Minggu, 05 Februari 2012

Ambon Berdarah 1999: Umat Islam Dibantai Orang Kristen & Aparat Lokal....???!!>> ...Dan Awas!!! ...Proyek Busuk Deradikalisasi: Arahan FBI Kepada Agennya...??!!..[ program deradikalisasi yang selama ini dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan para mitranya mendapat arahan dari sebuah badan intelijen Amerika SerikatFederal Bureau of Investigation (FBI). Mau tahu, isi materi yang dicekoki FBI kepada agen-agennya? Berikut arahan FBI yang penuh kebencian terhadap Islam.].>>> Sebuah bagan pelatihan FBI, yang dikutip majalah “Danger Room” yang berbasis di Washington, Kamis (15/9), menunjukkan, semakin taat seorang Muslim, semakin besar kemungkinan dia akan melakukan kekerasan."Setiap perang melawan non-Muslim dibenarkan di bawah hukum Islam,” demikian bunyi presentasi instruksional buatan FBI. Sambil menghubungkan ketakwaan dengan kekerasan, presentasi lainnya, berjudul “Militancy Consideration”, mengatakan bahwa seiring waktu, pengikut Taurat dan Alkitab akan berubah dari “kekerasan” menuju “non-kekerasan”. Tapi, tidak berlaku bagi pengikut Al-Quran, yang menurut FBI justru tak mengalami proses moderasi...>>..>>>Bayangkan. Mereka sudah menyerang umat Islam di Hari Raya Idul Fitri 1419H tanggal 19 dan 20 Januari 1999M. Mereka membantai umat Islam, maka banyak jatuh korban tewas, dan banyak pula yang luka-luka. Orang-orang Kristen itu menyerang dalam keadaan mabuk habis minum-minum. Setiap kali mereka menyerang selalu dalam keadaan mabuk seperti itu. Senjata mereka adalah panah beracun, panah berapi, parang, tombak, bom molotov, senjata api, bahkan basoka RPG7, senjata Amerika atau NATO. Semuanya itu sudah dipersiapkan sejak Oktober 1998, 4 bulan sebelum mereka menyerang Muslimin. Sedang Umat Islam tidak siap apa-apa. Maka kala itu (awal-awal diserangnya itu) umat Islam banyak jatuh korban.....>>> ...Setelah Umat Islam diserang orang-orang Kristen, korban-korban yang luka dibawa oleh Muslimin ke rumah sakit umum di Kampung Kuda Mati, Kota Ambon. Kampung Kuda Mati itu kampung Kristen. Lalu orang-orang Kristen menyerbu masuk ke rumah sakit umum itu, memeriksa para medis RSU dengan memeriksa KTP (kartu tanda penduduk), kalau ternyata Islam maka diserang. Sedang pasien-pasien yang luka yakni korban-korban akibat serangan orang Kristen yang kemudian dikirim ke RSU ini, lalu dibunuhi oleh orang-orang Kristen yang datang dan menyerang secara membabi buta itu. Ini jelas-jelas biadab, dan perang agama. Sampai-sampai, orang-orang Kristen itu menyerbu ke kantor-kantor Pemda (Pemerintah daerah), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pos dsb di Ambon, dengan memeriksa KTP para pegawai. Kalau ternyata pegawai itu KTPnya bertanda agama Islam maka dibunuh. Ada yang dibunuh di halaman kantor. Itu semua tidak ada lain, hanya karena mereka itu benci kepada Islam....>>> Kebrutalan mereka yang sudah sebegitu itu masih pula ditambahi dengan pembunuhan atau penyelenggaraan pembunuhan yang dilakukan oleh aparat keamanan yakni polisi dan tentara lokal yang beragama Kristen terhadap umat Islam....>>> Umat Islam Waspadalah.. dan Kuatkan Persatuan dan Silaturahim.. serta Persaudaraan.. dan Solidaritas...>>> Awas... mereka2 yang menjadi Antek2 Penjajah Kriminal Internasional serta didukung Aparat2 yang menjadi kolaborator Penjajah Kriminal Internasional yang selalu meng-obok2 Umat Islam... >>> Wahai para Ulama-MUI-dan Tokoh2 Pemimpin Umat Islam Bersatulah... dan Tegakan Syariah secara kaffah dan utuh.. demi kejayaan dan keadilan dinegeri kita NKRI.. >>> Mereka para Munafikin dan Kaum Penjajah serta antek2 dan jaringan2 -nya selalu jahat dan brutal serta mengadu domba Umat Islam...>> Awas.. ajaran hedonis..!!! Awas MOLIMO--- Awas... Riba-Gharar-Maisir... !!!! Hayyoo buatkan UU syariah--->>> Hayyoo tegakan UU Anti Riba-Gharar-Maisir- dan UU anti MOLIMO... diseluruh tanah air NKRI.. seutuhnya...>>> Merdeka!!!.

Menengok Ambon Berdarah 1999: Umat Islam Dibantai Orang Kristen & Aparat Lokal

By: Hartono Ahmad Jaiz
Pemimpin Redaksi Nahimunkar.com

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) mengirimkan utusannya, M Hafidz MSc,  ke Ambon untuk mengirimkan bantuan dan meliput tragedi pembantaian Muslimin yang dilancarkan oleh orang-orang Kristen. Penyerangan dan pembantaian itu berlangsung sampai 3 bulan, sejak Januari hingga April 1999. Berikut ini kesaksian M Hafidz, Wakil Ketua Komite Penanggulangan Krisis DDII. Sejumlah gambar foto hasil rekamannya pun dimuat lengkap di buku “Ambon Bersimbah Darah” terbitan Dea Press, Jakarta, 1999. Berikut cuplikannya:

Penyerangan yang dilakukan orang-orang Kristen terhadap Muslimin di Ambon khususnya, dan di Maluku pada umumnya, jelas-jelas menunjukkan tingginya kebencian mereka terhadap umat Islam.

Bayangkan. Mereka sudah menyerang umat Islam di Hari Raya Idul Fitri 1419H tanggal 19 dan 20 Januari 1999M. Mereka membantai umat Islam, maka banyak jatuh korban tewas, dan banyak pula yang luka-luka. Orang-orang Kristen itu menyerang dalam keadaan mabuk habis minum-minum. Setiap kali mereka menyerang selalu dalam keadaan mabuk seperti itu. Senjata mereka adalah panah beracun, panah berapi, parang, tombak, bom molotov, senjata api, bahkan basoka RPG7, senjata Amerika atau NATO. Semuanya itu sudah dipersiapkan sejak Oktober 1998, 4 bulan sebelum mereka menyerang Muslimin. Sedang Umat Islam tidak siap apa-apa. Maka kala itu (awal-awal diserangnya itu) umat Islam banyak jatuh korban.

Setelah Umat Islam diserang orang-orang Kristen, korban-korban yang luka dibawa oleh Muslimin ke rumah sakit umum di Kampung Kuda Mati, Kota Ambon. Kampung Kuda Mati itu kampung Kristen. Lalu orang-orang Kristen menyerbu masuk ke rumah sakit umum itu, memeriksa para medis RSU dengan memeriksa KTP (kartu tanda penduduk), kalau ternyata Islam maka diserang. Sedang pasien-pasien yang luka yakni korban-korban akibat serangan orang Kristen yang kemudian dikirim ke RSU ini, lalu dibunuhi oleh orang-orang Kristen yang datang dan menyerang secara membabi buta itu. Ini jelas-jelas biadab, dan perang agama. Sampai-sampai, orang-orang Kristen itu menyerbu ke kantor-kantor Pemda (Pemerintah daerah), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Pos dsb di Ambon, dengan memeriksa KTP para pegawai. Kalau ternyata pegawai itu KTPnya bertanda agama Islam maka dibunuh. Ada yang dibunuh di halaman kantor. Itu semua tidak ada lain, hanya karena mereka itu benci kepada Islam.

APARAT LOKAL MEMBANTAI MUSLIMIN

Kebrutalan mereka yang sudah sebegitu itu masih pula ditambahi dengan pembunuhan atau penyelenggaraan pembunuhan yang dilakukan oleh aparat keamanan yakni polisi dan tentara lokal yang beragama Kristen terhadap umat Islam.
Bukti-bukti ikut sertanya aparat lokal membunuhi ummt Islam itu,  pertama, di Masjid Al-Huda Kampung Rinjani Ambon, yakni peristiwa shubuh berdarah, 1 Maret 1999M. Yang ditembak mati di dalam masjid 1 orang, dan yang ditembak mati di luar masjid 2 orang, sedang yang luka tembak beberapa orang.

PENEMBAKAN DARI LUAR MASJID

Jama'ah shubuh itu imamnya yang imam rawatib (rutin tiap waktu) tak hadir. Maka digantikan yang lain. Di sinilah kemudian kalau ada perbedaan keterangan, itu karena yang dimintai keterangan itu imam rawataib yang ketika itu tak hadir. Nah, yang mati karena ditembak di dalam masjid (menembaknya dari luar masjid) itu seorang makmum masbuq(ketinggalan). Yang lain sudah selesai shalat, sedang dia belum, maka meneruskan shalatnya. Dia inilah yang ditembak mati sedang shalat. Yang menembak adalah polisi dari Polda Maluku (setempat). Saya ada rekaman video orang-orang yang ditembak itu. Yang masih hidup, di antaranya yang kakinya hancur kena tembak, masih bisa ngomong(bicara), menjelaskan. Jadi jelas yang menembak itu memang aparat keamanan lokal.

Bukti kedua, penembakan di Masjid Tantui Kampung Tomia di Kota Ambon. Tiga orang Muslim ditembak mati oleh polisi dan tentara lokal. Yang meninggal itu (1) Faisal Marasabessi, (2) Abu Bakar Nankatu dipukuli dan ditembak, dan (3) Baharuddin Bugis ditembak dengan senjata laras panjang ditempelkan di bawah tenggorokan lalu didor, maka pelurunya muncrat menembus ubun-ubun. Saya melihat dan memvideo (merekam dengan kamera video)  korban beberapa saat setelah ditembak itu. Yang menembak itu aparat beragama Kristen dan masih tetangganya. Jadi masyarakat kenal semua: nama, pangkat, dan kesatuannya. Dan memang penembak itu orang Kristen (Protestan). Di Ambon, yang Kristen kebanyakan Protestan, sedang di Maluku Tenggara itu Katolik.

CARA-CARA MENYERANG

Cara-cara orang Kristen menyerang Muslimin yaitu mereka datang bergelombang, dalam keadaan mabok, matanya merah-merah karena habis minum-minuman keras. Mereka membawa panah beracun, panah berapi, parang, dan bom-bom molotov untuk membakar. Orang-orang Kristen itu sudah mempersiapkan diri untuk menyerang Muslimin. Parang (golok) yang dijadikan senjata tu sudah dipersiapkan sejak Oktober 1998. Mereka memesan ratusan parang dari Kampung Iha di Saparua. Hanya saja orang Islam tidak faham, untuk apa ratusan parang didatangkan ke Ambon  oleh orang-orang Kristen itu. Ada juga yang merakit senjata.

Menurut sumber dari Korem --yang tentu saja tidak bisa dise­butkan namanya-- senjata-senjata itu diantaranya didatangkan dari Belanda dibarengkan dengan pengiriman mayat. Ada pengiriman mayat dari Belanda sebanyak 6 atau 7 kali, tidak sekaligus. Peti-peti mati yang dikirim dari Belanda itu diisi pula dengan senjata RPG7 Basoka (senjata Amerika ataupun NATO). Itulah yang kemudian untuk menyerang umat Islam, di antaranya di Saparua.

Tragedi berdarah itu, awal-awalnya yang banyak jadi korban adalah orang Islam, yakni penyerangan oleh orang Kristen terhadap umat Islam di Hari Raya Idul Fitri 1419H/ 19-20 Januari 1999M.
Karena orang Islam tidak siap, dan tidak tahu kalau akan diser­ang. Lantas, mulai Februari 1999M aparat dikirim ke Ambon, yakni Kostrad dari Ujung Pandang. Tugasnya mengamankan. Dalam logika aparat, pihak yang menyerang --yakni orang-orang Kristen-- itu perusuh, maka diberi tembakan peringatan ke atas. Tetapi orang-orang Kristen itu tetap saja menyerang umat Islam. Kemudian ada yang ditembak. Itulah kemudian yang mereka klaim sebagai banyak korban dari pihak mereka. Tapi sebenarnya tidak banyak.
Rumah-rumah orang Kristen dan gereja-gereja banyak yang utuh, karena memang orang Islam tidak membakar. Orang Islam hanya mem­pertahankan diri. Terakhir, untuk memancing umat Islam, malah mereka (orang-orang Kristen) sendiri yang membakari rumah-rumah mereka. Itu jelas-jelas diketahui oleh para saksi mata. Orang menyaksikan kejadian itu, dan memang mereka (orang Kristen) sendiri yang membakari rumah mereka yang telah dikosongkan. Licik, memang.
Dari segi korban orang-orang Kristen, karena umat Islam sifatnya hanya bertahan atau mempertahankan diri, maka pihak Kristen yang mati hanyalah yang menyerang. Jadi tidaklah wanita-wanita atau anak-anak atau orang-orang tua, yang terbunuh di pihak Kristen itu. Orang Islam tidak menyerang.
Sebenarnya, belum ada jumlah korban yang akurat secara pasti. Karena tidak terdata semuanya.
Para korban yang Muslim kita yakini sebagai syuhada', mati syahid karena mempertahankan Islam, agama Allah. Dibunuh oleh orang-orang Kristen yang menyerang. Maka para syuhada' itu tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tak dishalati, cukup dikubur bersama pakaiannya yang berlumuran darah, sebagai saksi di hadapan Allah SWT.

Mengenai orang Muslimah hamil tua lalu dibelah perutnya oleh orang Kristen, bayinya dikeluarkan lalu dicincang-cincang, saya datang ke sana sudah berlalu, saya tidak melihatnya. Namun berita itu diketahui oleh seluruh masyarakat.

Penyerangan di luar Ambon, selain di Ahuru, terakhir di Maluku Tenggara, tepatnya di Tual, di Kampung Larat, Jum'at berdarah (2 April 1999M). 

Dalam penyerangan brutal itu imam Masjid Larat, H Abdul Aziz Rahayantel dibunuh di dalam masjid, Jum'at itu, 3 orang Muslim dibunuh di dalam masjid. Tidak sampai seminggu, korban meninggal sudah mencapai lebih dari seratus orang. Di kampung Kei Besar yang meninggal paling banyak Muslim, sedang di Kampung Kei Kecil kebanyakan yang meninggal Katolik. Ini baru saja saya berhubungan dengan pihak sana.

Orang-orang Kristen menyerang umat Islam itu tidak tentu waktunya. Kadang-kadang malam, kadang-kadang subuh, kadang siang atau sore. Seperti di Hari Raya Idul Fitri itu penyerangan terhadap umat Islam dilakukan siang hari menjelang sore, tetapi saat lain, peristiwa subuh berdarah itu waktu subuh. Sedang di Larat, penyerangan terhadap umat Islam dilakukan ba'da Jum'at, siang hari. Itulah kebencian orang Kristen terhadap umat Islam yang diwujudkan dengan penyerangan, pembunuhan, pembakaran, dan pengerusakan, yang justru didukung oleh aparat keamanan setempat. [voa-islam.com]



Proyek Busuk Deradikalisasi: Arahan FBI Kepada Agennya


VOA-ISLAM.COM --  Bukan tidak mungkin, program deradikalisasi yang selama ini dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan para mitranya mendapat arahan dari sebuah badan intelijen Amerika SerikatFederal Bureau of Investigation (FBI). Mau tahu, isi materi yang dicekoki FBI kepada agen-agennya? Berikut arahan FBI yang penuh kebencian terhadap Islam.

Dalam training-trainingnya, FBI melatih para agennya, bahwa Muslim arus utama adalah simpatisan teroris. Para agen itu juga dilatih bahwa Muslim yang semakin saleh akan semakin berpotensi melakukan kekerasan. Tak cuma itu, agen FBI dicekoki materi yang menyatakan, Nabi Muhammad adalah pemimpin sekte, yang pola pikirnya menjadi sumber terorisme.

Sebuah bagan pelatihan FBI, yang dikutip majalah “Danger Room” yang berbasis di Washington, Kamis (15/9), menunjukkan, semakin taat seorang Muslim, semakin besar kemungkinan dia akan melakukan kekerasan."Setiap perang melawan non-Muslim dibenarkan di bawah hukum Islam,” demikian bunyi presentasi instruksional buatan FBI.
Sambil menghubungkan ketakwaan dengan kekerasan, presentasi lainnya, berjudul “Militancy Consideration”, mengatakan bahwa seiring waktu, pengikut Taurat dan Alkitab akan berubah dari “kekerasan” menuju “non-kekerasan”. Tapi, tidak berlaku bagi pengikut Al-Quran, yang menurut FBI justru tak mengalami proses moderasi.

Dokumen itu juga menunjukkan kepada agen kontraterorisme FBI, yang dilatih di Quantico, Virginia, AS, bahwa Islam adalah indikator aktivitas teroris.“Tidak mungkin ancaman radikal seperti itu hanya sebuah pernyataan normal dari ideologi yang ortodoks,” bunyi salah satu presentasi FBI. “Tema strategis yang menjiwai nilai Islam bukanlah pinggiran, tapi arus utama.”
Presentasi FBI juga menggambarkan bahwa praktik Muslim memberi sedekah sebagai tidak lebih dari “mekanisme pendanaan perang”. Selain berperang secara langsung, menurut FBI, Islam juga berperang dengan teknik lain, termasuk “imigrasi” dan “tuntutan hukum”.
Jadi, menurut FBI, jika seorang Muslim ingin menjadi Warga AS atau menggugat FBI atas kasus pelecehan, itu semua hanyalah bagian dari jihad. Ini bukan pertama kalinya FBI menggunakan materi anti-Muslim untuk melatih para agen kontraterorisme mereka. Pada Juli, FBI menggunakan bahan pelatihan yang mengklaim Islam akan “mengubah budaya suatu negara menjadi budaya Arab Abad ke-7 Masehi”.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), kelompok advokasi Amerika untuk kelompok Muslim, mendesak Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS untuk menyelidiki penggunaan pelatih dan materi pelatihan, yang memberi informasi bermusuhan, stereotip, dan tidak akurat tentang Muslim dan Islam kepada aparat keamanan negara.

Daftar Buku Anti-Islam FBI

Islamphobi begitu terasa dalam upaya AS melancarkankan program “war on terror” nya. Perpustakaan FBI di Quantico, Virginia, saat ini dipenuhi tumpukan buku dari penulis yang mengklaim bahwa “Islam dan demokrasi sama sekali tidak bisa hidup berdampingan”.
Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (AS) FBI akhirnya berjanji akan melakukan sebuah “kajian komprehensif terhadap semua bahan pelatihan dan referensi”., demikian dilaporkan rubrik “Danger Room” pada Majalah “Wired” yang berbasis di San Francisco, Jumat (23/9).

Menurut “Wired”, mengurai benang Islamofobia dalam pelatihan kontraterorisme FBI tidak akan mudah. Selain pelatih dan seminar provokatif yang menargetkan Islam dan menyebut Nabi Muhammad sebagai inspirasi kekerasan, pelatihan itu lebih menunjukkan betapa lebarnya jurang anti-Islam di tubuh aparat keamanan federal tertinggi di AS tersebut.

Kantor FBI di Washington mengundang seorang pembicara, yang menyatakan bahwa hukum Islam telah membuat seorang muslim AS tak akan benar-benar loyal kepada negaranya. Pekan lalu, materi orientasi online untuk Gugus Tugas Gabungan Anti Terorisme FBI mengklaim Islam berusaha “mendominasi dunia”.

Yang jelas, sentimen anti-Islam di pelatihan dan orientasi FBI begitu terasa. Dalam pantauan “MajalahWired”, di antara buku yang terdapat di perpustakaan FBI adalah sebagai berikut:

Onward Muslim Soldiers”, karya Robert Spencer, penulis danblogger anti-Islam AS. Spencer dan karyanya banyak dikutip teroris Norwegia, Anders Behring Breivik.

Militant Islam Reaches America”, ditulis oleh Daniel Pipes komentator politik neokonservatif yang dekat dengan kalangan dalam Gedung Putih pada masa pemerintahan George W Bush.

Muhammad’s Monsters”, tulisan David Bukay, guru besar dari University of Haifa, Israel, yang merupakan pendukung setia tesis “Benturan Peradaban”, Samuel Huntington.

“Islamikaze: Manifestations of Islamic Martyrology”, karya Raphael Israeli, profesor Hebrew University yang berpandangan bahwa keberadaan negara Palestina berbahaya bagi dunia.



Rupanya bukan hanya di AS, buku-buku sekolah di Eropa juga sarat Prasangka terhadap Islam. Georg Eckert Institute, sebuah lembaga  pendidikan di Jerman  melakukan penelitian, dengan menganalisis 27 jilid buku yang digunakan oleh sekolah di Inggris, Perancis, Austria, Spanyol, dan Jerman.

Buku-buku tersebut kerap berpandangan negatif, dimana  Islam selalu disajikan sebagai sebuah sistem yang usang, yang belum berubah sejak masa keemasannya. Buku teks yang digunakan di sekolah menengah itu menempatkan “Islam yang kuno” melawan “Eropa yang modern”.
Bukan tidak mungkin, LSM-LSM komparador yang selama ini getol menerbitkan buku-buku tentang deradikalisasi akan mengikuti arahan FBI. Atau jangan-jangan akan menerjemahkan buku-buku yang sarat kebencian terhadap Islam tersebut. Semoga tidak. (Desastian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar