HAARP : [high frequency active aurora research program]
Senjata Mutakhir Pencipta Gempa
Sabtu, 28 April, 2012
http://qitori.wordpress.com/2012/04/28/haarp-senjata-mutakhir-masa-depan/
by Black Dzulfiqar on Friday, April 27, 2012 at 8:04pm ·
High Frequency Active Auroral Research Program atau disingkat HAARP,
merupakan suatu program penelitian gabungan yang dilakukan dan dibiayai
oleh Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas Alaska dan Defense
Advanced Research Projects Agency (DARPA). Proyek penelitian HAARP
dimulai pada tahun 1993. Salah satu stasiun bumi HAARP milik Amerika ada
di Alaska (http://wikimapia.org/#lat=62.3910854&lon=-145.1408958&z=14&l=0&m=b)
HAARP “menembakkan” gelombang radio frekuensi dari yang sangat rendah
hingga yang sangat tinggi keatas atmosfir. Salah satu efeknya akan
mempengaruhi ionosfir dan stratosfir menjadi hangat, menciptakan awan
dan merubah iklim dunia.
Jika diubah dengan frekuensi lainnya, maka gelombang radio frekuensi tersebut dapat terpantul oleh ionosfir dan kembali lagi ke Bumi untuk menciptakan gempa bumi atau bahkan dapat mempengaruhi pikiran manusia. Dan masih ada beberapa kemampuan HAARP lainnya.
Jika diubah dengan frekuensi lainnya, maka gelombang radio frekuensi tersebut dapat terpantul oleh ionosfir dan kembali lagi ke Bumi untuk menciptakan gempa bumi atau bahkan dapat mempengaruhi pikiran manusia. Dan masih ada beberapa kemampuan HAARP lainnya.
Salah satu stasiun HAARP ada di Alaska yangt terdiri dari 360 antena.
Masing-masing antena menghasilkan daya pancar minimal sebesar 10.000
watt.
Dan jika semua antena ini dinyalakan secara bersama-sama, maka akan
menghasilkan 3,6 juta watt hingga milyaran watt. Gelombang radio
tersebut dipancarkan ke atas, ke lapisan luar atmosfir. Efeknya akan
membuat atmosfir lapisan teratas menjadi hangat dan dapat membuat awan.
Tujuan utama penelitian tersebut ialah untuk mempelajari lebih jauh
lapisan ionosfer dan untuk menyelidiki potensi pengembangan teknologi
ionospheric untuk komunikasi radio dan keperluan keamanan (misal:
deteksi rudal).
Selain itu tujuannya juga agar dapat membuat pesawat terbang musuh
jatuh atau satelit tak berfungsi. Namun masih banyak kemampuan lainnya
yang tak disangka dan membuat mata terbelalak!
Pusat operasionalisasi HAARP berada di sebuah fasilitas milik
Angkatan Udara AS dekat Gakona, Alaska, yang bernama HAARP Research
Station. Instrumen terpenting dalam penelitian HAARP adalah Ionospheric
Research Instrument (IRI), yaitu suatu radio pemancar frekuensi sangat
rendah namun berdaya tinggi.
Cara kerja HAARP adalah memancarkan frekuensi sangat rendah / very low
frekuensi (VLF) berdaya tinggi (jutaan watt) ke atmosfir. Namun
lama-kelamaan ilmu dibidang frekuensi mulai dicoba untuk
frekuensi-frekuensi lainnya, termasukfrekuensi tinggi atau High
Frequency (HF).
Perlu diingat bahwa frekuensi tinggi (keatas) sangatlah lebar, masih
banyak frekuensi-frekuensi selanjutnya. Setelah dicoba, maka hasilnya
mencengangkan dan sangat menakutkan!
Semenjak penemuan frekuensi rendah dan kemudian digunakan juga untuk
frekuensi tinggi dengan “menembak” atmosfir, maka HAARP otomatis dapat
juga untuk kepentingan lainnya.
Dengan teknologi mutakhir sebagai senjata masa depan, HAARP dapat pula digunakan sebagai:
- Mengubah keadaan atmosfir, membuat efek iklim dan cuaca suatu wilayah menjadi : kekekeringan, hujan, banjir, bersalju, angin kencang, tornado bahkan badai dan topan.
- Pembuat Gempa Bumi, membuat efek suatu wilayah menjadi diguncang gempa bumi. Dan efek gempa bisa membuat Tsunami.
- Mempengaruhi pemikiran dan perilaku manusia disuatu daerah, wilayah, bangsa ataupun negara. Mereka akan menjadi brutal, kasar, pembunuh dan psycopat alias gila.
Dan mungkin masih banyak lagi kemampuan lainnya, termasuk untuk
membuat pesawat jatuh atau satelit tak berfungsi. Namun yang ada saja
kita bahas satu persatu.
1. Mengubah Keadaan Atmosfir
Dengan pancaran HAARP menggunakan frekuensi tinggi (HF) akan
berfungsi untuk mengubah cuaca dengan mengkondensasikan atau
mengembunkan udara, salah-satunya adalah untuk membuat awan.
Untuk frekuensi HF melalui antena lalu “ditembakkan” ke atas, kearah
lapisan stratosfir dan ionosfir yang berada di atmosfir bagian atas.
Cara ini membuat lapisan atmosfir kondisinya menjadi lebih hangat dan
dapat menghasilkan butiran-butiran air yang nantinya akan menjadi
awan-awan hujan.
Banyak tidaknya awan yang tercipta tergantung dari lama-tidaknya
HAARP diaktifkan dan juga berapa besar kuat Watt yang akan ditembakkan
ke lapisan atas atmosfir.
Selama ada angin, maka akan tercipta awan lurus panjang dan kadang
berbentuk ular. Begitu panjangnya awan berisi butiran air ini hingga
mengelilingi Bumi. Saintis menyebutnya seperti “sungai diangkasa”.
Awan-awan ini akan bisa menjadikan curah hujan biasa, hujan lebat
hingga topan dan badai. Namun awan juga dapat diciptakan hanya agar
terhalangnya sinar matahari yang menuju Bumi dan menyebabkan bumi lebih
dingin atau malah lebih hangat dari biasanya.
2. Radio Frekuensi (Radio Wave) Dapat Menciptakan Gempa
HAARP juga disinyalir dapat pula menciptakan gempa dengan menembakkan frekuensi ke arah yang sama, angkasa.
Teknologi ini semakin berkembang sejak tahun 60-70an. Russia dan Cina
juga termasuk yang lebih dulu memiliki teknologi HAARP ini.
Frekuensi demi frekuensi dicoba dari mulai yang rendah LV atau VLF dan juga frekuensi tinggi HF, VHF, UHF, dan lainnya.
Cara menciptakan gemba bumi adalah sama, frekuensi tetap ditembakkan ke atmosfir, lalu memantul kembali ke bumi.
Gelombang radio tersebut kemudian dapat masuk ke tanah hingga ke
kerak Bumi. Bahkan kekuatan gelombang HAARP bisa menembus mantel Bumi
lebih jauh dari dalamnya samudera.
HAARP saat diaktifkan, gelombang radio berjuta/milyar watt diarahkan ke lapisan atas atmosfir agar menjadi awan
Akibat efek dan cara itu maka kepadatan dan materi di dalam tanah di
wilayah tersebut akan terguncang. Apalagi jika diwilayah itu memang
terletak di patahan yang tak stabil. Apa yang terjadi berikutnya?
Terjadi gempa! Maka beebrapa gempa di laut juga dapat memicu Tsunami!
Untuk membuktikan kebenaran bahwa HAARP dapat membuat gempa bumi,
seorang ilmuwan membuat simulasi sederhana, yaitu dengan sebuah maket
miniatur kota yang komplit dengan rumah-rumah, bebatuan, pohon hutan,
bukit dan lainnya.
Untuk membuktikan bahwa frekuensi sangat rendah dapat memicu gempa,
dia menggunakan pengeras suara rendah untuk bass, yaitu sub-woofer yang
diletakkan agak jauh dari maket kota miniatur tersebut.
Setelah sub-woofer dinyalakan, tiada suara yang terdengar oleh
manusia. Hanya membran sekeliling / dipinggir dari sub-woofer tersebut
yang bergerak maju-mundur dengan hebat. Apa yang terjadi kemudian? Maket
miniatur tersebut menjadi berantakan.
Pada HAARP untuk memicu gempa, cukup memancarkan frekuensi tersebut
keatas ionosfir. Lalu ionosfir akan memantul turun kembali kepermukaan
bumi, mirip gelombang radio SW. Pada saat terpantul kembali disuatu
tempat di muka Bumi itulah gempa akan terjadi.
3. Mempengaruhi Pikiran dan Perilaku Manusia
Frekuensi Sangat Rendah dapat menggerakkan lempeng Bumi yang tidak
stabil. Bahkan, Frekuensi Sangat Rendah dapat mempengaruhi otak manusia
dan menjadikannya perilaku manusia tersebut menjadi tidak logis pada di
suatu kawasan.
Efek dari Frekuensi Sangat Rendah terhadap otak dapat bermacam-macam.
Mulai dari tak bersemangat, berhalusinasi, tidak logis, mudah
terpengaruh bahkan hingga menjadi agresif dan gila.
Dengan adanya frekuensi HAARP yang disamakan dengan gelombang otak,
maka akan terjadi keributan disuatu wilayah tertentu, pemberontakan,
kudeta, perang dan berdampak sosial lainnya.
Oleh karena itulah, Frekuensi Sangat Rendah pada masa kini
benar-benar dibutuhkan oleh negara-negara ”koboy” yang maju agar berguna
untuk mengatur dunia dengan satu komando (New World Order).
Disinyalir, teknologi ini dikembangkan saat manusia ingin mengetahui
apa itu “hantu”. Dan menurut ilmu pengetahuan, ternyata hantu adalah
halusinasi manusia dikala otak terkena gelombang frekuensi sangat
rendah.
Oleh karenanya, maka terjadilah distorsi informasi oleh indera
manusia. Selama info itu dikirim oleh otak yang telah terkena frekuensi
sangat rendah tersebut lalu diterima indera manusia, maka hasilnya akan
berbeda.
Manusia dapat melihat yang tiada, mendengar yang tiada dan merasakan
yang sebenarnya juga tiada, namun semua seakan-akan ada. Mirip teknologi
HAARP!
HAARP juga dapat melawan sifat alam yang alamiah, seperti gempa yang
dapat terjadi di daerah yang jarang sekali terjadi gempa dimana tidak
ada gunung dan jauh dari pinggir lempeng samudera atau benua.
Salah satunya adalah gempa yang baru-baru ini terjadi di pantai timur
Amerika yang tidak pernah gempa, namun titik episentrum ada disana.
HAARP memang hebat, namun jika ada di tangan pihak yang ”gila”
menjadikannya tidak lagi lucu.
Pengetahuan tentang HAARP di negara-negara maju sudah puluhan tahun
lamanya. Dan konspirasi awal pembuatannya dilakukan oleh Uni Soviet
namun dengan nama yang berbeda dan cara yang berbeda.
Uni Soviet membuat HAARP dengan menembakkan frekuensi rendah langsung ke tanah bukan ke angkasa karena untuk membuat gempa.
Soviet menggunakan dua pipa yang masing-masing berdiameter sekitar 5
meter. Selongsong pipa besar itu berketinggian sekitar 10 meter dan
masing-masing pipa dapat diangkut diatas truk panjang kontainer, jadi
mirip dengan membawa rudal balistik/roket.
Cara pengunaannya yaitu dengan meletakkannya secara vertikal, lalu
lubang yang mengeluarkan frekuensi rendah diarahkan ketanah. Dan
frekuensi rendah dinyalakan. HAARP pertama ini dapat menimbulkan gempa
hanya dalam radius sekitar 1 kilometer.
Namun pada saat Uni Soviet terkena dampak krisis ekonomi dan politik,
teknologi dan kendaraan serta perlengkapannya semua dijual oleh Uni
Soviet kepada Amerika. Sejak itulah Amerika menyempurnakan teknologi
HAARP tersebut.
Lalu Uni Soviet mulai membuat frekuensi tersebut “ditembakkan”
mengarah ke angkasa. Amerika kadang “diserang” oleh HAARP ini dengan
mengubah cuacanya. Tapi lama-kelamaan Amerika pun tahu dan menjuluki
“alat” milik Uni Soviet itu “Woodpecker” atau “burung pelatuk”.
Antena HAARP milik Uni Soviet yang oleh pihak Amerika dijuluki “Woodpecker”
Dijuluki burung pelatuk karena frekuensi yang dipancarkan oleh HAARP
milik Uni Soviet itu terdengar seperti burung pelatuk yang sedang
mematok secara terus-menerus. Lalu ada lagi konspirasi yang telah
diketahui banyak pihak bahwa setelah Amerika memiliki teknologi
frekuensi rendah dan teknologi HAARP, maka anggota New World Order telah
menguasai teknologi “Pengatur Cuaca” ini. (Lihat video ini : http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=2TdIkI1ory8)
Bagaimana mungkin di dalam video ini berbohong? Apalagi yang membuat adalah orang Amerika sendiri….! Weleh…
Melalui artikel ini, kami juga sertakan dokumen yang menjelaskan
bagaimana cuaca dunia untuk tahun-tahun ke depan, tepatnya pada tahun
2025. Anda dapat mengunduhnya namun hanya ada yang versi berbahasa
Inggris.
Dokumen ini sangat rahasia karena mengungkap keadaan cuaca di Bumi
untuk tahun mendatang. Semua hasil research secara ilmu pengetahuan dan
fakta yang ada dibeberkan habis-habisan di dokument ini.
Judul dari dokumen dari research paper ini adalah : Weather as a
Force Multiplier: Owning the Weather in 2025, anda dapat mengunduhnya
dengan format PDF disini (http://www.mediafire.com/?crgh82ztdlfxn1d)
Beberapa Penampakan Stasiun HAARP via Satelit:
- India, Ionospheric Field Station Gayespur, India.
- Japan, LF LF Antenna Array, Kadena Air Base, Okinawa, Japan.
- Norway, Tromsø Heater The HF ionospheric modification facility
(Heater) owned and operated by the Scientific Association, Movik,
Norwegia.
- Peru, HAARP Jicamarca Ionospheric Radio Observatory, Jicamarca, Santa Maria, Peru.
- Puerto Rico USA, AN/FRD-10 “Dinosaur Cage” Array, Whitmore Village, Puerto Rico.
- Scotland, Crimond Naval Air Station (ex – HMS Merganser), Crimond, Scotland.
- Soviet, Sura Ionospheric Heating Facility (laboratory for ionosphere research) Similar to USA’s HAARP.
- USA, The HIPAS (HIgh Power Auroral Stimulation) Observatory is an ionospheric heater, Pleasant Valley, USA.
- USA, HAARP Gakona Alaska (High Frequency Active Auroral Research Program, Gakona, Alaska, USA.
HAARP
PADA
12 November 1997, Menteri Sains, Teknologi dan Alam Sekitar ketika itu,
Datuk Law Hieng Ding, mengumumkan Kabinet bersetuju mencuba teknologi
angkasa Russia bagi membentuk ribut taufan atau siklon untuk menolak
jerebu yang meliputi ruang udara negara ketika itu. Pengumuman agak
memeranjatkan itu bukan saja menjadi tajuk utama akhbar tempatan, malah
mendapat tempat di beberapa akhbar antarabangsa seperti Wall Street
Journal yang turut kagum dengan teknologi diperkatakan Law, walaupun
ramai juga yang menganggap ia sebagai gimik untuk menyedapkan hati
rakyat.
http://en-gb.facebook.com/note.php?note_id=188697917832222
Tanggapan itu diperkukuhkan lagi apabila
Law beberapa hari kemudian mengumumkan pula pembatalan rancangan hebat
itu, walaupun beliau sudah menyatakan satu syarikat tempatan akan
menandatangani memorandum persefahaman dengan syarikat milik kerajaan
Russia bagi membentuk siklon itu.
Seperti berlalunya
jerebu yang suatu ketika meliputi ruang udara negara sehingga
mencemaskan rakyat, begitu juga berlalunya laporan pengumuman Law yang
menakjubkan itu. Apabila ruang udara Malaysia kembali cerah, segala
kontroversi berhubung usaha menangani jerebu itu hilang begitu saja.
Namun,
sehari selepas gempa bumi besar di dasar laut Sumatera yang menyebabkan
tsunami pada 26 Disember , kenyataan Law itu muncul kembali. Kali ini
petikan laporan kenyataan beliau itu terpampang di laman web berita
serta laman web konspirasi asing.
Kenyataan itu turut
menjadi satu catatan dalam satu laman web konspirasi yang menyenaraikan
sejarah uji kaji cuaca oleh pihak tentera bersama ratusan catatan yang
dikatakan bukti bahawa Russia dan Amerika Syarikat (AS) berlumba-lumba
membangunkan senjata cuaca untuk peperangan pada alaf baru ini.
Catatan
itu dimulakan dengan uji kaji saintis Russia, Nikola Tesla, mengenai
gempa bumi pada 1937 sehingga kepada Program Penyelidikan Aurora Aktif
Frekuensi Tinggi (HAARP) tentera AS yang sudah diketahui umum mampu
mempengaruhi cuaca di kawasan sasarannya.
Kesimpulannya,
jika pengumuman Law itu ada kebenarannya, maka Russia pada masa itu
tentu mempunyai teknologi untuk memanipulasi cuaca, sekurang-kurangnya
bagi menghasilkan siklon. Pastinya, teknologi itu sudah dimajukan dan
mungkin juga mampu mencetuskan kejadian alam sebesar gempa bumi dengan
magnitud sembilan pada skala Richter.
Dalam erti kata
lain, sesuatu kejadian alam kini iaitu daripada tiupan angin hingga
bencana seperti gempa bumi besar itu boleh dihasilkan dengan sains dan
teknologi. Begitu juga apa yang kini dikenali sebagai tsunami Asia yang
dianggap sebagai malapetaka terbesar dalam sejarah dunia moden.
Sesungguhnya,
ramai saintis dan penganalisis ketenteraan serta pendukung teori
konspirasi percaya senjata cuaca sudah wujud dan peperangannya dimulakan
lama dulu. Ada yang mengatakan pertempuran di antara AS dan Russia
dalam peperangan baru ini berlaku di muka bumi dan ruang angkasa saban
hari.
Teknologi dalam persenjataan dan peperangan baru ini
berteraskan apa yang dikenali sebagai elektromagnetik scalar, iaitu
gelombang tenaga yang mudah tetapi begitu berkuasa sehingga menjadikan
senjata nuklear ketinggalan zaman. Secara ringkas, formula terkenal
Albert Einstein e=mc2 kini mempunyai saingan lebih hebat iaitu e=tc2.
Kewujudan
senjata dan peperangan baru ini dinyatakan seorang saintis dan aktivis
nuklear terkemuka, Dr Rosalie Bertell, dalam bukunya bertajuk Planet
Earth: The Latest Weapon of War yang diterbitkan pada 2000.
Katanya, bumi akan digunakan sebagai senjata pada alaf baru iaitu dengan menggembleng kuasa alam semula jadi untuk peperangan.
Pada
Disember tahun sama, Dr Bertell mengejutkan peserta Perhimpunan
Kesihatan Rakyat di Dhaka, Bangladesh, apabila beliau mendedahkan bahawa
‘senjata terkini dalam persenjataan tentera AS ialah bumi dan cuaca
akan menjadi antara senjata pemusnah terburuk menjelang 2025’.
Beliau
merujuk bagaimana gempa bumi dan tornado yang dicipta akan menyebabkan
kemusnahan terhadap sesetengah negara dan rakyat negara terbabit.
Dalam
bukunya, Dr Bertell menyatakan bahawa senjata elektromagnetik
‘mempunyai keupayaan untuk memancarkan ledakan serta kesan lain seperti
cetusan gempa bumi merentasi benua terhadap mana-mana sasaran di dunia
ini dengan kekuatan yang menyamai beberapa letupan nuklear yang kuat.’
Katanya,
sejak 40 tahun lalu, tentera AS sudah melakukan uji kaji terhadap
atmosfera bumi dengan menggunakan gelombang serta bahan kimia iaitu
cubaan untuk memusnahkan lapisan ozon di ruang udara kawasan musuh,
sekali gus merosakkan tanaman dan kesihatan manusia menerusi pendedahan
sinaran lampau ungu matahari.
Bahan kimia seperti barium
dan lithium yang amat menjejaskan ozon turut dilepaskan di atas lapisan
pelindung semula jadi atmosfera bumi sehingga menyebabkan kesan sinaran
di ruang angkasa Amerika Utara pada 1980-an dan 1990-an.
Dr Bertell berkata, perubahan pada atmosfera bumi menyebabkan perubahan yang sejajar pada iklim dan cuaca bumi.
Satu
kaedah lagi ialah menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi
amat rendah bagi mengubah cuaca. Gelombang sedemikian mampu menembusi
tanah yang padu serta lautan dan digunakan pihak tentera bagi memeriksa
bahagian teratas atmosfera dan struktur dalaman bumi.
Denyutan
gelombang frekuensi lampau rendah (ELF) ini boleh digunakan untuk
mencetuskan kesan mekanikal dan gegaran dari jarak jauh menerusi bumi.
Ini boleh mengubah cuaca dengan mewujudkan ribut dan hujan lebat di
sesuatu kawasan.
Gelombang ini juga mampu menyebabkan
pergerakan bumi dengan mengganggu kestabilan gunung berapi dan plat
tetonik, sekali gus mempengaruhi cuaca.
Dr Bertell
berkata, gempa bumi didapati berinteraksi dengan ionosfera iaitu
atmosfera di kedudukan hingga 600 kilometer dari permukaan bumi. Banyak
gempa bumi yang berlaku kebelakangan ini didahului dengan fenomena
tertentu yang tidak dapat dijelaskan.
Antara contoh yang
disebut beliau ialah gempa bumi Tang Shan di China pada 28 Julai 1976,
yang mengorbankan 650,000 nyawa berlaku selepas ruang angkasanya
bercahaya. Fenomena itu dipercayai akibat ujian gelombang ELF bagi
memanaskan ionosfera oleh Soviet Union.
Contoh lain ialah
gempa bumi San Francisco pada 17 Oktober 1989. Dr Bertell berkata,
gelombang ELF luar biasa dikesan di California pada 12 September tahun
itu. Kekuatannya meningkat sedikit demi sedikit sehingga menurun pada 5
Oktober. Bagaimanapun, gelombang itu muncul kembali pada 17 Oktober
dengan kekuatan luar biasa dan tiga jam kemudian gempa bumi itu berlaku.
Akhbar
Washington Times pernah melaporkan pada Mac 1992 bahawa satelit dan
peralatan deria di muka bumi mengesan gelombang radio misteri atau
kegiatan elektrikal dan magnetik sebelum beberapa gempa bumi kuat di
California, Armenia dan Jepun di antara 1986 hingga 1989.
Gempa bumi yang menggegarkan Los Angeles pada 17 Januari 1994 turut didahului gelombang radio luar biasa dan dua letusan sonik.
“Kebetulan
ini tidak mungkin dapat dijelaskan... kemungkinan besar gempa bumi
berkenaan disebabkan kegiatan manusia, bukan faktor semula jadi,” kata
Dr Bertell merumuskan penemuannya itu.
Seolah-olah
mengiyakan kesimpulan itu, Pentagon pada 1997 mengeluarkan amaran
mengenai ancaman kumpulan pengganas yang mula menggunakan pendekatan
keganasan ekologi iaitu dengan mengubah cuaca, mencetuskan gempa bumi
dan meletuskan gunung berapi dari jarak jauh menggunakan gelombang
elektromagnetik.
“Pihak tentera mempunyai tabiat menuduh
pihak lain mempunyai keupayaan yang mereka sendiri sudah miliki,” kata
Dr Bertell mengulas kenyataan Pentagon itu.
Katanya, uji kaji pihak tentera terhadap atmosfera bumi menyebabkan gangguan luar biasa kepada cuaca di seluruh dunia.
“Antara 1960-an hingga 1990-an, kadar bencana alam yang besar meningkat 10 kali ganda,” katanya.
Bagi
Dr Bertell, fenomena El Nino antara 1997 hingga 1998 yang dipersalahkan
sebagai penyebab keadaan cuaca luar biasa di seluruh dunia, sebenarnya
didahului gangguan besar dan ketidakstabilan iklim setahun sebelum itu.
Katanya,
pada 1996 berlaku banjir besar di Asia Selatan membabitkan Nepal, India
dan Bangladesh sehingga menyebabkan jutaan penduduk hilang tempat
tinggal. Di China pula banjir besar mengorbankan beratus-ratus nyawa,
manakala puluhan ribu lagi tinggal sehelai sepinggang.
Pada
masa sama, Kanada mengalami hujan ribut, hujan batu, banjir dan tornado
iaitu keadaan iklim luar biasa yang memusnahkan banyak harta benda,
ternakan dan nyawa. Salji pada kadar luar biasa yang tidak pernah
berlaku sejak berpuluh-puluh tahun pula menimpa Afrika Selatan
menyebabkan banyak kematian akibat suhu terlalu sejuk.
Pada
pertengahan Julai tahun itu pula, gempa bumi menggegarkan Pergunungan
Alps Perancis, Austria, selatan Itali, timur laut India, Jepun,
Indonesia, semenanjung Kamchatka dan selatan Mexico. Di New Zealand pula
sebuah gunung berapi meletus.
Gegaran juga dilaporkan di
Kenya, Jerman, kepulauan Greece, Turki, Sumatera Utara, Bali, tengah
Filipina, Pulau Utara New Zealand, timur Jepun, tengah Chile, El
Salvador dan Kepulauan Aleutian, semuanya pada minggu sama yang berakhir
pada 26 Juli.
Dr Bertell berkata, walaupun sebilangan
kejadian itu disebabkan ‘kuasa Tuhan’, jumlah dan kekuatan
keseluruhannya fenomena alam berkenaan adalah luar biasa.
Dalam
satu lagi tulisan yang dibentangkan Michel Chossudovsky yang juga
penganalisis persenjataan cuaca global, beliau menegaskan betapa
Pentagon sudah lama berkecimpung dalam proses memanipulasi cuaca.
Chossudovsky
berkata, Washington kini menerapkan orde baru persenjataannya yang
mempunyai keupayaan untuk mencetuskan perubahan cuaca.
Pendedahan
ini juga membongkarkan punca utama mengapa Presiden George W Bush tidak
menandatangani Protokol Kyoto, sebuah perjanjian antarabangsa mengenai
kaedah mengelak pemanasan global serta memulihara alam sekitar.
Turut
dilaporkan juga bagaimana tentera udara AS sudah mempunyai keupayaan
untuk memanipulasi cuaca sama ada untuk tujuan penyelidikan atau hak
mutlak bagi penggunaan perisikan ketenteraan. Kemampuan ini merangkumi
aspek mencetuskan banjir, ribut taufan, kemarau atau gempa bumi.
Dalam
tempoh beberapa tahun lalu, sejumlah besar wang diperuntukkan oleh
Jabatan Pertahanan AS untuk terus membangun dan menyempurnakan kemampuan
ini.
Memetik laporan Jabatan Pertahanan AS sebelum ini,
ia menyatakan pengubahsuaian terhadap cuaca akan menjadi sebahagian
daripada aspek keselamatan dalam negeri dan antarabangsa serta boleh
dilakukan bersendiri.
Laporan itu menegaskan proses
pengubahsuaian cuaca mempunyai aplikasi defensif dan ofensif, malah
boleh juga digunakan untuk tujuan pencegahan.
“Kemampuan
untuk mencetuskan proses mendapan, jerebu, ribut di bumi atau
mengubahsuai cuaca angkasa lepas selain daripada proses menghasilkan
cuaca tiruan yang dirangkum dalam sebahagian daripada gabungan set
teknologi,” menurut laporan itu.
Perubahan cuaca pelik
yang berlaku di AS dan Eropah Barat kini hebat diperkatakan.
Bagaimanapun, laporan media gagal menjelaskan sejumlah perubahan cuaca
dramatik pernah berlaku di beberapa negara yang sebelum ini menjadi
sasaran dalam doktrin serangan awal.
Corak keadaan cuaca
di Korea Utara misalnya, dihantui masalah kemarau buruk pada pertengahan
1990-an dan diikuti pula dengan banjir. Kesannya menyaksikan kemusnahan
menyeluruh sistem pertanian negara itu.
Di Cuba pula,
corak yang sama dapat dilihat. Di Iraq, Iran dan Syria, bencana kemarau
buruk berlaku pada 1999. Di Afghanistan, kemarau selama empat tahun
diakhiri dengan penaklukan AS ke atas negara itu pada 1991.
Walaupun
bukti kukuh mengenai penggunaan cuaca sebagai senjata serangan awal
tidak ditemui, yang jelas teknologi itu sudah berjalan dengan berkesan.
Media
AS pernah memetik laporan mengenai pakar dari Makmal Phillips Geophysis
yang menjadi rakan kongsi dalam projek HAARP, pernah memberi kursus
kepada pegawai tentera berhubung teknik mengubah suai cuaca.
Proses
memanipulasi cuaca juga menjadi kaedah terbaik untuk dijadikan senjata
serangan awal. Ini boleh mengakibatkan negara yang diserang mengalami
kemusnahan ekonomi, ekosistem serta pertanian seperti yang dapat dilihat
di Korea Utara dan Cuba.
Presiden Venezuela Hugo Chavez
menunding jari pada AS disebabkan oleh Gempa bumi yang melanda Haiti
pada 12 Januari kelmarin. Menurut Chavez, gempa yang menggegarkan Haiti
bukanlah gempa bumi biasa tetapi disebabkan oleh persenjataan milik AS
berikutan dari ujikaji "senjata tektonik" yang dilakukan AS.
Surat
khabar Sepanyol mengutip pernyataan Chavez yang mengatakan bahawa AS
sedang membuat senjata yang mampu menimbulkan bencana alam seperti
gempa bumi. Ujikaji senjata "gempa bumi" itu, dilakukan dipantai Haiti
sehingga menimbulkan gempa yang mengorbankan 100.000 lebih penduduk
Haiti.
Spekulasi bahawa gempa berkekuatan 7 skala Richter
yang menimpa Haiti bukan gempa biasa, media massa di Venezuela juga
mengesyaki gempa itu berkemungkinan mempunyai hubungan dengan projek
HAARP yang sedang dijalankan AS.
HAARP atau High Frequency Active Auroral Research Program
adalah sebuah projek penyiasatan yang bertujuan untuk "memahami,
menstimulasi,dan mengawal proses ionospheric yang dapat mengubah tahap
komunikasi dan menggunakan sistem pengawasan minda".
Bermula pada tahun 1992, project dijangka selesai dalam masa 20 tahun (dijangka selesai tahun 2012).
Projek ini dilakukan bersama oleh US Air Force, US Navy Force, dan University of Alaska.
Dikatakan
bahawa projek ini mirip dengan beberapa pemanas ionospheric yang
tersebar di seluruh dunia dan memiliki bahagian besar diagnostik
instrumen yang memfasilitasi penggunaannya untuk meningkatkan pemahaman
ilmiah yg berkenaan dgn ionosfir dinamik.
Apakah Ionosphere?
Ionosphere
adalah bahagian teratas dan terpenting dalam atmosfera bumi kita.
Ionosphere sangat penting kerana dia menapis radiasi cahaya matahari
agar tidak sampai ke bumi. Ionosphere berperanan dalam mengatur kadar
kelistrikan dalam atmosfera dan membentuk teras dari tepi magnetosphere.
Ionosphere juga memiliki kegunaan lain bagi manusia, iaitu mempengaruhi
gelombang penyiaran radio jauh dari tempat-tempat yang ada di Bumi.
Telah
timbul berbagai kerosakan dan bala bencana di darat dan di laut dengan
sebab apa yang telah dilakukan oleh tangan manusia; (timbulnya yang
demikian) kerana Allah hendak merasakan mereka sebahagian dari balasan
perbuatan-perbuatan buruk yang mereka telah lakukan, supaya mereka
kembali (insaf dan bertaubat). - Ar-Ruum: 41
Dimanakah HAARP Berada?
HAARP
terletak di Alaska, Amerika Syarikat. Lebih tepat berada di Gakona,
Alaska (latitude:62.39,longitude:145,15) yang terletak di barat Taman
Nasional Wrangell-Saint Elias. Kesan lingkungan yang disebabkan HAARP
mencetuskan pernyataan izin untuk array hingga 180 antena yang akan
didirikan. HAARP telah dibangun sebelumnya di situs instalasi radar yang
bernama over-the-horizon.
Fungsi HAARP?
Tujuan
dari program ini adalah untuk kemajuan dalam mempelajari kandungan
fizik dan elektrik bumi yang dapat digunakan dalam memudahkan komunikasi
ketenteraan.
Tapi selain itu, HAARP juga dapat mengatur
cuaca melalui ionosphere, seperti membuat hujan, badai, tsunami, dan
masih banyak yang belum diketahui...
HAARP
itu bertindak dengan memanaskan ionosphere yang ada di langit sehingga
dapat memanipulasi keadaan langit disekitarnya. Dengan kelebihan
tersebut, HAARP digunakan sebagai keperluan ketenteraan.
Bahaya HAARP
Dapat Mengatur Cuaca
Dengan
menentukan satu titik lokasi ionosphere yang akan dipanaskan, lalu
tekanan yang berada di atmosfera juga akan naik. Jadi, tekanan yang
terbentuk dikumpulkan di satu titik dan membentuk manipulasi jetstream
(arus jet). Tapi HAARP ini belum sempurna dan masih dalam tahap
pengujian (di seluruh dunia). Dicurigakan HAARP sudah dalam tahap beta
pada tahun 2004, ini terbukti ketika batasan badai tornado yang terjadi
dalam satu tahun dilanggar oleh ALAM. Jika satu tahun batas maksima badai hanya terjadi 4 kali, tahun 2004 terjadi sebanyak 6 kali.
Dapat Melindungi Dari Bahaya Nuklear
http://www.youtube.com/watch?v=C6yj5q1cfc8&feature=player_embedded
Teknologi HAARP dapat mengesan frekuensi signal rendah seperti pesawat dan missile melalui udara. HARP juga disokong oleh Radar Cakrawala atau Over The Horizon Radar,
iaitu radar yang mencakupi seluruh dunia kerana penghubungnya adalah
atmosfera. Tidak dapat diragukan lagi ketepatan dari radar HAARP
tersebut. Malah, setiap lokasi setiap daerah di bumi dapat diketahui
dengan jelas, lebih baik dari satelit kerana HAARP masih berada di bawah
atmosfera.
Mempengaruhi Pikiran Manusia
Dengan mengirimkan EXTREMELY LOW FREQUENCY (ELF) RADIATION ke otak manusia, HAARP boleh mengawal mood manusia. untuk lebih jelasnya, lihat teori spoiler
Spoiler teori:
Pada dasarnya otak manusia bekerja pada 1-30 Pulse/Sec-nya. Dan dalam putaran perdetiknya, terdapat frekuensi hertz.
- Delta (1-4/sec), Keadaan tidur
- Theta (4-7/sec), Keadaan mengantuk atau baru bangun, dan juga ini merupakan saat otak manusia masih berusia balita.
- Alpha (7-12/sec), Keadaan Normal dan belajar
- Beta (tak terhitung), Keadaan Marah atau sedang dalam emosi yang tinggi
Dengan gelombang rendah HAARP, bisa dikatakan manusia dapat dimanipulasi dengan HAARP.
Tsunami
di Aceh, gempa bumi di Pulau Nias, perlanunan di Selat Melaka. Adakah
ketiga-tiganya mengandungi agenda geopolitik asing terhadap Malaysia dan
Indonesia di abad ke-21?
Soalan ini wajar dihalusi oleh
kerajaan Malaysia dan Indonesia yang prihatin terhadap kesejahteraan
Asia Tenggara, khususnya wilayah Nusantara yang mewarisi sejarah
persahabatan sejak zaman berzaman.
Keprihatinan ini wajar
berpaksikan hakikat bahawa di abad ke-21 memang ada kuasa besar yang
mahu menguasai beberapa lokasi strategik di Asia Tenggara.
Antara lokasi tersebut ialah Selat Melaka yang dikuasai bersama oleh Malaysia dan Indonesia.
Selat
Melaka dipercayai mahu dikuasai pihak asing kononnya untuk membanteras
perlanunan dan terorisme yang dikatakan membahayakan pengangkutan minyak
dan gas cecair asli dari Asia Barat dan Asia Tengah ke lain-lain
destinasi di Asia Timur dan Lingkungan Pasifik.
Utara
Sumatera dipercayai ideal dijadikan pangkalan laut tentera asing untuk
menguasai pintu masuk ke Selat Melaka dari arah utara. Selatan Filipina
dipercayai mahu dikuasai untuk dijadikan pangkalan laut tentera asing
bagi mengawal Laut China Selatan.
Tenggara Thailand pula
dikatakan ideal untuk dijadikan pangkalan udara tentera asing bagi
memperkukuhkan pertahanan udara tentera asing berkenaan di Laut China
Selatan.
Kekuasaan tentera asing ke atas seluruh lokasi
strategik tersebut dikatakan akan melengkapkan strategi pertahanan
tentera asing berkenaan bagi menghadapi sebarang ancaman yang mungkin
ditimbulkan oleh China di abad ke-21.
Oleh itu, apabila
tsunami membunuh lebih 250,000 rakyat Indonesia, salahkah kalau rakyat
Malaysia-Indonesia bertanya, benarkah ia bencana alam? Mungkinkah
tsunami itu angkara pihak yang mahu menguasai Indonesia, Thailand atau
Malaysia?
Kalau tidak mungkin, mengapakah bekas Setiausaha
Pertahanan Amerika Syarikat (AS), William Cohen, pernah memberitahu
satu seminar counter-terrorism pada April 1997, bahawa teroris sudah
mula menggunakan `senjata ekologi' untuk menukar cuaca, meledakkan gempa
bumi atau meledakkan gunung berapi secara jarak jauh dengan menggunakan
gelombang elektromagnatik.
Menurut Cohen, perkembangan
seperti di atas adalah benar. Lantaran itulah beliau menggesa supaya
usaha-usaha counter-terrorism AS diperhebatkan untuk menangani gejala
berkenaan.
Oleh itu, tidak mungkinkah yang dimaksudkan
dengan `usaha-usaha counter-terrorism AS diperhebatkan' membawa erti
bahawa AS juga wajar menguasai teknologi dan teknosains dalam bidang
menukarkan cuaca, meledakkan gempa bumi, meledakkan gunung berapi secara
jarak jauh menggunakan teknologi elektromagnatik dengan lebih baik dan
lebih canggih daripada yang dikuasai oleh pihak teroris?
Jika
hakikatnya demikian, tidak mungkinkah AS merupakan satu daripada kuasa
dunia yang mempunyai teknologi dan teknosains mengenai peperangan cuaca
ini?
Sebab itukah banyak pihak mempercayai bahawa tentera
udara AS kini mempunyai kemampuan memanipulasikan cuaca, sama ada untuk
ujian atau kegunaan sebagai senjata ketenteraan?
Sebab
itukah maka ada pihak yakin bahawa antara kapabiliti ketenteraan AS
mutakhir termasuklah teknologi pembikinan banjir, ribut taufan, kemarau
dan gempa bumi?
Secara umumnya, teknologi memanipulasikan
cuaca ini dikenali sebagai teknologi High-Frequency Active Auroral
Research Program atau HAARP yang wujud sejak 1992. Pihak-pihak yang
sinis terhadap HAARP menggelarkannya sebagai `teknologi maut'.
Ini
kerana modifikasi cuaca dikatakan boleh menjejaskan plat tektonik di
dasar lautan sehingga menyebabkan gempa bumi dan peralihan plat itu.
Jika ini terjadi, akan meledaklah gempa bumi yang dahsyat sehingga
mencetuskam tsunami.
Banyak pihak pula berpendapat bahawa
teknologi ini boleh digunakan secara unilateral, secara ofensif, secara
defensif, atau digunakan sebagai usaha-usaha pencegahan.
Teknologi
ini dipercayai pernah digunakan ke atas beberapa `negara samseng'.
Sebab itulah negara-negara baik telah mengalami pertukaran cuaca yang
drastik sejak beberapa tahun lalu.
Manipulasi
Contohnya,
Korea Utara dikatakan telah mengalami musim kemarau yang panjang dan
kemudiannya diikuti pula oleh hujan dan banjir. Keadaan ini telah
memusnahkan seluruh sistem pertanian di negara tersebut. Tidakkah ini
akibat modifikasi cuaca yang digunakan sebagai senjata strategik?
Negara-negara
seperti Iraq, Iran dan Syria juga mengalami keanehan cuaca sepanjang
1999. Adakah ini satu kebetulan? Atau, inikah kesannya manipulasi cuaca?
Afghanistan
pula mengalami kemarau empat tahun berturut-turut sebelum ia dilanda
Peperangan Antikeganasan Global (PAG) pada 2001. Akibatnya, seluruh
ekonomi negara itu musnah dan rakyat jelatanya dicengkam kebuluran.
Adakah
ini satu kebetulan? Bukankah ini kesan manipulasi cuaca yang digunakan
sebagai senjata strategik oleh sesetengah kuasa besar dunia?
Dalam
sesuatu peperangan, yang penting adalah matlamat, bukannya cara.
Contohnya, sistem pertanian Korea Utara musnah tanpa sebarang ledakan
bom ataupun kedatangan bala tentera asing untuk memusnahkan
ladang-ladang di negara tersebut. Ia musnah akibat manipulasi cuaca.
Oleh
itu, salahkah kalau hari ini ada pihak berpendapat bahawa manipulasi
cuaca adalah satu senjata yang amat berkesan. Ia boleh digunakan ke atas
negara musuh atau negara sahabat yang mahu dihuru-harakan atas sesuatu
sebab tertentu?
Oleh itu juga, mustahilkah tsunami pada 26
Disember 2004 dan gempa bumi pada 28 Mac 2005 di perairan barat
Sumatera adalah akibat persenjataan ekologi seperti di atas?
Adakah
satu kebetulan apabila pada 17 Disember 2004, Presiden George W. Bush
mengeluarkan arahan eksekutif memberikan AS kuasa mengawal seluruh
lautan di dunia, dan sembilan hari sesudah itu terjadi gempa bumi dan
tsunami di perairan Aceh, Indonesia?
Adakah ini satu
kebetulan? Atau, adakah ini memang dirancang kerana Aceh adalah
satu-satunya lokasi strategik sebagai pintu masuk ke Selat Melaka dari
arah utara?
Bukankah lokasi Aceh strategik kerana di sana
beroperasi sebuah syarikat petroleum yang besar? Di sana juga ia
mempunyai rizab gas asli yang besar? Bukankah Aceh strategik kerana di
sana terdapat Gerakan Aceh Merdeka yang disifatkan sebagai teroris
sekutu Al-Qaeda?
Bayangkan. Kini Aceh jadi padang jarak,
padang tekukur. Kesan tsunami di sana lebih teruk daripada ledakan bom
nuklear. Dan, tanpa meledakkan sebutir bom atau sebiji peluru, ratusan
ribu rakyat Indonesia telah pun terkorban.
Tanpa
meledakkan sebutir bom atau sebiji peluru, beribu-ribu tentera AS sudah
berada di Aceh. Inikah yang dikatakan sebagai peperangan strategik atau
taktikal?
Soalan ini mesti ditanya, khususnya apabila
`misi kemanusiaan' AS ke Aceh dikepalai oleh Leftenan Jeneral Blackman,
jeneral perang yang mengepalai pencerobohan AS ke Baghdad pada Mac 2003.
Pada
29 Mac 2005, satu lagi gempa bumi yang besar berlaku di perairan pantai
barat Sumatera. Gegarannya turut menggemparkan ribuan rakyat Malaysia
dari Perlis hingga ke Johor.
Soalnya, adakah gempa itu
juga benar-benar satu bencana alam? Mungkinkah ia akibat senjata ekologi
seperti yang dihuraikan di atas?
Tidak mungkinkah gempa
bumi berkenaan bertujuan mengalihkan tumpuan masyarakat Indonesia dan
Malaysia daripada sesuatu yang lebih besar yang sedang dirancang dan
boleh terjadi di Selat Melaka tidak lama lagi?
Kalau
tidak, mengapakah kebelakangan ini gerakan perlanunan di Selat Melaka
seolah-olah mendapat suatu nafas dan tenaga baru? Mungkinkah ini
tindakan `lanun upahan' untuk merintis sesetengah kuasa besar menguasai
Selat Melaka?
Atau, mungkinkah wujud sesetengah rakyat
Nusantara sendiri yang sedang bersubahat dengan pihak asing untuk
menghuru-harakan Malaysia dan Indonesia bagi memudahkan kuasa asing
mencapai agenda geopolitiknya di Selat Melaka?
Rakyat
Malaysia dan Indonesia yang prihatin wajar merenungkan seluruh huraian
dan pertanyaan di atas. Kerajaan Malaysia dan Indonesia pula wajar
berwaspada setiap masa walaupun teori konspirasi seperti ini disifatkan
keterlaluan.
Wartawan Malaysia dan Indonesia juga perlu
proaktif dalam pengutipan maklumat dan berita yang boleh menggemparkan
Nusantara dengan ledakan yang mungkin lebih dahsyat daripada tsunami di
Aceh atau gempa bumi di Pulau Nias.
Kesimpulannya, sains dan
teknologi persenjataan kini semakin maju sehingga memungkinkan sesuatu
yang dulunya dianggap sebagai tidak masuk akal. Meminjam kata-kata bekas
Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad, orang Barat sejak dulu lagi
berlumba-lumba mencipta senjata yang mampu membunuh manusia dengan lebih
berkesan.
Dari sudut agama pula, kegilaan segolongan
manusia mencipta senjata pemusnah bukan sesuatu yang menghairankan.
Mungkinkah ini yang dimaksudkan Allah bahawa manusia itu akan melakukan
kerosakan di muka bumi ini apabila menjadikan planet ini sebagai
senjata.
Hakikatnya, manusia sudah melakukan kerosakan dan
kesan daripada perbuatan itu tentu tidak akan ditanggung bumi, tetapi
penghuninya. Bumi boleh dijadikan senjata, tetapi yang akan musnah
akhirnya ialah manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar