masalah nuklir, finansial keuangan negara, tata negara, politik internasional, perselisihan mazhab, persatuan umat islam, nasionalisme, pembangunan bangsa, ketahanan nasional, hutang negara, perang dunia, timur tengah, new world order
Sabtu, 28 Juli 2012
AS dan Israel + Zionis selalu kobarkan "Fitnah" di Timur Tengah..?????.>>...AS dan Israel Berambisi Gulingkan Assad ?..>>....dari Turki, modus serupa juga tengah terjadi. Press TV merilis laporan bahwa ada indikasi bahwa kekuatan oposisi Syria sedang menjalani latihan militer di kota Hakkari, Turki, di bawah panduan NATO dan tentara AS. Bahkan, menurut koran Miliyet, Turki, sejak Mei lalu, 15.000 tentara Syria telah desertir dan bergabung dengan Tentara Pembebasan Syria, yang dipimpin oleh kolonel pembelot Syria, Riad Al Assad. Riad Al Assad sejak beberapa waktu terakhir telah membelot dari militer Syria dan dikabarkan berada di pangkalan militer AS di Incirlik, Turki...>> ...Suriah dilanda kerusuhan internal yang meletus sejak pertengahan Maret lalu yang menewaskan ratusan orang, termasuk pasukan keamanan dan warga sipil. Barat dan kelompok oposisi menuduh pemerintah Suriah melakukan pembunuhan. Sementara Damaskus menyalahkan penjahat, penyabot dan kelompok teroris bersenjata sebagai penyulut kerusuhan berdarah yang diplot dari luar negeri...>>..Tudingan Barat Dan Ulah Salafi Wahabi...>> ..Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss yang sampai sekarang tidak memperbolehkan MENARA MASJID, lebih baik dari Perancis yang masih mempersoalkan JILBAB, lebih baik dari Denmark, Swedia dan Norwegia yang tak menghormati agama, karena di sana ada Undang-undang perkawinan sejenis. Agama mana yang memperkenankan PERKAWINAN SEJENIS?!..>>...Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia, kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas membedakan mana HAM yang benar (Humanisme) dan mana yang sekedar Westernisme….”...>> ..Intoleransi Di Indonesia, ...???...Menurut JK, tidak mungkin PBB mengatakan Indonesia adalah negara yang intoleran terhadap umat beragama. "Di Amerika saja mana boleh orang sembarangan bikin masjid," kata JK...>>....KH. Hasyim Muzadi, sebagai Presiden WCRP (World Conference on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for Islamic Scholars) serta Mantan Ketum PBNU menyikapi tentang tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia pada Sidang PBB di Jeneva pada tanggal 23 Mei 2012, sebagai berikut:..>> ,,"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia. Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim mana pun yang setoleran Indonesia...>>..Kalau yang dipakai ukuran adalah masalah AHMADIYAH, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti tidak dipersoalkan oleh umat Islam. Kalau yang jadi ukuran adalah GKI YASMIN Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tidak ingin masalah selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah nasional dan dunia untuk kepentingan lain dari pada masalahnya selesai...>>...Kalau ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa, pendirian Gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian MASJID juga sangat sulit. Belum lagi pendirian Masjid di Papua. ICIS selalu melakukan mediasi. Kalau ukurannya LADY GAGA dan IRSHAD MANJI, bangsa mana yang ingin tata nilainya dirusak kecuali mereka yang ingin menjual bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong? Kalau ukuran HAM, lalu di Papua kenapa saat TNI/ Polri/ Imam Masjid berguguran tidak ada yang bicara HAM?..>>...Perlu diketahui bahwa tanggal 23/Mei/2012 lalu, PBB mengadakan sidang di Jeneva, dan membahas soal kebebasan beragama. Dalam sidang Universal Periodic Review (UPR) Dewan HAM PBB tersebut diikuti oleh 74 negara termasuk Indonesia. Beberapa negara mencecar Indonesia dengan berbagai pertanyaan seputar permasalahan kebebasan beragama yang ada di Indonesia...>>..Aneh memang, Negara-negara barat sendiri tidak pernah mempermasalahkan bahkan terkesan membiarkan adanya pelanggaran kebebasan beragama di Negara-negara mereka. Di Francis, Inggris, Jerman, Belanda dan lainnya yang justru banyak sekali kaum muslimin jadi korban kekerasan atas nama agama. Diberbagai belahan dunia banyak kaum muslimin yang menjadi korban kekerasan hanya karena mereka beda agama dan kepercayaan Siapakah sebenarnya yang intoleran?..>>...Tapi ada hal penting kasus intoleransi yang sebenarnya luput dan tidak disebutkan baik oleh pak JK maupun KH. Hasyim, yaitu intolerasi yang dilakukan Salafi Wahabi. Di beberapa daerah di Indonesia, kaum muslimin yang tidak sefaham dengan mereka, terutama muslim Syiah Ahlul Bait menjadi sasaran pengkafiran dan kekerasan atas nama agama aliran dari Saudi ini...??>>...Ideologi Wahabi adalah ideologi yang intoleran. Muslim Indonesia yang terkenal cinta damai sejak dahulu menjadi lahan subur pengkafiran mereka, hanya karena masyarakat muslim Indonesia sejak dahulu kala suka membaca maulid sebagai ekspresi cinta kepada nabi Muhammad, suka membaca tahlil dan doa-doa bagi yang sudah meninggal maupun menziarahi para wali sebagai penyebar Islam awal yang tersebar di belahan bumi nusantara...>>..Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan menjelaskan bahwa sanksi Turki atas Perancis mencakup dua tahap. Pada tahap pertama, Ankara akan menargetkan tujuan umum sanksi-sanksi baru Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. Sementara tahap kedua sanksi masih menunggu keputusan Senat Perancis terkait aturan tersebut. Meski demikian, Turki berencana untuk membatalkan kontrak pembelian pesawat Airbus dari Perancis dan menutup wilayah udaranya bagi Sarkozy. Selain itu, Turki juga akan membekukan kerjasama ekonomi, menurunkan hubungan politik ke tingkat yang paling rendah, dan melarang penggunaan bandara dan pelabuhan bagi pesawat dan kapal-kapal Perancis...>>...Konspirasi dari Jordan dan Turki..>> .Genderang Perang di Syria..???>>...Tampaknya kisah Hatoom, meskipun tak sukses, mengilhami Syrian Islamic Brotherhood dan sayap militernya, At-Taleeah al-Islamiyyah al-Muqatilah untuk melakukan perjuangan -atau pemberontakan- terhadap Hafez Al Assad, Presiden Syria (1971- 2000). Mereka menggunakan pola-pola yang sama dengan Hatoom: dilatih oleh militer Yordania dan intelijen Israel, lalu turun ke jalanan kota-kota di Syria untuk melakukan kekacauan, merusak fasilitas umum, bahkan kalau perlu melakukan pembunuhan terhadap orang-orang tidak bersalah. Tujuannya, tidak lain ialah menciptakan destabilisasi politik dalam negara. Tak heran bila aksi-aksi demo itu sampai berani menyerang markas militer dan bahkan menggunakan roket...>>...Selain itu, situs Al Watan Voice Yordania memberitakan bahwa pejabat negara-negara Barat telah meminta Raja Yordania untuk mengizinkan pembangunan stasiun mata-mata elektronok di dekat perbatasan Syria di utara Yordania, dengan tujuan untuk mencari akses terhadap militer Syria dan mengontak pejabat-pejabat tinggi Syria agar mereka mau melakukan kudeta terhadap Al Assad...>>...dari Turki, modus serupa juga tengah terjadi. Press TV merilis laporan bahwa ada indikasi bahwa kekuatan oposisi Syria sedang menjalani latihan militer di kota Hakkari, Turki, di bawah panduan NATO dan tentara AS. Bahkan, menurut koran Miliyet, Turki, sejak Mei lalu, 15.000 tentara Syria telah desertir dan bergabung dengan Tentara Pembebasan Syria, yang dipimpin oleh kolonel pembelot Syria, Riad Al Assad. Riad Al Assad sejak beberapa waktu terakhir telah membelot dari militer Syria dan dikabarkan berada di pangkalan militer AS di Incirlik, Turki...>>..situasi tak semudah yang dibayangkan oleh AS. Ternyata, sanksi PBB untuk Syria gagal terbit karena dihadang oleh veto Cina dan Rusia. Merapatnya kapal perang Rusia memasuki laut Syria juga merupakan indikasi kuat bahwa Moskow siap melindungi sekutu dekatnya itu. Dari Iran, bendera pertempuran juga mulai berkibar. Iran pun sudah berkali-kali melakukan aksi-aksi deterrence, bahkan termasuk latihan militer ‘penutupan Selat Hormuz'. Selat Hormuz adalah jalur distribusi minyak terpenting di dunia, dimana 40 persen minyak dunia didistribusikan melalui jalur ini. Tak heran bila anggota parlemen Iran Parviz Sorouri, berkata, "Iran akan membuat dunia tidak aman jika dunia menyerang Iran." Hal ini senada dengan ancaman Assad, "Serangan terhadap Syria akan memicu konflik regional." Bahkan Assad sudah sesumbar, jika Syria diserang, pihaknya akan membombardir Israel dengan berbagai senjata dan roket-roket yang telah ia persiapkan lama. Apakah akhirnya AS dan NATO tetap nekad melancarkan perang ke Syria, lalu berlanjut ke Iran, masih menjadi tanda tanya. Namun, pendapat Andrew Gavin Marshall, peneliti dan kontributor pada Central for Research on Globalization, menarik untuk disimak. Menurutnya, gejolak yang terjadi di Timur Tengah ini merupakan taktik politik rahasia untuk memperluas pengaruh NATO dan AS, serta menghadang Rusia dan China. Tujuan akhirnya adalah membentuk New World Order (Tatanan Dunia Baru), dimana segelintir penguasa elit akan memperbudak mayoritas masyarakat dunia. Ia bahkan mengisyaratkan bahwa revolusi yang kini berlangsung merupakan awal Perang Dunia III. ..>>
Toleransi Beragama:
Intoleransi Di Indonesia,
Antara Tudingan Barat Dan Ulah Salafi Wahabi
IslamTimes - Mantan Wakil
Presiden yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla
(JK), menolak tudingan yang menyebut Indonesia sebagai negara yang
intoleran terhadap umat beragama. JK menyebut pernyataan intoleransi
yang terlontar di forum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) itu bukan atas
nama perorangan dan bukan lembaga PBB.
"Jadi tidak adalah intoleransi di Indonesia," ujar JK di Masjid istiqlal, Jakarta Pusat, Senin (4/6/2012).
Menurut
JK, tidak mungkin PBB mengatakan Indonesia adalah negara yang intoleran
terhadap umat beragama. "Di Amerika saja mana boleh orang sembarangan
bikin masjid," kata JK.
Jika di Amerika tidak boleh sembarangan
membangun tempat ibadah termasuk masjid, maka lain halnya di Indonesia
yang tingkat pembangunan masjidnya cukup tinggi dibandingkan negara
lain.
Sebelumnya Mantan Ketua Umum PBNU KH HAsyim Muzadi juga
telah memberikan respon yang bagus juga tegas atas isu intolerasi di PBB
itu.
KH. Hasyim Muzadi, sebagai Presiden WCRP (World Conference
on Religions for Peace) & Sekjen ICIS (International Conference for
Islamic Scholars) serta Mantan Ketum PBNU menyikapi tentang tuduhan
INTOLERANSI agama di Indonesia pada Sidang PBB di Jeneva pada tanggal 23
Mei 2012, sebagai berikut:
"Selaku Presiden WCRP dan Sekjen
ICIS, saya sangat menyayangkan tuduhan INTOLERANSI agama di Indonesia.
Pembahasan di forum dunia itu, pasti karena laporan dari dalam negeri
Indonesia. Selama berkeliling dunia, saya belum menemukan negara muslim
mana pun yang setoleran Indonesia.
Kalau yang dipakai ukuran
adalah masalah AHMADIYAH, memang karena Ahmadiyah menyimpang dari pokok
ajaran Islam, namun selalu menggunakan stempel Islam dan berorientasi
Politik Barat. Seandainya Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, pasti
tidak dipersoalkan oleh umat Islam. Kalau yang jadi ukuran adalah GKI
YASMIN Bogor, saya berkali-kali kesana, namun tampaknya mereka tidak
ingin masalah selesai. Mereka lebih senang Yasmin menjadi masalah
nasional dan dunia untuk kepentingan lain dari pada masalahnya selesai.
Kalau
ukurannya PENDIRIAN GEREJA, faktornya adalah lingkungan. Di Jawa,
pendirian Gereja sulit, tapi di Kupang (Batuplat) pendirian MASJID juga
sangat sulit. Belum lagi pendirian Masjid di Papua. ICIS selalu
melakukan mediasi. Kalau ukurannya LADY GAGA dan IRSHAD MANJI, bangsa
mana yang ingin tata nilainya dirusak kecuali mereka yang ingin menjual
bangsanya sendiri untuk kebanggaan intelektualisme kosong? Kalau ukuran
HAM, lalu di Papua kenapa saat TNI/ Polri/ Imam Masjid berguguran tidak
ada yang bicara HAM?
Indonesia lebih baik toleransinya dari Swiss
yang sampai sekarang tidak memperbolehkan MENARA MASJID, lebih baik
dari Perancis yang masih mempersoalkan JILBAB, lebih baik dari Denmark,
Swedia dan Norwegia yang tak menghormati agama, karena di sana ada
Undang-undang perkawinan sejenis. Agama mana yang memperkenankan
PERKAWINAN SEJENIS?!
Akhirnya kembali kepada bangsa Indonesia,
kaum muslimin sendiri yang harus sadar dan tegas membedakan mana HAM
yang benar (Humanisme) dan mana yang sekedar Westernisme….”.
Pencerahan
dari KH. Hasyim Muzadi tersebut mendapat respon yang sangat baik dari
Habib Rizieq Syihab. Menurut Habib, tanggapan KH. Hasyim Muzadi tersebut
sangat luar biasa, dan patut diketahui masyarakat luas.
Perlu
diketahui bahwa tanggal 23/Mei/2012 lalu, PBB mengadakan sidang di
Jeneva, dan membahas soal kebebasan beragama. Dalam sidang Universal
Periodic Review (UPR) Dewan HAM PBB tersebut diikuti oleh 74 negara
termasuk Indonesia. Beberapa negara mencecar Indonesia dengan berbagai
pertanyaan seputar permasalahan kebebasan beragama yang ada di
Indonesia.
Aneh memang, Negara-negara barat sendiri tidak pernah
mempermasalahkan bahkan terkesan membiarkan adanya pelanggaran kebebasan
beragama di Negara-negara mereka. Di Francis, Inggris, Jerman, Belanda
dan lainnya yang justru banyak sekali kaum muslimin jadi korban
kekerasan atas nama agama. Diberbagai belahan dunia banyak kaum muslimin
yang menjadi korban kekerasan hanya karena mereka beda agama dan
kepercayaan. Siapakah sebenarnya yang intoleran?
Tapi ada hal penting
kasus intoleransi yang sebenarnya luput dan tidak disebutkan baik oleh
pak JK maupun KH. Hasyim, yaitu intolerasi yang dilakukan Salafi Wahabi.
Di beberapa daerah di Indonesia, kaum muslimin yang tidak sefaham
dengan mereka, terutama muslim Syiah Ahlul Bait menjadi sasaran
pengkafiran dan kekerasan atas nama agama aliran dari Saudi ini.
Ideologi
Wahabi adalah ideologi yang intoleran.
Muslim Indonesia yang terkenal
cinta damai sejak dahulu menjadi lahan subur pengkafiran mereka, hanya
karena masyarakat muslim Indonesia sejak dahulu kala suka membaca maulid
sebagai ekspresi cinta kepada nabi Muhammad, suka membaca tahlil dan
doa-doa bagi yang sudah meninggal maupun menziarahi para wali sebagai
penyebar Islam awal yang tersebar di belahan bumi nusantara.
Jika
para ulama dan pemerintah membiarkan kekerasan yang dilakukan penganut
takfiri ini, maka sebenarnya ini merupakan ancaman besar bagi Pancasila
dan kesatuan bangsa. Akan hilang identitas bangsa yang berbhineka
tunggal ika. Rakyat Indonesia yang dari berbagai suku dan agama
bersama-sama bernaung di bawah sayap garuda, akan semakin susah
menghadapi ancaman musuh yang sudah menggurita.
Sudah saatnya semua anak bangsa bangkit dan terlibat aktif untuk Indonesia yang lebih baik! (IslamTimes/sa)
Posted by Admin on 3:56 PM //
0 comments.http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2011/12/mengapa-as-dan-israel-zionis-selalu.html#axzz21tCC8mDK..
Mengapa AS dan Israel Berambisi Gulingkan Assad ?
Duta Besar Suriah di Tehran Hamed Hassan menyatakan AS dan Israel
menyulut kerusuhan berdarah di Suriah, karena Damaskus aktif mendukung
gerakan perlawanan terhadap rezim Zionis.
"Perkembangan yang
terjadi di Suriah berbeda dengan fenomena perlawanan rakyat di sejumlah
negara Arab," kata Hassan, Senin (26/12).
"Suriah mendukung Lebanon dan Palestina melawan agresi Israel tahun 2006 dan 2008," tegasnya.
Para analis politik menjelaskan bahwa tahap pertama AS dan Israel
berusaha menjatuhkan rezim Suriah, dan tahap kedua adalah menerapkan
apa yang disebut sebagai 'Tentara Gratis' yang dibentuk dari para
teroris dan orang-orang kriminal di Suriah.
Ribuan rakyat Suriah Sabtu (24/12) menghadiri upacara pemakaman
korban serangan teror. Seraya berkabung atas kematian korban, mereka
meneriakan kecaman terhadap AS dan Israel, dan mengusung slogan-slogan
mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Ledakan terjadi di saat delegasi Liga Arab mengunjungi Damaskus untuk membantu mengakhiri kekerasan di Suriah.
Suriah
dilanda kerusuhan internal yang meletus sejak pertengahan Maret lalu
yang menewaskan ratusan orang, termasuk pasukan keamanan dan warga
sipil.
Barat dan kelompok oposisi menuduh pemerintah Suriah melakukan
pembunuhan. Sementara Damaskus menyalahkan penjahat, penyabot dan
kelompok teroris bersenjata sebagai penyulut kerusuhan berdarah yang
diplot dari luar negeri.
Dalam wawancara dengan media massa
Israel selama beberapa bulan terakhir, para anggota oposisi Suriah
terang-terangan mengungkapkan visi mereka untuk membangun hubungan mesra
dengan rezim Tel Aviv.(IRIB Indonesia/PH)
Liga Arab Dikendalikan Segelintir Anggotanya Saja
Seorang analis politik Irak seraya menyinggung tindakan Qatar yang tidak
dapat diterima, dia juga menyatakan adanya pengaruh segelintir anggota
Liga Arab dalam kinerja lembaga ini.
Berkaitan masalah Qatar
dengan Irak, Saeed al-Jayashi kepada televisi al-Alam pada Senin (26/12)
mengatakan, "Qatar memahami dengan baik bahwa Irak di masa mendatang
akan mempunyai peran besar di kawasan. Keberhasilan prakarsa Irak untuk
menyelesaikan krisis Suriah akan memberikan perubahan terhadap manajemen
penanganan krisis di wilayah Arab."
Al-Jayashi menambahkan, Irak
menerapkan sistem politik demokrasi dan keberhasilan negara ini akan
berpengaruh nyata, terutama terhadap Qatar sebagai ketua sidang
pemimpin-pemimpin Arab pada masa mendatang.
Analis Irak itu
menandaskan, Qatar menunjukkan perannya seakan-akan menjadi sebuah
kekuatan besar. Doha mengirim pesawat dan pasukan khusus ke Libya dan
juga ke Bahrain untuk menumpas para demonstran damai anti-Manama. Selain
itu, Qatar juga berperan di Mesir untuk memanipulasi pemilu di negara
ini.
"Pandangan Irak, khususnya terhadap krisis Suriah,
sebenarnya memberikan pesan bahwa kinerja Liga Arab harus diperbaiki,"
lanjut al-Jayashi.
Di akhir pernyataannya, penulis dan analis
politik Arab ini mengatakan, "Pandangan-pandangan Bagdad di
lembaga-lembaga internasional , khususnya pandangannya soal krisis
Suriah atas dasar menjaga keamanan nasional Irak. (IRIB Indonesia/RA)
Dampak Krisis Ekonomi Bagi Bujet PBB
Eskalasi krisis ekonomi global ternyata juga berimbas pada Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Untuk kedua kali dalam 50 tahun 193 anggota PBB
mengabulkan pengurangan bujet organisasi ini. Anggaran PBB untuk tahun
2012-2013 dicanangkan senilai satu miliar 410 juta dolar. Padahal
anggaran organisasi ini untuk tahun 2010-2011 juga sama. Bujet untuk
pasukan perdamaian senilai tujuh miliar dolar di periode awal Januari
2011 hingga 30 Juni 2012 dan angka yang sama bagi Mahkamah Kriminal
Internasional kini telah dipangkas.
Amerika Serikat dan Eropa yang diterpa krisis ekonomi menjadi pihak yang
paling getol mendukung pengurangan bujet PBB. Sementara, negara-negara
sedang berkembang juga memilih anggaran belanja PBB tidak dinaikkan.
Sekjen PBB, Ban Ki moon, di kantor pusat menandaskan, perundingan
terkait bujet PBB senantiasa sulit, namun tahun ini lebih sulit di
banding tahun sebelumnya.
Juru runding AS juga menyebut kesepakatan ini sebagai keputusan
bersejarah. Ia menandaskan, untuk pertama kalinya sejak tahun 1998 dan
kedua kalinya sejak 50 tahun bujet PBB diturunkan. Menurutnya, keputusan
ini menjadi kesempatan untuk mengokohkan PBB, kinerja yang lebih baik
dan penghematan jutaan dolar pajak warga AS. PBB kali ini mengadakan
perombakan dan reformasi. Sebanyak 44 posisi di organisasi ini dihapus,
anggaran lawatan kerja juga dikurangi, kinerja pengamat dioptimalkan,
anggaran bagi sektor umum dan transportasi juga diminimalkan.
Menurut pendapat pengamat politik, pengurangan bujet PBB merupakan
dampak nyata dari krisis ekonomi global. Saat ini bujet PBB paling
banyak disuplai negara-negara sedang berkembang. Padahal negara ini
sejak tahun 2008 hingga kini dilanda krisis ekonomi. Sementara itu,
mengingat kondisi krisis saat ini, pembahasan mengenai jaminan saham di
PBB menjadi perdebatan sengit di antara anggota. Misalnya saja, di
Kongres AS para anggota antara kubu pro dan kontra saham PBB terlibat
perdebatan seru. Di Inggris dan Perancis juga terjadi hal yang sama.
Oleh karena itu, PBB yang saat ini sangat tergantung dengan bantuan
negara-negara kaya dunia dihadapkan pada pengurangan dukungan finansial.
Hal ini sangat mengganggu aktivitas PBB dan sejumlah program serta misi
organisasi ini ditangguhkan. Kini yang ditakutkan adalah hubungan antar
negara terganggu akibat melemahnya peran organisasi internasional
dikarenakan krisis ekonomi. (IRIB Indonesia/MF)
Mengukur Efektivitas Sanksi Turki Atas Perancis
Menyusul pengesahan undang-undang legalisasi hukuman bagi penyangkal
genosida Armenia di parlemen Perancis, pemerintah Ankara telah
mengumumkan rincian sanksi terhadap Paris. Berdasarkan undang-undang
itu, siapapun dapat dipenjara selama satu tahun dan membayar denda
45.000 euro, karena mengingkari pembunuhan ratusan ribu warga Armenia
oleh pasukan Turki Ottoman dalam Perang Dunia I.
Ankara sendiri menolak dituding melakukan Genosida, karena itu sama saja
dengan menuduh Turki sebagai negara kriminal. Menurut Ankara, sekitar
300.000 sampai 500.000 warga Armenia dan juga Turki telah tewas selama
perang. Sementara Armenia menyatakan bahwa hingga 1,5 juta orang tewas
dalam perang itu.
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan menjelaskan bahwa sanksi Turki atas
Perancis mencakup dua tahap. Pada tahap pertama, Ankara akan
menargetkan tujuan umum sanksi-sanksi baru Presiden Perancis Nicolas
Sarkozy. Sementara tahap kedua sanksi masih menunggu keputusan Senat
Perancis terkait aturan tersebut.
Meski demikian, Turki berencana untuk membatalkan kontrak pembelian
pesawat Airbus dari Perancis dan menutup wilayah udaranya bagi Sarkozy.
Selain itu, Turki juga akan membekukan kerjasama ekonomi, menurunkan
hubungan politik ke tingkat yang paling rendah, dan melarang penggunaan
bandara dan pelabuhan bagi pesawat dan kapal-kapal Perancis.
Pada bagian lain sanksi itu, Ankara juga akan membekukan kerjasama Turki
dengan Perancis pada tingkat global, merusak citra Sarkozy di tengah
kelompok imigran minoritas di Perancis dan masyarakat internasional, dan
mendukung pembukaan kembali kasus pembantaian massal di Aljazair dan
Rwanda, serta tidak menerima sambungan telepon dari Sarkozy.
Namun, sejumlah pengamat menilai reaksi keras Ankara terhadap Paris pada
akhirnya tidak akan berpengaruh sama sekali atau punya dampak minimal.
Realitanya adalah interaksi Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan
negara-negara berkembang termasuk Turki, hanya sebuah hubungan sepihak
dan tidak seimbang. Oleh karena itu, AS dan Uni Eropa senantiasa dapat
menancapkan hegemoninya terhadap pemerintah dan bangsa-bangsa lain dan
memaksakan kebijakannya kepada mereka.
Di tingkat Eropa, Turki tidak punya pengaruh di organisasi itu, termasuk
di Perancis. Sebab, Turki tidak memiliki bahan-bahan tambang dan baku
yang dibutuhkan negara-negara Eropa. Kendati mengumumkan sejumlah sanksi
berat terhadap Perancis, Turki masih menekankan tekadnya untuk
bergabung ke Uni Eropa. Untuk itu, para pengamat menilai keputusan Turki
sebagai langkah yang kurang pertimbangan dan tidak efektif. (IRIB
Indonesia/RM)
Genderang Perang di Syria: Konspirasi dari Jordan dan Turki
Dina Y. Sulaeman dan M. Arief Pranoto
"Some
of the US forces that left the Ain al-Assad Air base in Iraq last
Thursday, did not come back to the USA or its base in Germany, but were
transferred to Jordan during the evening hours."(Global Research, 12 Desember 2011).
Berita-berita
dari luar media mainstream mulai menguak rencana negara-negara adidaya
untuk menggulingkan Bashir Al Assad, Presiden Syria. Tentara AS yang
konon sudah ditarik pulang, ternyata justru dipindahkan ke Yordania.
Tepatnya, ke Pangkalan Udara King Hussein di Al Mafraq. Laporan lain
menyebutkan bahwa ratusan tentara yang berbicara dalam
bahasa-bukan-Arab terlihat mondar-mandir di antara pangkalan al-Mafraq
dan desa-desa di perbatasan Yordania-Syria. Menurut Global Research,
disinyalir, tentara-tentara asing itu adalah serdadu NATO.
Al Mafraq adalah nama daerah perbatasan di Yordania. Jaraknya sekitar 10
kilometer dari Syria. Bagi Yordania, Al Mafraq boleh dibilang "wilayah
konspirasi" karena konspirasi yang dijalin oleh Yordania, Inggris, dan
Israel guna menggulingkan pemerintahan di Syria pada masa lalu memilih
Al Mafraq sebagai pusat kegiatan. Tokoh perintis di Al Mafraq bernama
Salim Hatoom, seorang mayor yang gagal melakukan kudeta terhadap
Presiden Suriah Nureddin al-Atassi dan Salah Jadid dekade 1960-an. Pada
September 1968, ia melarikan diri ke Yordania dan mendirikan kamp
militer di Al Mafraq. Dari tempat ini pula, ia memulai ‘karir' sebagai
pemberontak terhadap pemerintah Syria.
Tampaknya kisah Hatoom, meskipun tak sukses, mengilhami Syrian Islamic Brotherhood dan sayap militernya, At-Taleeah al-Islamiyyah al-Muqatilah
untuk melakukan perjuangan -atau pemberontakan- terhadap Hafez Al
Assad, Presiden Syria (1971- 2000). Mereka menggunakan pola-pola yang
sama dengan Hatoom: dilatih oleh militer Yordania dan intelijen Israel,
lalu turun ke jalanan kota-kota di Syria untuk melakukan kekacauan,
merusak fasilitas umum, bahkan kalau perlu melakukan pembunuhan terhadap
orang-orang tidak bersalah. Tujuannya, tidak lain ialah menciptakan
destabilisasi politik dalam negara. Tak heran bila aksi-aksi demo itu
sampai berani menyerang markas militer dan bahkan menggunakan roket.
Agaknya, sejarah Syria kini tengah berulang. Sejak musim semi lalu,
banyak serdadu Syria yang melarikan diri dan ditampung dalam di kamp
militer di sebelah barat kota Salt, Yordania. Mereka kemudian
diinvestigasi oleh intelijen militer Israel (AMAN), di bawah pengawasan
intelijen Jordan. Tujuannya adalah untuk mengorek mencari informasi
terkait kekuatan militer Syria pasca tahun 2006.
Selain itu, situs Al Watan Voice Yordania memberitakan bahwa pejabat
negara-negara Barat telah meminta Raja Yordania untuk mengizinkan
pembangunan stasiun mata-mata elektronok di dekat perbatasan Syria di
utara Yordania, dengan tujuan untuk mencari akses terhadap militer Syria
dan mengontak pejabat-pejabat tinggi Syria agar mereka mau melakukan
kudeta terhadap Al Assad.
Sementara itu, dari Turki, modus serupa juga tengah terjadi. Press TV
merilis laporan bahwa ada indikasi bahwa kekuatan oposisi Syria sedang
menjalani latihan militer di kota Hakkari, Turki, di bawah panduan NATO
dan tentara AS. Bahkan, menurut koran Miliyet, Turki, sejak Mei lalu,
15.000 tentara Syria telah desertir dan bergabung dengan Tentara
Pembebasan Syria, yang dipimpin oleh kolonel pembelot Syria, Riad Al
Assad. Riad Al Assad sejak beberapa waktu terakhir telah membelot dari
militer Syria dan dikabarkan berada di pangkalan militer AS di Incirlik,
Turki.
Press TV menulis, sejumlahpemberontak Syria mengakui adanya rencana yang
disponsori pihak asing untuk melakukan operasi bersenjata dan membunuh
rakyat sipil dan pasukan keamanan Syria, membuktikan bahwa perkembangan
terakhir di negara itu adalah bagian dari upaya Barat untuk
menggulingkan pemerintah saat ini dan menggantinya dengan rezim yang
didukung AS.
Skenario yang amat mirip dengan Libya kini tengah berulang di Syria: AS
dan NATO mengorganisir kaum pemberontak, memberi dana, dan memberikan
pelatihan militer untuk kemudian mengadakan berbagai aksi kerusuhan dan
pembunuhan di dalam Syria. Demonizing atau
pembunuhan karakter terhadap Bashar Assad juga dilakukan dengan
mengerahkan seluruh mesin propaganda Barat. Assad dengan gencar
diberitakan sebagai sosok kejam dan diktator, persis seperti Qaddafi.
Pertanyaannya sekarang, mengapa Syria? Libya adalah negara dengan
cadangan minyak terkaya di Afrika, sehingga masuk akal bila
negara-negara Barat yang sudah kelimpungan akibat krisis ekonomi
sedemikian bernafsu menguasai Libya. Tapi Syria, bukan negara kaya.
Kesalahan Syria hanya satu: rezim Assad enggan berbaik-baik dengan
Israel. Assad adalah satu-satunya pemimpin negara Arab yang hingga hari
ini tetap teguh menolak berdamai dengan Israel, Assad bahkan membantu
Hizbullah untuk melawan invasi Israel ke Lebanon selatan, bahkan Assad
menyediakan perlindungan bagi aktivis-aktivis top Hamas. Bagi Israel,
Assad adalah duri dalam daging. Lalu mengapa AS dan NATO sampai
berkepentingan menghabiskan energi perang mereka demi Israel?
Menurut pakar Hubungan Internasional, John Mearsheimer dan Stephen Walt dalam makalah mereka, di sinilah letak kekuatan lobby Zionis. Kelompok-kelompok lobby Zionis
sangat berhasil mengalihkan kebijakan politik AS menjauh dari
kepentingan nasionalnya sendiri dan pada saat yang sama meyakinkan
publik dan politisi AS bahwa ada ‘kepentingan yang sama' di antara AS
dan Israel. Karena itu, gelombang penarikan pasukan AS dari Irak dan
Afghanistan sangat mungkin merupakan taktik yang disebut Sun Tzu dalam art of war-nya, ‘mengecoh langit menyeberang lautan'.
Seolah sedang menghentikan perang, namun sesungguhnya tengah
memindahkan pasukan ke lokasi lain, bersiap untuk perang yang baru.
Namun, situasi tak semudah yang dibayangkan oleh AS. Ternyata, sanksi
PBB untuk Syria gagal terbit karena dihadang oleh veto Cina dan Rusia.
Merapatnya kapal perang Rusia memasuki laut Syria juga merupakan
indikasi kuat bahwa Moskow siap melindungi sekutu dekatnya itu. Dari
Iran, bendera pertempuran juga mulai berkibar.
Iran pun sudah berkali-kali melakukan aksi-aksi deterrence,
bahkan termasuk latihan militer ‘penutupan Selat Hormuz'. Selat Hormuz
adalah jalur distribusi minyak terpenting di dunia, dimana 40 persen
minyak dunia didistribusikan melalui jalur ini. Tak heran bila anggota
parlemen Iran Parviz Sorouri, berkata, "Iran akan membuat dunia tidak
aman jika dunia menyerang Iran." Hal ini senada dengan ancaman Assad,
"Serangan terhadap Syria akan memicu konflik regional." Bahkan Assad
sudah sesumbar, jika Syria diserang, pihaknya akan membombardir Israel
dengan berbagai senjata dan roket-roket yang telah ia persiapkan lama.
Apakah akhirnya AS dan NATO tetap nekad melancarkan perang ke Syria,
lalu berlanjut ke Iran, masih menjadi tanda tanya. Namun, pendapat
Andrew Gavin Marshall, peneliti dan kontributor pada Central for Research on Globalization,
menarik untuk disimak.
Menurutnya, gejolak yang terjadi di Timur
Tengah ini merupakan taktik politik rahasia untuk memperluas pengaruh
NATO dan AS, serta menghadang Rusia dan China. Tujuan akhirnya adalah
membentuk New World Order (Tatanan
Dunia Baru), dimana segelintir penguasa elit akan memperbudak mayoritas
masyarakat dunia. Ia bahkan mengisyaratkan bahwa revolusi yang kini
berlangsung merupakan awal Perang Dunia III.
Apaboleh buat, perkembangan
politik memang unpredictable dan sering bersifat turbulent (tiba-tiba).
Kita hanya bisa mencermati dan berharap pada bangkitnya gelombang
kesadaran yang kuat di tengah masyarakat dunia, yang bisa melawan
kekuatan-kekuatan arogan itu. [IRIB Indonesia]
Masa Depan Suram Uni Eropa
Meski negara-negara anggota Uni Eropa berusaha keras untuk menanggulangi
krisis ekonomi yang mendera kawasan ini, namun berbagai laporan lembaga
pemeringkat menunjukkan kondisi ekonomi Eropa khususnya di Zona Euro
sangat kritis. Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P),
Moody's and Fitch dalam berbagai laporannya di penghujung tahun 2011
terkait anjloknya rating kredit negara-negara Zona Euro. Lembaga ini
juga memperingatkan negara kuat di Eropa seperti Perancis dan Jerman.
Lembaga ini dalam beberapa hari terakhir juga menurunkan rating sejumlah
bank besar Eropa.
Kementerian Ekonomi Hongaria menyesalkan
downgrade peringkat rating yang dialami negaranya. Mereka menyebut
Hongaria telah menjadi kambing hitam dari krisis euro dan menjadi korban
tidak langsung dari "serangan keuangan" kepada Uni Eropa. Dalam
pernyataannya kepada media, kementerian itu mengatakan downgrade itu
tidak didasarkan pada analisis keadaan ekonomi dan keuangan terkini
Hungaria. Tapi, dipaksa oleh, "tekanan dari pelaku pasar yang
kepentingannya adalah menguatkan dolar dan melemahkan euro."
Rabu,
(22/12) rating kredit Hongaria diturunkan oleh Standar & Poor ke
tingkat "sampah". S & P menyebut tingkat utang Hongaria merupakan
yang tertinggi di Uni Eropa. Pertumbuhan ekonomi yang rendah dianggap
sebagai alasan untuk jangka panjang dan jangka pendek termasuk rendahnya
nilai mata uang negara itu membuat mereka terbenam dari peringkat BB+
menjadi BBB.
Adapun, Kepala Bank Sentral Eropa Mario Draghi dalam
laporannya kepada anggota parlemen Eropa juga memperingatkan
kebangkrutan bank-bank besar Eropa di tahun 2012. Dalam laporannya,
Draghi menyebut stabilitas ekonomi Zona Euro dalam bahaya. Bahaya yang
mengancam kelanggengan ekonomi Zona Euro kian bertambah di paruh kedua
tahun 2011. Ia menyatakan kekhawatirannya terhadap kebijakan bank yang
sangat berhati-hati dalam memberi kredit dan menurutnya hal ini bagi
ekonomi Eropa yang tengah dilanda krisis merupakan kendala serius.
Kepada negara Zona Euro, Draghi memperingatkan bahwa Bank Sentral Eropa
tidak dapat menanggung seluruh masalah ini.
Bank Sentral Eropa,
menyatakan pihaknya meningkatkan pembelian mingguan obligasi Zona Euro
yang merupakan bagian dari program untuk menurunkan biaya pinjaman dan
memerangi krisis utang. ECB mengatakan, telah membeli 3,36 miliar euro
(4,4 miliar dolar AS) obligasi pada minggu lalu, naik dari hanya 635
juta euro pada minggu sebelumnya. ECB, seperti biasa, tidak menentukan
obligasi pemerintah mana yang telah dibeli.
Bank kini telah
membeli total 211 miliar euro obligasi pemerintah Zona Euro sejak
pertama kali mulai operasi kontroversial awal tahun lalu sebagai bagian
dari upaya untuk mengurangi tekanan utang dalam blok 17-negara. Bank
memulai kembali pembelian besar pada Agustus ketika ketegangan baru
mendorong tingkat suku bunga Italia dan Spanyol ke tingkat yang tidak
berkelanjutan, tetapi pembelian telah jatuh tajam dalam dua minggu
terakhir.
Beberapa pemerintah Eropa telah menempatkan tekanan
pada ECB untuk meningkatkan program pembelian obligasinya, dipandang
oleh beberapa pakar sebagai kemungkinan solusi untuk mengatasi krisis
utang.Tetapi ECB, yang didukung oleh Jerman, telah tetap menolak, dengan
alasan bahwa tanggung jawabnya adalah untuk menjaga harga di Zona Euro
stabil. Kepala ECB Mario Draghi telah berulang kali menegaskan bahwa
program pembelian obligasi negara yang dicabik-utang adalah terbatas dan
sementara.
Seorang pejabat Bank Sentral Inggris menandaskan,
krisis di Zona Euro tahun depan selain kian parah juga akan menyebar ke
seluruh dunia. Di halaman pertama media dan koran Eropa banyak dihiasi
analisa soal kemungkinan bangkrutnya Euro. Faktor utama yang menyebabkan
kondisi ini adalah ketidakpercayaan yang kian meningkat pasar finansial
terhadap Euro.
Sementara itu Jerman dan Perancis berusaha keras
mencari solusi menangangi krisis Euro. Kanselir Jerman Angela Merkel
seraya menyerukan pembentukan kesatuan fiskal Eropa, mengatakan tidak
ada cara lain untuk menyelesaikan krisis utang Zona Euro. Ia
menandaskan,"Krisis utang Eropa tidak akan berakhir dalam tabuhan
gendang. Itu butuh proses dan proses ini akan memakan waktu
bertahun-tahun." Merkel telah mencoba membujuk Uni Eropa dan mitra Zona
Euro untuk menegosiasikan perubahan perjanjian Uni Eropa guna menegakkan
disiplin anggaran dan kontrol utang di Zona Euro. Menurutnya, masa
depan Euro tidak dapat dipisahkan dari kesatuan Eropa.
Pemerintah
Jerman telah menegaskan perubahan untuk membangun kekuatan guna memveto
anggaran nasional di Zona Euro yang melanggar aturan bersama dan
menghukum negara pelanggar aturan itu. Dia menolak tuduhan bahwa Jerman
sedang mencari mitra untuk mendominasi Eropa dan menilainya sebagai
tudingan yang aneh. Ditambahkannya, kesatuan fiskal Eropa dan sanksi
otomatis diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan di pasar.
Di
sisi lain, Presiden Perancis, Nicolas Sarkozy gagal menarik dukungan
Perdana Menteri Inggris David Cameron. Ia menilai dukungan Perdana
Menteri Inggris, David Cameron terhadap rencana perubahan di perjanjian
Uni Eropa tak mungkin diraih. Sarkozy setelah pembicaraannya dengan
Cameron menandaskan, kami lebih memilih melobi 27 negara anggota, namun
mengingat sikap Inggris sepertinya hal ini sulit dilaksanakan.
Ditambahkannya,
Cameron memberikan syarat yang tak mungkin diterima untuk menyetujui
rencana revisi di perjanjian Uni Eropa. Inggris meminta sejumlah
kelonggaran di bidang jasa serta undang-undang finansial sebagai syarat
penambahan satu butir protokol di perjanjian Uni Eropa. Sarkozy
mengingatkan, kami tidak dapat menerima syarat tersebut, karena kami
memahami bahwa sejumlah krisis ekonomi global saat ini di bidang
finansial disebabkan karena tidak adanya pengetatan di undang-undang itu
sendiri. Jika kita menerima syarat tersebut maka upaya selama ini untuk
mengawasi serta mengontrol jasa pelayanan finansial akan dipertanyakan.
Sementara
itu, Cameron di jumpa pers menandaskan, jika tidak ada jaminan penuh
maka London memilih keluar dari perjanjian ini. Ini adalah keputusan
yang sulit, namun benar, ungkap Perdana Menteri Inggris. Di sisi lain,
mayoritas pengamat meyakini bahwa perilisan obligasi Euro dan
penggabungan utang negara-negara anggota merupakan solusi terbaik untuk
menyelesaikan krisis saat ini. Adapun Ketua Dewan Eropa Herman Van
Rompuy menandaskan, hingga kini belum dicapai kesepakatan soal
penggabungan utang negara anggota di Zona Eruro. Meski demikian Herman Van Rompuy optimis di sidang mendatang tercapai iklim yang lebih tenang saat membahas masalah ini.
Menteri
Luar Negeri Inggris, William Hague dan sejawatnya dari Jerman, Guido
Westerwelle menekankan urgensitas penyelesaian friksi yang ada di Uni
Eropa serta pengambilan sikap bersama demi menghadapi krisis ekonomi
saat ini yang melanda Zona Euro. Hal ini disampaikan keduanya kepada
wartawan usai perundingan mereka di London. Mereka menandaskan, kedua
negara menghendaki pengokohan laju ekonomi, pasar kolektif di Eropa,
pembukaan lapangan pekerjaan baru, dukungan terhadap sektor ekonomi
kecil dan menengah serta upaya bersama menyelesikan krisis ekonomi yang
ada.
Penolakan Perdana Menteri Inggris, David Cameron terhadap
reformasi perjanjian Uni Eropa di sidang para pemimpin organisasi ini
sepuluh hari lalu di Brussel serta penolakannya terhadap pengetatan
dalam proses pengawasan dan finasial organisasi bagi pusat finasial
London memicu kerenggangan hubungan antara Inggris dan anggota Uni Eropa
lainnya. Di kantor Deplu Inggris, Westerwelle kepada wartawan
mengatakan, kita mampu dan friksi yang ada dengan Inggris terkait masa
depan Uni Eropa harus kami tuntaskan.
Ditekankannya, perundingan
kami kali ini sejatinya dialog antar dua negara sahabat. Inggris bagi
Jerman merupakan mitra dan sekutu yang tak dapat dipisahkan di Uni
Eropa. Kami tidak memiliki keraguan bahwa kami mampu bersama-sama
memajukan Uni Eropa. Menlu Jerman menambahkan, kami memiliki nasib
serupa, Uni Eropa bukan hanya menjadi solusi bagi sejarah kelam kami,
namun juga jaminan penting bagi seluruh anggota di era globalisasi
ekonomi dan perdagangan.
Sementara itu, Menlu Inggris, William
Hague dalam kesempatan tersebut menandaskan, Jerman dan Inggris memiliki
kerjasama mendalam dan luas yang memungkinkan keduanya bekerjasama di
berbagai isu internasional serta memiliki visi yang sama pula. Upaya
untuk menstabilkan kondisi di negara-negara anggota Zona Euro merupakan
prioritas utama kami dan kami yakin bahwa solusi krisis ini juga
menguntungkan London, tandas Hague. Sementara itu, meski Inggris
menolak, namun 26 negara anggota Uni Eropa lainnya menyatakan siap
menandatangani kerjasama di antara mereka untuk menyelesaikan krisis
ekonomi secara kolektif.
Mayoritas pengamat politik dan media
menilai, keputusan London ini menjadi faktor utama bagi keterkucilan
Inggris di benua Eropa. Di sisi lain, sejumlah pengamat, khususnya pakar
ekonomi menyebut tepat tindakan Cameron dan hal itu penting bagi
kepentingan nasional Inggris.(IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar