Renungan Maulid Nabi
RENUNGAN MAULID NABI
oleh
Drs. H. Irfan Anshory
oleh
Drs. H. Irfan Anshory
http://irfananshory.blogspot.com/2009/03/renungan-maulid-nabi.html
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
SEBAGAI
pembuka wacana, ada baiknya kita kutip amanat Presiden Sukarno pada
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Stadion Gelora Bung Karno,
Senayan, tanggal 6 Agustus 1963 (Penerbitan Sekretariat Negara
No.618/1963):
Sore-sore saya dibawa oleh Presiden Suriah Sukri al-Kuwatly ke makam Salahuddin. Lantas Presiden Kuwatly bertanya kepada saya, apakah Presiden Sukarno mengetahui siapa yang dimakamkan di sini? Saya berkata, saya tahu, of course I know. This is Salahuddin, the great warrior, kataku. Presiden Kuwatly berkata, tetapi ada satu jasa Salahuddin yang barangkali Presiden Sukarno belum mengetahui. What is that, saya bertanya. Jawab Presiden Kuwatly, Salahuddin inilah yang mengobarkan Api Semangat Islam, Api Perjuangan Islam dengan cara memerintahkan kepada umat Islam supaya tiap tahun diadakan perayaan Maulid Nabi.
Jadi Salahuddin, saudara-saudara, sejak Salahuddin tiap-tiap tahun umat Islam memperingati lahirnya, dan dikatakan oleh Pak Mulyadi tadi, juga wafatnya Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi ini oleh Salahuddin dipergunakan untuk membangkitkan Semangat Islam, sebab pada waktu itu umat Islam sedang berjuang mempertahankan diri terhadap serangan-serangan dari luar pada Perang Salib. Sebagai strateeg besar, saudara-saudara, bahkan sebagai massapsycholoog besar, artinya orang yang mengetahui ilmu jiwa dari rakyat jelata, Salahuddin memerintahkan tiap tahun peringatilah Maulid Nabi.
Sebagaimana dijelaskan dalam amanat Bung Karno di atas, peringatan Maulid Nabi untuk pertama kalinya dilaksanakan atas prakarsa Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriyah) dari Dinasti Bani Ayyub, yang dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama “Saladin”. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.
Pada masa itu Dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Perancis, Jerman, Inggris). Inilah yang dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Jerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun Khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Baghdad, sebagai lambang persatuan spiritual.
Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Dia menghimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabi`ul-Awwal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi yang permanen bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syi`ar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Baghdad, ternyata Khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa haramain (dua tanah suci Makkah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriyah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabi`ul-Awwal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriyah) Jerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi mesjid kembali sampai hari ini.
Jika kita membuka lembaran sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa, perayaan Maulid Nabi dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga, Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang ‘pengampunan’ yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, “Dia mengampuni”).
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata gerebeg artinya ‘mengikuti’, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju mesjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Idul Adha).
Hal yang menarik untuk kita kaji adalah mengapa Nabi dan Rasul Terakhir bagi umat manusia dibangkitkan Allah dari kalangan suku Quraisy di Semenanjung Arabia? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh Allah sendiri dalam Al-Qur’an Surat Quraisy ayat pertama dan kedua yang berbunyi: “Karena tradisi suku Quraisy. Tradisi mereka mengembara di musim dingin dan di musim panas”.
Kota suci Makkah pada mulanya bernama Baka atau Bakkah, sebagaimana tercantum dalam Ali Imran 96. Dalam bahasa Arab, kata baka mempunyai dua arti: ‘berderai air mata’ dan ‘pohon balsam’. Arti yang pertama berhubungan dengan gersangnya daerah itu sehingga seakan-akan tidak memberikan harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya pohon balsam (genus Commiphora) yang tumbuh di sana. Oleh karena huruf mim dan ba sama-sama huruf bilabial (bibir), nama Bakkah lama-kelamaan berubah menjadi Makkah.
Oleh karena kota Makkah sangat gersang, orang-orang Quraisy penghuni kota itu tidak mungkin hidup dari sektor agraris (pertanian), melainkan harus mengembangkan sektor bisnis (perdagangan). Dibandingkan dengan suku-suku lain di Semenanjung Arabia, suku Quraisy memiliki watak istimewa: tahan segala cuaca! Mereka memiliki tradisi (ilaf) gemar mengembara baik di musim dingin maupun di musim panas untuk berniaga.
Pada mulanya sebagian besar suku Quraisy memusuhi Islam sehingga Nabi Muhammad SAW dan para pengikut beliau harus meninggalkan kampung halaman berhijrah ke Madinah. Akan tetapi akhirnya seluruh orang Quraisy memeluk agama Islam, terutama setelah Rasulullah menguasai Makkah. Tradisi gemar mengembara dari suku Quraisy merupakan salah satu faktor yang ikut mempercepat penyebaran agama Islam. Hanya satu abad sesudah Nabi wafat, pada pertengahan abad ke-8 kekuasaan Islam membentang dari Spanyol sampai Xinjiang.
Rupanya sudah menjadi Sunnatullah (Hukum Ilahi) bahwa suatu ide atau ajaran akan cepat berkembang luas apabila disebarkan oleh orang-orang yang gemar mengembara. Dalam sejarah tanah air kita, organisasi Muhammadiyah memiliki pengalaman serupa. Pada zaman pendirinya, K.H.Ahmad Dahlan, organisasi dakwah yang lahir di Yogyakarta ini baru tersebar di Pulau Jawa. Muhammadiyah segera berkembang cepat ke seluruh Nusantara setelah disebarkan oleh dua suku pengembara: orang-orang Minangkabau dan orang-orang Bugis.
Gersangnya daerah Makkah membawa hikmah lain: dua kekuatan adikuasa pada zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu Romawi dan Persia, tidak berminat untuk menguasai Makkah. Demikian pula ketika pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 kolonial Inggris dan Perancis berbagi kekuasaan di Timur Tengah, daerah Makkah sama sekali tidaklah mereka jamah. Dari zaman Nabi sampai sekarang, Ka`bah (Rumah Allah) tidak pernah berada di bawah dominasi kekuasaan kelompok non-Muslim.
Ketika Nabi Ibrahim a.s. dan putra beliau Nabi Isma`il a.s. mendirikan Rumah Allah, yaitu Ka`bah sekarang, Nabi Ibrahim a.s. berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan anugerahkanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Akhirat.” (Surat Al-Baqarah 126). Doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut dikabulkan oleh Allah secara kontinyu sampai hari ini! Meskipun tanah Makkah gersang dan tidak memproduksi buah-buahan, para jemaah haji dapat menyaksikan sendiri bahwa buah-buahan apa pun jenisnya dapat kita jumpai di Makkah, mulai dari anggur Perancis sampai pisang Ekuador.
Air pun kini berlimpah di Makkah. Di samping sumber telaga Zamzam yang tidak pernah kering, pemerintah Arab Saudi menggunakan teknologi modern dalam menyediakan air bersih dari hasil penyulingan (destilasi) air laut. Dengan teknologi tinggi yang disebut flash distillation, tekanan diturunkan sedemikian rupa sehingga air laut mendidih pada suhu 50 derajat C, lalu uap air yang sudah terpisah dari garam-garam dilewatkan melalui alat pengembun (kondensor) supaya cair kembali. Proses ini cukup murah sebab hemat energi. Di Jeddah pabrik penyulingan air laut semacam ini memproduksi 50 juta liter air bersih per hari, dan sebagian besar disalurkan ke kota Makkah untuk keperluan para jemaah haji.
Sebagai penutup uraian, ada tiga kesimpulan yang patut kita petik. Pertama, perayaan Maulid Nabi kita selenggarakan untuk meningkatkan semangat juang dan sebagai alat dakwah. Kedua, Nabi dan Rasul Terakhir Muhammad SAW sengaja dibangkitkan Allah dari kota Makkah yang gersang, agar penduduknya bersifat gemar mengembara, untuk efektivitas penyebaran agama Allah. Ketiga, Allah senantiasa menganugerahi Makkah bahan makanan dan air yang berlimpah, serta melindungi kota suci itu dari dominasi kekuasaan kelompok lain.
Sore-sore saya dibawa oleh Presiden Suriah Sukri al-Kuwatly ke makam Salahuddin. Lantas Presiden Kuwatly bertanya kepada saya, apakah Presiden Sukarno mengetahui siapa yang dimakamkan di sini? Saya berkata, saya tahu, of course I know. This is Salahuddin, the great warrior, kataku. Presiden Kuwatly berkata, tetapi ada satu jasa Salahuddin yang barangkali Presiden Sukarno belum mengetahui. What is that, saya bertanya. Jawab Presiden Kuwatly, Salahuddin inilah yang mengobarkan Api Semangat Islam, Api Perjuangan Islam dengan cara memerintahkan kepada umat Islam supaya tiap tahun diadakan perayaan Maulid Nabi.
Jadi Salahuddin, saudara-saudara, sejak Salahuddin tiap-tiap tahun umat Islam memperingati lahirnya, dan dikatakan oleh Pak Mulyadi tadi, juga wafatnya Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi ini oleh Salahuddin dipergunakan untuk membangkitkan Semangat Islam, sebab pada waktu itu umat Islam sedang berjuang mempertahankan diri terhadap serangan-serangan dari luar pada Perang Salib. Sebagai strateeg besar, saudara-saudara, bahkan sebagai massapsycholoog besar, artinya orang yang mengetahui ilmu jiwa dari rakyat jelata, Salahuddin memerintahkan tiap tahun peringatilah Maulid Nabi.
Sebagaimana dijelaskan dalam amanat Bung Karno di atas, peringatan Maulid Nabi untuk pertama kalinya dilaksanakan atas prakarsa Sultan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (memerintah tahun 1174-1193 Masehi atau 570-590 Hijriyah) dari Dinasti Bani Ayyub, yang dalam literatur sejarah Eropa dikenal dengan nama “Saladin”. Meskipun Salahuddin bukan orang Arab melainkan berasal dari suku Kurdi, pusat kesultanannya berada di Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia.
Pada masa itu Dunia Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang demi gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Perancis, Jerman, Inggris). Inilah yang dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 laskar Eropa merebut Jerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan (ukhuwah), sebab secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan, meskipun Khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Baghdad, sebagai lambang persatuan spiritual.
Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Dia menghimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabi`ul-Awwal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi yang permanen bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Pada mulanya gagasan Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syi`ar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Baghdad, ternyata Khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa haramain (dua tanah suci Makkah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriyah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabi`ul-Awwal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriyah) Jerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi mesjid kembali sampai hari ini.
Jika kita membuka lembaran sejarah penyebaran Islam di Pulau Jawa, perayaan Maulid Nabi dimanfaatkan oleh para Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga, Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang ‘pengampunan’ yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, “Dia mengampuni”).
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata gerebeg artinya ‘mengikuti’, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju mesjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Idul Adha).
Keunikan suku Quraisy
Hal yang menarik untuk kita kaji adalah mengapa Nabi dan Rasul Terakhir bagi umat manusia dibangkitkan Allah dari kalangan suku Quraisy di Semenanjung Arabia? Jawaban atas pertanyaan ini diberikan oleh Allah sendiri dalam Al-Qur’an Surat Quraisy ayat pertama dan kedua yang berbunyi: “Karena tradisi suku Quraisy. Tradisi mereka mengembara di musim dingin dan di musim panas”.
Kota suci Makkah pada mulanya bernama Baka atau Bakkah, sebagaimana tercantum dalam Ali Imran 96. Dalam bahasa Arab, kata baka mempunyai dua arti: ‘berderai air mata’ dan ‘pohon balsam’. Arti yang pertama berhubungan dengan gersangnya daerah itu sehingga seakan-akan tidak memberikan harapan, dan arti yang kedua berhubungan dengan banyaknya pohon balsam (genus Commiphora) yang tumbuh di sana. Oleh karena huruf mim dan ba sama-sama huruf bilabial (bibir), nama Bakkah lama-kelamaan berubah menjadi Makkah.
Oleh karena kota Makkah sangat gersang, orang-orang Quraisy penghuni kota itu tidak mungkin hidup dari sektor agraris (pertanian), melainkan harus mengembangkan sektor bisnis (perdagangan). Dibandingkan dengan suku-suku lain di Semenanjung Arabia, suku Quraisy memiliki watak istimewa: tahan segala cuaca! Mereka memiliki tradisi (ilaf) gemar mengembara baik di musim dingin maupun di musim panas untuk berniaga.
Pada mulanya sebagian besar suku Quraisy memusuhi Islam sehingga Nabi Muhammad SAW dan para pengikut beliau harus meninggalkan kampung halaman berhijrah ke Madinah. Akan tetapi akhirnya seluruh orang Quraisy memeluk agama Islam, terutama setelah Rasulullah menguasai Makkah. Tradisi gemar mengembara dari suku Quraisy merupakan salah satu faktor yang ikut mempercepat penyebaran agama Islam. Hanya satu abad sesudah Nabi wafat, pada pertengahan abad ke-8 kekuasaan Islam membentang dari Spanyol sampai Xinjiang.
Rupanya sudah menjadi Sunnatullah (Hukum Ilahi) bahwa suatu ide atau ajaran akan cepat berkembang luas apabila disebarkan oleh orang-orang yang gemar mengembara. Dalam sejarah tanah air kita, organisasi Muhammadiyah memiliki pengalaman serupa. Pada zaman pendirinya, K.H.Ahmad Dahlan, organisasi dakwah yang lahir di Yogyakarta ini baru tersebar di Pulau Jawa. Muhammadiyah segera berkembang cepat ke seluruh Nusantara setelah disebarkan oleh dua suku pengembara: orang-orang Minangkabau dan orang-orang Bugis.
Gersangnya daerah Makkah membawa hikmah lain: dua kekuatan adikuasa pada zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu Romawi dan Persia, tidak berminat untuk menguasai Makkah. Demikian pula ketika pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 kolonial Inggris dan Perancis berbagi kekuasaan di Timur Tengah, daerah Makkah sama sekali tidaklah mereka jamah. Dari zaman Nabi sampai sekarang, Ka`bah (Rumah Allah) tidak pernah berada di bawah dominasi kekuasaan kelompok non-Muslim.
Ketika Nabi Ibrahim a.s. dan putra beliau Nabi Isma`il a.s. mendirikan Rumah Allah, yaitu Ka`bah sekarang, Nabi Ibrahim a.s. berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan anugerahkanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Akhirat.” (Surat Al-Baqarah 126). Doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut dikabulkan oleh Allah secara kontinyu sampai hari ini! Meskipun tanah Makkah gersang dan tidak memproduksi buah-buahan, para jemaah haji dapat menyaksikan sendiri bahwa buah-buahan apa pun jenisnya dapat kita jumpai di Makkah, mulai dari anggur Perancis sampai pisang Ekuador.
Air pun kini berlimpah di Makkah. Di samping sumber telaga Zamzam yang tidak pernah kering, pemerintah Arab Saudi menggunakan teknologi modern dalam menyediakan air bersih dari hasil penyulingan (destilasi) air laut. Dengan teknologi tinggi yang disebut flash distillation, tekanan diturunkan sedemikian rupa sehingga air laut mendidih pada suhu 50 derajat C, lalu uap air yang sudah terpisah dari garam-garam dilewatkan melalui alat pengembun (kondensor) supaya cair kembali. Proses ini cukup murah sebab hemat energi. Di Jeddah pabrik penyulingan air laut semacam ini memproduksi 50 juta liter air bersih per hari, dan sebagian besar disalurkan ke kota Makkah untuk keperluan para jemaah haji.
Sebagai penutup uraian, ada tiga kesimpulan yang patut kita petik. Pertama, perayaan Maulid Nabi kita selenggarakan untuk meningkatkan semangat juang dan sebagai alat dakwah. Kedua, Nabi dan Rasul Terakhir Muhammad SAW sengaja dibangkitkan Allah dari kota Makkah yang gersang, agar penduduknya bersifat gemar mengembara, untuk efektivitas penyebaran agama Allah. Ketiga, Allah senantiasa menganugerahi Makkah bahan makanan dan air yang berlimpah, serta melindungi kota suci itu dari dominasi kekuasaan kelompok lain.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Ternyata Perayaan Maulid Nabi Berasal dari Syi'ah Fathimiyyah
Sunday, August 18, 2013
0
komentar
Kalangan Nahdliyyin
kebakaran kumis (ga punya jenggot, maaf) ketika membaca artikel yang
dimuat oleh http://abdurrahmanpas.com/. Bukannya mencari jalan
kebenaran, seorang warga NU mencaci maki website tersebut.
"Seharusnya jika
mereka (NU) memiliki dalil yang kuat tentang maulid nabi atau ulang
tahun Nabi Muhammad SAW dijelaskan saja kepada ummat bukannya marah."
Salah seorang pembaca lain berkomentar seperti itu. Penasaran seperti
apa isi artikelnya? Silakan baca!
"Jika
kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi
tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat
Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan
mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah
orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran
beliau.
Perlu
diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang
pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun
atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada
Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al
Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun
memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari
‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid
Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang
berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan
bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam
pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan
malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha,
perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan
malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari
Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari
Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490.
Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy
Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul
Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam
perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid
Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat
itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti
Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu
pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril
Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al
Fikriyah(hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid
pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid,
hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan
orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun.
Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod
baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi
senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan
berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al
Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun
yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar(Menyingkap rahasia
dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok
Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan
pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad
bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan
lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan
dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering
menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib,
paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan
As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu
diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al
‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih
berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua
daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah
Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada
Daulah Fatimiyyun.”
Beliau
rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia
yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.”(Majmu’ Fatawa,
35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani
Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab
(silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan.
Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad
bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah
diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang
menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka
memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu
anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran
sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga
mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan
apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada
satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka
sampai pada Fatimah.”
Begitu
pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari
klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul
A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah
pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang
dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan.
Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang
Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al
Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga
hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan
perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah
untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita
menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah
yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat.
(Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah
At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam
kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’,
beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara
beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling
ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang
disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki
kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan
Nashrani.
Al
Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar
mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu
Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnyaFadho-ihul
Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al
Hawliyah, 142-143)
Inilah
sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak
mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya. Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Pertama:
Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh.
Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya,
bahkan dari imam madzhab.
Kedua:
Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad
tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al
Ayubi pada tahun 546 H.
Ketiga:
Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai
aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun
adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari
ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Keempat:
Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang
pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah
ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat
sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang
yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalamIqtidho’ [1/269] mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayid/bagus) : rumaysho.com
Foto Foto Nostalgia Kota Nabi
يا غاديا نحو الحبيب عســـــاك تقر الســــلام إذا وصلت هناك
و عســـــاك تجري ذكر مثلي عنده فهو الشــــفاء لدائنا و لداك
و قل السلام عليك يا خير الورى من عاشق طول المدى يهواك
Wahai musafir sampaikanlah salamku kepadanya
و قل السلام عليك يا خير الورى من عاشق طول المدى يهواك
Wahai musafir sampaikanlah salamku kepadanya
setibamu di Madinah
Mudah2an menyebutku di maqamnya
Mudah2an menyebutku di maqamnya
karena beliau obat bagi kita semua
Katakanlah “Salam atasmu wahai sebaik baiknya manusia”
Katakanlah “Salam atasmu wahai sebaik baiknya manusia”
dari perindu setiap masa yang tak henti henti mencintainya
http://hasanalsaggaf.wordpress.com/foto-foto-bersejarah-2/foto-foto-nostalgia-kota-nabi/
Pemandangan Raudhah th 1907
Pemandangan Raudhah dan Mihrab Nabi saw
Pemandangan Mimbar Nabi saw
Pemandangan Masjid Nabi saw dari Dalam
Pemandangan Masjid Nabi dari Luar
Babussalam Masjid Nabi saw th 1907
Pemandangan Masjid Nabi dari Luar th 1907
Kota Nabi saw th 1907 terlihat benteng mengelilinginya
Pasar di Kota Nabi saw th 1907
Pintu Gerbang Al-Syami th 1909
Kereta Api Jurusan Makkah-Madinah th 1902-1920
Pemakaman al-Baqi’ th 1907
Makam Nabi saw th 1907
Istana Said bin Al-A’sh th 1902
Makan Nabi saw sebelum dipagar besi kuningan th 1907
Maulid Nabi Ada
Karena Perintah Banyak Shalawat?
Inilah sebagian alasan dari para pendukung maulid. Dalam acara maulid kan kita mengumandangkan shalawat! Kok acara maulid nabi jadi terlarang?
http://muslim.or.id/manhaj/maulid-nabi-ada-karena-perintah-banyak-shalawat.html
Sebagian berdalil untuk mendukung maulid dengan ayat,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al Ahzab: 56).
Kalau dilihat secara tekstual, tidak ada kaitannya antara perintah merayakan maulid dan ayat ini. Bukti tidak nyambung-nya, kita bandingkan dengan perkataan pakar tafsir tentang ayat tersebut.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksud ayat adalah: Allah
Ta’ala mengabarkan kepada para hamba-Nya tentang kedudukan mulia hamba
dan Nabi-Nya (yaitu Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-) di
kedudukan tinggi nan mulia. Allah memuji Nabi-Nya di hadapan para
malaikat yang didekatkan. Para malaikat pun bershalawat padanya.
Kemudian Allah perintahkan pada makhluk di muka bumi untuk bershalawat
dan mengucapkan salam pada beliau supaya menunjukkan berbagai pujian
untuk beliau baik dari makhluk di langit (di atas), maupun di muka bumi
(di bawah).” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 11: 210)
Namun mereka membuat alasan bahwa karena dalam acara maulid terdapat ritual shalawatan.
Sanggahannya, memangnya shalawat cuma bisa diterapkan pada maulid
Nabi? Mana dalilnya? Kita diperintahkan shalawat itu setiap saat. Jika
dikhususkan pada waktu tertentu, tanpa ada dalil, itu jelas mengada-ada.
Ini beberapa dalil yang menunjukkan bahwa kita diperintahkan bershalawat setiap saat, bukan hanya saat mauludan.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ
الْمَسْجِدَ صَلَّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ
وَقَالَ « رَبِّ اغْفِرْ لِى
ذُنُوبِى وَافْتَحْ لِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ »
“Biasanya, ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam masuk
ke dalam masjid beliau bershalawat kemudian mengucapkan: rabbighfirli
dzunubi waftahli abwaaba rahmatik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan
bukalah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu)” (HR. Tirmidzi, 314. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Begitu pula sama halnya dengan keluar masjid, ada dalil tentang hal tersebut.
Ketika tasyahud, kita pun diperintahkan untuk bershalawat sebagaimana disebutkan dalam hadits,
سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلاً
يَدْعُو فِى صَلاَتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ اللَّهَ تَعَالَى وَلَمْ يُصَلِّ
عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « عَجِلَ هَذَا »
. ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ «
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ
وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه
وسلم
- ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ ».
“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendengar seorang
lelaki yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengagungkan Allah dan tanpa
bershalawat. Beliau pun berkata, ‘Orang ini terlalu tergesa-gesa’.
Rasulullah lalu memanggil lelaki tersebut lalu menasehatinya, ‘Jika
salah seorang diantara kalian berdoa mulailah dengan mengagungkanlah
Allah, lalu memuji Allah, kemudian bershalawatlah, barulah setelah itu
berdoa apa yang ia inginkan‘” (HR. Abu Daud no. 1481. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Ketika disebut nama Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- saja kita diperintahkan bershalawat,
اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang pelit itu adalah orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat” (HR. Tirmidzi no. 3546, ia berkata hadits tersebut hasan shahih gharib).
Demikian halnya sehabis mendengar adzan,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا
يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Jika kalian mendengarkan muadzin mengumandangkan adzan,
ucapkanlah apa yang ia ucapkan. Kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena
setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya
10 kali” (HR. Muslim, no. 384)
Ketika dzikir pagi, kita juga diperintahkan bershalawat 10 kali,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِيْنَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْركَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa bershalawat untukku sepuluh kali di pagi dan petang hari, maka ia akan mendapatkan syafa’atku di hari kiamat nanti.” (HR. Thobroni melalui dua isnad, keduanya jayyid. Lihat Majma’ Az Zawaid 10: 120 dan Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 273, no. 656).
Bukan hanya dzikir pagi, dzikir petang pun demikian sebagaimana tertera
dalam hadits ini.
Bahkan setiap ingin memanjatkan do’a kita pun memanjatkan shalawat terlebih dahulu. Dalilnya adalah dalil shalawat saat tasyahud karena di awalnya diawali dengan memuji Allah terlebih dahulu.
Bahkan setiap ingin memanjatkan do’a kita pun memanjatkan shalawat terlebih dahulu. Dalilnya adalah dalil shalawat saat tasyahud karena di awalnya diawali dengan memuji Allah terlebih dahulu.
Di hari Jum’at pun demikian, seorang muslim diperintahkan
memperbanyak shalawat. Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ
جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ
جُمُعَة
، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ
مِنِّى مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena
shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at.
Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat
denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al
Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan ligoirihi
–yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-. Lihat Shahih At Targhib wa At
Tarhib no. 1673).
Jadi kalau mengatakan bahwa orang yang tidak merayakan maulid dituduh
pelit bershalawat, maka itu keliru. Justru yang dilakukan pro-maulid
pada setiap maulid saja, menunjukkan kekeliruannya. Atau mungkin ia
lakukan pada setiap pekan saat acara shalawatan versi dia, ini juga
menunjukkan pelitnya. Karena setiap muslim dalam sehari saja bisa
bershalawat lebih dari sepuluh kali.
Yang para ulama contohkan, mereka itu mengkaji hadits-hadits Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, di dalamnya berisi sirah beliau. Setiap hari mereka rajin mengkaji hadits dari kitab shahihain
(Bukhari-Muslim), kitab sunan yang empat dan juga kitab musnad. Jadi
baca siroh Nabi kita yang mulia bukan hanya setahun sekali, bukan hanya
saat perayaan mauludan di Rabi’ul Awwal.
Kalau ritual untuk merayakannya berbeda-beda, tidak ada standar, maka
bagaimana mungkin suatu ibadah dalam Islam bisa dikatakan seperti ini?
Padahal dalam shalat dan puasa saja kita sudah diajarkan tata caranya,
begitu pula dalam ibadah tahunan seperti ibadah haji. Seharusnya dalam
moment penting seperti maulid, juga harus ada petunjuk bagaimana
merayakannya. Karena ajaran Islam itu sudah diterangkan dengan terang
benderang.
Bagaimana mencari petunjuk untuk merayakannya, perayaannya pun tidak
ada dalilnya. Karena Islam hanya mengenal dua hari raya besar yaitu Idul
Fithri dan Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan,
كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ
سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ
قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ
فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ
الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
“Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan
Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan,
‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang
Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu
hari Idul Fithri dan Idul Adha.’” (HR. An Nasa-i no. 1556. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Hanya Allah yang memberi taufik.SILSILAH NABI MUNAMMAD SAW
https://www.google.com/search?q=silsilah+nabi+muhammad+saw+sampai+sekarang&client=firefox-a&hs=SO5&rls=org.mozilla:en-US:official&channel=sb&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=hz8UU9XvIIbArAfo1ICQDw&ved=0CCcQsAQ&biw=990&bih=577
Ternyata Perayaan Maulid Nabi Berasal dari Syi'ah Fathimiyyah
Sunday, August 18, 2013
0
komentar
Kalangan Nahdliyyin
kebakaran kumis (ga punya jenggot, maaf) ketika membaca artikel yang
dimuat oleh http://abdurrahmanpas.com/. Bukannya mencari jalan
kebenaran, seorang warga NU mencaci maki website tersebut.
"Seharusnya jika
mereka (NU) memiliki dalil yang kuat tentang maulid nabi atau ulang
tahun Nabi Muhammad SAW dijelaskan saja kepada ummat bukannya marah."
Salah seorang pembaca lain berkomentar seperti itu. Penasaran seperti
apa isi artikelnya? Silakan baca!
"Jika
kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi
tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat
Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan
mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah
orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran
beliau.
Perlu
diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang
pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun
atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada
Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al
Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun
memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari
‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid
Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang
berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan
bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam
pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan
malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha,
perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan
malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari
Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari
Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490.
Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy
Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul
Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam
perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid
Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat
itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti
Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu
pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril
Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al
Fikriyah(hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid
pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid,
hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan
orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun.
Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod
baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi
senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan
berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al
Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun
yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar(Menyingkap rahasia
dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok
Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan
pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad
bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan
lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan
dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering
menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib,
paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan
As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu
diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al
‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih
berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua
daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah
Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada
Daulah Fatimiyyun.”
Beliau
rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia
yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.”(Majmu’ Fatawa,
35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani
Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab
(silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan.
Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad
bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah
diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang
menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka
memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu
anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran
sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga
mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan
apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada
satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka
sampai pada Fatimah.”
Begitu
pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari
klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul
A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah
pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang
dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan.
Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang
Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al
Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga
hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan
perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah
untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita
menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah
yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat.
(Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah
At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam
kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’,
beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara
beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling
ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang
disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki
kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan
Nashrani.
Al
Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar
mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu
Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnyaFadho-ihul
Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al
Hawliyah, 142-143)
Inilah
sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak
mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya. Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Pertama:
Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh.
Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya,
bahkan dari imam madzhab.
Kedua:
Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad
tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al
Ayubi pada tahun 546 H.
Ketiga:
Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai
aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun
adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari
ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Keempat:
Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang
pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah
ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat
sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang
yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalamIqtidho’ [1/269] mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayid/bagus) : rumaysho.com
Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Maulid Nabi
di Kanzus Sholawat, Pekalongan, Jawa Tengah, 5 Februari 2014
http://www.setkab.go.id/pidato-11998-sambutan-presiden-ri-pada-peringatan-hari-maulid-nabi-di-kanzus-sholawat-pekalongan-jawa-tengah-5-februari-2014.html
Oleh : Desk Informasi
- Dibaca: 461 kali
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bismillah hirrahman nirrahim,
Alhamdulillahirrabbil alamin,
Wassolatu wassalamu ala asrofil anbiya’i wal mursalin,
Sayyidina wa maulana Muhammadin wa ala alihi wa ashabihi ajma’in amma ba’du.
Yang saya hormati para Menteri, Panglima TNI, Kapolri,
Yang saya cintai Gubernur Jawa Tengah,
Yang
sama-sama kita cintai dan muliakan, Al Mukarom Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya dan para habaib, para ulama, para kyai, dan para santri,
Hadirin-hadirat yang saya muliakan,
Pada
kesempatan yang amat baik dan semoga senantiasa penuh berkah ini, saya
mengajak Saudara semua untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah subhanahu wa taala atas perkenan rahmat dan ridha-Nya,
kita semua masih diberikan kekuatan, kesempatan, dan kesehatan untuk
melanjutkan ibadah kita, karya kita, dan pengabdian kita kepada umat,
kepada masyarakat, dan kepada bangsa dan negara tercinta. Kita juga
bersyukur karena kita dapat kembali memperingati Maulid Nabi Muhammad
SAW. Semoga peringatan ini juga membawa kebaikan bagi kita semua dan
tentunya bagi bangsa dan negara tercinta.
Shalawat
dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Baginda Rasul,
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga beliau, para sahabat beliau, dan
pengikut-pengikut beliau, insya Allah termasuk kita semua hingga akhir
zaman.
Al
Mukharom, Habib Luthfi, sahabat saya, mewakili teman-teman yang datang
dari Jakarta saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya, atas prakarsa yang baik, dan atas undangan kepada
kami semua untuk bersatu dalam doa, dalam zikir, dalam tekad, pada hari
ini dan ke depan untuk memajukan kehidupan bangsa Indonesia, sekaligus
apa yang menjadi tema besar, ‘menegakkan Negara Kesatuan Republik
Indonesia’.
Kalau
bangsa Indonesia memiliki semangat dan tekad dan upaya seperti yang
dicontohkan oleh Habib Luthfi selama ini, kita bersatu sebagaimana yang
disampaikan Pak Gubernur tadi, kemudian bekerja keras bersama untuk
membangun negeri, maka dengan izin Allah subhanahu wa taala Indonesia
makin ke depan akan makin maju, makin aman, makin adil, dan makin
sejahtera.
Persatuan
di atas segalanya. Kalau bangsa ini sungguh bersatu, apapun
perbedaannya-- apakah perbedaan karena agama, karena suku, karena etnis,
karena bahasa, karena daerah, tetapi tetap bersatu, berikhtiar bersama,
maka tidak ada persoalan seberat apapun, tentu dengan izin Allah, yang
tidak bisa kita atasi.
Saudara-saudara
tahu bahwa sejak Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945, para pemimpin
bangsa terus membangun negeri ini. Mulai Bung Karno, dilanjutkan Pak
Harto, dilanjutkan Pak Habibie, dilanjutkan Gus Dur, dilanjutkan Ibu
Megawati, sekarang saya lanjutkan, dan insya Allah akan dilanjutkan oleh
presiden-presiden nanti, semuanya untuk membangun negeri ini.
Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan bukan hanya oleh
pemimpin-pemimpinnya-- meskipun peran pemimpin tetap penting-- tetapi
atas kebersamaan dan dukungan seluruh rakyat Indonesia.
Alhamdulillah
negara kita sekarang ini oleh dunia makin dipandang sebagai negara yang
memiliki perkembangan yang baik-- dunia mengakui. Namun demikian,
meskipun kita sudah mencapai banyak hal, apakah di bidang politik, di
bidang ekonomi, di bidang pertahanan dan keamanan, di bidang
kesejahteraan, di bidang kebudayaan, di bidang hubungan internasional,
di bidang pendidikan, di bidang kesehatan, dan yang tidak kalah
pentingnya, bidang kehidupan beragama, tetapi tantangan dan permasalahan
yang kita hadapi masih banyak. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus
kita selesaikan. Pekerjaan rumah ini, sekali lagi, memerlukan persatuan
dan kebersamaan kita.
Rakyat
Indonesia insya Allah akan makin sejahtera kalau kita terus membangun
ekonomi kita. Ekonomi akan dapat kita bangun manakala negara ini dalam
keadaan stabil, aman, dan damai. Oleh karena itu, mari seluruh rakyat
Indonesia, utamanya saudara-saudara kami yang ada di Pekalongan dan Jawa
Tengah ini bergandengan tangan, bersatu padu, untuk menciptakan keadaan
Indonesia yang stabil, aman, dan damai. Menciptakan keadaan Indonesia
yang sungguh bersatu, Indonesia atas dasar bangun Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Indonesia berdasarkan Pancasila, Indonesia yang
menjalankan UUD 1945, dan Indonesia yang bersasanti Bhinneka Tunggal Ika
dalam arti meskipun kita berbeda-beda, tapi tetap satu yaitu bangsa
Indonesia.
Habib
Luthfi, saya terharu, saya bangga, dan saya bersyukur, dari bumi
Pekalongan ini terus dihidupkan ajakan bagi bangsa Indonesia untuk terus
bersatu kemudian membangun masa depan yang lebih baik.
Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat yang saya cintai dan saya banggakan, memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW kita selalu diingatkan bahwa, yang pertama,
kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa taala yang telah mengutus Nabi
kita untuk menebarkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.
Memperingati Maulid Nabi, kita juga patut berterima kasih kepada
Rasulullah yang telah membimbing dan memimpin umat manusia dan dalam
melaksanakan perubahan maha besar pada zamannya. Dan yang tidak kalah
pentingnya, kita harus mencontoh Beliau, meneladani Rasulullah. Banyak
sekali yang harus kita teladani, misalnya kita meneladani kepribadian
Rasulullah, akhlaknya, moralnya, budi pekertinya, perilakunya, tutur
katanya, dan sebagainya.
Kita
juga mesti meneladani Rasulullah karena beliau dengan arifnya memimpin
bangsa yang majemuk tetapi tetap rukun dan bersatu. Memimpin Madinah
dari zaman kegelapan menjadi zaman yang dipenuhi oleh cahaya iman.
Beliau pemimpin terbesar di dunia. Kita wajib mencontoh, memimpin bangsa
yang berbeda-beda tetapi tetap rukun dan bersatu. Kita harus mencontoh
Rasulullah karena Rasulullah meminta umat Islam menuntut ilmu, bekerja
keras, tidak malas, tidak mengeluh sampai betul-betul masa depannya
berubah. Banyak sekali yang harus kita contoh dan teladani dari
Rasulullah. Oleh karena itulah, kalau kita ingin Indonesia kita maju,
mari di satu sisi sebagai umat Islam kita mencontoh Rasulullah karena
semua bisa diterapkan dalam kehidupan kita, dan sebagai warga negara
Republik Indonesia marilah kita jalankan tugas kita sebagai warga negara
yang baik.
Bapak/Ibu/Saudara-saudara yang saya cintai dan saya banggakan,
Tadi
Pak Gubernur mengingatkan kita bahwa bencana alam sedang terjadi di
negara kita. Sebenarnya di seluruh dunia sedang terjadi bencana alam.
Banjir itu terjadi di Eropa, di Asia, di Amerika Latin, dan banyak lagi
negara-negara yang lain. Kebakaran hutan terjadi di Australia. Badai
salju terjadi di Amerika dan di Eropa. Allah sedang menguji umat
manusia, apakah kita pandai merawat alam kita, menjaga kelestarian alam
kita. Karena kalau kita pandai dan arif menjaga alam kita tentu kita
bisa mengurangi bencana yang ada. Ketika bencana datang, saya setuju
dengan Pak Gubernur tadi, marilah kita bergandengan tangan untuk
mengatasi masalah ini.
Di
Indonesia, misalnya di Sumatera Utara, masih ada bencana letusan Gunung
Sinabung. Di Jambi dan di Bengkulu, di Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur ada banjir. Demikian juga di Sulawesi Utara dan di
Maluku. Semua sedang mengatasi
sekarang ini. Pemerintah Pusat tentu memberikan bantuan sepenuhnya,
namun semua itu juga memerlukan kebersamaan di antara kita masyarakat
luas. Harapan saya, kita bisa mengatasi bencana ini dan kemudian kita
melanjutkan pembangunan kita di berbagai bidang untuk hari esok yang
lebih baik.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Saya
kira itulah inti yang ingin saya sampaikan berkaitan dengan peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW, berkaitan dengan semangat yang digelorakan
oleh Habib Luthfi bin Yahya agar kita menegakkan NKRI dan bersatu
membangun bangsa. Dan yang terakhir adalah, bangsa Indonesia adalah
bangsa yang besar, tanah airnya luas, sejarah dan peradabannya tinggi,
kita memiliki potensi yang juga besar, tahun-tahun terakhir dunia
mengakui kemajuan kita. Oleh karena itu, marilah kita wujudkan cita-cita
para pendiri Republik Indonesia, suatu saat di abad 21 ini benar-benar
bisa menjadi bangsa yang maju, adil, dan makmur. Kalau bangsa lain bisa,
bangsa Indonesia harus bisa. Kalau bangsa lain bisa maju, Indonesia
bisa maju. Kalau bangsa lain bersatu membangun negerinya dan sukses,
Indonesia juga bisa bersatu membangun negeri kita dan insya Allah
sukses.
Itulah
Saudara-saudara, marilah kita jalankan kewajiban kita sebagai umat
hamba Allah, marilah kita lanjutkan ibadah kita seraya memohon ridha
Allah, dan marilah kita jalankan tugas kita sebagai warga negara
Republik Indonesia bersama-sama membangun negeri ini menuju masa depan
yang lebih baik.
Sekian,
Terima kasih,
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ternyata Perayaan Maulid Nabi Berasal dari Syi'ah Fathimiyyah
Sunday, August 18, 2013
0
komentar
Kalangan Nahdliyyin
kebakaran kumis (ga punya jenggot, maaf) ketika membaca artikel yang
dimuat oleh http://abdurrahmanpas.com/. Bukannya mencari jalan
kebenaran, seorang warga NU mencaci maki website tersebut.
"Seharusnya jika
mereka (NU) memiliki dalil yang kuat tentang maulid nabi atau ulang
tahun Nabi Muhammad SAW dijelaskan saja kepada ummat bukannya marah."
Salah seorang pembaca lain berkomentar seperti itu. Penasaran seperti
apa isi artikelnya? Silakan baca!
"Jika
kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi
tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat
Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan
mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah
orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran
beliau.
Perlu
diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang
pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun
atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada
Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al
Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun
memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari
‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid
Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang
berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan
bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam
pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan
malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha,
perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan
malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari
Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari
Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490.
Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy
Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul
Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam
perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid
Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat
itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti
Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu
pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril
Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al
Fikriyah(hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid
pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid,
hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan
orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun.
Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod
baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi
senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan
berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al
Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun
yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar(Menyingkap rahasia
dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok
Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan
pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad
bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan
lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan
dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering
menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib,
paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan
As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu
diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al
‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih
berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua
daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah
Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada
Daulah Fatimiyyun.”
Beliau
rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia
yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.”(Majmu’ Fatawa,
35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani
Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab
(silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan.
Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad
bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah
diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang
menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka
memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu
anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran
sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga
mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan
apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada
satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka
sampai pada Fatimah.”
Begitu
pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari
klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul
A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah
pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang
dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan.
Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang
Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al
Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga
hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan
perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah
untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita
menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah
yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat.
(Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah
At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam
kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’,
beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara
beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling
ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang
disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki
kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan
Nashrani.
Al
Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar
mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu
Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnyaFadho-ihul
Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al
Hawliyah, 142-143)
Inilah
sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak
mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya. Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Pertama:
Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh.
Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya,
bahkan dari imam madzhab.
Kedua:
Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad
tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al
Ayubi pada tahun 546 H.
Ketiga:
Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai
aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun
adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari
ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Keempat:
Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang
pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah
ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat
sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang
yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalamIqtidho’ [1/269] mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayid/bagus) : rumaysho.com
Release Diskominfo Kabupaten Bogor
14/01/2014
DRAMAGA
14/01/2014
DRAMAGA
Zikir,Shalawat Serta Dongdang
Meriahkan Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW
http://www.bogorkab.go.id/2014/01/14/zikirshalawat-serta-dongdang-meriahkan-peringatan-maulid-nabi-muhammad-saw/
Alunan
Zikir dan Shalawat menjadi pembuka peringatan Maulid Nabi Besar
Muhammad SAW di masjid Al-Azis Desa Dramaga RT 01/RW 06 Kec. Dramaga
Kabupaten Bogor, selain zikir dan shalawat warga juga menampilkan
dongdang berisi berbagai macam makanan dan peralatan solat hasil karya
mereka yang akan di bagikan kepada warga yang kurang mampu dan juga
masyarakat sekitar pada selasa, (13/1).
Deden selaku wakil ketua peringatan
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW mengatakan peringatan maulid ini harus
kita jaga karena untuk menjaga keimanan dan ketakwaan terhadap Muhammad
SAW karena di beberapa tempat peringatan ini sudah mulai pudar bahwa
tidak di peringati sama sekali.“kegiatan ini untuk menjaga silaturahmi
antar warga dan juga menjaga tradisi peringatan maulid di desa kami agar
tidak menghilang terbawa arus globalisasi yang sudah mengancam pada
zaman sekarang, maka setiap tahun warga RT01/RW 06 sangat antusias
memperingati peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.”Tegasnya
Ia juga menambahkan selain alunan zikir
dan shalawat peringatan ini juga di meriahkan oleh tradisi dongdang dmna
beberapa warga sangat antusias membuat dongdang dengan kreasi mereka
masing-masing dmna isi dongdang tersebut nanti nya akan dibagikan kepada
warga yang kurang mampu dan warga sekitar agar mereka sama memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW. “Alhamdullilah, tahun ini terdapat 27
Dongdang kasih karya beberapa warga secara bersamaan, hal ini bertujuan
untuk mengeluarkan kreativitas dan kekompakan warga dalam membuat
dongdang dan pembuatan dongdang ini murni dari swadaya masyarakat,
bahkan ada yang sudah menabung lama untuk membuat dongdang
tersebut.”tambahnya
Sementara itu, Purwa Gumilar selaku
warga sekitar sangat antusias mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW bahkan diri nya rela tidak tidur untuk membuat dongdang bahkan
mengangkatnya, karena apa yang berisi dari dongdang tersebut akan di
bagikan kepada warga yang kurang mampu untuk berbagi kesenangan.” Setiap
tahun saya selalu mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW karena
harus kita jaga, karena bila bukan kita yang menjaga siapa
lagi,”Katanya. Selanjutnya ke 27 dongdang di bawa secara iring-iringan
ke sekitar masjid untuk dibagikan dimana para warga turut hadir untuk
menyaksikan iring-iringan dondang tersebut. (Andi/Diskominfo Kabupaten
Bogor)
Ternyata Perayaan Maulid Nabi Berasal dari Syi'ah Fathimiyyah
Sunday, August 18, 2013
0
komentar
Kalangan Nahdliyyin
kebakaran kumis (ga punya jenggot, maaf) ketika membaca artikel yang
dimuat oleh http://abdurrahmanpas.com/. Bukannya mencari jalan
kebenaran, seorang warga NU mencaci maki website tersebut.
"Seharusnya jika
mereka (NU) memiliki dalil yang kuat tentang maulid nabi atau ulang
tahun Nabi Muhammad SAW dijelaskan saja kepada ummat bukannya marah."
Salah seorang pembaca lain berkomentar seperti itu. Penasaran seperti
apa isi artikelnya? Silakan baca!
"Jika
kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi
tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat
Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan
mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah
orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran
beliau.
Perlu
diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang
pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun
atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada
Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al
Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun
memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari
‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid
Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang
berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan
bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam
pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan
malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha,
perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan
malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari
Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari
Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490.
Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy
Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul
Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam
perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid
Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat
itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti
Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu
pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril
Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al
Fikriyah(hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid
pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid,
hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan
orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun.
Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod
baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi
senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan
berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al
Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun
yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar(Menyingkap rahasia
dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok
Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan
pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad
bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan
lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan
dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering
menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib,
paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan
As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu
diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al
‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih
berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua
daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah
Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada
Daulah Fatimiyyun.”
Beliau
rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia
yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.”(Majmu’ Fatawa,
35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani
Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab
(silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan.
Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad
bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah
diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang
menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka
memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu
anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran
sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga
mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan
apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada
satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka
sampai pada Fatimah.”
Begitu
pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari
klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul
A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah
pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang
dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan.
Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang
Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al
Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga
hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan
perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah
untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita
menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah
yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat.
(Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah
At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam
kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’,
beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara
beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling
ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang
disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki
kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan
Nashrani.
Al
Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar
mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu
Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnyaFadho-ihul
Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al
Hawliyah, 142-143)
Inilah
sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak
mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya. Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Pertama:
Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh.
Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya,
bahkan dari imam madzhab.
Kedua:
Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad
tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al
Ayubi pada tahun 546 H.
Ketiga:
Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai
aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun
adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari
ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Keempat:
Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang
pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah
ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat
sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang
yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalamIqtidho’ [1/269] mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayid/bagus) : rumaysho.com
Aku Kota Ilmu, Ali Pintunya
http://hasanalsaggaf.wordpress.com/2008/05/20/tanpa-ali-umar-binasa/
Oleh: Hasan Husen Assagaf
Sebelumnya
mari kita bersama sama membuka dua bingkisan kado yang datang dari dua
sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib ra dan Umar bin Khattab ra, mari kita
menyimak dua kisah mereka yang cukup menarik:
Kisah pertama:
Teriakan
seorang wanita muda terdengar dari jauh. Tanganya dipegang secara kasar
oleh suaminya. Hidungnya berdarah dan mukanya babak belur karena
dipukuli. Ia didorong maju secara kuat kehadapan khalifah Umar bin
Khattab ra. Ia tersangka telah berbuat zina. Suaminya marah bukan
kepalang. Sambil dilempar dihadapan khalifah Umar, laki laki itu berkata
“Ya Amirul Muminin, perempuan ini telah berzina”. Khalifah Umar pun
bertanya “Apa sebenarnya yang telah terjadi terhadap istrimu ini?”.
Dengan sewet ia menjawab “Ya Amirul Mumini, rajamlah wanita ini.
Sesungguhnya ia telah berzina. Aku baru saja kawin 6 bulan, masa
sekarang sudah punya anak?”.
Setelah
perkara itu diselidiki secara seksama, teliti dan semua persyaratan
hukum telah dipenuhi, beliau pun dengan tegas memutuskan bahwa hukum
rajam bagi wanita tadi harus segera dilaksanakan.
Pada
saat itu kebetulan Imam Ali bin Abi Thalib ra sedang duduk di samping
khalifah Umar ra. Beliau melihat semua yang terjadi terhadap diri wanita
itu. beliau pun telah mendengar keputusan yang telah diputuskan
khalifah Umar untuk merajamnya. Adapun menurut beliau wanita itu tidak
sewajarnya untuk dirajam karena ia tidak bersalah. Maka dengan penuh
keberanian, Sayyidina Ali ra berkata kepada khalifah Umar ra “Tunggu
dulu ya Amirul Mu’mini, jangan terburu buru memutuskan suatu hukum
sebelum mempunyai dalil yang kuat. Sesungguhnya wanita itu tidak
bersalah dan tidak berzina”.
Mendengar
ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib ra, beliau merasa bersalah terburu
buru memutuskan hukuman tanpa bermusyawarat terlebih dahulu kepada para
sahabat. Lalu beliau berkata “Ya Aba al-Hasan, bagaimana kamu tahu
hukumnya bahwa wanita itu tidak berzina?”. Dengan lantang Imam Ali pun
menjelaskan “Bukankah Allah berfirman dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 yang
berbunyi: “mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”,
sedangkan di surat lainya yaitu surat Luqman ayat 14 Allah berfirman:
“Dan menyapihnya dalam dua tahun”. Umar bin Khattab ra pun membenarkan
penjelasan Imam Ali. Kemudian beliau melanjutkan penjelasanya “Jika masa
kandungan dan penyapihan 30 bulan dikurangi masa penyapihan 24 bulan,
maka wanita bisa melahirkan anak dalam waktu 6 bulan”.
Mendengar
uraian Imam Ali tadi, khalifah Umar menganggukan kepalanya tanda salut
atas keputusan beliau. Lalu berkata “Tanpa Ali, Umar bisa binasa”
Kisah kedua:
Suatu
ketika, Khalifah Umar bin Khattab ra sedang duduk dengan para sahabat
diantaranya ada Imam Ali bin Abi Thalib. Tiba tiba seorang laki-laki
yang tak dikenal datang kepada beliau, parasnya enak dipandang, bersih
dan berwibawa. Sambil duduk ia tak henti-hentinya bertasbih dan berdoa.
Melihat
tindak tanduk orang tadi Khalifah Umar menjadi penasaran untuk
menyapahnya. “Apa kabarmu di pagi hari ini?”. Orang itupun menjawab
“Alhamdulillah pagi ini aku menyukai fitnah, membenci kebenaran (hak),
sholat tanpa wudhu, dan saya memiliki di dunia apa yang tidak dimiliki
Allah di langit”
Wajah
khalifah Umar berobah mendengar uraian tamu tadi. Beliau marah bukan
kepalang, lalu bangun dari tempat duduknya dan segera memegangnya dengan
keras. Imam Ali yang berada di majlis itu tersenyum melihat kelakuan
khalifah Umar ra. Beliau pun berkata kepadanya “Ya Amirul Muminin sabar
dulu, apa yang telah dikatakan orang ini sesungguhnya benar”.
Medengar
uraian Imam Ali, beliau pun merasa tidak enak karena telah meperlakukan
tamu tadi secara kasar. Lalu beliau memandang wajah Imam Ali seraya
berkata dengan suara yang agak lunak “Dapatkan kau terangkan kepadaku
kebenarnya?” Imam Ali ra bangun dari tempat dukuknya, lalu berkata
“Pertama, ia menyukai fitnah berarti ia menyukai harta benda dan anak,
bukankah Allah berfirman dalam ayat Nya surat al Anfal ayat 28 “Dan
ketahuilah bahwa hartamu dan anak anakmu itu hanyalah fitnah?”. Kedua,
ia membenci kebenaran atau hak. artinya ia membeci kematian. Allah
berfirman dalam surat qaf 19 “Dan datanglah sakaratul maut dengan
sebenar benarnya (hak). Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.
Ketiga, ia sholat tanpa wudhu, yaitu sholat kepada Rasulallah saw. Orang
yang bershalawat kepada Rasulallah saw tidak wajib harus berwudhu.
Adapun yang keempat, ia memiliki di dunia apa yang tidak dimiliki Allah
di langit. Maksudnya ia memiliki di dunia anak dan istri yang tidak
dimiliki Allah karena Allah adalah Maha Esa, tidak beristri, tidak
beranak, dan tidak diperanakan. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia”.
Khalifa
Umar ra menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar uraian Imam Ali ra.
Lalu berkata “Seburuk buruknya majlis adalah majlis yang tidak ada abu
Al-Hasan (Imam Ali ra).
Dari
dua kisah di atas jelas sekali kita bisa mengambi suatu bukti bahwa
Imam Ali ra memiliki gudang ilmu yang tidak dimiliki para sahabat
lainya. “Aku kota ilmu dan Ali pintunya”. Itulah sabda Rasulallah saw
yang dicetuskan beliau kepada para sahabat. Alasanya, ketika beliau
menerima wahyu, Sayyidina Ali ra adalah lelaki pertama yang mempercayai
wahyu tesebut setelah istri beliau, Khadijah ra. Pada waktu itu Ali ra
masih berusia sekitar 10 tahun.
Pada
usia remaja setelah wahyu turun, Imam Ali ra banyak belajar langsung
dari Rasulallah saw karena sebagai misanan dan sekali gus merangkat
sebagai anak asuh, beliau selalu mendapat kesempatan dekat dengan
Rasulallah saw. Hal ini berlanjut sampai belau menjadi menantu
Rasulallah saw. Jadi banyak pelajaran pelajaran tertentu yang diajarkan
Rasulallah saw kepada beliau yang tidak diajari kepada sahabat sahabat
yang lain.
Didikan
langsung dari Rasulallah saw kepada imam Ali ra dalam semua ilmu agama
baik secara zhahir (syariah) atau secara bathin (tasawuf), banyak
menggembleng beliau menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani
dan bijak. Salah satu dari kecerdasan, keberanian dan kebijaksanaan
beliau kita bisa lihat dari kisah kisah di atas tadi.
Ternyata Perayaan Maulid Nabi Berasal dari Syi'ah Fathimiyyah
Sunday, August 18, 2013
0
komentar
Kalangan Nahdliyyin
kebakaran kumis (ga punya jenggot, maaf) ketika membaca artikel yang
dimuat oleh http://abdurrahmanpas.com/. Bukannya mencari jalan
kebenaran, seorang warga NU mencaci maki website tersebut.
"Seharusnya jika
mereka (NU) memiliki dalil yang kuat tentang maulid nabi atau ulang
tahun Nabi Muhammad SAW dijelaskan saja kepada ummat bukannya marah."
Salah seorang pembaca lain berkomentar seperti itu. Penasaran seperti
apa isi artikelnya? Silakan baca!
"Jika
kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi
tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat
Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan
mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah
orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu
‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran
beliau.
Perlu
diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang
pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun
atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada
Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
Al
Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun
memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari
‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid
Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang
berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan
bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam
pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan
malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha,
perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan
malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari
Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari
Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490.
Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy
Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul
Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam
perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid
Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat
itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti
Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu
pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril
Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al
Fikriyah(hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid
pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid,
hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan
orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun.
Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod
baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi
senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan
berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al
Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun
yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar(Menyingkap rahasia
dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok
Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan
pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
Ahmad
bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan
lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan
dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering
menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib,
paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan
As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu
diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al
‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih
berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua
daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah
Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada
Daulah Fatimiyyun.”
Beliau
rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia
yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.”(Majmu’ Fatawa,
35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani
Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab
(silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan.
Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad
bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah
diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang
menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka
memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu
anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran
sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga
mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan
apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada
satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka
sampai pada Fatimah.”
Begitu
pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari
klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul
A’yan, 3/117-118)
Perhatikanlah
pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang
dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan.
Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang
Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al
Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga
hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan
perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah
untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita
menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah
yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat.
(Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah
At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam
kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’,
beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara
beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling
ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang
disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki
kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan
Nashrani.
Al
Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar
mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu
Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnyaFadho-ihul
Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al
Hawliyah, 142-143)
Inilah
sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak
mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya. Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Pertama:
Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh.
Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya,
bahkan dari imam madzhab.
Kedua:
Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad
tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al
Ayubi pada tahun 546 H.
Ketiga:
Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai
aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun
adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari
ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Keempat:
Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang
pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah
ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat
sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang
yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR.
Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalamIqtidho’ [1/269] mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayid/bagus) : rumaysho.com
Jakartatheraphy Theraphy was tagged in
Ibnu Tamiya's photo.
Liputan Khusus Aswaja. Seputar Maulid & Aksi serobot Masjid di Bekasi
& ISIS Indonesia Kepung Polsek Bekasi Selatan.
https://www.facebook.com/
& ISIS Indonesia Kepung Polsek Bekasi Selatan.
https://www.facebook.com/
"Maulid di Masjid Wahhabi Bekasi-Selatan Versi Media"
Acara tidak biasa berlangsung di depan Masjid Muhammad Ramadhan, Rabu (26/2).
Acara itu maulid, peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Maulid ini menjadi istimewa pasalnya sudah lama Masjid di Pekayon, Bekasi Selatan, itu tidak menggelar hajatan maulid.
Kabarnya, Dewan Kemakmuran Masjid ‘melarang’ maulid. “Tidak hanya dilarang, bahkan diharamkan,” kata Kiai Zainul Akifin, Ketua Forum Silaturahmi Warga Nahdliyin (Foswan) saat menjadi penceramah pertama dalam acara itu.
Malam itu spesial. Maulid kembali digelar untuk pertama kalinya. Kiai-kiai dari berbagai ormas Islam se-Bekasi Selatan ikut hadir. Tak tanggung-tanggung, Kapolsek Bekasi Selatan Kompol Susilo Edy juga turut menjadi sponsor. Dia menerjunkan ratusan anak buahnya untuk mengamankan ribuan pecinta Rasulullah Saw yang memadati jalan di depan Masjid.
Shalawat, ratib, dan alunan rebana pun bergema malam itu. Khidmat. Menyentuh kalbu.
Kiai Zainul bertekad mempertahankan tradisi maulid di Masjid Muhammad Ramadhan. Dia menyeru warga agar waspada kepada kelompok yang doyan “membid’ahkan” maulid dan mengkafirkan sesama muslim. Tak segan dia menyebut ciri-ciri fisik kelompok itu: gemar bercelana cingkrang (di atas mata kaki) dan berjenggot panjang-panjang.
Kelompok dengan ciri-ciri fisik yang disebut Kiai Zainul, beberapa hari yang lalu memang sempat menggegerkan warga perumahan Galaxy. Kelompok ini pun sempat menjadikan Masjid Muhammad Ramadhan sebagai titik kumpul mereka saat aksi pengepungan kantor Polsek Bekasi Selatan, menuntut pembebasan rekan mereka AA yang terjerat kasus pencemaran nama baik saat itu.
“Ini bukan provokasi. Ini untuk membentengi jamaah Ahlussunah dari pengaruh kelompok itu sebab yang tidak senang dengan kelahiran Nabi itu Iblis dan Yahudi. Jadi mungkin mereka antek Yahudi,” kata Kiai Zainul.
Senada, penceramah lain Ustad Ahmad Syauqi MZ menilai upaya pelarangan maulid adalah makar musuh Islam. Mereka, katanya, ingin menanamkan keraguan kepada Rasulullah Saw. “Melarang maulid adalah satu cara mereka menanamkan keraguan itu.”
Pada kesempatan yang sama, Marikar, panitia pembangunan Masjid Ramadhan, berkisah tentang upaya pengambilalihan Masjid oleh suatu kelompok tanpa proses musyawarah. Ketua DKM saat ini, kata Marikar, ingin menjabat selamanya. Padahal, kepengurusan DKM harus diganti secara berkala. Tak hanya itu, DKM pun dia nilai sudah keluar dari amanah yang diberikan.
Sejurus kemudian, terdengar teriakan “Usir!” dari jamaah. Ternyata kelompok yang disebut Kiai Zainul dan Marikar berada di dalam Masjid.
Suasana pun sempat gaduh dan tegang. Namun, berkat kebijaksanaan para kiai, sesuatu yang tak diinginkan bisa dicegah.
Pukul 23.00 WIB jamaah pulang dengan tenang. (AM/BP)
NB : Masjid berada dlm lingkungan komplek Galaxi tp ko disebut kp pekayon???? knp ya ?? tp gpp ora masalah!
**Tanggapan Kapolsek Bekasi Selatan: “Kelompok Radikal Makin Masif Serobot Masjid Warga" (polsek persis berada di samping masjid wahabi trsbt)
“Saya sebenarnya kasihan. Kenapa hidup mereka malah dibuang sia-sia untuk membenci dan mengkafirkan orang? Mestinya ditunjuki ini Islam yang damai, sejuk. Tapi kenapa yang sudah Islam kok malah dikafir-kafirkan?”
Itulah tanggapan Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Susilo Edy, SH. MH, atas aksi kelompok radikal, jamaah Masjid Muhammad Ramadhan yang Senin malam (17/2) mengepung Polsek Bekasi Selatan menuntut dibebaskannya Adam Amrullah yang dicokok Kepolisian (17/2) karena tuduhan mencemarkan nama baik pihak tertentu melalui media online (YouTube).
Kompol Susilo Edy yang juga pernah menjadi penyidik KPK ini memang dikenal sebagai sosok yang tak pandang bulu dan tegas menegakkan hukum. Ketika baru memanggil Adam Amrullah sebagai saksi saja, ia mengaku langsung mendapat tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan agar tidak meneruskan kasus tersebut. Tetapi dengan tegas tekanan itu ditolaknya. “Ini murni proses hukum. Saya tidak punya kepentingan apa-apa. Kenal dengan Adam Amrullah saja tidak. Saya profesional. Semua prosedur hukum sudah saya laksanakan sesuai aturan,” ujarnya.
Saat ditanya pendapatnya atas pembebasan Adam Amrullah hanya berselang satu jam setelah BAP-nya dia limpahkan ke Kejaksaan Bekasi, Kompol Susilo Edy hanya tersenyum dan mengatakan bahwa itu bukan kegagalan. “Saya tidak gagal. Saya sudah menjalankan tugas saya. Yang gagal itu orang yang menutupi kesalahan. Lagipula, kalau sudah di Kejaksaan kan berarti sudah di luar kewenangan saya.”
Sekaitan isu di berbagai media simpatisan Adam Amrullah yang menuduh Kompol Edy Susilo sebagai pengikut LDII karena mencokok Adam Amrullah yang juga mantan LDII, Kapolsek membantahnya. “Yang mereka lakukan itu suspect counter attack namanya. Untuk mengalihkan perhatian,” kata Edy. Juga atas tuduhan bahwa dirinya berlaku tidak manusiawi terhadap tersangka, Kompol Susilo Edy malah heran, “Kurang baik apa saya sebagai Kapolsek? Sejak hari pertama, karena tersangka bilang istrinya hamil, mau melahirkan, ini putra pertama, dan lain-lain, saya beri kesempatan, gak saya tahan. Baru tanggal 17 sehari menjelang tahap 2 (penyerahan tersangka dan barang bukti pada JPU) kemarin itu dia baru saya tahan.”
Kapolsek Bekasi Selatan yang juga pernah menangani kasus yang melibatkan anak buah John Kei di GOR Bekasi ini mengaku sangat heran atas reaksi para pendukung Adam Amrullah yang dinilainya sangat tak wajar dan berlebihan. Apalagi mayoritas pendemo diketahui bukanlah warga asli perum Taman Galaxy. “Saya ini pernah nangani kasus premanisme, anak buah John Kei. Itu juga dramatis. Tapi saya tahan 2 bulan, manut saja. Ini cuma sehari saja udah nggegerin negoro. Ada apa sebenarnya ini?” tanya Edy yang juga berada di TKP saat pendukung Adam Amrullah membawa senjata kayu dan obeng memaksa masuk ke Kejaksaan dengan mendobrak pintu gerbang dan memecahkan kaca pintu depan Kejaksaan Bekasi.
Kompol Susilo Edy mempertanyakan apa sebenarnya motif Adam Amrullah dan para pendukungnya yang berpaham radikal dan mudah melabelkan ‘kafir,’ ‘sesat,’ ‘thaghut’ pada polisi dan kelompok selain mereka ini. “Saya sebenarnya prihatin, kok sekarang ini banyak radikalisme ya? Yang ngajarin siapa? Ngajinya dimana? Tujuannya apa sebenarnya?”
Kapolsek Bekasi Selatan ini juga mengakui, sudah banyak laporan keresahan warga yang diterimanya terkait kelompok radikal yang menyabotase masjid-masjid warga dan menggantinya menjadi masjid radikal. “Gerakannya sangat masif. Pertama datang ke masjid, kemudian minta ngisi (sebagai penceramah). Kemudian berusaha jadi pengurus. Sudah jadi pengurus, mereka mengambil alih Masjid. Mendeklarasikan DKM sebagai badan otonom, beda dari yayasan tempat semula ia bernaung dan tak dapat diganggu gugat.”
Masjid Muhammad Ramadhan yang menjadi markas kelompok radikal ini berdemo pun sebenarnya adalah salah satu masjid yang sudah dilaporkan warga ke pihak kepolisian dan instansi pemerintahan terkait lainnya. Dan saat ini sedang dalam tahap mediasi. “Sangat bahaya ini… sangat bahaya… sangat bahaya…” tekan Kapolsek Bekasi Selatan ini, mengulangi perkataannya sampai tiga kali. “Indonesia itu Bhinneka dan Islam adalah Rahmatan lil a’lamiin. Ikhtilaf adalah rahmat. Jangan dipaksakan lah, nanti jadinya kayak di Afghanistan dll. Masyarakat kita ini mendambakan ketenangan dan ketentraman dalam Islam bukan provokasi. Sekali lagi saya tegaskan, Indonesia itu bhinneka. Jadi jangan dipaksakan kayak Afghanistan,” pungkasnya. (JA/BP)
# ISIS Indonesia Kepung Polsek Bekasi Selatan #
DEMO LDII DI POLSEK EBKASI SELATAN (2)Suasana sepi Senin malam (17/2) di depan Polsek Bekasi Selatan yang terletak di Pekayon, Perumahan Galaxy berubah gaduh. Sekawanan pria berjaket hitam dan bercelana ngatung (di atas mata kaki) berteriak-teriak tepat di depan halaman markas polisi itu. Karuan saja keributan ini menyita perhatian sejumlah warga yang lalu lalang di dekat tempat itu. Bahkan aksi gerombolan massa memblokade jalan umum di depan Polsek, sempat mengganggu kelancaran lalu lintas para pengguna jalan di sana.
Itulah aksi pendukung kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syam-milisi haus darah dan gemar memenggal kepala orang di Suriah), yang merupakan jamaah Masjid Muhammad Ramadhan, Taman Galaxy, Bekasi, mengepung kantor Polsek Bekasi Selatan yang berada seratus meter di selatan masjid, selama beberapa jam.
Aksi ini dilakukan kawanan pendukung ISIS untuk membebaskan salah seorang pimpinan mereka berinisial AA yang pada Senin pagi (17/2) dicokok pihak kepolisian untuk mempermudah penanganan kasus hukum yang tengah menjeratnya. Pihak kepolisian menilai AA telah melanggar salah satu pasal UU ITE, karena disinyalir telah mencemarkan nama baik pihak tertentu melalui media online (YouTube) dan dengan sengaja menyebarkannya secara luas.
“Mereka memaksa salah seorang tersangka berinisial AA yang proses kasusnya sudah status P21 dan selanjutnya akan kami limpahkan ke kejaksaan, agar segera dibebaskan. Padahal untuk mempermudah proses hukumnya, pimpinan mereka itu pagi tadi memang kami amankan di Polsek sini,” ujar AKP Susilo Edy, Kapolsek Bekasi Selatan saat diwawancarai tim ABI Press di depan kantornya.
Dalam upaya pembebasan paksa AA, simpatisan ISIS ngotot menerobos masuk ke kantor Polsek. Namun aksi mereka segera dihadang aparat yang berjaga di sana. Kedua pihak sempat bersitegang dan hampir saja bentrokan terjadi. Ketegangan dipicu ulah provokatif dan tak sopan simpatisan ISIS yang mencaci-maki petugas kepolisian dengan sebutan ‘thagut’ sambil sesekali meludahi aparat penegak hukum itu. Untunglah pihak kepolisian tak terpancing ulah kasar mereka dan tetap tegas dan bijak menjalankan tugasnya.
“Memang benar anggota kami mereka ludahin. Tapi saya perintahkan agar mengalah. Jangan sampai main pukul,” tegas AKP Susilo Edy.
“Bukan hanya mereka. Polisi juga kan misinya Amar Makruf Nahi Mungkar, siapa yang melanggar hukum sudah pasti akan ditindak. Bukan berarti kalau sudah jadi Ustad tapi melakukan pelanggaran lalu tidak kami tindak. Ya nggak begitu lah,” lanjut Kapolsek Bekasi Selatan itu.
Setelah hampir empat jam upaya menerobos barikade petugas yang berjaga ketat di depan kantor Polsek Bekasi Selatan tak membuahkan hasil, akhirnya para pendukung ISIS pun menghentikan aksinya sekitar pukul 23:30 malam. Tak berapa lama mereka kembali beringsut ke Masjid Muhammad Ramadhan. Perlu dicatat bahwa di masjid ini, beberapa hari yang lalu, sejumlah jamaahnya melangsungkan prosesi baiat (sumpah setia) sebagai bentuk dukungan terhadap kelompok ISIS (yang berafiliasi dengan Al-Qaeda Irak dan Suriah). Selain itu, di tempat yang sama sekitar sebulan yang lalu, juga diadakan sebuah kajian Anti Densus 88.
Mereka bertahan di sana hingga pukul 01:00 dini hari, sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Saat ABI Press meninggalkan TKP, tampak kondisi Polsek sudah kembali kondusif, aman dan terkendali. (Lutfi/Yudhi)
**FOSWAN: Garda Terdepan NU Ambil Masjid Yang Diserobot Takfiri**
Bangkit dan kemudian menjamurnya penyebaran paham Wahabi-Salafi di tengah masyarakat Indonesia, bermula sejak 1998. Tahun yang menjadi tonggak kelahiran era Reformasi, saat kran kebebasan dibuka lebar dan demokrasi kian diteguhkan sebagai sistem kehidupan bernegara dan berbangsa. Saat itu pemilu memungkinkan rakyat memilih presiden-wakil presiden dan wakil rakyat secara langsung. Dan pada saat yang sama kebebasan bersuara, berpendapat, membentuk perserikatan/perkumpulan diberikan peluang sangat terbuka.
Saat masa euforia itu pula, beragam paham keislaman yang sekian lama termarjinalkan oleh pemerintahan Orde Baru, perlahan bangkit ke permukaan untuk kemudian memperkokoh posisinya di tengah umat. Salah satunya, tak lain adalah paham Wahabi-Salafi.
Kelompok ini terbilang sangat gencar menyebarluaskan ajarannya di tengah-tengah paham Islam tradisional yang telah mengakar dengan kultur dan kebudayaan masyarakat Indonesia.
Pada awalnya, penyebaran paham Wahabi-Salafi ini belum menimbulkan masalah serius di tengah umat. Namun belakangan mulai memantik keresahan dan perpecahan bahkan terkadang berujung bentrok horizontal tak hanya di tengah komunitas masyarakat tapi juga di lingkungan terkecil, keluarga.
Ustad Zainul Akifin, pemerhati gerakan Wahabi-Salafi yang juga ketua Forum Silaturrahim Warga Nahdhiyin (FOSWAN), saat ABI Press temui di rumahnya menyontohkan salah seorang anak (di seputar tempat tinggalnya di Bekasi) sebagai pengikut paham Wahabi-Salafi yang tiba-tiba bukan hanya tak lagi menaruh sikap hormat terhadap kedua orang tuanya, tapi bahkan sudah berani tak mengakui keduanya karena sudah dianggapnya sesat dan kafir.
Contoh lain, ada seorang suami yang setelah terpengaruh paham ini berniat menceraikan istrinya karena sang istri tak mau mengikuti ajaran Wahabi-Salafi. Belum lagi pernyataan heboh kelompok ini yang menyatakan bahwa seluruh pejabat pemerintahan di Indonesia ini sebagai antek kafir kapitalis, sementara rakyat yang mau menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menghormat bendera Merah Putih sebagai musyrik, dan lain-lain. Sungguh memprihatinkan!
Berangkat dari keprihatinan itu berkumpullah sejumlah ustad Ahlusunnah wal Jamaah di Bekasi pada tahun 2011. Mereka sepakat membentuk FOSWAN.
Ustad Zainul selaku ketua FOSWAN menyatakan, forum ini dibentuk karena Ahlusunnah Wal Jamaah yang ada di Indonesia kerap kali dituding sebagai pelaku kesesatan dan kemusyrikan. Bukan cuma itu, Wahabi-Salafi pun telah berani mengkafirkan dan mencaci-maki para wali, ulama awal penyebar risalah Islam di Nusantara.
“Wah ini nggak main-main, ini. Ini ancaman bagi negeri kita, ini,” ujarnya dengan nada cemas.
Karena itu FOSWAN mengadakan tablig akbar keliling ke masjid-masjid untuk memberikan pencerahan kepada warga sekitar tentang bahaya kelompok Wahabi-Salafi. Meski pada awalnya sejumlah ulama menganggap sikap FOSWAN terlalu berlebihan, namun saat ini baru terasa betapa yang dilakukan FOSWAN sudah tepat.
Akhirnya lembaga ini pun menjadi tempat pengaduan apabila di setiap kantor, perumahan, dan masjid, timbul keresahan gara-gara ulah kaum Wahabi-Salafi yang seringkali melampaui batas kewajaran dalam membid’ah, mengkafirkan, dan mensesat-sesatkan amaliah kelompok Aswaja. Padahal dalam penelusuran FOSWAN, semua tuduhan itu tidaklah benar. Karena semua ajaran dan amaliah Aswaja di Indonesia tetap didasari dan berpedoman pada Al-Quran dan hadis Nabi.
Sebagai upaya tabayun, FOSWAN berupaya membuka pintu dialog dengan kaum Wahabi-Salafi. Di antaranya dengan cara mengirim surat ke sejumlah radio yang biasanya menyiarkan dakwah mereka. Namun surat balasan yang didapat sungguh mengejutkan.
“Mereka bilang, untuk apa harus berdialog dengan orang-orang yang notabene sudah jelas-jelas calon ahli neraka? Buang-buang energi, buang-buang waktu!” ujar Ustad Zainul mengutip poin surat balasan yang didapatnya dari kelompok itu. “Sungguh kesombongan mereka itu melebihi kesombongan Iblis laknatullah,” lanjutnya.
Selaku pejuang ‘Bid’ah Hasanah,’ FOSWAN bertekad mengembalikan pemahaman masyarakat luas pada arti bid’ah yang sesungguhnya. Yaitu pengertian bid’ah yang berasal dari kajian orang berilmu. Bukan makna bid’ah yang berasal dari kesimpulan serampangan kelompok yang jumud dan bodoh tapi merasa paling benar sendiri sebagaimana Wahabi-Salafi.
Atas permintaan banyak DKM, dalam tiga tahun perjuangannya sudah banyak situasi masjid dan kondisi jamaahnya yang kembali normal seperti semula. Padahal sebelumnya seringkali timbul suasana ‘panas’ dengan adanya aksi saling caci-maki dan saling usir seperti yang terjadi di Telaga Sakinah, Telaga Murni, salah satu wilayah yang merupakan sarang para Salafi-Wahabi sering bersitegang dan hampir berujung bentrok fisik antara pihak yang pro dengan mereka yang kontra.
Karena aktivitas di FOSWAN, sudah tak terhitung banyaknya teror yang datang kepada dirinya. Meski diakui Ustad Zainul, teror kini tak sebanyak dan sesering dulu lagi.
“Mungkin mereka sudah bosan, Mas. Padahal dulunya, tiap saya selesai mengadakan acara sudah bisa dipastikan akan datang SMS teror semalam suntuk. Sampai HP tak muat pesan lagi. Tapi memang tak pernah saya tanggapi, karena ulama kita melarang untuk menanggapi teror semacam itu. Yah, kita anggap saja mereka itu ibarat anak kecil yang baru belajar bicara.”
Saat ini Wahabi-Salafi dapat digolongkan menjadi tiga golongan. Pertama, kelompok Ideologis yang tak terlalu keras tapi terus menebarkan caci-maki berdasarkan ideologi takfirinya terhadap kelompok lain. Yang kedua adalah kelompok Politis yang biasanya melarang perayaan Maulid Nabi, tapi di saat Pilpres atau Pilkada, mereka akan menyumbangkan dana perayaan serupa sebagaimana Maulid Nabi yang biasa dilakukan kalangan Aswaja yang ada di Indonesia. Yang ketiga adalah Jihadis, yaitu kelompok Wahabi-Salafi ekstrim yang tak mengenal bahasa lain selain bahasa darah.
Kepada ABI Press lebih lanjut Ustad Zainul menjelaskan, bahwa Ahlusunnah wal Jamaah itu mengguatkan kultur bukan malah menghapus tradisi yang sudah ada. Misalnya dulu ada tradisi kumpul-kumpul saat ada orang meninggal dengan melakukan mabuk-mabukan atau judi. Setelah Islam datang maka tradisi itu dikuatkan oleh Islam dengan kumpul-kumpul membaca Al-Quran.
Jadi yang dihapus itu perjudian dan mabuk-mabukannya, bukan ajang silaturrahmi dan empati sosialnya. Karena itu dia menghimbau kepada seluruh umat Islam Indonesia, agar selalu waspada terhadap bahaya Wahabi-Salafi yang suka menghasut dan mengadu domba.
“Kita harus peduli dan sama-sama mengawasi kelompok anti-ukhuwah ini. Sekali lagi ingin saya tekankan, mana mungkin ada agama yang lurus seperti Islam, yang ketika ajarannya diamalkan justru menimbulkan keresahan dan kekacauan, menyebabkan sakit hati, menaburkan benih permusuhan dan menyebabkan bentrok fisik di tengah masyarakat? Ketahuilah, jika ada kelompok tertentu yang mengatasnamakan pembawa ajaran suci Islam namun pada saat yang sama gemar menciderai dan bahkan gampang membunuh dengan alasan jihad, maka mereka itu adalah pembohong dan pendusta!”
Karena masalah keyakinan Allah yang tahu semuanya. Mengenai amalan, Nabi yang tahu semuanya. Maka menurut Ustad Zainul, tiap diri kita mesti berprinsip saling menghormati. “Jadi biarlah amalmu ya amalmu, amalku ya amalku.”
Terkait demo terhadap radio Hang FM Batam yang dilakukan masyarakat Muslim Ahlusunnah Wal Jamaah di sana karena radio Wahabi-Salafi itu terus menciderai kerukunan dan toleransi yang sudah tercipta kuat sebelumnya, Ustad Zainul menganggap protes masyarakat itu sebagai hal yang lumrah dan sudah semestinya. Dirinya mengaku paham bahwa tidak mungkin Muslim mayoritas Ahlusunnah Wal Jamaah tinggal diam bila mereka terus-menerus diusik dan dilukai perasaannya. Dia bahkan berkeyakinan bahwa protes yang sama pun akan terjadi di daerah lain, apabila Wahabi-Salafi tetap berbuat hal serupa. (LB/BP)
Info beritaprotes com
Mhn maaf yg sy Tag.
Acara itu maulid, peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Maulid ini menjadi istimewa pasalnya sudah lama Masjid di Pekayon, Bekasi Selatan, itu tidak menggelar hajatan maulid.
Kabarnya, Dewan Kemakmuran Masjid ‘melarang’ maulid. “Tidak hanya dilarang, bahkan diharamkan,” kata Kiai Zainul Akifin, Ketua Forum Silaturahmi Warga Nahdliyin (Foswan) saat menjadi penceramah pertama dalam acara itu.
Malam itu spesial. Maulid kembali digelar untuk pertama kalinya. Kiai-kiai dari berbagai ormas Islam se-Bekasi Selatan ikut hadir. Tak tanggung-tanggung, Kapolsek Bekasi Selatan Kompol Susilo Edy juga turut menjadi sponsor. Dia menerjunkan ratusan anak buahnya untuk mengamankan ribuan pecinta Rasulullah Saw yang memadati jalan di depan Masjid.
Shalawat, ratib, dan alunan rebana pun bergema malam itu. Khidmat. Menyentuh kalbu.
Kiai Zainul bertekad mempertahankan tradisi maulid di Masjid Muhammad Ramadhan. Dia menyeru warga agar waspada kepada kelompok yang doyan “membid’ahkan” maulid dan mengkafirkan sesama muslim. Tak segan dia menyebut ciri-ciri fisik kelompok itu: gemar bercelana cingkrang (di atas mata kaki) dan berjenggot panjang-panjang.
Kelompok dengan ciri-ciri fisik yang disebut Kiai Zainul, beberapa hari yang lalu memang sempat menggegerkan warga perumahan Galaxy. Kelompok ini pun sempat menjadikan Masjid Muhammad Ramadhan sebagai titik kumpul mereka saat aksi pengepungan kantor Polsek Bekasi Selatan, menuntut pembebasan rekan mereka AA yang terjerat kasus pencemaran nama baik saat itu.
“Ini bukan provokasi. Ini untuk membentengi jamaah Ahlussunah dari pengaruh kelompok itu sebab yang tidak senang dengan kelahiran Nabi itu Iblis dan Yahudi. Jadi mungkin mereka antek Yahudi,” kata Kiai Zainul.
Senada, penceramah lain Ustad Ahmad Syauqi MZ menilai upaya pelarangan maulid adalah makar musuh Islam. Mereka, katanya, ingin menanamkan keraguan kepada Rasulullah Saw. “Melarang maulid adalah satu cara mereka menanamkan keraguan itu.”
Pada kesempatan yang sama, Marikar, panitia pembangunan Masjid Ramadhan, berkisah tentang upaya pengambilalihan Masjid oleh suatu kelompok tanpa proses musyawarah. Ketua DKM saat ini, kata Marikar, ingin menjabat selamanya. Padahal, kepengurusan DKM harus diganti secara berkala. Tak hanya itu, DKM pun dia nilai sudah keluar dari amanah yang diberikan.
Sejurus kemudian, terdengar teriakan “Usir!” dari jamaah. Ternyata kelompok yang disebut Kiai Zainul dan Marikar berada di dalam Masjid.
Suasana pun sempat gaduh dan tegang. Namun, berkat kebijaksanaan para kiai, sesuatu yang tak diinginkan bisa dicegah.
Pukul 23.00 WIB jamaah pulang dengan tenang. (AM/BP)
NB : Masjid berada dlm lingkungan komplek Galaxi tp ko disebut kp pekayon???? knp ya ?? tp gpp ora masalah!
**Tanggapan Kapolsek Bekasi Selatan: “Kelompok Radikal Makin Masif Serobot Masjid Warga" (polsek persis berada di samping masjid wahabi trsbt)
“Saya sebenarnya kasihan. Kenapa hidup mereka malah dibuang sia-sia untuk membenci dan mengkafirkan orang? Mestinya ditunjuki ini Islam yang damai, sejuk. Tapi kenapa yang sudah Islam kok malah dikafir-kafirkan?”
Itulah tanggapan Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Susilo Edy, SH. MH, atas aksi kelompok radikal, jamaah Masjid Muhammad Ramadhan yang Senin malam (17/2) mengepung Polsek Bekasi Selatan menuntut dibebaskannya Adam Amrullah yang dicokok Kepolisian (17/2) karena tuduhan mencemarkan nama baik pihak tertentu melalui media online (YouTube).
Kompol Susilo Edy yang juga pernah menjadi penyidik KPK ini memang dikenal sebagai sosok yang tak pandang bulu dan tegas menegakkan hukum. Ketika baru memanggil Adam Amrullah sebagai saksi saja, ia mengaku langsung mendapat tekanan dari berbagai pihak yang berkepentingan agar tidak meneruskan kasus tersebut. Tetapi dengan tegas tekanan itu ditolaknya. “Ini murni proses hukum. Saya tidak punya kepentingan apa-apa. Kenal dengan Adam Amrullah saja tidak. Saya profesional. Semua prosedur hukum sudah saya laksanakan sesuai aturan,” ujarnya.
Saat ditanya pendapatnya atas pembebasan Adam Amrullah hanya berselang satu jam setelah BAP-nya dia limpahkan ke Kejaksaan Bekasi, Kompol Susilo Edy hanya tersenyum dan mengatakan bahwa itu bukan kegagalan. “Saya tidak gagal. Saya sudah menjalankan tugas saya. Yang gagal itu orang yang menutupi kesalahan. Lagipula, kalau sudah di Kejaksaan kan berarti sudah di luar kewenangan saya.”
Sekaitan isu di berbagai media simpatisan Adam Amrullah yang menuduh Kompol Edy Susilo sebagai pengikut LDII karena mencokok Adam Amrullah yang juga mantan LDII, Kapolsek membantahnya. “Yang mereka lakukan itu suspect counter attack namanya. Untuk mengalihkan perhatian,” kata Edy. Juga atas tuduhan bahwa dirinya berlaku tidak manusiawi terhadap tersangka, Kompol Susilo Edy malah heran, “Kurang baik apa saya sebagai Kapolsek? Sejak hari pertama, karena tersangka bilang istrinya hamil, mau melahirkan, ini putra pertama, dan lain-lain, saya beri kesempatan, gak saya tahan. Baru tanggal 17 sehari menjelang tahap 2 (penyerahan tersangka dan barang bukti pada JPU) kemarin itu dia baru saya tahan.”
Kapolsek Bekasi Selatan yang juga pernah menangani kasus yang melibatkan anak buah John Kei di GOR Bekasi ini mengaku sangat heran atas reaksi para pendukung Adam Amrullah yang dinilainya sangat tak wajar dan berlebihan. Apalagi mayoritas pendemo diketahui bukanlah warga asli perum Taman Galaxy. “Saya ini pernah nangani kasus premanisme, anak buah John Kei. Itu juga dramatis. Tapi saya tahan 2 bulan, manut saja. Ini cuma sehari saja udah nggegerin negoro. Ada apa sebenarnya ini?” tanya Edy yang juga berada di TKP saat pendukung Adam Amrullah membawa senjata kayu dan obeng memaksa masuk ke Kejaksaan dengan mendobrak pintu gerbang dan memecahkan kaca pintu depan Kejaksaan Bekasi.
Kompol Susilo Edy mempertanyakan apa sebenarnya motif Adam Amrullah dan para pendukungnya yang berpaham radikal dan mudah melabelkan ‘kafir,’ ‘sesat,’ ‘thaghut’ pada polisi dan kelompok selain mereka ini. “Saya sebenarnya prihatin, kok sekarang ini banyak radikalisme ya? Yang ngajarin siapa? Ngajinya dimana? Tujuannya apa sebenarnya?”
Kapolsek Bekasi Selatan ini juga mengakui, sudah banyak laporan keresahan warga yang diterimanya terkait kelompok radikal yang menyabotase masjid-masjid warga dan menggantinya menjadi masjid radikal. “Gerakannya sangat masif. Pertama datang ke masjid, kemudian minta ngisi (sebagai penceramah). Kemudian berusaha jadi pengurus. Sudah jadi pengurus, mereka mengambil alih Masjid. Mendeklarasikan DKM sebagai badan otonom, beda dari yayasan tempat semula ia bernaung dan tak dapat diganggu gugat.”
Masjid Muhammad Ramadhan yang menjadi markas kelompok radikal ini berdemo pun sebenarnya adalah salah satu masjid yang sudah dilaporkan warga ke pihak kepolisian dan instansi pemerintahan terkait lainnya. Dan saat ini sedang dalam tahap mediasi. “Sangat bahaya ini… sangat bahaya… sangat bahaya…” tekan Kapolsek Bekasi Selatan ini, mengulangi perkataannya sampai tiga kali. “Indonesia itu Bhinneka dan Islam adalah Rahmatan lil a’lamiin. Ikhtilaf adalah rahmat. Jangan dipaksakan lah, nanti jadinya kayak di Afghanistan dll. Masyarakat kita ini mendambakan ketenangan dan ketentraman dalam Islam bukan provokasi. Sekali lagi saya tegaskan, Indonesia itu bhinneka. Jadi jangan dipaksakan kayak Afghanistan,” pungkasnya. (JA/BP)
# ISIS Indonesia Kepung Polsek Bekasi Selatan #
DEMO LDII DI POLSEK EBKASI SELATAN (2)Suasana sepi Senin malam (17/2) di depan Polsek Bekasi Selatan yang terletak di Pekayon, Perumahan Galaxy berubah gaduh. Sekawanan pria berjaket hitam dan bercelana ngatung (di atas mata kaki) berteriak-teriak tepat di depan halaman markas polisi itu. Karuan saja keributan ini menyita perhatian sejumlah warga yang lalu lalang di dekat tempat itu. Bahkan aksi gerombolan massa memblokade jalan umum di depan Polsek, sempat mengganggu kelancaran lalu lintas para pengguna jalan di sana.
Itulah aksi pendukung kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syam-milisi haus darah dan gemar memenggal kepala orang di Suriah), yang merupakan jamaah Masjid Muhammad Ramadhan, Taman Galaxy, Bekasi, mengepung kantor Polsek Bekasi Selatan yang berada seratus meter di selatan masjid, selama beberapa jam.
Aksi ini dilakukan kawanan pendukung ISIS untuk membebaskan salah seorang pimpinan mereka berinisial AA yang pada Senin pagi (17/2) dicokok pihak kepolisian untuk mempermudah penanganan kasus hukum yang tengah menjeratnya. Pihak kepolisian menilai AA telah melanggar salah satu pasal UU ITE, karena disinyalir telah mencemarkan nama baik pihak tertentu melalui media online (YouTube) dan dengan sengaja menyebarkannya secara luas.
“Mereka memaksa salah seorang tersangka berinisial AA yang proses kasusnya sudah status P21 dan selanjutnya akan kami limpahkan ke kejaksaan, agar segera dibebaskan. Padahal untuk mempermudah proses hukumnya, pimpinan mereka itu pagi tadi memang kami amankan di Polsek sini,” ujar AKP Susilo Edy, Kapolsek Bekasi Selatan saat diwawancarai tim ABI Press di depan kantornya.
Dalam upaya pembebasan paksa AA, simpatisan ISIS ngotot menerobos masuk ke kantor Polsek. Namun aksi mereka segera dihadang aparat yang berjaga di sana. Kedua pihak sempat bersitegang dan hampir saja bentrokan terjadi. Ketegangan dipicu ulah provokatif dan tak sopan simpatisan ISIS yang mencaci-maki petugas kepolisian dengan sebutan ‘thagut’ sambil sesekali meludahi aparat penegak hukum itu. Untunglah pihak kepolisian tak terpancing ulah kasar mereka dan tetap tegas dan bijak menjalankan tugasnya.
“Memang benar anggota kami mereka ludahin. Tapi saya perintahkan agar mengalah. Jangan sampai main pukul,” tegas AKP Susilo Edy.
“Bukan hanya mereka. Polisi juga kan misinya Amar Makruf Nahi Mungkar, siapa yang melanggar hukum sudah pasti akan ditindak. Bukan berarti kalau sudah jadi Ustad tapi melakukan pelanggaran lalu tidak kami tindak. Ya nggak begitu lah,” lanjut Kapolsek Bekasi Selatan itu.
Setelah hampir empat jam upaya menerobos barikade petugas yang berjaga ketat di depan kantor Polsek Bekasi Selatan tak membuahkan hasil, akhirnya para pendukung ISIS pun menghentikan aksinya sekitar pukul 23:30 malam. Tak berapa lama mereka kembali beringsut ke Masjid Muhammad Ramadhan. Perlu dicatat bahwa di masjid ini, beberapa hari yang lalu, sejumlah jamaahnya melangsungkan prosesi baiat (sumpah setia) sebagai bentuk dukungan terhadap kelompok ISIS (yang berafiliasi dengan Al-Qaeda Irak dan Suriah). Selain itu, di tempat yang sama sekitar sebulan yang lalu, juga diadakan sebuah kajian Anti Densus 88.
Mereka bertahan di sana hingga pukul 01:00 dini hari, sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Saat ABI Press meninggalkan TKP, tampak kondisi Polsek sudah kembali kondusif, aman dan terkendali. (Lutfi/Yudhi)
**FOSWAN: Garda Terdepan NU Ambil Masjid Yang Diserobot Takfiri**
Bangkit dan kemudian menjamurnya penyebaran paham Wahabi-Salafi di tengah masyarakat Indonesia, bermula sejak 1998. Tahun yang menjadi tonggak kelahiran era Reformasi, saat kran kebebasan dibuka lebar dan demokrasi kian diteguhkan sebagai sistem kehidupan bernegara dan berbangsa. Saat itu pemilu memungkinkan rakyat memilih presiden-wakil presiden dan wakil rakyat secara langsung. Dan pada saat yang sama kebebasan bersuara, berpendapat, membentuk perserikatan/perkumpulan diberikan peluang sangat terbuka.
Saat masa euforia itu pula, beragam paham keislaman yang sekian lama termarjinalkan oleh pemerintahan Orde Baru, perlahan bangkit ke permukaan untuk kemudian memperkokoh posisinya di tengah umat. Salah satunya, tak lain adalah paham Wahabi-Salafi.
Kelompok ini terbilang sangat gencar menyebarluaskan ajarannya di tengah-tengah paham Islam tradisional yang telah mengakar dengan kultur dan kebudayaan masyarakat Indonesia.
Pada awalnya, penyebaran paham Wahabi-Salafi ini belum menimbulkan masalah serius di tengah umat. Namun belakangan mulai memantik keresahan dan perpecahan bahkan terkadang berujung bentrok horizontal tak hanya di tengah komunitas masyarakat tapi juga di lingkungan terkecil, keluarga.
Ustad Zainul Akifin, pemerhati gerakan Wahabi-Salafi yang juga ketua Forum Silaturrahim Warga Nahdhiyin (FOSWAN), saat ABI Press temui di rumahnya menyontohkan salah seorang anak (di seputar tempat tinggalnya di Bekasi) sebagai pengikut paham Wahabi-Salafi yang tiba-tiba bukan hanya tak lagi menaruh sikap hormat terhadap kedua orang tuanya, tapi bahkan sudah berani tak mengakui keduanya karena sudah dianggapnya sesat dan kafir.
Contoh lain, ada seorang suami yang setelah terpengaruh paham ini berniat menceraikan istrinya karena sang istri tak mau mengikuti ajaran Wahabi-Salafi. Belum lagi pernyataan heboh kelompok ini yang menyatakan bahwa seluruh pejabat pemerintahan di Indonesia ini sebagai antek kafir kapitalis, sementara rakyat yang mau menyanyikan lagu Indonesia Raya dan menghormat bendera Merah Putih sebagai musyrik, dan lain-lain. Sungguh memprihatinkan!
Berangkat dari keprihatinan itu berkumpullah sejumlah ustad Ahlusunnah wal Jamaah di Bekasi pada tahun 2011. Mereka sepakat membentuk FOSWAN.
Ustad Zainul selaku ketua FOSWAN menyatakan, forum ini dibentuk karena Ahlusunnah Wal Jamaah yang ada di Indonesia kerap kali dituding sebagai pelaku kesesatan dan kemusyrikan. Bukan cuma itu, Wahabi-Salafi pun telah berani mengkafirkan dan mencaci-maki para wali, ulama awal penyebar risalah Islam di Nusantara.
“Wah ini nggak main-main, ini. Ini ancaman bagi negeri kita, ini,” ujarnya dengan nada cemas.
Karena itu FOSWAN mengadakan tablig akbar keliling ke masjid-masjid untuk memberikan pencerahan kepada warga sekitar tentang bahaya kelompok Wahabi-Salafi. Meski pada awalnya sejumlah ulama menganggap sikap FOSWAN terlalu berlebihan, namun saat ini baru terasa betapa yang dilakukan FOSWAN sudah tepat.
Akhirnya lembaga ini pun menjadi tempat pengaduan apabila di setiap kantor, perumahan, dan masjid, timbul keresahan gara-gara ulah kaum Wahabi-Salafi yang seringkali melampaui batas kewajaran dalam membid’ah, mengkafirkan, dan mensesat-sesatkan amaliah kelompok Aswaja. Padahal dalam penelusuran FOSWAN, semua tuduhan itu tidaklah benar. Karena semua ajaran dan amaliah Aswaja di Indonesia tetap didasari dan berpedoman pada Al-Quran dan hadis Nabi.
Sebagai upaya tabayun, FOSWAN berupaya membuka pintu dialog dengan kaum Wahabi-Salafi. Di antaranya dengan cara mengirim surat ke sejumlah radio yang biasanya menyiarkan dakwah mereka. Namun surat balasan yang didapat sungguh mengejutkan.
“Mereka bilang, untuk apa harus berdialog dengan orang-orang yang notabene sudah jelas-jelas calon ahli neraka? Buang-buang energi, buang-buang waktu!” ujar Ustad Zainul mengutip poin surat balasan yang didapatnya dari kelompok itu. “Sungguh kesombongan mereka itu melebihi kesombongan Iblis laknatullah,” lanjutnya.
Selaku pejuang ‘Bid’ah Hasanah,’ FOSWAN bertekad mengembalikan pemahaman masyarakat luas pada arti bid’ah yang sesungguhnya. Yaitu pengertian bid’ah yang berasal dari kajian orang berilmu. Bukan makna bid’ah yang berasal dari kesimpulan serampangan kelompok yang jumud dan bodoh tapi merasa paling benar sendiri sebagaimana Wahabi-Salafi.
Atas permintaan banyak DKM, dalam tiga tahun perjuangannya sudah banyak situasi masjid dan kondisi jamaahnya yang kembali normal seperti semula. Padahal sebelumnya seringkali timbul suasana ‘panas’ dengan adanya aksi saling caci-maki dan saling usir seperti yang terjadi di Telaga Sakinah, Telaga Murni, salah satu wilayah yang merupakan sarang para Salafi-Wahabi sering bersitegang dan hampir berujung bentrok fisik antara pihak yang pro dengan mereka yang kontra.
Karena aktivitas di FOSWAN, sudah tak terhitung banyaknya teror yang datang kepada dirinya. Meski diakui Ustad Zainul, teror kini tak sebanyak dan sesering dulu lagi.
“Mungkin mereka sudah bosan, Mas. Padahal dulunya, tiap saya selesai mengadakan acara sudah bisa dipastikan akan datang SMS teror semalam suntuk. Sampai HP tak muat pesan lagi. Tapi memang tak pernah saya tanggapi, karena ulama kita melarang untuk menanggapi teror semacam itu. Yah, kita anggap saja mereka itu ibarat anak kecil yang baru belajar bicara.”
Saat ini Wahabi-Salafi dapat digolongkan menjadi tiga golongan. Pertama, kelompok Ideologis yang tak terlalu keras tapi terus menebarkan caci-maki berdasarkan ideologi takfirinya terhadap kelompok lain. Yang kedua adalah kelompok Politis yang biasanya melarang perayaan Maulid Nabi, tapi di saat Pilpres atau Pilkada, mereka akan menyumbangkan dana perayaan serupa sebagaimana Maulid Nabi yang biasa dilakukan kalangan Aswaja yang ada di Indonesia. Yang ketiga adalah Jihadis, yaitu kelompok Wahabi-Salafi ekstrim yang tak mengenal bahasa lain selain bahasa darah.
Kepada ABI Press lebih lanjut Ustad Zainul menjelaskan, bahwa Ahlusunnah wal Jamaah itu mengguatkan kultur bukan malah menghapus tradisi yang sudah ada. Misalnya dulu ada tradisi kumpul-kumpul saat ada orang meninggal dengan melakukan mabuk-mabukan atau judi. Setelah Islam datang maka tradisi itu dikuatkan oleh Islam dengan kumpul-kumpul membaca Al-Quran.
Jadi yang dihapus itu perjudian dan mabuk-mabukannya, bukan ajang silaturrahmi dan empati sosialnya. Karena itu dia menghimbau kepada seluruh umat Islam Indonesia, agar selalu waspada terhadap bahaya Wahabi-Salafi yang suka menghasut dan mengadu domba.
“Kita harus peduli dan sama-sama mengawasi kelompok anti-ukhuwah ini. Sekali lagi ingin saya tekankan, mana mungkin ada agama yang lurus seperti Islam, yang ketika ajarannya diamalkan justru menimbulkan keresahan dan kekacauan, menyebabkan sakit hati, menaburkan benih permusuhan dan menyebabkan bentrok fisik di tengah masyarakat? Ketahuilah, jika ada kelompok tertentu yang mengatasnamakan pembawa ajaran suci Islam namun pada saat yang sama gemar menciderai dan bahkan gampang membunuh dengan alasan jihad, maka mereka itu adalah pembohong dan pendusta!”
Karena masalah keyakinan Allah yang tahu semuanya. Mengenai amalan, Nabi yang tahu semuanya. Maka menurut Ustad Zainul, tiap diri kita mesti berprinsip saling menghormati. “Jadi biarlah amalmu ya amalmu, amalku ya amalku.”
Terkait demo terhadap radio Hang FM Batam yang dilakukan masyarakat Muslim Ahlusunnah Wal Jamaah di sana karena radio Wahabi-Salafi itu terus menciderai kerukunan dan toleransi yang sudah tercipta kuat sebelumnya, Ustad Zainul menganggap protes masyarakat itu sebagai hal yang lumrah dan sudah semestinya. Dirinya mengaku paham bahwa tidak mungkin Muslim mayoritas Ahlusunnah Wal Jamaah tinggal diam bila mereka terus-menerus diusik dan dilukai perasaannya. Dia bahkan berkeyakinan bahwa protes yang sama pun akan terjadi di daerah lain, apabila Wahabi-Salafi tetap berbuat hal serupa. (LB/BP)
Info beritaprotes com
Mhn maaf yg sy Tag.
Like · · Share · Yesterday at 1:55am ·
- 252 people like this.
- 6 of 117
- Suryo Mawon Benar benar sudah di kunci pintu hatinya/(wahabi ).10 hours ago · Like · 1
- Ibnu Tamiya Buta dn tuli jg wahabi.
- Zainal Ariefin Semoga manusia kembali kepada fithrah... dan mendapat hidayah dan inayah dari Allah dijalan lurus dan benar... aamiin
- Zainal Ariefin Semoga kita diberikan ajaran akhlakul karim sebagaimana Rasulullah saw.. berakhlak karim.. aamiin
Komentar 1
BalasHapusTernyata Perayaan Maulid Nabi Berasal dari Syi'ah Fathimiyyah
Posted by Admin pakarfikir Sunday, August 18, 2013 0 komentar
Ternyata Maulid Nabi Berasal Dari Syiah FatimiyahKalangan Nahdliyyin kebakaran kumis (ga punya jenggot, maaf) ketika membaca artikel yang dimuat oleh http://abdurrahmanpas.com/. Bukannya mencari jalan kebenaran, seorang warga NU mencaci maki website tersebut.
"Seharusnya jika mereka (NU) memiliki dalil yang kuat tentang maulid nabi atau ulang tahun Nabi Muhammad SAW dijelaskan saja kepada ummat bukannya marah." Salah seorang pembaca lain berkomentar seperti itu. Penasaran seperti apa isi artikelnya? Silakan baca!
"Jika kita menelusuri dalam kitab tarikh (sejarah), perayaan Maulid Nabi tidak kita temukan pada masa sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad), padahal mereka adalah orang-orang yang sangat cinta dan mengagungkan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah orang-orang yang paling paham mengenai sunnah Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling semangat dalam mengikuti setiap ajaran beliau.
Perlu diketahui pula bahwa -menurut pakar sejarah yang terpercaya-, yang pertama kali mempelopori acara Maulid Nabi adalah Dinasti ‘Ubaidiyyun atau disebut juga Fatimiyyun (silsilah keturunannya disandarkan pada Fatimah). Sebagai buktinya adalah penjelasan berikut ini.
- See more at: http://pakarfikir.blogspot.com/2013/08/ternyata-perayaan-maulid-nabi-berasal_18.html#sthash.uOIHqFHi.dpuf
Sambungan Komentar 1
BalasHapusAl Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.” (Al Mawa’izh wal I’tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid, hal. 20 dan Al Bida’ Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya Ahsanul Kalam (hal. 44) mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.
Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah(hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun). (Dinukil dari Al Maulid, hal. 20)
Fatimiyyun yang Sebenarnya
Kebanyakan orang belum mengetahui siapakah Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun. Seolah-olah Fatimiyyun ini adalah orang-orang sholeh dan punya i’tiqod baik untuk mengagungkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi senyatanya tidak demikian. Banyak ulama menyatakan sesatnya mereka dan berusaha membongkar kesesatan mereka.
Al Qodhi Al Baqillaniy menulis kitab khusus untuk membantah Fatimiyyun yang beliau namakan “Kasyful Asror wa Hatkul Astar(Menyingkap rahasia dan mengoyak tirai)”. Dalam kitab tersebut, beliau membuka kedok Fatimiyyun dengan mengatakan, “Mereka adalah suatu kaum yang menampakkan pemahaman Rafidhah (Syi’ah) dan menyembunyikan kekufuran semata.”
- See more at: http://pakarfikir.blogspot.com/2013/08/ternyata-perayaan-maulid-nabi-berasal_18.html#sthash.uOIHqFHi.dpuf
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada Daulah Fatimiyyun.”
BalasHapusBeliau rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.”(Majmu’ Fatawa, 35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka sampai pada Fatimah.”
Sambungan 2
Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul A’yan, 3/117-118)
- See more at: http://pakarfikir.blogspot.com/2013/08/ternyata-perayaan-maulid-nabi-berasal_18.html#sthash.uOIHqFHi.dpuf
Sambungan 2
BalasHapusAhmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni Ad Dimasqiy mengatakan, “Tidak disangsikan lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada Daulah Fatimiyyun.”
Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.”(Majmu’ Fatawa, 35/127)
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab sampai Fatimah?
Bani Fatimiyyun atau ‘Ubaidiyyun juga menyatakan bahwa mereka memiliki nasab (silsilah keturunan) sampai Fatimah. Ini hanyalah suatu kedustaan. Tidak ada satu pun ulama yang menyatakan demikian.
Ahmad bin ‘Abdul Halim juga mengatakan dalam halaman yang sama, “Sudah diketahui bersama dan tidak bisa disangsikan lagi bahwa siapa yang menganggap mereka di atas keimanan dan ketakwaan atau menganggap mereka memiliki silsilah keturunan sampai Fatimah, sungguh ini adalah suatu anggapan tanpa dasar ilmu sama sekali. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. Al Israa’: 36). Begitu juga Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali orang yang bersaksi pada kebenaran sedangkan mereka mengetahuinya.” (QS. Az Zukhruf: 86). Allah Ta’ala juga mengatakan saudara Yusuf (yang artinya), “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.” (QS. Yusuf: 81). Perlu diketahui bahwa tidak ada satu pun ulama yang menyatakan benarnya silsilah keturunan mereka sampai pada Fatimah.”
Begitu pula Ibnu Khallikan mengatakan, “Para ulama peneliti nasab mengingkari klaim mereka dalam nasab [yang katanya sampai pada Fatimah].” (Wafayatul A’yan, 3/117-118)
- See more at: http://pakarfikir.blogspot.com/2013/08/ternyata-perayaan-maulid-nabi-berasal_18.html#sthash.uOIHqFHi.dpuf
Sambungan 3 Komentar
BalasHapusPerhatikanlah pula perkataan Al Maqrizy di atas, begitu banyak perayaan yang dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun, kurang lebih ada 25 perayaan. Bahkan lebih parah lagi mereka juga mengadakan perayaan hari raya orang Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Al Khomisul ‘Adas (perayaan tiga hari selelum Paskah). Ini pertanda bahwa mereka jauh dari Islam. Bahkan perayaan-perayaan maulid yang diadakan oleh Fatimiyyun tadi hanyalah untuk menarik banyak masa supaya mengikuti madzhab mereka. Jika kita menilik aqidah mereka, maka akan nampak bahwa mereka memiliki aqidah yang rusak dan mereka adalah pelopor dakwah Batiniyyah yang sesat. (Lihat Al Bida’ Al Hawliyah, 146, 158)
‘Abdullah At Tuwaijiriy mengatakan, “Al Qodhi Abu Bakr Al Baqillaniy dalam kitabnya ‘yang menyingkap rahasia dan mengoyak tirai Bani ‘Ubaidiyyun’, beliau menyebutkan bahwa Bani Fatimiyyun adalah keturunan Majusi. Cara beragama mereka lebih parah dari Yahudi dan Nashrani. Bahkan yang paling ekstrim di antara mereka mengklaim ‘Ali sebagai ilah (Tuhan yang disembah) atau ada sebagian mereka yang mengklaim ‘Ali memiliki kenabian. Sungguh Bani Fatimiyyun ini lebih kufur dari Yahudi dan Nashrani.
Al Qodhi Abu Ya’la dalam kitabnya Al Mu’tamad menjelaskan panjang lebar mengenai kemunafikan dan kekufuran Bani Fatimiyyun. Begitu pula Abu Hamid Al Ghozali membantah aqidah mereka dalam kitabnyaFadho-ihul Bathiniyyah (Mengungkap kesalahan aliran Batiniyyah).” (Al Bida’ Al Hawliyah, 142-143)
Inilah sejarah yang kelam dari Maulid Nabi. Namun, kebanyakan orang tidak mengetahui sejarah ini atau mungkin sengaja menyembunyikannya. Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Pertama: Maulid Nabi tidak ada asal usulnya sama sekali dari salafush sholeh. Tidak kita temukan pada sahabat atau para tabi’in yang merayakannya, bahkan dari imam madzhab.
Kedua: Munculnya Maulid Nabi adalah pada masa Daulah Fatimiyyun sekitar abad tiga Hijriyah. Daulah Fatimiyyun sendiri dibinasakan oleh Shalahuddin Al Ayubi pada tahun 546 H.
Ketiga: Fatimiyyun memiliki banyak penyimpangan dalam masalah aqidah sampai aliran ekstrim di antara mereka mengaku Ali sebagai Tuhan. Fatimiyyun adalah orang-orang yang gemar berbuat bid’ah, maksiat dan jauh dari ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya.
Keempat: Merayakan Maulid Nabi berarti telah mengikuti Daulah Fatimiyyun yang pertama kali memunculkan perayaan maulid. Dan ini berarti telah ikut-ikutan dalam tradisi orang yang jauh dari Islam, senang berbuat sesuatu yang tidak ada tuntunannya, telah menyerupai di antara orang yang paling fasiq dan paling kufur. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalamIqtidho’ [1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus) : rumaysho.com
- See more at: http://pakarfikir.blogspot.com/2013/08/ternyata-perayaan-maulid-nabi-berasal_18.html#sthash.uOIHqFHi.dpuf
Referensi http://pakarfikir.blogspot.com/2013/08/ternyata-perayaan-maulid-nabi-berasal_18.html
BalasHapus