masalah nuklir, finansial keuangan negara, tata negara, politik internasional, perselisihan mazhab, persatuan umat islam, nasionalisme, pembangunan bangsa, ketahanan nasional, hutang negara, perang dunia, timur tengah, new world order
Kamis, 11 November 2010
1 komentar:
arifin, on November 10, 2010 at 5:11 pm said:
BalasHapus
assalamu laykum ww. Sungguh saya berterimakasih dengan semua keterangan dan perdebatan Sdr2ku. Saya sangat hormat kepada semua Sdrku yang sangat berilmu dan sangat luar biasa ini. Kita memang perlu belajar dengan sejarah, menggali sejarah dengan jujur dn benar sehingga yang selama ini banyak yang samar2 dan penuh misteri terutama bagi yang awam seperti saya sangat perlu, bahkan bilamana perlu atau memang semestinya adanya penelitian ulang dengan menemukan dan analisa fakta2 kebenaran dan pembelajaran. Tujuan kita bukan untk saling bermusuhan sesama muslim, tetapi mari memurnikan kembali keaslian dan kebenaran serta keluhuran ilmu dan ihsan dalam Islam, ruh Islam dan apinya dan cahayanya Islam yang agung. Mari kita menjadi umat Islam yang sudah terbaharui dengan cahaya Iman dan dan ketulusan yang semoga dalam cahaya hiadayah dan inayah serta maunah dan ma’rifah Allah maha Mulia. Mari kita simak keadaan sekeliling kita. Kita patut melihat ke negeri dan masyarakat non muslim, bai mereka yang memusuhi, menyerang dan menjajah negeri2 muslim, juga mereka yang merampas dan menjadikan umat muslim tak berkutik dan seakan-akan telah menjadi budak2 mereka, tak berdaya melawan, sekalipun untuk haknya,. Sepertinya kita tak ada lagi keberanian untuk saling membantu dan saling menolong karena kita memang sejujurnya ada beban dan rasa takut dan sangat lemah, atau memang kita telah sangat egois dan vested karena kita belum menginsafinya. Semoga Allah membukakan hati dan niat kita dalam jalan yang lurus kepada Allah dan rasulullah SAW. Mengapa????. Krn Juga kita harus belajar dengan bangsa dan umat lain yang terus maju, berjuang dan berjuang sehingga mereka mampu mesejajarkan diri, rakyat dan bangsanya dengan pihak2 yang pada awalnya menjadi musuh dan menindas mereka [spt RRC, India, Jepang dll kini dianggap mempunyai kemampuan dengan lawan2 mereka yang dahulunya menindas mereka]
Kita harus sadar dan terus memacu diri kita unruk saling berbagi dan belajar dari kesalahan masa lalu yang sangat berdarah-darah dan saling menghancurkan diri kita sendiri. Masa lalu jadilah pelajaran dengan jujur. Mencontoh yang baik dan meninggalkan yang tidak baik. Kuatkan persatuan dan persaudaraan serta solidaritas kita sesama muslim. Kita membuka diri untuk saling belajar dan mencari kebaikan dan untuk menguatkan umat Islam dan kejayaan Islam yang kingkrit.
Saya mohon Sdrku, mari kita belajar dan belajar, mari kita jujur bahwa kita harus bersatu, apapun perbedaan kita. Kewajiban kita saling berwashiat untuk kebenaran dan dengan saling bershabar diri. Mari kita bergandeg tangan, bersilaturahim dan thalab ilmu dari dan dengan sesama muslim dengan tujuan untuk memperkokoh persatuan dan kemajuan serta kejayaan Islam. Mari kita berlepas diri dari tekanan perbudakan dan penjajahan yang jelas2 bukan muslim. Saya memimpikan duduk berdampinga para pemuka muslim dunia [ dari Magribi hingga Indonesia; disana ada pemimpin dari Tunisia. Libya, Aljazair, Mesir, Turki, Saudi Arabia, Yordania, Sirya, Lebanon, Iraq, Iran, Afghanistan, pakistan, Malaysia, Indonesia dan negara muslim lainnya di Asia Tengah dll] dengan satu tekad membebaskan Palestina dari penjajahan Israel dan tekanan Barat, mengusir AS dan sekutunya dari Iraq dan Afghanistan, membantu Chesnia dan Moro serta Patani dan Kashmir agar benar2 mereka menjadi bangsa terhormat dan tidak dalam belenggu penjajahan dan tekakan bangsa lain. Mereka adalah Sdr2 kita. Maafkan saya sdrku. Jabatlah tangan, ikhlashkan kita bersaudara, dan mari bergandeng tangan untk kebaikan dan kemajuan umat Islam. Saya sangat awam, tetapi saya rindu persaudaraan dgn Sdr2ku semuanya. Belajar mengambil hikmahnya dan apinya Islam. Insya Allah kita akan jaya dan rahmat Allah berlimpah kepada kita. Amin. Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi washabihi wadzuriyatihi ajmain. Amin. wassalam.
Saya seorang Sunni, namun apakah anda tahu bhw orang Syi’ah hanya ingin berdamai dgn semua agama dan apabila ketetapan Allah dan Rasul-Nya dinista oleh musuh2 agama, maka mereka siap syahid utk membela Islam sebagai agama yg Rahmatan lil’Alamin.
betapapun Sunni Menyanjung Ali,Al Hasan dan Al Hussain,selagi mereka tak berlepas diri dari ke 3 orang tersebut, maka sunni berarti pangikut thoghut, Nashibi yang terlaknat, Betapapun sunni Proporsional dalam persengkataan Ali dan mu’awiyah dengan mengatakan berdasar dalil Al Qur’an dan Sunnah bahwa Mu’awiyah adalah Bughat,salah dan keliru,akan tetap dimusuhi dan dicaci selama tidak berpendapat kafirnya mu’awiyah…Yah betapapun Sunny mengunggulkan imam Ali,Betapapun sunny mengatakan bahwa Keutamaan Imam Ali tak akan di capai oleh Mu’awiyah walaupun dia beribadah dan berjihad sepanjang umur duniadan berinfak dengan emas sebesar bumi sekalipun selama sunni tidak mengkafirkannya…
denger mas,kalo anda syiah ngomong terus terang gak usah taqiyyah… anda kalau betul sunni seharusnya tahu bagainana kedudukan para shahabat,termasuk keyakinan sunni tentang keutamaan sabiqunal awwalun termasuk diantaranya Imam Ali, dibandingkan shahabat yang lain… Sebagaimana kita,nggak akan mencapai kedudukan yang dicapai oleh shahabat yang paling akhir sekalipun…
mas, bukankah Tar-tar menista ajaran islam dan kaum muslimin?
Bukankah Kristen di perang Salib juga yang mendahului menista dan menyerang negeri-negeri Islam?
bukankah di ambon dan Poso juga demikian?
Ingin damai mas…. kata anda, tetapi kenapa selalu bangkitakan kebencian dan provokativ terhadap sunni?
…. xix…xix ckixkix… Kalian mut’ah terus jadi otak ngeres kagak beres….
Silahkan anda simak dan pahami penjelasan dari Ulama Syi’ah (mohon ma’af copasnya agak panjang)
Benar, Syi’ah memiliki perbedaan dengan Ahlusunnah. Hal itu dikarenakan kami membagi sahabat Rasulullah Saw dan orang-orang yang hidup dengannya dengan mengambil inspirasi dari ayat-ayat al-Qur’an menjadi beberapa bagian:
1. Kelompok orang-orang terdahulu: “Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (Qs. Al-Taubah [9]:100)
2. Kelompok yang memberikan baiat di bawah pohon: “Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbaiat kepadamu di bawah pohon. Allah mengetahui keimanan dan kejujuran yang ada dalam hati mereka. Oleh karena itu, Dia menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Qs. Al-Fath [48]:18)
3. Kelompok yang berinfak dan berjihad sebelum kemenangan: “Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sebelum tercapai kemenangan (dengan orang yang menginfakkannya setelah kemenangan tercapai). Mereka memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Tapi Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Hadid [57]:10)
Sebagai kebalikan model-model utama dan pribadi-pribadi atraktif, al-Qur’an menyebutkan kelompok-kelompok lainnya yang sangat berseberangan secara diametral dengan model-model di atas:
1. Orang-orang munafik.[6]
2. Orang-orang munafik yang tersembunyi dan Rasulullah Saw tidak mengenal mereka.[7]
3. Orang-orang yang lemah iman dan sakit hatinya.[8]
4. Orang-orang (lemah) yang mendengarkan dengan seksama ucapan-ucapan orang yang suka membuat fitnah.[9]
5. Orang-orang yang di samping mengerjakan kebaikan pada saat yang sama juga mengerjakan keburukan.[10]
6. Orang-orang yang cenderung murtad.[11]
7. Orang-orang fasik yang berbeda antara ucapan dan perbuatannya.[12]
8. Orang-orang yang iman belum lagi masuk ke dalam hati-hati mereka.[13] Dan sifat-sifat tercela lainnya yang disebutkan sebagian dari mereka.
Di samping itu, di antara para sahabat terdapat orang-orang yang bermaksud membunuh Rasulullah Saw pada sebuah malam yang dilakukan oleh Uqbah.
Karena itu kita dapat menyimpulkan pandangan Syiah terkait dengan sahabat: Dalam mazhab Ahlulbait As sahabat seperti orang lain artinya di antara mereka terdapat orang yang adil dan tidak adil. Dalam pandangan Syiah tidak semua sahabat itu adil. Sepanjang perilaku dan perbuatan Rasulullah Saw tidak menjelma dalam kehidupan mereka maka status mereka sebagai sahabat tidak memiliki peran dalam keadilannya.
Dengan demikian, kriteria dan pakemnya adalah perilaku dan perbuatan praktis. Barang siapa yang perbuatan dan perilakunya sejalan dengan kriteria dan pakem agama Islam maka ia adalah seorang yang adil. Selainnya tidak adil. Sebagaimana yang telah kami katakan bahwa pandangan ini selaras dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw.
Bagaimana dan dengan logika apa kita dapat menyamakan di antara seluruh sahabat dan menyebut keduanya adalah sahabat? Misalnya antara Malik bin Nuwairah dan orang yang membunuhnya dengan keji dan pada malam itu juga seranjang dengan istrinya! Sekali-kali tidak dapat dibenarkan peminum khamar seperti Walid bin Uqbah hanya karena statusnya sebagai sahabat kemudian kita bela. Atau menyokong dan membela yang menjadikan pemerintahan Islam seperti sebuah kekuasaan diktator dan membunuh orang-orang shaleh dalam umat dan mengangkat senjata berperang melawan imam dan khalifah sah (Ali bin Abi Thalib)? Apakah dapat dibenarkan kita memandang sama antara Ammar Yasir dan kepala kelompok pemberontak hanya karena keduanya sahabat padahal Rasulullah Saw bersabda: “Ammar akan dibunuh oleh kelompok tiran dan pemberontak.”[14]
Apakah ada orang yang berakal akan berbuat demikian? Dengan asumsi kita melaukan hal seperti ini apakah masih ada yang tersisa dari Islam tatkala kita senantiasa berupaya menjustifikasi perbuatan-perbuatan para pejuangnnya dan orang-orang tiran hanya karena mereka sahabat?
Pada hakikatnya Islam lebih mulia dan agung dari tindakan ingin mencampur aduk dengan kejahatan orang-orang jahat dan menyimpang pada setiap ruang dan waktu!! Inilah keyakinan kami. Kami tidak berbasa-basi dengan siapa pun. Lantaran kebenaran lebih layak untuk dijelaskan dan diikuti.
Kami ingin bertanya kepada saudara-saudara Sunni apakah kalian memandang sama antara Khalifah Ketiga Utsman dan orang yang membunuhnya?
Apabila keduanya adalah sama lalu mengapa serangan banyak dilancarkan kepada Ali As dan dengan dalih menuntut darah Utsman api peperangan Jamal dan Shiffin bisa meletus? Dan apabila dua kelompok ini tidak sama, orang-orang yang menentang dan orang-orang yang mendukung dalam pembunuhanya – apatah lagi orang-orang yang membunuhnya – mereka diperkenalkan sebagai orang-orang yang keluar aturan dan syariat maka hal itu adalah tiadanya keadilan pada sahabat! Lantas mengapa ada serangan kepada Syiah sementara pandangan mereka sama dengan pandangan yang lain?
Karena itu, dalam pandangan Syiah kriterianya adalah keadilan, berpegang teguh kepada sirah Rasulullah Saw dan menjalankan sunnah beliau semasa hidupnya dan pasca wafatnya. Barang siapa yang berada di jalan ini maka, dalam pandangan Syiah, ia harus dihormati dan jalannya diikuti serta didoakan semoga rahmat Tuhan baginya melimpah dan memohon supaya ditinggikan derajatnya. Namun orang-orang yang tidak berada di jalan ini kami tidak memandangnya sebagai orang adil. Sebagai contoh dua orang sahabat mengusung lasykar disertai dengan salah seorang istri Rasulullah Saw lalu berhadap-hadapan dengan khalifah legal Rasulullah Saw Ali bin Abi Thalib As menghunus pedang di hadapannya di perang Jamal. Mereka memulai perang yang menelan ribuan korban jiwa kaum Muslimin. Izinkan kami bertanya apakah angkat senjata dan menumpahkan darah orang-orang tak berdosa ini dapat dibenarkan? Atau orang lain yang disebut sebagai sahabat Rasulullah Saw dan menghunus pedang pada sebuah peperangan yang disebut sebagai Shiffin. Kami berkata perbuatan ini bertentangan dengan syariat dan memberontak kepada imam dan khalifah legal. Perbuatan-perbuatan ini tidak dapat diterima dengan membuat justifikasi bahwa mereka adalah sahabat. Demikianlah poin asasi perbedaan pandangan antara Syiah dan yang lainnya. Jelas bahwa di sini yang mengemuka bukan pembahasan mencela dan melaknat sahabat, namun berdasar pada nash dan riwayat yang shahih.
Keterangan:
[6]. “Dan infakkanlah sebagian rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, “Ya Tuhan-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku barang sekejap sehingga aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang saleh?” (Qs. Al-Munafiqun [63]:10)
[7]. “Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah ada sekelompok orang yang keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (Qs. Al-Taubah [9]:101)
[8] . “(Ingatlah) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawah (kota)mu (sehingga mereka mengepung kota Madinah), dan ketika penglihatan(mu) terbelalak (lantaran takut) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang yang beriman dan mereka diguncangkan dengan guncangan yang sangat.” (Qs. Al-Ahzab [32]:10-11)
[9]. “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu. Karena itu, mereka selalu bimbang dalam keragu-raguan mereka. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu. Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal (anak-anak kecil, orang-orang tua, dan orang-orang yang sedang menderita penyakit) itu.” Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah bagimu selain kerusakan dan keraguan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu untuk menyulut fitnah (dan kekacauan) di antaramu; sedang di antara kamu ada orang-orang (lemah iman) yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim.” (Qs. Al-Taubah [9]:45-47)
[10]. “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Taubah [9]:102)
[11]. “Kemudian setelah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan darimu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri (dan tidak mengantuk); mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. Mereka berkata, “Apakah kita memiliki suatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?” Katakanlah, “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya berada di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata, “Sekiranya kita memiliki suatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah, “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (Qs. Ali Imran [3]:154
[12]. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan, lalu kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Qs. Al-Hujurat [49]:6); “Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama.” (Qs. Al-Sajdah [32]:18)
[13]. Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah dan rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hujurat [49]:14)
[14]. Silahkah lihat, Fushul al-Muhimmah, Abdulhusain Syarafuddin, hal. 189.
Wassalam
http://secondprince.wordpress.com/2010/07/12/hadis-muawiyah-mati-tidak-dalam-agama-islam-bantahan-terhadap-salafy/