengenal istilah ini ketika sedang mencari tahu seputar Holocaust dan Hitler. Ada teori konspirasi yang mengatakan bahwa diduga Hitler tidak mati bunuh diri dalam bunker seperti yang selama ini diajarkan dalam sejarah, tetapi ia berhasil kabur ke Argentina dengan sebuah kapal perang, dan bahkan disembunyikan dengan aman oleh para pengikut Rothschild di Argentina. Beberapa bukti menunjukkan foto-foto (meskipun sebagian wajahnya tertutup kain) yang diduga adalah foto Hitler ketika meninggal pada usia 90-an di Argentina.
Nah! Kita kembali pada penjelasan mengenai Rothschild. Organisasi ini mengklaim bahwa mereka sudah menguasai sektor-sektor vital untuk jangka waktu yang cukup lama.
Ketika saya melakukan investigasi dengan Google juga, saya menemukan banyak sumber yang mengkaitkan Rothschild dengan Yahudi, tapi saya sepenuhnya tidak percaya bahwa organisasi Rothschild ini adalah milik Yahudi, meskipun para pengikut Rothschild mengaku bahwa mereka adalah suku Yahudi asli, tapi sejarah yang mereka bantah terlalu kokoh.
Kenyataannya mereka adalah orang Khazar. Mereka datang dari sebuah negara yang disebut Khazaria, yang terletak di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia yang sekarang dimiliki oleh Georgia. Alasan mengapa keturunan Khazar mengklaim mereka sebagai orang Yahudi adalah karena pada tahun 740 Masehi, atas perintah dari raja mereka (King Moon), rakyat Khazaria harus memeluk kepercayaan Yahudi, tetapi tentu saja itu tidak mengubah gen mereka dari Mongolia Asia (Turki) menjadi orang Yahudi.
Beberapa fakta yang menarik mengenai Rothschild adalah:
Saat ini hanya 6 negara di dunia yang bank sentralnya tidak terpengaruh jaringan Rothschild. Mereka adalah Iran, Irak, Korea Utara, Sudan, Kuba, dan Libya.
Bank Sentral Eropa didirikan di Frankfurt yang merupakan kota kelahiran Rothschild.
2. Opus Dei
Mereka merupakan kekuatan terhebat Vatikan yang senantiasa melindungi Vatikan dari kekuatan musuh manapun. Saya menganggap kelompok ini sebagai saingan berat dari kelompok Organisasi Freemason. Opus Dei secara harafiah dapat diartikan sebagai ‘Pekerjaan Tuhan’.
Menjelang tahun 1946, Opus Dei memperluas jaringannya ke Italia, Portugal dan Inggris. Pada tahun 1982, kelompok ini telah mengkonsolidasi kekuatannya yang begitu sukses sehingga Paus Yohanes Paulus II mengangkat kelompok ini sebagai agen pribadi dari Vatikan. Di kalangan publik pun tersebar rumor tentang pengaruh Opus Dei yang tidak semestinya, yang digunakan atas nama kepausan. Ketika Escriva (pendiri Opus Dei pada tahun 1028) diangkat menjadi santo pada tahun 2002, secara tidak langsung tindakan Paus telah mengkonfirmasikan rumor tersebut.
Ketika Dan Brown memberikan prasangkanya mengenai ‘pengikut Katolik yang sangat taat’ ini, mata dunia hanya menganggapnya sebagai bumbu dalam novel fiksi dari Dan Brown. ‘Fakta’ yang menjadi pengantar novel Dan Brown menjadi sangat menarik perhatian akan laporan-laporan tentang ‘cuci-otak, kekerasan dan praktek berbahaya yang disebut mereka sebagai ‘penyangkalan badani’, sekaligus memperhatikan kegiatan terakhir merka yang membangun Markas Besar mereka di Lexington Avenue, New York. Markas itu berada nun jauh dari tempat kelompok masyarakat sederhana ini dibentuk oleh Escriva di Madrid pada tahun 1028, saat ia menjadi imam Katolik yang sederhana. Jika anda sudah pernah menyaksikan versi film dari Da Vinci Code, anda mungkin masih ingat seorang albino yang kelihatan galak dan terlihat seperti haus darah. Nah! Mereka inilah yang merupakan pengikut dari organisasi Opus Dei. Opus Dei saat ini mengklaim telah memiliki lebih dari 85.000 anggota.
Praktek-praktek Opus Dei yang tertutup sering menimbulkan bayak spekulasi dari publik. Salah satu praktek ritual mereka yang membuat orang tercengang adalah seperti ‘Menit Kepahlawanan’ pada saat bangun tidur. Para anggota diminta untuk melompat dari ranjang, berlutut mencium lantai dan mengucapkan “serviam” yang diartikan sebagai “saya akan melayani”. Selanjutnya adalah cara penyangkalan badani mereka seperti tidur di lantai, mandi air dingin dan tidak menyantap hidangan penutup saat makan malam.
Cara penyangkalan badani yang ekstrim lainnya adalah dengan menggunakan alat-alat penyiksa diri seperti menggunakan cambuk yang dipukulkan ke bagian punggung atau pantat mereka sekali seminggu. Alat populer lainnya yang mereka gunakan adalah apa yang dinamakan Cilice.
Cilice adalah sebuah rantai berpaku yang yang dikenakan disekeliling paha bagian atas selama dua jam setiap hari sehingga meninggalkan lubang-lubang kecil dalam daging.
Bagi yang sudah menyaksikan film Da Vinci Code, saya rasa sudah mulai teringat akan gambaran yang dilukiskan dalam film itu.
Salah satu praktek penyelamatan ‘wajah Vatikan’ yang dilakukan Opus Dei antara lain ketika pada November 1975. Saat itu Amerika Serikat sudah melegalkan aborsi sejak 3 tahun sebelumnya. Vatikan mulai menyiapkan sejumlah rencana dengan mengirim beberapa agen Opus Dei yang berpengaruh ke Gedung Putih (perlu dicatat bahwa Opus Dei memiliki anggota-anggota yang duduk dalam sektor vital di berbagai negara di dunia, seperti Ruth Kelly yang duduk dalam menteri dalam pemerintahan Inggris) untuk melakukan lobi guna membalikkan tren aborsi ini dan menyuarakan Pro Kehidupan. Hasilnya, enam hari kemudian dokumen penting NSM 200 (National Security Memorandum atau Memorandum Keamanan Nasional) yang sudah diterima presiden Ford yang berisi hasil-hasil penelitian yang memakan anggaran yang besar terhadap konsekuensi-konsekuensi dari kelebihan penduduk akhirnya dikubur.
Lihat betapa mudahnya Vatikan mengendalikan dunia dari balik tembok-temboknya dengan bantuan Opus Dei.
3. Freemason
Freemasonry adalah organisasi Yahudi Internasional, sekaligus merupakan gerakan rahasia paling besar dan palling berpengaruh di seluruh dunia. Freemasonry terdiri dari dua kata yang di satukan. Free artinya bebas atau merdeka, sedangkan Mason adalah juru bangun atau pembangun.
Tujuan akhir dari gerakan Freemason ini adalah membangun kembali cita-cita khayalan mereka, yakni mendirikan Haikal Sulaiman atau Solomon Temple.
Tentang Bait Salomo ini sendiri banyak sumber yang mendefinisikan berlainan. Salah satu tafsir yang paling populer adalah, bahwa Bait Salomo berada di tanah yang kini di atasnya berdiri Masjid Il Aqsha.
Mereka meyakini, tahun 1012 Sebelum Masehi (SM), Salomo membangun Bait Suci di atas Gunung Soraya di wilayah Palestina. Tapi pada tahun 586 SM, Raja Nebukhadnezar dari Babilonia menghancurkan Haikal Sulaiman ini. Tahun 533 SM, bangunan ini didirikan kembali oleh seorang bernama Zulbabil yang telah bebas dari tawanan Babilonia. Atas kebebasannya itulah, ia membangun kembali Bait Suci Salomo.
Nah! Banyak sumber Freemason menjelaskan bahwa sejarah berdirinya gerakan ini berakar jauh dan bisa dilacak hingga ke masa Ordo Knight of Templar saat perang Salib di Yerusalem, Palestina. Saat Paus Urbanus II pada tahun 1095, usai Konsili Clermont menyerukan Perang Suci atau Crusade dan memobilisasi kaum Kristiani di seluruh Eropa untuk turut berperang merebut Yerusalem kembali dari kekuasaan Turki.
Nah! Setelah mereka menguasai tanah Palestina, pasukan Salib yang terdiri dari banyak unsur mulai mendirikan kelompoknya masing-masing. Mereka tergabung dalam ordo-ordo tertentu. Para anggota ordo ini datang dari seluruh tanah Eropa, yang ditampung di biara-biara tertentu dan berlatih cara-cara militer di dalam biara tersebut. Dan satu dari sekian ordo yang sangat mencuat namanya adalah Ordo Knight of Templar.
Knight of Templar juga disebut sebagai tentara miskin Pengikut Yesus Kristus dan Bait Salomo. Disebut miskin karena tergambar dari logo yang mereka gunakan, seperti dua tentara yang menunggang seekor keledai. Untuk menunjukkan bahwa mereka miskin, sampai-sampai satu keledai harus dinaiki dua orang tentara Knight of Templar. Bahkan tercatat, mereka dipaksa untuk makan tiga kali saja dalam semingu. Sedangkan nama Bait Salomo mereka pakai karena mereka menjadikan markas mereka yang dipercayai sebagai situs runtuhnya Bait Salomo atau Solomon Temple. Tapi sesungguhnya, pemilihan markas di bukit ini bukan sebuah kebetulan yang bersifat geografis semata, karena para pendiri ordo Knight of Templar sesunguhnya punya cirta-cita sendiri untuk mengembalikan kejayaan dan berdirinya Bait Salomo sebagai tempat suci kaum Yahudi atau tempatnya kaum Mason. Sepanjang bisa terlacak, pendiri ordo ini adalah dua ksatria Prancis, yaitu Hugh de Pavens dan God frey de St Omer. Spekulasi dari kalangan sejarawan mengatakan, bahwa ada darah-darah Yahudi yang mengalir dalam tubuh dan cita-cita para pendiri Ordo Knigh of Templar. Para perwira tinggi Kristen tersebut, sesungguhnya proses convertion yang mereka lakukan hanyalah cara untuk menyelamatkan diri, dan sesungguhnya mereka masih berpegang teguh pada doktrin-doktrin Yahudi, terutama Kabbalah.
Meski mereka menamakan diri sebagai tentara miskin, sesunguhnya mereka tidak miskin-miskin amat. Atau setidaknya, masa miskin itu hanya mereka rasakan di awal-awal berdirinya Knight of Templars. Dalam waktu yang singkat mereka mampu menjadi sangat kaya raya dengan jalan melakukan kontrol penuh terhadap peziarah Eropa yang datang ke Palestiana. Salah satunya adalah dengan cara merekrut anak-anak muda putra para bangsawan Eropa yang tentu saja akan melengkapi anak mereka dengan perbekalan dana yang seolah tak pernah kering jumlahnya. Mereka juga disebut sebagai perintis sistem perbankan pertama pada abad pertengahan.
Saat itu banyak orang-orang Eropa yang ingin pindah atau setidaknya berziarah ke Palestina. Dan tentu saja perjalanan yang jauh dari Eropa memerlukan bekal yang tidak sedikit. Ada yang membawa seluruh harta mereka dalam perjalanan, tapi karena tentara Salib disepanjang perjalanan hidup dalam kondisi yang sangat mengenaskan dan mereka sangat tergiur oleh harta kekayaan, tidak jarang terjadi perampokan bahkan saling bunuh antar orang Kristen disepanjang perjalanan menuju Palestina. Lalu ditemukan cara, para peziarah tidak perlu membawa harta mereka dalam perjalanan. Mereka hanya perlu menitipkannya pada sebuah perwakilan Templar di Eropa, mencatat dan menghitung nilainya dan mereka berangkat ke Palestina berbekal catatan nilai harta yang nantinya akan ditukarkan dengan nilai uang yang sama di Palestina. Gerakan ini banyak didominasi oleh Ordo Knight of Templar yang membuat mereka sangat kaya raya karena mendapat keuntungan dari sistem bunga yang mereka kembangkan. Dan inilah embrio atau cikal bakal perbankan yang kita kenal sekarang.
Markas Knight of Templar di Prancis menjadi rumah penghimpunan harta terbesar di Eropa. Lambat laun mereka menjadi bankir bagi para Paus dan Raja. Bagaimana tidak cepat kaya, setiap tahunyya King Henry II of England mendonasikan uang untuk menanggung biaya hidup 15.000 tentara Knight of Templar dan juga Knight Hospitaler selama mereka berperang dalam Perang Salib di tahun 1170. Untuk menggambarkan betapa besarnya institusi perbankan yang dijalankan Templar, pada saat itu organisasi ini memiliki 7.000 pegawai lebih hanya untuk mengurusi masalah keuangan. Mereka juga memiliki tak kurang dari 870 istana, kastil, dan rumah-rumah para bangsawan yang terbentang dari London hingga Yerusalem.
Nah! Karena ordo ini sangat berkuasa, lambat laun mereka mulai menampakkan ciri aslinya, yakni sebagai penganut Mason. Mereka mengembangkan doktrin dan ajaran mistik, juga kekuatan sihir di biara-biara mereka. Mereka memuja setan dan mendatangkan roh-roh untuk berkomunikasi. Apa yang mereka praktikkan ini disebut sebagai Kabbalah, sebuah tradisi mistik Yahudi kuno yang telah berkembang bahkan sejak zaman sebelum Firaun.
Mengetahui hal ini, Raja Prancis Philip le Bel, pada tahun 1307 mengeluarkan seruan untuk menangkap dan membubarkan ordo Knight of Templar karena dituduh telah melakukan bidah. Dalam perkembangannya, Paus Clement V turut bergabung untuk memerangi kaum Mason ini dengan mengeluarkan kembali vonis inkuisisi. Terjadi banyak penangkapan dan interogasi, dan beberapa pimpinan Ordo Knight of Templar yang bergelar Grand Master (penyebutan ini masih dipakai sebagai tingkat tertinggi dalam gerakan Freemasonry sampai sekarang) menjadi korban.
Pada tahun 1307, Raja Philip IV memerintahkan penangkapan Jacques de Molay. Dan setelah melalui penyiksaan demi penyiksaan, de Molay mengakui segala ritual bidah yang dilakukan oleh Ordo Templar. Pada tahun 1312, Ordo Knight of Templar dilarang dan dibubarkan. Dan atas perintah Gereja dan Raja , dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1314, para pimpinan Templar dihukum mati, termasuk Jacques de Molay, salah satu Grand Master terpenting Ordo Templar. Jacques de Molay sendiri divonis sebagai heretic (bid’ah) atau kafir dan dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup di depan raja Philip IV. Dan sebelum menghembuskan napasnya, de Molay mengeluarkan kata-kata bahwa Raja Philip dan Paus Clement harus mengikutinya, mati, dalam waktu satu tahun. Dan sejarah mencatat, Raja Philip IV meninggal tujuh bulan kemudian, disusul Paus Clement sebulan setelah Raja Philip.
Setelah itu terjadi pemusnahan besar-besaran, sekali lagi atas kaum Yahudi, dan kali ini bermula dengan kasus Knight of Templar atau kaum Mason. Pemusnahan ini tak hanya terjadi di Palestina, tapi juga terjadi di Eropa. Mereka diburu untuk ditangkap dan dibunuh. Sampai akhirnya mereka berhasil melarikan diri dan mendapat perlindungan dari Raja Skotlandia, Robert The Bruce yang dilantik dan menduduki singgasana Raja pada tahun 1306. Dan di tanah baru ini pula mereka menyusun kekuatan kembali. Dan Skotlandia menjadi salah satu yang menentukan dalam perkembangan gerakan Freemason.
Versi yang lebih tua dari sejarah Freemason adalah kisah yang menyebutkan pembentukan Freemasonry pada zaman Raja Israel, Herodes Agripa I yang meninggal pada tahun 44 Masehi. Freemason pada zaman ini dibentuk untuk membendung ajaran agama yang disampaikan oleh Nabi Isa as. Konon waktu itu namanya The Secret Power atau kekutan yang Tersembunyi. Tujuan utamanya adalah memusuhi pengikut Nabi Isa, menculik mereka, membunuh, melarang penyebaran agama baru tersebut, termasuk membunuhi baya-bayi Kristen. Tapi, berkenaan dengan segala kesadisan yang dilakukan Herodes ini, para sejarawan dunia, meyakini bahwa hal tersebut hanyalah mitos belaka dalam tradisi agama Kristen. Herodes Agripa I menjalankan segala misi The Secret Power ini dibantu dua pengikut setianya, Heram Abioud sebagai Wakil Presiden gerakan dan Moab Leumi sebagai pemegang rahasia utama gerakan ini. Tapi beberapa anggota Freemason juaga mempercayai dan menarik sejauh mungkin sejarah mereka ke masa lalu, bahkan hingga ke zaman Firaun. Itu pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa mereka kerap kali menggunakan simbol-simbol Mesir Kuno dalam tradisi dan aktivitas ritual mereka, seperti penggunaan Dewa Horus, Piramida, Matahari dan berbagai simbol Mesir lainnya. Penggunaan ini bermula dari penggalian Kuil Sulaiman oleh para Templa dan penemuan doktrin dan ajaran Kabbalah yang terus-menerus mereka eksplorasi dan diajarkan dari mulut ke mulut. Penggalian ini begitu serius mereka lakukan sehingga kelak akan mempengaruhi cara pandang kaum Templar dan juga rencana mereka pada kehidupan dunia.
Sepak Terjang Yahudi ini sendiri sudah tidak diragukan lagi. Bahkan saya menemukan banyak sekali buku-buku tentang Yahudi di toko buku Gramedia. Setiap buku di sana tidak ada satupun yang membela Yahudi. Semua buku menceritakan bagaimana pengaruh Yahudi di dunia ini yang sudah meluas dengan signifikan.
Mengenai fakta dibalik sepak terjang mereka, saya menemukan terlalu banyak kasus, sehingga tidak mudah memilih salah satu untuk dimuat disini. Tapi yang perlu anda ketahui, Microsoft digenggam Yahudi, 65% saham-saham di Wall Street digenggam Yahudi, mantan presiden Amerika, Bush Sr. Dan Bush Jr. adalah orang Yahudi, dan yang terutama adalah anggota-anggota mereka banyak yang duduk di posisi penting pemerintahan dunia.
source: http://www.unikaja.com/2010/12/3-organisasi-terbesar-yang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar