Rabu, 16 Maret 2011

FUI: bom buku hanya pengalihan isu.>>>Dalam dunia politik & Kekuasaan...Setiap peristiwa politik ataupun dalam bentuk apapun realisasinya..., Pernyataan politik, issue korupsi... terror...perang... bom....dan sasarannya serta segala macam ...bentuk... kejadian politik... adalah dalam perencanaan yang sudah terprogram... dan semua ada... cara2 dan opsi2....permainan dan manipulasinya... Semua terkonspirasi... secara komprehensif termasuk dengan berbagai media yang sudah menjadi bagian dari network kekuasaan.... Segalanya bagi mereka yang suka berpolitik secara Liberal dan Neo Liberal... seperti apa yang dianut di Indonesia.. sebagai bagian dari jaringan operasinya para Kapitalis dan Super Kaya Dunia [Internasional] yang masuk dalam grup dan jaringannya... Cara2 seperti itu adalah hanyalah gamic... dan intermezo... Soal korban... Ahhhhh.... itu kan murah... cuman... amputasi tangan atau nyawa seseorang atau mungkin beberapa orang manusia... apakah itu polisi... atau rakyat awam... bagi mereka tak peduli... Tujuan....bisa macam2...mungkin.... 1] Menglihkan Perhatian akan isue2 yang bisa jadi membuat ketar ketir petinggi... Republik...2] bisa jadi mumpung ada issue AB yg sedang diadili... Wah... ini perbuatan panik dari kelompok AB... atau sebangsanya...3] Bisa jadi ada issue lain yang sedang dan akan semakin memanas dengan perkembangan yang ada kaitannya dengan .. sas-sus... keterlibatan ... tokoh2 ...penting secara internasional maupun lokal...Nah politik itu... menghalalkan segala cara.... Demi...Demi....Demi... Kelangsungan Kekuasaan dan ketundukannya kepada Induk Semang Sesembahannya.... Kita... perlu sadarlah.. apakah RI ... ini sudah Merdeka... atau masih dijajah.... Kalau sudah Merdeka... Mengapa kita diam... bilamana menyangkut masalah AS-NATO-Israel... Kenapa Pemerintah bungkam... dan layaknya seperti ketakutan dan melihat Setan dan Hantu Disiang Bolong... Semuanya... itu... Ya Jendral2nya... ya... Pimpinan Negaranya... Ya.. Pimpinan DPRnya... dan juga Tokoh2 Nasionalnya... Kenapa... Hai... Kenapa... ??????? Soal Wikileaks... Diam seribu basa... Takut... yah... Takut...... Coba kalau kasus Rakyat Kecil.... walaupun belum tentu salah... sudah diobrak-abrik... tuh.. Dan itu Media jagoan....dan sangar2....Coba bung anda berani... Jangan... hanya...kepada rakyat kecil... anda obrak abrik... Hayooo bangkit... Bangkit... Bung... Merdeka.... Coba Kalau ada kasus FPI...atau kelompok Islam... Wah... itu TV2... media koran... elektronik... dan segala macam... sumpah serapah.."Tokoh2 Badut" itu.... bertubi... tubi...Semua jadi jagoan.. ada yang mantan Pejabat.. mantan Jendral.. semua jadi paling ahli dan paling pintar..,Menghujat Umat Islam.. ya Radikal-lah... apa lagi.. yah macam2.. cemooh dan cacian... [Tanpa mereka melihat asal muasal kasus... dan sebab2 terjadinya peristiwa...Lihat bagaimana Soal Ciketing... Soal Cikeusik... Soal.. Lamongan...???? Wah banyak sekali para pedekar Demokrasi Liberal itu... mencak2.... Tapi bilamana menghadapai AS dan antek2nya... mereka... Diam... dan.. Pimpinannya pun.. langsung.. Sudah yah... jangan diteruskan.. mari kita... bekerja dengan baik... Stop saja.. semua masalahnya... yah.. saya minta...Hmmmh...Inilah... ciri2 dan tanda2... Kemunafikan... itu.. Bung...]. Tapi bila menyangkut... KEDUBES AS... atau sebangsanya... Diam... dan Diamm..... Hammmh... Inilah watak dari antek2 Penjajah.... yang sangat ketakutan... dan sangat.... bernyali kecil.... Bung... Mana Darah merah Putihmu.... mana Garudamu... mana.....apa itu...Nasionalisme mu... Bung.... Hmmmh... Badut... Badut.... Mungkin benar apa yang disinyalir oleh FUI ini... Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath menganggapnya sebagai hal yang biasa dan tidak aneh, karena menurutnya tuduhan tersebut sebagai stigmatisasi klasik dari kalangan yang membenci Islam. "Itu sudah biasa, siapa yang membom pasti dialamatkan ke situ, " kata Khaththath.

 

FUI: bom buku hanya pengalihan isu

Hanin Mazaya. http://arrahmah.com/read/2011/03/17/11390-fui-mom-buku-hanya-pengalihan-isu.html
Kamis, 17 Maret 2011 07:23:14
Hits: 450
JAKARTA (Arrahmah.com) - Berkaitan tudingan bahwa pelaku pengirim paket bom buku adalah kelompok Islam garis keras, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath menganggapnya sebagai hal yang biasa dan tidak aneh, karena menurutnya tuduhan tersebut sebagai  stigmatisasi klasik dari kalangan yang membenci Islam.
"Itu sudah biasa, siapa yang membom pasti dialamatkan ke situ, " kata Khaththath.
Menurutnya, kelompok Islam yang dituduhkan itu jauh dari tuduhan tersebut dan tidak perlu harus mengirim bom untuk menjatuhkan Jaringan Islam Liberal (JIL), yang dianggapnya memang kini sudah tidak bertaring lagi dalam kancah pergerakannya.
"JIL gak perlu dibom sudah pasti mati kok, "ujar Al khaththath seperti yang dilaporkan hidayatullah pada Rabu (16/3/2011).
Lebih jauh lagi,  khaththath mencurigai tindakan tersebut adalah bagian dari upaya JIL untuk mencari simpati dan mendongkrak popularitasnya yang kini sudah meredup.
"JIL itukan sudah tidak popular saat ini dan Ulil juga sudah tidak di sana, saya curiga bom itu mereka sendiri yang membuat untuk mencari simpati masyarakat," paparnya.
Sementara itu,menanggapi pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Inspektur Jenderal (Purn) Ansyaad Mbai bahwa pelaku bom Utan Kayu jelas teroris,  Khatath tak kaget.
"Ya kalau orang itu dari dulu memang hanya mampu menuduh seperti itu," tukasnya.
Selain mencurigai bom buku sebagai upaya mencari popularitas JIL, ia juga memaparkan kemungkinan kedua terkait peristiwa bom tersebut yang menurutnya kemungkinan besar upaya mengalihkan isu abused power yang dihembuskan media massa Australia, The Age dan menyeret nama Presiden RI serta beberapa pejabat dan  pengusaha besar di Indonesia.
Nah,  agar publik tak membicarakan masalah itu lagi, isu yang menarik perhatian ya mungkin peledakan bom, ujarnya. (hidayatullah/arrahmah.com)

Source: http://arrahmah.com/read/2011/03/17/11390-fui-mom-buku-hanya-pengalihan-isu.html#ixzz1Gph7vnDZ

Mengapa Jaringan Islam Liberal begitu Jumawa?

Hanin Mazaya. http://arrahmah.com/read/2011/03/15/11357-mengapa-jaringan-islam-liberal-begitu-jumawa.html
Selasa, 15 Maret 2011 19:19:46
Hits: 2601
JAKARTA (Arrahmah.com.com) -  Banyak pihak yang belum memahami tentang sepak terjang JIL yang gemar mengobok-obok kedamaian umat Islam di Indonesia pada khususnya. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, kaum Yahudi dengan Freemasonry mendukung JIL yang juga sesungguhnya didanai oleh Asia Foundation yang disupport oleh CIA, badan intelejen AS.
Apa itu Islam liberal dan Mengapa disebut Islam Liberal?
“Islam liberal” sejatinya pembangkangan diri dan pemikiran melalui gerakan, yayasan, kantor berita, gerakan politik terhadap islam ala Nabi Muhammad SAW. Pemikiran Islam (klaim mereka) menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Tujuan JIL adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat dengan dukungan Yahudi Internasional yang bercokol kuat di Indonesia dan dukungan pemerintah AS melalui Asia Foundation yang disokong oleh CIA dan Imperialisme Barat dan kini menguasai Universitas Paramadina dan UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
JIL lebih mirip kepanjangan imperalisme Barat atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya dari khazanah Islam. Dari segi politis, ada benang merah dengan CIA.  JIL yang resmi hadir sekitar Maret 2001— impact penting yang timbul dari lahirnya gudang pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir ‘ndableg alias konyol’ yang oleh kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah “kekritisan berfikir”. Mereka begitu semangat ‘mengkritisi’ Al-Qur’an, menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta menuduh para ulama’ sebagai kelompok konservatif. Dilain pihak, mereka bahkan teramat sibuk bergelut dengan referensi-referensi liberal. Bacaan-bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ah milik Qasim Amin, The Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al Islam wa Ushul Al Hukmi yang sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis Inggris Thomas W. Arnold.
Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand, Arkeun, Ali Abdul Razik, Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu Zaid dan Fadzlurrahman seolah-olah “kitab suci” baru yang kini melekat di otak mereka. Di saat yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah Al-Qur’an, bahkan boleh jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil dari hadits.
Kalau kita mengamati dengan seksama tentang agenda-agenda JIL, maka kita akan menemukan korelasi antara imperialisme barat dan agenda JIL. Luthfi Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut dengan jujur empat agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda politik, Kedua, agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi wanita, dan Keempat, agenda kebebasan berekpresi.
Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Agenda emansipasi wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis.
Adian Husaini dan Nuim Hidayat menandaskan, Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak mengatakan --minimal mustahil-- mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut dari Islam itu sendiri secara murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks Al-Qur’an dan As-Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II 1963-1965) yang merevisi prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar Katolik tak ada keselamatan) menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan keselamatan dimungkinkan ada di luar Katolik. (Islam Liberal: "Sejarah, Konsepsi dan Penyimpangannya", Adian Husaini dan Nuim Hidayat).
Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL sendiri, dapatlah kiranya dinyatakan sebagai ide-ide kapitalisme. Luthfi Asy-Syaukanie dalam bukunya Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya adalah di sana ada banyak contekan sempurna terhadap ideologi kapitalisme.
Tentu ada kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara paksa agar cocok dengan kapitalisme. Ide-ide besar kapitalisme itu antara lain; (1) sekularisme, (2) demokrasi, dan (3) kebebasan. Dukungan kepada sekularisme --pengalaman partikular Barat-- nampak begitu getolnya mereka melakukan penolakan terhadap bentuk sistem pemerintahan Islam (khilafah), dan penolakan yang begitu bersemangat terhadap syariat Islam. Tetapi mereka menerima begitu saja semua gagasan demokrasi tanpa ada nalar kritis. Istilahnya, mereka cepat-cepat ‘melek’ (terbelalak) jika mengkritisi Islam, tapi buru-buru buta (pura-pura tak melihat) jika sumber-sumber itu datangnya dari Barat.
Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai derivatnya ini, masih ditambah dengan suatu metode berpikir yang kapitalistik pula, yaitu menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar pemikiran. Meminjam bahasa Al Jawi, ide-ide kapitalisme diterima lebih dulu secara taken for granted dan dianggap benar secara absolut, tanpa pemberian peluang untuk didebat (ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada kesempatan untuk diubah (ghair qabli li at-taghyir). Lalu ide-ide kapitalisme itu dijadikan cara pandang (dan hakim!) untuk menilai dan mengadili Islam.
JIL Asia Foundation dan CIA
The Asia Foundation adalah LSM raksasa yang markas besarnya di San Fransisco. LSM ini memiliki 17 kantor cabang di seluruh Asia, termasuk Washington, D.C. Tahun 2003 kemarin, The Asia Foundation mengucurkan bantuan sebesar 44 juta USD dan mendistribusikan 750 ribu buku dan materi pendidikan yang nilainya berkisar mencapai 28 juta USD di seluruh wilayah Asia.
Sebagaimana dikutip situs resmi pemerintah AS, http://usinfo.state.gov, Oktober lalu –beberapa hari menjelang Pemilu di Afghan-- lalu, The Asia Foundation, membikin program The Mobile Theater Project, sebuah bioskop keliling. Dengan alasan pendidikan demokrasi --atau lebih tepat kampanye pemaksaan demokrasi— mereka berkeliling kampung untuk memutar film dengan ditonton sekitar 430.000 pemirsa.
Di Indonesia, dalam Pemilu 2004 kemarin, seperti diakuinya di situs http://www.asiafoundation.org/, lembaga ini ikut mendanai JPPR (JPPR atau Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat) dengan mempekerjakan 141.000 relawan dan melakukan training kurang lebih 70 ribu orang. Mereka bisa memanfaatkan radio dengan asumsi 25 juta pendengar, memanfaatkan TV yang ditonton 74 juta pemirsa, juga menguasai media cetak dengan perkiraan dibaca 3 juta orang.
Di Indonesia, keberadaanya sudah ada sejak tahun 1970. Mereka berdiri di balik program-program bernama; training keagamaan, studi gender, HAM dalam Islam, civic education di lembaga-lembaga Islam, pusat pembelaan perempuan untuk Islam (Muslim Women Advocacy), dan isu-isu pluralisme, paralalel dengan program-program JIL.
Jika dilihat berbagai agenda dan kegiatannya selama ini, ada korelasi antara agenda-agenda JIL dengan LSM Raksasa bernama The Asia Foundation.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan kelompok ini amat tergantung pada kucuran dana dari The Asia Foundation. Dan karena donor yang amat besar dari LSM ini, maka JIL dalam waktu yang relatif singkat sudah bisa mendirikan Radio satelit pertama di Indonesia, Radio 68H, yang siarannya direlai puluhan pemancar radio di Indonesia, mampu membeli satu halaman penuh koran Jawa Pos, bahkan mampu menayangkan iklan-iklan di televisi dengan durasi yang panjang, semisal iklan “Islam Warna-Warni” yang akhirnya berhenti tayang karena somasi MMI, bahkkan bisa menghidupi kegiata-kegiatan mereka yang membutuhkan biaya besar. Jika ditilik dari sponsor utama (sebut The Asia Foundation) yang selama ini menjadi ‘penyangga’ utama pendanaan JIL, bisa ditarik kesimpulan bahwa The Asia Foundation adalah jaringan ‘induk’nya. Dengan bahasa lain, JIL adalah ‘karyawan’ The Asia Foundation yang bertugas di lapangan, untuk menjalankan proyek-proyek besarnya.

The Asia Foundation, yayasan ini ditengarai banyak mendanai kegiatan-kegiatan dalam rangka penyebaran paham kapitalisme dan sejenisnya. Yang paling nampak mencolok keterlibatan The Asia Foundation bagaimana dia mem-back up Tim Pengarasutaman Gender (PUG) bentukan Departemen Agama, yang kemudian berhasil menyusun draf Kompilasi Hukum Islam yang isinya kemudian menimbulkan kontroversial.
Merujuk sebuah makalah yang berjudul CIA's Hidden History in the Philippines, Roland G. Simbulan, yang disampaikan pada ceramahnya di University of The Philipinnes (18 Agustus, 2000), mengutip dari tulisan seorang sosiolog Amerika, James Petras, yang dimuat dalam Journal of Contemporary Asia, menggambarkan, bagaimana LSM yang besar bisa dikendalikan --jika tidak didukung oleh pemerintah Amerika-- atau perusahaan raksasa yang dikendalikan agen-agen rahasia atau CIA yang ingin memanfaatkannya sebagai sarana penyamaran. Yang dimaksud Petras, hal itu untuk mengelabuhi dan menghindari konflik yang diakibatkan benturan langsung terhadap struktur resmi pemerintahan. Serta menghindari class analysis adanya penjajahan dan eksploitasi kapitalis.
Roland G. Simbulan juga menjelaskan bahwa yang memainkan peran CIA yang paling menonjol di Manila adalah The Asia Foundation. Pernyataan ini dinilai cukup valid, karena didasari oleh pernyataan seorang anggota Departemen Birokrasi Amerika, William Blum. Dalam sebuah resensi buku yang berjudul Asia Foundation is the principal CIA front, dalam salah satu buku seorang jurnalis investigasi majalah Times, Raymond Bonner, yang berjudul: Waltzing with a Dictator: The Marcoses and the Making of American Policy, menyatakan bahwa “Asia Foundation adalah bentukan dan kedok CIA!”. Ini semakin diperkuat oleh interview Roland G. Simbulan dengan seorang mantan mata-mata CIA yang beroperasi di Philipina pada tahun 1996, dimana ia aktif menggunakan yayasan ini (The Asia Foundation) sebagai agen. Bahkan secara terang-terangan pula diungkapkan dalam laporan tahunan The Asia Foundation, tahun1985, yang menyebutkan di dalamnya pernyataan Victor Marchetti, salah satu dari pimpinan deputy CIA, bahwa “Asia Foundation didirikan oleh CIA dan sampai 1967 mendapat subsidi darinya.” (Asia Foundation Annual Report, 1985). Jelas, bahwa LSM The Asia Foundation memang bentukan CIA, didirikan sebagai alat, dan sarana untuk memperluas dan mempermudah proses imperialisme Amerika Serikat terhadap Negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik dengan cara non konfrontatif.
Dari sini pulahlah, boleh jadi, JIL --setelah dilihat dari substansi ide yang diusung, serta pertnershipnya-- bahwa sesungguhnya aktifitasnya tidak ada hubungannya dengan Islam, tidak pula ada sangkut-pautnya dengan perbedaan metode penafsiran nash, pembaharuan, pencerahan, atau sifat kritis. Aktifitas JIL, sekali lagi --boleh jadi-- tak lain, merupakan kemungkinan aktivitas intelejen asing yang hendak menancapkan kuku-kuku imperialismenya di bumi umat Islam, umumnya dan Indonesia, pada khususnya. Benarkah demikian? Wallahu a’lam.
Waspada pada Pemikiran Tokoh Sesat di bawah ini agar tidak tertipu manis kata dan bualan mereka agar tidak tersesat dunia dan akhirat:

Daftar 50 TOKOH JIL INDONESIA
A. Para Pelopor
1. Abdul Mukti Ali
2. Abdurrahman Wahid (Mantan Presiden)
3. Ahmad Wahib
4. Djohan Effendi
5. Harun Nasution
6. M. Dawam Raharjo (Tokoh liberal)
7. Munawir Sjadzali (mantan Menteri Agama)
8. Nurcholish Madjid (Cak Nun)
B. Para Senior
9. Abdul Munir Mulkhan
10. Ahmad Syafi’i Ma’arif
11. Alwi Abdurrahman Shihab
12. Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta)
13. Goenawan Mohammad (Tempo)
14. Jalaluddin Rahmat (Tokoh Syiah dan Lintas Agama)
15. Kautsar Azhari Noer
16. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta, saat ini, 2011)
17. M. Amin Abdullah
18. M. Syafi’i Anwar
19. Masdar F. Mas’udi
20. Moeslim Abdurrahman
21. Nasaruddin Umar
22. Said Aqiel Siradj (Mantan Menteri Agama)
23. Zainun Kamal

C. Para Penerus “Perjuangan”

24. Abd A’la
25. Abdul Moqsith Ghazali
26. Ahmad Fuad Fanani
27. Ahmad Gaus AF
28. Ahmad Sahal
29. Bahtiar Effendy
30. Budhy Munawar-Rahman
31. Denny JA
32. Fathimah Usman
33. Hamid Basyaib
34. Husein Muhammad
35. Ihsan Ali Fauzi
36. M. Jadul Maula
37. M. Luthfie Assyaukanie
38. Muhammad Ali
39. Mun’im A. Sirry
40. Nong Darol Mahmada
41. Rizal Malarangeng
42. Saiful Mujani
43. Siti Musdah Mulia
44. Sukidi
45. Sumanto al-Qurthuby
46. Syamsu Rizal Panggabean
47. Taufik Adnan Amal
48. Ulil Abshar-Abdalla
49. Zuhairi Misrawi
50. Zuly Qodir

(voa-islam/arahmah.com)

Source: http://arrahmah.com/read/2011/03/15/11357-mengapa-jaringan-islam-liberal-begitu-jumawa.html#ixzz1GpfN8Slg

Paket bom dikirim untuk tokoh JIL ternama, Ulil Abshar Abdalla

Hanin Mazaya. http://arrahmah.com/read/2011/03/15/11355-paket-bom-dikirim-untuk-tokoh-jil-ternama-ulil-abshar-abdalla.html
Selasa, 15 Maret 2011 17:51:09
Hits: 2776
JAKARTA (Arrahmah.com) - Bingkisan paket bom yang dialamatkan untuk tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Absha Abdalla, meledak sebelum tiba di tempat tujuan.
Bom tersebut meledak ketika dilokalisir oleh tim Gegana Polda Metro Jaya di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (15/3/2011).  Saat itu Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur, Kompol Dodi Rahmawan datang ke lokasi dan mencoba mengotak-atik bingkisan tersebut.
Akibat ledakan, tangan kiri Kompol Dodi Rahmawan terluka parah dan terputus.
Sebelumnya ada kecurigaan bahwa paket tersebut berupa bom.
"Betul ada laporan kecurigaan benda menyerupai bom," kata Kapolsek Matraman Kompol Uyun Rafie seperti yang dilansir detik.com.
Uyun mengatakan, awalnya, paket untuk atas nama Ulil itu diterima pada pukul 10.00 WIB. Saat petugas memeriksa dengan metal detector, tiba-tiba alat tersebut berbunyi yang menunjukkan ada logam di dalam paket tersebut.
"Itu awalnya ada kiriman buku untuk Ulil di Utan Kayu KBR 68 H ketika diperiksa dengan metal detector, itu berbunyi. Diduga ada logam di dalamnya," kata Uyun.
Sulaiman Azhar pengirim paket untuk Ulil
Selain paket bom yang dibungkus dalam sebuah buku, terdapat secarik surat yang ditulis oleh Drs. Sulaiman Azhar untuk Ulil Abshar Abdalla, dilaporkan bahwa sang penulis berasal dari Ciomas Bogor.
Hingga saat ini belum jelas siapa Drs. Sulaiman Azhar, apakah benar dia yang mengirimkan paket untuk Ulil.
Berikut surat untuk Ulil yang ditulis Drs. Sulaiman Azhar seperti yang dilansir detik.com :
Kepada : Yth, Ulil Abshar Abdalla
         di
         Tempat
Hal: Permohonan memberikan kata pengantar buku dan interview yang ditulis dengan huruf cetak tebal dan diberi garis bawah.
Lampiran: 1 (1) Bundel Buku
Dengan hormat,
Bersamaan dengan ini saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama: Drs. Sulaiman Azhar,Lc
Alamat: Jl. Bahagia Gang Panser nomor 29
        Ciomas, Bogor, tlp 0813 3222 0579
Pekerjaan: Penulis
Sedang dalam proses penyelesaian penulisan buku yang urgensinya sangat erat dengan peran aktif Bapak,
dalam lembaga yang Bapak pimpin. Penulis bermaksud mengajukan permohonan sudi kiranya memberikan kata
pengantar dalam buku saya.
Judul Buku: Mereka harus dibunuh karena dosa-dosa mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Tema: Deretan nama dan dosa-dosa tokoh Indonesia yang pantas di bunuh.
Jumlah: 412 halaman.
Saya siap untuk melakukan interview dengan Bapak mengenai karya kecil ini.
Atas kerjasama dan kesediaan memberikan perhatian, serta waktu, saya ucapkan terima kasih

Hormat saya Drs. Sulaiman Azhar
dan diberi tanda tangan
Penulis.

(haninmazaya/dbs/arrahmah.com)

Teror bom buku terkait dengan peristiwa aktual akhir-akhir ini?

Althaf
Rabu, 16 Maret 2011 06:57:55. http://arrahmah.com/read/2011/03/15/11364-teror-bom-buku-terkait-dengan-peristiwa-aktual-akhir-akhir-ini.html
Hits: 1030
JAKARTA (Arrahmah.com) - Tiga paket bom yang disisipkan dalam buku meneror dalam waktu yang hampir bersamaan kepada target berbeda. Momentum teror ini dinilai tidak berada dalam ruang hampa, namun terkait erat dengan peristiwa aktual akhir-akhir ini.
"Momentum teror ini sebetulnya tidak mendadak. Saya pikir ini berhubungan erat dengan peristiwa belakangan ini," tutur pengamat intelejen Wawan Purwanto saat dihubungi detikcom, Selasa (15/3/2011) malam.
Menurut Wawan tindakan peneroran selalu memiliki motivasi tertentu. Ramainya desakan pembubaran Ahmadiyah dan panasnya sidang Abu Bakar Baasyir akhir-akhir ini, lanjut dia, bisa menjadi salah satu pemicunya.
"Bisa karena pembubaran Ahmadiyah atau sebab-sebab lain. Semua kemungkinan cukup terbuka," paparnya.
Wawan juga tidak sepakat dengan anggapan teror bom buku ini sebagai pengalihan atas isu besar tertentu. "Tidak sesederhana itulah untuk mengatakan ini pengalihan isu. Kesannya terlalu naif," pungkasnya.
Seperti diberitakan, pada Selasa (15/3) sore kemarin, publik digemparkan dengan meledakknya bom buku di kantor Jaringan Islam Liberal (JIL). Akibat peristiwa ini Kasat  Reskrim Kompol Dodi Rahmawan yang berusaha menjinakkan bom dengan arahan rekannya lewat ponsel, tangan kirinya putus.
Tak hanya itu saja, pada malam harinya tim Gegana Mabes Polri berhasil mengamankan dengan meledakkan bom buku serupa di kantor Badan Narkotika Nasional (BNN). Pada waktu yang hampir bersamaan, tim Gegana juga berhasil mengamankan bom yang bentuknya mirip di rumah kediaman Ketua Pemuda Pancasila Yapto S Soeryosumarno. (dtk/arrahmah.com)
Baca Juga:

Source: http://arrahmah.com/read/2011/03/15/11364-teror-bom-buku-terkait-dengan-peristiwa-aktual-akhir-akhir-ini.html#ixzz1GpglS6GL

3 komentar:

  1. Bagian[1]
    Bagi Dunia Politik Liberal memang segala macam permainan Politik adalah sah.... dan bagian dari seni berpolitik dalam menggalang Kekuasaan... Dan Bagi Kapitalis yang menjadi urat nadi dan nyawanya serta pangkal asalnya...penjajahan.. Adalah Keamanan Dalam Investasi..para Super kaya Dunia... atau cara2 menggandakan kekayaan dan Keuangannya... Semuanya menjadi sistem perhitungan Cost dan Benefit saja.. Jadi harkat dan martabat Kemanusiaan, hukum atau apapun namanya.. itu kan simbol2 saja.. Hukum yang pasti bagi mereka adalah...Kekayaan, Uang..bertumpuknya Pundi2 dan Emas2 mereka..dan jaringan2nya dengan berbagai institusi dan medianya...Semua tidak ada arti...dan tidak ada yang menjadi kemutlakan... semua jadi relatif... Bisa jadi harga Investasi di Afghanistan.. dengan segala Risiko.. perang dan senjata..nya.. serta waktu yang dibutuhkan.. menjadi sangat diperhitungkan...Tetapi ada harta karun apa.. disan..??? Mereka sudah ada perhitungannya..dan tujuan akhir dari penguasan itu... Sedangkan di Kawasan TimTeng mungkin menjadi lain lagi cara berhitungnya.. Sebab... Raja2 dan Pangeran2 disana.. bisa jadi lebih mudah diapproachnya.dan dijadikan antek2nya.. Bukan untuk rakyat... Tetapi... demi Tuan2 Penjajah terhormat.. itu... Juga Korea.. Jepang.. Malaysia.. dan Indonesia... Model dan scope serta metode-nya bisa jadi berbeda.. tergantung .. bagaimana war-game yg dimainkan... Nah.. apakah Indonesia.. dan rakyat Indonesia.. sesungguhnya...benar2 sudah berjiwa merdeka..atau memang tetap bermental anak jajahan... Jepang.. misalnya.. walaupun sudah dirampas segala hak2 kebangsaannya oleh AS dan Sekutunya..sejak 1945 hingga.. sampai sekarang ini dan fakta menunjukkan tetap menjadi Negara Pendudukan AS & Sekutunya.. dan segala macam aktifitas negaranya sangat ketat diawasi dan di kendalikan.

    BalasHapus
  2. Bagian [2]
    Tetapi Jiwa bangsa Jepang... adalah Jiwa Merdeka... Mereka.. sangat teguh dengan kepribadian bangsanya.. Setia kepada adat dan UU Negaranya sebagai Kerajaan...[Walaupu Rajanya sudah sangat dipreteli kekuasaannya... dengan berbagai ketetapan2 yng nota bene didikte AS...].. Tetapi Jepang tetap menghormatinya.. sebagai simbol Persatuan Bangsa Jepang..., Tetap berperilaku Jujur, terpercaya, kerja keras.. dan selalu cinta produk bangsa Jepang..seoptimal dan semaksimal mereka bisa... Jepang memang menunjukkan ketanguhannya.. sebagai Bangsa..dan Jepang tidak banyak mengeluh..dan terus berjuang dalan kondisi apapun... Mereka menjadi bangsa yang mandiri..dan berdaulat bagi diri bangsanya.. dan menjaga kehormatan bangsanya.. Walaupun kenyataannya mereka hingga kini masih sedang dinjak-injak oleh keuasaan AS & Sekutunya..sungguh ..hingga kini... Kita lihat.. dengan kasat mata bahwa Jepang memang beda dengan China ataupun Korea... Kedua bangsa terakhir ini juga hebat.. tetapi... mereka banyak berguru kepada Jepang dalam cara mempertahankan Kepribadian Bangsa Mereka..dan jiwa kemandirian mereka... Adakah kita bangsa Indonesia... mau belajar dengan Jepang, China dan Korea...????

    BalasHapus
  3. Bagian [3]
    Watak dan thobeat bangsa kita... harus kita kenali lebih dahulu... dan membangun jiwa.. Kemandirian... dan kehormatan serta jiwa merdeka... Dan kita masih harus membangun jiwa kepemimpinan kita..untuk senang berkorban untuk Rakyatnya..Bukan malahan menjadi tokoh2 korup dan memperkaya diri...dengan sangat berlebihan..[dan anehnya ini selalu saja ada penyokongnya..Heran kan???] Secara de jure.. kita Merdeka.. Tetapi fakta... dan .. jiwa kita... sepertinya kita masih seperti Budak2 dan antek2 Penjajah... Dan karena itu kita... akan lebih suka menghancurkan... anak2 bangsa sendiri... dan memuja bangsa... Penjajah... dengan segala alasan... yang tentunya... sangat logis bagi jiwa2 budak dan antek2 para kapitalis dan penjajah itu... Itulah.. kita sering mendapatkan pujian..."tertentu"..dari para Penjajah itu.. dan sepertinya kita Bangga Sekali... Mhhmm. yang sesungguhnya.. itu adalah penghinaan dan menunjukan rendahnya derajat dan lemahnya Kepribadian kita..Bangkitlah Jiwa Bangsaku Bangkitlah Badan dan Pikiran bangsaku.. bangkitlah.. Kekuatan Bangsaku... Ya Rabb... Tolonglah karunia HidayahMu bagi kami ini dan untuk Bangsaku dan semua keturunan dan anak cucu bangsa kami agar kami menjadi bangsa yang terhormat, mandiri dan berakhlak mulia... serta berjiwa Merdeka..dan ikhlas beramal manfaat...serta memberikan segala amal-karya, karsa, cipta dan daya yang sebesar-besar manfaat untuk kemanusiaan, keadilan dan kesejahteraan umat manusia... Amin..

    BalasHapus