Pangeran Salman Sekutu Dekat Amerika Serikat
Posted on Juni 28, 2012 by syiahali. http://syiahali.wordpress.com/2012/06/28/pangeran-salman-sekutu-dekat-amerika-serikat/
Pangeran Salman Menjadi Putra Mahkota Kerajaan Saudi
Pangeran Salman Sekutu Dekat Amerika Serikat
Raja Arab Saudi Abdullah menunjuk Menteri Pertahanan Pangeran Salman (76) sebagai putra mahkota. Pangeran Salman menggantikan kedudukan Pangeran Nayef bin Abdulaziz Al Saud yang meninggal pekan silam.
Raja Abdullah, Nayef, dan Salman merupakan tiga dari 40 anak pendiri kerajaan Saudi Abdul Aziz bin Saud. Raja Abdul Aziz mendirikan kerajaan tersebut pada tahun 1935.
Pada 2011, Raja Abdullah sebenarnya menunjuk Pangeran Sultan sebagai putra mahkota. Namun, Pangeran Sultan meninggal di Amerika Serikat.
Putra Mahkota pun dijabat Pangeran Nayef yang juga menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Tak beberapa lama kemudian, Pangeran Nayef meninggal di Jenewa, Swiss. Jabatan itu pun akhirnya berpindah ke Pangeran Salman.
Kerajaan Arab Saudi berturut-turut kehilangan putera mahkota, yang digadang-gadang akan mengantikan Raja Abdullah, yang sudah berumur 89 tahun. Abdullah sudah sering keluar masuk rumah sakit Amerika Serikat.
Tetapi, yang meninggal duluan adalah Putera Mahkota Pangeran Sultan. Tak lama posisi Sultan digantikan Pangeran Nayef, yang sebelumnya menjadi Menteri Dalam Negeri Kerajaan Saudi. Tetapi, Nayef belum lama dilantik menjadi Putera Mahkota, meninggal pula.
Sekarang ini, Raja Abdullah menunjuk Pangeran Salman, yang menjadi Menteri Pertahanan, sebagai putera mahkota. Pengumuman penunjukkan Salman sebagai putera mahkota itu, diumumkan oleh pejabat Kerajaan Arab Saudi, Senin.
Pangeran Salman, 76, ditunjuk menteri pertahanan setelah meninggalnya Pangeran Sultan, kemudian putera mahkota yang lama mengendalikan bidang pertahanan dan penerbangan menteri, digantikan Nayef, dan kemudian Nayef meninggal digantikan oleh Pangeran Salman yang menjadi Gubernur Riyadh sejak tahun 1962.
Raja Saudi Abdullah menunjuk saudara tiri Pangeran Salman sebagai putra mahkota dan sebagai wakil perdana menteri, sementara tetap mempertahankan Pangeran Salman sebagai menteri pertahanan.
Pangeran Ahmad bin Abdul Aziz diangkat sebagai menteri dalam negeri, posisi yang dipegang oleh Putera Mahkota Pangeran Nayef,lebih dari 30 tahun, ungkap televisi pemerintah Al-Ekhbariyah.
Pangeran Salman secara luas diyakini sebagai pewaris baru, karena dinilai memiliki sikap yang lebih pragmatis dan pemahaman tentang situasi politik di Kerajaan Saudi. Pangeran Salman dipandang lebih moderat daripada kakaknya Pangeran Nayef.
Menurut kabel diplomatik yang dirilis oleh WikiLeaks, 2007, Pangeran Salman menyarankan pendekatan hati-hati untuk reformasi sosial dan budaya. “Dia memiliki langkah-langkah strategis yang baik untuk mengubah perilaku konservatif (masih kuat memegang nilai-nilai Islaml) kepada modernisme”, kata Robert Jordan, Dubes Amerika Serikat di Riyadh 2001-2003.
“Dia tidak begitu saja menerima segala sesuatu yang berasal dari Amerika Serikat, tetapi pada saat yang sama dia memahami pentingnya hubungan Kerajaan Saudi dengan Amerika Serikat”, tambah Jordan.
Theodore Karasik, Direktur Institute Timur Dekat dan Analisis Militer di Teluk, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Dubai seperti dikutip oleh Bloomberg mengatakan bahwa Pangeran Salman memiliki hubungan yang sangat baik dengan Amerika Serikat dan kalangan militer Amerika Serikat. Sejak menjadi menteri pertahanan, ia sudah bertemu dengan sejumlah pejabat politik dan militer AS. Pangeran Salman sangat membantu menjaga hubungan Amerika Serikat-Saudi militer”, ungkap Karasik.
Pangeran Salman adalah anak dari isteri pendiri Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz al-Saud, yang Hassa binti Ahmed al-Sudairi, yang memiliki anak tujuh. Saudara-saudaranya yang lain termasuk Raja Abdullah, dan putra mahkota kedua Pangeran Sultan, dan Pangeran Nayef. Salman adalah saudara tiri Raja Abdullah.
Di bawah Pangeran Salman, nampaknya Arab Saudi akan semakin melanggengkan hubungannya dengan Amerika Serikat, yang selama ini telah menjadi penjaga utama dari kekuasaan para pangeran di Kerajaan Saudi.
Arab Saudi selalu menjadi sekutu Amerika Serikat, kecuali Raja Faisal, yang menentang Amerika Serikat dan sekutunya, yang membela Israel. Bahkan, Raja Faisal melakukan embargo minyak terhadap Amerika Serikat. Tetapi, kemudian Faisal dibunuh keponakannya sendiri, yang menjadi alat CIA, yang baru saja pulang dari Amerika, di tahun l974.
Arab Saudi membelanjakan kekayaannya triliun dollar, hanya untuk membeli mesin pembunuh dari Amerika Serikat, dan tidak digunakan membunuh musuh-musuh Allah, tetapi hanya digunakan untuk menghadapi rakyat yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, yang dituduh sebagai teroris.
Mei, Kerajaan Arab Saudi menandatangani kontrak senilai $ 3-miliar dollar dengan Inggris untuk membeli jet tempur jenis Sea Harrier, yang baru. Sementara itu, surat kabar Jerman melaporkan bahwa Arab Saudi akan membeli 600-800 tank Leopard dari Jerman , setidaknya dua kali lipat dari jumlah perkiraan sebelumnya.
Uang kerajaan hanya habis digunakan membeli peralatan militer, atau digunakan membeli klub sepak bola Eropa atau lainnya. Tidak dalam rangka membela agama Allah.
SAUDI Crown PRINCE Dies After Leading
Kingdom’s Terrorism Fight
Minggu, 17 Juni 2012 | 07:58 WIB http://www.bisnis.com/articles/saudi-crown-prince-dies-after-leading-kingdoms-terrorism-fight
RIYADH: Crown Prince Nayef bin Abdulaziz Al Saud, who led Saudi Arabia’s terrorism fight while in his dual role as interior minister, has died. He was in his late 70s.
The death of the heir-apparent to King Abdullah was announced yesterday by state television, which cited a Royal Court statement. Details of his death weren’t given. The Swiss government said he died in Geneva, according to an e-mailed statement. Nayef left Saudi Arabia last month for scheduled medical tests and a vacation, the Royal Court said at the time without elaborating. The prince also had medical tests in March in Cleveland.
Nayef (see AP Photo) had been Saudi Arabia’s most powerful prince amid the turmoil that has rocked the region. He put down attacks by al- Qaeda and backed the religious police in the Sunni Muslim kingdom, the world’s largest oil producer. He was the second crown prince to die in less than a year, renewing questions about succession as the Saudi leadership ages. The king named him Oct. 28 to succeed Sultan bin Abdulaziz Al Saud. Prince Salman bin Abdulaziz, who was born in 1935, followed Crown Prince Sultan as defense minister.
“I don’t think this will have any impact on the stability of the country,” Theodore Karasik, director of research at the Dubai-based Institute for Near East and Gulf Military Analysis, said in a phone interview. “The selection process is pretty clear. Prince Salman will most likely become the next crown prince.”
Regional Unrest
Nayef’s death comes as Saudi Arabia confronts unemployment, an issue cited by some activists during the unrest that led to the toppling of leaders in Tunisia, Egypt, Yemen and Libya during the so-called Arab Spring that began in December 2010. Joblessness reached 27% for Saudis between 20 and 30 years old in 2009, according to official data.
King Abdullah unveiled a US$130 billion spending plan in the first quarter of 2011, including allowances for government workers and salary increases for military personnel.
Six kings have ruled Saudi Arabia since it was established in 1932. Abdullah changed the kingdom’s succession rules in 2007 to give an appointed commission of princes, the Allegiance Council, more power to select a new ruler.
Nayef was one of the influential brothers known as the Sudairi Seven, the sons of the kingdom’s founder, King Abdulaziz Al Saud, and one of his wives, Hassa bint-Ahmed al-Sudairi. The late crown prince was born in 1934, according to the website of the Saudi Embassy in Washington. His Institute for Research and Consulting Services at the Al-Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University said he was born in 1933. Neither provided his date of birth. (Bloomberg/aph)
The death of the heir-apparent to King Abdullah was announced yesterday by state television, which cited a Royal Court statement. Details of his death weren’t given. The Swiss government said he died in Geneva, according to an e-mailed statement. Nayef left Saudi Arabia last month for scheduled medical tests and a vacation, the Royal Court said at the time without elaborating. The prince also had medical tests in March in Cleveland.
Nayef (see AP Photo) had been Saudi Arabia’s most powerful prince amid the turmoil that has rocked the region. He put down attacks by al- Qaeda and backed the religious police in the Sunni Muslim kingdom, the world’s largest oil producer. He was the second crown prince to die in less than a year, renewing questions about succession as the Saudi leadership ages. The king named him Oct. 28 to succeed Sultan bin Abdulaziz Al Saud. Prince Salman bin Abdulaziz, who was born in 1935, followed Crown Prince Sultan as defense minister.
“I don’t think this will have any impact on the stability of the country,” Theodore Karasik, director of research at the Dubai-based Institute for Near East and Gulf Military Analysis, said in a phone interview. “The selection process is pretty clear. Prince Salman will most likely become the next crown prince.”
Regional Unrest
Nayef’s death comes as Saudi Arabia confronts unemployment, an issue cited by some activists during the unrest that led to the toppling of leaders in Tunisia, Egypt, Yemen and Libya during the so-called Arab Spring that began in December 2010. Joblessness reached 27% for Saudis between 20 and 30 years old in 2009, according to official data.
King Abdullah unveiled a US$130 billion spending plan in the first quarter of 2011, including allowances for government workers and salary increases for military personnel.
Six kings have ruled Saudi Arabia since it was established in 1932. Abdullah changed the kingdom’s succession rules in 2007 to give an appointed commission of princes, the Allegiance Council, more power to select a new ruler.
Nayef was one of the influential brothers known as the Sudairi Seven, the sons of the kingdom’s founder, King Abdulaziz Al Saud, and one of his wives, Hassa bint-Ahmed al-Sudairi. The late crown prince was born in 1934, according to the website of the Saudi Embassy in Washington. His Institute for Research and Consulting Services at the Al-Imam Muhammad Ibn Saud Islamic University said he was born in 1933. Neither provided his date of birth. (Bloomberg/aph)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar