KontraS Kutuk Keras Aksi Kekerasan Terhadap Pengikut Syiah
SURYA/Muchin Rasyid/SURYA/Muchin Rasyid
SURYA/Muchin Rasyid/SURYA/Muchin Rasyid
Seorang
anggota kepolisian Resor Sampang memperhatikan puing puing sisa
pembakaran yang dilakukan oleh ratuan massa bersenjatakan tajam berupa
celurit, gobang membakar empat rumah, sekolah, tempat ibadah dan toko
hingga rata dengan tanah. di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben,
Sampang, Kamis. (29/12/2011) saat ini kasusnya ditangani Kepolisian
Resor Sampang. (SURYA/Muchin Rasyid)
Seorang anggota kepolisian Resor Sampang memperhatikan puing puing sisa pembakaran yang dilakukan oleh ratuan massa bersenjatakan tajam berupa celurit, gobang membakar empat rumah, sekolah, tempat ibadah dan toko hingga rata dengan tanah. di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, Kamis. (29/12/2011) saat ini kasusnya ditangani Kepolisian Resor Sampang.
(SURYA/Muchin Rasyid)
Berita Lainnya
Presiden Berharap Tragedi Sampang Tak Terjadi Lagi
SBY Gelar Ratas Soal Penyerangan Syiah Sampang
Kronologi Bentrok di Sampang yang Tewaskan 2 Warga
Anak Jadi Korban Mudik dan Konflik Sampang
Rusuh di Sampang
ELSAM: Presiden Harus Beri Perlindungan untuk Warga Syiah
TRIBUNNEWS.COM -
- KontraS Surabaya mengutuk keras aksi kekerasan yang dilakukan sejumlah warga terhadap pengikut Syiah di Kecamatan Omben Sampang Madura Jawa Timur pada hari minggu 26 Agustus 2012.
- KontraS Surabaya juga menyesalkan dan prihatin atas tidak adanya langkah antisipatif dari pemerintah dan Polri untuk mencegah terjadinya peristiwa ini.
- KontraS Surabaya meyakini, bahwa peristiwa ini dapat dicegah apabila Pemerintah memiliki komitmen serius dalam mengupayakan resolusi konflik dalam kasus ini. Akan tetapi, berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi sangat nampak bahwa pemerintah belum memiliki komitmen mengenai hal itu. Pada awal 2012,
- KontraS Surabaya telah menyerukan kepada Pemerintah dan Kepolisian Republik Indonesia agar segera melakukan langkah evaluatif dan antisipatif dalam menjaga kemananan dan ketertiban masyarakat di wilayah Sampang pada pasca penyerangan dan pembakaran Bulan Desember tahun 2011 lalu. Akan tetapi, tampaknya baik pemerintah maupun Polri mengabaikan hal ini. Seperti telah diberitakan di sejumlah media, pada hari Minggu 26 Agustus 2012 telah terjadi aksi kekerasan yang dilakukan hampir ribuan warga Kecamatan Omben Kabupaten Sampang terhadap ratusan warga syi’ah yang bertinggal di dusun Nangkernang Desa Karang Gayam Kec. Omben, dan dusun Geding laok desa Bluuren Kac. Karang penang. Komunitas Syiah adalah kelompok minoritas di wilayah ini. Akibat dari peristiwa ini, satu orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan 3 orang yang lain luka sedang dan harus dirawat di Rumah Sakit. Selain itu setidakanya ada 60 unit bangunan dari 35 rumah milik warga syi’ah telah dibakar. (kronologis disampaikan dalam lembar terpisah).
- “Peristiwa ini adalah bukti kelalaian dari pemerintah dan polisi ,” demikian tegas Andy Irfan Koordinator Badan Pekerja KontraS. Tindakan penyerangan, pembakaran dan pengrusakan, pengusiran, penganiayaan serta pembunuhan terhadap jemaah Syiah Sampang seperti yang terjadi atas warga syi’ah adalah nyata-nyata tindak pelanggaran hukum dan HAM. Karena itu, Kepolisian Republik Indonesia, harus melakukan tindak tegas dengan memproses semua pelakunya. KontraS Surabaya meyakini, bahwa Polisi Sampang telah memiliki data infoprmasi dan keterangan yang cukup tentang para pelaku kekerasan dalam peristiwa ini.
- Karena itu, KontraS Surabaya menuntut : Polisi menidak tegas semua pelaku kekerasan dalam peristiwa tanggal 26 agustus 2012 dengan menangkap dan memproses secara hokum para pelakunya; Termasuk dalam hal ini adalah tokoh penggerak aksi kekerasan. Pemerintah segera melibatkan perwakilan korban untuk merumuskan penanganan dan perlindungan kepada korban yang sekarang sebagian diantarnya telah diungsikan ke Gor Sampang; Keterlibatan perwakilan korban sangat penting untuk menjamin akuntabilitas dalam penanganan kasus ini. Tokoh-tokoh agama islam terutamna dari Nahdhatul Ulama agar terlibat aktif untuk menyerukan perdamaian dan mendorong resolusi konflik dalam peristiwa ini.
Inilah Pernyataan Resmi Kaum Syiah Terkait Tragedi Sampang
JAKARTA (VoA-Islam) - Tragedi Sampang II, 26 Agustus 2012 yang hingga saat ini telah menelan korban jiwa (1 orang meninggal dunia), 7 orang luka berat, dan kerugian harta benda (kurang lebih 50 rumah hangus terbakar) serta ratusan pengungsi tersebut menunjukkan adanya kelalaian dalam menjaga proses pemulihan dampak-dampak dari tragedi Sampang yang pertama Desember 2011 lalu.
Selain itu kejadian ini juga merupakan tindakan yang tidak menghormati proses hukum atas peristiwa Sampang I yang kini sedang berlangsung.
Tragedi Sampang I telah meninggal luka yang besar dimana korban pembakaran Ustadz Tajuk Muluk kini sedang menjalani hukuman penjara sesuai vonis 2 tahun penjara Hakim Pengadilan Negeri Sampang, sementara hanya 1 orang pelaku pembakaran pada peristiwa tersebut yang itupun hanya divonis 3 bulan penjara dan kini telah bebas.
Ini menunjukkan bahwa upaya penyelesaian kasus tindak kekerasan tersebut tidak maksimal dan belum memenuhi prinsip-prinsip keadilan dan Hak Azasi Manusia. Tragedi tersebut dapat menjadi hambatan yang sangat serius bagi upaya keras bangsa ini dalam mewujudkan supremasi hukum dan perlindungan hak-hak sipil bagi setiap warga negara.
Oleh sebab itu Dewan Pengurus Pusat Ahlulbait Indonesia, menyatakan:
- Belasungkawa kepada segenap korban tindak kekerasan tersebut dan mendoakan agar diberikan ketabahan dan kesabaran menghadapi cobaan ini.
- Sangat menyesalkan dan mengecam terjadinya penyerangan terhadap Muslim Ahlulbait (pencinta Rasulllah dan keluarganya) di Sampang, dan mengutuk keras pelaku-pelakunya karena memicu berulangnya konflik horizontal yang dapat mengancam integritas bangsa dan keutuhan NKRI.
- Penyelesaian kasus Sampang ini tidak akan selesai sebelum aparat
kepolisian dapat menangkap pelaku-pelaku serta aktor-aktor intelektual
di balik peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, DPP Ahlulbait Indonesia
mendesak aparat kepolisian untuk segera menangkap dan menghukum
pelaku-pelaku penyerangan dan aktor-aktor intelektual di balik peristiwa
tersebut.
- Mendesak pemerintah daerah setempat untuk memberikan perlindungan, jaminan rasa aman kepada warga, dan memberikan kompensasi kepada korban kekerasan tersebut.
- Menghimbau pemerintah untuk menuntaskan proses penyelesaian kasus-kasus kekerasan atas nama agama serta perlindungan yang serius terhadap seluruh penganut agama yang dijamin Pancasila dan konstitusi negara (UUD 1945).
- Mengingat masyarakat Ahlulbait sebagai masyarakat terpimpin maka diinstruksikan kepada masyarakat Ahlulbait (pencinta Rasulullah saw dan keluarganya) Indonesia untuk tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan maupun tindakan yang dapat memperkeruh hubungan antar warga dan penganut keyakinan beragama di Indonesia yang justru dapat menyenangkan dan menguntungkan musuh-musuh kemanusiaan.
- Mengingat bahwa menjaga keutuhan NKRI merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, maka DPP Ahlulbait Indonesia meminta seluruh masyarakat Indonesia untuk selalu waspada dan berhati-hati terhadap provokasi dan adu domba antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut keyakinan yang dilakukan oleh kelompok takfiri (orang-orang yang dengan mudah menyesatkan dan mengkafirkan masyarakat lain di luar kelompoknya). Semoga Allah SWT mengokohkan ukhuwah Islamiyah, dan senantiasa melindungi bangsa ini dari fitnah yang dibawa oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab serta menghendaki kerusakan masa depan bangsa Indonesia.
Jakarta, 27 Agustus 2012
DEWAN PENGURUS PUSATAHLULBAIT INDONESIA
KH. HASSAN ALAYDRUS (KETUA UMUM)
AHMAD HIDAYAT (SEKRETARIS JENDERAL)
PERNYAAN KEPRIHATINAN
ALIANSI SUMUT BERSATU
- ”Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Terhadap Jamaah Syiah di Nangkernang Sampang Madura Jawa Timur” Aliansi Sumut Bersatu, Organisasi Non Pemerintah (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang concern terhadap issu-issu pluralisme menyatakan duka mendalam dan mengutuk keras aksi penyerangan yang dilakukan secara sistematis oleh sekitar seribuan orang yang diduga dilakukan oleh massa kelompok agama tertentu terhadap Jamaah Syiah di Dusun Nangkernang Sampang Kabupaten Madura Provinsi Jawa Timur pada hari Minggu Tanggal 26 Agustus 2012.
- Aksi penyerangan tersebut mengakibatkan 2 orang Jamaah Syiah (Hamama dan Tohir) meninggal dunia, sementara puluhan orang luka berat dan ringan serta puluhan rumah juga terbakar. Lima orang Jamaah Syiah mengalami luka-luka ketika mereka berupaya melindungi anak-anak dan perempuan dari aksi penyerangan dan tindakan kekerasan.
- Peristiwa intoleransi ini merupakan rentetan kasus kekerasan berbasis agama atau keyakinan yang terjadi sejak tahun 2004 terhadap Jamaah Syiah, yang tidak mampu diselesaikan pemerintah, sebagai bentuk tanggung jawabnya memberikan jaminan kebebasan beragama dan berkeyakinan kepada seluruh rakyat Indonesia khususnya kelompok minoritas agama / keyakinan. Tragedi terhadap Jamaah Syiah di Sampang kali ini, menambah daftar ketidakmampuan aparat kepolisian mencegah konflik berbasis agama. Seperti kasus-kasus intoleransi lainnya, aparat kepolisian lagi-lagi tidak hadir ketika rakyat membutuhkan perlindungan, bebas dari rasa takut dan pemenuhan jaminan keamanan.
- Merespon aksi penyerangan yang terjadi terhadap Jamaah Syiah, Aliansi Sumut Bersatu secara tegas menyatakan pernyataan keprihatinan sebagai berikut:
- 1. Dukungan, doa dan solidaritas terhadap IJABI (Ikatan Jamaah Ahl al-Bait) khususnya Jamaah Syiah korban meninggal, luka-luka dan kehilangan tempat tinggal di Dusun Nangkernang Sampang Kabupaten Madura Provinsi Jawa Timur.
- 2. Mendesak Pemerintah Republik Indonesia khususnya Provinsi Jawa Timur dan KAPOLRI, KAPOLDA Jawa Timur dan KAPOLRES Madura untuk memberikan perlindungan dan pemulihan kepada semua Jamaah Syiah korban intoleransi khususnya perempuan dan anak-anak yang memiliki kerentanan khusus atas kekerasan dan diskriminasi berbasis agama.
- 3. Meminta kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya secara cepat menangkap dan mengadili aktor dan pelaku penyerangan Jamaah Syiah di Dusun Nangkernang Sampang Madura Jawa Timur dengan menerapkan hukuman maksimal sebagai bentuk efek jera terhadap kelompok intoleran dan mencegah kejadian serupa tidak berulang dan merambat ke daerah-daerah lain.
- 4. Mendesak Presiden Republik Indonesia agar melakukan evaluasi atas kinerja aparat kepolisian mulai dari tingkat nasional hingga ressort yang sering absen terhadap jaminan rasa aman masyarakat dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
- 5. Meminta para tokoh-tokoh agama, masyarakat dan pemerintah untuk tidak membuat hate speech khususnya berbasis agama yang rentan menimbulkan tindakan kekerasan dan kriminalisasi terhadap kelompok minoritas agama atau kepercayaan.
- 6. Mendesak pemerintah melakukan upaya-upaya penyelesaian konflik atas nama agama dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat termasuk aktivis / organisasi masyarakat sipil dan mendengarkan suara korban khususnya perempuan dan anak-anak atas dasar perspektif empat pilar kebangsaan (Negara Kesatuan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila dan Bhinneka Tungggal Ika)
- 7. Meminta Presiden Republik Indonesia untuk menghadirkan Pelapor Khusus PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk issu kemerdekaan beragama di Indonesia sebagai bagian dari komitmen pemerintah Indonesia mewujudkan perdamaian di Indonesia dan dunia. Demikian pernyataan ini kami buat, sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi kehidupan beragama di Indonesia dan terus berkomitmen untuk mempertahankan Kebhinnekaan. Medan,
27 Agustus 2012
Salam Hormat
Veryanto Sitohang
Direktur Aliansi Sumut Bersatu
Hp: 08126593680.
Ardi Winangun
Apa Salah Kaum Syiah di Indonesia?
Selasa, 03 Januari 2012 10:05 wib
http://news.okezone.com/read/2012/01/03/58/550725/apa-salah-kaum-syiah-di-indonesia
Meski lambang dasar negara kita Garuda memegang pita yang
bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi satu
jua, namun realitanya ternyata tidak seperti itu. Selama tahun 2011,
sudah banyak catatan adanya tindakan deskriminatif oleh salah satu
kelompok terhadap kelompok yang lain. Tindakan deskriminatif itu
dilakukan dengan alasan karena adanya perbedaan paham dan kepercayaan.
Tindakan deskriminatif itu terus berulang dikarenakan, pertama negara membiarkan atau negara tidak hadir untuk menyelesaikan masalah itu. Kedua, tidak adanya rasa toleransi atau merasa benar sendiri dari kelompok masyarakat. Ketiga, adanya unsur kelompok masyarakat yang tidak mau disaingi salah satu kelompok oleh kelompok lain, tidak ada rasa lapang dada di antara masyarakat.
Agar tindakan deskriminasi ini tidak diulang maka diperlukan kerja keras dari pemerintah untuk bagaimana dirinya bisa hadir dalam setiap peristiwa, tidak hanya ketika peristiwa itu terjadi namun juga mendorong sikap keterbukaan dan rasa toleransi dari masyarakat.
Ketika agama-agama baru masuk ke Indonesia, semua dapat berkembang dengan wajar karena adanya rasa toleransi dari penduduk Indonesia asli. Mereka beranggapan anggapan baru adalah agama yang baik dan mampu membawa perubahan sikap hidup penduduk menuju kehidupan yang lebih rasional. Sehingga ketika agama itu disebarkan, tidak ada rasa antipati atau mencegah perkembangan agama itu. Namun masalahnya ketika agama baru itu sudah dianut oleh penduduk, justru yang terjadi sebaliknya. Umat yang satu melarang umat yang lain yang berkembang, bahkan di antara umat itu sendiri juga saling melarang perkembangannya.
Sikap saling melarang ini bisa jadi adanya rivalitas di antara umat beragama bahkan di antara umat beragama itu sendiri. Agama dijadikan sarana untuk kepentingan politik dan ekonomi oleh salah satu kelompok dengan tujuan agar kepentingan dan dominasinya tidak terusik. Mereka merasa terancam bila ada sesuatu yang baru dan berkembang. Untuk mencegah yang demikian, biasanya kelompok yang merasa terancam akan melakukan tindakan kekerasan atas nama kebenaran.
Sangat disayangkan ketika kelompok syiah di Indonesia dilarang oleh beberapa orang di wilayah Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur. Padahal tidak ada fatwa haram terhadap syiah untuk berkembang di Indonesia. Sangat naif bila ajaran syiah dilarang di Indonesia, pasalnya syiah masuk ke Indonesia sendiri seiring dengan masuknya agama Islam. Buktinya dari para penyebar agama Islam di nusantara, banyak wali dan sunan yang menganut syiah, jadi tidak ada yang baru dan aneh ketika syiah berkembang di masyarakat. Bukti lain dari masuknya syiah ke Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu bisa dilihat dari relief di Klentheng Cheng Ho di Semarang, Jawa Tengah. Di situ terlihat para saudagar dari Persia atau Iran sedang melakukan kunjungan ke Nusantara.
Syiah berkembang lebih pesat ke segala penjuru dunia setelah adanya Revolusi Islam di Iran pada tahun 1979 dan keberanian pemimpin-pemimpin Iran melawan Amerika Serikat dan sekutunya pada waktu berikutnya. Keberanian para pemimpin Iran melawan Amerika Serikat dan sekutunya inilah yang menjadi marketing mengembangkan syiah ke segala penjuru dunia dengan sukses. Dengan sikap tegasnya pemimpin Iran kepada Amerika Serikat dan sekutunya membuat mayoritas orang Indonesia yang suni atau abangan pun menjadi simpati ke orang-orang (syiah) Iran. Bahkan tidak sedikit orang Indonesia yang abangan atau suni menjadi syiah dengan ikut atau bergabung dengan organisasi-organisasi syiah yang ada di Indonesia, seperti di kampus-kampus maupun kelompok-kelompok pengajian.
Ketika mazhab-mazhab Islam masuk ke Indonesia semua berakulturasi dengan budaya lokal. Budaya lokal yang penuh dengan rasa toleransi ini menyebabkan perbedaan sikap dan perilaku dengan penganut mazhab dari daerah aslinya, Timur Tengah dan negara-negara Arab. Di Timur Tengah dan negara-negara Arab, perbedaan mazhab digunakan untuk kepentingan kekuasaan dan ekonomi, sehingga mereka bertikai dengan menggunakan Islam dan mazhabnya untuk kepentingan kekuasaan dan ekonomi. Penggunaan agama untuk kepentingan kekuasaan dan ekonomi yang telah terjadi ribuan tahun yang lalu akhirnya dijadikan stigma masing-masing pihak bahwa yang satu haram sehingga harus diperangi.
Bukti konflik antara syiah dengan beberapa orang di Kecamatan Karangpenang itu bukan faktor sesat atau tidak namun karena faktor seperti yang terjadi di Timur Tengah atau negara-negara Arab, yakni ada unsur ketakutan akan hilangnya kekuasaan. Ini bisa dilihat dari salah satu pemuka agama setempat yang mengatakan, pihaknya mengimbau syiah tidak berkembang menjadi besar di Indonesia. Sebab, mereka (kaum syiah) dikhawatirkan akan berkuasa di negeri ini.
Apa yang terjadi di Kecamatan Karangpenang, di mana beberapa orang melakukan deskriminasi kepada kaum syiah, untungnya di tempat lain tidak terjadi. Perkembangan syiah di tempat-tempat lain tidak menimbulkan masalah bila tidak diprovokasi atau digunakan untuk mengalihkan isu. Untuk itu menjadi tugas semua ulama untuk menyadarkan bahwa perbedaan dalam menafsirkan agama dilakukan tidak secara kaku dan tidak di luar batas yang ada (liberal) sehingga ketika memandang orang jadi benar adanya. Ketika semua masih menjadi batas-batas yang disepakati ulama maka itu disebut Islam. Sehingga ummat Islam bisa menoleransi kelompok lain yang hidup berdampingan.
Untuk meredam kesalahpahaman masyarakat di Kecamatan Karangpenang atau tempat lainnya terhadap ajaran syiah, langkah yang perlu dilakukan. Pertama, pemerintah harus menjelaskan bahwa tidak ada yang salah dengan syiah. Adanya pihak yang ingin kaum syiah dilokalisir justru itu mengesankan bahwa kaum syiah kelompok berbahaya. Biarlah syiah berkembang seperti mazhab lainnya. Kedua, bila selama ini ada elit politik, ketua organisasi pemuda, dan intelektual yang giat membela umat agama lain ketika dilarang melakukan ibadah, maka seharusnya elit politik, ketua organisasi pemuda, dan intelektual itu juga harus membela kaum syiah yang teraniaya. Bahkan keberadaan kaum syiah itu kondisinya lebih mengenaskan di mana sarana-sarana pendidikan dan ibadahnya dibakar.
Ardi Winangun
Pengurus Presidium Nasional Masika ICMI dan Siswa Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa-Megawati Institute
Presiden Harus Beri Perlindungan untuk Warga Muslim Syiah
Korban Tewas Syiah Sampang Jadi Dua Orang
Jika Konflik Syiah Berlanjut, Madura yang Dirugikan
Tindakan deskriminatif itu terus berulang dikarenakan, pertama negara membiarkan atau negara tidak hadir untuk menyelesaikan masalah itu. Kedua, tidak adanya rasa toleransi atau merasa benar sendiri dari kelompok masyarakat. Ketiga, adanya unsur kelompok masyarakat yang tidak mau disaingi salah satu kelompok oleh kelompok lain, tidak ada rasa lapang dada di antara masyarakat.
Agar tindakan deskriminasi ini tidak diulang maka diperlukan kerja keras dari pemerintah untuk bagaimana dirinya bisa hadir dalam setiap peristiwa, tidak hanya ketika peristiwa itu terjadi namun juga mendorong sikap keterbukaan dan rasa toleransi dari masyarakat.
Ketika agama-agama baru masuk ke Indonesia, semua dapat berkembang dengan wajar karena adanya rasa toleransi dari penduduk Indonesia asli. Mereka beranggapan anggapan baru adalah agama yang baik dan mampu membawa perubahan sikap hidup penduduk menuju kehidupan yang lebih rasional. Sehingga ketika agama itu disebarkan, tidak ada rasa antipati atau mencegah perkembangan agama itu. Namun masalahnya ketika agama baru itu sudah dianut oleh penduduk, justru yang terjadi sebaliknya. Umat yang satu melarang umat yang lain yang berkembang, bahkan di antara umat itu sendiri juga saling melarang perkembangannya.
Sikap saling melarang ini bisa jadi adanya rivalitas di antara umat beragama bahkan di antara umat beragama itu sendiri. Agama dijadikan sarana untuk kepentingan politik dan ekonomi oleh salah satu kelompok dengan tujuan agar kepentingan dan dominasinya tidak terusik. Mereka merasa terancam bila ada sesuatu yang baru dan berkembang. Untuk mencegah yang demikian, biasanya kelompok yang merasa terancam akan melakukan tindakan kekerasan atas nama kebenaran.
Sangat disayangkan ketika kelompok syiah di Indonesia dilarang oleh beberapa orang di wilayah Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur. Padahal tidak ada fatwa haram terhadap syiah untuk berkembang di Indonesia. Sangat naif bila ajaran syiah dilarang di Indonesia, pasalnya syiah masuk ke Indonesia sendiri seiring dengan masuknya agama Islam. Buktinya dari para penyebar agama Islam di nusantara, banyak wali dan sunan yang menganut syiah, jadi tidak ada yang baru dan aneh ketika syiah berkembang di masyarakat. Bukti lain dari masuknya syiah ke Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu bisa dilihat dari relief di Klentheng Cheng Ho di Semarang, Jawa Tengah. Di situ terlihat para saudagar dari Persia atau Iran sedang melakukan kunjungan ke Nusantara.
Syiah berkembang lebih pesat ke segala penjuru dunia setelah adanya Revolusi Islam di Iran pada tahun 1979 dan keberanian pemimpin-pemimpin Iran melawan Amerika Serikat dan sekutunya pada waktu berikutnya. Keberanian para pemimpin Iran melawan Amerika Serikat dan sekutunya inilah yang menjadi marketing mengembangkan syiah ke segala penjuru dunia dengan sukses. Dengan sikap tegasnya pemimpin Iran kepada Amerika Serikat dan sekutunya membuat mayoritas orang Indonesia yang suni atau abangan pun menjadi simpati ke orang-orang (syiah) Iran. Bahkan tidak sedikit orang Indonesia yang abangan atau suni menjadi syiah dengan ikut atau bergabung dengan organisasi-organisasi syiah yang ada di Indonesia, seperti di kampus-kampus maupun kelompok-kelompok pengajian.
Ketika mazhab-mazhab Islam masuk ke Indonesia semua berakulturasi dengan budaya lokal. Budaya lokal yang penuh dengan rasa toleransi ini menyebabkan perbedaan sikap dan perilaku dengan penganut mazhab dari daerah aslinya, Timur Tengah dan negara-negara Arab. Di Timur Tengah dan negara-negara Arab, perbedaan mazhab digunakan untuk kepentingan kekuasaan dan ekonomi, sehingga mereka bertikai dengan menggunakan Islam dan mazhabnya untuk kepentingan kekuasaan dan ekonomi. Penggunaan agama untuk kepentingan kekuasaan dan ekonomi yang telah terjadi ribuan tahun yang lalu akhirnya dijadikan stigma masing-masing pihak bahwa yang satu haram sehingga harus diperangi.
Bukti konflik antara syiah dengan beberapa orang di Kecamatan Karangpenang itu bukan faktor sesat atau tidak namun karena faktor seperti yang terjadi di Timur Tengah atau negara-negara Arab, yakni ada unsur ketakutan akan hilangnya kekuasaan. Ini bisa dilihat dari salah satu pemuka agama setempat yang mengatakan, pihaknya mengimbau syiah tidak berkembang menjadi besar di Indonesia. Sebab, mereka (kaum syiah) dikhawatirkan akan berkuasa di negeri ini.
Apa yang terjadi di Kecamatan Karangpenang, di mana beberapa orang melakukan deskriminasi kepada kaum syiah, untungnya di tempat lain tidak terjadi. Perkembangan syiah di tempat-tempat lain tidak menimbulkan masalah bila tidak diprovokasi atau digunakan untuk mengalihkan isu. Untuk itu menjadi tugas semua ulama untuk menyadarkan bahwa perbedaan dalam menafsirkan agama dilakukan tidak secara kaku dan tidak di luar batas yang ada (liberal) sehingga ketika memandang orang jadi benar adanya. Ketika semua masih menjadi batas-batas yang disepakati ulama maka itu disebut Islam. Sehingga ummat Islam bisa menoleransi kelompok lain yang hidup berdampingan.
Untuk meredam kesalahpahaman masyarakat di Kecamatan Karangpenang atau tempat lainnya terhadap ajaran syiah, langkah yang perlu dilakukan. Pertama, pemerintah harus menjelaskan bahwa tidak ada yang salah dengan syiah. Adanya pihak yang ingin kaum syiah dilokalisir justru itu mengesankan bahwa kaum syiah kelompok berbahaya. Biarlah syiah berkembang seperti mazhab lainnya. Kedua, bila selama ini ada elit politik, ketua organisasi pemuda, dan intelektual yang giat membela umat agama lain ketika dilarang melakukan ibadah, maka seharusnya elit politik, ketua organisasi pemuda, dan intelektual itu juga harus membela kaum syiah yang teraniaya. Bahkan keberadaan kaum syiah itu kondisinya lebih mengenaskan di mana sarana-sarana pendidikan dan ibadahnya dibakar.
Ardi Winangun
Pengurus Presidium Nasional Masika ICMI dan Siswa Sekolah Pemikiran Pendiri Bangsa-Megawati Institute
“ALLAHU AKBAR”…Hari Ini Muslim Syi’ah Dibantai di Madura ...26.8.2012
http://satuislam.wordpress.com/2012/08/26/allahu-akbar-hari-ini-muslim-syiah-dibantai-di-madura/
Presiden Harus Beri Perlindungan untuk Warga Muslim Syiah
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA – Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) meminta
Presiden SBY sebagai kepala negara agar memberikan perlindungan terhadap
warga Syiah. hal tersebut menyusul adanya pembunuhan terhadap warga
Syiah di Sampang, Madura.
“Presiden
harus menegur Kapolri agar melaksanakan fungsi keamanan secara maksimal
dengan menjamin rasa aman bagi seluruh warga negara Indonesia dalam
menjalankan kepercayaannya. Gubernur Jawa Timur cq. Bupati Sampang agar
bisa menjamin warganya untuk bisa memeluk, meyakini dan menjalankan
ibadahnya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing sebagaimana amanat
Konstitusi,” kata Direktur Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat
(ELSAM), Indriaswati Dyah Saptaningrum dalam siaran persnya,
Minggu(26/8/2012).
Posisi kepolisian dalam kasus-kasus berlatar kekerasan atas nama
Agama kerap serupa, yakni tidak pernah menindak tegas para pelaku
kekerasan dan perusakan, bahkan cenderung menyalahkan pihak minoritas.
Dalam kasus Sampang ini, Polres Sampang menyalahkan warga Syiah dengan
menganggap warga Syiah keras kepala karena santri-santrinya ingin
kembali ke Pesantren masing-masing.
Dalam setahun belakangan, tercatat setidaknya telah terjadi
tak kurang dari 6 kali penyerangan terhadap warga Syiah di Sampang oleh
massa anti-Syiah.
ELSAM
juga berpendapat bahwa ketiadaan hukuman dan pengusutan yang tegas dan
tuntas dari Kepolisian pada saat penyerangan massa non-Syiah terhadap
rumah Tajul Muluk yang terjadi beberapa bulan lalu telah mengakibatkan
bertambah suburnya tindakan intoleran ini.
Karena itulah ELSAM juga meminta Kapolri untuk mengusut dan mengambil
tindakan hukum yang tegas kepada para pelaku penyerangan dan para pihak
yang turut serta memprovokasi dan membenarkan kekerasan terus terjadi.
“Kapolri harus memastikan jajarannya di Polda Jawa Timur cq. Polres
Sampang dapat melakukan pengamanan tanpa memihak dengan mengedepankan
perlindungan terhadap pihak korban dan menindak tegas para pelaku
kekerasan,” jelas Indri.
Sementara itu, Komnas HAM diminta untuk segera melakukan investigasi
atas kejadian ini, diikuti berbagai langkah yang lebih proaktif dalam
jalankan mandatnya untuk dapat menyelesaikan dan menghentikan
kasus-kasus kekerasan atas nama agama di masa datang. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) serta seluruh Ormas Keagamaan (NU-Muhammadiyah) untuk
bisa membantu menenangkan massa dan memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang makna menghormati, kerjasama, toleransi dan sebagainya.
Untuk diketahui, dua warga Syiah di Sampang, Madura meregang nyawa
akibat penyerangan yang dilakukan ± 500 (lima ratus) orang hari ini.
Korban meninggal, yakni Hamamah (50 tahun) dan Thorir meninggal akibat
serangan senjata tajam dan tumpul. Selain itu terdapat 4 orang luka
berat, 6 orang luka ringan dan seorang wanita bahkan pingsan.
Kejadian bermula ketika sekitar pukul 11 santri-santri warga Syiah
yang akan kembali ke Pesantren masing-masing di luar Sampang, yakni di
YAPI Bangil dan satu Ponpes di Pekalongan (dikarenakan esok hari
aktivitas belajar kembali dimulai). Para santri dihadang ratusan orang
di wilayah Kecamatan Omben, dan disuruh untuk kembali ke rumahnya dengan
ancaman akan membakar kendaraan roda empat yang mereka tumpangi, jika
tidak diturutu. Akhirnya para santri Syiah ini pun kembali ke
perkampungannya.
Tak berhenti di situ, massa penghadang pun mendatangi rumah Tajul
Muluk (pimpinan Syiah di Sampang – saat ini dipenjara), massa melakukan
pelemparan ke rumah Tajul Muluk. Akibat penyerangan dan pelemparan
inilah, warga Syiah berusaha melindungi diri dan rumahnya Tajul Muluk,
akhirnya timbul korban jiwa dan luka-luka. Para korban kritis sempat
berada di Tegalan dan tidak bisa dievakuasi karena dikepung para
penyerang, dan saat ini telah berada di RSUD Sampang.
Sumber : Tribunnews
http://www.tribunnews.com/2012/08/26/elsam-presiden-harus-beri-perlindungan-untuk-warga-syiah
Bentrok di Sampang, 2 Warga Syi’ah Tewas
Metrotvnews.com, Madura: Warga Syiah di Nangkernang, Sampang, Madura,
Jawa Timur, kembali diserang sekelompok massa intoleran, Ahad (26/8).
Dua orang bernama Hamama dan Tohir tewas dibacok senjata tajam,
sedangkan empat orang mengalami luka serius, enam orang luka ringan.
Sementara itu ibunda Ustad Tajul Muluk pingsan terkena lemparan batu.
Peristiwa dipicu saat sekelompok massa mengadang para orang tua siswa
yang hendak mengantarkan anak-anak mereka melanjutkan sekolah ke
pesantren di Pulau Jawa, di pagi hari itu. Mereka lalu mengancam akan
membakar angkot yang ditumpangi.
Meski para korban sudah melapor kepada pihak kepolisian. Namun, pihak
kepolisian mengabaikan laporan dan justru menyalahkan pihak korban
karena memaksa diri mengantarkan anak-anak mereka melanjutkan sekolah ke
luar pulau.
Peristiwa teror tersebut teror yang kesekian kalinya terhadap warga
Syiah di Sampang. Sebelumnya, terjadi pembakaran terhadap pesantren
milik Ustad Tajul Muluk itu.
Bukannya aparat menindak para pelaku, justru Ustad Tajul malah
divonis Pengadilan Negeri Sampang 2 tahun penjara dengan mengenakan
pasal penondaan agama.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum Universalia Ahmad Taufik menilai, hal
itu tindakan yang mengerikan. “Ketika sekelompok warga negara diteror
sedemikian rupa, negara dan aparaturnya abai bahkan seolah ikut
mengamini aksi teror tersebut,” ujarnya.
Bupati Sampang, Kepala Kepolisian Resor Sampang, Gubernur Jawa Timur,
dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur harus bertanggung jawab atas
pengabaian ini. Pengabaian tersebut menurut Taufik adalah pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang dilakukan negara.(MI/RZY)
Sumber : Metro News
http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2012/08/27/103492/Sekelompok-Orang-Menyerang-Warga-Syiah-Sampang-2-Tewas
Kerusuhan
kembali pecah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Omben, Kabupaten
Sampang Madura. Untuk mencegah kerusuhan yang dipicu perbedaan paham
agama ini semakin meluas, satu kompi Brimob dan 120 anggota Dalmas
Polres Sampang – Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Polres Pamekasan dan
Bangkalan diturunkan.
“Pasukan dan Kapolres Sampang dan korps masih di lapangan untuk
melakukan upaya pencegahan agar kerusuhan tidak meluas,” ujar Kadiv
Humas Mabes Polri Brigjen Anang Iskandar kepada detikcom, Minggu
(26/8/2012).
Anang juga mengatakan terdapat satu orang meninggal dalam kerusuhan
tersebut. Sementara itu 5 rumah warga Syiah yang dibakar oleh massa.
“Pada saat sekarang sudah berkembang terjadinya pembakaran rumah
warga Syiah. Lima rumah warga terbakar, satu orang meninggal dunia atas
nama Mad Hasyim, 50 tahun, warga Karang Bayang, Sampang. Untuk korban
lain, data menyusul,” lanjutnya.
Sementara itu menurut Sekjen Ahlul Bait Indonesia, Ahmad
Hidayat, 2 orang warga Syiah meninggal akibat luka bacok dalam kerusuhan
ini. Mereka adalah Hamama dan Tohir. Ahmad mengatakan bahwa
kerusuhan ini diawali dengan aksi pencegatan 20 orang santri dari
Pekalongan yang ingin kembali ke pesantren oleh massa.
“Awalnya tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB, 20 orang santri yang
berasal dari Pekalongan akan menuju pesantrennya. Tapi dicegat oleh
puluhan massa yang melarang mereka masuk sambil mengancam akan membakar
biu. Lalu sekitar pukul 12-an, mulai terjadi pembakaran rumah warga
Syiah,” ujar Ahmad kepada detikcom.
Sebelumnya pada Kamis (29/12/2011) juga terjadi amuk massa di dusun
tersebut. Penyebabnya, warga desa menuding penganut Syiah melanggar
perjanjian dan kesepakatan.(sip/nrl)
Sumber : detiknews.com
http://news.detik.com/read/2012/08/26/163825/1999261/10/polri-turunkan-1-kompi-brimob-dan-120-anggota-dalmas-di-lokasi-rusuh-sampang?9911012
Komunitas Syiah Sampang Diserang Lagi, 2 Orang Tewas
Dua
orang meninggal, mereka bernama Hamama dan Tohir, lima orang luka-luka
saat mencoba melindungi anak-anak dan wanita, saya ketakutan sekali
Dua orang tewas dan lima orang lainnya terluka dalam penyerangan
terhadap komunitas Syiah di Sampang, Madura, yang terjadi hari ini.
“Dua orang meninggal, mereka bernama Hamama dan Tohir, lima orang
luka-luka saat mencoba melindungi anak-anak dan wanita, saya ketakutan
sekali,” ujar Umi Kulsum, istri dari ustad Tajul Muluk, pemimpin Syiah
Sampang, kepada Beritasatu.com, hari ini.
Umi mengatakan, kejadian berasal saat pagi hari sebanyak 30
anak-anak, termasuk lima orang putra-putri Umi dan Tajul, dan lima
kemenakannya, akan berangkat ke Pesantren Bangil di Malang dari Desa
Nangkerenang Kecamatan Omben Sampang, Madura.
Tiba-tiba ribuan orang menghadang mobil yang membawa mereka dan mendesak mereka untuk tidak pergi.
“Saat kejadian tidak ada polisi, massa menyerang pria dewasa yang
mencoba melindungi anak-anak dan wanita dengan pedang, golok dan
lain-lainnya,” ujar Umi.
Sampai saat ini, menurutnya, hanya ada delapan polisi dari Kepolisian
Sampang yang berada di lokasi. Jenazah korbanpun belum dimakamkan.
Sebanyak empat rumah, termasuk rumah milik Umi dan Tajul sudah dibakar massa yang marah.
“Mungkin sekarang sudah lebih dari empat rumah, api sudah bergerak ke timur, tolonglah kami, suasana sangat mencekam,” kata Umi.
Dalam kerusuhan tersebut, Umi terpisah dari anak-anaknya dan sampai saat ini ia tidak mengetahui keberadaan mereka.
Umi mengatakan, ia mendengar kabar rencana penyerangan tersebut
beberapa hari yang lalu dan sudah dilaporkan ke pihak Kepolisian, namun
tidak ada tindakan nyata untuk mencegah insiden tersebut.
Umi mengatakan ia mengenali beberapa dari penyerang tersebut sebagai
rekan dari Roisul Hukama, tokoh Nahdlatul Ulama di Dusun Nangkernang,
Kecamatan Omben, Sampang, sekaligus adik kandung Tajul Muluk, yang
melaporkan kakaknya, ke Kepolisian Daerah Jawa Timur, atas dasar
penistaan agama.
“Mau berapa nyawa lagi yang harus jadi korban sampai polisi
dan pemerintah mau turun tangan? Anak-anak kami sudah lima bulan putus
sekolah, suami saya dipenjara, saya hidup dalam teror,” Umi berkata
dengan penuh emosi.
Umi berharap Polisi Sampang tidak memihak dan segera menindak paara penyerang dan menghukum mereka dengan adil.
Penulis: Dessy Sagita/ Ayyi Achmad Hidayah
Penulis: Dessy Sagita/ Ayyi Achmad Hidayah
http://www.beritasatu.com/nasional/68040-komunitas-syiah-sampang-diserang-lagi-2-orang-tewas.html
Korban Tewas Syiah Sampang Jadi Dua Orang
TEMPO.CO,
Surabaya – Korban tewas kelompok minoritas Syiah Sampang bertambah
menjadi dua orang. “Korban tewas adalah kakak beradik,” kata Ip, salah
satu warga dari kelompok Syiah yang tidak mau disebutkan nama
lengkapnya, saat dihubungi Tempo pada 26 Agustus 2012.
Ia mengatakan korban tewas adalah Thohir, 40 tahun, dan Muhammad
Khosim (45). Keduanya adalah tetangga pemuka agama Syiah Sampang, Ustad
Tajul Muluk, yang kini ditahan di lembaga permasyarakatan setempat
setelah divonis dua tahun penjara karena penodaan agama.
Lebih lanjut ia menerangkan Muhammad Khosim alias Bapak Hamamah
meninggal dunia karena sabetan clurit diperutnya. Sedangkan saudaranya
Thohir meninggal dunia karena sabetan pedang dan clurit dipunggungnya
saat akan menyelamatkan saudaranya yang terjebak di dalam rumah dan
dilempari batu oleh kelompok antisyiah.
“Thohir sempat dievakuasi di sekolah dasar Karanggayam, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan,” ujar dia.
Kordinator Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Jawa
Timur, Andy Irfan Junaidi, mengatakan telah meminta kepada polisi untuk
melakukan pengamanan agar korban tidak berjatuhan. “Bapak Kapolda telah
menyampaikan sudah mengirim pasukan untuk pengamanan,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal
Hadiatmoko hingga berita ini diturunkan belum membalas pesan pendek
atau berhasil dihubungi. Demikian juga saat Tempo menghubungi Kepala
Bidang Hubungan Masyarakat Kombes Polisi Hilman Thayib.
DINI MAWUNTYAS
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/26/058425591/Korban-Tewas-Syiah-Sampang-Jadi-Dua-Orang
Sampang Memanas Lagi dua Muslim Syi’ah Tewas
SURABAYA – Kerusuhan di Kabupaten Sampang, Madura, kembali pecah.
Kali ini, belasan rumah milik pengikut Syiah di Desa karang gayam
kecamatan Omben dan Desa Bluuran Kecamatan Karang Penang, Sampang hangus
terbakar. Tak hanya itu, dua orang pengikut syiah harus meregang nyawa
akibat kerusuhan tersebut.
Menurut Divisi Monitoring dan Dokumentasi KontraS Surabaya Fatkhul
Khoir, hingga saat ini kondisi di lokasi masih mencekam. Selain aksi
pembakaran perkampung milik warga Syiah, dua orang telah meningggal
akibat kejadian itu.
“Informasi yang saya terima dari lapangan ada dua orang tewas. Saat
ini kondisi lokasi mencekam,” kata pria yang akrab disapa Juir ini
ketika dihubungi Okezone, Minggu (26/8/2012). Kata Juir, dua warga yang
tewas tersebut adalah Hamama dan Tohir warga setempat.
Juir juga mengatakan, KontraS Surabaya akan turun ke lokasi seperti
pada kasus sebelumnya. “Ini kami akan ke lokasi. Tadi sudah
kontak-kontakkan dengan pihak keluarga Ustadz Tajul Muluk. Mereka (warga
Syiah) sangat ketakutan,” ujarnya.
Dia meminta kepada aparat kepolisian untuk turun tangan agar
kerusuhan ini tidak bertambah parah. Hingga saat ini, kondisi kampung
tersebut masih mencekam.
Sebelumnya, kerusuhan yang menimpa pengikut Syiah di kabupaten
Sampang pernah terjadi pada Desember 2011 lalu. Saat itu, massa
intoleran melakukan pembakaran terhadap Kompleks Pesantren Islam Syiah
di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten
Sampang.
Kepolisian belum mengungkap motif serta dalang kerusuhan yang
menciderai keberagaman indonesia ini. Malahan, pengasuh ponpes itu,
Ustadz Tajul Muluk harus menjadi terpidana karena kasus penistaan
agama.(ded)
http://indah.web.id/m/post-/read/2012/08/26/519/680799/sampang-memanas-lagi-2-pengikut-syiah-tewas
Kronologi Penyerangan Warga Syiah di Sampang
TEMPO.CO, Sampang – 27/8/2012-Perayaan Lebaran ketupat warga Syiah di
Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang, kemarin,
berubah menjadi horor. Kejadian penyerangan pada Desember 2011
terulang. Satu orang tewas, empat orang lainnya kritis, dan puluhan
rumah terbakar akibat penyerangan, Minggu, 26 Agustus 2012.
Korban tewas diketahui bernama Hamamah, 45 tahun. Dia meninggal
akibat sabetan senjata tajam dari kelompok penyerang. Sedangkan korban
kritis bernama Tohir, Mat Siri, Abdul Wafi, dan ibunda ustad Tajul
Muluk. “Padahal ibunda ustad Tajul bukan penganut Syiah,” kata Zain,
anak salah seorang korban kritis, Tohir. Tajul Muluk adalah pemimpin
Syiah di Nangkernang yang kini mendekam di penjara setelah divonis dua
tahun bui karena penodaan agama.
Adapun korban kritis akibat sabetan senjata tajam dan lemparan batu.
Kini mereka tengah dirawat di RSUD Sampang dan mendapat pengawalan ketat
aparat kepolisian. “Untuk yang luka ringan, saya tidak tahu mereka
dirawat atau tidak,” kata Zain kepada Tempo.
Zain, yang merupakan pengajar di pesantren Syiah, menuturkan bahwa
penyerangan terjadi mulai pukul 08.00. Saat itu, sebagian besar warga
Syiah sedang merayakan Lebaran ketupat. Tiba-tiba, dari arah sebelah
timur yang tertutupi perbukitan, muncul ratusan orang. Mereka menyebar
dengan berjalan melintasi persawahan sambil mengacungkan celurit dan
berteriak. “Sekarang bukan hanya rumahnya, tapi orangnya juga harus
habis,” tutur Zain, menirukan teriakan itu.
Melihat itu, Zain bersama beberapa warga Syiah, termasuk korban
tewas, bersembunyi di salah satu bagian rumah Tajul Muluk, yang selamat
dari amuk massa dalam penyerangan sebelumnya. “Mereka tidak langsung
duel, tapi melempari kami dulu dengan batu,” kata Zain.
Akibat lemparan batu itu, sejumlah orang Syiah mengalami cedera.
Salah satunya Hamamah, yang akhirnya tewas dibantai. “Kami sembunyi
dalam sungai, kami selamat setelah polisi datang,” tutur Zain.
Meski selamat, Zain mengaku kecewa terhadap aparat kepolisian karena
baru tiba di lokasi pukul 15.00 atau delapan jam setelah penyerangan.
“Semua rumah jemaah Syiah dibakar pakai bensin, sekitar 50 rumah,
termasuk rumah saya,” katanya.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar
Hilman Thayib memastikan korban tewas akibat kerusuhan Sampang berjumlah
satu orang. Hilman menuturkan kronologi yang berbeda dengan Zain.
Menurut Hilman, awalnya, sebanyak 20 anak warga Syiah yang menumpang
minibus dihadang 30 sepeda motor. Mereka kemudian dipaksa pulang dan
dilarang belajar di pesantren Syiah yang ada di luar Sampang.
“Saat itu, terjadi keributan dan perkelahian hingga menimbulkan satu korban meninggal bernama Hamamah,” kata Hilman.
Pasca-penyerangan, polisi menerjunkan ratusan personel di lokasi
kejadian dan dibantu personel dari Komando Distrik Militer setempat.
Seluruh warga Syiah juga diungsikan ke Gelanggang Olahraga Sampang.
MUSTHOFA BISRI | DINI MAWUNTYAS | MASRUR | FATKHURROHMAN TAUFIQ | JULI
Sumber : Tempo Interaktif
Sumber : Tempo Interaktif
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/27/058425697
Senin, 27/08/2012 12:46 WIB
Kronologi Kerusuhan Sampang Versi KontraS Surabaya
Imam Wahyudiyanta – detikSurabaya
Kronologi Kerusuhan Sampang Versi KontraS Surabaya
Imam Wahyudiyanta – detikSurabaya
Surabaya – Kekerasan dialami warga Syiah di Sampang, Madura. Satu
warga Syiah meninggal dunia akibat bentrokan yang terjadi dengan
kelompok lain pada Minggu (26/8) itu. Warga Syiah yang kalah jumlah
diserang dengan batu dan senjata tajam.
Berdasarkan siaran pers yang dikirimkan Kontras Surabaya pada Senin
(27/8/2012), keributan dipicu oleh kedatangan puluhan pria warga non
syiah yang mengancam warga Syiah untuk tidak meninggalkan desa.
Berikut kronologi kekerasan di Sampang pada Minggu (26/8):
- Pukul 06.30 WIB
Sejumlah anak-anak warga Syiah dengan didampingi orang tuanya akan
pergi keluar desa mereka dengan tujuan ke beberapa tempat. Di antara
mereka ada yang akan bersilaturahim ke keluarga yang ada di luar Omben,
dan beberapa yang lain akan berangkat ke luar kota untuk masuk sekolah
dan pesantren mengingat libur lebaran sudah usai.
Ketika rombongan anak-anak warga Syiah dan orang tuanya yang
berjumlah sekitar 20 orang ini akan menaiki dua buah mobil yang mereka
sewa, puluhan lelaki dewasa dari warga non Syiah dengan membawa senjata
tajam mendatangi mereka dan melarang mereka meninggalkan desa.
Bahkan mobil yang akan mereka tumpangi diancam akan dibakar. Dan
selanjutnya, layaknya ‘tawanan perang’ rombongan anak-anak warga Syiah
digiring kembali ke desa dan dipaksa pulang ke rumah masing-masing. Saat
itulah, orang tua dari anak-anak warga syiah berusaha melawan tindakan
sekumpulan warga yang mengancam mereka. Akhirnya seluruh anak-anak warga
Syiah beserta orang tuanya kembali ke rumah mereka masing-masing.
- Pukul 08.00 WIB
Puluhan warga non Syiah yang mengancam akan menyerang warga Syiah
telah bertambah menjadi ratusan orang. Dan tersiar kabar bahwa mereka
akan menyerang dan membakar semua rumah warga syiah dan bagi yang
melawan akan dibunuh. Dan serangan akan dimulai dari rumah Ustadz Tajul
Muluk, yang saat itu ditempati oleh ibu, istri, dan 5 orang
anak-anaknya.
Rumah Tajul Muluk sesungguhnya telah dibakar massa anti Syiah pada
akhir Desember 2011, dan saat ini tersisa bangunan seluas 4×5 meter dan
ditempati oleh ibu, istri dan anak-anaknya. Sedangkan Tajul sendiri
sedang berada di LP Sampang. Dia menjalani hukuman 2 tahun penjara yang
diputuskan oleh PN Sampang dengan dakwaan penodaan agama.
- Pukul 09.30 WIB
- Pukul 09.30 WIB
Sekitar 20 orang lelaki dewasa dari warga Syiah berkumpul di rumah
Ustadz Tajul bersiap untuk melindungi perempuan dan anak-anak yang
tinggal di rumah itu dari serangan warga non Syiah.
- Pukul 10.30 WIB
Warga non Syiah yang berjumlah lebih dari 500 orang, sebagian besar
adalah lelaki dewasa yang bersenjatakan aneka macam senjata tajam, batu
dan bom ikan (bahan peledak yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap
ikan di laut) bergerak mengepung rumah Ustad Tajul. Tidak berselang
lama terjadilah perang mulut di antara mereka yang dilanjutkan dengan
saling lempar batu.
Saat kondisi sedang memanas, salah satu warga Syiah, Moch Chosim
(50), yang biasa dipanggil Pak Hamama berusah menenangkan massa. Lelaki
tua ini maju ke tengah-tengah massa non Syiah yang akan menyerang
mereka.
Nahas bagi Chosim, maksud baiknya justru memicu amarah massa.
Sedikitnya 6 orang lelaki dewasa dengan senjata celurit, pedang dan
pentungan mengeroyoknya. Tubuhnya bersimbah darah, perutnya terburai dan
meninggal di tempat.
Melihat Chosim dikeroyok, Tohir (45 th) adiknya berusaha melerai dan
melindungi sang kakak. Akibatnya, Tohir mengalami luka berat di bagian
punggung dan sekujur tubuhnya akibat sabetan pedang, celurit dan
lemparan batu. Untunglah nyawa Tohir masih terselamatkan.
Massa semakin beringas. Ratusan massa beramai-ramai melempari rumah
Tajul dengan batu. Semua orang yang berada dalm rumah itu terkena
lemparan batu. Ibu Tajul Muluk, Ummah (55), jatuh pingsan karena
kepalanya terkena lemparan batu. Anak-anak menjerit, sebagian di
antaranya pingsan.
Selain Ummah, 3 orang yang lain juga mengalami luka serius akibat
terkena lemparan batu, yaitu Matsiri (50), Abdul Wafi (50), dan Tohir
(45 th). Akhirnya keluarga Ustad Tajul dan warga Syiah yang terkepung
itu tidak lagi melawan dan membawa kerabat mereka yang luka-luka dan
meninggal ke gedung SD Karang Gayam yang berjarak beberapa ratus meter
dari rumah itu. Massa penyerang membiarkan mereka menyelamatkan diri.
Selanjutnya massa membakar rumah Ustad Tajul hingga habis.
- Pukul 11.30 WIB
Setelah massa non Syiah membakar rumah yang didiami istri, ibu dan
anak-anak Ustad Tajul, massa mulai bergerak membakar satu demi satu
rumah warga Syiah. Tidak ada polisi di lokasi, padahal sudah sejak pagi
diberitahu.
- Pukul 12.00 WIB
Puluhan petugas polisi datang ke lokasi dan memberikan pertolongan
kepada sejumlah warga Syiah yang terluka. Akan tetapi jumlah polisi
sangat tidak memadai untuk mencegah dan melarang massa melakukan
pembakaran rumah-rumah warga Syiah.
- Pukul 18.00 WIB
Jumlah rumah yang dibakar berjumlah setidaknya 60 unit bangunan dari
sekitar 35 rumah milik warga Syiah. Aparat kepolisian tidak berdaya
mencegah hal ini terjadi.
- Pukul 18.30 WIB
Sejumlah warga Syiah dievakuasi oleh pihak kepolisian di Gedung Olah
Raga Sampang. Sedang ratusan warga Syiah yang lain berlari bersembunyi
ke hutan dan persawahan yang berada di sekitar rumah mereka.
Total korban yang telah dievakuasi adalah 155 orang, dan masih ada
sekitar 300-400-an orang korban yang belum dievakuasi. 1 Orang tewas
Muhammad Khosim (50) dan 1 luka berat, Tohir (45), sempat dikabarkan
meninggal tapi masih menjalani perawatan di RSUD Sampang.(iwd/fat)
http://surabaya.detik.com/read/2012/08/27/124635/1999842/475/kronologi-kerusuhan-sampang-versi-kontras-surabaya?y991102465
Kronologi Penyerangan Syiah Versi AKBB Jatim
INILAH.COM, Surabaya – Hari Minggu tanggal 26 Agustus 2012, seminggu
setelah Idul Fitri, sekitar pukul 10.00 WIB, komunitas Syiah di Desa
Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang kembali diserang.
Berikut kronologi penyerangan yang dibuat oleh Kelompok Kerja Aliansi
Kebebasan Beragama Berkeyakinan (POKJA AKBB) Jatim:
Dalam rilis AKBB tertanda Akhol Firdaus, Senin (27/8/2012),
dijelaskan bahwa penyerangan bermula ketika beberapa orang tua hendak
mengantar sejumlah 20 anak untuk kembali menuntut ilmu di Yayasan Pondok
Pesantren Islam (YAPI), Bangil, Pasuruan. Mengingat liburan lebaran
kemarin, anak-anak tersebut pulang ke kampung mereka.
Pada 11.000 WIB, sebelum keluar dari gerbang desa, rombongan
pengantar tersebut dihadang oleh massa yang berjumlah sekitar 500 orang.
Massa melengkapi dirinya dengan celurit, parang, serta benda tajam
lainnya.
Berdasarkan keterangan salah seorang jamaah Syiah yang tidak mau
disebutkan namanya, pelaku penyerangan merupakan orang suruhan Roies Al
Hukama. Massa menyerang jamaah Syiah Sampang dengan menggunakan senjata
tajam.
Rombongan yang terdiri dari anak-anak dan sejumlah perempuan sontak
berlarian menyelamatkan diri. Mereka kembali ke dalam rumah
masing-masing untuk bersembunyi. Meski jamaah Syiah sudah berusaha
bersembunyi, massa terus mengejar hingga menuju rumah mereka.
Massa Penyerang meluruk sampai ke rumah-rumah jamaah Syiah dan mulai
membakar sejumlah rumah milik jamaah Syiah, yaitu rumah Ust Tajul Muluk,
Muhammad Khosim alias Hamamah, dan Halimah.
Korban pun berjatuhan, dua orang jamaah Syiah yang bernama Thohir
(laki-laki, 40 tahun) kritis, dan Muhammad Hasyim alias Hamamah
(laki-laki, 45 tahun) meninggal dunia. Baik Thohir dan dianiaya ketika
mereka berniat menyelamatkan anak-anak dari rumah yang terbakar. Thohir
dan Hamamah mengalami luka bacok yang cukup parah di bagian tubuhnya.
Meski penyerangan sudah terjadi pukul 11.00 WIB, akan tetapi sampai
malam hari Polisi tidak melakukan tindakan pencegahan dan penyelamatan
secara serius. Saat penyerangan terjadi, sejumlah Polisi memang berada
di lokasi tetapi tidak berbuat apa-apa. Mereka terlihat hanya
duduk-duduk di sekitar lokasi.
Berdasarkan keterangan salah seorang sumber, aksi penyerangan ini
sebenarnya telah direncanakan jauh hari sebelum lebaran tiba. Isu
penyerangan sudah terdengar di wilayah Karang Gayam. Patut diketahui
bahwa korban meninggal adalah saksi meringankan terdakwa Ust Tajul Muluk
dalam persidangan di PN Sampang.
Baru pukul 18.30 WIB jamaah Syiah mulai dievakuasi ke GOR Sampang
oleh Polisi. Berdasarkan keterangan Ibunda Ust Tajul Muluk, tidak semua
jamaah Syiah berhasil dievakuasi karena sebagian mereka masih
bersembunyi dan keberadaannya belum diketahui. Ada yang lari ke gunung,
sebagian memilih bersembunyi di tempat keluarga di luar Karang Gayam.
Hingga pukul 21.00 WIB ada 176 Jamaah Syiah yang berhasil dievakuasi
ke GOR Sampang, terdiri dari: 51 laki-laki; 56 perempuan; 36 anak-anak; 9
balita, dan; 3 manula. Masih ada 4 orang yang ada di RSUD Sampang.
Sampai laporan ini ditulis, korban masih bisa bertambah mengingat
belum semua jamaah Syiah diketahui keberadaanya. Total kerugian material
belum diketahui, tapi setidaknya sampai pukul 21.00 WIB, 80 rumah
jamaah Syiah telah dibakar oleh massa penyerang.
Penyerangan ini juga dilakukan saat komunitas Syiah tidak memiliki
pemimpin. Hal ini karena Ust Tajul Muluk sendiri sudah diputus 2 tahun
penjara oleh PN Sampang. Selain itu, penyerangan dilakukan di depan
sejumlah anak, sehingga menyebabkan trauma pada anak dan perempuan.
[beritajatim.com]
http://nasional.inilah.com/read/detail/1897833/kronologi-penyerangan-syiah-versi-akbb-jatim
Tragedi Sampang Butuh Ketegasan Presiden
Selasa, 28 Agustus 2012
KERUSUHAN di Sampang, Madura, penyerangan dan pembakaran rumah hingga
menimbulkan korban tewas yang dialami warga Syiah, sungguh
memprihatinkan. Tragedi di wilayah Jawa Timur itu pantas membuat siapa
pun bertanya, ke mana saja aparat keamanan? Tidak berlebihan pula jika
penyerangan yang dilakukan sesama warga namun berlainan kelompok itu
dinilai sebagai kegagalan pemerintah melindungi rakyat.
Apa yang terjadi di Dusun Nanggernang, Desa Karang Gayam,
Sampang, Madura, tidak bisa dianggap selesai, dengan alasan aparat
kecolongan. Tidak boleh pula diakhiri hanya dengan membangun kembali
rumah-rumah warga yang dibakar. Pemerintah harus menuntaskan pertikaian
yang terjadi. Itu memang tidak mudah, tapi harus diupayakan jika tidak
ingin peristiwa serupa terulang.
Seperti dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada
pers usai memimpin rapat terbatas kabinet di Kantor Presiden, Senin
(27/8) siang, kejadian Minggu (26/8) di Sampang harus disikapi penegak
hukum dengan tegas dan adil. Tragedi yang berakibat tewasnya seorang
warga Syiah itu harus diselesaikan tuntas.
Jangan sampai kejadian Sampang justru dimanfaatkan pihak
tertentu, baik perseorangan maupun kelompok, menangguk di air keruh demi
kepentingan mereka. Jangan beri peluang bagi siapa pun “menari” di atas
penderitaan orang lain, termasuk mengadu domba atas nama agama.
Sudah menjadi kebiasaan di negeri ini, banyak orang merasa ahli,
merasa berhak bicara, merasa perlu didengar atas suatu kasus, termasuk
pertikaian antara masyarakat. Padahal sejatinya mereka memanfaatkan
moment untuk menarik perhatian, atau dalam upaya memengaruhi opini
masyarakat agar mendukung rencananya.
Karena itu, seperti diminta Presiden SBY, jajaran
pemerintah-menteri terkait hingga aparat keamanan-wajib mengambil
langkah cepat dan tepat. Kasus Sampang harus dihadapi dengan tegas dan
adil, tanpa memolitisasi agama. Tegakkan hukum sebagaimana mestinya.
Jatuhkan hukuman berat kepada yang melakukan kesalahan berat, jangan
sampai ada yang lolos.
Apa yang terjadi di Sampang memang sangat kompleks. Jika
penanganannya tidak tuntas, peristiwa itu dapat terulang, seperti
terjadi di beberapa daerah lain. Jangan biarkan tragedi Sampang
dimanfaatkan pihak mana pun untuk keuntungan mereka, dengan tetap
“memelihara” terjadi pertikaian antar warga di wilayah tersebut.
Peran intelijen-baik yang ada di kepolisian maupun teritorial
TNI-harus dimaksimalkan. Badan Itelijen Nasional (BIN) dituntut lebih
mempertajam kemampuan terkait soal keamanan masyarakat. Intelijen
dituntut memiliki kemampuan mendeteksi secara dini dan akurat, sehingga
tragedi seperti di Sampang dan tempat-tempat lainnya dapat dicegah.
Yang lebih penting lagi, Presiden SBY harus memberi contoh kepada
jajarannya di kabinet dan kepada para penegak hukum. Sesuatu yang
berkaitan dengan nasib bangsa dan negara perlu dihadapi dengan penuh
tanggung jawab dan tegas. Kecepatan bertindak sangat menentukan berhasil
tidaknya suatu keinginan penyelesaian. Jangan mulai segala sesuatunya
dengan keraguan.*** http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=310035
Jika Konflik Syiah Berlanjut, Madura yang Dirugikan
Misbahol Munir – Okezone
Senin, 27 Agustus 2012 20:07 wib
Senin, 27 Agustus 2012 20:07 wib
JAKARTA – Politikus Partai Demokrat Achsanul Qosasi menyesalkan
terjadinya konflik horizontal warga di Sampang, Madura yang menyebabkan
tewasnya dua pengikut Syiah. Konflik itu menurut dia, seharusnya tidak
terjadi, apalagi Madura sudah memasuki era keterbukaan informasi.
Semestinya keterbukaan dan kemudahan akses menjadi sarana agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.
“Isu SARA semestinya sudah tidak terjadi lagi di Madura. Perkembangan
informasi dan akses masuk ke Madura yang begitu mudah harus disambut
dengan pembekalan yang intensif kepada seluruh lapisan masyarakat agar
tidak mudah termakan isu,” ungkap politikus asal Sumenep, Madura itu
kepada Okezone, di Jakarta, Senin (27/8/2012).
Kata dia, jika peristiwa semacam itu terus berulang maka Madura dapat
dirugikan. Oleh sebab itu, dia berharap kerukunan dan kebersamaan bisa
ditingkatkan dan terus dijaga.
“Madura dirugikan jika terus terjadi saling bunuh. Kebersamaan Madura harus kita jaga,” kata dia.
Kekerasan yang menewaskan dua warga itu lanjut dia, tak dapat
dibenarkan atas nama apapun. Sebab agama sendiri menghargai perbedaan
keyakinan. Warga Madura harus selalu menumbuhkan energi positif.
“Agama itu menyeragamkan perbedaan dan menghargai keragaman. Rakyat
Madura harus tetap menumbuhkan energi positif. Membunuh itu
menghilangkan hak orang untuk hidup,” kata dia.
Dia berharap insiden ini merupakan terakhir kalinya dan masyarakat
tidak mudah terpancing dengan adu domba yang bisa memecah belah
kerukunan masyarakat Madura.
“Semoga ini kali terakhir terjadi pembunuhan sesama Madura.
Kita harus bersatu, jangan mudah percaya pada issue yang memecahbelah
Madura,” jelas dia.
Kata dia, musuh yang harus dilawan bukan sesama
masyarakat madura, melainkan setan dan iblis. “Musuh kita adalah setan
dan iblis bukan orang madura sendiri,” tukas dia.(put)
http://news.okezone.com/read/2012/08/27/339/681242/jika-konflik-syiah-berlanjut-madura-yang-dirugikan