Ternyata, Harga Daging Sapi di Indonesia Termahal di Dunia
http://blogber.blogdetik.com/2013/02/04/ternyata-harga-daging-sapi-di-indonesia-termahal-di-dunia/#more-80
Ternyata, harga daging sapi di Indonesia termahal di dunia. Di negara
lain, harga daging sapi hanya sekitar Rp 40.000,-. Sementara di
Indonesia mencapai Rp 90.000,- per kilogram. Pemerintah harus segera
turun tangan untuk mengatasi masalah ini.
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik, harga daging pada minggu ke-4 bulan Januari
2013 mencapai angka Rp 90.000 per kilogram. Harga tersebut tak beranjak
turun sejak pekan pertama Desember 2012.
Berikut adalah daftar harga daging sapi bulan Desember 2012 menurut data Bank Dunia di berbagai negara:
1. Indonesia mencapai 9,76 dollar AS, = IDR 94,470.94
2. Malaysia hanya 4,3 dollar AS, = IDR 41,621.42
3. Thailand 4,2 dollar AS, = IDR 40,653.48
4. Australia 4,2 dollar AS, = IDR 40,653.48
5. Jepang 3,9 dollar AS, = IDR 37,749.66
6. Jerman 4,3 dollar AS, = IDR 41,621.42
7. India 7,4 dollar AS. = IDR 71,627.56
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi pekan lalu di Jakarta
mengatakan bahwa pasokan yang tersendat menyebabkan tingginya harga.
“Saya tidak mau menggugat hasil survei yang menyebutkan pasokan sapi
kita cukup, tetapi faktanya sudah tiga bulan ini harga daging tak
kunjung turun. Jika ini terus dibiarkan, maka mendekati puasa dan
Lebaran harga daging bisa menyentuh level Rp 120.000 per kilogram. Itu
sudah melampaui daya beli masyarakat,” paparnya.
Fluktuasi Harga Daging Murni Ulah Kartel
Senin, 04/02/2013 | 11:40 WIB
|
ANTARA/Widodo S. Jusuf |
Sudah
tiga bulan ini harga daging sapi tak kunjung turun, ada di kisaran Rp90
ribu per kilogram dan bisa menyentuh level Rp 120.000 per kilogram bila
mendekati puasa dan Lebaran, yang artinya sudah me |
|
|
|
Pemerintah perlu mendorong para peternak untuk lebih giat berproduksi
JAKARTA-
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=49806b56de511f70635c269d406a85f5&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c
Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef),
Enny Sri Hartati menyebutkan, berfluktuasinya pasokan serta harga daging
sapi belakangan murni permainan kartel di dalam negeri.
"Jelas
permainan kartel. Mau dibilang pasokan lokal banyak tapi ada campur
tangan kartel, price maker-nya sudah menentukan harga serta pasokannya,"
katanya, di Jakarta Minggu (3/1).
Enny memperkirakan ada
permainan kulakan besar yang turut campur tangan atas fluktuasi harga
daging sapi saat ini. Bahkan, sejumlah importir nakal juga turut ambil
bagian akan hal itu. Akibatnya, supply-demand bukan menjadi acuan
kalkulasi harga, melainkan intervensi permaianan kartel.
"Soal
importir saya sendiri paham bahwa itu pun telah dibatasi oleh
pemerintah. Tentunya langkah pemerintah membatasi lantaran domestik
sendiri memiliki potensi untuk memenuhi pasokan. Namun jika kartel yang
sudah bermain maka potensi ini dirasa percuma. Pasti harga mereka yang
tentukan," katanya.
Untuk itu, Enny menyaranakan sinergi bersama
Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait perlu ditingkatkan menyusul adanya
indikasi praktek kecurangan di pasar komoditas ini. Di samping itu
pemerintah juga perlu mendorong para peternak untuk lebih giat
berproduksi. Asalkan sejumlah insentif dimasifkan juga oleh pemerintah.
"Di
samping ada sinergi antara K/L, pemerintah perlu membantu para
peternak. Bisa dengan bibit atau pun pakan. Tata niaga dan penetapan
harga harus diperhatikan pemerintah. Jangan sampai jika peternak panen,
ternyata harga di pasar anjlok," katanya dilansir inilah.
Kasus
dugaan suap yang dilakukan PT Indoguna Utama untuk mendapatkan tambahan
kuota impor daging sapi membuat masyarakat bertanya-tanya berapa
keuntungan yang didapat sebuah perusahaan dari impor sapi?
Pengamat
pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, mencoba
menjelaskannya. "Untungnya besar sebab harga daging sapi di Indonesia
mahal sekali," ujarnya Jumat (1/2). Pertama, ada tiga negara asal
daging sapi yang diimpor Indonesia. Ketiganya adalah Australia (sekitar
75 persen), Selandia Baru (20 persen), dan Amerika Serikat (5 persen).
Bank Dunia mencatat, harga daging sapi di ketiga negara itu hampir sama
yakni sekitar Rp 37.800 (4,2 dollar AS) per kilogram.
Khudori
lalu menyebut bahwa biaya transportasi, asuransi hingga bongkar muat
untuk memasukkan daging ke Indonesia sekitar 25 persen dari harga beli.
Semisal harga daging di luar negeri itu dibulatkan jadi Rp 40 ribu per
kilogram, ditambah Rp 10 ribu untuk angkutan, maka hanya dengan modal Rp
50 ribu importir bisa bawa satu kilogram daging itu ke Indonesia.
"Padahal kita tahu harga daging di sini sekarang antara Rp 90-95 ribu
per kilogram," tuturnya.
Dengan berbaik sangka bahwa pengurusan
izin impor gratis seperti yang disebutkan oleh Kementerian Perdagangan
dan Kementerian Pertanian, kata Khudori, pengusaha bisa mendapat
keuntungan antara Rp 40-45 ribu per kilogram daging yang diimpornya.
"Itu kan hampir 100 persen," kata Khudori.
Tahun ini, Kementerian
Perdagangan menyebut PT Indoguna Utama mendapat jatah kuota impor
daging sapi sebanyak 2.995 ton. Maka, keuntungan minimal yang bisa
mereka raup adalah Rp 119,8 miliar. "Ya saya kira wajar kalau mereka
menyuap sampai Rp 40 miliar," kata Khudori.
Benar kata Ketua
Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring
yang menyatakan bahwa kalau bisnis ini tidak menggiurkan, tentu tidak
akan berebut orang untuk mendapatkan kuota impor.
Thomas
menjelaskan, kebijakan pemerintah melarang daging impor dijual kepada
masyarakat atau kuota impor dibatasi bertujuan untuk memproteksi
peternak sapi lokal. Dengan demikian, pangsa pasar daging impor adalah
kalangan industri perhotelan, restoran, dan katering (horeka) dan
pengolahan makanan. inc,tmp,viv
Nilai Impor Daging 5 Tahun
2008 91,6 ribu ton daging 198,8 juta dollar AS (Rp 1,8 triliun)
2009 110,2 ribu ton 266,6 juta dollar AS (Rp 2,5 triliun)
2010 140 ribu ton 395 juta dollar AS (Rp 3,7 triliun)
2011 102,9 ribu ton 321,4 juta dollar AS Rp 3,05 triliun)
2012 40,3 ribu ton 156,1 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun)
Data : Badan Pusat Statistik (BPS)
Ternyata, Harga Daging Sapi Hanya Rp 50.000/Kg
Sabtu, 02/02/2013 | 12:16 WIB
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=a71d949fc4626b571f3e647277228d86&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c
Jakarta- Kasus dugaan suap yang dilakukan PT
Indoguna Utama sedang jadi sorotan karena melibatkan beberapa oknum di
Kementerian Pertanian dan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Nilai suap untuk mendapat jatah kuota impor daging sapi itu konon
mencapai Rp 40 miliar. Wajar, menurut hitungan laba importir super
tinggi karena bisa menjual daging di Indonesia dua kali lipat dari harga
sebenarnya.
Dalam waktu dekat Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) pun bakal memanggil dua menteri di Kabinet
Indonesia Jilid II. Menteri Pertanian, Suswono, dan Menteri Perdagangan,
Gita Wirjawan diduga tahu persis arus impor sapi ini.
"Tidak
tertutup kemungkinan apabila diperlukan, Menteri Pertanian dan Menteri
Perdagangan akan diminta keterangan oleh penyidik," kata Juru Bicara
KPK, Johan Budi SP, Sabtu (2/2).
Sebenarnya
berapa keuntungan yang didapat sebuah perusahaan bila mengimpor daging
sapi sampai berani menyuap sebesar itu? Pengamat pertanian dari Asosiasi
Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, mencoba menjelaskannya. "Untungnya
besar sebab harga daging sapi di Indonesia mahal sekali," ujarnya Sabtu
(2/1).
Pertama, ada tiga negara asal daging
sapi yang diimpor Indonesia. Ketiganya adalah Australia (sekitar 75%),
Selandia Baru (2%), dan Amerika Serikat (5%). Bank Dunia mencatat, harga
daging sapi di ketiga negara itu hampir sama yakni sekitar Rp 37.800
(4,2 dollar) per kilogram.
Khudori lalu
menyebut bahwa biaya transportasi, asuransi hingga bongkar muat untuk
memasukkan daging ke Indonesia sekitar 25% dari harga beli. Semisal
harga daging di luar negeri itu dibulatkan jadi Rp 40 ribu per kilogram,
ditambah Rp 10 ribu untuk angkutan, maka hanya dengan modal Rp 50 ribu
importir bisa bawa satu kilogram daging itu ke Indonesia. "Padahal kita
tahu harga daging di sini sekarang antara Rp 90-95 ribu per kilogram,"
tuturnya.
Dengan berbaik sangka bahwa
pengurusan izin impor gratis seperti yang disebutkan oleh Kementerian
Perdagangan dan Kementerian Pertanian, kata Khudori, pengusaha bisa
mendapat keuntungan antara Rp 40-45 ribu per kilogram daging yang
diimpornya. "Itu kan hampir 100 persen," kata Khudori.
Tahun
ini, Kementerian Perdagangan menyebut PT Indoguna Utama mendapat jatah
kuota impor daging sapi sebanyak 2.995 ton. Maka, keuntungan minimal
yang bisa mereka raup adalah Rp 119,8 miliar. "Ya saya kira wajar kalau
mereka menyuap sampai Rp 40 miliar," kata Khudori.
Izin Tak Dicabut
Anehnya,
meski sudah terbukti terlibat suap PT Indoguna Utama tak dicabut
iziznnya. Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Syukur
Iwantoro menyebut PT Indoguna Utama mendapat jatah 15% atau sebanyak
2.995 ton dari kuota daging dari dalam negeri. Indoguna adalah salah
satu importir sapi yang dituduh menyuap anggota DPR,
"Indoguna
tahun ini mendapat 2.995 ton atau 15 persen dari total untuk daging
Horeka 452 ton atau tiga persen dari total kebutuhan," ujar Syukur
Irwantoro,.
Syukur juga menjelaskan, ada 67
perusahaan mendapat jatah kuota daging sapi dalam negeri. 67 perusahaan
daging sapi tersebut tentu memenuhi syarat Kementerian Perdagangan,
Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Pertanian untuk mendapatkan
jatah daging sapi.
"67 pembagian kuota itu ditetapkan tiga kementerian dengan enam kriteria yang saya sebutkan," tambahnya.
Sementara,
Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengatakan kasus
ini tidak akan sampai mendistorsi pasar karena segmentasi yang berbeda.
Kasus
suap yang diduga melibatkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu
berkaitan dengan daging sapi beku yang distribusinya terbatas dan tidak
boleh diperdagangkan di pasar tradisional.
Kalaupun
saat ini harga daging di pasar tradisional masih tinggi hingga
Rp100.000 per kg, menurut Asnawi, itu terjadi karena pasokan sapi siap
potong yang kurang.
Sapi bakalan impor yang direalisasi Januari kemungkinan baru siap dipotong pada April.
"Sebelum
kasus ini terkuak, harga karkas sudah naik Rp2.000 per kg sejak awal
Januari. Harga karkas sekarang Rp70.500-Rp72.500 per kg," katanya.
Sebelumnya,
Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) menyebutkan
stok sapi di feedloter di DKI Jakarta, Jabar dan Banten hingga medio
Januari hanya 42.000 ekor, yang terdiri atas 18.000 ekor sapi impor dan
24.000 ekor sapi lokal.
Dari jumlah itu, hanya 28.000 ekor yang siap potong, terdiri atas 18.000 ekor sapi impor dan 10.000 ekor sapi lokal.
Jumlah
tersebut diperkirakan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Jabodetabek
hingga akhir Januari, dengan asumsi kebutuhan 3.500 ekor per hari.
Saat
ini empat orang telah ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus
dugaan suap impor daging sapi. Mereka adalah dua Direktur PT Indoguna
Utama, Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi, asisten pribadi Luthfie
Hassan, Ahmad Fathanah, dan mantan Presiden PKS, Luthfi Hassan Ishaq.
Arya
dan Juard sebagai pemberi suap diduga melanggar pasal 5 ayat 1 atau
pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana.
Sementara Ahmad dan Luthfie diduga
melanggar pasal 12 a atau b, atau pasal 5 ayat 2, atau pasal 11
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001 juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
ins,tmp
DEMI SAPI INDONESIA!!!!!!! MANDIRI ATAU MATI......
Memandirikan Protein Hewani
PENDAHULUAN
“Indonesia adalah Negara Agraris”
Peningkatan kualitas kehidupan manusia terus berlangsung dan salah
satunya adalah terpenuhinya nutrisi yang terdapat pada bahan pangan.
Salah satu jenis nutrisi yang berperan dalam pembentukan jaringan baru,
perkembangan daya pikir, pergantian jaringan yang usang/rusak dan
pembentukan formasi tubuh manusia adalah Protein. Protein dapat berasal
dari tumbuhan, yang dikenal sebagai Protein Nabati dan protein yang
berasal dari hewan, dikenal dengan nama Protein Hewani. Salah satu
sumber protein hewani adalah daging. Masyarakat Indonesia yang berjumlah
lebih dari 200 juta jiwa menyebabkan terjadinya lonjakan permintaan
yang cukup signifikan akan daging dan ternak sapi merupakan penyedia
protein hewani asal daging yang cukup potensial. Ternak sapi bagi
masyarakat Indonesia sudah menjadi kegiatan yang mendarah daging dan
membumi, kultur yang mengakar, benda yang memiliki banyak hikmah. Mulai
dari penghasil daging dan susu, sumber tenaga kerja untuk membajak sawah
atau menggiling bahan pangan, sumber tenaga angkut pedati atau angkutan
barang, sarana ritual, tabungan hidup dan nilai kekayaan yang bernilai
gengsi. Perkembangan selanjutnya, ternak sapi banyak menjadi sumber
kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia yang memilih profesi sebagai
peternak.
Model
usaha peternakan juga bermacam-macam, mulai dari tingkatan konvensional
sampai tingkatan modern. Peternakan rakyat, perusahaan peternakan,
akademisi bidang peternakan dan kedokteran hewan, rumah sakit hewan dan
seluruh komponen kesehatan hewan (termasuk pabrik obat-obatan ternak
besar), perusahaan pakan ternak, institusi pembibitan ternak, koperasi,
pabrik pengolahan hasil ternak, jagal (pemotong) ternak,
asosiasi/perkumpulan peternakan sapi Indonesia dan pemerintah merupakan
stake holder yang berperan bagi pengembangan persapian Indonesia.
Indonesia yang kaya raya ini menyediakan sarana produksi yang cukup
berlimpah untuk usaha pengembangan peternakan. Sumber pakan, sumber daya
manusia, potensi pasar, pengembangan teknologi tepat guna,
penelitian-penelitian yang berhubungan dalam pengembangan peternakan
merupakan potensi yang dapat dijadikan sebagai stimulus dalam
pengembangan peternakan. Gerakan kembali ke alam (back to nature) telah
mengalami pelembagaan secara internasional yang diwujudkan melalui
regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk
pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi, nilai gizi tinggi dan
ramah lingkungan. Hal ini mengandung makna bahwa pangan yang tersedia
harus benar-benar sehat, yang diproduksi dengan menghindari penggunaan
bahan kimia dan sintetis. Meningkatnya kesadaran masyarakat dunia
tersebut ternyata juga ikut menyadarkan para petani di seluruh dunia,
tidak terkecuali petani Indonesia, untuk menyediakan atau menghasilkan
bahan pangan yang aman dikonsumsi, bernilai gizi tinggi dan diproduksi
secara ramah lingkungan. Pemberdayaan petani Indonesia untuk dapat
menghasilkan produk pertanian, perkebunan dan peternakan yang
berkualitas dan kontinyu serta halal tentunya memerlukan proses
manajerial yang baik. Melembagakan usaha tani/ternak merupakan satu
keharusan untuk dilaksanakan secara terus menerus mengiringi keteguhan
dalam menjalankan visi dan misi dalam mewujudkan kemandirian protein
hewani asal ternak sapi.
TERNAK SAPI POTONG
Usaha ternak sapi potong yang dikembangkan di indonesia memiliki
beberapa keuntungan, yaitu : Pemenuhan sumber protein hewani asal daging
sapi, Pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar lokasi
usaha, peningkatan nilai penggunaan lahan-lahan pertanian marjinal
sehingga memberi nilai guna pada lahan secara positif peningkatan
kualitas lahan seiring dengan introdusir penggunaan kompos (by product usaha peternakan),
sumber energi terbarukan melalui aplikasi kotoran ternak sapi menjadi
biogas, peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang mengikuti peningkatan
income pengusaha atas peternakan yang diusahakan
BANGSA TERNAK SAPI
Bangsa sapi yang ada didunia saat ini sebenarnya merupakan produk
domestikasi (penjinakan) sapi mulai jaman primitif. Kemudian digolongkan
menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama, Bos Indicus. Kelompok
sapi ini berkembang baik di India yang kemudian berkembang ke daratan
Asia Tenggara (salah satunya, Indonesia), Afrika, Amerika dan Australia.
Disebut juga sapi ‘Zebu’ (berponok), dengan salah satu keturunannya di
Indonesia kita kenal dengan nama Peranakan Ongole dan Brahman, di
Amerika dikenal dengan sebutan American Brahman.
Kelompok kedua, Bos Taurus Menurunkan
kelompok sapi perang dan potong di daratan Eropa, belakangan menyebar
ke Amerika, Australia dan Selandia Baru. Indonesia juga turut mencoba
mengembangkannya. Jenis-jenisnya antara lain : Aberdeen Angus, Hereford,
Shorthorn, Charolais, Simmental dan Limousine.
Kelompok ketiga, Bos Sondaicus (Bos
Bibos). Merupakan kelompok yang berkembang di Indonesia, yang merupakan
keturunan banteng. Jenisnya antara lain : Sapi Jawa, Sapi Sumatera,
Sapi Bali dan sapi-sapi lokal lainnya. Sapi Bali Sapi Madura
SAPI BALI
Sapi Bali merupakan plasma nutfah Indonesia yang memiliki karakter yang
baik. Ciri-ciri ternak sapi Bali antara lain : warna bulu pada waktu
pedet berwarna sawo matang dan kemerahan, sedang pada sapi betina tidak
berubah warnanya dan jantan dewasa menjadi berwarna hitam; bertanduk
;mempunyai bercak putih pada pantat (bentuk setengah lingkaran); bibir
bawah tepi dan bagian dalam telinga serta keempat kakinya mulai dari
tarsus dan carpus ke bawah sampai kuku berwarna putih dan pada pinggiran
punggung terdapat garis hitam (Murtidjo, 1992). Sapi Bali juga memiliki
kualitas daging yang baik, taste dan flavor yang istimewa sehingga
harga jual ternak juga cukup tinggi. Ternak ini memiliki kemampuan yang
baik dalam beradaptasi dengan iklim tropis, tahan terhadap serangan
penyakit, memiliki kemampuan reproduksi yang baik serta tidak terlalu
memilih jenis pakan.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI membeberkan roadmap Swasembada Daging Sapi
Tantangan menuju Swasembada Daging 2014
Persapian Indonesia sebenarnya tetap terkungkung pada permasalahan
klasik yang sebenarnya selalu menjadi ‘pekerjaan rumah’ seluruh stake
holder persapian Indonesia dan hal ini harus diselesaikan untuk dapat
memandirikan persapian nasional.
1. Tataniaga.
Distribusi
dan penjualan ternak sapi potong merupakan hal penting terkait dengan
penyediaan dan distribusi ternak. Undang-undang no 18 tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan secara jelas disebutkan dalam pasal 36
ayat 1 dan 2 menyatakan tentang kewajiban pemerintah dalam
menyelenggarakan dan memfasilitasi pemasaran produk peternakan. Perlu
strategi jitu dalam menjalankan sistem penyediaan ternak dan model
distribusi yang kontinyu, seimbang dan menguntungkan seluruh komponen
tataniaga yang terlibat. Pasar hewan, RPH, jalur distribusi, penanganan
karkas, penanganan breeding ternak sebagai penyedia bakalan ternak sapi
potong dan pendataan mutasi ternak
2. Egosektoral.
Membuat
sebuah kolaborasi yang manis melalui penyatuan misi dan visi dalam
merealisasikan kemandirian persapian nasional antar institusi terkait,
misalnya : impor ternak dan produk ikutan yang merupakan kerjasama
anatara Direktorat Jenderal Peternakan – Kementerian Pertanian RI dengan
Kementerian Perdagangan RI
3. Penegakan Aturan.
Penegakan
aturan adalah jiwa pelaksaaan seluruh aktifitas yang menentukan
perkembangan persapian nasional. Pemotongan ternak betina produktif,
sapi glonggongan, daging-jerohan illegal merupakan bentuk pelanggaran
yang dapat diredam melalui penegakan aturan hukum yang baik.
Undang-undang nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Peraturan Menteri Pertanian nomor 54/Permentan/OT.140/10/2006
tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik (Good Breeding
Practice) merupakan perangkat hukum yang dapat dijadikan acuan
pengembangan persapian nasional
4. Program Pemerintah yang Terencana.
Sarjana
Membangun Desa (SMD), Lembaga Mandiri Mengakar pada Masyarakat (LM3)
merupakan program pemerintah yang perlu dilaksanakan secara maksimal dan
diharapkan dapat menjadikan perkembangan persapian nasional yang mantap
5. Penyediaan pakan ternak.
Pakan adalah komponen yang penting dalam pengembangan usaha ternak sapi
potong, menciptakan integrasi yang kuat antara pertanian – perkebunan
dan peternakan akan membuat sebuah pola pertanian terpadu yang tangguh
dan saling mengisi
6. Pendampingan dan bimbingan.
Pelaku
usaha ternak (terutama ditingkat pedesaan) memerlukan pendampingan dan
bimbingan dalam melaksanakan usaha pemeliharaan ternak sehingga mampu
memberikan kualitas pakan, pembibitan dan manajemen usaha yang baik
dalam mewujudkan kemandirian persapian Indonesia
Tapak Menuju Swasembada
1. Pemetaan Ternak.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan – Kementerian
Pertanian RI sudah melakukan sensus ternak sapi dan kerbau bekerja sama
dengan Badan Pusat Statistik
2. Pemetaan Kebutuhan Daging Sapi.
Pemetaan yang sudah dilaksanakan
3. Perbaikan Tataniaga.
Pengaturan
harga produk asal daging sesuai dengan besaran permintaan dan penawaran
perlu dikawal secara ketat sehingga harga penawaran yang diberikan
peternak/penjual dapat bersanding ideal dengan harga permintaan dari
konsumen, termasuk didalamnya adalah model rantai distribusi produk.
Rantai pemasaran produk asal sapi diatur sedemikian rupa sehingga
stabilitas ketersediaan barang dan fluktuasi harga dapat dijaga
kestabilannya. Blantik, jagal pasar, pedagang daging, KUD adalah mata
rantai yang dibangun untuk mendukung ekonomi kerakyatan.
4. Bijak dalam Impor Ternak dan Daging/Jerohan
Sapi.
Upaya pengembangan peternakan lokal akan membuat perhitungan kita akan
impor ternak dan daging/jerohan sapi dari luar negeri dapat dihitung
dengan bijaksana sehingga perkembangan iklim peternakan semakin sehat
dan pelan tapi pasti, kemandirian persapian dalam mendukung ketahanan
pangan dapat direalisasi.
5. Penegakan Aturan.
Berupa larangan pemotongan betina produktif, penangana kesejahteraan
hewan di Rumah Potong Hewan, pemeriksaan daging dan jerohan ternak sapi
sebagai rangkaian upaya Kesehatan Masyarakat Veteriner, pelaksanaan
Inseminasi Buatan untuk reproduksi ternak yang baik, pemberdayan
petani/peternak melalui program Coorporate Social Responsibility, SMD,
LM3 serta bimbingan dan pendampingan petani/peternak.
6. Rangsangan dan Stimulus
a. Revitalisasi dan sosialisasi Unit Pelaksana Teknis milik
Kementerian Pertanian yang dapat memajukan usaha ternak sapi potong,
seperti Balai Besar Inseminasi Buatan, Balai Embrio Transfer, Balai
Penelitian Ternak, Balai Penelitian Veteriner, Balai Besar Penelitian
Ternak Unggul dan institusi lain yang berkenaan dengan penelitian dan
pengembangan usaha peternakan sapi potong
b. Peningkatan peran Dinas Peternakan di
masing-masing wilayah Indonesia agar dapat menjembatani setiap
keputusan yang sudah dibuat oleh Direktorat Jenderal Peternakan –
Kementerian Pertanian RI sebagai sebuah program nasional.
c. Prioritas khusus berupa fasilitas transportasi temak
di pelabuhan, kereta api, kapal laut dan bebas antri di pelabuhan antar
pulau serta pengurangan biaya retribusi, pemeriksaan hewan di karantina
dan pembebasan pajak hasil ternak
d. Pengadaan Indukan Ternak Sapi Potong melalui sistem kredit lunak untuk pengembangan populasi ternak nasional
e. Proteksi wilayah yang sudah berswasembada dari distribusi ternak dan daging/jerohan impor
f. Fasilitas pemeriksaan teknis di negara asal ternak dan daging/jerohan impor oleh pihak ketiga yang independen
g. Pemberian fasilitas pembiayaan yang murah melalui pendampingan yang ketat dan terarah demi kemajuan peternakan sapi nasional
7. Pola Pertanian Terpadu
Pola integrasi antar komponen yang ada pada sebuah usaha peternakan
sehingga menghasilkan produktifitas, efisiensi dan efektifitas tinggi
dan memberi nilai ekonomis serta berorientasi ekologis merupakan satu
keterpaduan yang akan memberi nilai kesejahteraan. Salah satu manfaat
yang dapat diambil adalah ketersediaan pakan bagi ternak, pupuk organik,
ketersediaan energi terbarukan, ramah lingkungan (meminimalkan limbah),
bernilai edukasi – wisata dan inspiratif. Pemerintah harus merangsang
dan melaksanakan program integrasi peternakan dengan pertanian,
perkebunan secara sinergi dan berkesinambungan. Pakan merupakan hal
penting dalam pengembangan usaha ternak sapi potong sehingga, melalui
pola pertanian terpadu akan diperoleh sumber pakan berkualitas dari
hasil samping usaha pertanian – perkebunan.
Kelembagaan Peternakan
Melembagakan usaha tani/ternak sebenarnya sudah lama dilaksanakan di
Indonesia. Sejarah mencatat berjamurnya koperasi tani/ternak dan usaha
yang dilakukan untuk mengembangkan kelembagaan serta hasilnya, dimana
sebagian besar kelembagaan akhirnya menjadi hegemoni terbatas sebuah
pola kapitalisme dalam kerangka ekonomi kerakyatan. Hanya sebagian kecil
koperasi/lembaga tani/ternak yang benar-benar menjadi sebuah potret
keberhasilan. Namun, bukan berarti pemakluman atas kejadian ini menjadi
alasan untuk berhenti melembagakan usaha tani/ternak, justru momen ini
adalah saat yang tepat untuk mengembangkan usaha menjadi sebuah
aktifitas ekonomi kerakyatan yang mampu menjadi salah satu soko guru
perekonomian nusantara. Bila kita berkaca pada sebuah konsep kelembagaan
yang dijalankan, maka kita akan bertemu dengan lima pilar utama yang
akan menjadi kunci pengembangan kelembagaan usaha tani/ternak.
1. Manajemen.
Tidak
pelak lagi, konsep manajerial dalam pelaksanaan kegiatan usaha
tani/ternak adalah kendala utama yang tidak dititiskan kepada kebanyakan
pelaku ekonomi usaha tani/ternak di Indonesia. Selama ini,
petani/peternak lebih senang menggunakan paket manajemen dari luar dan
sedikit yang berusaha meniru dan mengembangkan paket manajerial itu
secara mandiri. Akibatnya, ketergantungan manajerial menjadi salah satu
kendala berkembangnya usaha ani/ternak Indonesia. Pertanian/peternakan
rakyat merupakan sektor usaha bidang pertanian yang jarang
mengimplementasikan kegiatan manajemen yang baik. Faktor ini termasuk
bidang pengembangan Sumber Daya Manusia
2. Keuangan dan Administrasi.
Pengelolaan
‘darah’ usaha tani/ternak boleh jadi akan menjadi salah satu indikator
keberhasilan usaha. Pengelolaan keuangan yang baik, ditambah dengan
sistem akuntansi dan administrasi yang rapi dan terdokumentasi baik,
akan menjadi salah satu pilar yang dapat digunakan sebagai : referensi
program, evaluasi pelaksanaan kegiatan, parameter keberhasilan usaha dan
kelayakan usaha serta titik penilaian yang sangat mungkin diperhatikan
3. Produksi dan Nutrisi.
Setiap
usaha tani/ternak selalu berhubungan dengan aspek teknis pelaksanaan
dilapangan. Produksi merupakan salah satu kunci yang penting dalam
menggulirkan roda pelaksanaan aktifitas usaha tani. Dalam usaha
tani/ternak, termasuk didalamnya adalah : tatalaksana usaha, pemupukan,
pengamatan perkembangan dan pakan ternak
4. Kesehatan dan Reproduksi
Tanaman/ternak yang sehat akan terjamin
seluruh fungsi kehidupannya dan lebih mudah dalam melaksanakan
perkembangan dan pertumbuhan untuk menjamin produktifitas. Sementara
itu, pengawalan pada pembibitan ternak akan memudahkan kita dalam
pengembangan populasi. Program pengamatan kesehatan, reproduksi,
penanganan tanaman bibit, pertolongan kelahiran, penanganan bibit
tanaman dan pencatatan kesehatan dan reproduksi adalah salah satu
aktifitas yang penting untuk dilakukan
5. Marketing dan Tataniaga.
Hasil produksi pertanian/peternakan (terutama peternakan/pertanian
rakyat) kebanyakan hanya terbatas pada penjualan produk mentah,
peningkatan kualitas produksi serta model marketing produk yang inovatif
dan memiliki nilai jual yang semakin bertambah, sangat diperlukan
sehingga peningkatan pendapatan peternak/petani dapat diraih. Tataniaga
produk pertanian/peternakan sampai saat ini masih menjadi permasalahan
yang harus terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga produk yang
ditawarkan kepada masyarakat sudah merupakan produk jadi (Integrated
Agriculture Industrialized System)
PENUTUP
Mengembangkan usaha peternakan sapi potong dalam mendukung Swasembada
Daging Sapi (PSDS) 2014 harus dilaksanakan secara integral dan
menyeluruh dengan melibatkan seluruh stake holder. Pengembangan
peternakan sapi potong rakyat juga merupakan satu hal penting dalam
meletakkan sendi-sendi ekonomi kerakyatan. Penataan kelembagaan, sistem
usaha serta kebijakan dan penegakan aturan merupakan hal yang penting
juga untuk dilaksanakan.
kalau memang konsumsi daging di Indonesia paling sedikit dari negara tetangga, kenapa ya pasokannya masih juga di INPOR??
BalasHapus