Stimulus Besar-besaran AS Bahayakan Perekonomian Asia
Nurul Qomariyah - detikFinance
Ilustrasi (Foto: Reuters)
<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a3db6179&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=31&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a3db6179' border='0' alt='' /></a>
Yokohama - Stimulus yang digelontorkan AS melalui kebijakan 'Quantitative Easing' tahap II senilai US$ 600 miliar bisa membahayakan perekonomian Asia. Gelontoran dana itu dikhawatirkan bisa memicu inflasi atas aset-aset di Asia yang pada akhirnya bisa memicu terulangnya krisis seperti era 1997-1998."Saya sangat khawatir tentang dampak kebijakan 'quantitative easing' tahap II AS," ujar Chief Executive Hong Kong, Donald Tsang mengacu pada keputusan The Fed untuk menyiapkan likuiditas hingga US$ 600 miliar dalam rangka menggairahkan lagi perekonomian AS.
Bank Sentral AS (Federal Reserve) sebelumnya memutuskan kebijakan 'quantitative easing' tahap II yang bernilai US$ 600 miliar. Dengan kebijakan itu, The Fed akan membeli surat berharga pemerintah AS senilai US$ 75 miliar dalam 8 bulan ke depan.
Namun keputusan itu mendapat banyak kritikan karena dinilai bisa membuat pasokan dolar AS yang berlebihan di pasar sehingga bisa mendilusi nilai mata uang tersebut. Dengan likuiditas yang membanjir akibat adanya kebijakan tersebut, plus tingginya imbal hasil di Asia, maka dipastikan aliran dana pun akan semakin deras ke pasar Asia yang pada akhirnya bisa membahayakan pasar saham, obligasi dan properti.
"(Kebijakan) ini telah meningkatkan risiko bubble aset, yang akan berdampak pada stabilitas finansial baik dan juga pertumbuhan ekonomi regional dan global," ujar Tsang dalam forum bisnis di Yokohama, Jepang, seperti dikutip dari AFP, Jumat (12/11/2010).
Menurut Tsang, meletusnya bubble atas surat-surat berharga dan pasar properti di Asia nantinya akan sangat menular.
"Dan hasil akhirnya adalah Anda dapat melihat gelombang kedua... seperti yang kita alami pada tahun 1997 dan 1998, ketika terjadi kerimbunan yang berlebihan di pasar kami. Ini jelas kasus yang terjadi sekarang," imbuhnya.
"Yang Anda butuhkan adalah satu konglomerat atau satu bank besar... terkena guncangan... dan tiba-tiba Anda melihat efek seperti tsunami," jelas Tsang dalam acara yang merupakan rangkaian dari pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) itu.
Keputusan AS untuk mencetak miliaran dolar AS baru sebagai bagian dari stimulus memang disesalkan banyak pihak, tak terkecuali dalam forum pertemuan G20 yang juga dihadiri Presiden AS Barack Obama.
Tsang mengatakan, dalam lingkungan yang 'sangat tidak normal' ini, diperlukan kewaspadaan dari para pembuat kebijakan. Mereka harus membuat persiapan sepenuhnya dan mengambil semua langkah untuk mencegak risiko sistemik yang dapat mengganggu proses pemulihan. (qom/qom)
Ketik REG FIN kirim ke 3845 (khusus pelanggan Indosat Rp.1300/hari)
http://www.detikfinance.com/read/2010/11/12/140709/1493007/4/stimulus-besar-besaran-as-bahayakan-perekonomian-asia?f9911013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar