Mugabe: "Vampir" Barat Incar Minyak Libya
HARARE (Berita SuaraMedia) – Presiden Zimbabwe Robert Mugabe mengecam negara-negara Barat yang melancarkan serangan udara terhadap Libya. Mugabe menyebut Barat berperilaku layaknya "vampir" yang hendak mengisap minyak negara di Afrika Utara tersebut.
Mugabe menuding negara-negara Barat mengambil keuntungan dari resolusi PBB yang mendukung penerapan zona larangan terbang di atas Libya.
"Kita semestinya tidak boleh membuat resolusi yang memungkinkan para vampir di ruangan ini memburu orang-orang kita di Afrika dan menggulingkan sebuah rezim," kata Mugabe seperti dikutip dpa, Senin (21/3).
"Barat akan menempatkan diri (dalam posisi untuk) menguasai sumber daya Libya, khususnya minyak," tambahnya.
Mugabe juga menyebut tindakan yang diambil Barat tersebut berada di luar lingkup resolusi Dewan Keamanan PBB yang dirancang untuk menghentikan pengeboman warga sipil oleh Muammar Gaddafi.
"Kami tidak setuju dengan bentuk pemerintahan yang ada di Libya. Kami menantikan negara itu mereformasi sistemnya dengan caranya sendiri, bukan dengan cara yang sesuai keinginan mereka (Barat)," kata pemimpin Zimbabwe berusia 87 tahun tersebut.
Mugabe menambahkan, "Mereka ingin menghabisi Gaddafi. Mereka sudah menyerang tempatnya dan menghabisi banyak warga sipil. Mereka sama sekali tidak peduli."
Mugabe menyampaikan hal tersebut setelah terjadi serangan udara oleh pasukan negara-negara Barat yang mengklaim bertujuan untuk melumpuhkan pertahanan udara Libya dan mencegah pasukan Libya menyerang warga sipil dalam revolusi yang telah berlangsung selama satu bulan melawan kekuasaan Gaddafi selama 42 tahun.
"Barat bersikap sama munafiknya seperti yang sudah-sudah," kata Mugabe kepada para wartawan.
"Mereka menafsirkan (resolusi Dewan Keamanan PBB) sama dengan pemberian izin untuk membombardir lokasi mana pun yang mereka suka di Libya, termasuk tempat-tempat sipil. Sekarang, Barat membombardir Libya tanpa belas kasihan dan mereka tidak ambil peduli siapa yang mati," kata Mugabe.
Mugabe, yang berkuasa di Zimbabwe sejak merdeka dari Inggris pada1980, mengatakan bahwa negara-negara Afrika dan Arab salah karena mendukung resolusi terhadap Libya.
Tiga negara Afrika, Gabon, Nigeria, dan Afrika Selatan, yang merupakan negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB mendukung resolusi penerapan zona larangan terbang di atas Libya. Liga Arab juga mengumumkan dukungan terhadap hal tersebut. "Resolusi itu tidak bisa ditarik lagi, sudah ada di sana. (Resolusi) itu adalah sebuah kesalahan yang kita buat," kata Mugabe.
"Sekarang Barat mengambil keuntungan dari dukungan tersebut untuk menguasai sumber daya di Libya, khususnya minyak, minyak yang telah memecah rakyat Libya, dan kita mendukungnya," tambahnya.
Pada hari Senin, jet-jet tempur Perancis melanjutkan patroli udara di atas Libya untuk menerapkan zona larangan terbang yang disetujui Dewan Keamanan PBB.
Puluhan warga sipil tewas di Libya sejak Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan sejumlah negara Barat lain melancarkan serangan terhadap negara tersebut.
Pemimpin Liga Arab Amr Moussa pada hari Senin mengatakan bahwa invasi Barat tersebut melanggar Resolusi 1973 yang menyerukan perlindungan terhadap warga sipil. (dn/pv/na) www.suaramedia.com
Pimpin Pengeboman Libya, Denmark Bertujuan Musnahkan Islam
TRIPOLI (Berita SuaraMedia) – Libya pada Selasa (22/3) waktu setempat meluncurkan sebuah serangan media terhadap Denmark seperti yang TV pemerintah beritakan bahwa serangan Minggu pada markas besar Pemimpin Libya Moammar Gaddafi di Tripoli dikendalikan oleh Denmark."Fakta bahwa Denmark, yang telah memimpin sebuah kampanye menentang Islam dan Muslim selama bertahun-tahun dengan karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad, memimpin pengeboman tersebut, menunjukkan bahwa agresi tersebut adalah sebuah perang salib terhadap orang-orang Muslim, termasuk orang-orang Libya, dengan tujuan untuk menteror Muslim dan untuk memusnahkan Islam," kata presenter TV tersebut yang tiba-tiba beralih dari bahasa Arab menjadi bahasa Inggris.
Bagaimanapun juga, pengumuman tersebut menyebabkan Menteri Luar Negeri Denmark Lene Epsersen menggambarkan Gaddafi sebagai "putus asa".
"Tuduhan ini murni adalah sebuah manupulasi yang mengatakan kepada kita begitu banyak tentang betapa putus asanya rejim Libya, Espersen mengatakan pada kantor berita harian Ekstrabladet.
"Ini adalah sebuah upaya yang sangat menyedihkan oleh Gaddafi untuk mengalihkan perhatian dari permasalahan inti di balik upaya komunitas internasional di Libya, yang adalah untuk mengakhiri agresi brutal terhadap populasi penduduk sipil," ia mengatakan.
Orang kuat Gaddafi di dalam sebuah pesan suara yang dibacakan pada televisi nasional, mengatakan bahwa pasukan Barat bersatu "di dalam sebuah perang salib terhadap orang-orang Islam."
Denmark telah mengirim sejumlah total enam pesawat tempur, 132 personil di medan tempur dan persediaan tambahan untuk stasiun udara angkatan laut Italia di Sigonella di Sicily untuk mendukung operasi yang didukung Dewan Keamanan PBB dengan kode nama "Odyssey Dawn".
Pada Jum'at, dalam sebuah pemilihan sepakat yang belum pernah terjadi sebelumnya, partai-partai Denmark di kedua pihak spektrum politik setuju untuk mendukung partisipasi di dalam tindakan militer terhadap Gaddafi.
Menteri Pertahanan, Gitte Lillelund Bech, mengatakan kepada kantor berita harian Politiken bahwa itulah sesuatu yang Denmark bisa banggakan.
"Terpisah dari Perancis, AS dan Britania Raya, Denmark diakui sebagai negara yang paling cepat menanggapi resolusi Dewan Keamanan PBB," ia mengatakan.
Odyssey Dawn diluncurkan pada Sabtu (19/3) untuk memberlakukan Resolusi Dewan Keamanan PBB tahun 1973 ditujukan untuk menghentikan pasukan Gaddafi melukai penduduk sipil ketika mereka bertempur dalam pemberontakan satu bulan lamanya.
Merupakan dukungan dari Liga Arab untuk sebuah usulan zona larangan terbang yang penting untuk wacana resolusi 1973 tersebut namun Qatar sejauh ini satu-satunya negara Arab yang berkomitmen dalam bantuan militer di Libya.
Operasi tersebut termasuk partisipasi pesawat-pesawat terbang dan kapal dari delapan negara, dan sedang berada di bahwa komando Amerika. Pesawat jet tempur Perancis menembakkan tembakan pertama pada Sabtu.
Eropa terpisahkan tentang masalah tersebut di samping adanya sebuah permohonan PBB untuk persatuan, sementara AS baru-baru ini terlibat dalam dua perang di negara Muslim, mengatakan bahwa tujuan akhir dari operasi tersebut adalah penurunan Gaddafi namun bahwa hal tersebut memungkinkan pemimpin Libya akan mampu mempertahankan kekuasaan. (ppt/aby) www.suaramedia.com
Serangan Barat Tidak Mampu Geser Kekuatan Gaddafi
http://www.suaramedia.com/berita-dunia/afrika/41173-serangan-barat-tidak-mampu-geser-kekuatan-gaddafi.html
TRIPOLI (Berita SuaraMedia) - Pesawat-pesawat tempur Barat menghantam Libya untuk malam yang kelima pada hari Kamis, tetapi sejauh ini gagal menghentikan tank Muammar Gaddafi memberangus kota yang dikuasai pemberontak atau melecuti senjatanya dari persimpangan strategis di timur.
Tank-tank Gaddafi berputar kembali ke Misratah bawah kegelapan dan mulai menyusuri daerah dekat rumah sakit utama, penduduk dan pemberontak mengatakan, melanjutkan serangan mereka setelah senjata mereka dibungkam di siang hari oleh serangan udara Barat.
Penembak jitu Pemerintah di kota terbesar ketiga Libya yang tidak terpengaruh oleh serangan bom dan telah menembak tanpa pandang bulu, ujar warga. Seorang juru bicara pemberontak mengatakan penembak jitu telah membunuh 16 orang.
"Tank pemerintah mendekati rumah sakit dan menyusuri daerah Misrata," kata seorang dokter di Misrata yang dapat dihubungi melalui telepon sebelum sambungannya terputus.
Tidak mungkin untuk secara independen memverifikasi laporan-laporan itu.
Militer AS mengatakan telah berhasil mendirikan sebuah zona larangan terbang di atas wilayah pesisir Libya dan mulai melancarkan serangan ke arah tank Gaddafi. Para sekutu terbang 175 sorti dalam 24 jam, dengan AS menerbangkan 113 dari semua, seorang komandan AS mengatakan.
Menteri Pertahanan Perancis Gerard Longuet mengatakan Prancis telah menghancurkan sekitar 10 kendaraan lapis baja Libya selama tiga hari.
Resolusi Dewan Keamanan PBB ia berkata, "menetapkan bahwa koalisi memiliki semua cara yang ada untuk melindungi warga sipil. Apa mengancam populasi saat ini adalah tank dan artileri," katanya dalam sebuah wawancara dengan Le Figaro yang diterbitkan pada hari Kamis.
Pemerintah Libya menyangkal tentara melakukan suatu operasi ofensif dan mengatakan pasukannya hanya membela diri ketika mereka diserang.
Tapi penduduk di Zintan, barat daya Tripoli mengatakan Gaddafi pasukan yang menurunkan lebih banyak tentara dan tank untuk membombardir kota yang dikuasai pemberontak. Pasukan Pemberontak di timur sementara ini masih ditembaki luar persimpangan strategis Ajdabiyah setelah lebih dari tiga hari untuk mencoba merebut kembali wilayah itu.
Televisi pemerintah Libya mengatakan pesawat-pesawat Barat telah menyerang di Tripoli dan Jafar, di barat daya ibukota.
"Sasaran militer dan sipil diserang oleh tentara kolonialis," kata televisi.
Sementara pertempuran berkobar, NATO kembali lagi gagal untuk setuju untuk mengambil alih komando operasi militer dari Amerika Serikat, terutama karena adanya keberatan dari Turki, kata para diplomat.
Amerika Serikat, dengan pasukan yang sudah ditempatkan di Irak dan Afghanistan, mengatakan ingin menyerahkan peran utamanya di Libya dalam "hitungan hari" dan ingin NATO untuk memainkan peran penting dalam perintah operasi, meskipun struktur yang tepat dari perannya masih dalam pembahasan.
"Saya pikir ini akan menjadi hitungan hari di mana Anda melihat sebuah gerakan ke arah transisi yang berkaitan dengan komando dan kontrol," kata seorang ajudan Presiden Barack Obama kepada wartawan.
Washington, London dan Paris sepakat pada hari Selasa bahwa aliansi harus memainkan peran operasional penting, tetapi persetujuan dari keseluruh 28 negara NATO diperlukan. Keberatan dari anggota NATO Turki telah menunda perjanjian mengenai peran aliansi itu selama tiga hari dan hari keempat perundingan di Brussel itu akan jatuh tempo pada Kamis.
Turki mengatakan tidak mau NATO bertanggung jawab atas operasi ofensif yang dapat menyebabkan korban sipil atau bertanggung jawab atas menegakkan mandat zona larangan terbang PBB sementara pesawat koalisi secara bersamaan membom pasukan Libya.
Perancis ingin kelompok pengarah ad hoc dari anggota koalisi, termasuk Liga Arab, untuk melakukan kontrol politik. Semua bangsa dipersilahkan untuk bergabung, seorang sumber presiden Perancis berkata.
"Kita perlu memiliki tempat di mana semua orang yang ingin berkomitmen untuk membantu Libya membangun masa depan dapat bertemu dan mendiskusikan kerangka politik," katanya. "Ini tentang menyertai proses militer dengan proses politik."
Kelompok ini akan bertemu di London Selasa depan.
"Kami telah meluncurkan gagasan tentang grup kontak dan ternyata itu adalah sukses besar," kata sumber Perancis. (iw/reu) www.suaramedia.com
Takut Bunuh Warga, Alasan Inggris Batal Serbu Libya
http://www.suaramedia.com/berita-dunia/afrika/41027-takut-bunuh-warga-alasan-inggris-batal-serbu-libya.html
TRIPOLI (Berita SuaraMedia) – Pesawat tempur Inggris ditarik mundur dari menyerang sistem pertahanan udara Libya semalam karena takut menyerang warga sipil, kementerian pertahanan berkilah pada hari Senin (21/3) waktu setempat. Pesawat Royal Air Force (RAF) mendekati target, tetapi memutuskan untuk tidak meluncurkan senjata mereka karena informasi bahwa ada warga sipil di daerah itu, juru bicara militer Mayor Jenderal John Lorimer mengatakan.
Akhir Minggu, Inggris meluncurkan serangan rudal darat terpandu, Tomahawk, dari kapal selam kelas Trafalgar di Mediterania, dalam intervensi kedua negara itu dalam aksi militer internasional di Libya.
"Angkatan bersenjata Inggris, sebagaimana diizinkan oleh resolusi Dewan Keamanan PBB 1973, sedang melakukan misi terkoordinasi lain di Libya malam ini," kata Lorimer, juru bicara kepala staf pertahanan, dalam sebuah pernyataan semalam.
"Ketika RAF GR4 Tornados mendekati target, informasi yang masuk lebih lanjut datang mengidentifikasi sejumlah warga sipil di daerah sasaran yang dituju. Akibatnya keputusan untuk tidak memulai menembakan senjata diambil."
"Keputusan ini menggarisbawahi komitmen Inggris bagi perlindungan warga sipil."
Tindakan militer yang diambil sesuai dengan Resolusi PBB hari Kamis yang resmi menggunakan "segala cara yang diperlukan" untuk melindungi warga sipil dan menegakkan gencatan senjata dan larangan zona terbang melawan pasukan Moaamr Gaddafi.
Tripoli telah melaporkan puluhan orang meninggal dalam serangan asing, yang dimulai dengan serangan Perancis pada hari Sabtu sore, tetapi koalisi menyangkal klaim ini.
Meskipun ada pembatalan, Perdana Menteri Inggris Davit Cameron mengklaim bahwa dua tujuan utama dari sekutu sejauh ini dipenuhi.
"Yang pertama adalah untuk menekan pertahanan udara Libya dan memungkinkan penegakan zona larangan terbang yang aman," katanya kepada DPR.
"Yang kedua adalah untuk melindungi warga sipil dari serangan oleh rezim Gaddafi."
"Kemajuan yang telah dibuat pada kedua front."
Cameron mengatakan pasukan koalisi telah 'sebagian besar menetralisir pertahanan udara Libya', menambahkan tindakan cepat dan tegas diambil setelah Resolusi PBB 1973 telah 'membantu mencegah apa yang bisa menjadi pembantaian berdarah di Benghazi tepat pada waktu'.
Kedua serangan udara sekutu pada hari Minggu dan Senin berhasil menghancurkan sebuah bangunan di Tripoli dan menghabisi 300 pendukung Gaddafi.
Tenda Badui terdekat, yang telah menjadi tempat ikon untuk pertemuan Khadafi dengan tamu istimewa, dan daerah sekitarnya menjadi penuh dengan puing-puing, menurut saksi mata.
Masih tidak jelas apakah Gaddafi berada di daerah tersebut pada waktu itu, meskipun kebingungan berlanjut mengenai apakah serangan bersama Perancis, Inggris dan Amerika menargetkan kepala negara itu atau tidak.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Mayor Jenderal John Lorimer mengatakan meskipun pesawat jet terpaksa kembali pada hari Minggu tetapi kapal selam Angkatan Laut di Mediterania telah bergerak masuk
Kapal itu telah meluncurkan serangan peluru kendali Tomahawk sebagai bagian dari rencana koalisi yang terkoordinasi untuk menegakkan resolusi PBB', Mayor Jenderal Lorimer menambahkan.
Kekhawatiran korban sipil terus mendominasi headline di Libya dan luar negeri, dengan beberapa laporan dari dalam negeri mengatakan sejumlah kematian telah dihasilkan dari serangan baru-baru ini. (iw/e247/mtr) www.suaramedia.com
" Serangan Udara ke Libya Adalah Terorisme"
TRIPOLI (Berita SuaraMedia) – Pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada hari Minggu (20/3) mengatakan bahwa para pendukungnya mempersiapkan sebuah perang yang panjang dan akan mengalahkan negara-negara Barat yang menyerbu pasukannya dengan serangan udara dalam waktu semalam.Gaddafi, pemimpin yang telah berkuasa selama empat dekade, berulang kali menegaskan bahwa dirinya tidak akan bisa dipaksa turun oleh "aliansi pasukan salib" yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis.
"Ini adalah perang salib melawan Muslim, khususnya melawan rakyat Libya. Mereka (Barat) yakin bahwa mereka akan membuat takut rakyat Libya. Ini hanyalah cara-cara teroris, dan hanya pasukan yang ada di darat yang akan meraih kemenangan," kata Gaddafi.
"Mereka (Barat) pasti akan kalah. Mereka tidak akan mampu membuat rakyat menyerah. Saat ini semua orang memiliki senjata. Kami akan melawan kalian jika kalian melanjutkan agresi terhadap kami," kata Gaddafi dalam pidato yang disiarkan di televisi Libya.
Stasiun televisi tersebut hanya memperdengarkan suara Gaddafi tanpa tampilan visual. "Kalian adalah teroris. Kalian memerangi rakyat yang tidak mengundang kedatangan kalian. Libya telah menjadi neraka di hadapan para musuh. Ini adalah agresi yang tidak dapat dibenarkan. Kami tidak akan meninggalkan tanah kami dan kami akan memerdekakannya," kata Gaddafi.
"Kami tidak akan membiarkan Amerika, Perancis, dan Inggris atau pasukan sekutu menikmati minyak kami," tambahnya.
"Semua kota di Libya akan bangkit dan kami akan menyingkirkan semua pengkhianat yang bekerja sama dengan Amerika dan aliansi pasukan salib. Kami akan tetap bertahan dan kalian akan binasa. Kalian akan gagal. Kami tidak takut. Kemenangan kami sudah dipastikan," kata Gaddafi.
"Untuk membela kehormatan kami, kami siap berperang dalam waktu lama. Kalian akan kalah dan kalian akan mundur," tambahnya.
Gaddafi berpidato saat pasukan AS dan Eropa melancarkan serangan udara melalui pesawat tempur dan peluru kendali terhadap pasukan Gaddafi. Serangan tersebut merupakan intervensi militer Barat yang paling besar di dunia Arab sejak tahun 2003.
Televisi pemerintahan Libya menyebutkan bahwa ada 48 orang yang tewas dan 150 orang mengalami luka-luka akibat serangan udara tersebut.
Sebelumnya, Tripoli sempat menyerah pada tuntutan Dewan Keamanan PBB dan menyatakan gencatan senjata. Hal itu dilakukan setelah sejumlah negara mengumumkan persiapan serangan udara terhadap pasukan Gaddafi yang mendapatkan lampu hijau dari PBB.
Gencatan senjata tersebut diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Libya Mussa Kussa dalam sebuah pernyataan yang ditayangkan di televisi. Kussa berjanji pemerintah Libya akan melakukan yang terbaik untuk memastikan tercipta perdamaian dan ketertiban serta perlindungan terhadap hak asasi manusia di negara tersebut.
Sang menteri mengatakan bahwa Libya menghentikan segala bentuk operasi militer karena Libya merupakan anggota PBB dan oleh karena itu berkewajiban menerima semua resolusi PBB. Kussa mengatakan bahwa pemerintahan Libya berupaya melindungi warga sipil dan warga asing.
Kussa mengatakan bahwa pemerintah Libya siap bernegosiasi dengan pihak mana pun yang berkeinginan memelihara kedaulatan dan integritas teritorial Libya, ia mendesak dilakukan investigasi internasional terhadap keadaan tersebut.
Otoritas Libya sudah meminta pemerintah Malta, Turki, dan China mengirimkan peninjau ke Libya untuk mengawasi proses pemeliharaan perdamaian, demikian dilaporkan kantor berita Agence France-Presse. (dn/jp/rt) www.suaramedia.com
Kecaman Anti-AS Warnai Kunjungan Hillary Clinton ke Tunisia
Menurut kantor berita pemerintah TAP, Mebazaa dan Clinton menggelar pertemuan setelah Clinton tiba dari Mesir. Kedua pemimpin membahas cara untuk memperkuat kerjasama dan kemitraan dalam berbagai bidang kepentingan bersama.
Mebazaa menandai langkah penting yang diambil oleh Tunisia di jalur transisi demokrasi setelah Revolusi 14 Januari. Dia juga menyoroti upaya yang dilakukan untuk memperkukuh pondasi negara hukum dan lembaga-lembaga, untuk memperkuat hak asasi manusia dan kebebasan.
Clinton mengatakan bahwa AS mengagumi Revolusi Tunisia yang dia sebut sebagai peristiwa besar bersejarah dan contoh yang patut diteladani. Dia juga mengatakan bahwa reformasi yang dimulai adalah jalan menuju cita-cita gerakan.
Clinton juga mengungkapkan bahwa AS siap untuk mendukung Tunisia melalui transisi penting dan sensitif ini untuk memenuhi kebutuhan rakyat Tunisia.
Terlebih lagi, Menteri Clinton meyakinkan pemerintahan Obama akan meningkatkan kerjasama bilateral dalam bidang ekonomi dan mendorong investasi di negara Afrika Utara itu.
"Kita memerlukan rencana untuk pembangunan ekonomi, untuk lapangan kerja, rakyat Tunisia pantas mendapatkan itu. Revolusi ini menciptakan banyak harapan, dan sekarang kita harus mewujudkan harapan-harapan itu, dan itu melalui reformasi ekonomi dan politik," ujar Clinton sebelum pertemuan.
"Aku akan mengirim delegasi dari AS untuk mengetahui apa yang diinginkan Tunisia. Kami ingin mendengar dari rakyat Tunisia dan kemudian kita akan menyusun rencana," ujar Clinton.
Sementara itu, pemrotes berkumpul di luar Kementerian Urusan Luar Negeri untuk menentang kunjungan Clinton ke Tunis. Pemrotes meneriakkan slogan-slogan seperti "Tunisia selamanya merdeka," Tidak ada pengawasan Amerika di tanah Tunisia dan Arab" dan "Hillary, pergi!"
Sebagai langkah pengamanan, pertemuan yang dijadwalkan antara Menteri Luar Negeri Mohamed Mouldi Kefi dan Clinton, serta konferensi berita setelah pertemuan, dibatalkan.
Pemerintahan sementara Mebazaa memutus semua hubungan dengan pemerintahan sebelumnya. Baru-baru ini, Partai Reli Konstitusional Demokrat (RCD) dan Divisi Keamanan Negara dibubarkan. Keduanya dikendalikan oleh mantan presiden Zine el Abidine Ben Ali dan semua dana dan propertinya diserahkan kepada neara. Divisi keamanan terkenal sebagai polisi rahasia Ben Ali yang melakukan beberapa pelanggaran HAM. (rin/nk) www.suaramedia.com
Tunjukkan Kepercayaan Diri, Gaddafi Siap Menang Dalam 48 Jam
Ketika pasukan Kolonel Gaddafi maju menuju ibukota pemberontak, Benghazi, Saif Al-Islam, anak Gaddafi, mengatakan bahwa "para pengkhianat dan para tentara bayaran" melarikan diri dari negara ini atau menghadapi konsekuensinya.
"Kami tidak ingin membunuh, kami tidak ingin membalas dendam, namun Anda, para pengkhianat, para tentara bayaran, Anda sekalian telah melakukan kejahatan terhadap rakyat Libya," ia mengatakan dalam sebuah wawancara. "Pergi, pergilah dengan tenang ke Mesir." Ditanya tentang melanjutkan upaya Inggris dan Perancis untuk merayu Dewan Keamanan PBB mengenakan sebuah zona larangan terbang, ia menjawab: "operasi militer berakhir. Dalam 48 jam segala sesuatu akan selesai. Pasukan kami hampir berada di Benghazi. Apapun keputusannya, maka keputusan tersebut terlambat."
Kegagalan pada Selasa oleh negara-negara anggota G8 untuk menyetujui intervensi militer di Libya dikatakan telah membingungkan Downing Street (Kantor Perdana Menteri Inggris). Sebuah keputusan segera diajukan oleh China dan Rusia namun bahkan AS gagal untuk muncul dalam mendukung gagasan tersebut.
David Cameron mengatakan kepada para Anggota Parlemen: "Setiap pemimpin dunia telah mengatakan bahwa Gaddafi harus pergi, bahwa rejimnya tidak sah dan jika pada akhir semua ini ia ada di tempat yang akan mengiriminya sebuah pesan yang mengerikan tidak hanya bagi orang-orang di Libya namun bagi yang lain di seluruh kawasan tersebut yang ingin melihat demokrasi yang lebih besar, keterbukaan yang lebih besar di dalam masyarakat mereka."
Inggris telah menunda resolusinya sendiri di Dewan Keamanan bersamaan dengan Perancis dan Libanon, sebagai sebuah perwakilan dunia Arab. Namun dengan hal tersebut kemungkinan kecil diloloskan segera, William Hague juga mengatakan bahwa Inggris dapat mendukung tindakan militer, termasuk sebuah zona larangan terbang, bahkan tanpa sebuah resolusi.
Gedung Putih dikatakan menjelajahi "pilihan lain," seperti menggunakan aset Libya yang disita untuk mendanai pihak oposisi. Hillary Clinton, menteri luar negeri AS, mengatakan bahwa ia berharap besar bahwa Dewan Keamanan PBB akan mengambil sebuah pemilihan suara tentang sebuah resolusi Libya tidak lebih dari Kamis.
Namun Bernard Jenkin, seorang senior Anggota Parlemen Tory, mengatakan: "Di mana Amerika? Kita sekarang berada di sebuah situasi yang baru, benar-benar baru. Kami telah mendasarkan kebijakan pertahanan dan asing kami untuk 60 tahun terakhir pada prisnip yang jika ada sebuah krisis internasional yang melibatkan kepentingan nasional kami, Amerika akan melihat krisis tersebut sama seperti melibatkan kepentingan nasional mereka.
"Bukan itu kasusnya di bawah Presiden Obama. Ia telah gentar dan menjadi bimbang, pemerintahannya terpisah-pisah dan ada kekhawatiran yang berbobot tentang pihak lain di Atlantik tentang apa yang AS seharusnya lakukan."
Di Benghazi sendiri, pesawat perang Kolonel Gaddafi mulai melemahkan pertahanan kota tersebut dalam mempersiapkan sebuah serangan. Para penduduk dapat mendengar suara ledakan-ledakan datang dari arah sebuah lapangan udara militer. Berpidato pada para penduduk melalui televisi negara, tentara tersebut mengatakan: "Ini adalah sebuah operasi kemanusiaan yang dijalankan untuk kepentingan Anda, dan tidak ditujukan pada pembalasan dendam kepada siapa saja."
Seorang juru bicara untuk militer oposisi mengatakan bahwa tiga jet telah menyerang namun telah dipaksa untuk melarikan diri tanpa menghantam target mereka.
Orang-orang mulai melarikan diri dari kota tersebut kemarin, berkendara empat jam menuju tempat suaka kerabat mereka, Tobruk.
Majdi Al-Heaid, seorang anggota dewan revolusi Tobruk, mengatakan bahwa ia merasa takut akan sebuah serangan oleh pasukan pemerintah ketika Ajdabiya telah jatuh, membuka jalan gurun yang memimpin sepanjang jalan menuju perbatasan dengan Mesir.
Pasukan pemerintah juga meluncurkan sebuah serangan segar di Misurata, kota ketiga Libya, di timur Tripoli, yang telah berada di tangan pemberontak sejak awal pemberontakan.
Sementara itu, keluarga Gaddafi mengulangi klaim bahwa mereka telah mendanai kampanye pemilihan Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy. "Kami mendanainya dan kami memiliki semua perincian dan siap untuk mengungkap segalanya," Saif Al-Islam Gaddafi mengatakan dalam wawancaranya, dengan kantor berita Euronews.
"Hal pertama yang kami ingin badut ini lakukan adalah memberikan uang tersebut kembali kepada rakyat Libya. Ia diberikan bantuan sehingga ia dapat membantu mereka."
Seorang sumber pemerintah yang ditempatkan dengan baik di Tripoli mengatakan kepada kantor berita Daily Telegraph bahwa merupakan "pengetahuan umum" bahwa keluarga Gaddafi telah mendanai Sarkozy selama "bertahun-tahun".
"Menurut Anda mengapa Sarkozy begitu bersemangat untuk mengundang kami ke Paris begitu saja pada empat tahun yang lalu?" sumber tersebut mengatakan. "Pemimpin kami diperlakukan sebagai seorang teman terhormat oleh Sarkozy pada sebuah masa ketika yang lainnya masih ingin memperlakukan kami sebagai kelompok kasta pariah.
"Sarkozy menjadi seorang teman rejim tersebut lama sebelum ia berkuasa."
Sarkozy memimpin sebuah seruan zona larangan terbang dan bahkan serangan udara pada Libya.
Klaim Gaddafi tersebut dengan keras dibantah oleh kantor Presiden Sarkozy. (ppt/tlg) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar