Senin, 20 Desember 2010


Gunakan Es Krim, Iran Rampas Irak Dari AS

Selasa, 21 Desember 2010 00:20
Lintas Berita
E-mailCetakPDF

BAGHDAD (Berita SuaraMedia) – Di jantung Zona Hijau di Kota Baghdad, hanya berjarak sepelempar batu dari benteng kedutaan AS yang terbesar di dunia, muncul sebuah tantangan yang kecil namun simbolis terhadap pengaruh Amerika Serikat di Irak. Bentuknya? Waralaba es krim.
Ice Pack, sebuah waralaba baru yang agresif dan memproklamirkan tujuannya untuk melawan hegemoni makanan cepat saji asal AS di seluruh dunia, akan membuka gerai cabangnya di Zona Hijau pada bulan Januari depan, kata Ali Hazem Haideri, manajer toko di Irak.
Pembangunan gerai di Irak tersebut masih dalam tahap konstruksi. Jika sudah rampung nanti, gerai tersebut akan menawarkan pilihan 34 rasa es krim kepada para pelanggan, disertai dengan keluar masuknya iring-iringan bersenjata berat dari para personel militer AS melalui dinding pelindung yang melindungi kedutaan di dekat situ.
Di sebelahnya, dibangun Restoran Kebebasan yang diberi nama sesuai dengan penjajahan AS serta menarget para prajurit dan kontraktor AS sebagai pelanggan. Belakangan ini, pelanggan Amerika jarang, restoran tersebut umumnya melayani para pekerja pemerintahan Irak yang datang untuk memesan ayam dan kebab yang disajikan di atas taplak plastik di bawah penerangan lampu neon yang sinarnya berkedip-kedip.
Hal itu menjadi pengingat mengenai pergeseran kekuasaan di Irak saat militer AS mereduksi kehadirannya di negara tersebut dan bersiap pulang. Bahkan di Zona Hijau yang dulu menjadi markas AS di Irak, pengaruh AS berkurang.
Amerika Serikat menyerahkan kendali kepada pasukan keamanan Irak pada Juni lalu, beserta tanggung jawab memberikan lencana untuk masuk ke lokasi bertembok tersebut, menghilangkan kemampuan untuk mengendalikan siapa yang datang dan siapa yang pergi.
Dalam proses panjang  pembentukan pemerintahan Irak yang sempat mogok, bukan Amerika Serikat, tapi Iran yang menjadi perantara kesepakatan yang akhirnya membuat Perdana Menteri Nouri al-Maliki meneruskan jabatannya dengan cara menekan ulama anti-AS Muqtada al-Sadr agar menerima kepemimpinan Maliki untuk kedua kalinya.
Karena bertetangga, Iran memiliki pengaruh di Irak yang tak pernah bisa didapat AS. Ratusan ribu warga Iran berziarah di situs suci Syiah di Irak tiap tahunnya, barang-barang buatan Iran bebas melintasi perbatasan kedua negara, para politikus Irak juga sadar benar bahwa mereka harus terus berurusan dengan Iran, negara yang diperangi Irak selama delapan tahun pada 1980-an, setelah pasukan AS angkat kaki.
Sementara itu, saat Ice Pack berekspansi melintasi perbatasan Irak, nama-nama seperti McDonald’s, Starbucks, Burger King, atau merek AS lain tidak punya rencana membuka cabang di Baghdad meski membuka gerai di banyak negara lain di Timur Tengah.
Haideri, 22, dan mitra bisnisnya, Hadi Laith, 23, pemilik lisensi Ice Pack untuk Irak, mengaku bahwa mereka lebih suka memiliki mitra kerja Amerika.
"Kami ingin membuka McDonald’s di sini, tapi kami takut akan ada seseorang yang meledakkannya (jika membuka gerai McDonald’s)," kata Haideri yang dikelilingi banyak wadah kertas penuh berisi es krim rasa cokelat, buah, serta krim – rasa andalan Ice Pack – di kawasan sibuk Karradah.
"Ada banyak penduduk Irak yang ingin mencoba produk baru, dan McDonald’s saat tergiur datang kemari, karena mereka tahu mereka pasti mendapat untung jika datang ke sini. Tapi, warga Irak terlalu takut," tambahnya.
Sebaliknya, berurusan dengan Iran amat mudah, kata Laith yang membeli perizinan Ice Pack senilai $800.000 pada tahun 2008 setelah berminggu-minggu bernegosiasi dengan para perwakilan McDonald’s di Yordania. "Transportasinya mudah, bea cukainya mudah. McDonald’s banyak menuntut, dan mereka memasang tarif $4 juta."
Dalam beberapa hal, masuknya Ice Pack ke Zona Hijau lebih merupakan olok-olok dibanding sebuah tantangan. Es krim buatan Iran tentu lebih tidak mengancam bagi AS dibanding roket buatan Iran yang sering ditembakkan milisi yang dilatih dan didanai Iran dan terkadang mendarat di lingkungan kedutaan.
Haideri mengaku tidak secara sengaja mendirikan gerai itu di dekat kedutaan. Ia justru berharap dapat menggaet keluarga-keluarga Irak yang tinggal di Zona Hijau dan tidak mengharapkan kedatangan para diplomat AS.
"Saya rasa mereka diikat aturan yang ketat dan dilarang meninggalkan kedutaan mereka," katanya. Tapi, ia mengaku akan tetap menyambut mereka. "Jika mereka datang, mereka akan disambut."
Ice Pack menyebut McDonald’s, Starbucks, dan Burger King sebagai pesaing dan inspirasinya. Di situsnya, Ice Pack menuliskan dalam bahasa Inggris, "Mengingat negara-negara seperti Amerika Serikat mampu mengekspor ke negara-negara lain melalui sistem rantai dan merek. Tapi, Iran belum pernah menggunakan metode ini. Ice Pack dengan bangga mampu membuat Iran bersaing dengan merek-merek terkenal dunia." (dn/wp) www.suaramedia.com

2 komentar:

  1. Maka Irak telah sah mejadi anak jajahan AS dan Sekutunya di Timur Tengah seperti Saudi Arabia dan Sdr2nya yang lainnya. Padahal mereka sangat sadar, bahwa AS adalah goyimnya Israel Zionis. Hmmh kini kita maklum apa yang terjadi di Irak.
    Saya masih gak mengerti mengapa Arab, Mesir, Iran dll terkesan diam saja.. Apa memang demikian Dunia Timur Tengah sesungguhnya. Hanya para mujahidin yang sadar akan harga diri dan hak2 mereka, makanya Iraq tidak benar2 aman seperti warta berita.... harian... Allah Maha Tahu apa yang sedang berjalan disana... Semoga Allah memberi kekuatan kepada para mujahidin untuk merebut dan menguasai kembali hak2 kemerdekaan dan kedaulatan mereka dinegerinya sendiri. Amin.

    BalasHapus
  2. Quote: "rizal Says:
    December 22nd, 2010 at 3:56 pm

    Mahkamah Agung hari ini 22 des 2010 Mengabulkan Kasasi Romli Atmasasmita, berita di kontan.co.id jam 13:57. Dalam putusan kasasi yg diputus secara bulat tanpa dissenting opinion dar Majelis Kasasi yg terdiri dari Achmad Taufik, Suwardi, dan Zaharudin Utama, dalam pertimbangannya mengatakan Romli diputus ‘Lepas” dalam arti tidak dapat dihukum. lantaran Romli tidak mendapat keuntungan terkait kasus sisminbakum, Pelayanan Publik lewat Sisminbakum tetap berjalan serta negara “tidak dirugikan”, “tidak ada sifat melawan hukum”. Mudah-mudahan putusan ini berimplikasi positif terhadap Prof.YIM. Amiin Ya Robbal ‘Alamin."

    BalasHapus