Joserizal Jurnalis:
Turki dan False Flag Operation di Suriah
Islam
Times- http://www.islamtimes.org/vdcfmedmyw6dvma.,8iw.html
Hal ini juga terjadi di Ukraina dalam demo di Maiden Square pada
Februari 2014, dimana para demonstran dan pihak keamanan rezim di
tembak oleh para sniper supaya kerusuhan lebih meluas dan rezim bisa
ditumbangkan.
Joserizal Jurnalis, ahli kesehatan Indonesia, pendiri Mer-C (Wikipedia)
False Flag Operation (FFO) atau lebih dikenal dengan Operasi Bendera Palsu, merupakan sebuah operasi rahasia yang dibuat untuk menipu publik yang dilakukan oleh kelompok lain atau badan-badan intelijen yang secara umum bertujuan menjustifikasi pelaku operasi ini untuk menyerang negara lain yang dianggap musuh atau dianggap menentang.
Menurut dr, Joserizal Jurnalis, operasi jenis ini adalah operasi intelijen yang bertujuan menimpakan kesalahan kepada musuh untuk mendapatkan keuntungan strategis berupa conditioning operasi intelijen yang lebih besar dan militer. Dalam analisa yang dimuat dalam Wall Facebook pada Ahad, 30/03/14, Joserizal mengatakan, konflik di Suriah dimulai dengan operasi FFO, termasuk di Daraa pada Maret 2011, dengan membunuh para demonstran untuk menimbulkan kesan bahwa rezim melakukan kekejaman sehingga ada alasan dunia internasional untuk mengutuk rezim, padahal jumlah korban di pihak keamanan rezim jauh lebih banyak.
Hal ini juga terjadi di Ukraina dalam demo di Maiden Square pada Februari 2014, dimana para demonstran dan pihak keamanan rezim di tembak oleh para sniper supaya kerusuhan lebih meluas dan rezim bisa ditumbangkan.
Menurut dokter dan aktivis yang membantu masyarakat korban perang sekaligus pendiri organisasi kemanusiaan Mer-C (Medical Emergency Rescue Committe) ini, False Flag Operation (FFO) yang dilakukan di Suriah mempunyai beberapa tujuan supaya AS dan NATO bisa terlibat secara langsung seperti di Libya:
1. Howla Massacre
2. Serangan senjata kimia di Khan al-Asal (Suriah Utara)
3. Serangan senjata kimia di Ghouta Timur
Menurutnya, terungkapnya operasi FFO yang direncanakan oleh Turki adalah dengan bocornya percakapan Menlu Turki, Kepala Intelijen dan pejabat Turki lainnya di YouTube sehingga YouTube saat ini dilarang oleh Erdogan. Percakapan itu mengungkapkan bahwa Turki akan menggunakan sekelompok orang dari wilayah Suriah untuk menembakan rudal atau semacamnya ke wilayah Turki sehingga ada alasan bagi Turki untuk terlibat langsung secara militer dan masuk kedalam wilayah Suriah walaupun sebenarnya Turki sudah terlibat mendukung oposisi dari awal konflik melalui operasi-operasi intelijen.
Tampaknya Turki kali ini menurutnya, nekat melakukan FFO setelah posisi oposisi terdesak hebat di front Utara (Latakia) yang berbatasan dengan wilayahnya.
Keterdesakan pihak oposisi bukan hanya di front Utara tapi juga di front Barat (perbatasan Libanon), front Selatan (perbatasan Yordania), dan front Timur (daerah Dar el Zoor).
Front Selatan yang dibangun Amerika, Saudi, serta Qatar tampaknya tidak bisa diandalkan sehingga pendukung oposisi memutar akal bagaimana bisa terlibat secara langsung. Cara yang paling klasik adalah dengan melakukan False Flag Operation (FFO).
Senada dengan Joserizal, rencana serangan dengan operasi FFO untuk membenarkan invasi Turki ke Suriah utara juga ditulis oleh jurnalis investigatif, Tony Cartalucci yang dimuat di International Business Times dalam artikel berjudul, "Turkey YouTube Ban: Full Transcript of Leaked Syria ‘War’ Conversation Between Erdogan Officials".
"Media Barat sengaja terobsesi secara dangkal pada larangan Turki terhadap Twitter dan Facebook serta kebocoran 'korupsi' dalam upaya menghindari percakapan yang mengungkap rencana operasi Bendera Palsu (FFO) Turki, salah satu anggota NATO yang selama beberapa dekade, yang akan mengakibatkan provokasi perang yang disengaja terhadap tetangganya, Suriah," tulis Cartalucci.
Ini terjadi, saat Turki menyediakan dukungan udara, logistik, dan artileri tertutup pada anggota kelompok teroris yang diciptakan Departemen Luar Negeri AS, Front al-Nusra, yang memimpin serangan yang sedang berlangsung dari wilayah Turki ke Latakia, provinsi barat laut Suriah.
Sejak operasi dimulai beberapa hari lalu, lanjut aktivis anti-perang ini, Turki telah menembak dan menjatuhkan sebuah pesawat tempur Suriah yang menarget para militan Front al-Nusra di wilayah Suriah. "Sementara Turki mengklaim pesawat tempur itu melanggar wilayah udara Turki, pesawat tersebut justru jatuh di wilayah Suriah, dan pilotnya dikeluarkan dan ditemukan di daratan Suriah," imbuh Cartalucci.
Rupanya, insiden ini digunakan Turki untuk meletakkan dasar retorika dan memegavonkan ketegangan antara Ankara dan Damaskus, yang merupakan upaya untuk membuatnya sebagai dorongan bagi terjadinya perang, dengan diawali dengan operasi Bendera Palsu yang sangat berisiko dan mengancam semua kawasan. [IT/Onh/Ass]
Rakyat, Militer dan Muqawama,
Tiga Unsur Pelindung Lebanon
Sayid Hasan Nasrullah, sekjen Gerakan Perlawanan Islam Lebanon (Hizbullah) Sabtu (29/3) dalam sebuah pidatonya melalui video conference yang disiarkan secara langsung oleh televisi al-Manar mengingatkan, "Mayoritas rakyat Lebanon menuntut pemilihan presiden baru sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Dan dengan dasar ini, kubu muqawama akan berpartisipasi dalam dialog membahas strategi pertahanan dan berbagai isu lain."
Sekjen Hizbullah juga menandaskan, Rezim Zionis Israel merupakan kendala terbesar, namun sejumlah pihak berusaha mengabaikan kendala tersebut. Sayid Hasan menambahkan, kinerja tiga unsur muqawama, militer dan rakyat dalam menjaga Lebanon dan wilayah selatan cukup berhasil. Menurut Sayid Hasan, tiga unsur ini tak terkalahkan.
Seraya mengisyaratkan bahwa muqawama pada dasarnya sebuah budaya dan upaya jihad, Sayid Hasan menjelaskan, muqawama terdapat di setiap rumah, kota, desa dan masjid-masjid di Lebanon. Dan sejarah membuktikan akan kebenaran hal ini.
Sekjen Hizbullah juga mengisyaratkan adanya kesepakatan nasional terkait muqawama dan menekankan bahwa muqawama Lebanon akan tetap eksis dan kokoh untuk melindungi bangsa, tanah air dan bumi Lebanon.
Pidato Sayid Hasan ini dirilis di saat Walid Jumblatt, pemimpin kubu Druze di Lebanon dan ketua Partai Sosialis Progresif Lebanon menekankan dukungan terhadap muqawama sebagai tonggak utama menghadapi Rezim Zionis Israel. Jumblatt menekankan bahwa musuh berulang kali melanggar dan menyerang Lebanon, namun muqawama berhasil membendung agresi tersebut.
Disebutkan bahwa muqawama di Lebanon memiliki prestasi gemilang di Lebanon dan selama 30 tahun lalu mampu mengubah berbagai konstelasi yang selama bertahun-tahun didominasi oleh kekuatan imperialis. Tak diragukan lagi muqawama anti Israel rakyat Lebanon yang dipimpin oleh Hizbullah merupakan benteng kuat dalam menghadapi arogansi rezim ilegal ini dan motor penghancur konspirasi serta ancaman kekuatan imperialis dunia terhadap Beirut.
Masalah ini telah membuat popularitas Hizbullah di mata rakyat Lebanon dan regional semakin hari kian besar. Selain itu, posisi muqawama di tengah petinggi Lebanon dan aktivis politik negara ini juga semakin tinggi. Kinerja dan prestasi muqawama Lebanon dalam menggagalkan berulang kali Israel dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perubahan konstelasi di kawasan yang selama ini dikuasai oleh Israel dan para pendukungnya.
Rezim Zionis Israel dan pendukungnya dengan menebar ketakutan di kawasan dan mendiktekan klaim palsi terkait legenda tak terkalahkan Tel Aviv berusaha menghancurkan segala bentuk muqawama dan perjuangan melawan arogansi rezim ilegal Israel serta konspirasi Barat di kawasan.
Kekalahan berulang kali Israel menghadapi muqawama Lebanon dan kekalahan tahun 2000 merupakan kekalahan paling memalukan bagi Tel Aviv juga menunjukkan konspirasi Israel dan AS terhadap Lebanon secara total menemui kegagalan. Kegagalan Israel menghadapi Hizbullah ditandai dengan larinya rezim ini dari sebagian besar wilayah Lebanon yang mereka duduki di tahun 2000.
Berlanjutnya kekalahan Israel terhadap Hizbullah termasuk kekalahan Tel Aviv dalam perang 33 hari di tahun 2006 kian membongkar kepalsuan klaim legenda tak terkalahkan militer Israel. Selain itu, kekalahan Israel di tahun 2006 ini juga sama halnya dengan kekalahan proyek Amerika yang dikenal dengan proyek Timur Tengah Baru yang berusaha mereka capai melalui perang.
Seperti yang diisyaratkan oleh sekjen Hizbullah, tiga unsur utama muqamawa, militer dan rakyat merupakan opsi terbaik untuk membela Lebanon dan tidak ada opsi lain untuk menggantikan tiga unsur strategis ini. Tiga unsur ini juga tak ubahnya sebagai peta jalan Lebanon untuk menggapai kemajuan dan keterjagaan dari segala bentuk kehinaan. (IRIB Indonesia/MF)
Terungkap, Israel Curi Bahan Nuklir AS
untuk Produksi Senjata!
Islam
Times- 2. http://www.islamtimes.org/vdcbazbfzrhb05p.qnur.html
Memorandum FBI 09/03/1972 menyatakan, "Atas dasar tersebut di
atas harus diasumsikan untuk tujuan keamanan nasional AS bahwa
pengalihan bahan nuklir khusus ke 'Israel' oleh Dr. [Zalman] Shapiro dan
asosiasi [NUMEC]nya merupakan kemungkinan yang berbeda."
Dokumen (ilustrasi)
Pada 18 Maret 2014, ISCAP (Interagency Security Classification Appeals Panel) atau otoritas deklasifikasi tertinggi di AS, merilis 84 halaman (dalam format PDF) yang memuat informasi rahasia tentang penyelidikan sebelumnya terhadap pengalihan ilegal bahan senjata nuklir dari reaktor Pennsylvania ke program klandestin senjata nuklir "Israel".
Arsip mengenai proses ISCAP yang dirilis IRmep (lembaga di Washington yang meneliti formulasi kebijakan AS di Timur Tengah) meliputi:
1. Surat Direktur CIA tertanggal 02/04/1968 memperingatkan Jaksa Agung tentang hilangnya material milik Korporasi Peralatan dan Bahan Nuklir (NUMEC) di Pennsylvania dalam jumlah sangat besar. "Sangat penting bagi kita untuk menetapkan apakah orang-orang 'Israel' sekarang memiliki kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir yang mungkin digunakan di Timur Dekat, atau tidak."
2. Memorandum FBI 09/03/1972 menyatakan, "Atas dasar tersebut di atas harus diasumsikan untuk tujuan keamanan nasional AS bahwa pengalihan bahan nuklir khusus ke 'Israel' oleh Dr. [Zalman] Shapiro dan asosiasi [NUMEC]nya merupakan kemungkinan yang berbeda."
3. Catatan pengarahan Wakil Direktur Operasional CIA, Theodore Shackley, terhadap Dewan Keamanan Nasional pemerintahan Carter 28/07/1977, "Saya juga meminta Shackley untuk memberikan kami ikhtisar seputar aspek politik--misalnya manakala Presiden dan pejabat Kongres memberi penjelasan seputar program senjata 'Israel', koneksi NUMEC, serta seperti apa reaksi mereka. Pada bulan Desember, Carter diberi penjelasan seputar persoalan NUMEC oleh presiden terpilih, Bush, di Georgia... Saya kira Presiden tidak memiliki kemampuan menyangkal yang masuk akal. Kasus CIA bersifat persuasif...."
4. Memo Zbigniew Brzezinski untuk Carter 02/08/1977, "Sejauh yang kami tahu bagaimanapun, (dan kami telah berupaya secara serius untuk menemukannya) tak ada yang menunjukkan keterlibatan aktif CIA dalam pencurian yang dituduhkan... Terkait isu ini, terdapat sejumlah besar kepentingan dalam Kongres... Kami menghadapi tanjakan sulit dalam beberapa minggu ke depan untuk mencoba tetap fokus pada argumen teknis ERDA [secara keseluruhan menyangkut kerugian material nuklir] itu... tentang penyelidikan FBI, dan lepas dari informasi CIA."
Seluruh bukti yang diungkapkan CIA dan mantan Kepala Stasiun Tel Aviv, John Hadden, mengisyaratkan bahwa kekurangan modal NUMEC yang parah merupakan "operasi [penyelundupan] 'Israel' sejak awal". Beberapa tuntutan hukum yang berhubungan dengan kesehatan telah diajukan dengan menarget sejumlah perusahaan yang kemudian mengambil alih kepemilikan NUMEC. US Army Corps of Engineers saat ini memperkirakan biaya pembersihan limbah NUMEC mencapai 500 juta dolar AS.
Anehnya, sampai detik ini, tak ada klaim kerusakan yang diajukan pada rezim "Israel". (IT/GR/rj)
Analis: Agenda Arab Saudi,
Basmi Kaum Non-Wahhabi
Islam
Times-
http://www.islamtimes.org/vdcbgzbf9rhb0ap.qnur.html
Pada abad ke-21, seperti di akhir abad ketujuh, kemurtadan di
semenanjung Arab sama dengan kematian. Sementara itu, di negara-negara
seperti Arab Saudi dan Somalia, jika laki-laki non-Muslim ingin menikahi
seorang wanita Muslim berdasarkan " cinta sejati", maka itu dapat
berujung penjara atau kematian.
The real leader Wahhabi (http://www.syrianews.cc)
Jika Anda ingin mengunjungi sebuah negara pendukung hukum apartheid yang absolut, maka, selamat datang di Arab Saudi!
"Ya, di Arab Saudi, tak satupun dari kuil Buddha, gereja Kristen, candi Hindu, dan rumah ibadah non-Muslim lainnya ditoleransi," ungkap jurnalis Modern Tokyo Times, Ramazan Khalidov dan Lee Jay Walker. Namun, lanjut keduanya, kendati mendukung nilai-nilai multi-budaya, AS Perancis, Inggris, dan negara Barat lainnya tidak keberatan berbisnis dengan negara yang melarang agama non-Muslim serta mendukung apartheid ala "Islam versi Wahhabi" dan pernikahan anak di bawah umur.
Tentu saja, Arab Saudi tidak sendirian dalam mendukung apartheid ala Wahhabi, namun yang membuatnya lebih buruk adalah, bangsa ini mengekspor terorisme, menjejalkan paham berbahaya Salafi-Wahhabi, dan mendanai lembaga pendidikan yang menghasut kebencian. Meski demikian, saat Barat berada dalam mode penghancuran-diri, [monarki] Teluk petrodolar ini dibolehkan untuk menyebarkan indoktrinasi dan kolom kelima di banyak masyarakat.
Karena itu, Arab Saudi mengucurkan dana besar-besaran untuk menyebarkan "Islam versi Wahhabi" dan membeli institusi Barat yang kuat dengan uang untuk membuat sejarah palsu. Kemunafikan terang-terangan ini terus dibiarkan karena... politisi internasional terlalu bungkam.
Pada abad ke-21, seperti di akhir abad ketujuh, kemurtadan di semenanjung Arab sama dengan kematian. Sementara itu, di negara-negara seperti Arab Saudi dan Somalia, jika laki-laki non-Muslim ingin menikahi seorang wanita Muslim berdasarkan " cinta sejati", maka itu dapat berujung penjara atau kematian.
Namun, [monarki] Teluk petrodolar memicu konservatisme radikal... revolusi kontra-Islam ini mengancam kekuatan progresif di Bangladesh, Mesir, Indonesia, Irak, Pakistan, Suriah, Turki, dan negara-negara lain--dan yang mengejutkan, kekuatan besar Barat acapkali berpihak pada agenda Arab Saudi dan [monarki] Teluk dalam, salah satunya, melawan pasukan sekuler di negara-negara seperti Suriah.
Arab Saudi dan [monarki] Teluk melalui kekuatan dana nyaris tak terbatas saat ini, berusaha membasmi entitas non-Muslim, bahkan internal Muslim sendiri, seperti Syiah, dalam jangka panjang... Secara eksternal, Arab Saudi dan negara-negara lain seperti Qatar dan Pakistan terang-teranga mengekspor teroris dan pasukan takfiri ke pelbagai negara yang berbeda. Dengan kata lain, Arab Saudi, Pakistan, dan Qatar, serta beberapa pihak lainnya, sangat berbahaya karena merusak banyak negara seraya menghancurkan adat-istiadat Islam di Libya, Indonesia, Suriah, dan Bangladesh.
Presiden Obama dan presiden AS lain sebelumnya telah menjual jiwa kolektifnya dengan menutup mata terhadap realitas brutal Arab Saudi... jelas bahwa Arab Saudi dan [monarki] Teluk petrodolar menyebarkan ideologi berbahaya secara jauh dan luas... yang mencemari demokrasi dan nilai-nilai multi-budaya di tanah air masing-masing.
Inilah saatnya memberi tekanan nyata pada Arab Saudi yang [secara arogan] mendukung apartheid dan mengekspor ekstrimis Salafi [Wahhabi]. Seiring dengan itu, sudah saatnya pula membedakan antara Islam pribumi Suriah dengan "Islam" versi takfiri--yang mulai subur di Indonesia--dan sebagainya.
Memang, pasukan takfiri Wahhabi yang berkembang biak di sejumlah monarki Teluk petrodolar berusaha menghancurkan seluruh kekuatan moderat di "dunia Muslim yang beragam". Karena itu, takfiri radikal menghancurkan padepokan Sufi, masjid Syiah, kuil Ahmadiyah, membunuh ulama Muslim Sunni pribumi di Suriah, dan memendam kebencian terhadap kalangan Alawi--serta realitas brutal lainnya.
Jika Islam [yang berusaha dihancurkan kaum takfiri] ini sampai hilang, niscaya semua harapan ko-eksistensi akan hilang dan jurang lebih luas akan muncul di kancah internasional. Kenyataan ini harus dipahami dan kemudian segera ditangani.
Namun saat ini AS dan negara-negara Barat utama lainnya justru berpihak pada kekuatan [moarki] Teluk petrodolar. Sampai ini berakhir, tak akan ada yang berubah, yang karenanya suatu tatanan baru perlu dimunculkan untuk memutus matarantai [kebrutalan Arab Saudi]. Jika tidak, negara-negara demokratis akan menabur lebih banyak benih kebencian, destabilisasi, dan sektarianisme, sesuai keinginan Arab Saudi dan kekuatan [monarkis] Teluk lainnya. (IT/MTT/rj)
yrian army retakes key post in Latakia: TV
Syrian army troops recaptured on Monday a key position in coastal Latakia province.
Syrian army troops recaptured on Monday a key position in
coastal Latakia province, a bastion for Syria army, state television
said, as militants press a campaign in the region.
"Syrian army units have full control of Observatory 45 in the north of
Latakia province and are continuing to pursue terrorist groups," the
state broadcaster said, citing the military.
Observatory 45 is a strategic hilltop that overlooks several areas
inhabited by residents from the Alawite community, the religious sect to
which President Bashar al-Assad belongs.
Sate television reported live from near the hilltop and broadcast
pictures of dead bodies it said were "terrorists," many of them
non-Syrians.
Last week the militants seized the hill as part of an offensive
launched March 21 in Latakia province, which had been relatively
untouched by the widespread violence elsewhere in the country.
Militant forces, including Al-Qaeda affiliate Al-Nusra Front, have also
captured the Armenian town of Kasab and the nearby Kasab border
crossing with Turkey, as well as the village of Samra, giving them
access to the Mediterranean for the first time.
More than 300 dead on both sides have been killed since the militants
launched their offensive, according to the Syrian Observatory for Human
Rights, a monitoring group.
"The army has managed to install multiple rocket-launchers on
Observatory 45, but fighting in continuing in the vicinity of the
hillside," the group said.
After a series of militants’ losses in Damascus province, the
opposition has shifted its focus to Latakia, where the army has rallied
to defend the area.
On Monday, opposition forces fired Grad rockets at the Bassel al-Assad airport for the first time.
Syria's conflict in now in its fourth year, and more than 146,000 people have been killed since it began.
NJF/NJF
PERBATASAN LEBANON
Peta Perang Terbaru di Qalamoun, Suriah
Islam
Times- http://www.islamtimes.org/vdcam0nee49niy1.h8k4.html
Tentara Suriah terus melanjutkan operasi-operasi pembersihan
Takfiri pendatang haram terutama di kota pelabuhan strategis Latakia dan
memaksa mereka di pinggiran kota besar itu melarikan diri ke negara
Turki.
Elemen-elemen Takfiri dukungan asing yang beroperasi di Suriah melarikan diri ke negara tetangga seperti Turki dan Libanon, dan menurut laporan dari Damaskus, Tentara Arab Suriah terus membuat kemajuan di berbagai wilayah negara itu.
Tentara Suriah terus melanjutkan operasi-operasi pembersihan Takfiri pendatang haram terutama di kota pelabuhan strategis Latakia dan memaksa mereka di pinggiran kota besar itu melarikan diri ke negara Turki.
Selain itu, menurut koresponden al-Alam, menyusul pembebasan Suriah dari beberapa kota termasuk Flita dan Ras al-Maara di pinggiran Damaskus, tentara terus melakukan operasi di wilayah umum untuk membersihkan seluruh wilayah dari Takfiri bersenjata.
Kemenangan yang diraih Tentara Suriah dan Hizbullah di Qalamoun membuat peta perang di wilayah itu berubah, dimana sebagian besar wilayah strategis dikuasai oleh Tentara Suriah.
Berikut dibawah ini adalah peta perang terbaru di Qalamoun pada 29/03/14, yang dirilis oleh Chanel Syria News pada Senin, 31/03/14. [IT/Onh/Ass]
yrian army retakes key post in Latakia: TV
Syrian army troops recaptured on Monday a key position in coastal Latakia province.
Syrian army troops recaptured on Monday a key position in
coastal Latakia province, a bastion for Syria army, state television
said, as militants press a campaign in the region.
"Syrian army units have full control of Observatory 45 in the north of
Latakia province and are continuing to pursue terrorist groups," the
state broadcaster said, citing the military.
Observatory 45 is a strategic hilltop that overlooks several areas
inhabited by residents from the Alawite community, the religious sect to
which President Bashar al-Assad belongs.
Sate television reported live from near the hilltop and broadcast
pictures of dead bodies it said were "terrorists," many of them
non-Syrians.
Last week the militants seized the hill as part of an offensive
launched March 21 in Latakia province, which had been relatively
untouched by the widespread violence elsewhere in the country.
Militant forces, including Al-Qaeda affiliate Al-Nusra Front, have also
captured the Armenian town of Kasab and the nearby Kasab border
crossing with Turkey, as well as the village of Samra, giving them
access to the Mediterranean for the first time.
More than 300 dead on both sides have been killed since the militants
launched their offensive, according to the Syrian Observatory for Human
Rights, a monitoring group.
"The army has managed to install multiple rocket-launchers on
Observatory 45, but fighting in continuing in the vicinity of the
hillside," the group said.
After a series of militants’ losses in Damascus province, the
opposition has shifted its focus to Latakia, where the army has rallied
to defend the area.
On Monday, opposition forces fired Grad rockets at the Bassel al-Assad airport for the first time.
Syria's conflict in now in its fourth year, and more than 146,000 people have been killed since it began.
NJF/NJF
PERBATASAN TURKI
Peta Perang Baru di Wilayah Kassab, Suriah
Islam
Times- http://www.islamtimes.org/vdccxmq1s2bqe18.5fa2.html
salah satu elemen Takfiri dari puluhan mantan tahanan AS di
Guantanamo yang bebaskan oleh AS bernama Abu Osama al-Maghrabi tewas di
Kassab saat bentrok dengan Tentara Suriah pada Sabtu, 29/03/14.
Berikut adalah peta perang baru yang dirilis pada Ahad, 30/03/14, oleh Syrian Perspective. Menurut Syrian Perspective dari laman Facebook, Gunung Shalma telah dikuasai oleh Tentara Arab Suriah dan NDF dan terus bergerak maju menuju Kassab.
Tentara Suriah dan NDF terus menyerang elemen-elemen Takfiri dukungan Erdogan di wilayah Samra dan menembus garis depan mereka.
Sebelumnya menukil laporan dari Syrian Truth, dari Lattakia dilaporkan, salah satu elemen Takfiri dari puluhan mantan tahanan AS di Guantanamo yang bebaskan oleh AS bernama Abu Osama al-Maghrabi tewas di Kassab saat bentrok dengan Tentara Suriah pada Sabtu, 29/03/14.
Rencana serangan bendera-palsu (false-flag) Turki di Suriah utara terbongkar menyusul laporan International Business Times dalam artikel berjudul, "Turkey YouTube Ban: Full Transcript of Leaked Syria ‘War’ Conversation Between Erdogan Officials", sebagaimana ditulis oleh jurnalis investigatif, Tony Cartalucci.
Media itu merilis transkrip penuh percakapan yang dibocorkan antara kepala intelijen Turki Hakan Fidan dan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu. [IT/Onh/Ass]
Anda bisa merujuk ke artikel ini. http://www.islamtimes.org/vdcjhaetyuqem8z.bnfu.html
Tony Cartalucci:
NATO Bantu Turki Invasi Suriah
http://www.islamtimes.org/vdcjhaetyuqem8z.bnfu.html
Islam
Times-
Ini terjadi, lanjutnya, saat Turki menyediakan dukungan udara,
logistik, dan artileri tertutup pada anggota kelompok teroris yang
diciptakan Departemen Luar Negeri AS, Front al-Nusra, yang memimpin
serangan yang sedang berlangsung dari wilayah Turki ke Latakia, provinsi
barat laut Suriah.
Kartun Erdogan (http://www.turkishnews.com)
Rencana serangan bendera-palsu (false-flag) NATO terhadap Turki untuk membenarkan invasi Turki di Suriah utara terbongkar menyusul laporan International Business Times dalam artikelnya, "Turkey YouTube Ban: Full Transcript of Leaked Syria ‘War’ Conversation Between Erdogan Officials", ungkap jurnalis investigatif, Tony Cartalucci.
Media itu, lanjutnya, merilis transkrip penuh percakapan yang dibocorkan antara kepala intelijen Turki Hakan Fidan dan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu. The Times melaporkan:
"Larangan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan terhadap YouTube terjadi setelah bocornya percakapan antara Kepala Intelijen Turki Hakan Fidan dan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu yang ingin dihapusnya dari situs berbagi-video."
"Percakapan yang bocor itu merinci rencana Erdogan bahwa serangan terhadap Suriah 'harus dilihat sebagai kesempatan bagi kita [Turki]'. Dalam percakapan itu, kepala intelijen, Fidan, mengatakan bahwa dirinya akan mengirim empat orang dari Suriah untuk menyerang Turki guna 'menciptakan penyebab perang'."
"Wakil Kepala Staf militer Turki, Letnan Jenderal Yaşar Guler menjawab bahwa tindakan yang diproyeksikan Fidan adalah 'penyebab langsung perang... apa yang akan Anda lakukan adalah penyebab langsung perang.' Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan bahwa bocoran rekaman percakapan pejabat tinggi yang membahas operasi Suriah itu 'sebagian dimanipulasi' dan merupakan 'serangan berbahaya' terhadap keamanan nasional."
"Dalam video yang bocor itu, Fidan bersama Davutoglu, Guler, dan pejabat lainnya sedang melakukan pembicaraan tentang operasi mungkin di Suriah untuk mengamankan makam Suleyman Shah, kakek pendiri kekaisaran Ottoman."
"Media Barat sengaja terobsesi secara dangkal pada larangan Turki terhadap Twitter dan Facebook serta kebocoran 'korupsi' dalam upaya menghindari percakapan yang mengungkap rencana serangan bendera-palsu Turki, anggota NATO selama beberapa dekade, yang akan mengakibatkan provokasi perang yang disengaja terhadap tetangganya, Suriah," papar Cartalucci.
Ini terjadi, lanjutnya, saat Turki menyediakan dukungan udara, logistik, dan artileri tertutup pada anggota kelompok teroris yang diciptakan Departemen Luar Negeri AS, Front al-Nusra, yang memimpin serangan yang sedang berlangsung dari wilayah Turki ke Latakia, provinsi barat laut Suriah.
Sejak operasi dimulai beberapa hari lalu, lanjut aktivis anti-perang ini, Turki telah menembak dan menjatuhkan sebuah pesawat tempur Suriah yang menarget para militan Front Nusra di wilayah Suriah. "Sementara Turki mengklaim pesawat tempur itu melanggar wilayah udara Turki, pesawat tersebut justru jatuh di wilayah Suriah, dan pilotnya dikeluarkan dan ditemukan di daratan Suriah," imbuh Cartalucci.
Insiden ini telah digunakan Turki untuk meletakkan dasar retorikanya guna lebih meningkatkan ketegangan antara Ankara dan Damaskus, yang kemungkinan besar merupakan upaya untuk membuatnya sebagai dorongan bagi terjadinya perang, ketimbang operasi bendera-palsu NATO yang berisiko.
"Postur berperang Turki di utara Suriah selaras dengan serangan gabungan AS- Saudi di selatan, dekat kota perbatasan Suriah-Yordania, Daraa," tutur Cartalucci. Serangan pihak yang disebut "Front Selatan" tampaknya sudah berhasil dinetralisasi pasukan keamanan Suriah.
Berkenaan dengan penciptaan "Front Selatan", lembaga pemikir kebijakan yang didanai perusahaan AS, Carnegie Endowment for International Peace, bahkan menyatakan dalam postingnya yang bertajuk, "Adakah 'Front Selatan' itu?":
"Alih-alih inisiatif dari para pemberontak itu sendiri... para pejabat asinglah yang meminta para komandan pemberontak untuk menandatangani pernyataan yang menyatakan penentangannya terhadap ekstremisme, seraya mengatakan bahwa itu adalah prasyarat untuk mendapatkan lebih banyak senjata dan uang. Karena para pengemis tak punya pilihan, para komandan kemudian secara kolektif mengangkat bahunya dan menandatanganinya--namun tak begitu banyak untuk mendeklarasikan aliansi baru untuk membantu para pejabat AS mencentang semua kotak yang tepat dalam laporan mereka untuk dibawa pulang ke rumah, seraya berharap bahwa ini akan membuka peti senjata lainnya."
"Dengan tibanya 'Front Selatan' di medan perang, dan beralihnya NATO pada serangan bendera-palsu untuk mendukung terang-terangan organisasi teror yang berafiliasi dengan al-Qaeda, keputusasaan Barat dalam apa yang terlihat sebagai 'napas terakhir' yang strategis, kiranya dapat diraba," pungkas Cartalucci. (IT/LD/rj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar