Minggu, 22 Agustus 2021

TALIBAN MENANG PERANG SCR FENOMENAL DI AFGHANISTAN ..?? >>> ALHAMDULILLAH ... RAKYAT AFGHANISTAN TELAH MNGALAHKAN AS SCR SPEKTAKULER ....>>>

 Afghanistan: Apa isi 'kesepakatan luar biasa' Taliban dan Trump yang menjadi kunci kelompok ini kuasai kembali Afghanistan?

20 Agustus 2021

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58269309

 


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Bandar udara Kabul mengalami kekacauan saat Taliban mulai menguasai ibu kota Afghanistan.

 

Setelah penarikan pasukan internasional, Taliban menyapu bersih Afghanistan, dan menguasai hampir setiap kota. Jadi, mengapa Amerika Serikat sepakat meninggalkan negara itu setelah 20 tahun berperang?

 

Pada 2001, NATO memaksa Taliban keluar dari Kabul setelah serangan 11 September di New York dan Washington.

Namun hampir dua dekade kemudian, para pemimpin kelompok militan itu kembali ke ibu kota Afghanistan.

Mereka dengan senang berswafoto di dalam istana presiden setelah hampir seluruh wilayah negara itu di bawah kendali mereka.

Baca juga:

Apa yang barangkali paling mengejutkan adalah bukanlah kekalahan militer yang menjadi malapetaka bagi AS dan sekutu NATO-nya sehingga membalikkan semuanya, tetapi kesepakatan damai yang dinegosiasikan secara hati-hati.

Apa yang menyebabkan kesepakatan yang ditandatangani Presiden Donald Trump dan dilaksanakan oleh penggantinya, Joe Biden, dinilai sebagai kesalahan fatal?

 

Mengapa AS menginginkan kesepakatan dengan Taliban?

 


SUMBER GAMBAR,PA MEDIA

Keterangan gambar,

Pasukan NATO awalnya berhasil memaksa kelompok Taliban keluar dari kota-kota besar di Afghanistan.

 

Sehari setelah Menara Kembar World Trade Center runtuh, presiden AS saat itu George W Bush berjanji "pertempuran ini akan memakan waktu dan menjadi landasan tekad, tetapi jangan salah, kami akan memenangkannya".

Kenyataannya, AS tidak sepenuhnya meraih kemenangan secara militer terhadap Taliban.

Walaupun kelompok ini, yang menampung anggota kelompok militan al-Qaeda yang bertanggung jawab atas serangan 11 September, dengan cepat diusir keluar dari perkotaan dengan intervensi NATO, mereka menghabiskan beberapa tahun guna menyusun kekuatan kembali.

 

Baca juga:

Dan pada 2004, kelompok Taliban berada dalam posisi untuk melancarkan pemberontakan terhadap pasukan Barat dan pemerintahan Afghanistan yang baru.

Menanggapi meningkatnya jumlah serangan, presiden AS yang baru saat itu, Barack Obama, meluncurkan "gelombang serangan" pada 2009, secara besar-besaran dengan meningkatkan jumlah pasukan NATO di negara itu, mencapai 140.000 pada puncaknya.

Aksi ini membantu untuk menekan Taliban sekali lagi, tetapi sedikit dampaknya untuk jangka panjang.

 


SUMBER GAMBAR,REUTERS

Keterangan gambar,

Warga Kabul berdesakan dan menggunakan berbagai cara untuk masuk ke bandara.

 

Ketika konflik tersebut menjadi perang terlama bagi AS, yang merugikan negara sekitar US$978 miliar dan mengakibatkan lebih dari 2.300 tewas, perang ini menjadi semakin tidak populer di mata warga AS dan seruan untuk mengakhiri keterlibatan mereka semakin kencang.

Sementara jumlah tentara AS yang terbunuh setiap tahun relatif rendah setelah mereka secara resmi mengubah peran dalam bentuk pelatihan pada 2014, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani mengatakan pada 2019 bahwa "lebih dari 45.000 personel keamanan Afghanistan telah membayar pengorbanan terakhir" dalam lima tahun sebelumnya.

Menghadapi situasi ini, penerus Obama, Donald Trump, mulai mengintensifkan negosiasi dengan Taliban, dengan menandatangani kesepakatan pada Februari 2020.

Keputusan itu merupakan sesuatu yang menyenangkan baginya untuk dibicarakan menjelang pemilihan presiden tahun itu.

"Omong-omong, kami sebagian besar berada di luar Afghanistan, seperti yang mungkin Anda ketahui," kata Trump kepada Axios news saat itu.

"Kami sudah di sana (Afghanistan) selama 19 tahun. Kami akan keluar."

 

Apa yang menjadi kesepakatan?

 


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

AS menandatangani kesepakatan damai dengan Taliban setelah melakukan perundingan di sebuah hotel mewah di Doha, Qatar.

 

AS sepakat untuk menarik sisa-sisa pasukannya dari Afghanistan dan Taliban mengatakan tidak akan membiarkan al-Qaeda atau kelompok ekstremis lainnya beroperasi di wilayah yang mereka kuasai.

Ia juga menyatakan bahwa 5.000 tahanan Taliban akan ditukar dengan 1.000 tawanan pasukan keamanan Afghanistan dan sanksi terhadap kelompok militan Islam akan dicabut.

Perjanjian tersebut hanya melibatkan AS dan Taliban, dengan rencana bahwa Taliban akan bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan setelahnya untuk menentukan bagaimana dan oleh siapa negara itu akan diperintah di masa depan.

Baca juga:

Pasukan keamanan Afghanistan - dilatih dengan biaya US$88,32 miliar dan secara teori berjumlah lebih dari 300.000 tentara, akan ditempatkan untuk menjaga situasi saat pembicaraan berlangsung.

 

"Kesepakatan luar biasa"

 

Presiden Trump - yang menggambarkannya sebagai "kesepakatan luar biasa" seperti diutarakan kepada penasihat keamanan nasional, John Bolton - mengatakan secara terbuka bahwa rencana itu memiliki "peluang untuk menjadi sangat bagus".

 


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Sejumlah kecil pasukan AS yang tersisa di Afghanistan difokuskan untuk membantu mengevakuasi personel AS.

 

AS pertama kali mulai menarik pasukan di bawah Trump. Pembicaraan tatap muka antara Taliban dan pemerintah Afghanistan dimulai pada September, tetapi kesepakatan tampaknya tidak pernah tercapai sepenuhnya.

Kendatipun tidak ada kemajuan, para penentang Taliban tetap optimis bahwa kesepakatan itu tidak akan berujung kepada malapetaka.

"Ini bukan Vietnam," kata presiden Afghanistan kepada BBC pada Februari. "Ini bukanlah pemerintahan yang tengah kolaps."

Pada bulan Juli, juru bicara Taliban mengklaim "meskipun kami berada di atas angin di medan perang, kami sangat serius mengenai perundingan dan dialog".

Mungkin lebih tepatnya bahwa mereka sudah merebut 10 ibu kota provinsi dalam tujuh hari pada waktu itu.

 

PETA PERANG 2005 ???

 


 

 

Presiden AS saat ini Joe Biden - yang meskipun tidak setuju dengan Trump pada hampir setiap kebijakan lainnya - melanjutkan untuk menerapkan kesepakatan pendahulunya.

Kepada pers bulan lalu, Biden mengatakan tidak akan "mengirim generasi Amerika lainnya ke perang di Afghanistan tanpa harapan yang masuk akal untuk mencapai hasil yang berbeda".

"Tentang prospek Taliban bakal menguasai segalanya dan menguasai seluruh negeri, itu sangat tidak mungkin," tambah Biden.

Dan terlepas dari kejadian beberapa hari terakhir, agaknya Presiden Biden telah terjebak dengan keputusannya.

"Jika ada, perkembangan minggu lalu memperkuat bahwa mengakhiri keterlibatan militer AS di Afghanistan sekarang adalah keputusan yang tepat," katanya Senin (16/08) lalu.

Tapi bagi banyak orang, pandangan pemimpin Taliban Mohammad Abbas Stanikzai saat berbicara di ruangan besar sebuah hotel mewah setelah menandatangani kesepakatan dengan adi daya militer terkuat di dunia akhir September lalu, akan lebih mendekati kenyataan.

"Tidak ada keraguan kami telah memenangkan peperangan," katanya. "Tidak ada keraguan sama-sekali."

 

Siapakah Taliban? Sejarah kelompok yang kini menguasai kembali Afghanistan

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58200920

 

16 Agustus 2021

 


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Para petarung Taliban di Provinsi Laghman pada Maret 2020.

 

Taliban digulingkan dari kekuasannya di Afghanistan oleh pasukan yang dipimpin oleh AS pada 2001, namun kelompok ini telah melakukan serangan dalam beberapa bulan terakhir dan kini nyaris menguasai kembali negara tersebut.

 

Saat Amerika Serikat bersiap menarik seluruh kekuatannya di Afghanistan pada 11 September, setelah perang dua dekade, kelompok militan Taliban merebut kota-kota besar, termasuk Kabul.

Kelompok ini melakukan pembicaraan langsung dengan AS di 2018, dan pada Februari 2020, keduanya menandatangani kesepakatan damai di Doha yang berisi komitmen AS untuk menarik pasukan dan Taliban tak melakukan serangan pada pasukan AS.

Janji-janji lain termasuk tidak mengizinkan al-Qaeda atau militan lain untuk beroperasi di area yang dikuasainya, dan melanjutkan perjanjian perdamaian nasional.

Namun setahun setelah perjanjian itu diteken, Taliban terus menargetkan serangan ke pasukan keamanan Afghanistan dan dengan cepat menyerang berbagai wilayah di seluruh negeri.

 

Naik ke tampuk kekuasaan

 

Taliban, atau "murid" dalam bahasa Pashto, pertama kali muncul pada awal 1990-an di utara Pakistan setelah pasukan Uni Soviet mundur dari Afghanistan.

Gerakan ini mulanya didominasi oleh orang-orang Pashtun dan pertama kali muncul di pesantren-pesantren — kebanyakan dibiayai oleh Arab Saudi — yang biasanya menganut aliran Sunni garis keras.

Janji Taliban di wilayah-wilayah Pashtun, yang tersebar di Pakistan dan Afghanistan, adalah untuk mengembalikan perdamaian dan keamanan berdasarkan Syariah Islam jika mereka berkuasa.


1px transparent line

Dari Afghanistan barat-daya, Taliban dengan cepat menyebarkan pengaruhnya. Pada September 1995, mereka merebut Provinsi Herat, di perbatasan Iran, dan tepat setahun kemudian mereka merebut ibu kota Afghanistan, Kabul.

Mereka menggulingkan kekuasaan rezim Presiden Burhanuddin Rabbani — salah satu pendiri mujahidin Afghanistan yang menentang pendudukan Uni Soviet. Pada 1998, Taliban menguasai hampir 90% wilayah Afghanistan.

Masyarakat Afghan, yang sudah lelah dengan ekses mujahidin dan pertikaian setelah Soviet terusir, secara umum menyambut kemunculan Taliban saat mereka pertama kali muncul.

Popularitas ini sebagian besar karena keberhasilan mereka memberantas korupsi, membatasi pelanggaran hukum, dan membuat jalan-jalan dan area-area di bawah kekuasaan mereka aman untuk perdagangan.

Baca juga:

Namun Taliban juga memperkenalkan atau mendukung hukuman yang sejalan dengan penafsiran mereka akan hukum Syariah — seperti eksekusi di depan umum terdakwa pembunuhan dan pezina, dan amputasi bagi mereka yang diputuskan bersalah karena pencurian.

Para pria diharuskan menumbuhkan jenggot, sementara para perempuan diwajibkan mengenakan burka yang menutup seluruh tubuh.

Taliban juga melarang televisi, musik dan bioskop, juga tidak memperbolehkan anak perempuan di atas sepuluh tahun untuk sekolah. Mereka dituduh melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan budaya.

Salah satu yang paling terkenal adalah pada 2001, ketika Taliban melanjutkan penghancuran patung Buddha Bamiyan yang terkenal di Afghanistan tengah, meski muncul kemarahan internasional.

 


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Pasukan Taliban berjaga di jalan raya Kandahar-Herat, di dekat Kota Kandahar pada 31 Oktober 2001

Pakistan telah berulang kali membantah sebagai arsitek berdirinya gerakan Taliban. Namun tak diragukan, banyak warga Afghanistan yang bergabung dengan gerakan ini adalah lulusan madrasah-madrasah di Pakistan.

Pakistan juga merupakan satu dari tiga negara, bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), yang mengakui Taliban saat mereka berkuasa di Afghanistan. Pakistan juga negara terakhir yang memutuskan hubungan diplomatik dengan kelompok tersebut.

Di satu titik, Taliban mengancam akan merusak stabilisasi Pakistan dari area-area yang mereka kuasai di wilayah barat laut.

Grey line

Grey line

 

Salah satu serangan Taliban di Pakistan yang paling terkenal dan dikecam dunia internasional terjadi di Oktober 2012, ketika Malala Yousafzai ditembak dalam perjalanan sepulang sekolah di Kota Mingora.

Serangan militer besar-besaran dua tahun kemudian, menyusul pembantaian di sekolah Peshawar, mengurangi pengaruh kelompok ini di Pakistan.

Setidaknya tiga tokoh kunci Taliban di Pakistan tewas karena serangan udara AS pada 2013, termasuk pemimpin kelompok itu, Hakimullah Mehsud.

 


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

 

Keterangan gambar,

Pelajar dan aktivis hak asasi manusia Malala Yousafzai ditembak Taliban pada Oktober 2012. (Malala aktivis n boneka AS yg mlkkn banyak dusta)

 

'Tempat perlindungan' al-Qaeda

Perhatian terhadap penguasa Taliban di Afghanistan makin besar setelah serangan di World Trade Centre, New York, September 2001.

Mereka dituduh memberi perlindungan kepada Osama Bin laden dan gerakan al-Qaeda, yang dianggap bertanggungjawab atas serangan itu.

Pada 7 Oktober 2001, koalisi yang dipimpin AS melancarkan serangan di Afghanistan, dan pada pekan pertama Desember tahun yang sama, Taliban runtuh.

Pemimpin kelompok itu, Mullah Mohammad Omar, dan sejumlah tokoh senior lainnya, termasuk Bin Laden, lolos dari salah satu perburuan terbesar di dunia.

Baca juga:

Banyak pemimpin senior Taliban dilaporkan berlindung di Kota Quetta di Pakistan, tempat di mana mereka memimpin Taliban. Namun keberadaan tempat yang dijuluki "Quetta Shura" disangkal oleh Islamabad.

Meski dengan banyaknya pasukan asing, Taliban perlahan-lahan mengumpulkan kekuatan dan melebarkan pengaruh di Afghanistan, membuat banyak wilayah di negara itu tidak stabil, dan kekerasan meningkat ke tingkat yang tidak pernah terlihat lagi sejak 2001.

Banyak serangan Taliban terjadi di Kabul, dan pada September 2012, kelompok tersebut melakukan serangan besar-besaran di pangkalan NATO, Kamp Bastion.

 


SUMBER GAMBAR,AFP

Keterangan gambar,

Pemimpin Taliban di Pakistan, Hakimullah Mehsud, tewas dalam serangan udara AS pada 2013.

 

Harapan untuk negosiasi perdamaian pertama kali diangkat pada 2013, saat Taliban mengumumkan akan membuka kantor di Qatar. Namun ketidakpercayaan antarpihak masih tinggi dan kekerasan terus berlanjut.

Pada Agustus 2015, Taliban mengakui mereka menutup-nutupi kematian Mullah Omar — yang diberitakan karena masalah kesehatan di sebuah rumah sakit di Pakistan — selama lebih dari dua tahun.

Di bulan berikutnya, kelompok itu menyatakan telah mengesampingkan pertikaian selama beberapa minggu untuk memilih pemimpin mereka yang baru, Mullah Mansour, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil Mullah Omar.

Pada waktu nyaris bersamaan, Taliban merebut kekuasan ibu kota provinsi untuk pertama kalinya sejak kekalahan mereka pada 2001. Mereka menguasai Kunduz, kota yang penting dan strategis.

Mullah Mansour tewas dalam serangan udara AS pada Mei 2016 dan digantikan oleh wakilnya Mawlawi Hibatullah Akhundzada, yang hingga kini masih memimpin kelompok ini.

Hitung mundur penarikan pasukan

Pada tahun setelah kesepakatan damai AS-Taliban pada Februari 2020 — yang merupakan puncak dari pembicaraan yang panjang — Taliban tampaknya mengubah taktik, dari serangan kompleks di kota-kota besar dan pos-pos militer ke gelombang pembunuhan yang menargetkan masyarakat sipil Afghan.


 

 

Namun dari targetnya — jurnalis, hakim, aktivis perdamaian, perempuan dengan posisi kekuasaan — tampaknya Taliban tidak mengubah ideologi ekstremisnya, melainkan hanya strategi mereka.

Meskipun pemerintah Afghanistan telah menyatakan kekhawatirannya, Presidan AS Joe Bidan mengumumkan pada April 2021 bahwa semua pasukan Amerika akan meninggalkan negara tersebut pada 11 September. Dua dekade setelah jatuhnya World Trade Center.

Setelah berhasil menumbangkan kekuatan besar AS selama dua dekade perang, Taliban mulai merebut wilayah-wilayah Afghanistan.

Kelompok ini diperkirakan kini memiliki lebih banyak jumlah daripada ketika mereka digulingkan pada 2001 — NATO memperkirakan mereka memiliki sekitar 85.000 petarung penuh waktu.



 

Serangan dan keberhasilan mereka merebut wilayah jauh lebih cepat dari perkiraan banyak orang. Jenderal Austin Miller, komandan misi pimpinan AS di Afghanistan memperingatkan pada Juni, bahwa negara itu kemungkinan menuju perang saudara yang kacau.

Dalam banyak kasus, Taliban mampu mengambil alih kota-kota besar tanpa perlawanan, karena pasukan pemerintah menyerah untuk menghindari jatuhnya korban sipil.

Sebuah penilaian intelijen AS pada bulan yang sama dilaporkan menyimpulkan bahwa pemerintah Afghanistan bisa kolaps dalam waktu enam bulan setelah pasukan AS angkat kaki dari negara tersebut.

 

Afghanistan: Perang selama dua dekade, berikut fakta-faktanya dalam 10 pertanyaan

 

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-57760566

 

11 Juli 2021

 


SUMBER GAMBAR,BBC/GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

AS berperang di Afghanistan sejak serangan teror pada 11 September 2001.

 

Setelah 20 tahun berkonflik, Amerika Serikat kini menarik pasukannya dari Afghanistan.

 

Bagi AS dan sekutu-sekutunya, pangkalan udara Bagram merupakan pusat komando perang melawan Taliban dan al-Qaeda.

Pasukan koalisi pimpinan AS masuk ke sana pada Desember 2001, dan pangkalan udara itu dibangun jadi markas militer yang menampung hingga 10.000 tentara.

Kini mereka sudah pergi setelah Presiden Joe Biden menargetkan memulangkan semua pasukan AS selambatnya 11 September.

Situasi itu memberi angin kepada milisi Taliban dengan terus menguasai kembali wilayah-wilayah di Afghanistan.

Grey line

Grey line

 

Mengapa AS menginvasi Afghanistan 20 tahun lalu?

 

Pada 11 September 2001, serangan teror di AS menewaskan hampir 3.000 jiwa setelah beberapa pesawat yang dibajak menabrak gedung World Trade Center di New York dan Pentagon di Arlington County, Virginia. Sedangkan pesawat keempat jatuh di suatu lapangan di Pennsylvania.

Osama bin Laden, pemimpin kelompok teroris al-Qaeda, langsung dinyatakan sebagai pihak yang bertanggungjawab.

Taliban, kelompok radikal Islam yang menguasai Afghanistan dan melindungi Bin Laden, menolak untuk menyerahkan dia. Maka, sebulan setelah tragedi 9/11 itu, AS melancarkan serangan udara atas Afghanistan untuk menyerang Taliban dan al-Qaeda.

 

Apa yang terjadi sesudah itu?

 

Dalam dua bulan, AS dan para negara mitra serta kelompok bersenjata sekutunya di Afghanistan menggempur Taliban sehingga rezim itu jatuh dan para pengikutnya kabur ke Pakistan.

Namun Taliban tidak lenyap, mereka tetap kembali menebar pengaruh dan ada pula yang bersembunyi di gua-gua. Kelompok itu meraup jutaan dolar per tahun dari perdagangan narkotika, pertambangan, dan pungutan pajak.

 


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Keterangan gambar,

Pasukan AS saat di Kandahar Afghanistan

 

Pemerintah baru Afghanistan dukungan AS mengambil alih pada 2004, namun Taliban terus melancarkan serangan maut.

Pasukan internasional yang bermitra dengan militer Afghanistan bersusah-payah menanggulangi ancaman Taliban yang kembali menguat.

Konflik bersenjata itu menewaskan banyak korban jiwa, baik pihak sipil dan militer.

 

Apakah Afghanistan mulai bermasalah pada 2001?

 

Tidak. Selama bertahun-tahun sebelumnya Afghanistan terus dilanda peperangan, bahkan sebelum invasi AS.

Akhir 1970an, pasukan Uni Soviet menyerbu Afghanistan untuk mendukung pemerintahan berhaluan komunis.

Namun mereka mendapat perlawanan sengit dari kelompok bersenjata Mujahidin, yang didukung AS, Pakistan, China, Arab Saudi, dan beberapa negara lain.

Pasukan Soviet akhirnya ditarik pulang pada 1989, namun berlanjut Perang Saudara di Afghanistan. Di tengah kekacauan, kelompok Taliban (yang berarti "pelajar") kian menebar pengaruh.

 

Bagaimana Taliban berpengaruh besar?

 

Taliban muncul ke permukaan dari wilayah perbatasan Pakistan utara dan Afghanistan barat daya di awal 1990an. Mereka saat itu bertekad memerangi korupsi dan memulihkan keamanan bagi warga Afghanistan, yang telah menderita akibat Perang Saudara.

 


Keterangan gambar,

Anak-anak perempuan di Afghanistan saat bersekolah.

 

Mereka dengan cepat meluaskan pengaruh dan menerapkan atau mendukung pelaksaan hukum syariah - termasuk eksekusi di depan umum bagi terpidana pembunuh dan pezinah serta amputasi bagi mereka yang terbukti mencuri.

Kaum laki-laki lalu diwajibkan memelihara jenggot dan perempuan harus memakai burka untuk menutupi aurat di wajah dan tubuh.

Taliban juga melarang televisi, musik, dan bioskop. Mereka juga menolak anak-anak perempuan usia 10 tahun ke atas bersekolah.

 

Jadi Taliban benar-benar tidak pernah pergi?

 

Walau sempat dipukul mundur, namun banyak juga yang bertahan.

Pada 2014, di akhir konflik yang paling berdarah di Afghanistan sejak 2001, pasukan internasional mengakhiri misi tempur mereka dan menyerahkan kepada pasukan Afghanistan untuk terus memerangi Taliban.

Namun itu justru menjadi momentum bagi Taliban. Mereka lantas menguasai kembali wilayah dan melancarkan serangan bom atas sasaran-sasaran pemerintah dan sipil.

Pada 2018, BBC menemukan bahwa Taliban aktif secara terbuka di 70% wilayah Afghanistan.

 

Berapa banyak korban dan biaya yang ditanggung akibat perang ini?

 

Lebih dari 2.300 anggota militer AS tewas dan lebih dari 20.000 luka-luka. Begitu pula lebih dari 450 personel militer Inggris dan ratusan lainnya dari sejumlah negara menderita luka-luka.

Namun warga Afghanistan sendiri yang menanggung penderitaan paling banyak. Menurut sejumlah riset lebih dari 60.000 personel pasukan keamanan setempat tewas.

Perang itu juga merenggut nyawa maupun melukai hampir 111.000 warga sipil sejak PBB mulai mencatat jumlah korban di pihak sipil secara sistematis pada 2009.

 


SUMBER GAMBAR,REUTERS

Menurut suatu studi, perang ini menghabiskan uang pembayar pajak di AS senilai US$1 triliun.

 

Apakah ada kesepakatan dengan Taliban?

 

Pada Februari 2020, AS dan Taliban menandatangani "kesepakatan untuk memulihkan perdamaian" di Afghanistan yang telah memakan waktu bertahun-tahun.

Menurut kesepakatan itu, AS dan para sekutunya sesama anggota NATO sepakat menarik semua pasukannya dengan syarat Taliban tidak lagi membiarkan al-Qaeda maupun kelompok ekstremis lain beroperasi di wilayah yang mereka kendalikan.

Sebagai hasil dari perundingan tahun lalu, Taliban dan pemerintah Afghanistan saling membebaskan tahanan.

Hampir 5.000 anggota milisi Taliban dibebaskan dalam kurun beberapa bulan sejak kesepakatan dibuat.

AS juga berjanji akan mencabut sanksi atas Taliban dan berkoordinasi dengan PBB untuk mencabut sanksi lainnya atas mereka.

AS bernegosiasi langsung dengan Taliban, tanpa kehadiran pemerintah Afghanistan.

"Sudah waktunya, setelah bertahun-tahun, untuk memulangkan warga kita," kata Presiden AS saat itu, Donald Trump.

 

Apakah semua pasukan AS pergi dari Afghanistan?

 

Pasukan terakhir AS dan NATO sudah pergi dari Pangkalan Udara Bagram, menyerahkan kendali keamanan kepada pemerintah Afghanistan.

Sekitar 650 personel militer AS diperkirakan tetap berada di sana, menurut Associated Press. Namun tugas utama mereka hanya sebatas memberi perlindungan kepada para diplomat dan membantu menjaga bandara internasional Kabul, yang merupakan sarana transportasi vital di negara itu.

 

Bagaimana situasi saat ini?

 

Sejak muncul kesepakatan, Taliban tampaknya mengubah taktik dari serangan beragam di kota-kota dan fasilitas militer ke rangkaian pembunuhan dengan sasaran tertentu yang telah meneror warga sipil Afghanistan.

Mereka telah menguasai banyak wilayah dan kembali mengancam untuk menjatuhkan pemerintah di Kabul setelah ditinggal pergi militer asing.

Al-Qaeda juga terus beroperasi di Afghanistan, sedangkan militan ISIS juga melancarkan serangan di negara itu.

Kekhawatiran akan masa depan pemerintahan di Kabul terus meningkat. Namun, Presiden Ashraf Ghani yakin bahwa pasukan keamanan Afghanistan telah mampu sepenuhnya menghadapi pemberontakan.

 

Perang dua dekade di Afghanistan: Apakah hasilnya sepadan?

 

"Jawabannya tergantung pada ukuran apa yang kita pakai," kata koresponden keamanan BBC, Frank Gardner.

Sumber-sumber keamanan senior kepada BBC mengatakan bahwa sejak perang dimulai, belum ada satu pun serangan teroris internasional yang berhasil direncanakan dari Afghanistan.

"Jadi, hanya dengan ukuran kontra-terorisme internasional itu, kehadiran militer dan keamanan Barat di sana berhasil memenuhi target," kata Gardner.

 


SUMBER GAMBAR,REUTERS

Keterangan gambar,

Dua perempuan berduka di suatu rumah sakit di Kabul setelah serangan bom truk pada 31 Mei 2017.

 

Namun, 20 tahun telah berlalu, Taliban masih jauh dinyatakan kalah dan justru tetap menjadi kekuatan yang besar.

Beberapa laporan mengungkapkan bahwa Juni lalu terjadi kekerasan yang terburuk sejak kedatangan pasukan koalisi internasional, di mana ratusan jiwa tewas.

Selain itu banyak pembangunan yang susah payah diwujudkan - seperti gedung-gedung sekolah dan kantor pemerintah serta tiang-tiang listrik - kini rusak atau hancur.

"Al-Qaeda, Negara Islam (IS) dan kelompok militan lainnya tidak lenyap. Mereka bangkit lagi dan terdorong oleh kepergian sisa-sisa terakhir pasukan Barat," kata Gardner.

 

 

Frank Gardner (wartawan)

Francis Rolleston Gardner OBE TD VR FRGS (lahir 31 Juli 1961) adalah seorang jurnalis dan penulis Inggris. Dia saat ini adalah Koresponden Keamanan BBC . Orang tuanya adalah diplomat dan kehidupan awalnya dihabiskan di Den Haag sebelum dididik di Saint Ronan's School , dan Marlborough College . Dia ditugaskan ke Cadangan Angkatan Darat Inggris sebagai letnan dua yang bergabung dengan Batalyon Relawan ke-4, Royal Green Jacketspada bulan September 1984. Setelah berkarir bekerja di berbagai pekerjaan di Timur Tengah termasuk sembilan tahun sebagai bankir investasi, Gardner bergabung dengan BBC World sebagai produser dan reporter pada tahun 1995. Ia menjadi koresponden penuh waktu BBC di Teluk pada tahun 1997, sebelum menjadi ditunjuk sebagai koresponden BBC Timur Tengah pada tahun 1999. Setelah serangan 11 September di New York, Gardner mengkhususkan diri dalam meliput cerita yang berkaitan dengan Perang Melawan Teror .

 

Besar

 

Frank Gardner

 

OBE TD VR FRGS

Lahir

Francis Rolleston Gardner


31 Juli 1961 (umur 60)

Hampstead , London , Inggris

Pendidikan

Universitas Marlborough

Alma mater

Universitas Exeter

Pekerjaan

Wartawan

Kredit terkenal

Berita Jam Enam BBC

pasangan

Amanda Jane Pearson

kami

kami

M.  1997-2019)

Mitra

Elizabeth Rizzini

Anak-anak

2

Karier militer

Kesetiaan

 Britania Raya

Layanan / cabang

 Tentara Inggris

Masa kerja

1984–

Pangkat

Besar

Nomor layanan

519796

Satuan

Penghargaan

Medali Layanan Cadangan Relawan (VRSM)

 

Pada tanggal 6 Juni 2004, saat melaporkan dari Al-Suwaidi , sebuah distrik di Riyadh , Arab Saudi , Gardner ditembak enam kali dan terluka parah dalam serangan oleh orang - orang bersenjata al-Qaida . Salah satu saraf tulang belakang Gardner terkena serangan itu dan kakinya lumpuh sebagian. Setelah 14 operasi bedah, tujuh bulan di rumah sakit dan beberapa bulan rehabilitasi, ia kembali melapor untuk BBC pada pertengahan 2005, menggunakan kursi roda atau bingkai. Pada Penghargaan Ulang Tahun 2005 , Gardner diangkat sebagai Officer of the Order of the British Empire (OBE) untuk layanan jurnalisme.

Di luar jurnalisme Gardner, pada November 2011, terpilih sebagai presiden kehormatan Klub Ski Inggris Raya . Dia adalah Pelindung Disabilitas Snowsport UK (DSUK). Pada 2019 ia terpilih sebagai Presiden British Trust for Ornithology (BTO). Dia telah menulis dua karya non-fiksi serta serangkaian novel yang menampilkan petugas fiksional SBS yang berubah menjadi agen MI6 Luke Carlton.

 

Isi

 

Masa muda

Ayah dan ibu Gardner, Robert Neil Gardner (1922–2010) dan Evelyn Grace Rolleston (1923–2014), keduanya diplomat, [1] dan ketika dia berusia enam tahun dia pindah dari Inggris ke Den Haag di Belanda . Kakeknya adalah dokter John Davy Rolleston . Dididik di Saint Ronan's School , dan Marlborough College , Gardner didorong oleh gurunya untuk mengambil biathlon , yang memungkinkannya melakukan perjalanan ke Austria untuk berlatih dengan tim biathlon Angkatan Darat Inggris . [2]

Ketika berusia 16 tahun, Gardner bertemu dengan penjelajah Arab Sir Wilfred Thesiger , dan diundang ke rumah penjelajah di Chelsea . Sebagian karena itu – dan sebagian karena alasan bahwa mengetahui bahasa Arab akan membuatnya dapat dipekerjakan di bagian dunia itu – ia bertekad untuk belajar bahasa Arab . [2] Di tahun jedanya, Gardner menabung dengan bekerja di pabrik batu bata lalu pergi backpacking dari Maroko ke Istanbul . Dia kemudian melakukan perjalanan ke Manila di Filipina , untuk pergi hiking di pegunungan Luzon . [2] Ia kembali belajar di Universitas Exeter[2] [3] lulus pada tahun 1984 dengan gelar Bachelor of Arts (BA Hons) dalam Studi Arab dan Islam. [4]

 

Karier

Pelayanan militer

 

Gardner ditugaskan pada 23 Mei 1984 sebagai letnan dua (dalam masa percobaan). [5] Pada tanggal 30 September 1984, ia dipindahkan dari daftar umum ke Batalyon Relawan ke-4, Royal Green Jackets , sebagai letnan dua (dalam masa percobaan) dan diberi senioritas mulai 23 Mei 1984. [6] Komisinya dikonfirmasi dan pangkat letnan duanya tertanggal 23 Mei 1984 dengan senioritas sejak 23 Mei 1982. Ia dipromosikan menjadi letnan pada 30 September 1985, dengan senioritas sejak 23 Mei 1984. [7] Ia dipromosikan menjadi kapten pada 1 Oktober 1990, dengan senioritas dari 1 Februari 1989. [8]

Pada 11 November 1993, Gardner diangkat sebagai kapten di Cadangan Angkatan Darat Reguler. [9] Ia kembali ke Angkatan Darat Teritorial pada 24 April 1997, bertugas di Cabang Layanan Pendidikan dan Pelatihan Korps Ajudan Jenderal . [10] Ia dipromosikan menjadi mayor di Angkatan Darat Teritorial pada 1 Juli 2006. [11]

 

Perbankan

 

Gardner bekerja sebagai manajer pemasaran untuk Ekspor Teluk dari 1984 hingga 1986 dan dalam perdagangan dan penjualan untuk Saudi International Bank dari 1986 hingga 1990. Dia bekerja selama lima tahun untuk Robert Fleming Bank dari 1990 hingga 1995, menjadi Direktur Timur Tengah. [4] Dia memiliki karir sembilan tahun sebagai bankir investasi .

 

Jurnalistik

 

Pada tahun 1995 ia meninggalkan perbankan dan bergabung dengan BBC World sebagai produser dan reporter. [12] Ia menjadi koresponden Teluk penuh waktu pertama BBC pada tahun 1997, mendirikan sebagai stringer lepas di Dubai . Pada tahun 1999 Gardner diangkat sebagai koresponden BBC Timur Tengah yang bertanggung jawab atas biro di Kairo , tetapi melakukan perjalanan ke seluruh wilayah. Setelah serangan 11 September di New York, Gardner mengkhususkan diri dalam meliput cerita yang berkaitan dengan Perang Melawan Teror . [12]

Pada tanggal 6 Juni 2004, saat melaporkan dari Al-Suwaidi , [13] sebuah distrik di Riyadh , Arab Saudi , yang terkenal karena ekstremisme, Gardner ditembak enam kali dan terluka parah dalam serangan oleh orang - orang bersenjata al-Qaida . Rekannya, juru kamera Irlandia Simon Cumbers , ditembak mati. Dari peluru yang mengenai Gardner di tubuhnya (yang lain melewati bahu dan kakinya) satu mengenai saraf tulang belakangnya dan dia lumpuh sebagian di kakinya dan sejak itu telah menggunakan kursi roda. Pasangan itu melanjutkan syuting selama lebih dari setengah jam, bertentangan dengan saran dari pejabat pemerintah Arab Saudi Gardner. [14]Pemerintah Saudi menjanjikan kompensasi tetapi mereka tidak pernah membayar. [2] Setelah 14 operasi bedah, tujuh bulan di rumah sakit dan beberapa bulan rehabilitasi, ia kembali melapor untuk BBC pada pertengahan 2005, menggunakan kursi roda atau bingkai. [15] Meskipun cedera, ia masih sering melaporkan dari lapangan termasuk tempat-tempat seperti Afghanistan [16] dan Kolombia [17] tetapi biasanya komentar di berita utama dari studio BBC.

Salah satu pria bersenjata yang menembak Gardner dan Cumbers, Adel al-Dhubaiti, ditangkap dan dieksekusi oleh otoritas Saudi pada Januari 2016. [18]

Pada September 2012, ia mengungkapkan bahwa Ratu Elizabeth II telah marah beberapa tahun sebelumnya karena Abu Hamza al-Masri tidak dapat ditangkap. BBC kemudian meminta maaf pada hari itu atas pengungkapan tersebut. [19]

 

Pekerjaan media lainnya

 

Gardner telah mempersembahkan berbagai film dokumenter untuk BBC sejak 2011. Pada 2011, Gardner mempersembahkan Tintin's Adventure bersama Frank Gardner untuk BBC, sebuah film dokumenter di mana ia menelusuri kembali perjalanan karakter Hergé, Tintin dari Brussel ke Berlin ke Moskow pada petualangan pertamanya. – Tintin di Tanah Soviet . Pada tahun 2013 Gardner menampilkan film dokumenter BBC Dua satu jam berjudul Kembalinya Frank Gardner ke Arab Saudi , mengunjungi perbatasan Yaman, Jeddah, Provinsi Timur dan rumah sakit Riyadh di mana ia pulih dari serangannya pada tahun 2004. Pada bulan September 2015 Gardner ditampilkan dalam sebuah episode dari program sejarah keluarga BBC Who Do You Think You Are?di mana dia mengetahui bahwa dia adalah keturunan langsung dari William The Conqueror . Pada tahun 2016 Gardner bekerja sama dengan Benedict Allen dalam dokumenter dua bagian BBC Two Birds of Paradise: The Ultimate Quest . Selama ekspedisi ke Papua Nugini , mereka mencari burung cendrawasih yang sulit dipahami (ambisi seumur hidup Gardner sebagai pengamat burung yang berpengalaman ), termasuk Raja Saxony . Program ini disiarkan pada tanggal 3 dan 10 Februari 2017. [20] [21]

Pada bulan Maret 2012, Gardner mengundurkan diri dari menjadi tuan rumah Counter-Terrorism and Specialist Security Awards (CTSS) di tengah kekhawatiran bahwa ini akan membahayakan ketidakberpihakan BBC. [22] Pada bulan Juni 2018, Gardner memimpin panggung utama selama dua hari pertama acara industri keamanan IFSEC International, yang berlangsung di pusat pameran ExCeL di London. [23]

Pada tahun 2016, Gardner muncul di liputan Channel 4 tentang Paralimpiade di Rio de Janeiro dalam perannya sebagai Presiden Klub Ski GB.

Menjadi Frank: Kisah Frank Gardner disiarkan oleh BBC Two pada 5 November 2020. Film dokumenter ini mengeksplorasi bagaimana rasanya tiba-tiba dinonaktifkan. [24]

 

Karya yang diterbitkan

Buku terlaris Gardner's Sunday Times Blood and Sand ( ISBN  978-0-553-81771-3 ), menggambarkan pengalamannya selama 25 tahun di Timur Tengah, diterbitkan oleh Transworld pada tahun 2006. Bukunya Far Horizons ( ISBN 978-0-593-05968- 5 ), tentang perjalanan yang tidak biasa ke tempat-tempat yang tidak biasa, diterbitkan pada Mei 2009. 

Novel pertama terlaris Gardner, Crisis , menampilkan petugas fiksional SBS yang berubah menjadi operator MI6 Luke Carlton dan raja obat bius Kolombia yang kejam, diterbitkan pada Juni 2016. [25] [26] Novel keduanya, Ultimatum , diterbitkan pada Juni 2018.

 

Penghormatan dan penghargaan

 

Pada Penghargaan Ulang Tahun 2005 , Gardner diangkat sebagai Officer of the Order of the British Empire (OBE) untuk layanan jurnalisme. [27] Sebagai perwira Angkatan Darat Teritorial, ia dianugerahi Dekorasi Efisiensi (TD) untuk tahun-tahun terakhir layanan pada 29 Januari 2008 dan penggantinya, Medali Layanan Cadangan Sukarela (VRSM), pada 8 Maret 2011. [28] [29 ] Dia telah dianugerahi Doktor Kehormatan Hukum oleh Universitas Nottingham , Universitas Staffordshire , Universitas Exeter , Universitas East Anglia dan Universitas Terbuka. Dia juga telah menerima Penghargaan McWhirter untuk Keberanian, Penghargaan El Mundo Spanyol untuk Jurnalisme Internasional, Medali Zayed untuk Jurnalisme dan terpilih sebagai Person of the Year oleh UK Press Gazette . Dia adalah rekan dari Royal Geographical Society (FRGS).

 

Kehidupan pribadi

Gardner tetap menjadi pemain ski yang tajam meskipun cedera. Setelah cedera tulang belakang dan mengikuti kursus pelatihan untuk pemain ski cacat, ia kembali bermain ski menggunakan sitski, perangkat yang memungkinkan penyandang cacat untuk bermain ski sambil duduk. Pada November 2011 ia terpilih sebagai presiden kehormatan Klub Ski Inggris Raya selama enam tahun. Dia sekarang menjadi Pelindung Disabilitas Snowsport UK (DSUK).

Dia adalh seorng pengamat burung [30] dan mmpresentasi-kan program Jam-Arsip BBC-September-2009 di Sir-PeterScott[30]  Pada tahun 2019 ia terpilih sebagai Presiden British Trust for Ornithology (BTO).

Menjadi Frank dari BBC Two , dokumenternya, mengeksplorasi bagaimana rasanya menjadi cacat, disiarkan pada November 2020. Gardner berbicara terus terang tentang perpisahannya baru-baru ini dari istrinya yang setia, Amanda selama 22 tahun. Keduanya tetap berteman baik. Dia menjalin hubungan dengan presenter cuaca BBC Elizabeth Rizzini, [31] [32] yang dia temui di lift di tempat kerja.