Analisis |
09-07-2009 | |
Rusian-AS | |
“Mantra Obama” Tidak Mempan di Rusia | |
Penulis : Hendrajit | |
Berbeda
ketika berpidato di Universitas Kairo, Mesir, yang mendapat sambutan
gegap gempita dan mengundang tepuk tangan audiens berkali-kali, di Rusia
pidato Obama disambut dingin-dingin saja. Bahkan, tidak disiarkan
langsung oleh televisi utama Rusia.
| |
Nampaknya
pernyataan Obama seminggu sebelum kunjungannya ke Rusia Selasa (7/7)
lalu, telah mengundang antipati berbagai elemen masyarakat Rusia. Dalam
pernyataannya, Obama mengecam mantan Presiden Vladimir Putin sebagai
orang yang salah satu kakinya masih tertinggal di masa lalu, yaitu di
masa Perang Dingin.
Tidak jelas apa pertimbangan Obama sehingga mengambil resiko terjadinya konflik terbuka dengan Putin yang saat ini menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia. Yang jelas, Putin di mata masyarakat Rusia merupakan sosok seorang pemimpin yang berkarisma dan dinilai berhasil dalam membangkitkan kembali negara Beruang Merah tersebut dari keterpurukan menyusul runtuhnya Negara Komunis Uni Soviet. Inilah yang tidak masuk dalam pemikiran Obama. Bahwa dalam perpektif Putin, masalahnya bukan soal melestarikan pola pandang Perang Dingin, tapi bagaimana membangkitkan kembali martabat dan kebanggaan rakyat Rusia dari keterpurukan pasca runtuhnya Uni Soviet. Salah satu hasilnya, postur pertahanan Rusia kembali bangkit dan diperhitungkan oleh negara-negara NATO di Eropa Barat. Di bawah kepemimpinan Putin, perekonomian Rusia bangkit kembali. Sehingga Rusia berhasil memodernisasikan kembali Angkatan Bersenjatanya secara bertahap sesuai dengan pola ancaman yang dihadapi dan strategi yang diterapkan. Bahkan di era kepresidenan Dmitry Medveded sekarang, Rusia terus mengembangkan kekuatan militernya, termasuk memproduksi rudal dan kapal selam berkapasitas nuklir generasi baru. Moskow juga siap mengucurkan dana US$ 140 miliar untuk anggaran militernya hingga 2011. Suatu jumlah anggaran yang cukup fantastis dan tertinggi sejak runtuhnya Uni Soviet. Mei 2007 lalu, Rusia berhasil menguji coba RS-24 rudal generasi baru yang mampu merontokkan tameng rudal Amerika Serikat, Bahkan menurut informasi, Presiden Medvedev berencana untuk mengerahkan rudal jarak pendek untuk menandingi tameng rudal Amerika di Polandia. Postur pertahanaan Rusia semakin disegani lawan-lawannya dari Eropa Barat ketika pada April 2007 salah satu dari 12 kapal selam kelas Borel baru (proyek 955) diluncurkan. Kapal selam yang kemudian mulai dioperasikan seja November 2008 itu akan dilengkapi dengan 12 rudal Bulava baru. Yang mana satu rudal mampu membawa enam hulu ledak. Fakta inilah yang akhirnya berhasil memicu ketakutan negara-negara NATO, sehingga Sabtu (27/6) negara-negara anggota pakta pertahanan Eropa Barat tersebut sepakat untuk kembali menjalin kerjasama militer dengan Rusia setelah sempat terhenti selama sepuluh bulan. Ini suatu bukti nyata bahwa reputasi Rusia di Eropa Timur masih tetap disegani dan diperhitungkan sebagai lawan yang cukup berbahaya. Rupanya NATO berangapan bahwa merangkul Rusia dalam jalinan kerjasama strategis akan mencegah Rusia untuk memainkan skemanya sendiri di kawasan Eropa Timur. Serangan militer Rusia ke Georgia untuk melindungi dua provinsi yang bermaksud melepaskan diri dari Georgia yaitu Ossetia Selatan dan Abkhazia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah mendesak NATO untuk menghargai aspirasi kedua provinsi di Georgia tersebut untuk memisahkan diri dari Georgia sebagaimana ketika Georgia dahulu melepaskan diri dari Uni Soviet. Selain itu, Rusia sepertinya juga tidak takut-takut untuk memprotes mitranya dari eropa barat atas keputusannya untuk menerima keanggotaan Ukraina dan Georgia sebagai negara-negara anggota NATO. Masuknya kedua negara bekas bagian Uni Soviet tersebut memang bikin Rusia tidak nyaman. Maklum, Georgia dan Ukraina sepertinya memang bermaksud menantang Rusia, dan terang-terangan mengundang dukungan dan bantuan dari Amerika dan sekutnya dari Eropa Barat. Bahkan, bertepatan dengan hari kemenangan Angkatan Bersenjata Soviet menghancurkan Jerman pada Perang Dunia Kedua, Amerika dan NATO sepertinya sengaja memprovokasi Rusia dengan menggelar latihan militer bersama di negara Georgia yang berbatasan langsung dengan wilayahn kedaulatan Rusia. Bukan itu saja. Bahkan Rusia mengecam rencana pembangunan tameng rudal Amerika di Republik Ceko dan Polandia. Semua ini dinilai Rusia tidak saja merupakan provokasi terhadap Rusia, tapi juga bisa membahayakan kedaulatan wilayah Rusia secara keseluruhan. Karena itu, ketika Georgia ada gelagat akan menghancurkan Ossetia Selatan dan Abkhazia karena bermaksud memerdekakan diri dari Georgia, dengan serta merta Rusia langsung mengirim pasukan militernya menggempur Georgia. Inilah untuk kalim pertama Rusia mengerahkan pasukannya ke luar negeri sejak pasca keruntuhan Uni Soviet pada 1991. Dan NATO, nampaknya berpikir dua kali untuk memenuhi seruan Georgia agar membantu membalas serangan militer Rusia. Tapi apa mau di kata, Rusia sejak di bawah kepemimpinan Putin dan Medvedev ternyata telah kembali memulihkan reputasinya sebagai negara adidaya di bidang militer. Karena itu, pernyataan konfrontatif Obama menyerang Putin sebagai sosok pemimpin yang salah satu kakinya masih berada di era Perang Dingin, nampaknya justru tidak banyak membantu dalam mencairkan komunikasi politik antara Amerika dan Rusia. Beberapa Agenda Strategis yang di Bahas Amerika-Rusia Masih belum bisa dipastikan apa yang sudah berhasil dicapai oleh kedua negara adidaya melalui momentum pertemuan Obama, Medvedev dan Putin. Namun kedua negara bersepakat untuk menyepakati perlunya kontrol terhadap kepemilikan senjata nuklir bagi kedua negara. Kedua negara nampaknya juga bersepakat untuk mempcepat negosiasi mengenai traktat senjata nuklir untuk menggantikan START I yang sudah kadaluarsa pada Desember 2009. Sementara itu, ada beberapa isu yang nampaknya tetap sulit untuk disepakati oleh Amerika maupun Rusia. Rusia menentang keras rencana bergabungnya Georgia dan Ukraina ke NATO. Rusia juga tetap bersikeras untuk mempetahankan pasukan militernya di Ossetia Selatan dan Abkahzia, dan menolak hadirnya misi pengawasan damai PBB. Dan yang paling penting dari semua itu, Rusia menentang keras rencana NATO membangun tameng rudal di Eropa dan menilai hal itu sebagai faktor penghambar ke arah baru hubungan Rusia-Amerika-NATO. Dan yang paling krusial dari itu semua, Washington bersikeras barat tidak bisa menerima gaya kepemimpinan Soviet ala Putin. Namun Putin pun sejak masa kepresidenan yang dia pimpin sebelumnya, juga mendesak Amerika untuk tidak menjadi kekuatan tunggal yang mendominasi dunia. Karena menurut Putin, hegemoni Amerika justru bakal membawa dunia ke dalam ketidakseimbangan. Bisa jadi, inilah yang membuat ”mantra Obama” di Rusia menjadi tidak mempan sama sekali. Kecaman Obama bahwa Putin masih berpikir dalam kerangka Perang Dingin, di mata masyarakat Rusia justru menunjukka bahwa Putin memiliki kepekaan intuitif dalam membaca konstalasi politik internasional. Putin sepertinya bisa membaca gelagat bahwa di balik retorika Obama agar Rusia melepaskan diri pola pikir Perang Dingin, sebenarnarnya tersembunyi sebuah agenda untuk menata-ulang hegemoni Amerika di pentas dunia internasional. Penulis adalah Direktur Eksekutif Global Future Institute, dapat dikontak di hendrajit@yahoo.com |
Vladimir Putin Ancam Balik Barack Obama
Suasana tegang menyelimuti pertemuan pemimpin dunia di forum G20, St
Petersburg, Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin secara terbuka
mengancam Presiden Amerika Serikat Barack Obama soal Suriah. Dilansir Russia Today,
Jumat (06/09/2013), usai memastikan Obama membatalkan pertemuan empat
mata, Presiden Putin mengatakan Rusia mungkin akan datang untuk membantu
Suriah menyerang AS.
“Pesan kami adalah, jika Anda menyerang sekutu kami, maka kami mungkin akan datang,” tegas Putin.
Pernyataan terkeras Putin itu ditanggapi serius oleh Kepala Staf
Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Martin Dempsey. Dilansir FoxNews, Pentagon telah memprediksi bahwa serangan militer AS ke Suriah bisa berubah menjadi perang asimetris antara AS dan Rusia.
“Kemungkinan terjadi baku tembak dengan tentara Rusia sangat terbuka, karena kita menyerang sekutu mereka,” jelas Dempsey.
Kongres AS juga terkejut mendengar ancaman Putin. Anggota Kongres
dari Partai Republik, George Holding, dalam pertemuannya dengan para
jenderal Pentagon, mengatakan jika pilihan serangan militer ke Suriah
dilakukan, harus dipikirkan apa yang akan dilakukan AS jika Rusia
memutuskan untuk ikut menyerang.
“Sikap dan pernyataan Presiden Putin jelas menunjukkan Rusia
sepertinya punya pilihan untuk menyerang kita di arena pertempuran
sebagai balasan bagi AS karena kita menghantam sekutu kuat mereka di
Timur Tengah,” ujar Holding.
Menjawab kekhawatiran itu, Jenderal Dempsey menolak untuk memberikan
jawaban, Ia hanya berharap hal itu tidak akan terjadi, meski peluang
Rusia terlibat dalam perang cukup terbuka.
“Rusia memiliki kemampuan seperti perang asimetris, termasuk cyber
dan akhirnya bisa berujung pada senjata nuklir strategis. Tapi saya
tidak mau berspekulasi dulu soal itu,” pungkas Dempsey. (jurnal3.com).
Rusia dan Ukraina di Ambang Perang
http://jakartagreater.com/rusia-dan-ukraina-di-ambang-perang/
Majelis atas parlemen Rusia menyepakati permintaan Presiden Vladimir
Putin agar pasukan Rusia digunakan di Ukraina. Putin meminta agar
pasukan Rusia dikerahkan “sampai kondisi politik di negara itu normal.”
Armada Laut Hitam Rusia bermarkas di Krimea, Ukraina, merupakan tempat
banyak etnik Rusia tinggal.
Atas tindakan Vladimir Putin itu, pemerintahan baru Ukraina
memperingatkan kemungkinan perang dan menempatkan pasukannya dalam siaga
tinggi serta meminta bantuan NATO.
Pernyataan terbuka Putin tentang hak untuk mengirim pasukan ke negara
berpenduduk 46 juta di Eropa Tengah itu menciptakan konfrontasi
terbesar antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin.
Perdana Menteri Ukraina, Arseny Yatseniuk, yang memimpin pemerintahan
setelah mengambil alih kekuasaan dari sekutu Moskwa -Viktor Yanukovich-
yang melarikan diri minggu lalu, mengatakan tindakan militer Rusia itu
“akan menjadi awal perang dan akhir dari setiap hubungan Ukraina dan
Rusia”.
Penjabat Presiden Ukraina, Oleksander Turchinov, memerintahkan
pasukan untuk ditempatkan pada siaga tempur tinggi. Menteri Luar Negeri
Andriy Deshchytsya mengatakan, ia telah bertemu dengan para pejabat
Eropa dan AS dan mengirim permintaan kepada NATO untuk “mengkaji segala
kemungkinan untuk melindungi integritas teritorial dan kedaulatan
Ukraina”.
Langkah Putin itu merupakan penolakan langsung terhadap para pemimpin
Barat yang berulang kali mendesak Rusia untuk tidak melakukan
intervensi, termasuk Presiden AS Barack Obama, yang sehari sebelum
menyampaikan pidato di televisi guna memperingatkan Moskwa soal “ongkos”
jika Rusia beraksi.
Pasukan tanpa lencana di seragam mereka tetapi diyakini tentara
Rusia, beberapa menggunakan kendaraan dengan nomor plat Rusia, telah
menyerbu Crimea, sebuah semenanjung terpencil di Laut Hitam di Armada
Laut Hitam Rusia bermarkas. Pihak berwenang baru di Kiev tidak berdaya
untuk menghentikan mereka.
Presiden Barack Obama telah menyampaikan kepada Presiden Rusia
Vladimir Putin bahwa Rusia telah melanggar hukum internasional dengan
mengirimkan pasukan ke Ukraina. Dalam sebuah pembicaraan telepon selama
90 menit pada Sabtu, Gedung Putih mengatakan Obama “menyatakan
keprihatinan yang mendalam terkait pelanggaran nyata Rusia terhadap
kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina itu.”
Gedung Putih mengatakan, AS menangguhkan persiapan bagi sebuah
pertemuan negara-negara industri di Rusia pada Juni mendatang. “AS
menyerukan kepada Rusia untuk meredakan ketegangan dengan menarik
kembali pasukannya ke pangkalan di Krimea dan menahan diri dari campur
tangan di wilayah lain di Ukraina,” tegas pernyataan Gedung Putih.
Obama memperingatkan bahwa pelanggaran kedaulatan Ukraina “akan
berdampak negatif pada posisi Rusia dalam komunitas internasional,” dan
bahwa AS “akan menangguhkan partisipasi dalam pertemuan untuk G-8
mendatang,” kata pernyataan itu.
Rusia Raih Kontrol
Pasukan Rusia memperkuat kontrol mereka atas Crimea dan kerusuhan
menyebar ke wilayah lain Ukraina, Sabtu. Para demonstran pro-Rusia
bentrok dengan para pendukung pemerintah baru Ukraina dan mengibarkan
bendera Rusia di atas gedung-gedung pemerintah di beberapa kota.
“Ini mungkin situasi yang paling berbahaya di Eropa sejak Soviet
menginvasi Cekoslowakia tahun 1968,” kata seorang pejabat Barat yang
tidak mau disebut namanya. “Secara realistis, kita harus mengasumsikan
Crimea berada di tangan Rusia. Tantangannya sekarang adalah untuk
mencegah Rusia mengambil alih wilayah berbahasa Rusia di Ukraina timur.”
Putin meminta parlemen untuk menyetujui penggunaan pasukan “terkait
situasi luar biasa di Ukraina, ancaman terhadap kehidupan warga Federasi
Rusia, rekan-rekan kita” dan untuk melindungi Armada Laut Hitam di
Crimea.
Majelis tinggi parlemen Rusia secara cepat dan dengan suara bulat
menyatakan “setuju” atas permintaan itu. Hal itu ditayangkan langsung di
televisi.
Negara-negara Barat pun bergegas memberi tanggapan tetapi hal itu
sebatas pada kata-kata. Seorang pejabat AS mengatakan, Menteri
Pertahanan Chuck Hagel telah berbicara dengan mitra Rusia-nya, Sergei
Shoigu. Pejabat itu mengatakan, sejauh itu belum ada perubahan dalam
postur militer AS.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mendesak
Moskwa untuk tidak mengirim tentara. Menteri Luar Negeri Swedia, Carl
Bildt, mengatakan itu “jelas melanggar hukum internasional”. Presiden
Ceko, Milos Zeman, menyamakan krisis itu dengan invasi tahun 1968 ke
Cekoslowakia.
“(Ada) kebutuhan mendesak untuk meredakan ketegangan di Crimea,” kata
Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, lewat kicauan di
Twitter. “Para sekutu NATO terus berkoordinasi secara erat.”
Sementara itu, Putin mengatakan, permintaannya terkait otorisasi
penggunaan kekuatan di Ukraina akan berlangsung “sampai terjadi
normalisasi situasi sosial-politik di negara itu”.
Justifikasinya, yaitu kebutuhan untuk melindungi warga Rusia, sama
seperti yang ia gunakan saat melancarkan invasi ke Georgia tahun 2008.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda aksi militer Rusia di Ukraina di
luar Crimea, satu-satunya wilayah negara itu yang berpenduduk mayoritas
etnis Rusia, dan sudah sering menyuarakan niat untuk memisahkan diri.
Sementara itu di Independence Square di pusat kota Kiev, di mana para
demonstran telah berkemah selama berbulan-bulan saat melawan
Yanukovich, sebuah film Perang Dunia II tentang Crimea sedang
ditampilkan di layar raksasa, ketika Yuri Lutsenko, mantan menteri dalam
negeri, menyela untuk mengumumkan keputusan Putin. “Perang telah tiba,”
kata Lutsenko. Ratusan warga Ukraina di alun-alun itu pun bernyanyi,
“Kemuliaan bagi para pahlawan. Kematian bagi para penjajah”. (Kompas.com).
Analisis |
01-05-2009 | |||||||||
AS | |||||||||
Memahami Recana Besar Obama 2012 | |||||||||
Penulis : Hendrajit | |||||||||
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=157&type=4#.Ux7aE86JmSo | |||||||||
Sejak
memasuki Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama memang
segera melakukan beberapa gebrakan dengan merubah beberapa kebijakan dan
langkah strategis yang secara fundamental berbeda dengan pendahulunya
mantan Presiden George W. Bush.
| |||||||||
Mukadimah
Mari
kita telusur satu-persatu. Menghentikan semua proses hukum atas para
tawanan di Guantanamo. Bahkan sekaligus mencanangkan penutupan penjara
Guantanamo. Berkaitan dengan hubungan Amerika-Cina yang berada dalam
situasi penuh ketegangan semasa pemerintahan Bush, Obama telah memberi
isyarat ke arah hubungan yang lebih harmonis, dengan mengedepankan
hubungan ekonomi.
Berkaitan dengan dengan negara-negara Uni Eropa yang selama 8 tahun terakhir dibuat jengkel dengan kebijakan poliitik luar negeri Amerika yang unilateral(sepihak), Obama pun menyerukan hubungan harmonis baru Trans-Atlantik. Dengan negara-negara Islam, nah ini dia yang juga tak kalah menarik. Doktor ilmu hukum alumni Universitas Harvard ini juga memberi sinyal positif untuk merangkul dunia Islam. Indikasinya, melakukan kunjungan ke Turki dan menawarkan dialog tanpa syarat kepada Iran. Dalam menyikapi isu konflik Israel-Palestina, Obama secara aktif memainkan peran sebagai mediator dengan memprakarsai lahirnya sebuah blueprint (Cetak biru) sebagai sebuah model hubungan yang berdampingan secara damai antara Pelestina dan Israel. Mengenai isu perseteruan historis antara Amerika versus Kuba di kawasan Amerika Latin yang mulai memuncak semasa kepresidenan John F Kennedy di awal 1960-an, Obama secara mengagetkan telah mengeluarkan kebijakan mengizinkan pengiriman uang dan pergerakan warga Amerika-Kuba. Dan yang tak kalah spektakuler, mengirik sinyal positif mengenai keinginannya membuka hubungan baru yang bersahabat dengan Amerika Latin, bahkan termasuk dengan pemimpin sayap kiri. Jangan Percaya Sihir Dunia ObamaKalau menyimak beberapa progress report Obama di awal tulisan tadi, memang seluruh warga dunia dibuat berdecak kagum atas beberapa gebrakan Obama dalam bidang keamanan nasional politik luar negeri. Namun ketika membaca sebuah buku karya Weal Aheon bertajuk Membongkar Rencana Besar Obama 2012, sontak kita dipaksa untuk mengkaji ulang sepak-terjang Obama yang bikin dia populer dan mengundang puja-puji dari seluruh warga dunia. Betapa tidak. Dalam cover buku ini saja, penulis sudah memprovokasi pembaca dengan pertanyaan kunci, ”Apakah ia sang juru selamat resesi dunuia? Benarkah kekuatan Yahudi di Belakangnya? Bagaimana ia mendapat dana kampanye US$58 juta dalam waktu 6 bulan? Dari pertanyaan provokatif di awal tulisan, Weal Aheon, sudah menggiring pembaca pada opini bahwa krisis global yang melanda dunia menjelang pemilihan presiden Amerika November lalu, merupakan by-design untuk menghantarkan kemunculan Obama ke pentas politik dunia internasiona. Sayangnya di bukunya ini pembaca tidak punya gambaran yang jelas mengenai jati diri si penulis karena tidak ada riwayat hidup atau rekam jejak karir si penulis di bagian akhir buku. Namun terlepas dari kejanggalan tersebut, beberapa analisisnya cukup membuat orang terhenyak. Weal Aheon mulai dengan mengemukakan satu keanehan menyusul kemenangan Obama atas John McCain. Obama memenangi pertarungan dengan meraih 349 electoral vote dibanding McCain yang hanya meraih 162. Sedangkan ”Suara Rakyat” (popular vote) Obama meraih 52,3% sedangkan McCain 46,4%. Jelas dari fakta ini Obama menang telak. Lalu dimana keanehannya? Populasi Afro-Amerika(bangsa Amerika keturunan Afrika) di Amerika hanya berkisar 15 percen. Namun hasil penelitian orang kulit putih yang memberikan suara kepada Obama sekitar 45 persen. Sedangkan McCain 55 persen. Sedangkan kulit hitam yang memilih McCain tidak sampai 4 persen. Bagi si penulis buku fakta ini merupakan keanehan yang menakjubkan alias mission impossible. Ada satu lagi keanehan. Dalam waktu 21 bulan, Obama telah berhasil memobilisasi dana kampanye sebesar US$ 700 juta atau sekitar 7,7 triliun rupiah. Ini jelas menakjubkan di kala Amerika justru sedang dilanda krisis. General Motor, salah satu perusahaan otomotif di Amerika Serikat menuju keadaan pailit. Betapa tidak. Krisis finansial menghancurkan Wall Street pada Juli 2007 ketika pasar saham dunia bergolak akibat gagal bayar kredit perumahan (subprime mortage). Bank investasi dan jasa sekuritas yang berusia 158 tahun dan terbesar keempat di Amerika Serikat, Lehman Brothers, telah menyatakan bangkrut pada September 2008. Bank lain yang mengalami kebankrutan adalah Bears Stearns, Northren Rock, Fannie Mae, Freddie Mac, Washington Mutual Inc(Wamu) dan perusahaan broker terbesar di Amerika Merril Lynch &Co. Iniliah sisi aneh dari kemenangan Obama, termasuk kisah keberhasilan dirinya menggalang dana triliunan rupiah di tengah krisis finansial global. Ini jelas jadi pertanyaan dari mana dia dapat dana sebesar itu? Negara-negara Eropa terkena dampak dari resesi yang terjadi di Amerika. Lalu ketika para konglomerat Amerika lagi pada bangkrut dan negara-negara Eropa dan bahkan Cina maupun Jepang pun mengalami kemacetan ekonomi akibat dampak krisis finansial global, lalu darimana Obama dapat galang dana sebesar itu? Weal Aheon hanya punyan satu jawaban, adanya dukungan dana dari Yahudi yang berada dalam kendali jaringan Freemason dan Iluminati yang telah merger alias dilebur jadi satu, yaitu Zionisme Internasional. Kelompok yang tergabung dalam Zionisme Internasional inilah yang konon telah menguasai dan mengatur lebih dari 70 persen ekonomi dan keuangan dunia. Ini menarik. Karena di bagian lain bukunya, Aheon menginformasikan bahwa Lehman Brothers yang sudah bangkrut pada 2008 lalu itu, ternyata didirikan oleh seorang Yahudi Jerman, yang beremigrasi ke Amerika pada 1844. Dialah Henry Lehman. Usaha bisnis kelompok Yahudi Jerman ini berkembang dan menuai akhir perjalanannya saat lembaga itu di bawah seorang CEO, Richard Fuld, yang bergabung sejak 1969. Zionisme Internasional sebagai jaringan komunitas pelaku bisnis asal Yahudi, diyakini oleh berbagai kalangan berada dalam orbit pengaruh Freemason dan Iluminati. Ternyata di Freemason dan Iluminati ini ada tiga lingkaran. Di lingkaran Supranatural/Metafisik yang memberi dukungan alam gaib terhadap misi politik dan ekonomi kelompok ini, yang bermain di arena pemerintahan dan sektor bisnis seperti pertanian, industri dan perbankan. Inilah yang diyakini penulis buku telah menjadi kekuatan terselubung (invisible hand) dalam memangi Obama. Alhasil, penulis buku yakin bahwa Obama pada hakekatnya telah berhutang sebesar Rp 7,7 triliun kepada para pendonor dana kampanyenya tersebut. Karena itu, masuk akal jika kita ingin tahu apa agenda tersembunyi kelompok Zionisme Internasional tersebut. Satu Tatanan Dunia Baru Dalam Satu Pemerintahan Pada dasarnya, program kerja Zionisme Internasional adalah gabungan dari rencana kerja Freemason dan Iluminati. Namun selalu disesuaikan dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman. Namun tujuan utamanya tetap sama. Sekadar informasi, Zionisme Internasional tujuan akhirnya bukan mendirikan negara Israel yang sudah terwujud pada 14 Mei 1948. Melainkan membuat rencana berskala internasional untuk menguasai dunia seluruhnya. Dan metode yang ditempuh tidak selalu harus melalui invasi militer seperti yang dilakukan oleh Bush ke Afghanistan dan Irak. Berbagai cara-cara diplomatik, intelijen maupun pendekatan-pendekatan non-militer, menjadi suatu hal yang lebih prioritas. 1. Menghapus indentitas Agama dan menggantinya dengan Spiritual Universal sebagai Agama tunggal internarnasional. 2. Mengutamakan Sekularisme atau faham keduniawian. 3. Memunculkan aliran-aliran kebatinan/okultisme yang tidak jelas basis syariat keagamaannya seperti Islam, Kristen atau Agama Tauhid Yahudi yang merujuk pada Nabi Ibrahim. 4. Menguasai politik, untuk membentuk Tatanan Dunia Baru(New World Order). 5. Globalisasi Bidang Keuangan, dengan tujuan menyatukan mata uang dunia, atau System Moneter dunia. 6. Memberi pinjaman uang dengan syarat yang mengikat. 7. Monopoli perdagangan dunia melalui kemajuan teknologi. 8. Pengaturan pendidikan berkesinambungan, sejak anak-anak. 9. Penguasaan di bidang budaya. 10. Mendukung dan mengondisikan pandangan mengenai Sex Bebas. 11. Hak hidup bersama antara pria dan wanita, tanpa ikatan sebuah pernikahan atau keluarga. 12. Hak melakukan pencegahan kehamilan, baik pasangan suami-istri yang sah maupun tidak. 13. Aborsi disahkan. 14. Euthanasia atau membunuh dengan alasan perikemanusiaan lewat kedokteran dibenarkan. 15. Bunuh diri lewat dokter atau obat(suntik) adalah hak azasi manusia. 16. Perceraian adalah hak masing-masing pribadi. 17. Homosex dan Lesbi, adalah pilihan perorangan yang perlu dihormati. 18. Hak reproduksi perempuan. Artinya perempuan berhak menolak untuk hamil dan melahirkan. Juga berhak untuk melakukan hubungan sex, sekaligus memiliki hak untuk melakukan sex dengan pria lain. Sebenarnya masih ada enam pasal lagi yang tercakup dalam 24 pasal utama Zionisme Internasional. Namun berkaaitan dengan agenda besar Obama 2012 sebagaimana menjadi landasan pemikiran buku ini, praktis yan harus dicermati adalah 9 pasal pertama. Sedangkan yang ke 10 dan selanjutnya adalah beberapa aspek yang berkaitan dengan moral dan ahlak manusia. Sedangkan 9 pasal pertama berkaitan dengan panduan bagi kelompok ini sebagai pijakan dalam menyusun kebijakan strategis di bidang politik, ekonomi-bisnis, pertahanan dan kebudayaan. Waspadai Pasal 8 dan 9 Dalam Mempengaruhi Keluarnya UU BHP Berkaitan dengan Indonesia, dengan menyimak 9 pasal pertama, maka keluarnya UU Badan Hukum Pendidikan menjadi relevanj, karena di pasal 8 dan 9. Karena di situ ditekankan perlunya pengaturan pendidikan berkesinambungan, sejak anak-anak. Dan pasal 9 yang menaruh prioritas pada pentingnya penguasaan di bidang kebudayaan. Jika kita cermati strategi kebudayaan Freemason dan Iluminati yang tercermin di beberapa pasal awal Zionisme Internasional, maka lingkaran Supranatural dari jaringan inilah yang sangat memainkan peranan besar. Fenomena kebatinan dan okultisme di Indonesia belakangan semakin marak. Bahkan acara-acara televisi pun banyak membuat acara beraroma alam gaib yang bertumpu pada aliran ilmu hitam/black magic. Suatu aliran yang ditentang oleh para Ulama dan Kyai Tasawuf karena menafikan ketentual Allah SWT dalam menentukan takdir manusia dan alam semesta. Selain itu, dalam mendukung strategi kebudayaan Zionisme Internasional ini, Demokrasim dan Hak-hak azasi manusia menjadi perangkat utama mereka. Caranya, lewat lembaga-lembaga independen serta lewat pemerintahan yang berada dalam kendali jaringan terselubung dari Zionisme Internasional. Garis-Garis Besar Tujuan Rahasia Freemason dan Iluminati Puncak target dari Kelompok Zionisme Internasional ini tercantum dalam Garis-Garis Besar Tujuan Rahasia Freemason dan Iluminati. 1. Pemerintahan Negara dikuasai. 2. Hak Milik Pribadi/Keluarga dihapus. 3. Meniadakan Harta Warisan orang tua. 4. Mengikis habis rasa Patriotisme. 5. Memusnahkan semua Agama dan Mendirikan Spiritual Universal. 6. Keberadaan keluarga ditiadakan, dengan cara menghapuskan hukum pernikahan., sekaligus menganjurkan sex bebas. 7. Membentuk satu pemerintahan dunia. Penguasaan dunia di bidang ekonomi, keuangan, politik, senjata dan agama kiranya perlu dicermati secara intensif. Termasuk berbagai produk hukum yang lahir di Indonesia melalui DPR selama periode 2004-2009 maupun 2009-2014. Terbukti bahwa dalam pembuatan berbagai UU, para pakar dari USAID maupun beberapa NGO asing, terlibat secara aktif sebagai konsultan para anggota DPR di berbagai komisi dalam perumusan beberapa UU seperti MIGAS, Badan Hukum Pendidikan dan UU lainnya yang berkaitan dengan bidang Ekonomi dan Bisnis. Berkaitan dengan membentuk pemerintahan dunia maupun penguasaan pemerintahan negara, maka blueprint dan roadmap Obama dalam menata ulang konstalasi di kawasan Timur Tengah menjadi isu strategis yang harus dimonitor secara terus-menerus. Maka bukan tidak mungkin pintu masuk Obama untuk menata ulang Timur Tengah secara geopolitik dan geostrategis adalah dengan memainkan peran aktif sebagai mediator antara Palestina dan Israel. Dalam skema besar Zionisme Yahudi yang mana pembentukan negara bangsa Israel bukanlah tujuan utama melainkan penguasaan pemerintahan dunia melalui Amerika, maka tidak masalah bagi kelompok ini untuk mengorbankan Israel dalam mewujudkan agenda tersembunyi mereka di Timur Tengah. Dengan memberi kesan bahwa Obama lebih condong mendukung aspirasi Palestina dibanding Israel, namun Obama justru menggunakan kesempatan ini untuk mewujudkan agenda strategis Zionisme Internasional di Timur Tengah, yaitu penguasaan sumber-sumber minyak yang berlokasi di negara-negara Arab yang beragama Islam. Dan ini logis, karena beberapa waktu yang lalu dalam suatu pertemuan di Yogyakarta Maret 2008, penyumbang dana kampanye Obama terbesar berasal dari perusahaan korporasi yang bergerak dalam Industri perminyakan. Salah satunya adalah ExxonMobile. Suatu fakta penting yang memperkuat anggapan umum bahwa Amerika akan semakin memperkuat kepentingannya untuk menguasai Timur Tengah. Benarkah kekhawatiran Amien Rais bahwa Obama jangan-jangan bakal menjadi perwujudan dari American Imperium with blakc face? Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)]
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar