BUKANNYA SAYA TAKUT MENGHADAPI PENGADILAN
Ada diantara teman-teman dan juga pengamat yang mengatakan “kalau anda tidak salah dalam kasus Sisminbakum. mengapa anda tidak menghadapinya saja di pengadilan? Di sana anda punya kesempatan untuk menyampaikan segala argumen dan bukti-bukti bahwa anda benar. Kalau demikian, maka hakim tentu akan membebaskan anda dari segala dakwaan. Itukan lebih baik dan lebih terhormat” kata mereka. Saya bukannya tidak mempertimbangkan suara teman-teman dan para pengamat, dan bukan pula tidak menghargai saran dan pendepat mereka. Sampai sejauh ini, saya haqqul yakin, Insya Allah, saya akan mampu mematahkan segala dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), sengotot apapun mereka.
Namun, kalau memang bukti tidak ada dan alasan hukum tidak kuat, untuk apalah Kejaksaan Agung harus meneruskan perkara ini ke pengadilan. Hanya sekedar unjuk kekuatan, atau memberitahu publik bahwa mereka telah bekerja. Salah atau tidak salah, biarlah pengadilan yang akan memutuskan. Ini namanya menggantung-gantung nasib orang. Hukum kita mempunyai mekanisme, mulai dari penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Pada semua tahapan ini, kalau memang alasan tak kuat, hukum memberikan jalan keluar untuk menghentikan perkara. JPU tidak boleh asal coba-coba mendakwa seseorang yang mereka tidak yakin bersalah, karena akan menempatkan seseorang dalam situasai yang sulit. Orang itu dinyatakan terdakwa selama proses berlangsung. Media bisa memberitakan apa saja yang bersifat memojokkan dan membunuh karakter seseorang. Orang yang didakwa juga tidak merasa tenang hidupnya dan tidak bisa menjalani kehidupan dengan normal. Waktunya habis untuk menghadapi sidang-sidang yang panjang dan melelahkan. Sanak keluarganya juga ikut menderita akibat pemberitaan media dan omongan orang. Mereka bisa stress dan terkena imbasnya. Apalagi yang masih anak-anak dan remaja. Mereka sangat terpukul.
Andaikan saya diadili dengan dakwaan yang ngawur dan tak jelas, maka waktu yang akan saya habiskan menghadapi perkara ini mungkin akan sekitar lima tahun lamanya. Di Pengadilan Negeri, mungkin perkara ini paling cepat enam bulan baru diputuskan. Katakanlah saya dibebaskan oleh pengadilan negeri, maka JPU akan naik banding. Saya harus menunggu katakanlah dua tahun Pengadilan Tinggi memutuskannya. Kemudian saya bebas lagi, maka JPU kasasi lagi ke Mahkamah Agung. Kasasi inipun akan memakan waktu antara dua hingga tahun mengingat banyaknya tumpukan perkara di Mahkamah Agung. Maka selama lima tahun ini, status saya tetap saja terdakwa. Memang saya belum dianggap bersalah karena belum ada putusan pengadilan yang menyatakan demikian. Namun waktu lima tahun itu saya sudah terpenjara oleh proses peradilan yang tak jelas di mana ujungnya.
Secara kemanusiaan lima tahun itu saya takkan merasa hidup tenang. Keluarga, terutama yang anak-anak dan remaja akan terus mengalami stress karena tekanan lingkungan sekolah dan permainan mereka. Secara ekonomi, sayapun makin sulit untuk bekerja. Untuk meneruskan pekerjaan saya sebagai guru besar hukum, perasaan saya juga tidak enak di hadapan mahasiswa. Bayangkan seorang guru besar hukum dan mantan Menteri Kehakiman, statusnya terdakwa yang tengah menanti putusan pengadilan. Ingin meneruskan pekerjaan sebagai lawyer, mendapatkan klien juga makin sulit. Bagaimana klien bisa percaya saya menjadi pensehat hukum mereka, kalau saya sendiri sedang dalam proses pengadilan. Sebagian klien juga akan merasa takut karena status saya. Usaha apapun yang akan saya lakukan, saya selalu akan terganjal kepada sebuah persoalan yang masih menggantung, yang akan memakan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya.
Secara politik, sayapun akan mati kutu pula. Memang dengan kasus yang saya hadapi, akan ada simpati masyarakat bagi yang mengerti dan simpati. Namun bagi yang tak mau mengerti dan antipati, saya akan jadi bulan-bulanan serangan dan ejekan. Secara hukumpun, saya terhalang. Mau ikut Pemilu 2014 sudah tidak mungkin, karena katankanlah saya mulai didakwa awal 2011, maka perkara ini baru akan selesai 2016. Atau inikah yang diinginkan oleh mereka yang merekayasa kasus ini: biar saya terpenjara oleh sebuah kasus dan saya akan kehabisan energi dan kesempatan untuk bisa melakukan hal-hal lain yang membawa manfaat bagi kehidupan saya pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Kalau memang itu yang terjadi, sungguh sebuah kezaliman yang memang sengaja direncanakan untuk mencelakakan. Lebih serius lagi keadaannya, kalau saya direkayasa untuk dihukum walau hanya sehari saja, atau hanya dihukum percobaan saja, maka tamatlah kesempatan saya untuk terlibat dalam semua level kegiatan politik yang resmi di negara ini.
Namun, saya takkan pernah mengalah dengan segala rekayasa itu. Saya percaya segala sesuatu yang terjadi, seburuk apapun dia, pasti ada hikmah kebaikan dibalik semua itu. Manusia membuat makar, tetapi Allah adalah sebaik-baik pembuat makar. Kebatilan pada wataknya memang takkan mampu bertahan menghadapi kebenaran. Saya memang harus bersabar, bekerja keras dan berserah diri kepada Allah. Hanya itu hal yang mungkin saya lakukan. Semoga badai ini segera berlalu…
http://yusril.ihzamahendra.com/2010/12/14/bukannya-saya-takut-menghadapi-pengadilan/
finsa Says:
December 15th, 2010 at 12:58 pm
bang yusril,
hanya sekedar keheranan saya saja mungkin bisa dikomentari;
hanya sekedar keheranan saya saja mungkin bisa dikomentari;
kalau dilihat dari track record abang dulu, abang adalah aktivis kampus, aktivis HMI, anda pernha jadi wartawan, pernah jadi penulis tetap di TEMPO.
dari sisi akedemis; anda lengkap,anda lulusan ilmu hukum tata negara, lulus juga sosiologi, professor termuda di UI pada zamannya. Anda paham sejarah, ahli hukum dan politik. Andah pakar hukum tata negara, anda paham hukum pidana, dan anda paham hukum islam. Anda paham dan mendalami agama tidak hanya kulitnya bahkan disebut ustadz. Jarang sekali saya menemukan tokoh sekomplit ini sekarang.
Dalam karir politik; anda jago menulis, pengetahuan anda membuat anda menjadi speech writer 3 presiden yang berbeda. Anda paham betul administrasi negara karena pengalaman di setneg, anda sangat teliti dan pakar benar membuat UU.
Track record; anda bersih, anda pernah kasasi sampai di MA hanya karena masalah SIM dan anda menang. Susah saya menemukan orang yang mau repot ke MA hanya karena SIM. Anda berperan besar dalam reformasi, termasuk perancang skenario hukum dalam proses peralihan kekuasan soeharto ke habibie. Juga sebagai orang dalam yang memberikan informasi ke amien rais dan nurcholis madjid saat proses reformasi. Nurchois madjid sampai bilang, amien rais dan anda adalah dwi-tunggal layaknya soekarno dan bung hatta yang kombinasi jawa-sumatera.
Dengan track record seperti itu, saya tak habis pikir kenapa anda tidak “dekat” dengan para aktivis seperti LBH atau LSM hukum lainnya. Anda juga seolah terjaga jarak dengan kelompok atau orang yang menyebut dirinya reformis. Anda bahkan “dibantai” habis oleh TEMPO, tempat anda dulu menulis, baik dalam kasus sekarang atau sejak kasus uang tommy di bank paribas. Dalam kasus anda, tak pernah saya dengar para LSM atau aktivis yang membela anda. Tak pernah pula saya dengar dukungan dari tokoh islam yang mendukung anda. Hanya tokoh partai dari PBB saja yang membela anda terang-terangan, setidaknya di media karena lewat medialah saya yang orang awam ini bisa tahu.
Anda aktivis tapi dijauhi bahkan dimusuhi aktivis. Anda wartawan, tapi anda merasa dikerjai oleh pers. Anda tokoh reformasi tapi tak pernah saya dengan pembelaan tokoh reformasi thd anda. Anda tokoh islam, tapi tak terdengar juga dukungannya kepada anda. Apa yang salah? inilah kebingungan saya. Semoga anda berkenan berkomentar
Saya tidak dapat berkomentar banyak mengenai diri saya sendiri. Saya hanya ingin mengatakan bahwa hidup ini tragis. Itu saja. Sekedar koreksi, saya dulu menulis di Gatra dan Forum, bukan Tempo. (YIM)
Yth Bang YIM:
BalasHapusInilah keadaan sebenarnya bangsa kita yg lebih menyukai orang2 oportunis dan pendusta. Sehingga anak2 bangsa yang berkarakter dan memiliki kapabilitas diperlakukan sangat zhalim. Termasuk oleh kelompok2 yang bercokol di Pemerintahan, Pers, pengusaha Media, anggota DPR dll. Karena mereka itu sesungguhnya para oportunis yang serakah dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi dan kekuasaan dengan cara apapun dan hasrat serakah yang tak bertepi.
Karena itu Bang YIM, tetap teguh dan kuatkan. Lawanlah mereka dengan cara2 yang benar. gentar dan kecil hati menghadapi siapapun dengan segala atribut dan gembar gembor mereka. Munghkin mereka itu adalah penjelmaan syathan terkutuk, yang berupa jin dan atau manusia zhalim. Semoga Allah senantiasa menyertai Bang YIM dan mencurahkan kebaikan dan kemenangan dan kejayaan. Amin. Jangan
Yth Bang YIM:
BalasHapusInilah keadaan sebenarnya bangsa kita yg lebih menyukai orang2 oportunis dan pendusta. Sehingga anak2 bangsa yang berkarakter dan memiliki kapabilitas diperlakukan sangat zhalim. Termasuk oleh kelompok2 yang bercokol di Pemerintahan, Pers, pengusaha Media, anggota DPR dll. Karena mereka itu sesungguhnya para oportunis yang serakah dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi dan kekuasaan dengan cara apapun dan hasrat serakah yang tak bertepi.
Karena itu Bang YIM, tetap teguh dan kuatkan. Lawanlah mereka dengan cara2 yang benar. Jangan gentar dan kecil hati menghadapi siapapun dengan segala atribut dan gembar gembor mereka. Sesungguhnya mereka itu mungkin adalah penjelmaan syathan terkutuk, yang berupa jin dan atau manusia zhalim. Semoga Allah senantiasa menyertai Bang YIM dan mencurahkan kebaikan dan kemenangan dan kejayaan. Amin. Jangan
22 Desember 2010 21.23