New York - Taipan asal Eropa, Nathaniel
Rothschild, menyatakan konsorsium yang ia pimpin akan menyuntikkan dana
hingga sebesar US$ 270 juta (Rp 2,5 triliun) kepada Bumi Plc jika dewan
komisarisnya berani memutus hubungan dengan Grup Bakrie.
Perusahaan yang dulu bernama Vallar Plc itu sudah menerima dua proposal, satu lagi Rothschild, satu dari lagi Grup Bakrie yang menguasai 23,8% di perusahaan tersebut.
Grup Bakrie menawarkan untuk melepas hubungan dengan Bumi Plc melalui pembelian kembali saham-saham yang dipegang Bumi Plc di aset-asetnya di Indonesia senilai US$ 1,2 miliar.
Yaitu melalui pembelian kembali 29% saham BUMI juga 85% kepemilikan di PT Berau Coal Tbk (BRAU) yang keduanya merupakan anak usaha Bumi Plc. Pembelian akan dilakukan secara bertahap. Masing-masing nilainya US$ 278 juta dan US$ 950 juta.
Rothschild, yang juga salah satu pemegang saham Mayoritas di Bumi Plc merespons proposal ini dengan cara mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direksi. Ia menilai langkah yang dilakukan Grup Bakrie ini tidak memihak pada kepentingan investor minoritas.
Apalagi, salah satu orang terkaya di Indonesia yang menjadi komisaris Bumi Plc juga punya hubungan dekat dengan Grup Bakrie.
Rothschild pun lalu mengirimkan proposal tambahan yang isinya menyarankan alternatif tawaran Grup Bakrie tersebut. Ia menawarkan pembelian kembali 29% saham BUMI milik Bumi Plc senilai US$ 278 juta secara tunai dengan catatan Grup Bakrie hengkang dari perusahan yang tercatat di bursa London tersebut.
Rothschild, melalui NR Investment, memimpin konsorsium untuk menambah modal di Bumi Plc dalam rangka membeli saham-saham milik Samin Tan dan Rosan Perkasa Roeslani dari Bumi Plc. Sehingga Bumi Plc bebas dari tangan Indonesia dan sepenuhnya berada di tangan Rothschild.
Roeslani dan Tan punya saham di Bumi Plc lewat perusahaan investasi Recapital Advisors dan PT Borneo Lumbung Energi & Metal (BORN). Recapital menguasai 13% saham Bumi Plc, sementara Borneo 23,8%.
"NR Investments percaya Bapak Tan dan Keluarga Bakrie sudah tidak lagi tertarik untuk berada di Bumi Plc. Oleh karena itu, bersama dengan investor lain, NR Investments sudah berkomitmen untuk menyuntikkan dana US$ 270 juta ke Bumi Plc untuk menyingkirkan kelompok tersebut," kata Rothschild dalam keterangan tertulis yang dikutip Wall Street Journal, Jumat (23/11/2012).
Taipan pertambangan Robert Friedland sudah setuju ambil bagian dalam konsorsiumnya Rothschild, kata dua sumber yang mengetahui rencana tersebut. Friedland selama ini sudah punya jam terbang tinggi di dunia pertambangan.
Ia terlibat dalam penemuan beberapa tambang besar dunia, termasuk tambang emas Oyu Tolgoi dan proyek tembaga di Mongolia. Friedland menyatakan siap membantu setoran dana hingga sebesar US$ 50 juta kata sumber tadi.
Selain itu saudara Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, dikabarkan juga telah sepakat membantu kucuran dana US$ 50 juta kepada konsorsium asing tersebut. Namun, pihak Hashim tidak mau memberikan komentar dalam kabar ini.
Perusahaan yang dulu bernama Vallar Plc itu sudah menerima dua proposal, satu lagi Rothschild, satu dari lagi Grup Bakrie yang menguasai 23,8% di perusahaan tersebut.
Grup Bakrie menawarkan untuk melepas hubungan dengan Bumi Plc melalui pembelian kembali saham-saham yang dipegang Bumi Plc di aset-asetnya di Indonesia senilai US$ 1,2 miliar.
Yaitu melalui pembelian kembali 29% saham BUMI juga 85% kepemilikan di PT Berau Coal Tbk (BRAU) yang keduanya merupakan anak usaha Bumi Plc. Pembelian akan dilakukan secara bertahap. Masing-masing nilainya US$ 278 juta dan US$ 950 juta.
Rothschild, yang juga salah satu pemegang saham Mayoritas di Bumi Plc merespons proposal ini dengan cara mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direksi. Ia menilai langkah yang dilakukan Grup Bakrie ini tidak memihak pada kepentingan investor minoritas.
Apalagi, salah satu orang terkaya di Indonesia yang menjadi komisaris Bumi Plc juga punya hubungan dekat dengan Grup Bakrie.
Rothschild pun lalu mengirimkan proposal tambahan yang isinya menyarankan alternatif tawaran Grup Bakrie tersebut. Ia menawarkan pembelian kembali 29% saham BUMI milik Bumi Plc senilai US$ 278 juta secara tunai dengan catatan Grup Bakrie hengkang dari perusahan yang tercatat di bursa London tersebut.
Rothschild, melalui NR Investment, memimpin konsorsium untuk menambah modal di Bumi Plc dalam rangka membeli saham-saham milik Samin Tan dan Rosan Perkasa Roeslani dari Bumi Plc. Sehingga Bumi Plc bebas dari tangan Indonesia dan sepenuhnya berada di tangan Rothschild.
Roeslani dan Tan punya saham di Bumi Plc lewat perusahaan investasi Recapital Advisors dan PT Borneo Lumbung Energi & Metal (BORN). Recapital menguasai 13% saham Bumi Plc, sementara Borneo 23,8%.
"NR Investments percaya Bapak Tan dan Keluarga Bakrie sudah tidak lagi tertarik untuk berada di Bumi Plc. Oleh karena itu, bersama dengan investor lain, NR Investments sudah berkomitmen untuk menyuntikkan dana US$ 270 juta ke Bumi Plc untuk menyingkirkan kelompok tersebut," kata Rothschild dalam keterangan tertulis yang dikutip Wall Street Journal, Jumat (23/11/2012).
Taipan pertambangan Robert Friedland sudah setuju ambil bagian dalam konsorsiumnya Rothschild, kata dua sumber yang mengetahui rencana tersebut. Friedland selama ini sudah punya jam terbang tinggi di dunia pertambangan.
Ia terlibat dalam penemuan beberapa tambang besar dunia, termasuk tambang emas Oyu Tolgoi dan proyek tembaga di Mongolia. Friedland menyatakan siap membantu setoran dana hingga sebesar US$ 50 juta kata sumber tadi.
Selain itu saudara Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, dikabarkan juga telah sepakat membantu kucuran dana US$ 50 juta kepada konsorsium asing tersebut. Namun, pihak Hashim tidak mau memberikan komentar dalam kabar ini.
Kasus Bakrie-Rothschild Bisa Hambat Ical Jadi Presiden
Senin, 12/11/2012 11:36 WIB
Pasalnya, keributan yang terjadi di tubuh perusahaan kongsi keduanya, Bumi Plc, bisa merusak citra Ical yang selama ini dijaga demi kelancaran Pilpres 2014, meski ia sendiri sudah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam kelangsungan usaha Grup Bakrie sejak menyatakan jadi kandidat calon presiden.
Selain kisruh di Bumi Plc dengan Nathaniel Rothschild, Ical juga masih menyisakan kontroversi besar yaitu lumpur Lapindo yang mulai terjadi 2006 lalu, meski Mahkamah Agung sudah menyatakan perusahaannya bebas dari kesalahan.
"Dalam politik, semuanya berhubungan. Orang akan bertanya-tanya, apakah dia bisa memimpin negara kalau memimpin perusahaan saja tidak bisa?" kata kepala salah satu lembaga survey Kuskridho Ambardi kepada AFP, Senin (12/11/2012).
Kisruh yang terjadi di Bumi Plc awalnya terjadi karena perbedaaan perdapat antara beberapa direksi, dibumbui oleh masalah finansial, seperti utang dan laporan keuangan, salah satu anak usahanya di Indonesia yaitu PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu didirikan oleh Grup Bakrie dan sekarang menjadi bagian dari Bumi Plc bersama Rothschild dan salah satu orang terkaya di Indonesia Samin Tan, pemilik Grup Borneo.
Grup Bakrie sudah menawarkan pembelian kembali saham BUMI dari Bumi Plc. Tawaran ini sudah seolah menyiramkan bensin ke hubungan mereka yang sudah lama memanas sebelumnya.
Kelompok usahanya yang sekarang dijalankan oleh anak Ical itu menawarkan diri untuk keluarkan dari perusahaan yang dulunya bernama Vallar Plc tersebut. Caranya dengan membeli kembali saham di BUMI dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) senilai US$ 1,4 miliar (Rp 13 triliun).
Tawaran yang diberikan Bakrie itu jika disetujui maka akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama menukar guling saham Bumi Plc dengan 29% saham BUMI yang dimilikinya. Kedua, membeli sisa saham BUMI secara tunai, dan terakhir membeli 85% saham Berau milik Bumi Plc.
Proposal yang diberikan Grup Bakrie pada bulan lalu itu menyusul tuduhan adanya penyimpangan dana di BUMI dan permintaan Rothschild untuk melakukan audit investigasi di perusahaan tambang tersebut.
Rothschild merespons tawaran itu dengan menyatakan mundur dari jabatan direksi di Bumi Plc, yang dibentuk dua tahun lalu bersama Grup Bakrie. Pengunduran diri ini dilakukan setelah beredar kabar hubungan Rothschild-Bakrie tidak lagi mesra seperti dulu.
Akan tetapi, merespons tawaran dari Grup Bakrie itu, Bumi Plc menerima proposal baru dari Nat Rothschild. Proposal terbaru ini akan menawarkan alternatif selain rencana pembelian kembali saham BUMI senilai US$ 1,4 miliar tadi.
Lawan Bakrie di Bumi Plc, Rothschild Dikabarkan Cari Bekingan
Jumat, 02/11/2012 14:15 WIB
Investor asal Inggris, Nataniel
Rothschild, dikabarkan sedang mencari mitra di Indonesia guna menjawab
rencana hengkangnya Grup Bakrie dari Bumi Plc, perusahaan kongsi mereka
yang tercatat di bursa London.
Grup Bakrie sudah menawarkan pembelian kembali saham anak usahanya di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) senilai US$ 1,4 miliar (Rp 12,6 triliun) dari Bumi Plc. Tawaran ini sudah seolah menyiramkan bensin ke hubungan mereka yang sudah lama memanas sebelumnya.
Menurut sumber yang mengetahui detail transaksi tersebut dikutip Reuters, Jumat (2/11/2012), Rothschild yang menjalin kerjasama dengan Bakrie dua tahun lalu itu, sudah berbicara dengan beberapa mitra potensial, termasuk salah satunya kandidat calon presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Tujuan dari pencarian mitra ini adalah mengambil alih saham salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia tersebut. Namun sayang, sumber yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan masih belum jelas peranan Prabowo dalam rencana Rothschild tersebut.
Grup Bakrie, yang juga dipimpin oleh kandidat calon presiden Pemilu 2014 RI Aburizal Bakrie, sudah menawarkan diri untuk keluarkan dari perusahaan yang dulunya bernama Vallar Plc tersebut. Caranya dengan membeli kembali saham di BUMI dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).
Tawaran yang diberikan Bakrie itu jika disetujui maka akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama menukar guling saham Bumi Plc dengan 29% saham BUMI yang dimilikinya. Kedua, membeli sisa saham BUMI secara tunai, dan terakhir membeli 85% saham Berau milik Bumi Plc.
Tawaran yang diberikan Grup Bakrie pada bulan lalu itu menyusul tuduhan adanya penyimpangan dana di BUMI dan permintaan Rothschild untuk melakukan audit investigasi di perusahaan tambang tersebut.
Rothschild merespons tawaran itu dengan menyatakan mundur dari jabatan direksi di Bumi Plc, yang dibentuk dua tahun lalu bersama Grup Bakrie. Pengunduran diri ini dilakukan setelah beredar kabar hubungan Rothschild-Bakrie tidak lagi mesra seperti dulu.
(ang/dnl)
Grup Bakrie sudah menawarkan pembelian kembali saham anak usahanya di Indonesia, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) senilai US$ 1,4 miliar (Rp 12,6 triliun) dari Bumi Plc. Tawaran ini sudah seolah menyiramkan bensin ke hubungan mereka yang sudah lama memanas sebelumnya.
Menurut sumber yang mengetahui detail transaksi tersebut dikutip Reuters, Jumat (2/11/2012), Rothschild yang menjalin kerjasama dengan Bakrie dua tahun lalu itu, sudah berbicara dengan beberapa mitra potensial, termasuk salah satunya kandidat calon presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Tujuan dari pencarian mitra ini adalah mengambil alih saham salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia tersebut. Namun sayang, sumber yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan masih belum jelas peranan Prabowo dalam rencana Rothschild tersebut.
Grup Bakrie, yang juga dipimpin oleh kandidat calon presiden Pemilu 2014 RI Aburizal Bakrie, sudah menawarkan diri untuk keluarkan dari perusahaan yang dulunya bernama Vallar Plc tersebut. Caranya dengan membeli kembali saham di BUMI dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).
Tawaran yang diberikan Bakrie itu jika disetujui maka akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama menukar guling saham Bumi Plc dengan 29% saham BUMI yang dimilikinya. Kedua, membeli sisa saham BUMI secara tunai, dan terakhir membeli 85% saham Berau milik Bumi Plc.
Tawaran yang diberikan Grup Bakrie pada bulan lalu itu menyusul tuduhan adanya penyimpangan dana di BUMI dan permintaan Rothschild untuk melakukan audit investigasi di perusahaan tambang tersebut.
Rothschild merespons tawaran itu dengan menyatakan mundur dari jabatan direksi di Bumi Plc, yang dibentuk dua tahun lalu bersama Grup Bakrie. Pengunduran diri ini dilakukan setelah beredar kabar hubungan Rothschild-Bakrie tidak lagi mesra seperti dulu.
(ang/dnl)
Akuisisi Tol Bakrie, Hary Tanoe Gandeng Mitra Strategis
Rabu, 21/11/2012 11:43 WIB
PT Bhakti Investama Tbk (BHIT), salah
satu perusahaan milik pengusaha Hary Tanoesoedibjo akan membeli seluruh
ruas tol milik Grup Bakrie. Dalam aksi korporasi ini, anak usaha Grup
MNC itu menggandeng mitra strategis.
"Perseroan melalui salah satu anak usahanya yang bekerja sama dengan pihak ketiga sedang dalam tahap negosiasi untuk mengakuisisi kepemilikan atas ruas tol milik PT Bakrie Toll Road," kata Direktur BHIT Darma Putra dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/11/2012).
Sayangnya, perseroan tidak menyebutkan identitas mitranya tersebut. "Apabila rencana akuisisi tersebut telah terealisasi akan kami laporkan secara tertulis," tambahnya.
Jalan tol yang dibeli tersebut antara lain tol Kanci-Pejagan (telah beroperasi), ataupun Pejagan-Pemalang, Pasuruan-Probolinggo, Batang-Semarang, Cimanggis-Cibitung, serta Ciawi-Sukabumi.
Khusus pada ruas tol Ciawi-Sukabumi, grup MNC makin bersemangat karena terjadi transaksi tambahan. Yakni pengalihan lahan 1.000 ha di Lido yang sebelumnya akan dibangun taman bermain (theme park) oleh Bakrie.
(ang/dnl)
"Perseroan melalui salah satu anak usahanya yang bekerja sama dengan pihak ketiga sedang dalam tahap negosiasi untuk mengakuisisi kepemilikan atas ruas tol milik PT Bakrie Toll Road," kata Direktur BHIT Darma Putra dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/11/2012).
Sayangnya, perseroan tidak menyebutkan identitas mitranya tersebut. "Apabila rencana akuisisi tersebut telah terealisasi akan kami laporkan secara tertulis," tambahnya.
Jalan tol yang dibeli tersebut antara lain tol Kanci-Pejagan (telah beroperasi), ataupun Pejagan-Pemalang, Pasuruan-Probolinggo, Batang-Semarang, Cimanggis-Cibitung, serta Ciawi-Sukabumi.
Khusus pada ruas tol Ciawi-Sukabumi, grup MNC makin bersemangat karena terjadi transaksi tambahan. Yakni pengalihan lahan 1.000 ha di Lido yang sebelumnya akan dibangun taman bermain (theme park) oleh Bakrie.
(ang/dnl)
Siap Borong Tol Milik Bakrie, Hary Tanoe Sudah Punya Pengalaman
Selasa, 13/11/2012 10:17 WIB
MNC Group melalui anak usaha PT
Bhakti Investama Tbk (BHIT) berencana untuk memborong semua tol milik
Bakrie, baik yang sudah beroperasi maupun yang masih proses konstruksi.
Bos MNC, Hary Tanoesoedibjo dinilai punya sedikit pengalaman karena
sebelumnya telah terjun ke bisnis tol juga sebagai pemegang saham PT
CMNP.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Tol Indonesia (ATI) Fatchurahman kepada detikFinance, Selasa (13/11/12).
"Dia (Hary Tanoe) pemegang saham CMNP untuk ruas tol dalam kota, lalu ada lagi di Surabaya, dan Depok Antasari," ungkap Fatchur.
Meski demikian, Fatchur menambahkan, untuk mengakuisisi sebuah proyek tol, tak harus punya pengalaman atau jam terbang tinggi. Asalkan memiliki dana yang besar, siapapun bisa memiliki sebuah proyek jalan tol dan mengoperasikannya.
"Kalau mengakuisisi itu siapa aja bisa, sah-sah aja. Asal harganya cocok. Walau secara yuridis harus lapor ke Menteri PU. Kalau orangnya bonafid, sah-sah saja," paparnya.
Fatchur memaparkan, dana yang dimaksud bukan serta merta dana yang dimiliki sendiri. Sebuah perusahaan harus bisa menggerakan dana yang dikeluarkan itu agar menjadi sebuah pendapatan dari pengoperasian tol itu sendiri.
"Mereka nggak harus punya uang. Asal mereka mampu untuk menggenerate uang itu, memobilisasi uang itu," paparnya.
Lain hal dengan konstruksi, lanjut Fatchur, yang harus memiliki banyak pengalaman. Untuk mengoperasikan tol, adalah hal mudah.
"Kalau saya membangun konstruksi maka kontrakstornya harus pengalaman. kalau mengakuisisi itu, asal dia punya uang, maka dia bisa. Pengoperasiannya gampang, tinggal perawatan teratur agar memenuhi SPM biar bisa naik tarif," pungkasnya.
PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) memang mempunyai saham di perusahaan jalan tol, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). Di 2011 BHIT sempat melepas sahamnya di CMNP dengan menjual 9 juta saham atau 0,45% total saham, di harga Rp 1.250 per saham.
Harga penjualan tersebut sedikit lebih rendah dari harga rata-rata saham CMNP selama sepekan lalu, yaitu di level Rp 1.282 per saham.
Kepemilikan BHIT di CMNP sudah menyusut menjadi hanya 3,15% saham dan kini BHIT tak lagi mempunyai saham.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Asosiasi Tol Indonesia (ATI) Fatchurahman kepada detikFinance, Selasa (13/11/12).
"Dia (Hary Tanoe) pemegang saham CMNP untuk ruas tol dalam kota, lalu ada lagi di Surabaya, dan Depok Antasari," ungkap Fatchur.
Meski demikian, Fatchur menambahkan, untuk mengakuisisi sebuah proyek tol, tak harus punya pengalaman atau jam terbang tinggi. Asalkan memiliki dana yang besar, siapapun bisa memiliki sebuah proyek jalan tol dan mengoperasikannya.
"Kalau mengakuisisi itu siapa aja bisa, sah-sah aja. Asal harganya cocok. Walau secara yuridis harus lapor ke Menteri PU. Kalau orangnya bonafid, sah-sah saja," paparnya.
Fatchur memaparkan, dana yang dimaksud bukan serta merta dana yang dimiliki sendiri. Sebuah perusahaan harus bisa menggerakan dana yang dikeluarkan itu agar menjadi sebuah pendapatan dari pengoperasian tol itu sendiri.
"Mereka nggak harus punya uang. Asal mereka mampu untuk menggenerate uang itu, memobilisasi uang itu," paparnya.
Lain hal dengan konstruksi, lanjut Fatchur, yang harus memiliki banyak pengalaman. Untuk mengoperasikan tol, adalah hal mudah.
"Kalau saya membangun konstruksi maka kontrakstornya harus pengalaman. kalau mengakuisisi itu, asal dia punya uang, maka dia bisa. Pengoperasiannya gampang, tinggal perawatan teratur agar memenuhi SPM biar bisa naik tarif," pungkasnya.
PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) memang mempunyai saham di perusahaan jalan tol, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). Di 2011 BHIT sempat melepas sahamnya di CMNP dengan menjual 9 juta saham atau 0,45% total saham, di harga Rp 1.250 per saham.
Harga penjualan tersebut sedikit lebih rendah dari harga rata-rata saham CMNP selama sepekan lalu, yaitu di level Rp 1.282 per saham.
Kepemilikan BHIT di CMNP sudah menyusut menjadi hanya 3,15% saham dan kini BHIT tak lagi mempunyai saham.
Ditopang Iklan, Omzet Perusahaan Media Hary Tanoe Capai Rp 4,5 Triliun
Jumat, 19/10/2012 11:02 WIB
Jakarta -
PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) mampu
menjaga pertumbuhan kinerja keuangan hingga triwulan III-2012. Hingga
September ini, perseroan meraih omzet Rp 4,462 triliun dengan penopang
utama dari pendapatan iklan televisi RCTI, MNC TV dan Global TV yang
mencapai Rp 3,77 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan MNCN, seperti dikutip Jumat (19/10/2012), total omset perseroan mengalami kenaikan 14,05% dari triwulan III-2011 Rp 3,912 triliun menjadi Rp 4,46 triliun. Pendapatan iklan mencapai Rp 3,944 triliun, naik dari periode sebelumnya Rp 3,241 triliun.
Iklan terbesar masuk dari televisi Rp 3,77 triliun, kemudian media cetak Rp 153,26 miliar dan iklan radio Rp 20,5 miliar. Seperti diketahui MNCN menaungi banyak perusahaan media diantaranya PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), PT Global Informasi Bermutu (GIB), PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI), PT MNC Networks (MNCN), MNC International Middle East Limited (MIMEL), MNC International Limited (MIL), Linktone Ltd dan banyak lainnya.
Perseroan juga masih memiliki media cetak dan online diantaranya, PT Media Nusantara Informasi (MNI), PT MNI Global (MNIG), PT MNI Publishing (MNIP), PT MNI Entertainment (MNIE) dan PT Okezone Indonesia. Pendapatan MNCN masih dilengkapi dari value added services dan content Rp 270,03 miliar dan lain-lain Rp 248,49 miliar.
Perusahaan Harry Tanoesoedibjo ini pun mencatat laba kotor Rp 2,42 triliun, naik dari periode yang sama tahun 2011 Rp 2,18 triliun, dengan laba sebelum pajak Rp 1,622 triliun.
Perseroan pun meraih laba bersih periode berjalan Rp 1,27 triliun, naik signifikan dari sebelumnya Rp 837,39 miliar, dengan laba yang diatribusikan kepada entitas induk Rp 1,16 triliun.
(wep/ang)
Berdasarkan laporan keuangan MNCN, seperti dikutip Jumat (19/10/2012), total omset perseroan mengalami kenaikan 14,05% dari triwulan III-2011 Rp 3,912 triliun menjadi Rp 4,46 triliun. Pendapatan iklan mencapai Rp 3,944 triliun, naik dari periode sebelumnya Rp 3,241 triliun.
Iklan terbesar masuk dari televisi Rp 3,77 triliun, kemudian media cetak Rp 153,26 miliar dan iklan radio Rp 20,5 miliar. Seperti diketahui MNCN menaungi banyak perusahaan media diantaranya PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), PT Global Informasi Bermutu (GIB), PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI), PT MNC Networks (MNCN), MNC International Middle East Limited (MIMEL), MNC International Limited (MIL), Linktone Ltd dan banyak lainnya.
Perseroan juga masih memiliki media cetak dan online diantaranya, PT Media Nusantara Informasi (MNI), PT MNI Global (MNIG), PT MNI Publishing (MNIP), PT MNI Entertainment (MNIE) dan PT Okezone Indonesia. Pendapatan MNCN masih dilengkapi dari value added services dan content Rp 270,03 miliar dan lain-lain Rp 248,49 miliar.
Perusahaan Harry Tanoesoedibjo ini pun mencatat laba kotor Rp 2,42 triliun, naik dari periode yang sama tahun 2011 Rp 2,18 triliun, dengan laba sebelum pajak Rp 1,622 triliun.
Perseroan pun meraih laba bersih periode berjalan Rp 1,27 triliun, naik signifikan dari sebelumnya Rp 837,39 miliar, dengan laba yang diatribusikan kepada entitas induk Rp 1,16 triliun.
(wep/ang)
Investor Malaysia Masuk, TV Berbayar Hary Tanoe Rombak Komisaris
Dua perusahaan investasi ini menempatkan dua komisaris di jajaran MSKY, yaitu Adam Chesnoff dan Brahmal Vesudevan. Adam merupakan perwakilan Saban dan kedudukan terakhir menjabat President and CEO.
Sedangkan Brahmal memiliki jabatan CEO Creador, yakni perusahaan private equity asal Malaysia. Dua muka baru ini menggantikan anggota direksi lama Agus Mulyanto dan Indra Pudjiastuti.
Direktur Utama Perseroan Rudy Tanoesoedibjo menegaskan, masuknya komisaris baru ini akan memperkuat bisnis MNC Sky Vision milik Hary Tanoesoedibjo yang terkenal dengan TV berbayarnya Indovision.
Berikut susunan direksi dan komisaris baru MSKY:
- Direktur Utama : Rudy Tanoesoedibjo
- Direktur : Handhianto Kentjono
- Direktur : Gwenarty Setiadi
- Direktur : Salvona Tumonggor Situmeang
- Direktur : Wesly Parsaoran Parapat
- Direktur Tidak Terafiliasi: Effendi Budiman
- Komisaris Utama : Harry Tanoesoedibjo
- Komisaris : Posman Lumban Tobing
- Komisaris : Adam Chesnoff
- Komisaris : Brahmal Vesudevan
- Komisaris Independen : Hery Kusnanto
- Komisaris Independen : Jeffrie Geovanie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar