Laporan Penyiksaan Global CIA, Bukti Hipokrasi Sistem Internasional
By Pizaro on February 13, 2013
http://islampos.com/laporan-penyiksaan-global-cia-bukti-hipokrasi-sistem-internasional-43293/
Oleh: Farid Wadjdi, Pengamat Hubungan Internasional
Pengkhianatan penguasa negeri Islam yang berkerjasama dengan Amerika
tampak dari laporan Open Society Foundation (OSF), Selasa, 5 Februari
2013. Lembaga itu meluncurkan hasil studi berjudul “Globalizing Torture: CIA Extraordinary Rendition and Secret Detention”. Studi ini menyoroti program rendition
(pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum) dan
penahanan rahasia yang dilakukan dinas rahasia Amerika Serikat, CIA,
paska serangan teroris 11 September 2001 ke negara itu. Partner CIA dalam program rahasia ini 54 negara, termasuk Indonesia.
Negara-negara yang menjadi partner CIA dalam program rahasia
tersebut: Afganistan, Albania, Aljazair, Australia, Austria, Azerbaijan,
Belgia, Bosnia-Herzegovina, Kanada, Kroasia, Cyprus, Republik Ceko,
Denmark, Djibouti, Mesir, Ethiopia, Finlandia, Gambia, Georgia, Jerman,
Yunani, Hongkong, Islandia, Indonesia, Iran, Irlandia, Yordania, Kenya,
Libya, Lithuania, Macedonia, Malawi, Malaysia, Mauritania, Moroko,
Pakistan, Polandia, Portugal, Romania, Arab Saudi, Somalia, Afrika
Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Suriah, Thailand, Turki, Uni Emirat
Arab, Inggris, Uzbekistan, Yaman, dan Zimbabwe.
Ada beberapa hal penting yang perlu kita catat berkaitan dengan laporan ini:
Pertama,
laporan yang sebenarnya bukan menjadi rahasia lagi, kembali
mencerminkan hipokrasi sistem internasional di bawah kendali
negara-negara imperialis.
Negara-negara seperti Amerika, Inggris, Jerman, yang menjadi pemain
utama dalam sistem internasional saat ini, di satu sisi membanggakan
diri sebagai negara pendukung penegakan hukum dan HAM. Disisi lain
mereka terlibat langsung dalam penyiksaan global terhadap umat Islam
yang dituduh tanpa bukti terlibat terorisme. Bersama CIA , negara-negara ini terlibat dalam program program rendition.
Hipokrasi negara-negara Barat tersebut tampak jelas, ketika mereka
justru bekerjasama dengan penguasa-penguasa diktator di negeri-negeri
Islam Mesir, Libya, Saudi Arabia, Suriah untuk melakukan penyiksaan
terhadap pihak-pihak yang diklaim secara sepihak oleh Barat sebagai
terorisme.
Umat Islam yang dituduh teroris kemudian disiksa secara keji di
penjara-penjara negara-negara yang oleh Barat sendiri diakui
memperlakukan para tahanan dengan sangat kejam dan di luar batas
kemanusiaan.
Kedua, diamnya PBB dalam masalah ini juga
menunjukkan organisasi internasional itu hanyalah alat politik
negara-negara imperialis. PBB kerap kali melegitimasi penjajahan
negara-negara Barat terhadap negeri-negeri Islam dengan tudingan
melakukan terorisme dan melanggar HAM. Seperti yang dilakukan oleh PBB
untuk melegitimasi pembunuhan terhadap umat Islam di Irak, Afghanistan,
Pakistan, Yaman, dan Mali. Namun ketika lembaga intelijen Amerika
seperti CIA melakukan tindakan melanggar HAM, PBB menjadi macan ompong.
Ketiga, laporan ini juga kembali
menunjukkan bahwa penguasa-penguasa negeri Islam termasuk Indonesia
adalah boneka negara-negara Barat. Mereka terlibat langsung dalam
penyiksaan global ini dengan memberikan jalan bagi CIA menculik,
memindahkan, dan menyiksa siapapun yang dituding terlibat terorisme oleh
Barat. Penguasa negeri-negeri Islam telah menjadi pelayan setia dalam program global war on terrorism (GWOT) .
Perang global yang sejatinya merupakan perang untuk kepentingan
penjajahan Amerika dengan menjadikan umat Islam sebagai obyek utamanya.
Sebab teroris yang dimaksud oleh Barat adalah sangat jelas, siapapun
yang melawan penjajahan Barat baik dengan senjata atau pemikiran. Dalam
pandangan Barat, teroris adalah siapapun yang ingin menegakkan sistem
Islam- syariah dan Khilafah- yang akan menggeser sistem kapitalisme
Barat yang sudah rapuh dan membusuk.
Keterlibatan Indonesia bisa dilihat dari penangkapan oleh intelijen
Indonesia yang disebut laporan OSF tersebut sebagai bagian dari
kerjasama operasi rahasia ini, yaitu terhadap Muhammad Saad Iqbal Madni,
Nasir Salim Ali Qaru, dan Omar al-Faruq. Madni ditangkap di Jakarta,
sebelum dikirim ke Mesir. Nasir ditangkap di Indonesia tahun 2003 dan
ditransfer ke Yordania, sebelum akhirnya ditemukan di Yaman. Faruq
ditangkap di Bogor tahun 2002, lalu dipindahkan ke Bagram, Afganistan.
Turki yang juga merupakan sekutu NATO, membantu CIA dengan
mengizinkan beroperasinya perusahaan penerbangan Richmor Aviation, yang
telah dikaitkan dengan CIA. Mereka mengizinkan pesawat yang dioperasikan
Richmor, mengisi bahan bakar di kota Adana pada tahun 2002. Rezim
Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) ini juga terlibat dalam penyerahan
tersangka teroris berkewarganegaraan Irak kepada CIA di tahun 2006.
Peran penting penguasa negeri Islam dalam membantu CIA tampak
sebagaimana yang ditegaskan dalam laporan itu: “Namun, tanggung jawab
atas pelanggaran-pelanggaran tidak berakhir pada Amerika Serikat.
Penahanan rahasia dan operasi rendisi yang luar biasa, dirancang untuk
dilakukan di luar Amerika Serikat dalam selubung kerahasiaan, yang tidak
bisa dilaksanakan tanpa partisipasi aktif dari pemerintahan asing..
Pemerintahan itu juga harus ikut bertanggung jawab. ”
Keempat, laporan ini juga menunjukkan
adanya kerjasama diam-diam antara CIA dengan negara-negara yang
diposisikan sebagai anti Amerika. Sudah menjadi rahasia umum, meskipun
dalam retorika globalnya negara-negara seperti Suriah, Libya, dan Iran
diposisikan sebagai anti Amerika, dalam kenyataannya negara-negara itu
justru bekerjasama dengan CIA untuk melakukan penyiksaan terhadap umat
Islam dan memuluskan kepentingan penjajahan negara-negara Barat.
Iran, yang selama ini tidak memiliki hubungan diplomatik dengan AS,
berpartisipasi dengan menyerahkan setidaknya 15 terduga teroris ke
tangan pihak berwenang AS tanpa melalui kota Kabul, Afghanistan tanpa
proses hukum yang berlaku.
Oleh karena itu, laporan yang sebenarnya sudah diketahui umum ini,
sekali lagi menunjukkan kepada kita tentang kebutuhan umat Islam akan
Khilafah Islam. Negara global yang akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Khilafah akan menjadi negara adi daya yang melindungi umat Islam dari kerakusan politik imperialistis Barat.
Keberadaan Khilafah juga akan menyingkirkan penguasa-penguasa boneka
dan pengkhianat di negeri Islam, yang selama ini telah dengan setia
melayani kepentingan Barat. Meskipun mereka harus membunuh rakyat mereka
sendiri dan menjual kekayaan alam mereka sendiri. Semua itu mereka
lakukan untuk sekedar mempertahankan kekuasaan rapuh mereka lewat
dukungan Amerika Serikat dan sekutunya. (Pizaro/Islampos)
Tim ‘Pencatat’ Kejahatan Israel Tiba Di Gaza
By Sodikin Maulana on January 14, 2013
http://islampos.com/tim-pencatat-kejahatan-israel-tiba-di-gaza-38455/
SEBUAH delegasi hukum Turki, yang terdiri atas pengacara dari
Asosiasi Pengacara Internasional, dilaporkan telah melakukan perjalanan
ke Gaza pada hari Ahad (13/1), dalam rangka mengumpulkan bukti kejahatan
Israel di Gaza, Palestina.
Delegasi yang terdiri dari 10 pengacara, termasuk 7 dari Turki, 2
dari Mesir dan 1 dari Arab Saudi, akan mengadakan pembicaraan dan
melakukan pengamatan di Gaza selama dua hari.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengacara Internasional, Necati Ceylan, ditunjuk menjadi ketua delegasi.
Berbicara kepada Anadolu Agency (AA), Dekan Fakultas Hukum di
Universitas Yeni Yuzyil dan anggota dari Dewan Eksekutif AA, Prof Dr
Refik Korkusuz mengatakan pada hari Senin (13/1) bahwa delegasi hukum
akan tiba di Gaza untuk mendokumentasikan kejahatan dan pelanggaran yang
dilakukan Israel.
“Jika ditemukan bukti yang cukup dan meyakinkan, kita akan mulai
prosedur hukum terhadap mereka yang telah melakukan kejahatan. Kami akan
menyiapkan laporan rinci tentang Gaza dan akan mengirimkannya kepada
para pejabat Turki yang relevan,” ujar Korkusuz. [sm/islampos/wb]
Gugat Perang Israel-Palestina, Delegasi Pengacara Kumpulkan Bukti Peperangan
By Neng Siti on January 15, 2013
http://islampos.com/gugat-perang-israel-palestina-delegasi-pengacara-kumpulkan-bukti-peperangan-38579/
SEPULUH
pengacara termasuk diantaranya adalah tujuh pengacara dari Turki, dua
pengacara dari Mesir dan satu pengacara dari Arab Saudi tengah melakukan
pejalanan ke Gaza, Senin (14/01/2013). Para pengacara yang di pimpin
oleh Necati Ceylan, sekretaris jenderal Asosiasi Pengacara
Internasional, ini diutus untuk mengumpulkan bukti-bukti tentang perang
Israel terhadap Palestina yang terjadi pada bulan November tahun lalu.
Refik Korkusuz, salah satu dari tim pengacara, menagatakan bahwa
mereka berencana akan mengajukan gugatan terhadap rezim Tel Aviv jika
bukti yang meyakinkan yang berkaitan dengan perang selama delapan hari
di Gaza November tahun lalu telah ditemukan.
Selain itu menurut militer Israel, selama perang delapan hari di
bulan November tahun lalu, lebih dari 1.500 target di seluruh Gaza
terkena serangan. Lebih dari 160 warga Palestina, termasuk perempuan dan
anak-anak, tewas dan sekitar 1.200 lainnya luka-luka dalam serangan
Israel.
Serangan Israel terhadap Palestina yang terjadi pada bulan November
2012 ini, merupakan serangan mematikan kedua dalam empat tahun.
Sebelumnya, rezim Israel juga mengobarkan perang 22 hari di daerah
kantung padat penduduk pada tahun 2008, yang menewaskan lebih dari 1.400
warga Palestina, termasuk diantaranya adalaha 300 anak.
[ns/islampos/pt]
Presiden Karzai Perintahkan Penyelidikan Terkait Penyiksaan Di Penjara Afghanistan
By Al Furqon on January 23, 2013
http://islampos.com/presiden-karzai-perintahkan-penyelidikan-terkait-penyiksaan-di-penjara-afghanistan-40046/
PRESIDEN Afghanistan Hamid Karzai telah menunjuk sebuah tim untuk menyelidiki laporan PBB tentang adanya penyiksaan sistematis tahanan di fasilitas penahanan Afghanistan.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor kepresidenan Afghanistan pada Selasa 22 Januari kemarin, delegasi akan sepenuhnya menyelidiki klaim penyiksaan, penganiayaan, ancaman pembunuhan, dan pelecehan seksual di penjara yang ada negara itu.
Para anggota delegasi diharapkan untuk menyiapkan laporan mengenai
keadaan penyiksaan di penjara-penjara dan menyerahkannya kepada Presiden
Karzai dalam waktu dua minggu sehingga tindak lanjut tindakan dapat
segera diambil, tambah pernyataan tersebut.
Pada tanggal 20 Januari lalu, sebuah laporan terbaru oleh PBB
menyatakan bahwa Afghanistan meng- gunakan penyiksaan dan penganiayaan
terhadap tahanan, menjadikan hal ini taktik baru yang ditransfer ke
pemerintah Afghanistan oleh pasukan asing pimpinan Amerika.
Menurut laporan setebal 139-halaman, lebih dari setengah dari tahanan
yang diwawancarai antara Oktober 2011 hingga Oktober 2012 telah
mengalami penyiksaan atau pelecehan.
“Upaya Pemerintah (Afghanistan) untuk mengatasi penyiksaan meskipun
signifikan, namun belum menghasilkan perbaikan dan pengurangan dalam
penggunaan penyiksaan terhadap para tahanan,” kata laporan itu.
Sejumlah pejabat Afghanistan mempertanyakan kredibilitas laporan
tersebut, mengatakan laporan itu tidak didasarkan pada fakta-fakta
tetapi pada klaim mantan tahanan.
Awal tahun ini, Kabul merilis lebih dari dua ratus tahanan
Afghanistan yang sebelumnya ditahan oleh pasukan militer AS di penjara
Bagram di Afghanistan.(fq/islampos/prtv)
Kabul Bebaskan 129 Warga Afghanistan Yang Ditahan Pasukan AS Di Bagram
PEMERINTAH Afghanistan telah membebaskan 129 tahanan Afghanistan yang sebelumnya ditahan oleh pasukan militer AS di penjara Bagram.
“Sampai 129 tahanan, yang telah ditahan di penjara Bagram selama
beberapa tahun terakhir, tetapi tidak ada bukti untuk membuktikan
keterlibatan mereka dalam pemberontakan, telah dibebaskan dan akan
bergabung dengan keluarga mereka hari ini (Sabtu kemarin 5 /1/2013),”
Jenderal Mohammad Yar Barakzai, seorang pejabat Kementerian Pertahanan
Afghanistan yang bertanggung jawab atas penjara, mengatakan pada hari
Sabtu kemarin di Kandahar.
“Kami yakin pembebasan mereka lebih bisa membantu upaya pemerintah
dalam mewujudkan perdamaian dan akan mendukung perdamaian serta proses
rekonsiliasi di negara ini.”
Pada tanggal 4 Januari lalu, pemerintah juga membebaskan 80 tahanan Afghanistan yang ditahan di penjara AS tersebut.
Menurut pejabat militer AS, para tahanan telah ditangkap dalam
operasi melawan kelompok pejuang Taliban dan lainnya di negara ini.
Militer AS sebelumnya menahan ribuan tahanan di penjara terkenal
Bagram Afghanistan, yang terletak di dalam Pangkalan Udara Bagram di
pinggiran kota Kabul.
Sejak Maret 2012, ketika Washington dan Kabul mencapai kesepakatan
untuk sepenuhnya menyerahkan penjara Bagram kepada pemerintah
Afghanistan, lebih dari 3.000 tahanan telah diserahkan kepada pihak
berwenang Afghanistan atau dibebaskan.
Pada bulan November 2012, Presiden Hamid Karzai memerintahkan pasukan
Afghanistan mengambil alih penjara dan menuduh para pejabat AS gagal
untuk sepenuhnya mematuhi ketentuan Nota Kesepahaman pada Penahanan
terkait masalah tahanan.(fq/islampos/prtv)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar