Jumat, 20 Juli 2012

.....[HASIL SIDANG ISBAT] Pemerintah Tetapkan Puasa Dimulai 21 Juli 2012....>>>...Kementerian Agama Republik Indonesia akhirnya memutuskan penetapan awal Ramadan 1433 H jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli 2012. Ini berbeda dengan penghitungan Muhammadiyah, yang menetapkan 1 Ramadan pada Jumat esok. "Hilal tidak bisa dilihat (hari ini), oleh karenanya 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu 21 Juli," kata Menteri Agama RI Suryadharma Ali saat menggelar sidang isbath di kantor Kemenag, Jakarta, Kamis 19 Juli 2012. Suryadharma mengatakan penetapan jatuhnya awal Ramadhan ini berdasarkan laporan rukyah yang dilakukan semua Kanwil dan kantor Kemenag Kabupaten Kota. Dalam pelaksanaan rukyah, Kemenag juga melibatkan pengadilan agama, mahkamah syariah, ormas Islam dan tokoh-tokoh masyarakat. ...>>...pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin mengatakan, hilal ketika matahari terbenam pada Kamis, memang terlalu rendah sehingga tidak akan bisa terlihat. Ia mengatakan hilal sudah di atas ufuk, namun ketinggian hilal kurang dari dua derajat. Kondisi ini memang membuka peluang terhadap perbedaan. "Hilal kurang dari 1,5 derajat. Terlalu rendah untuk bisa diamati, cahayanya terlalu lemah," kata Deputi Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan itu di Jakarta, Kamis (19/7/2012). Meski masuknya Ramadhan berbeda, Thomas mengatakan bahwa awal Syawal 1433 H (Idul Fitri 2012) kemungkinan besar akan seragam yakni jatuh pada 19 Agustus 2012. Hal ini karena pada saat Maghrib pada tanggal 17 Agustus di seluruh wilayah Indonesia bulan masih di bawah ufuk atau belum wujud, sehingga tidak dalam posisi kritis...>>>..."Dengan rukyat pun tidak mungkin ada kesaksian hilal. Artinya, 18 Agustus merupakan hari terakhir Ramadhan. Sementara pada saat Maghrib 18 Agustus, bulan sudah cukup tinggi untuk bisa dirukyat, jadi ormas-ormas tak berbeda," jelasnya....>>>


Quote:
[HASIL SIDANG ISBAT] 
Pemerintah Tetapkan Puasa Dimulai 21 Juli
2012.


Sidang Itsbat Awal Ramadhan 1433 H

VIVAnews - 
Kementerian Agama Republik Indonesia akhirnya memutuskan penetapan awal Ramadan 1433 H jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli 2012. Ini berbeda dengan penghitungan Muhammadiyah, yang menetapkan 1 Ramadan pada Jumat esok.

"Hilal tidak bisa dilihat (hari ini), oleh karenanya 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu 21 Juli," kata Menteri Agama RI Suryadharma Ali saat menggelar sidang isbath di kantor Kemenag, Jakarta, Kamis 19 Juli 2012.

Suryadharma mengatakan penetapan jatuhnya awal Ramadhan ini berdasarkan laporan rukyah yang dilakukan semua Kanwil dan kantor Kemenag Kabupaten Kota. Dalam pelaksanaan rukyah, Kemenag juga melibatkan pengadilan agama, mahkamah syariah, ormas Islam dan tokoh-tokoh masyarakat.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Ahmad Jauhari, juga menjelaskan bahwa dari hasil ijtima yang jatuh pada hari Kamis pukul 11.24 WIB, posisi hilal 0 sampai 1 derajat, takmir standar Indonesia. "Maka 1 Ramadhan, jatuh pada hari Sabtu legi," ujar Jauhari.

Dari surat edaran yang dilakukan oleh sejumlah ormas Islam, mereka sepakat bahwa awal Ramadan jatuh pada hari Sabtu 21 Juli. Namun Dewan Pimpinan Muhammadiyah dan Front Pembela Islam menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada hari Jumat kliwon.

Dilanjutkan Jauhari, bahwa hasil laporan rukyat yang masuk ke Kemenag sebanyak 38 tempat. Sebaran daerahnya meliputi Papua Barat, NTB, Bali, Kalimantan Tengah dan Timur, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Sukabumi. "Semuanya menyatakan tidak melihat hilal," ujar Jauhari. (ren)
Quote:
Pemerintah Putuskan Ramadan Mulai Sabtu 21 Juli 2012


Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Pemerintah akhirnya memutuskan bulan Ramadan 1433 H jatuh pada hari Sabtu (21/7/2012). Keputusan ini didasarkan hilal atau bulan baru belum terlihat di berbagai daerah.
"Hilal tidak bisa dilihat oleh karenanya 1 Ramadhon 1433 Hijriah jatuh pada hari Sabtu, 21 Juli 2012 ," tegas Menteri Agama Suryadharma Ali pada Sidang Isbat di Kementrian Agama (Kemnag), Kamis (19/7/2012) malam.
Sebelumnya, pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin mengatakan, hilal ketika matahari terbenam pada Kamis, memang terlalu rendah sehingga tidak akan bisa terlihat.

Ia mengatakan hilal sudah di atas ufuk, namun ketinggian hilal kurang dari dua derajat. Kondisi ini memang membuka peluang terhadap perbedaan.

"Hilal kurang dari 1,5 derajat. Terlalu rendah untuk bisa diamati, cahayanya terlalu lemah," kata Deputi Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lapan itu di Jakarta, Kamis (19/7/2012).

Meski masuknya Ramadhan berbeda, Thomas mengatakan bahwa awal Syawal 1433 H (Idul Fitri 2012) kemungkinan besar akan seragam yakni jatuh pada 19 Agustus 2012. Hal ini karena pada saat Maghrib pada tanggal 17 Agustus di seluruh wilayah Indonesia bulan masih di bawah ufuk atau belum wujud, sehingga tidak dalam posisi kritis.

"Dengan rukyat pun tidak mungkin ada kesaksian hilal. Artinya, 18 Agustus merupakan hari terakhir Ramadhan. Sementara pada saat Maghrib 18 Agustus, bulan sudah cukup tinggi untuk bisa dirukyat, jadi ormas-ormas tak berbeda," jelasnya.

Selamat menunaikan ibadah puasa buat saudara kita yg Muhammadiyah, ane msh lusa 

Walaupun awal puasa berbeda, tp insyaallah awal lebaran sama gan 

Mohon maafin salah2 kata ane beserta klon ya gan 

Baca juga gan, biar gak salah paham: 

Sedikit isinya:
Selama ini, masyarakat beranggapan, jika Arab Saudi memasuki Ramadhan atau Idul Fitri, Indonesia juga harus mengikuti karena waktu di Indonesia lebih cepat 4-6 jam daripada waktu Mekkah.

Alasan ini hanya berlaku jika mengacu pada sistem kalender Masehi. Jika menggunakan kalender Hijriah, waktu di Indonesia bisa lebih lambat atau lebih cepat daripada waktu Mekkah karena garis awal bulan (sama seperti garis penanggalan pada kalender Masehi) yang melengkung dan ada 235 variasi garis penanggalan bulan.

Buat yg bilang repsol monggo klik disini 

Ane cuma mau share masalah mendasar knp (insyaallah) bakal terjadi perbedaan dlm penentuan tgl 1 Ramadhan (insyaallah lho ya, kaskuser mestinya sdh cerdas )

[MASALAH MENDASAR PERBEDAAN]

Kriteria Hilal Belum Disepakati


Monggo, dibaca pelan2 aja gan 

Kamis, 19 Juli 2012 | 11:23 WIB



Lengkungan tipis yang merupakan cahaya hilal bulan Syakban 1433 diambil dengan teleskop berdiameter 8 centimeter dari Pantai Pondok Bali, Subang, Jawa Barat, Rabu, 20 Juni 2012 pukul 18.05.58. Umur Bulan saat itu 19 jam 21 menitdengan ketinggian 9,5 derajat. Citra diambil oleh peneliti Observatorium Bosscha, Institut Teknologi Bandung, Dhani Herdiwijaya. Tipisnya cahaya Bulan meski umur dan tingginya jauh melebihi kriteria penentuan awal bulan Hijriah menunjukkan sulitnya pengamatan hilal. Kekeliruan pengamatan sangat mungkin terjadi jika pengamat tidak melakukan persiapan dan penghitungan dengan matang.


Posisi Bulan di Observatorium Bosscha
"Walau kemungkinan besar Arab Saudi memasuki Ramadhan pada hari Jumat, keputusan ini tidak bisa serta-merta diikuti Indonesia."
Meski pemerintah baru akan menetapkan awal Ramadhan 1433 pada Kamis (19/7) petang,kemungkinan besar umat Islam Indonesia memulai bulan puasa pada hari berbeda, Jumat atau Sabtu (21/7). Namun, akhir Ramadhan atau Lebaran diperkirakan bersamaan, Minggu (19/8).

Tahun-tahun sebelumnya, perbedaan biasanya muncul saat mengakhiri Ramadhan atau ketika merayakan Idul Fitri. Hal ini menunjukkan adanya persoalan mendasar dalam penentuan awal bulan pada kalender Hijriah di Indonesia.

”Belum ada kesepakatan antara organisasi massa Islam dengan pemerintah dalam menentukan kriteria hilal,” kata ahli kalender dari Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto, Senin.

Munculnya hilal (bulan sabit tipis) sesaat setelah matahari terbenam merupakan penanda masuknya bulan baru dalam kalender Hijriah. Namun, hilal diinterpretasikan berbeda oleh sejumlah kelompok.

Sebagian kelompok menginterpretasikan hilal dengan konsep wujudul hilal (terbentuknya hilal). Syaratnya, ijtimak (kesegarisan Matahari-Bulan-Bumi) terjadi sebelum matahari terbenam dan matahari terbenam lebih dulu dibandingkan dengan bulan. Tak ada ketentuan hilal harus bisa dilihat

Perhitungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menunjukkan, posisi hilal tertinggi di Indonesia pada hari Kamis terjadi di Palabuhanratu, Jawa Barat, dengan ketinggian 1 derajat 28 menit. Matahari terbenam delapan menit sebelum bulan. Umur hilal saat matahari terbenam 6 jam 25 menit. Dengan kriteria wujudul hilal, hilal sudah wujud atau terbentuk pada Kamis petang. Karena itu, 1 Ramadhan jatuh pada Jumat.

Meski sudah wujud, hilal tidak mungkin diamati. Karena itu, kelompok yang menggunakan kriteria imkanur rukyat (kemungkinan hilal bisa dilihat) baru menetapkan 1 Ramadhan pada hari Sabtu.

Syarat agar hilal bisa dilihat itu didasarkan atas pemaknaan sebuah hadis yang menyebutkan secara eksplisit untuk memulai Ramadhan setelah melihat bulan (hilal) dan mengakhiri Ramadhan setelah melihat hilal yang menandai masuknya bulan Syawal atau Idul Fitri.

Berdasarkan data yang dihimpun dan pengalaman melihat hilal, kelompok imkanur rukyat menetapkan, ketinggian hilal agar bisa diamati, dengan mata telanjang atau teleskop, minimal 2 derajat.

Pemerintah menggunakan kriteria Majelis Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) untuk menentukan awal bulan. Kriteria ini mensyaratkan hilal dapat dilihat jika tingginya minimal 2 derajat, umur bulan saat matahari terbenam sejak ijtimak minimal 8 jam, dan jarak sudut matahari-bulan minimal 3 derajat. Dengan kriteria ini, Takwim Standar Indonesia yang disusun Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu.

Namun, kepastian 1 Ramadhan pengguna kriteria imkanur rukyat dan MABIMS masih menunggu keputusan sidang isbat (penetapan) oleh Kementerian Agama. Penetapan ini menunggu laporan hasil pengamatan (rukyat) hilal dari sejumlah daerah pada Kamis petang.

Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia Ahmad Izzudin mengatakan, pengamatan hilal penting untuk memverifikasi perhitungan (hisab) yang sudah dilakukan.

Dari perhitungan, hilal tidak mungkin diamati pada Kamis petang dari seluruh Indonesia. Jika ada laporan terlihatnya hilal, kemungkinan akan ditolak.

Menurut Izzudin, obyek yang dilaporkan sebagai hilal kemungkinan besar adalah benda langit lain atau pantulan sinar matahari di awan. Kesalahan pengamatan ini sangat mungkin terjadi jika perukyat tidak melakukan perhitungan dengan cermat dan tidak terlatih melakukan rukyat.

”Mengamati hilal bukan perkara mudah karena kompleksitasnya tinggi,” kata Moedji. Hal ini, antara lain, disebabkan dinamika Matahari-Bumi-Bulan hingga kondisi atmosfer.

Selain itu, masih banyak kriteria lain yang digunakan sejumlah kelompok di Indonesia, seperti sistem hisab urfi yang sangat sederhana, yaitu mematok jumlah hari dalam setiap bulan Hijriah tanpa memperhatikan dinamika bulan yang sesungguhnya. Karena itu, sebagian kelompok sudah memasuki Ramadhan pada hari Rabu dan Kamis.

Persoalan global
Belum adanya definisi tunggal soal hilal bukan hanya permasalahan umat Islam Indonesia, melainkan juga persoalan global. Berbagai kriteria telah diusulkan banyak astronom, tetapi belum ada kesepakatan untuk menggunakan satu kriteria.

Moedji menambahkan, kalender Ummul Quro yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi saat ini menggunakan konsep wujudul hilal untuk menentukan penanggalan selain bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Untuk ketiga bulan itu, rukyat tetap dijadikan acuan.

Dengan wujudul hilal, 1 Ramadhan di Arab Saudi juga akan jatuh pada hari Jumat. Namun, jika mengacu pada rukyat, seharusnya puasa akan dimulai hari Sabtu karena tinggi hilal di Mekkah saat matahari terbenam 1,2 derajat.

Dari pengalaman selama ini, sering muncul laporan melihat hilal di Arab Saudi meski secara teoretis tidak mungkin dilihat. Kesaksian itu sering diterima apa adanya tanpa proses verifikasi mendalam seperti yang dilakukan di Indonesia.

Walau kemungkinan besar Arab Saudi memasuki Ramadhan pada hari Jumat, keputusan ini tidak bisa serta-merta diikuti Indonesia.

Selama ini, masyarakat beranggapan, jika Arab Saudi memasuki Ramadhan atau Idul Fitri, Indonesia juga harus mengikuti karena waktu di Indonesia lebih cepat 4-6 jam daripada waktu Mekkah.

Alasan ini hanya berlaku jika mengacu pada sistem kalender Masehi. Jika menggunakan kalender Hijriah, waktu di Indonesia bisa lebih lambat atau lebih cepat daripada waktu Mekkah karena garis awal bulan (sama seperti garis penanggalan pada kalender Masehi) yang melengkung dan ada 235 variasi garis penanggalan bulan.

Selama belum ada kesepakatan tunggal tentang hilal, umat Islam Indonesia harus bersiap-siap untuk terus menghadapi perbedaan perayaan awal Ramadhan, Idul Fitri, atau Idul Adha. Pemerintah perlu terus merangkul semua ormas Islam hingga kesepakatan tunggal hilal itu terwujud.

Umat pun harus dididik untuk memahami perbedaan dan membuat pilihan mandiri hingga mampu menahan diri tanpa mencela kelompok lain.

Sering ane baca di salah satu SF kaskus, jika perbedaan penentuan tgl 1 Ramadhan dan 1 Syawal dijadikan bahan sara oleh kelompok lain 
Padahal justru inilah letak umat Islam menggunakan ilmu yg benar2 dlm memutuskan, tidak mau gegabah 

Saat ini memang belum ada kriteria pasti dlm menentukan hilal, dan ini adl persoalan global. Umat muslim yg dewasa tentunya hrs memaklumi hal ini dan bs menghargai perbedaan.

Saran ane, buat juragan yg mulai puasa tgl 20; monggo diyakini dan dijalani dg sepenuh hati. Tak perlu ada ragu, jangan2 tgl 21 

Yang puasa tgl 21 jg sama, yg yakin. Dan satu yg paling penting, maklumi perbedaan, jangan diperkeruh. Semua ada dasarnya masing2 

Klo ane ikut pemerintah aja 

-----edit-----

Dan pemerintah sdh memutuskan puasa dimulai hari Sabtu tgl 21 Juli, baca beritanya disini gan 

2 komentar:

  1. saya yang awam... sesungguhnya.. baik dalil naqli yang direfer kepada Alqurán dan hadist, maupun aqli dengan ilmu teknologi dan ilmulhisab... seyogianya tiada perbedaan...secara hakiki..dan mencerminkan kebenarannya... Sayangnya para ahlulfiqh khususnya di NKRI..yang dianut oleh para ulama dan alim.. terlalu diaplikasi secara sempit dan lokal sentris..yg sangat dibatasi oleh kefahaman aplikasi geopolitis..dan membatasi pada kawasan dirinya saja.. atau sangat lokal sentris..Entah apa yang menjadi faktor..dasar yg menghambat bagi para tokoh..ahlulrukyah..yang konon merupakan pengejawantahan dari alur kerja dan program Depag RI..yg ingin seperti sesuatu..penyatuan awal ramadhan dan lebaran..di NKRI.. Namun dgn aplikasi yg tidak didukung oleh aplikasi wilayatulfiqhulhaq dan ulama2 yang mumpuni.. dan kurang pas atau tidak optimal secara aplikasi tafsir naqli dan aplikasi keilmuan dan teknologi secara optimal..
    Apabila tafsir naqli diaplikasi secara benar-akalsehat dan lurus dan tulus kepada Allah dan Rasulullah SAW..tanpa keangkuhan ormas dan golongan atau keinstitusian dikalangan ulama2 Indonesia itu.. Maka sudah lama kita bersatu dan kita kaum awam..seperti saya ini ..misalnya.. TIDAK DALAM KERAGUAN..DAN SYAK..DALAM BERMAKMUM... sehingga harus bersusah payah ingin mencari yang paling pas dihati, akal sehat dan keyakinan..yang benar-dan yakin..hakulyaqin...Karena saya yakin bhw Islam adalah agama KEBENARAN ALLAH yg haqqul-yaqin.
    Kalau saja para ulama dan ahlulfalak dan ahlul rukyah mengembangkan tafsir-fikir dan fahamnya tidak sempit..dan lokal sentris atau hanya area-kawasan NKRI sentris..tentu akan menemukan HIKMAH BESAR dari ayat2 naqli itu yang didukung oleh dalil2 aqli-ilmufalak/hisab dan ilmu teknologi...
    SUNGGUH INDAH DAN BENAR2 ILMULYAQIN-AINULYAQIN-DAN HAQQULYAQIN.. INI UJI KEBENARAN ISLAM DAN AJARAN ISLAM YANG RAHMATAN LILÁLAMIEN....INSYA ALLAH..
    Konon..perhitungan ijtima'(putaran penuh bulan pada bln Sya'ban 1433H adalah tgl 19/7/2012 jam 11.24-WIB atau dibelahan Timur 13.24-WIT atau di Mekkah 07.24Makkah-Time..) sesuai kaidah proses waktu dan perjalanan edar bulan dan bumi.. maka akan semkin kearah barat akan semakin nampak kebenaran ilmulnaqli dan aqli..
    Karena itu hendaknya para ulama RI dan Departemen agama dengan para ahlinya membangun aplikasi fiqhulhaq itu dengan konsep kawasan dengan renyang waktu dan kawasan yang optimal.. yakni lintas konsep area-geopolitis..sebatas NKRI..??
    Selama waktu dan rentang area kawasan memiliki siang dan malam yang sama secara relatif.. mk harus menjadi satu..dalam konsep fatwa..dan kesatuan..ijtihad. Insya Allah Umat akan nyaman beribadah dengan tingkan rasa keimanan dan keyakinan semakin mantap..Insya Allah..
    Hali ini tentu melibatkan berbagai-mazhab dan para-pakar yng sangat global.. Insya Allah.. Ini hikmah besar.. sehingga silaturahim dan persaudaraan muslim semakin luas dan insya Allah semakin kuat dan memberi manfaat yng besar dan benar2 menjadi Rahmatan lilálamin..aamiin..

    BalasHapus
  2. Kalau saja benar bahwa Depag dengan Tim Rukyah yang konon 70 orang ahli atau berapalah sebenarnya.. telah berupaya ingin melakukan rukyah dan menuju keyakinan agar umat dapat memulai Ramadhan dan Lebaran diwaktu yg relatif bersamaan, yakni hari dan tanggal yang sama... TUJUAN baik ini seyogianya direspon para ahlulfiqhulhaq dan tentu dengan para pakar2 rukyat dan falakiyah dengan konsep yang benar, dan segala peralatannya, aplikatif dan optimal..
    Kalau konon sudah yakin bahwa dikawasan NKRI itu hanya akan muncul hilal itu antara 0.5-< 2.0 derajat diatas ufuk... Maka seharusnya .. Kawasannya diperluas secara benar dengan konsep yg MASUK AKAL SEHAT DAN KEPANTASAN ILMIYAH..(sepanjang masih diizinkan secara syar'i)..antara lain..meliputi lintas negara atau geopolitis-melibatkan berbagai mazhab-dan mungkin ada pakar2 keilmuan lain yang saling mendukung..yang lebih kongkrit.. SE-KURANG2NYA... MELIPUTI KAWASAN DALAM RENTANG WILAYAH DAN WAKTU YANG MEMILIKI SIANG DAN MALAM YANG RELATIF BERSAMAAN... YAKNI BERJARAK ANTARA +/- 6-7 JAM DARI TITIK CENTERAL YANG DISEPAKATI SECARA PANTAS DAN BENAR... SESUAI DENGAN KAIDAH2 KEILMUAN DAN KEPAKARAN SERTA DAPAT DIAPLIKASI SECARA KONGKRIT...
    ATAU MUNGKIN ADA APLIKASI LAIN YANG LEBIH JELAS CARA2 APLIKASINYA...DAN MENUJU KEPADA KEBENARAN MENYATUKAN NAQLI DAN AQLI SECARA BENAR...
    Sayangnya..konon pihak2 di.inner-ring Depag dan konon juga di outer ringnya ..??? yang konon sangat dikuasai oleh lingkungan tertentu.. dan hanya memiliki konsep pikir yang itu keitu saja dari tahun ke tahun...
    Bahkan bukan hanya untuk proyek Rukyatulhilal.. malahan dibeberapa masalah sensitif ummat... Misalkan masalah Ibadah Haji.. Cara penanganannya juga seperti itu-itu saja... Padahal ini .. sangatlah Penting...karena berkaitan dengan Ibadah dan Pelaksanaannya..yang seharusnya semakin baik dan meyakinkan..
    Lalu siapa yang menjadi obyek dan sasaran korbannya... TENTU ADALAH... UMAT AWAM... SEKALI LAGI UMMAT AWAM...
    LALU DIMANA PERTANGGUNG JAWABAN MORAL DAN MORIL DAN MATERIIL..DEPAG.. CQ..YM BAPAK MENTERI AGAMA RI...??? KONON INGIN DIJADIKAN WALIYULAMRIMINKUM....??? BENARKAH..???
    KALAU CARA KONSEP BERFIKIR DAN BEKERJA SERTA MEM[UNYAI PARA PENDUKUNG BAIK INNER DAN OUTER RING KEMENAG.. SEPERTI ITU-ITU SAJA... MAAFKAN SAYA YANG AWAM... "SUNGGUH KONSEP PIKIR ITU SANGAT SEMPIT DAN KETINGGALAN ZAMAN..."... MAAF PAK MENTERI AGAMA.. INI BULAN RAMADHAN.. SAYA HANYA INGIN UMMAT ISLAM ITU DIPIMPIN DENGAN BENAR2 HAQ..DAN ADIL..SESUAI AJARAN AGAMA ISLAM YAKNI AGAMA KEBENARAN ALLAH SWT... MAAFKAN SAYA..MAAFKAN SAYA... INI HANYA... PERMOHONAN..AWAM.. MAAFKAN..SAYA..

    BalasHapus