Demokrat Tuntaskan Sikap, Massa Bubar
Senin, 13 Desember 2010 | 15:45 WIB
TEMPO Interaktif, YOGYAKARTA - Puluhan ribu massa meninggalkan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DIY setelah Fraksi Demokrat menyampaikan sikap mereka tentang RUUK DIY. Masyarakat kecewa karena Fraksi Demokrat tak memberikan sikap jelas soal penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.
" Mengecewakan. Demokrat ra ceto, lenda lendo njelehi (Partai demokrat nggak jelas sikapnya)," kata Margono, warga Ngampilan, kepada Tempo, Senin, (13/12). Margono mengaku secara khusus datang ke sidang paripurna hanya untuk mendengar sikap Fraksi Demokrat.
Margono mengaku tidak simpati lagi dengan partai berlambang biru ini lantaran tidak menghargai Sultan. Margono mengaku tetap mendukung penetapan gubernur DIY adalah Sultan dan wakil gubernur DIY adalah Pakualam karena menunjukkan keistimewaan Yogyakarta. "Kalau pemilihan langsung selain menghabiskan uang juga rakyat di DIY menghargai Sultan sebagai pemimpin Jogja," kata Margono.
Senada dengan Margono, Wiwied, seorang guru sekolah swasta mengaku kecewa dengan ketidakjelasan sikap Demokrat. "Kok ra mutu blas sih Partai Demokrat ini, harusnya mereka arif menyikapi ekspresi warga Jogja," katanya. Wiwid mengaku segera pulang setelah Demokrat membacakan sikap mereka. Wiwied mengaku pemaksaan kehendak ini melukai masyarakat Yogyakarta.
Tatik, warga Cirebon yang sudah lama tinggal di Yogyakarta mengaku sengaja datang pada rapat paripurna untuk mendengarkan suara dewan. Meski bukan asli Jogja, Tatik mengaku mendukung penetapan gubernur DIY dan wwakil gubernur DIY adalah Sultan dan Pakualam. "Saya rasa ini suara murni rakyat Jogja, bukan paksaan, semoga mereka semua mendengar,â" katanya.
Mulyadi, ketua ISMOYO dalam orasinya saat menyampaikan aspirasi berteriak lantang dihadapan lautan manusia yang memadati gedung DPRD DIY."Kita habisi Demokrat tahun 2014," kata Mulyadi disambut gegap gempita warga.
Margono mengaku tidak simpati lagi dengan partai berlambang biru ini lantaran tidak menghargai Sultan. Margono mengaku tetap mendukung penetapan gubernur DIY adalah Sultan dan wakil gubernur DIY adalah Pakualam karena menunjukkan keistimewaan Yogyakarta. "Kalau pemilihan langsung selain menghabiskan uang juga rakyat di DIY menghargai Sultan sebagai pemimpin Jogja," kata Margono.
Senada dengan Margono, Wiwied, seorang guru sekolah swasta mengaku kecewa dengan ketidakjelasan sikap Demokrat. "Kok ra mutu blas sih Partai Demokrat ini, harusnya mereka arif menyikapi ekspresi warga Jogja," katanya. Wiwid mengaku segera pulang setelah Demokrat membacakan sikap mereka. Wiwied mengaku pemaksaan kehendak ini melukai masyarakat Yogyakarta.
Tatik, warga Cirebon yang sudah lama tinggal di Yogyakarta mengaku sengaja datang pada rapat paripurna untuk mendengarkan suara dewan. Meski bukan asli Jogja, Tatik mengaku mendukung penetapan gubernur DIY dan wwakil gubernur DIY adalah Sultan dan Pakualam. "Saya rasa ini suara murni rakyat Jogja, bukan paksaan, semoga mereka semua mendengar,â" katanya.
Mulyadi, ketua ISMOYO dalam orasinya saat menyampaikan aspirasi berteriak lantang dihadapan lautan manusia yang memadati gedung DPRD DIY."Kita habisi Demokrat tahun 2014," kata Mulyadi disambut gegap gempita warga.
BERNADA RURIT
http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2010/12/13/brk,20101213-298599,id.html
" Mengecewakan. Demokrat ra ceto, lenda lendo njelehi (Partai demokrat nggak jelas sikapnya)," kata Margono, warga Ngampilan, kepada Tempo, Senin, (13/12).
BalasHapusTatik, warga Cirebon yang sudah lama tinggal di Yogyakarta mengaku sengaja datang pada rapat paripurna untuk mendengarkan suara dewan. Meski bukan asli Jogja, Tatik mengaku mendukung penetapan gubernur DIY dan wwakil gubernur DIY adalah Sultan dan Pakualam. "Saya rasa ini suara murni rakyat Jogja, bukan paksaan, semoga mereka semua mendengar,â" katanya.
Ya mesti faham bahwa suara partai itu bukan suara rakyat, tapi lebih cenderung suara penguasa. Jadi PD juga kan Partai, dan adalah lazim dan wajar saja jika nunut siapa leluhurnya PD. Gak usah kaget... Rahayat dan Sultan harus bersatu demi kebaekan DIY. Para pemimpin keraton Yogya dan Solo harus bersatu dn membangun musyawarah dan jangan mau diadu domba. Sebab kalau pecah yang rugi ya masyarakat DIY. Semua harus bersatu..