Rabu, 01 Desember 2010

Warga DIY Minta SBY Ralat Statement Soal Monarki

Warga DIY Minta SBY Ralat Statement Soal Monarki

Rabu, 1 Desember 2010 - 08:45 wib
Insaf Albert Tarigan - Okezone
Keraton Yogyakarta (Foto: Istimewa)
JAKARTA - Paguyuban Dukuh se-DIY “Semar Sembago” akan menyampaikan sikap menanggapi pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai keistimewaan Yogyakarta.

Ketua Paguyuban Dukuh Semar Sembago, Sukiman Hadiwiyoyo mengatakan, pernyataan SBY soal monarki di Yogyakarta adalah tidak benar karena pada kenyataannya sistem kerajaan hanya berlangsung di Keraton. Sedangkan, pemerintahannya berjalan umum seperti provinsi lain di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Oleh karena itu, SBY harus mencabut pernyataan itu,” kata Sukiman saat dihubungi okezone, Rabu (1/12/2010).

Sukiman menegaskan, sampai saat ini masyarakat Yogyakarta masih menginginkan agar gubernur dan wakil gubernur dipilih melalui penetapan Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam IX.

“Sampai kapan pun kami akan menolak draf undang-undang yang tidak sesuai aspirasi rakyat,” katanya. “Tidak akan ada pemilihan langsung maupun pemilihan oleh DPRD,” tegasnya lagi.

Atas nama masyarakat Yogya, Sukiman juga mengingatkan agar pemerintah pusat tidak memaksakan kehendak yang justru bertentangan dengan demokrasi. Pemaksaan hanya akan berujung pada kebuntuan karena bisa saja masyarakat DIY menolak pemilihan langsung.
(ded)
http://news.okezone.com/read/2010/12/01/337/398831/warga-diy-minta-sby-ralat-statement-soal-monarki

2 komentar:

  1. Seyogiayanya kita bisa membaca sejarah dengan hati nurani dan benar2 penuh kesadaran kenegawarawanan kalau memang para pemimpin ini arif. Tidak cukup kepiawaian akademis dan atas gelar S3 atau Profesor sekalipun. DIY itu pada hakekatnya sudah merdeka sebelum 1945 dimana RI lahir. Dan Sri Sultan HBIX menyatakan bergabung dengan RI dgn ketulusan dan membawa utuh DIY. Jadi ini suatu perkawinan yg suci dengan mahar DIY seutuhnya. Adalah tidak patut dipertanyakan lagi, kalau saja mata hati kenegarawanan para pertinggi negara dan para ponggawa kepresidenan itu memiliki ruh kebangsaan yang bening dan bersih, tanpa bumbu keangkuhan dan keserakahan. DIY itu sudah mutlak menjadi bagian RI dengan seutuhnya DIY, tidak perlu diubah atau dikebiri lagi dengan berbagai dalih penyesuaian. Tidak ada permasalahan prinsip, dan malahan menjadi keindahan ditaman sarinya Taman Bhineka Tunggal Ikanya RI yang semakin merona berwarna warni. Dan hal ini menjadi tolok ukur jiwa Demokrasinya pemimpin bangsa Indonesia. Memang ada Monarki yang sangat pahan dengan jiwa rakyatnya, yi Demokrasi dari pemimpin rakyat sejati. Pemimpinnya dan rakyatnya sayang menyayangi sesama rakyatnya. Sedang dipihak lain bisa jadi memang menganut pengakuan Pemimpin Demokrasi, tapi jiwa pemimpinnya menjadi sangat monarki dan tidak memahami jiwa rakyatnya. Dan dengan demikian tidaklah aneh kalau ada Pemimpin Demokrasi yang malahan menjual negara dan harta negara dan membiarkan rakyatnya dalam kehinaan dan tertelantarkan, karena pada dasarnya jiwa Pemimpinnya tidak benar2 Demokrat. Semoga menjadi renungan.. yang sesungguhnya. Wassalam

    BalasHapus
  2. DIY itu memang aslinya monarki, tapi Pemimpinnya [Rajanya] berjiwa demokrat, dekat dan sayang kepada rakyatnya. DIY itu sudah mutlak menjadi bagian dari RI sesuai dengan pernyataan Sri Sultan HBIX pada 1945, dengan DIY seutuhnya. Tidak perlu dipermasalahkan, ini final. Dipihak lain bisa jadi Pemimpin Negara Demokrasi, tapi jiwanya sangat monarki dan feodal, dan bahkan kebijakannya merugikan bangsa dan dan rakyatnya.
    Semoga ini jadi renungan yang baik bagi kita, khususnya para ponggawa negara yang sangat pintar2 itu. Wassalam

    BalasHapus