Einstein dan Islam
Posted by admin On August 18th, 2011 / Comments (517)
Diposkan oleh Ali Sina pada tanggal 15 Agustus
http://indonesian.alisina.org/?p=923
Mullah Iran mengatakan bahwa Einstein berpaling pada Islam dan menjadi pemeluk Islam Syiah.
Dalam
sebuah debat dengan seorang mullah terpelajar dari Iran, penentang saya
mengutip sebuah pernyataan yang ia klaim berasal dari Albert Einstein.
“Quran
bukanlah sebuah buku Aljabar atau geometri, melainkan sebuah kumpulan
aturan-aturan yang membimbing manusia kepada jalan yang lurus, yaitu
jalan yang bahkan para filsuf sekalipun tidak sanggup untuk menolaknya.”
Saya
melakukan sebuah pencarian dan menemukan bahwa pernyataan di atas
dikutip di banyak situs-situs Islam. Namun demikian, pernyataan itu
secara menyesatkan dikaitkan dengan Einstein. Padahal pandangan Einstein
tentang Tuhan dan agama secara radikal bertentangan dengan Islam. Di
bagian berikut ini, ia menjelaskan keyakinannya:
“Kapasitas
untuk memahami misteri kehidupan, meskipun dibarengi oleh ketakutan,
juga telah menjadi sebab bangkitnya agama. Untuk mengetahui bahwa apa
yang tidak dapat menembus diri kita benar-benar eksis, yang
memanifestasikan dirinya sebagai hikmat tertinggi dan keindahan yang
bersinar, dimana para pengajar kita yang kurang memiliki ketertarikan
hanya bisa memahaminya dalam bentuknya yang paling primitif –
pengetahuan ini, perasaan ini, ada di pusat religiositas yang benar, dan
hanya pada perasaan ini saja aku menjadi bagian dari orang-orang
religius yang saleh. Aku tidak bisa membayangkan satu sosok Tuhan yang
memberikan upah dan menghukum obyek-obyek yang Ia sendiri ciptakan, yang
mana tujuan-tujuan mereka adalah untuk menjadi model dari apa yang
mereka miliki – satu sosok Tuhan yang hanya merupakan refleksi dari
kelemahan manusia. Aku pun tidak bisa mempercayai bahwa ada individu
yang bisa menyelamatkan tubuhnya yang mati, meskipun jiwa-jiwa yang
telah kehilangan kekuatannya mempunyai pemikiran seperti itu melalui
ketakutan atas kebodohan yang menyerap diri mereka sendiri”
Di sini
jelas bahwa Einstein tidak mempercayai satu sosok Tuhan yang personal,
yang memberikan upah dan menjatuhkan hukuman, seperti ia sendiri pun
tidak mempercayai hidup sesudah mati. Konsep-konsep ini adalah hal yang
fundamental bagi Islam. Tanpa satu sosok Tuhan yang personal, dan tanpa Hari Penghakiman, maka sebuah firdaus yang penuh dengan hawa nafsu dan sebuah neraka Islam yang penuh dengan siksaan, menjadi tidak berarti.
Secara
keseluruhan, Islam didasarkan pada ketakutan. Tak ada kata yang lebih
sering diulang dalam Quran daripada kata “neraka” dan “Hari
Penghakiman”. Saya telah berdebat dengan ribuan orang-orang Muslim,
banyak dari mereka yang sangat terdidik, tetapi banyak juga yang tidak.
Nada dari perdebatan-perdebatan ini selalu tentang penghukuman Tuhan
yang tengah menanti saya. Ketakutan inilah yang telah melumpuhkan
orang-orang Muslim dan menyebabkan mereka hidup tanpa harapan. Selama
ketakutan ini tetap ada, mereka tidak akan pernah bisa meragukan Islam
dan tidak akan sanggup membebaskan diri mereka sendiri dari
cengkeramannya.
Einstein
percaya bahwa agama adalah produk dari kebodohan dan ketakutan.
Komentar-komentar mengenai Islam secara menyesatkan dikaitkan dengan
dirinya. Tetapi hal itu sama sekali tidak mengejutkanku. Hampir semua
hal yang dikatakan oleh orang-orang Muslim adalah kebohongan. Sungguh
tidak bisa dipercaya bahwa seseorang tidak dapat menemukan satu pun
kebenaran di dalam agama ini.
Hal
yang mengejutkan saya adalah bahwa Mullah yang berpengetahuan luas ini,
dalam pesan yang ia sampaikan sebelumnya pada saya, telah memposkan
sebuah daftar panjang dari semua kutipan yang berasal dari beberapa
orang anti-Semit seperti Gustav Le Bon dan lainnya; yang melukiskan
bahwa orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang paling jahat dan licik
dari semua bangsa yang ada dalam dunia, dan dengan demikian men-dehumanis
mereka dan menyebut mereka sebagai keturunan Setan. Teori-teori Le Bon
mengenai ras dan manusia sangat mempengaruhi Hitler dalam tulisannya
Mein Kampf, dan disebutkan bahwa Mussolini menyimpan buku Le Bon di
samping tempat tidurnya.
Orang yang
terdidik ini percaya bahwa Allah telah merubah orang-orang Yahudi
menjadi babi-babi dan monyet-monyet. Sungguh menakjubkan melihat apa
yang telah dilakukan oleh Islam kepada otak manusia. Dan ketika aku
telah membuktikan bahwa dia itu salah, mengingatkannya akan begitu
banyak hal-hal besar yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi bagi
umat manusia, maka ia berkata, “aha! Sekarang kami tahu bahwa engkau adalah seorang Yahudi.”
Meskipun demikian, dari semua orang, ia memilih Albert Eistein, seorang
Yahudi, dan secara menyesatkan mengkaitkan kata-kata pujian terhadap
Islam itu kepadanya.
Jika
Einstein secara rasial inferior, sebagaimana yang dikatakan oleh Le Bon,
dan juga sebagaimana yang dikatakan oleh Quran, mengapa mengutipnya?
Jika sebagai seorang Yahudi, dia itu sama sekali tidak ada harganya,
mengapa pandangannya mengenai Islam dianggap sebagai hal yang penting?
Kebodohan pemikiran orang-orang Muslim tak pernah berhenti membuatku
takjub.
Untuk bisa
sepenuhnya memahami pemikiran delusional dari orang-orang Muslim ini,
saya ingin menginformasikan pada para pembaca bahwa para mullah di Iran
mengklaim bahwa Einstein telah menjadi pemeluk Islam Syiah. Pemerintah
yang mengontrol situs SobheSadegh.ir
mengatakan bahwa menurut seorang ulama yang tidak diketahui namanya,
dan yang telah menyampaikan sebuah kotbah di sebuah mesjid di Teheran,
ahli fisika nuklir Albert Einstein, dikatakan (tanpa bukti) telah
menjadi seorang pemeluk Islam Syiah melalui usaha yang dilakukan oleh
Ayatollah Agung Boroujerdi, yang juga telah mendesak Einstein untuk
merahasiakan perpalingannya pada Islam, supaya ia tidak dibunuh.
Namun
demikian, jauh dari berpaling menjadi seorang pemeluk Islam atau memuji
agama ini, sebagai seorang Yahudi, Einstein memiliki pandangan yang
berbeda mengenai Yesus. Di bawah ini adalah sebuah klip wawancara dari
the Saturday Evening Post, October 26, 1929:
“Sejauh mana engkau dipengaruhi oleh Kekristenan?”
Sebagai
seorang anak, aku menerima instruksi baik dari Alkitab dan juga dari
Talmud. Aku adalah seorang Yahudi, tetapi aku pun adalah seorang yang
sangat tertarik dengan figur yang penuh kemuliaan dari orang Nazareth
itu (Yesus).
Apakah kau sudah membaca buku Emil Ludwig mengenai Yesus?
Buku Emil
Ludwig mengenai Yesus kurang dalam. Yesus terlalu kolosal bagi pena
seorang penulis buku. Tak ada seorang pun yang bisa menghilangkan
Kekristenan dengan sebuah kata-kata yang indah.
Apakah engkau menerima eksistensi Yesus sebagai sebuah peristiwa yang historis?
Itu tidak
perlu lagi dipertanyakan! Tak seorang pun dapat membaca Injil tanpa
merasakan kehadiran Yesus yang sebenarnya. PersonalitasNya menyebar di
setiap kata. Tak ada kisah mitos yang bisa diisi dengan kehidupan
seperti itu.”
“Ludwig
Lewisohn, dalam salah satu bukunya yang terakhir, mengklaim bahwa banyak
dari ucapan-ucapan Yesus merupakan pengulangan dari apa yang pernah
dikatakan oleh nabi-nabi lainnya.”
Jawab
Einstein,”Tak seorang pun bisa menyangkali fakta bahwa Yesus benar-benar
eksis, juga tak ada yang dapat membantah bahwa ajaran-ajarannya itu
indah. Bahkan meskipun beberapa dari yang Ia ajarkan itu sebelumnya
sudah pernah disampaikan oleh orang lain, tak seorang pun yang pernah
mengekspresikannya sedemikian ber-otoritas Ilahi sebagaimana yang
dilakukan oleh Yesus.”
Situs-situs
Islam ini memposkan beberapa kutipan dari orang-orang terkenal seperti
Napoleon Bonaparte, Gandhi, Leo Tolstoy, Bernard Shaw, dan orang-orang
lainnya yang memuji Islam. Mengutip pendapat orang-orang terkenal
sebagai bukti akan kebenaran sebuah agama adalah sebuah kekeliruan yang
logis. Bahkan orang-orang terkenal pun bisa salah, tetapi fakta bahwa
tak ada dari orang-orang ini yang merupakan sarjana Islam atau telah
membaca kitab suci Muslim atau sejarahnya, menyebabkan pendapat mereka
tentang Islam menjadi tak ada nilainya.
Hitler pun
memuji-muji Islam. Pendapat Hitler-lah satu-satunya yang perlu kita
pertimbangkan secara serius, sebab Hitler memahami Islam dengan sangat
baik. Masihkah orang-orang tetap memuji Islam setelah mereka tahu bahwa
Muhammad itu adalah seorang perampok, pembunuh massal, pemerkosa dan
orang yang mempromosikan perbudakan? Fakta-fakta ini baru menjadi
perhatian publik sejak satu dekade yang lalu. Saat aku mulai menulis
mengenai hal ini, tak ada yang mempercayaiku. Aku kedengaran bagi mereka
seperti seorang gila. Benar-benar tidak masuk akal bagaimana seorang
kriminal disembah oleh 1,5 milyar manusia. Tetapi inilah fakta yang
dihadapi oleh dunia.
Orang-orang
terkenal ini, yang berbicara meninggikan Islam, mengucapkannya dari
ketidaktahuan mereka. Dengan memuji Islam menyebabkan orang-orang Muslim
menjadi sangat senang. Orang-orang Muslim secara terus-menerus mencari
persetujuan dari orang-orang yang berwenang, dan bagi orang yang tidak
waspada ini adalah cara yang mudah bagi mereka untuk disukai oleh
orang-orang Muslim. Sedihnya, pujian yang mereka berikan menyebabkan
orang-orang Muslim menjadi bebal dan menjadikan mereka lebih fanatik,
dan sebagai hasilnya menjadikan mereka lebih banyak lagi melakukan
kekerasan.
Inti dari pesan Muhammad adalah jihad.
Jika anda menyatakan persetujuan anda terhadap Islam, maka anda
mensahkan semua ajaran-ajarannya yang jahat, termasuk jihad, dan
mendorong terorisme. Jika sekarang kebenaran itu telah disingkapkan, tak
seorang pun boleh memuji Islam lagi hanya demi menyenangkan orang-orang
Muslim. Kebodohan tak lagi bisa menjadi alasan. Memuji Islam adalah
sebuah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.
Pihak
berwenang lainnya yang dikutip oleh orang-orang Muslim adalah Novelis
Rusia Leo Tolstoy. Ia diklaim telah mengatakan, “Quran berisi hal-hal
yang riil serta prinsip-prinsip yang jelas, dan umat manusia bisa
menggunakannya secara umum.” Meskipun demikian, Tolstoy juga
berpendapat bahwa Islam telah dikorupsi dan memuji Bab, Baha-u-llah, dua
orang yang merupakan pendiri dari Iman Bahai. Kedua nabi ini ditolak
oleh orang-orang Muslim. Beberapa bulan sebelum kematiannya, Tolstoy
menulis:
“Aku
sudah lama mengenal Babis, dan selalu tertarik dengan ajaran-ajaran
mereka. Aku memandang bahwa ajaran-ajaran ini, dan juga semua ajaran
religius sosial rasionalistis yang muncul belakangan, keluar dari ajaran
asli Brahmanisme, Budhisme, Yudaisme, Kristen dan Islam, yang
didistorsi oleh para imam. Agama-agama ini memiliki masa depan yang baik
dimana pada suatu hari nanti agama-agama ini tidak akan terpecah-pecah
lagi melainkan akan menjadi satu agama bagi seluruh umat manusia.”
Tolstoy juga menyebut gerakan Ahmadiyah di Lahor dan gerakan Mahdi di Afrika dan berkata,
“Kedua
ajaran religious ini tidak berisi hal-hal yang baru, juga pandangan
mereka tentang manusia serta hubungan di antara manusia juga tidak
berubah, sebagaimana yang diajarkan oleh Babiisme. Karena itu dengan
segenap hati aku merasa simpati dengan Babiisme sebab ia mengajarkan
persaudaraan dan kesetaraan manusia dan bagaimana manusia seharusnya
mengorbankan kehidupan material sebagai pelayanan kepada Tuhan.
Ajaran-ajaran
Babis yang datang pada kita bersumber dari ajaran-ajaran Bahaullah yang
secara bertahap dikembangkan dan sekarang ada di hadapan kita dengan
ajaran keagamaan yang paling tinggi dan murni.”
Jadi aku
mau bertanya kepada orang-orang Muslim yang mengutip “pihak yang
memiliki otoritas” untuk membuktikan bahwa Islam adalah kebenaran,
mengapa mereka mengabaikan pihak yang sama yang memiliki otoritas, saat
mereka memuji iman-iman yang lain, khususnya iman Babi dan Baha’i, yang
oleh Muslim dianggap sebagai bidat? Jika pendapat Tolstoy mengenai
Muhammad itu valid, demikian juga pendapatnya mengenai Bab dan
Bahaullah.
Bersandar pada “pihak yang punya otoritas” sebagai bukti kebenaran, secara logis adalah sebuah penyesatan. Ini disebut argumentum ad verecundiam. Kebenaran
dari sebuah agama hanya bisa ditentukan dengan menganalisa
ajaran-ajarannya dan siapa yang menuliskannya. Atau sebagaimana yang
dikatakan oleh Yesus, melalui buah-buahnya.
Ketika
kita menganalisa Islam, kita menemukannya sebagai agama yang
mempromosikan kebencian, sebuah agama yang disebarkan melalui tipu daya,
menganjurkan kekerasan dan mendorong perseteruan dan penumpahan darah.
Ketika kita mengamati para pengikutnya, kita bisa melihat bahwa mereka
mundur ke belakang, suka melakukan kekerasan, bebal dan tidak beradab.
Inilah buah-buah pahit yang berasal dari pohon yang ada di neraka.
Einstein
adalah seorang Atheis Yahudi dan seorang Zionis. Ia adalah semua hal
yang dibenci oleh orang-orang Muslim. Einstein tidak percaya dengan satu
sosok Tuhan yang personal. Pemikirannya secara diametris bertentangan
dengan Islam. Ia juga tidak menjadi pemeluk Islam dan sama sekali tidak
pernah memujinya. Ia memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada
Yesus, tetapi bukan kepada Muhammad. Muhammad tidak patut untuk
dihormati. Dengan memahami bagaimana Muhammad hidup, dan warisan
kehancuran yang ia tinggalkan di belakang, Muhammad layak menerima
cemoohan dari kita.
Albert Einstein seorang islam syi’ah
Posted on Oktober 22, 2011 by syiahali
oleh ustad Husain Ardilla
Dalam sebuah dokumen yang dirahasiakan, terungkap sebuah surat rahasia Albert Einstein, ilmuan Jerman penemu teori relatifitas yang menunjukkan bahwa dirinya adalah penganut Islam Syiah Imamiyah.
Hal ini berdasarkan laporan situs Mouood.org, Einstein pada tahun 1954 dalam suratnya kepada Ayatollah Al-Udzma Sayid Hossein Boroujerdi, marji besar Syiah kala itu, menyatakan, “Setelah 40 kali menjalin kontak surat-menyurat dengan Anda (Ayatollah Boroujerdi), kini saya menerima agama Islam dan mazhab Syiah 12 Imam”.
Tapi ada satu hal yang bisa kita cermati. Kita, umat muslim, harus kembali untuk mempelajari sumber-sumber asli agama ini, mulai dari bidang kesehatan, ekonomi, politik, dan sebagainya. Bukankah umat muslim pernah merasakan era keemasan saat Eropa masih dalam kegelapan? Entahlah… tapi yang pasti, saya menemukan gambar “ayatullah” Einstein
TERNYATA ALBERT EINSTEIN ISLAM
Dunia sains modern di awal abad ke-20 M dibuat takjub oleh penemuan seorang ilmuwan Jerman bernama Albert Einstein. Fisikawan ini pada 1905 memublikasikan teori relativitas khusus (special relativity theory). Satu dasawarsa kemudian, Einstein yang didaulat majalah Time sebagai tokoh abad XX itu mencetuskan teori relativitas umum (general relativity theory). Teori relativitas itu dirumuskannya sebagai E=mc2. Rumus teori relativitas yang begitu populer menyatakan bahwa kecepatan cahaya adalah konstan. Selain itu, teori relativitas khusus yang dilontarkan Einstein berkaitan dengan materi dan cahaya yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi
.
Sedangkan, teori relativitas umum menyatakan, setiap benda bermassa menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya melengkung (efek geodetic wrap). Melalui kedua teori relativitas itu, Einstein menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetis tidak sesuai dengan teori gerakan Newton. Gelombang elektromagnetis dibuktikan bergerak pada kecepatan yang konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat
.
Inti pemikiran kedua teori tersebut menyatakan, dua pengamat yang bergerak relatif akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama. Meski begitu, isi hukum fisik akan terlihat sama oleh keduanya. Dengan ditemukannya teori relativitas, manusia bisa menjelaskan sifat-sifat materi dan struktur alam semesta.
“Pertama kali saya mendapatkan ide untuk membangun teori relativitas, yaitu sekitar tahun lalu 1905. Saya tidak dapat mengatakan secara eksak dari mana ide semacam ini muncul. Namun, saya yakin, ide ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak,” ungkap Einstein saat menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Kyoto Imperial University pada 4 Desember 1922
.
Benarkah Einstein pencetus teori relativitas pertama? Di Barat sendiri, ada yang meragukan teori relativitas itu pertama kali ditemukan Einstein. Sebab, ada yang berpendapat bahwa teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the World’s Two Chief Systems pada 1632
.
Teori relativitas merupakan revolusi dari ilmu matematika dan fisika. Sejatinya, 1.100 tahun sebelum Einstein mencetuskan teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-9 M telah meletakkan dasar-dasar teori relativitas, yaitu saintis dan filosof legendaris bernama Al-Kindi yang mencetuskan teori itu.
Sesungguhnya, tak mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M. Apalagi, ilmuwan kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat menguasai kitab suci Alquran. Sebab, tak diragukan lagi bahwa ayat-ayat Alquran mengandung pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi alam semesta raya ini.
Aya-ayat Alquran yang begitu menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya serta pemikiran para saintis Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditutup-tutupi
.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, ilmuwan bernama lengkap Yusuf Ibnu Ishaq Al-Kindi itu telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas. Sayangnya, sangat sedikit umat Islam yang mengetahuinya. Sehingga, hasil pemikiran yang brilian dari era kekhalifahan Islam itu seperti tenggelam ditelan zaman.
Menurut Al-Kindi, fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif. Relativitas, kata dia, adalah esensi dari hukum eksistensi. “Waktu, ruang, gerakan, dan benda, semuanya relatif dan tak absolut,” cetus Al-Kindi. Namun, ilmuwan Barat, seperti Galileo, Descartes, dan Newton, menganggap semua fenomena itu sebagai sesuatu yang absolut. Hanya Einstein yang sepaham dengan Al-Kindi
.
“Waktu hanya eksis dengan gerakan; benda dengan gerakan; gerakan dengan benda,” papar Al-Kindi. Selanjutnya, Al-Kindi berkata, “… jika ada gerakan, di sana perlu benda; jika ada sebuah benda, di sana perlu gerakan.” Pernyataan Al-Kindi itu menegaskan bahwa seluruh fenomena fisik adalah relatif satu sama lain. Mereka tak independen dan tak juga absolut.
Gagasan yang dilontarkan Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein dalam teori relativitas umum. “Sebelum teori relativitas dicetuskan, fisika klasik selalu menganggap bahwa waktu adalah absolut,” papar Einstein dalam La Relativite. Menurut Einstein, pendapat yang dilontarkan oleh Galileo, Descartes, dan Newton itu tak sesuai dengan definisi waktu yang sebenarnya.
Menurut Al-Kindi, benda, waktu, gerakan, dan ruang tak hanya relatif terhadap satu sama lain, namun juga ke objek lainnya dan pengamat yang memantau mereka. Pendapat Al-Kindi itu sama dengan apa yang diungkapkan Einstein
.
Dalam Al-Falsafa al-Ula, Al-Kindi mencontohkan, seseorang melihat sebuah objek yang ukurannya lebih kecil atau lebih besar menurut pergerakan vertikal antara bumi dan langit. Jika orang itu naik ke atas langit, dia melihat pohon-pohon lebih kecil. Jika dia bergerak ke bumi, dia melihat pohon-pohon itu jadi lebih besar
.
“Kita tak dapat mengatakan bahwa sesuatu itu kecil atau besar secara absolut. Tetapi, kita dapat mengatakan bahwa itu lebih kecil atau lebih besar dalam hubungan kepada objek yang lain,” tutur Al-Kindi. Kesimpulan yang sama diungkapkan Einsten sekitar 11 abad setelah Al-Kindi wafat.
Menurut Einstein, tak ada hukum yang absolut dalam pengertian hukum tak terikat pada pengamat. Sebuah hukum, papar dia, harus dibuktikan melalui pengukuran. Al-Kindi menyatakan, seluruh fenomena fisik, seperti manusia menjadi dirinya, adalah relatif dan terbatas.
Meski setiap manusia tak terbatas dalam jumlah dan keberlangsungan, mereka terbatas; waktu, gerakan, benda, dan ruang yang juga terbatas. Einstein lagi-lagi mengamini pernyataan Al-Kindi yang dilontarkannya pada abad ke-11 M. “Eksistensi dunia ini terbatas meskipun eksistensi tak terbatas,” papar Einstein
.
Dengan teori itu, Al-Kindi tak hanya mencoba menjelaskan seluruh fenomena fisik. Namun, juga dia membuktikan eksistensi Tuhan. Karena, itu adalah konsekuensi logis dari teorinya. Di akhir hayatnya, Einsten pun mengakui eksistensi Tuhan. Teori relativitas yang diungkapkan kedua ilmuwan berbeda zaman itu pada dasarnya sama. Namun, penjelasan Einstein telah dibuktikan dengan sangat teliti
.
Bahkan, teori relativitasnya telah digunakan untuk pengembangan energi, bom atom, dan senjata nuklir pemusnah massal. Sedangkan, Al-Kindi mengungkapkan teorinya untuk membuktikan eksistensi Tuhan dan keesaan-Nya. Sayangnya, pemikiran cemerlang sang saintis Muslim tentang teori relativitas itu itu tak banyak diketahui. Sungguh sangat ironis, memang.
Relativitas dalam Alquran
Alam semesta raya ini selalu diselimuti misteri. Kitab suci Alquran yang diturunkan kepada umat manusia merupakan kuncinya. Allah SWT telah menjanjikan bahwa Alquran merupakan petunjuk hidup bagi orang-orang yang bertakwa. Untuk membuka selimut misteri alam semesta itu, Sang Khalik memerintahkan manusia agar berpikir.
Berikut ini adalah beberapa ayat Alquran yang membuktikan teori relativitas itu.”…. Sesungguhnya, sehari di sisi Tuhanmu seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung.” (QS Alhajj: 47). “Dia mengatur urusan langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS Assajdah: 5).
“Yang datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS 70: 3-4). “Dan, kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal, ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Annaml: 88)
.
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. Maka, tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (QS 23: 122-114)
.
Karena kebenaran Alquran itu, konon di akhir hayatnya, Einsten secara diam-diam juga telah memeluk agama Islam. Dalam sebuah tulisan, Einstein mengakui kebenaran Alquran. “Alquran bukanlah buku seperti aljabar atau geometri. Namun, Alquran adalah kumpulan aturan yang menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Jalan yang tak dapat ditolak para filosof besar,” ungkap Einstein. Wallahualam.
Si Jenius dari Abad IX
Al-Kindi atau Al-Kindus adalah ilmuwan jenius yang hidup di era kejayaan Islam Baghdad. Saat itu, panji-panji kejayaan Islam dikerek oleh Dinasti Abbasiyah. Tak kurang dari lima periode khalifah dilaluinya, yakni Al-Amin (809-813), Al-Ma’mun (813-833), Al-Mu’tasim, Al-Wasiq (842-847), dan Mutawakil (847-861).
Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai berbagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib kerajaan. Khalifah juga mempercayainya untuk berkiprah di Baitulhikmah yang kala itu gencar menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari berbagai bahasa, seperti Yunani
.
Ketika Khalifah Al-Ma’mun tutup usia dan digantikan putranya, Al-Mu’tasim, posisi Al-Kindi semakin diperhitungkan dan mendapatkan peran yang besar. Dia secara khusus diangkat menjadi guru bagi putranya. Al-Kindi mampu menghidupkan paham Muktazilah. Berkat peran Al-Kindi pula, paham yang mengutamakan rasionalitas itu ditetapkan sebagai paham resmi kerajaan
.
Menurut Al-Nadhim, selama berkutat dan bergelut dengan ilmu pengetahuan di Baitulhikmah, Al-Kindi telah melahirkan 260 karya. Di antara sederet buah pikirnya itu telah dituangkan dalam risalah-risalah pendek yang tak lagi ditemukan. Karya-karya yang dihasilkannya menunjukan bahwa Al-Kindi adalah seorang yang berilmu pengetahuan yang luas dan dalam
.
Ratusan karyanya itu dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, dan meteorologi. Bukunya yang paling banyak adalah geometri sebanyak 32 judul. Filsafat dan kedokteran masing-masing mencapai 22 judul. Logika sebanyak sembilan judul dan fisika 12 judul.
Penemuan Albert Einstein
Tidak dapat dipungkiri bahwa Albert Einstein adalah salah seorang ilmuwan terkemuka abad 20. Salah seorang genius Fisika Teori penemu Teori Relativitas yang sangat terkenal itu. Teori ini membuat Hukum Newton yang telah berusia 300 tahun itu menjadi usang.
Selain itu dia juga mengembangkan teori lain. Beberapa di antaranya belum selesai dirumuskan ketika dia meninggal. Misalnya Teori Medan Terpadu. Teori yang memadukan antara hukum pergerakan planet dan pergerakan partikel atom ini hingga sekarang terkatung-katung nasibnya karena belum ada yang tampil untuk menyelesaikannya.
Pada kesempatan lain dia pernah melontarkan pernyataan paradoksal yang berpotensi mengantarkannya pada penemuan terbesarnya. Namun pernyataan ini pun terhenti di tengah jalan. Dia menyatakan :
“Hal yang paling tidak dapat dipahami tentang dunia adalah bahwa dunia dapat dipahami.”
Dengan pengetahuan yang dimilikinya dia dapat menghitung gerak benda-benda angkasa dengan akurat. Dia bisa dengan rinci menjelaskan perilaku partikel. Dia menemukan energi yang sangat dahsyat hanya dengan perhitungan di atas kertas. Hal ini menunjukkan bahwa dia dapat memahami dunia ini dengan lebih baik daripada kebanyakan orang.
Artinya dia bisa memahami berbagai hukum yang berlaku di alam semesta ini. Bintang-bintang yang seolah diletakkan secara acak itu ternyata terikat oleh hukum yang mengatur pergerakannya. Komet yang seolah tidak menentu kehadirannya itu ternyata melintasi garis edar yang bisa dihitung persamaannya..
Singkat kata alam semesta yang menakjubkan ini ternyata terikat oleh hukum yang bisa dipahami. Apalagi oleh orang-orang seperti Einstein ini. Hukum yang dalam Islam biasa disebut sebagai sunnatullah.
Memahami Alam Semesta
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencipatakan alam semesta ini dengan keseimbangan yang sangat presisi. Seluruh benda langit melintas pada garis edarnya dengan tertib selama jutaan tahun. Ini bisa terjadi karena keseimbangan yang berlaku atasnya sebagaimana telah dinyatakan didalam Al-Qur’an yang mulia :
“Dialah yang telah menciptakan 7 langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ? Kemudian lihatlah lagi dan lagi, pandanganmu akan lelah dalam mencari sesuatu yang tidak seimbang.” [QS. Al-Mulk : 3-4]
Bayangkan kita sedang naik sepeda. Kalau kita tidak mampu menjaga keseimbangan, maka hanya dalam dua atau tiga kayuhan sepeda sudah akan rubuh. Namun begitu kita bisa menjaga sepeda tetap seimbang, maka kita bisa menempuh berpuluh-puluh kilometer dan tetap tegak.
Bisa kita bayangkan betapa seimbang alam semesta ini yang bisa bertahan selama berjuta-juta tahun. Seandainya keseimbangan itu terganggu sedikit saja niscaya akan runtuhlah alam semesta ini. Keseimbangan inilah yang mungkin telah memukau Einstein sehingga meluncurlah pernyataan sebgaimana tertulis di atas.
Pertanyaan berikutnya adalah : bagaimana hal ini bisa terjadi ?
Pembahasan tentang masalah ini telah begitu sering dilakukan. Saya khawatir akan membuat Anda bosan bila mengulanginya lagi. Kita lagnsung saja mengembalikannya kepada Al-Qur’an.
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Masa Sucilah Allah, pemilik ‘Arsy, dari segala yang mereka sifatkan kepada_Nya.” [QS. Al-Anbiyaa' : 22]
Kesimpulan saya, Einstein hanya membutuhkan satu langkah lagi untuk mencapai penemuan terbesarnya. Yaitu untuk menemukan Tuhannya yang Maha Esa. Yang bersendirian dalam menciptakan dan mengatur makhluknya.
Kemungkinan lain adalah dia sebenarnya telah menempuh langkah itu dan menemukan_Nya. Akan tetapi tidak diutarakan. Untuk suatu alasan yang tidak diketahui.
Kantor berita Iran IRIB (24/9) baru-baru ini melansir sebuah berita yang menyatakan bahwa ilmuwan Albert Einstein adalah seorang penganut Syiah. Irib mengutip sebuah surat rahasia Albert Einstein, ilmuan Jerman penemu teori relatifitas itu, yang menunjukkan bahwa dirinya adalah penganut madzhab Islam tersebut.
Berdasarkan laporan situs Mouood.org, Einstein pada tahun 1954 dalam suratnya kepada Ayatollah Al-Udzma Sayid Hossein Boroujerdi, marji besar Syiah kala itu, menyatakan, “Setelah 40 kali menjalin kontak surat-menyurat dengan Anda (Ayatollah Boroujerdi), kini saya menerima agama Islam dan mazhab Syiah 12 Imam”.
Einstein dalam suratnya itu menjelaskan bahwa Islam lebih utama ketimbang seluruh agama-agama lain dan menyebutnya sebagai agama yang paling sempurna dan rasional. Ditegaskannya, “Jika seluruh dunia berusaha membuat saya kecewa terhadap keyakinan suci ini, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walau hanya dengan membersitkan setitik keraguan kepada saya”.
Einstein dalam makalah terakhirnya bertajuk Die Erklarung (Deklarasi) yang ditulis pada tahun 1954 di Amerika Serikat dalam bahasa Jerman menelaah teori relatifitas lewat ayat-ayat Al-Quran dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as dalam kitab Nahjul Balaghah.
Dalam makalahnya itu, Einstein menyebut penjelasan Imam Ali as tentang perjalanan miraj jasmani Rasulullah ke langit dan alam malaikat yang hanya dilakukan dalam beberapa detik sebagai penjelasan Imam Ali as yang paling bernilai.
Ketika media-media zionis berusaha mencegah peningkatan jumlah pemeluk baru Islam di kalangan masyarakat Barat dan berusaha mencoreng citra agama cinta damai dan keadilan ini, terungkap sebuah surat rahasia Albert Einstein, ilmuan Jerman penemu teori relatifitas yang menunjukkan bahwa dirinya adalah penganut Islam Syiah Imamiyah
.
Berdasarkan laporan situs Mouood.org, Einstein pada tahun 1954 dalam suratnya kepada Ayatollah Al-Udzma Sayid Hossein Boroujerdi, marji besar Syiah kala itu, menyatakan, “Setelah 40 kali menjalin kontak surat-menyurat dengan Anda (Ayatollah Boroujerdi), kini saya menerima agama Islam dan mazhab Syiah 12 Imam”.Einstein dalam suratnya itu menjelaskan bahwa Islam lebih utama ketimbang seluruh agama-agama lain dan menyebutnya sebagai agama yang paling sempurna dan rasional. Ditegaskannya, “Jika seluruh dunia berusaha membuat saya kecewa terhadap keyakinan suci ini, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walau hanya dengan membersitkan setitik keraguan kepada saya”.
Salah satu hadis yang menjadi sandarannya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Allamah Majlisi tentang mikraj jasmani Rasulullah saw. Disebutkan, “Ketika terangkat dari tanah, pakaian atau kaki Nabi menyentuh sebuah bejana berisi air yang menyebabkan air tumpah. Setelah Nabi kembali dari mikraj jasmani, setelah melalui berbagai zaman, beliau melihat air masih dalam keadaan tumpah di atas tanah.” Einstein melihat hadis ini sebagai khazanah keilmuan yang mahal harganya, karena menjelaskan kemampuan keilmuan para Imam Syiah dalam relativitas waktu. Menurut Einstein, formula matematika kebangkitan jasmani berbanding terbalik dengan formula terkenal “relativitas materi dan energi”.E = M.C² >> M = E : C²Artinya, sekalipun badan kita berubah menjadi energi, ia dapat kembali berujud semula, hidup kembali.Dalam suratnya kepada Ayatullah al-Uzma Boroujerdi, sebagai penghormatan ia selalu menggunakan kata panggilan “Boroujerdi Senior”, dan untuk menggembirakan ruh Prof. Hesabi (fisikawan dan murid satu-satunya Einstein asal Iran), ia menggunakan kata “Hesabi yang mulia”. Naskah asli risalah ini masih tersimpan dalam safety box rahasia London (di bagian tempat penyimpanan Prof. Ibrahim Mahdavi), dengan alasan keamanan.Risalah ini dibeli oleh Prof. Ibrahim Mahdavi (tinggal di London) dengan bantuan salah satu anggota perusahaan pembuat mobil Benz seharga 3 juta dolar dari seorang penjual barang antik Yahudi. Tulisan tangan Einstein di semua halaman buku kecil itu telah dicek lewat komputer dan dibuktikan oleh para pakar manuskrip.
Pendapat Albert Einstein tentang Islam ?
“Jika seluruh dunia berusaha membuat saya kecewa terhadap keyakinan suci ini, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walau hanya dengan membersitkan setitik keraguan kepada saya”. (Einstein)Einstein diyakini beragama Islam syi’ah melalui surat2 nya kepada Ayatollah Al-Udzma Sayid Hossein Boroujerdi
Einstein dalam makalah terakhirnya bertajuk Die Erklarung (Deklarasi) yang ditulis pada tahun 1954 di Amerika Serikat dalam bahasa Jerman menelaah teori relatifitas lewat ayat-ayat Al-Quran dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as dalam kitab Nahjul Balaghah.Dalam makalahnya itu, Einstein menyebut penjelasan Imam Ali as tentang perjalanan miraj jasmani Rasulullah ke langit dan alam malakut yang hanya dilakukan dalam beberapa detik sebagai penjelasan Imam Ali as yang paling bernilai.
Rincian tambahan
Einstein seorang Yahudi yang pada akhirnya memilih Islam syi’ah
… Einstein juga disebut sebagai manusia paling cerdas ke dua setelah Nabi Muhammad SAW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar