Wow, Bintang Dilangit Ternyata Berjumlah 300 Sextilion!!
WASHINGTON (Berita SuaraMedia) - Alam semesta mungkin akan lebih terang dengan adanya bintang-bintang yang jauh lebih banyak. Bahkan astronom ternama Carl Sagan menggambarkan jumlah bintang yang bermiliar-miliar.Sebuah studi baru menunjukkan jika jumlah bintang di alam semesta mencapai 300 sextilion. Angka tersebut sama dengan tiga kali lebih banyak dari jumlah yang diprediksi ilmuwan sebelumnya. Penulisan 300 Sextilion adalah angka 3 yang diikuti oleh 23 angka nol. Sama saja dengan 3 triliun di kali 100 miliar.
Estimasi, yang disebutkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan secara online di sebuah jurnal Nature, didasari oleh penemuan banyaknya bintang berukuran kecil dan berwarna merah. Bintang jenis tersebut merupakan yang palilng umum di alam semesta. Bahkan angkanya lebih banyak ketimbang yang selama ini diprediksi oleh para astronom.
Ternyata penelitian yang dilakukan astronom terdahulu tidak sama dengan saat ini. Penelitian oleh astronom Yale University, Pieter van Dokkum, bersama astrofisikawan Harvard, Charlie Conroy, mempertanyakan asumsi penting yang selalu digunakan astronom zaman dulu.
Astronom terdahulu menganggap jika kebanyakan galaksi memiliki sifat yang sama dengan Bima Sakti kita.
Kesimpulan tersebut ternyata sangat mengganggu para astronom, yang menginginkan pola kosmos yang lebih teratur. Akhirnya disimpulkanlah jika jumlah bintang di langit ternyata lebih banyak 3 kali lipat dibanding asumsi sebelumnya.
"Ketika para ilmuwan sebelumnya memperkirakan jumlah bintang, mereka menganggap bahwa semua galaksi memiliki rasio yang sama dari bintang-bintang kerdil sebagai Bima Sakti, yang berbentuk spiral," ujar van Dokkum, seperti diberitakan Straits Times.
Riset dengan menggunakan teleskop Keck di Hawaii tersebut juga menemukan bahwa ada banyak galaksi yang lebih tua dari galaksi Bima Sakti, yang terdiri dari 20 kali lebih banyak bintang kerdil merah daripada yang diketahui saat ini.
Bintang kerdil merah adalah bintang yang memiliki ukuran yang lebih kecil dan cahaya yang lebih redup daripada matahari di sistem tata surya kita.
Oleh karenanya, hanya teleskop tertentu yang memiliki kemampuan lebih, yang dapat mendeteksi cahaya redup dari bintang-bintang kerdil tersebut.
Profesor Pieter van Dokkum dari Yale University, yang memimpin penelitian ini, mengatakan bahwa penemuan timnya tak hanya memperkirakan lebih banyak jumlah bintang, namun juga meningkatkan perkiraan jumlah planet di jagat raya sekaligus kemungkinan adanya planet yang menyerupai bumi.
"Ada kemungkinan triliunan planet seperti bumi yang mengorbit pada bintang-bintang kerdil tersebut. Bintang merah kerdil biasanya berusia 10 miliar tahun dan usia itu sudah cukup untuk memiliki kehidupan yang kompleks pada planet-planet yang mengelilinginya. Makanya banyak orang yang tertarik dengan jenis bintang ini," kata van Dokkum seperti diberitakan BBC.
Penelitian ini juga membantu para astronom menjelaskan jumlah 'massa yang hilang' di alam semesta. Sebab, selama ini dari perhitungan pergerakan gaksi-galaksi, diperkirakan alam semesta memiliki lebih banyak material daripada yang bisa dilihat saat ini. Biasanya material ini disebut materi gelap (dark matter).
"Ditemukannya lebih banyak bintang di jagad raya, membuat kita tidak perlu terlalu banyak mengasumsikan keberadaan materi hitam. Itu juga menjelaskan kepada kita bagaimana galaksi-galaksi pertama kali terbentuk dari gas, setelah terjadinya dentuman besar," kata Marek Kukula, peneliti dari Royal Observatory Greenwich Inggris.
Selain itu, kata Robert Massey, peneliti yang juga dari Royal Observatory Greenwich, penemuan terhadap lebih banyak bintang kerdil merah yang berasal dari galaksi elips, bukan galaksi spiral seperti Bima Sakti--juga konsisten dengan ide bahwa ada banyak bintang yang lebih tua dan memiliki rentang kehidupan yang lebih lama daripada matahari kita.
Bintang kerdil merah adalah bintang yang memiliki massa tidak lebih dari 40 persen dari massa matahari. Biasanya mereka memiliki temperatur yang lebih rendah dari temperatur permukaan matahari. Belum lama ini peneliti juga menemukan planet Zarmina, planet mirip bumi di konstelasi Libra, dalam sistem tata surya bintang kerdil merah. (ar/ok/vs)www.suaramedia.com
"Ada kemungkinan triliunan planet seperti bumi yang mengorbit pada bintang-bintang kerdil tersebut. Bintang merah kerdil biasanya berusia 10 miliar tahun dan usia itu sudah cukup untuk memiliki kehidupan yang kompleks pada planet-planet yang mengelilinginya. Makanya banyak orang yang tertarik dengan jenis bintang ini," kata van Dokkum seperti diberitakan BBC.
Penelitian ini juga membantu para astronom menjelaskan jumlah 'massa yang hilang' di alam semesta. Sebab, selama ini dari perhitungan pergerakan gaksi-galaksi, diperkirakan alam semesta memiliki lebih banyak material daripada yang bisa dilihat saat ini. Biasanya material ini disebut materi gelap (dark matter).
"Ditemukannya lebih banyak bintang di jagad raya, membuat kita tidak perlu terlalu banyak mengasumsikan keberadaan materi hitam. Itu juga menjelaskan kepada kita bagaimana galaksi-galaksi pertama kali terbentuk dari gas, setelah terjadinya dentuman besar," kata Marek Kukula, peneliti dari Royal Observatory Greenwich Inggris.
Selain itu, kata Robert Massey, peneliti yang juga dari Royal Observatory Greenwich, penemuan terhadap lebih banyak bintang kerdil merah yang berasal dari galaksi elips, bukan galaksi spiral seperti Bima Sakti--juga konsisten dengan ide bahwa ada banyak bintang yang lebih tua dan memiliki rentang kehidupan yang lebih lama daripada matahari kita.
Bintang kerdil merah adalah bintang yang memiliki massa tidak lebih dari 40 persen dari massa matahari. Biasanya mereka memiliki temperatur yang lebih rendah dari temperatur permukaan matahari. Belum lama ini peneliti juga menemukan planet Zarmina, planet mirip bumi di konstelasi Libra, dalam sistem tata surya bintang kerdil merah. (ar/ok/vs)www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar