Ahli AS Temukan Enzim "Hentikan" Proses Penuaan?
Tahukah Anda bahwa kebiasaan buruk bisa menyebabkan penuaan dini di wajah?1. Mengerutkan kening
Terlalu sering mengerutkan kening bisa membuat kerut permanen tanpa disadari. Perhatikan apakah Anda selalu mengerutkan dahi ketika membaca.
2. Menggosok mata
Menggosok mata dapat merusak jaringan di kelopak mata sehingga kulit mata jadi lebih cepat tua.
3. Mengerutkan bibir
Kebiasaan ini sering dilakukan ketika berpikir atau membaca, juga saat merokok. Ini menyebabkan garis-garis penuaan permanen di sekitar mulut.
4. Tidak mengenakan kacamata hitam
Ini sebuah keharusan di tengah terik matahari karena mata kita akan selalu menyipit menghadapi terang sinar mentari. Kebiasaan menyipit dapat memperdalam garis-garis penuaan di sekitar mata. Dokter mata menyarankan kacamata hitam untuk mencegah pembentukan katarak.
5. Bertopang dagu
Tanpa disadari kita sering bertopang dagu saat membaca atau menonton televisi. Kebiasaan ini jika dilakukan berjam-jam dapat memengaruhi gigi dan garis rahang. Kebiasaan ini, terutama, tidak disarankan untuk anak-anak.
6. Membuang ingus terlalu keras
Saat pilek dan banyak ingus, jangan menggosok hidung dan membuang ingus terlalu kuat. Itu dapat membuat kulit kehilangan serat lembut epidermis dan menyebabkan kerut prematur. Kulit di seputar hidung juga teriritasi.
Sementara itu, upaya manusia memahami dan mengendalikan proses penuaan semakin mendekati titik terang. Para ahli di Amerika Serikat telah berhasil mengidentifikasi sejenis enzim yang dapat mengubah kondisi lanjut usia menjadi muda kembali.
Keberhasilan 'membalikkan' proses penuaan ini adalah yang pertamakalinya di dunia, walaupun penelitiannya baru sebatas pada hewan tikus di laboratorium.
Ilmuwan dari Dana-Farber Cancer Institute and Harvard Medical School seperti dilaporkan ABC News, Senin (29/11/2010) lalu, mengklaim telah berhasil mengembalikan tikus-tikus tua menjadi muda.
Tikus-tikus ini pada awalnya direkayasa secara genetika untuk menua lebih cepat dibandingkan tikus normal. Dengan menggunakan sejenis terapi gen untuk memperpanjang telomer (sekuen dari DNA yang berada di kedua ujung kromosom) tikus-tikus tua ini menjadi muda kembali. Peremajaan itu ditandai dengan beberapa indikator seperti peningkatan volume dan fungsi otak serta tingkat kesuburan.
"Kami awalnya berharap yang terbaik adalah memperlambat proses atau mungkin menghentikan proses (penuaan). Kami tidak menyangka hal ini menjadi begitu dramatis karena membalikkan semua masalah yang dialami oleh tikus," ungkap salah seorang peneliti Dr. Ronald DiPinho.
Dalam riset itu, tim peneliti melakukan terapi dengan memberikan sejenis enzim yang disebut telomerase kepada sel-sel tikus. Terapi ini bertujuan mencegah telomer menjadi pendek. Dari penelitian terbukti bahwa dengan memberikan enzim tersebut tidak hanya menghentikan proses penuaan, tetapi juga dapat memperbaiki organ-organ dan bahkan membuat bulu-bulu tikus yang sudah abu-abu kembali menjadi hitam.
Menurut De Pinho, tikus-tikus tua ini memiliki usia yang sama dengan manusia berumur sekitar 80-90 tahun. Setelah menjalani terapi enzim telomerase, tikus-tikus kembali muda seperti halnya manusia di usia pertengahan.
Peneliti menyebutkan, sebuah sel tikus terdiri dari 20 pasang kromosom. Sedangkan sel manusia terdiri dari 23 pasangan kromosom yang masing-masing pada ujung kromosom tersebut memiliki telomer. Telomer berfungsi menjaga stabilitas bagian terujung kromosom agar DNA di daerah tersebut tidak terurai. Oleh sebab telomer ini penting, sel yang telomer kromosomnya mengalami kerusakan umumnya segera mati.
Enzim yang disebut dengan telomerase berfungsi melindungi telomer dan mengurangi kerusakan DNA yang diyakini memberi kontribusi pada proses penuaan . Namun seiring dengan bertambahnya umur, produksi telomerase pada sel-sel semakin menurun, telomer juga memendek sehingga gagal melindungi DNA dari kerusakan.
Para ahli meyakini, proses penuaan sendiri adalah hal yang sangat kompleks. Telomer bukanlah satu-satunya elemen yang menentukan dan memengaruhi proses penuaan. (fn/k2m) www.suaramedia.com
Terlalu sering mengerutkan kening bisa membuat kerut permanen tanpa disadari. Perhatikan apakah Anda selalu mengerutkan dahi ketika membaca.
2. Menggosok mata
Menggosok mata dapat merusak jaringan di kelopak mata sehingga kulit mata jadi lebih cepat tua.
3. Mengerutkan bibir
Kebiasaan ini sering dilakukan ketika berpikir atau membaca, juga saat merokok. Ini menyebabkan garis-garis penuaan permanen di sekitar mulut.
4. Tidak mengenakan kacamata hitam
Ini sebuah keharusan di tengah terik matahari karena mata kita akan selalu menyipit menghadapi terang sinar mentari. Kebiasaan menyipit dapat memperdalam garis-garis penuaan di sekitar mata. Dokter mata menyarankan kacamata hitam untuk mencegah pembentukan katarak.
5. Bertopang dagu
Tanpa disadari kita sering bertopang dagu saat membaca atau menonton televisi. Kebiasaan ini jika dilakukan berjam-jam dapat memengaruhi gigi dan garis rahang. Kebiasaan ini, terutama, tidak disarankan untuk anak-anak.
6. Membuang ingus terlalu keras
Saat pilek dan banyak ingus, jangan menggosok hidung dan membuang ingus terlalu kuat. Itu dapat membuat kulit kehilangan serat lembut epidermis dan menyebabkan kerut prematur. Kulit di seputar hidung juga teriritasi.
Sementara itu, upaya manusia memahami dan mengendalikan proses penuaan semakin mendekati titik terang. Para ahli di Amerika Serikat telah berhasil mengidentifikasi sejenis enzim yang dapat mengubah kondisi lanjut usia menjadi muda kembali.
Keberhasilan 'membalikkan' proses penuaan ini adalah yang pertamakalinya di dunia, walaupun penelitiannya baru sebatas pada hewan tikus di laboratorium.
Ilmuwan dari Dana-Farber Cancer Institute and Harvard Medical School seperti dilaporkan ABC News, Senin (29/11/2010) lalu, mengklaim telah berhasil mengembalikan tikus-tikus tua menjadi muda.
Tikus-tikus ini pada awalnya direkayasa secara genetika untuk menua lebih cepat dibandingkan tikus normal. Dengan menggunakan sejenis terapi gen untuk memperpanjang telomer (sekuen dari DNA yang berada di kedua ujung kromosom) tikus-tikus tua ini menjadi muda kembali. Peremajaan itu ditandai dengan beberapa indikator seperti peningkatan volume dan fungsi otak serta tingkat kesuburan.
"Kami awalnya berharap yang terbaik adalah memperlambat proses atau mungkin menghentikan proses (penuaan). Kami tidak menyangka hal ini menjadi begitu dramatis karena membalikkan semua masalah yang dialami oleh tikus," ungkap salah seorang peneliti Dr. Ronald DiPinho.
Dalam riset itu, tim peneliti melakukan terapi dengan memberikan sejenis enzim yang disebut telomerase kepada sel-sel tikus. Terapi ini bertujuan mencegah telomer menjadi pendek. Dari penelitian terbukti bahwa dengan memberikan enzim tersebut tidak hanya menghentikan proses penuaan, tetapi juga dapat memperbaiki organ-organ dan bahkan membuat bulu-bulu tikus yang sudah abu-abu kembali menjadi hitam.
Menurut De Pinho, tikus-tikus tua ini memiliki usia yang sama dengan manusia berumur sekitar 80-90 tahun. Setelah menjalani terapi enzim telomerase, tikus-tikus kembali muda seperti halnya manusia di usia pertengahan.
Peneliti menyebutkan, sebuah sel tikus terdiri dari 20 pasang kromosom. Sedangkan sel manusia terdiri dari 23 pasangan kromosom yang masing-masing pada ujung kromosom tersebut memiliki telomer. Telomer berfungsi menjaga stabilitas bagian terujung kromosom agar DNA di daerah tersebut tidak terurai. Oleh sebab telomer ini penting, sel yang telomer kromosomnya mengalami kerusakan umumnya segera mati.
Enzim yang disebut dengan telomerase berfungsi melindungi telomer dan mengurangi kerusakan DNA yang diyakini memberi kontribusi pada proses penuaan . Namun seiring dengan bertambahnya umur, produksi telomerase pada sel-sel semakin menurun, telomer juga memendek sehingga gagal melindungi DNA dari kerusakan.
Para ahli meyakini, proses penuaan sendiri adalah hal yang sangat kompleks. Telomer bukanlah satu-satunya elemen yang menentukan dan memengaruhi proses penuaan. (fn/k2m) www.suaramedia.com
http://www.suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/34006-ahli-as-temukan-enzim-qhentikanq-proses-penuaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar