Menyingkap Misteri Maryam
Selasa, 31 Juli 2012, 14:38 WIB
Ilustrasi
Menyingkap Misteri Maryam (1)
Jumat, 06 Juli 2012, 18:41 WIB
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Dalam literatur Islam, baik klasik maupun kontemporer, misteri Maryam masih sangat langka dibahas. Kitab-kitab Tafsir pun jarang menyingkap lebih jauh siapa sesungguhnya Maryam.
Padahal, di dalam Alquran, Maryam dijadikan sebagai sebuah nama surah dengan 98 ayat. Maryam lebih banyak dijelaskan sebagai ibunda Nabi Isa AS—nabi yang lahir tanpa bapak.
Peristiwa hamilnya Maryam tanpa pernah disentuh laki-laki cenderung diselesaikan dengan menyerahkan kepada kemahakuasaan Allah SWT, padahal ada sejumlah ayat menyatakan proses dan peran malaikat Jibril, seperti:
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Mahapemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (QS. Maryam: 17-19).
Dalam tulisan ini tidak akan dikaji sudut pandang biologis Maryam dengan proses dan peran Jibril yang kemudian melahirkan Nabi Isa, akan tetapi tulisan ini akan mengkaji sudut pandangan esoteris kehadiran Maryam yang kemudian melahirkan Nabi Isa As.
Dalam pandangan esoteris, Maryam merupakan simbol orisinalitas kesucian (the original holiness) kebalikannya Hawa yang merupakan simbol orisinalitas dosa (the original sin). Maryam dan Hawa simbol dari sepasang karakter feminin.
Hawa menjadi simbol kejatuhan anak manusia ke bumi kehinaan dan Maryam menjadi simbol kenaikan anak manusia ke langit kesucian. Karena Hawa menggoda suaminya, Adam, maka anak manusia jatuh ke lembah kehinaan dan karena sang perawan suci Maryam melahirkan Nabi Isa, maka manusia diangkat kembali ke langit, kampung halaman pertama manusia.
Di dalam tradisi Talmud Babilonia, semacam kitab tafsir Taurat (Perjanjian Lama), Hawa dinyatakan sebagai penyebab dari segala sumber kehinaan dan malapetaka kemanusiaan sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Eruvin pasal 100 b. Redaktur: Chairul Akhmad
Menyingkap Misteri Maryam (1)
Jumat, 06 Juli 2012, 18:41 WIB
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Dalam literatur Islam, baik klasik maupun kontemporer, misteri Maryam masih sangat langka dibahas. Kitab-kitab Tafsir pun jarang menyingkap lebih jauh siapa sesungguhnya Maryam.
Padahal, di dalam Alquran, Maryam dijadikan sebagai sebuah nama surah dengan 98 ayat. Maryam lebih banyak dijelaskan sebagai ibunda Nabi Isa AS—nabi yang lahir tanpa bapak.
Peristiwa hamilnya Maryam tanpa pernah disentuh laki-laki cenderung diselesaikan dengan menyerahkan kepada kemahakuasaan Allah SWT, padahal ada sejumlah ayat menyatakan proses dan peran malaikat Jibril, seperti:
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Mahapemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” (QS. Maryam: 17-19).
Dalam tulisan ini tidak akan dikaji sudut pandang biologis Maryam dengan proses dan peran Jibril yang kemudian melahirkan Nabi Isa, akan tetapi tulisan ini akan mengkaji sudut pandangan esoteris kehadiran Maryam yang kemudian melahirkan Nabi Isa As.
Dalam pandangan esoteris, Maryam merupakan simbol orisinalitas kesucian (the original holiness) kebalikannya Hawa yang merupakan simbol orisinalitas dosa (the original sin). Maryam dan Hawa simbol dari sepasang karakter feminin.
Hawa menjadi simbol kejatuhan anak manusia ke bumi kehinaan dan Maryam menjadi simbol kenaikan anak manusia ke langit kesucian. Karena Hawa menggoda suaminya, Adam, maka anak manusia jatuh ke lembah kehinaan dan karena sang perawan suci Maryam melahirkan Nabi Isa, maka manusia diangkat kembali ke langit, kampung halaman pertama manusia.
Di dalam tradisi Talmud Babilonia, semacam kitab tafsir Taurat (Perjanjian Lama), Hawa dinyatakan sebagai penyebab dari segala sumber kehinaan dan malapetaka kemanusiaan sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Eruvin pasal 100 b. Redaktur: Chairul Akhmad
Menyingkap Misteri Maryam (2)
Sabtu, 07 Juli 2012, 01:12 WIB
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Akibat kekeliruan dilakukan Hawa/Maria maka kaum perempuan dinyatakan menanggung 10 macam kutukan, yaitu:
- Perempuan mengalami siklus menstruasi, yang sebelumnya Hawa tidak pernah mengalaminya di surga.
- Perempuan yang pertama kali melakukan persetubuhan mengalami rasa sakit.
- Perempuan mengalami penderitaan dalam mengasuh dan memelihara anak-anaknya. Anak-anak membutuhkan perawatan, pakaian, kebersihan, dan pengasuhan sampai dewasa. Ibu merasa risi manakala pertumbuhan anak-anaknya tidak seperti yang diharapkan.
- Perempuan merasa malu terhadap tubuhnya sendiri.
- Perempuan merasa tidak leluasa bergerak ketika kandungannya berumur tua.
- Perempuan merasa sakit pada waktu melahirkan.
- Perempuan tidak boleh mengawini lebih dari satu laki-laki.
- Perempuan masih ingin merasakan hubungan seks lebih lama sementara suaminya sudah tidak kuat lagi.
- Perempuan sangat berhasrat melakukan hubungan seks terhadap suaminya, tetapi amat berat menyampaikan hasrat itu kepadanya.
- Perempuan lebih suka tinggal di rumah.
Bandingkan juga dengan Kitab Kejadian [3]: 15 yang sering dianggap sebagai the protoevangelium:
“Dan Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu (benihmu) dan keturunannya (benihnya); keturunannya (benihnya) akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Kalangan teolog Kristen sering mempertentangkan atau memperhadap-hadapkan antara figur Hawa dan Maryam, namun ada juga yang menganggap Hawa dan Maryam adalah sepasang perawan yang saling melengkapi.
Jika Hawa yang muncul dari Adam menjadi simbol kejatuhan manusia, maka Maria perawan suci yang melahirkan Nabi Isa adalah simbol kemenangan dan keterangkatan manusia ke langit atas.
Melalui simbol kesucian dan kasih sayang Maryam, maka manusia akan menguasai dosa yang diwariskan oleh simbol Hawa, sang pembawa bencana dengan kekuatannya sebagai penggoda (tempter). Redaktur: Chairul Akhmad
Menyingkap Misteri Maryam (3)
Senin, 09 Juli 2012, 06:06 WIB. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/07/06/m6qs1n-menyingkap-misteri-maryam-3
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Dalam literatur kekristenan dijelaskan bahwa perempuan yang dimaksudkan di sini adalah Hawa yang telah tergoda dengan ular atau setan tersebut, dan akhirnya telah melanggar perintah Tuhan.
Ayat-ayat dalam Alkitab di atas cenderung memojokkan agama Kristen di mata kaum feminis, namun kaum feminis juga paham bahwa agama dan produk nilai-nilai kepercayaan luhur tidak selamanya saling menguntungkan dengan tidak mengindahkan sertifikat.
Wacana Hawa-Maryam seperti ini mengingatkan kita pada konsep Maya dalam perspektif agama Hindu yang dilukiskan sebagai “Divine Principle” yang berakar dari ketidakterbatasan Tuhan. Ia adalah “penyebab” Esensi Ilahiyah memancar keluar dari Diri-Nya ke dalam manifestasi. Maya adalah Hawa dan juga sekaligus Maryam.
Ia merupakan simbol perempuan penggoda (seductive) tetapi sekaligus dan perempuan membebaskan (pneumatic). Ia ”descendent” (an-nuzuli) tetapi sekaligus “ascendant” (al-su’udi). Ia mengasingkan (al-fariq) tetapi sekaligus menyatukan kembali (al-jam’).
Ia menghijab agar bisa berjuang memanifestasikan segala potensialitas Kebaikan Agung (the Supreme Good), tetapi juga menyingkapkan-Nya, agar ia memanifestasikan kebaikan yang lebih baik.
Berbagai akibat yang lahir dan muncul dari dosa Hawa, akan tetapi kesucian dan kemuliaan Maryam secara total akan menghapuskan dosa Hawa. Hawa dalam sudut pandang seperti ini, eksistensi dan puncak keilahian, tidak akan ada ambiguitas lagi, dan kejahatan (evil) akan menjadi terhapus“.
Pada puncaknya, apa pun selain dari al-Asl al-Ilahi (the Divine Principle) hanyalah “penampilan”; hanya Al-Haq yang benar-benar riil, dan maka itu Hawa secara tak terbatas telah dimaafkan dan mendapat kemenangan dalam Maryam.
Hubungan antara dua aspek feminin ini tidak hanya sebuah hubungan resiprokal di mana dosa Hawa dalam konteks proyeksi kosmogonis untuk bergerak ke arah ketiadaan yang menyebabkan Maya terlihat ambigu, tetapi ambiguitas ini adalah relatif. Ia sama sekali jauh dari kesimetrisan, keadaan ini tidak akan mengotori Maryam. Bahkan, Maryam akan secara total menghapuskan dosa Hawa.
Dalam Islam tidak dirinci secara eksplisit fungsi dan peran Hawa dan Maryam. Kita hanya menemukan dalam Alquran bahwa Hawa adalah figur personal yang lahir dari badan Adam tanpa ibu.
Sedangkan Maryam adalah figur personal yang lahir dari pasangan lengkap ayah dan ibu lalu ia melahirkan seorang putra (Nabi Isa AS) yang hanya punya ibu tanpa bapak. Contoh-contoh ini tentu ada hikmahnya dalam dunia kemanusiaan. Redaktur: Chairul Akhmad.
Menyingkap Misteri Maryam (4)
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar.
Pengagungan terhadap bunda Maria dalam tradisi Kristen melampaui kekaguman kelompok agama-agama Abrahamik lainnya, seperti Yahudi dan Islam.
Dalam literatur Kristiani, kesucian dan keperawanan Maria (Maryam) sangat ditekankan. Ini dapat dipahami karena dalam anggapan mereka, yakin betul kalau Yesus Kristus adalah anak Bapak (Tuhan).
Kalau dikesankan bunda Maria punya suami atau pernah bersentuhan dengan laki-laki lain, bisa menggugurkan atau paling tidak melemahkan kredibilitas Yesus Kristus.
Ini mengingatkan kita ketika pada abad permulaan Islam sangat di tekankan keummian atau kebutahurufan Nabi Muhammad SAW.
Karena begitu ketahuan Muhammad bisa membaca dan bisa menulis, akan mengurangi kredibilitasnya sebagai Nabi dan kewahyuan Alquran. Sebagai dampaknya, bisa dijadikan pembenaran anggapan orang-orang kafir ketika itu bahwa Alquran itu buatan Muhammad SAW.
Maria harus dipertahankan kesucian dan keperawanannya untuk mempertahankan ketuhanan Yesus Kristus. Serupa, kebutahurufan Nabi Muhammad harus dipertahankan untuk mempertahankan Alquran sebagai wahyu.
Belakangan, asumsi seperti ini mulai ditinggalkan. Tidak perlu mempertahankan kesucian Maria dari laki-laki lain demi mempertahankan ketuhanan Yesus Kristus.
Hal yang sama juga terjadi dalam Islam, tidak perlu mempertahankan kebuta hurufan Nabi Muhammad tanpa menganggapnya buta huruf. Pendekatan hermeneutika bisa digunakan untuk meng-clear-kan persoalan ini.
Pengagungan terhadap bunda Maria dalam tradisi Kristen melampaui kekaguman kelompok agama-agama Abrahamik lainnya, seperti Yahudi dan Islam. Bagir mengutip beberapa sumber yang digambarkan Maria sebagai Mahkota Kearifan (the Throne of Wisdom) atau Sedes Sapientiae yang sunyi dari keserupaan dari makhluk mana pun.
Redaktur: Chairul Akhmad.
Menyingkap Misteri Maryam (5)
Selasa, 31 Juli 2012, 14:38 WIB. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/12/07/31/m80l7q-menyingkap-misteri-maryam-5
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Ada
dua teks yang sangat penting sebagai sumber inspirasi untuk mengenal
Maryam. Kedua teks ini sering dinyanyikan saat mengikuti misa khusus
untuk mengenang bunda Maria. Teks pertama di dalam Proverbs 8:22-30:
“Tuhan
telah memiliki aku pada awal pekerjaan-Nya, sebelum perbuatan-Nya yang
dahulu kala. Aku sudah dibangunkan sejak azali, sejak pada permulaan,
sebelum adanya bumi.”
“Pada
saat tidak ada kedalaman, aku telah ditampilkan, sejak belum adanya
pancuran yang berisi air. Sebelum gunung-gunung dibangun, sebelum
bukit-bukit, aku telah ditampilkan.”
“Sebelum
Dia membuat bumi atau padang-padangnya atau debu dataran yang pertama.
Ketika Dia mempersiapkan langit-langit, aku ada di sana. Ketika Dia
menggariskan lingkaran pada muka kedalaman. Ketika Dia menetapkan
awan-awan di atas, ketika Dia mengukuhkan pancuran ke dalaman, ketika
Dia menentukan batas kepada laut agar tidak akan melanggar titah-Nya,
dan ketika Dia menetapkan dasar-dasar bumi.”
”Pada
saat itu, aku ada di sebelah- Nya sebagai seorang yang telah dibesarkan
bersama dengan-Nya; dan aku adalah kesenangan setiap hari-Nya,
senantiasa bergembira di hadapan-Nya.”
Dalam
redaksi lain ditemukan di dalam Wisdom of Solomon [7]:22- 30: “Dia
adalah embusan kekuatan Tuhan, dan sebuah pengaruh murni yang mengalir
dari keagungan Tuhan. Dia adalah terangnya cahaya abadi. Cermin
kekuasaan Tuhan yang tidak ternoda, dan image kebaikan-Nya.”
“Dia
bisa melakukan apa pun, dan tetap pada dirinya, dia membuat semuanya
menjadi baru. Dia lebih cantik dari matahari, dan lebih tinggi dari
semua bintang-bintang; ketika dibandingkan dengan cahaya, dia telah ada
sebelumnya.”
Kidung-kidung
ini sering dinyanyikan di dalam gereja untuk mengenang bunda Maria.
Dalam misa yang diadakan di Eropa, banyak lagi kidung yang dilagukan
tentang ke utamaan bunda Maria. Maria seolah tidak kalah agungnya dengan
Sang Yesus Kristus itu sendiri.
Maryam
sering dilukiskan sebagai “the immaculate conception” dan ia dinyatakan
sebagai “Ruang Tuhan yang tidak Punya Ruang” (Space of the Spaceless
God). Sebuah pernyataan yang mengisyaratkan bahwa “Hanya Sophia yang
mengendalikan seluruh sirkuit langit-langit.” (Ecclesiasticus 24:5). Redaktur: Chairul Akhmad
Misteri Penciptaan Isa,
Parthenogenese, dan Ruh Jibril
Bagaimana Nabi Isa bisa lahir, dari rahim seorang perawan ?
Jika hal ini, kita tanyakan kepada Para Ustadz, mereka akan menjawab…
“Semua itu adalah kehendak ILAHI, jika ALLAH menghendaki Kunfayakun, jadi maka jadilah ia…”
Namun ternyata, tidak semua Ustadz punya jawaban demikian, sebagian dari mereka mencoba menganalisa peristiwa ajaib tersebut, sebagaimana terdapat dalam uraian berikut ini…
Kelahiran Isa melalui proses Parthenogenese
Sekitar tahun 80-an, melalui serial bukunya “Tauhid dan Logika”, Ustadz Nazwar Syamsu berkesimpulan bahwa Nabi Isa lahir ke dunia melalui proses Parthenogenese…
Proses Parthenogenese sendiri bermakna, membesarnya bayi dalam kandungan sang ibu di luar hukum alam manusia.
Telur (ovum) dari ibunya tidak memerlukan bertemu dengan spermatozoa
bapak untuk membentuk suatu embrio yang kemudian menjadi bayi (Sumber :BUNDA MARIA versus MARYAM).
In 1956 the medical journal Lancet published a report concerning 19 alleged cases of virgin birth among women in England, who were studied by members of the British Medical Association. The six-month study convinced the investigators that human parthenogenesis was physiologically possible and had actually occurred in some of the women studied (sumber : Can Pregnancy Occur Without Man).
Proses selanjutnya adalah “ditiupkan”-nya ruh ke dalam janin sang bayi. Proses ini diawali oleh kedatangan Jibril (Ruhul Qudus) menemui Maryam binti Imran, sebagaimana terdapat di dalam keterangan ayat berikut :
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang malindunginya) dari mereka, lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna”.Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertaqwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”.Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang penzina!”. Jibril berkata: “Demikianlah. Rabbmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku, dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. (QS. Maryam (19) ayat 16-21)
Dalil Ruh Nabi Isa adalah Malaikat Jibril…
Ada sebagian orang berpendapat, bahwa ruh yang bersemayam didalam tubuh Nabi Isa, sejatinya adalah malaikat Jibril (Ruhul Qudus)…
Mari kita perhatikan Hadits berikut ini :
Dari Umar juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi RasuluLLAH SAW suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (RasuluLLAH SAW) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ILAAH ( yang disembah) selain ALLAH, dan bahwa Nabi Muhammad Utusan ALLAH, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian Dia bertanya lagi: “ Beritahukan Aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada ALLAH, malaikat-malaikat-NYA, kitab-kitabNYA, rasul-rasul-NYA dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian Dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu Beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada ALLAH seakan-akan engkau melihatNYA, jika engkau tidak melihatNYA maka DIA melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim dalam Kitabul Iman)
Sekarang coba perhatikan Hadits diatas pada bagian yang dicetak tebal, yakni ketika Jibril bertanya tentang Kiamat, maka Nabi menjawab : Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya, maka disimpulkan bahwa Jibril lebih tahu mengenai hari Kiamat dibandingkan Nabi Muhammad. Lalu kita hubungkan dengan ayat berikut :
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberitahukan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Az-Zukhruf (43) ayat 61)
Dijelaskan bahwa Nabi Isa lah yang memberitahukan tentang masa hari Kiamat secara global, bukan memberitahukan secara detail waktu tepatnya, karena itu hanya ALLAH yang tahu.
Sementara Jibril dalam Hadits di atas, memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat. Lalu siapakah Nabi Isa dan siapakah Jibril ?
Jibril adalah Malaikat Pembawa Wahyu, sebagian besar Nabi ALLAH menerima Wahyu dari Malaikat Jibril setelah Para Nabi itu dipandang cukup usia untuk menerima wahyu . Hal berbeda dengan Nabi Isa, yang pada masa kecilnya sudah mengaku sebagai Nabi menerima Wahyu. Nash berikut menjelaskan :
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun , ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina”.maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan”. Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (QS. Maryam (19) ayat 27-30)
Dalam ayat diatas tanpa menunggu waktu dewasa, dan dalam keadaan masih bocah, Isa bisa menjelaskan status ke-nabiannya dan pemberian wahyu kepadanya.
Lalu apakah Jibril telah memberikan Wahyu kepada Nabi Isa semenjak Beliau masih Bayi? Atau apakah Isa itu adalah Jibril itu sendiri?
Simak baik baik apakah tugas Jibril kepada Maryam?
Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. (QS. Maryam (19) ayat 19)
Jibril datang untuk memberikan anak. Dan disinilah terjadi proses pembuahan janin dari Ruhul Qudus (Jibril) kepada Maryam dengan cara Jibril menghembuskan Ruh Nya kepada Maryam, sehingga bersemayamlah Jibril di rahim Maryam sebagai ‘Isa (Sumber : @israel pardede, diskusi Grup Facebook NAZWAR SYAMSU (Review buku-buku NS)).
Pendapat ini juga sekaligus mempertemukan, dua argument yang berbeda tentang Nabi Isa, yaitu antara mereka yang yakin Nabi Isa telah wafat di bumi dengan mereka yang percaya Nabi Isa diangkat ALLAH ke langit…
Karena sesungguhnya, jasad (tubuh) Nabi Isa yang berasal dari proses Parthenogenese telah diwafatkan oleh ALLAH, dan ruhnya yang merupakan Ruhul Qudus (Jibril) telah kembali ke “langit” tempat asalnya…
WaLlahu a’lamu bishshawab
Note : Kemungkinan terjadinya, proses yang lain
Untuk dipahami sel telur (pada wanita selalu X, yang merupakan pecahan dari kromosom XX, ciri sel somatik pada wanita), dan sel sperma (pada pria ada yang X dan ada yang Y, pecahan dari kromosom XY. ciri sel somatik pada pria). Sel telur dan Sel Sperma adalah sel-sel kelamin pada manusia yang bersifat haploid (n)…Lalu dari mana partenogenesis bisa terjadi pada manusia secara alami ?Jika dari sel somatik wanita yang diploid (XX), maka yang muncul adalah individu wanita.Yaitu melalui proses dari sel telur yang haploid (X), menggandakan diri sehingga menjadi diploid (XX), yang muncul adalah individu wanita.Adapun Nabi Isa AS adalah pria, yang berarti adanya kromosom Y dalam sel somatiknya (yakni XY), jadi tidak mungkin dari partenogenesis…Yang lebih logis adalah, adanya campur tangan Allah dengan cara merubah sel telur yang haploid itu (yakni X) digandakan menjadi diploid (XX), kemudian merubahnya menjadi diploid (XY), sehingga berkembang menjadi individu pria (Nabi Isa AS)…Apakah perubahan dari diploid (XX) menjadi diploid (XY), dipengaruhi dari makanan yang di makan oleh Siti Maryam ?Sebagaimana informasi dari Al Qur’an :فَتَقَبَّلَهَارَبُّهَابِقَبُولٍحَسَنٍوَأَنبَتَهَانَبَاتًاحَسَنًا
وَكَفَّلَهَازَكَرِيَّا
كُلَّمَادَخَلَعَلَيْهَازَكَرِيَّاالْمِحْرَابَوَجَدَ عِندَهَارِزْقاً
قَالَ يَامَرْيَمُأَنَّى لَكِهَذَاقَالَتْهُوَ مِنْعِندِاللّهِ
إنَّاللّهَيَرْزُقُمَن يَشَاءبِغَيْرِ حِسَابٍMaka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: `Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?` Maryam menjawab: `Makanan itu dari sisi Allah`. Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab (QS. Ali Imran (3) ayat 37)…