Hugo Chavez Kecam Keras Serangan Udara Terhadap Libya
Senin, 21/03/2011 13:50 WIB. http://www.eramuslim.com/berita/dunia/hugo-chavez-kecam-keras-serangan-udara-terhadap-libya.htm | email | print
Presiden Venezuela Hugo Chavez mengutuk apa yang ia sebut "pengeboman membabi buta" oleh AS dan sekutunya di Libya, mengatakan pada hari Minggu kemarin (20/3) bahwa serangan itu tidak berdasar dan hanya akan menyebabkan lebih banyak lagi pertumpahan darah.
Pemerintah Kuba juga mengecam serangan AS serta sekutunya dan menyerukan agar konflik dapat diselesaikan melalui negosiasi.
Chavez mengatakan AS mengincar minyak Libya, dan memperingatkan Presiden Barack Obama tidak mencoba melakukan intervensi serupa di negara Amerika Selatan. "Dengan Venezuela, jangan sekali-kali berpikir tentang hal ini, Mr Obama," katanya.
Chavez, yang memiliki hubungan lama dan dekat dengan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, menuntut serangan udara dihentikan dan menggemakan klaim korban sipil oleh pemerintah Libya, yang mengatakan 48 orang tewas.
"Korban sipil kini mulai muncul karena beberapa bom yang diluncurkan 200 hingga 400 bom dari luar sana di laut mediterania - dan bom itu jatuh di sembarang tempat mereka akan jatuh," kata Chavez selama berbicara di televisi mingguan dan program radio.
Di Washington, bagaimanapun, Pentagon mengatakan tidak ada laporan mengenai korban sipil dalam serangan udara yang mereka lakukan. Wakil Laksamana William E. Gortney, staf direktur untuk Kepala Staf Gabungan, mengatakan serangan itu mengakibatkan kerusakan berat dan sebagian besar basis pertahanan udara Gaddafi.
"Libya di bawah api imperialisme. Tidak ada yang membenarkan ini," kata Chavez, sambil mengangkat sebuah surat kabar yang menunjukkan gambar ledakan di halaman depan.
"Siapa yang memberi negara-negara Amerika Serikat, atau Perancis, atau Inggris, atau negara mana pun memiliki hak untuk menjatuhkan bom?"
Chavez mengatakan para pemimpin Uni Afrika sedang bertemu di Mauritania untuk membahas konflik Libya.
"Itulah yang harus dilakukan, dan pergi ke sana untuk berbicara dengan pihak-pihak dalam konflik tersebut, tetapi bukan dengan meluncurkan bom, lebih banyak bom yang dijatuhkan, lebih banyak kematian," kata Chavez.
"Mari kita coba untuk membantu, untuk menengahi antara para pihak yang bertikai," katanya. "Sebuah gencatan senjata, duduk di meja. Itulah jalan ketika menghadapi konflik semacam ini."
Selama pertemuan di Venezuela Chavez mengatakan: "Kami mengulangi pesan kami dari Venezuela, dari ALBA: Kami menuntut penghentian serangan terhadap Libya," kata Chavez hari Minggu kemarin. "Ini sebuah kegilaan dari sebuah imperialisme."
Di Havana, kementerian luar negeri Kuba mengatakan konflik Libya harus diselesaikan "melalui dialog dan negosiasi, bukan dengan cara militer."
"Kuba menyatakan kecaman keras dari intervensi asing dalam konflik internal Libya, kata pernyataan dari kementerian di berita televisi Kuba.(fq/ap)
Pemerintah Kuba juga mengecam serangan AS serta sekutunya dan menyerukan agar konflik dapat diselesaikan melalui negosiasi.
Chavez mengatakan AS mengincar minyak Libya, dan memperingatkan Presiden Barack Obama tidak mencoba melakukan intervensi serupa di negara Amerika Selatan. "Dengan Venezuela, jangan sekali-kali berpikir tentang hal ini, Mr Obama," katanya.
Chavez, yang memiliki hubungan lama dan dekat dengan pemimpin Libya Muammar Gaddafi, menuntut serangan udara dihentikan dan menggemakan klaim korban sipil oleh pemerintah Libya, yang mengatakan 48 orang tewas.
"Korban sipil kini mulai muncul karena beberapa bom yang diluncurkan 200 hingga 400 bom dari luar sana di laut mediterania - dan bom itu jatuh di sembarang tempat mereka akan jatuh," kata Chavez selama berbicara di televisi mingguan dan program radio.
Di Washington, bagaimanapun, Pentagon mengatakan tidak ada laporan mengenai korban sipil dalam serangan udara yang mereka lakukan. Wakil Laksamana William E. Gortney, staf direktur untuk Kepala Staf Gabungan, mengatakan serangan itu mengakibatkan kerusakan berat dan sebagian besar basis pertahanan udara Gaddafi.
"Libya di bawah api imperialisme. Tidak ada yang membenarkan ini," kata Chavez, sambil mengangkat sebuah surat kabar yang menunjukkan gambar ledakan di halaman depan.
"Siapa yang memberi negara-negara Amerika Serikat, atau Perancis, atau Inggris, atau negara mana pun memiliki hak untuk menjatuhkan bom?"
Chavez mengatakan para pemimpin Uni Afrika sedang bertemu di Mauritania untuk membahas konflik Libya.
"Itulah yang harus dilakukan, dan pergi ke sana untuk berbicara dengan pihak-pihak dalam konflik tersebut, tetapi bukan dengan meluncurkan bom, lebih banyak bom yang dijatuhkan, lebih banyak kematian," kata Chavez.
"Mari kita coba untuk membantu, untuk menengahi antara para pihak yang bertikai," katanya. "Sebuah gencatan senjata, duduk di meja. Itulah jalan ketika menghadapi konflik semacam ini."
Selama pertemuan di Venezuela Chavez mengatakan: "Kami mengulangi pesan kami dari Venezuela, dari ALBA: Kami menuntut penghentian serangan terhadap Libya," kata Chavez hari Minggu kemarin. "Ini sebuah kegilaan dari sebuah imperialisme."
Di Havana, kementerian luar negeri Kuba mengatakan konflik Libya harus diselesaikan "melalui dialog dan negosiasi, bukan dengan cara militer."
"Kuba menyatakan kecaman keras dari intervensi asing dalam konflik internal Libya, kata pernyataan dari kementerian di berita televisi Kuba.(fq/ap)
Pentagon: Tiga Ribu Militer AS Terlibat Dalam Perang di Libya
Senin, 21/03/2011 13:18 WIB. http://www.eramuslim.com/berita/dunia/pentagon-tiga-ribu-militer-as-terlibat-dalam-perang-di-libya.htm | email | print
Kementerian Pertahanan AS, Pentagon menyatakan bahwa proses aksi militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Libya akan terus berlanjut selama beberapa hari ke depan, bukan dalam hitungan minggu, dan menyebutkan ada sekitar 3.000 tentara AS ikut ambil bagian dalam operasi militer ini, yang beroperasi di bawah komando Amerika Serikat bersama-sama dengan aliansi Perancis dan Inggris.
Seorang jurubicara Pentagon mengatakan: "Amerika tidak akan mengirimkan unit tempur darat ke wilayah Libya, menunjukkan bahwa proses aksi militer yang sekarang terjadi di Libya bertujuan untuk melumpuhkan kemampuan sistem pertahanan serta kemampuan Angkatan Udara Libya dan tidak bertujuan untuk menghilangkan batalyon militer Gaddafi.
Pentagon mengharapkan bahwa UEA dan Qatar akan mengumumkan hal serupa dalam beberapa jam berikutnya, bergabung dengan koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Juru bicara untuk Departemen Pertahanan AS menegaskan bahwa Amerika Serikat sekarang terlibat dalam perang di berbagai bidang, sehingga proses militer yang saat ini yang terjadi di Libya tidak akan berlangsung lama hanya dalam hitungan hari. (fq/imo)
VIVAnews - Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak berminat memimpin operasi militer atas Libya, kendati telah memelopori penembakan rudal ke sasaran-sasaran militer rezim Muammar Khadafi akhir pekan lalu. Maka, dalam beberapa hari, kepemimpinan operasi pasukan Koalisi (Sekutu) itu akan diserahkan ke Prancis, Inggris, atau NATO (Organisasi Pertahanan Atlantik Utara).
Menurut kantor berita Associated Press, pernyataan itu disampaikan Menteri Pertahanan Robert Gates pada Minggu malam waktu AS. Gates menyatakan bahwa sikap itu sesuai arahan Presiden Barack Obama bahwa AS hanya menjalankan peran yang terbatas atas kampanye militer di Libya.
AS pun tidak akan mengerahkan pasukan darat untuk menjalankan resolusi Dewan Keamanan PBB yang disahkan Kamis pekan lalu, yang hanya merestui zona larangan terbang di Libya untuk mencegah serangan udara rezim Khadafi atas pasukan pemberontak.
"Kami sepakat menggunakan kemampuan yang terukur dan dalam beberapa hari mendatang akan menyerahkan tanggung jawab utama kepada pihak lain," kata Gates dalam perjalanan menuju Rusia.
"Kami akan terus mendukung mendukung koalisi dan akan menjadi anggota. Kami akan tetap menjalankan peran militer dalam koalisi, namun tidak akan mengemban tanggung jawab utama," kata Gates.
Menurut dia, ada dua kemungkinan terkait kepemimpinan operasi militer atas Libya. Kampanye itu akan dipimpin bersama oleh Inggris-Prancis, atau akan di bawah kendali NATO, di mana anggotanya termasuk AS, Inggris, Prancis, dan negara-negara Eropa lainnya.
Serangan atas Libya dimulai pada Sabtu pekan lalu, 19 Maret 2011. Kapal perang AS dan Inggris saat itu menembakkan 112 rudal jelajah Tomahawk ke target-target militer Libya. Selanjutnya pesawat AS - di antaranya pengembom siluman B-2 dan jet-jet tempur Marinir - bersama dengan pesawat-pesawat Prancis melakukan serangan udara. (umi)
VIVAnews - Sebuah rudal menghancurkan gedung administrasi kependudukan pemerintahan Libya pimpinan Muammar Khadafi. Bangunan itu hanya berjarak sekitar 50 meter dari rumah Khadafi.
Seperti dilansir Channel News Asia, 21 Maret 2011, rudal itu jatuh begitu dekat dengan tenda tempat Khadafi menerima tamu di Tripoli.
Juru bicara pemerintahan Khadafi, Moussa Ibrahim, mengecam serangan itu. "Ini adalah pengeboman barbar yang bisa melukai ratusan warga sipil," kata Moussa yang berada di kediaman Khadafi, yang berjarak sekitar 400 meter dari lokasi pengeboman.
Menurut Moussa, serangan dari dunia barat itu justru bukan untuk melindungi warga sipil. Tripoli diguncang ledakan sejak Minggu malam. Salah satu lokasi yang menjadi sasaran rudal adalah area-area dekat kediaman Khadafi.
Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan serangan ke sejumlah pos pertahanan udara Libya. Pada serangan tahap pertama, sedikitnya 112 rudal ditembakkan sejumlah kapal perang dan kapal selam milik Amerika Serikat dan Inggris.
Sebanyak 20 fasilitas pertahanan milik Muammar Khadafi menjadi sasaran rudal-rudal Tomahawk itu. Tujuannya, demi membersihkan area agar patroli angkatan udara bisa mendarat.
Sebelum serangan dilancarkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama telah memberikan ultimatum kepada pemimpin Libya Muammar Khadafi. Obama mengancam, jika Khadafi tidak menghentikan serangan pada warga sipil, ia akan menghadapi serangan militer. (umi)
• VIVAnews
Seorang jurubicara Pentagon mengatakan: "Amerika tidak akan mengirimkan unit tempur darat ke wilayah Libya, menunjukkan bahwa proses aksi militer yang sekarang terjadi di Libya bertujuan untuk melumpuhkan kemampuan sistem pertahanan serta kemampuan Angkatan Udara Libya dan tidak bertujuan untuk menghilangkan batalyon militer Gaddafi.
Pentagon mengharapkan bahwa UEA dan Qatar akan mengumumkan hal serupa dalam beberapa jam berikutnya, bergabung dengan koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Juru bicara untuk Departemen Pertahanan AS menegaskan bahwa Amerika Serikat sekarang terlibat dalam perang di berbagai bidang, sehingga proses militer yang saat ini yang terjadi di Libya tidak akan berlangsung lama hanya dalam hitungan hari. (fq/imo)
AS Tidak Berminat Pimpin Serangan ke Libya
AS tetap menjalankan peran militer, namun tidak akan mengemban tanggungjawab utama
Senin, 21 Maret 2011, 08:47 WIB
Renne R.A Kawilarang. http://dunia.vivanews.com/news/read/210505-as-tidak-berminat-pimpin-serangan-ke-libyaMenurut kantor berita Associated Press, pernyataan itu disampaikan Menteri Pertahanan Robert Gates pada Minggu malam waktu AS. Gates menyatakan bahwa sikap itu sesuai arahan Presiden Barack Obama bahwa AS hanya menjalankan peran yang terbatas atas kampanye militer di Libya.
AS pun tidak akan mengerahkan pasukan darat untuk menjalankan resolusi Dewan Keamanan PBB yang disahkan Kamis pekan lalu, yang hanya merestui zona larangan terbang di Libya untuk mencegah serangan udara rezim Khadafi atas pasukan pemberontak.
"Kami sepakat menggunakan kemampuan yang terukur dan dalam beberapa hari mendatang akan menyerahkan tanggung jawab utama kepada pihak lain," kata Gates dalam perjalanan menuju Rusia.
"Kami akan terus mendukung mendukung koalisi dan akan menjadi anggota. Kami akan tetap menjalankan peran militer dalam koalisi, namun tidak akan mengemban tanggung jawab utama," kata Gates.
Menurut dia, ada dua kemungkinan terkait kepemimpinan operasi militer atas Libya. Kampanye itu akan dipimpin bersama oleh Inggris-Prancis, atau akan di bawah kendali NATO, di mana anggotanya termasuk AS, Inggris, Prancis, dan negara-negara Eropa lainnya.
Serangan atas Libya dimulai pada Sabtu pekan lalu, 19 Maret 2011. Kapal perang AS dan Inggris saat itu menembakkan 112 rudal jelajah Tomahawk ke target-target militer Libya. Selanjutnya pesawat AS - di antaranya pengembom siluman B-2 dan jet-jet tempur Marinir - bersama dengan pesawat-pesawat Prancis melakukan serangan udara. (umi)
Rudal AS Jatuh 50 Meter dari Rumah Khadafi
Amerika Serikat dan sekutunya akhirnya melancarkan serangan ke sejumlah pertahanan udara.
Senin, 21 Maret 2011, 07:44 WIB. http://dunia.vivanews.com/news/read/210498-50-meter-lagi-rumah-khadafi-kena-rudal
Ismoko Widjaya Seperti dilansir Channel News Asia, 21 Maret 2011, rudal itu jatuh begitu dekat dengan tenda tempat Khadafi menerima tamu di Tripoli.
Juru bicara pemerintahan Khadafi, Moussa Ibrahim, mengecam serangan itu. "Ini adalah pengeboman barbar yang bisa melukai ratusan warga sipil," kata Moussa yang berada di kediaman Khadafi, yang berjarak sekitar 400 meter dari lokasi pengeboman.
Menurut Moussa, serangan dari dunia barat itu justru bukan untuk melindungi warga sipil. Tripoli diguncang ledakan sejak Minggu malam. Salah satu lokasi yang menjadi sasaran rudal adalah area-area dekat kediaman Khadafi.
Amerika Serikat dan sekutunya melancarkan serangan ke sejumlah pos pertahanan udara Libya. Pada serangan tahap pertama, sedikitnya 112 rudal ditembakkan sejumlah kapal perang dan kapal selam milik Amerika Serikat dan Inggris.
Sebanyak 20 fasilitas pertahanan milik Muammar Khadafi menjadi sasaran rudal-rudal Tomahawk itu. Tujuannya, demi membersihkan area agar patroli angkatan udara bisa mendarat.
Sebelum serangan dilancarkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama telah memberikan ultimatum kepada pemimpin Libya Muammar Khadafi. Obama mengancam, jika Khadafi tidak menghentikan serangan pada warga sipil, ia akan menghadapi serangan militer. (umi)
• VIVAnews
Libya: Pesawat Tempur Perancis Ditembak Jatuh di Tripoli
Minggu, 20/03/2011 08:20 WIB. http://www.eramuslim.com/berita/dunia/libya-pesawat-tempur-perancis-ditembak-jatuh-di-tripoli.htm | email | print
Sebuah jet tempur Perancis dilaporkan telah ditembak jatuh di Libya setelah beberapa negara menyetujui intervensi militer besar-besaran ke negara Afrika Utara tersebut.
Televisi pemerintah Libya mengatakan Sabtu malam (19/3) bahwa pesawat perang Perancis jatuh di distrik Njela ibukota Libya Tripoli, AFP melaporkan.
Namun, militer Perancis dengan cepat membantah laporan itu.
Pasukan Asing meluncurkan serangan udara terhadap Libya setelah para pejabat dari pertemuan sejumlah negara di Paris pada hari Sabtu kemarin memerintahkan intervensi militer besar-besaran ke negara itu dalam rangka untuk mengakhiri serangan-serangan terhadap warga sipil yang diluncurkan oleh pasukan penguasa Libya Muammar Gaddafi.
Perwakilan Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Uni Emirat Arab, dan Qatar menghadiri pertemuan itu.
Ada laporan bahwa pesawat-pesawat tempur Perancis telah mulai menembaki pasukan pemerintah Libya di timur kota Benghazi, yang merupakan kubu kekuatan anti-pemerintah.
Intervensi Perancis datang setelah pasukan yang setia kepada penguasa Libya mulai mendekati kubu revolusioner di Libya bagian timur, meski adanya gencatan senjata yang dinyatakan oleh Gaddafi, Jumat lalu.
Selain itu, pasukan AS dan Inggris menembakkan setidaknya 110 rudal jelajah Tomahawk ke Libya menargetkan pertahanan udara Gaddafi pada hari Sabtu kemarin. Rudal dilaporkan menyerang pasukan pro-pemerintah.
Berbicara kepada wartawan di Brazil, Presiden AS Barack Obama mengatakan Washington bersatu dengan mitra internasional dalam kebutuhan untuk mengambil tindakan keras ke Libya.
"Konsensus kami kuat dan tekad kami adalah jelas bahwa rakyat Libya harus dilindungi."(fq/prtv)
Televisi pemerintah Libya mengatakan Sabtu malam (19/3) bahwa pesawat perang Perancis jatuh di distrik Njela ibukota Libya Tripoli, AFP melaporkan.
Namun, militer Perancis dengan cepat membantah laporan itu.
Pasukan Asing meluncurkan serangan udara terhadap Libya setelah para pejabat dari pertemuan sejumlah negara di Paris pada hari Sabtu kemarin memerintahkan intervensi militer besar-besaran ke negara itu dalam rangka untuk mengakhiri serangan-serangan terhadap warga sipil yang diluncurkan oleh pasukan penguasa Libya Muammar Gaddafi.
Perwakilan Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Uni Emirat Arab, dan Qatar menghadiri pertemuan itu.
Ada laporan bahwa pesawat-pesawat tempur Perancis telah mulai menembaki pasukan pemerintah Libya di timur kota Benghazi, yang merupakan kubu kekuatan anti-pemerintah.
Intervensi Perancis datang setelah pasukan yang setia kepada penguasa Libya mulai mendekati kubu revolusioner di Libya bagian timur, meski adanya gencatan senjata yang dinyatakan oleh Gaddafi, Jumat lalu.
Selain itu, pasukan AS dan Inggris menembakkan setidaknya 110 rudal jelajah Tomahawk ke Libya menargetkan pertahanan udara Gaddafi pada hari Sabtu kemarin. Rudal dilaporkan menyerang pasukan pro-pemerintah.
Berbicara kepada wartawan di Brazil, Presiden AS Barack Obama mengatakan Washington bersatu dengan mitra internasional dalam kebutuhan untuk mengambil tindakan keras ke Libya.
"Konsensus kami kuat dan tekad kami adalah jelas bahwa rakyat Libya harus dilindungi."(fq/prtv)
Pesawat Mirage Perancis Menyerang Libya
Sabtu, 19/03/2011 23:27 WIB. http://www.eramuslim.com/berita/dunia/pesawat-mirage-perancis-menyerang-libya.htm | email | print
Seorang pejabat Perancis mengatakan jet tempur Mirage dan Rafale terbang di atas Benghazi dan menyerang tank Libya. Pejabat itu mengatakan jet yang terbang di atas kubu oposisi dan sekitarnya untuk memastikan bahwa pasukan Muammar Gaddafi tidak bisa mengambil tindakan apa pun di sana.
Pejabat itu mengatakan operasi pesawat tempur Perancis telah menyerang tank pasukan pemerintah Libya yangmencoba masuk ke kota Benghazi, hari Sabtu. Pesawat-pesawat tempur Perancis itu telah melumpuhkan tank-tank pasukan yang setia kepada Gadhafi.
Pejabat Perancis itu berbicara setelah pejabat tinggi dari Amerika Serikat, Eropa dan dunia Arab mengumumkan segera adanya aksi militer untuk melindungi warga sipil di Benghazi. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengatakan setelah pertemuan darurat di Paris pada hari Sabtu, pesawat-pesawat tempur Prancis sudah menargetkan pasukan Gaddafi.
Para pemimpin 22 negara Uni Eropa yang hadir dalam pertemuan puncak hari Sabtu menyatakan, "Setuju untuk menempatkan semua sarana yang diperlukan, khususnya militer" untuk membuat Gaddafi menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB Kamis menuntut gencatan senjata, Sarkozy mengatakan. "pesawat kami menghalangi serangan udara di kota" dari Benghazi, katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Pesawat Perancis telah menyiapkan untuk menyerang dalam beberapa hari terakhir.
Pejabat itu mengatakan operasi pesawat tempur Perancis telah menyerang tank pasukan pemerintah Libya yangmencoba masuk ke kota Benghazi, hari Sabtu. Pesawat-pesawat tempur Perancis itu telah melumpuhkan tank-tank pasukan yang setia kepada Gadhafi.
Pejabat Perancis itu berbicara setelah pejabat tinggi dari Amerika Serikat, Eropa dan dunia Arab mengumumkan segera adanya aksi militer untuk melindungi warga sipil di Benghazi. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengatakan setelah pertemuan darurat di Paris pada hari Sabtu, pesawat-pesawat tempur Prancis sudah menargetkan pasukan Gaddafi.
Para pemimpin 22 negara Uni Eropa yang hadir dalam pertemuan puncak hari Sabtu menyatakan, "Setuju untuk menempatkan semua sarana yang diperlukan, khususnya militer" untuk membuat Gaddafi menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB Kamis menuntut gencatan senjata, Sarkozy mengatakan. "pesawat kami menghalangi serangan udara di kota" dari Benghazi, katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Pesawat Perancis telah menyiapkan untuk menyerang dalam beberapa hari terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar