Minggu, 27 Februari 2011

Kenaikan Harga Minyak, bisa memicu Inflasi ketingkat yang tinggi. Diharapkan para ekonom dan ahli2 Keuangan dapat mencarikan solusi yang terkoordinasi dan menekan inflasi dengan cara cepat dan benar.

Harga Minyak Bayangi Inflasi Februari
Headline
Foto: Istimewa
Oleh: Mosi Retnani Fajarwati
Ekonomi - Minggu, 27 Februari 2011 | 14:36 WIB
INILAH.COM, Jakarta – Ekonom menilai, kenaikan harga minyak dunia yang menembus US$100 per barel bakal menyumbang inflasi pada Februari ini.
Ekonom Tony Prasetiantono memperkirakan, inflasi Februari ini akan berada pada kisaran 0,2-0,3%. Rendahnya angka inflasi tersebut dipicu oleh harga komoditas pangan yang mulai mereda.
“Inflasi Februari 2011 saya perkirakan antara 0,2-0,3 persen. Tekanan inflasi pangan agak mereda, karena mulai ada panenan. Meski panenan belum mencapai puncak, dan masih diganggu hujan yang masih cukup besar,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (27/2).
Sebelumnya, inflasi Januari 2011 berada pada level 0,89% dengan pemicu utama harga beras dan cabai yang masing-masing menyumbang 0,11%.
Selain itu, menurut Tony, penguatan rupiah yang berada di bawah Rp9.000 per dolar AS juga turut menekan laju inflasi. “Jika inflasi bulanan 0,2-0,3 persen, maka inflasi yoy akan berkisar 6,9-7,0 persen,” ujarnya.
Namun demikian, ia menilai, kenaikan harga minyak dunia yang menembus US100 per dolar AS bakal menjadi pemicu laju inflasi Februari 2011. “Minyak dunia yg naik di atas US$100 per barrel juga menyumbang inflasi, meski kecil, karena masih ada BBM bersubsidi,” pungkasnya.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga minyak Brent di London berada di level US$112,43 per barel. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 2 ,5 tahun terakhir. Pada Kamis (24/2) lalu, Brent berada ke level nyaris US$120 per barel dan harga minyak AS menembus US$103.
Kenaikan harga minyak belakangan ini dipicu oleh kekawatiran para investor atas kisruh di wilayah Timur Tengah. [mre]
Ekonom: Inflasi Februari Bisa 0,2%
Headline
foto: istimewa
Oleh: Mosi Retnani Fajarwati
Ekonomi - Minggu, 27 Februari 2011 | 16:04 WIB
INILAH.COM, Jakarta – Ekonom Tony Prasentiantono memprediksi inflasi pada Februari ini akan berada pada kisaran 0,2-0,3%, sehubungan dengan meredanya harga komoditas pangan.
“Inflasi Februari 2011 saya perkirakan antara 0,2-0,3 persen. Tekanan inflasi pangan agak mereda, karena mulai ada panenan. Meski panenan belum mencapai puncak, dan masih diganggu hujan yang masih cukup besar,” ungkap Tony di Jakarta, Minggu (27/2).
Selain itu, menurut Tony, penguatan rupiah yang berada di bawah Rp9.000 per dolar AS juga turut menekan laju inflasi. “Jika inflasi bulanan 0,2-0,3 persen, maka inflasi yoy akan berkisar 6,9-7,0 persen,” ujarnya.
Namun demikian, ia menilai, kenaikan harga minyak dunia yang menembus US100 per dolar AS bakal menjadi pemicu laju inflasi Februari 2011. “Minyak dunia yg naik di atas US$100 per barrel juga menyumbang inflasi, meski kecil, karena masih ada BBM bersubsidi,” pungkasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa 3kebutuhan masyarakat yaitu minyak goreng, tahu-tempe, dan ikan laut mengalami kenaikan harga pada bulan ini dan berpeluang memberikan tekanan inflasi Februari 2011.

Kementerian Keuangan juga memprediksikan inflasi di Februari 2011 bakal berada di kisaran 0,3-0,5%. Inflasi di Februari-April 2011 akan rendah karena tekanan harga beras yang mulai melemah karena adanya panen.
Seperti diketahui, inflasi Januari 2011 berada pada level 0,89% dengan pemicu utama harga beras dan cabai yang masing-masing menyumbang 0,11%. [mre]. http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1275362/ekonom-inflasi-februari-bisa-02

BI Prediksi Inflasi YoY Februari di Bawah 7%
Headline
Foto : Istimewa
Oleh: Mosi Retnani Fajarwati
Ekonomi - Jumat, 25 Februari 2011 | 13:47 WIB
INILAH.COM, Jakarta – Inflasi year on year Februari 2011 diprediksi berada di bawah 7%.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution. "Ya dia akan di bawah rata-rata tahunan untuk bulan Februari kelihatannya. Sehingga year on year-nya diperkirakan akan di bawah 7," ujar Gubernur BI Darmin Nasution di kantor Kementrian Keuangan, Jumat (25/2).

Ketika dikonfirmasi mengenai besaran angka inflasi inti yang bisa ditahan pihkanya, ia urung bicara.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), angka inflasi Januari 2011, tercatat 0,89%. Angka ini ternyata tidak jauh berbeda dengan angka inflasi Januari 2010, yaitu 0,84%. Sementara itu, laju inflasi yoy (year on year) mencapai 7,02%. Angka ini lebih tinggi dibanding inflasi yoy Desember sebesar 6,96%.

Inflasi tersebut masih dipengaruhi oleh kenaikan harga beras dan cabai yang menyumbang masing-masing sebesar 0,11%. Selain cabai dan beras, ikan segar juga memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,09%, cabai merah sebesar 0,07%, bawang merah sebesar 0,07%, sewa rumah sebesar 0,06%, minyak goreng sebesar 0,05%, rekreasi sebesar 0,03%, tomat sayur dan bawang putih sebesar 0,01%.
Inflasi inti tercatat 0,49% pada Januari 2011. Inflasi ini terkait kenaikan harga komoditas, sandang, perumahan, dan bahan pangan. Secara tahunan, inflasi inti tercatat 4,18% (year on year) dan inflasi umum 7,02%. [cms]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar