Tazkirah Bukan Kitab Suci Ahmadiyah
Kajian - =Tanggapan JAI=http://www.ajaranislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=63:tazkirah-bukan-kitab-suci-ahmadiyah&catid=41:tanggapan-jai&Itemid=65
Sekelompok Orang memfitnah bahwa "KITAB SUCI ORANG AHMADIYAH ADALAH AL-TADZKIRAH YAITU WAHYU YANG SUCI". (Dalam Tadzkirah hal.1.)(Selebaran Maklumat FPI).
JAWABAN dari Kelompok Ahmadiyah:
Perhatikanlah baik-baik kalimat yang tertulis di halaman sampul buku Tadzkirah! Disitu tertulis: TADZKIRAH YAKNI WAHYU MUQADDAS RU’YA WA KUSYUF HAZRAT BANI SILSILAH AHMADIYAH “.dan tidak tertulis “TADZKIRAH YAKNI KITAB MUQADAS……..dan seterusnya.” Bagi orang yang sedikit punya ilmu bahasa Arab akan mengerti apa itu SIFAT MAUSUF. Jadi sifat Muqaddas yang artinya suci dari Allah Swt. serta terbebas dari syaitani adalah tertuju kepada sifat dari Wahyu, ru’ya dan kasyaf yang ada di dalamnya dan bukan sifat dari buku atau kitab itu! (harap maklum, bahwa kata ‘buku’ di dalam bahasa Arab dan Urdu adalah ‘kitab’. Jadi artinya yang TEPAT dan BENAR serta AKURAT adalah “ TADZKIRAH YAKNI (YAITU) WAHYU SUCI, RU’YA DAN KASYAF PENDIRI SILSILAH AHMADIYAH. Alhasil, sangat KELIRU kalau diterjemahkan atau dikatakan KITAB SUCI ATAU KITAB SUCI TADZKIRAH!! Pendek kata, sudah menjadi harga mati bahwa Kitab suci orang Muslim Ahmadiyah adalah Al-Qur’an yang 30 juz. Satu ayat bahkan satu huruf atau satu titik pun tidak ada yang dikurangi atau ditambah. Dan Jemaat Muslim Ahmadiyah dalam umurnya yang ke 119 tahun atau dalam Jublium 100 tahun Khilafatnya sedang menyelesaikan untuk menerjemahkan Alquran kedalam 100 bahasa dunia serta telah berhasil mengajarkan dan menyebarkannya di 190 negara di dunia. Sedangkan tentang Tadzkirah, seperti diterangkan di halaman 1 diatas yang artnya TADZKIRAH YAKNI(YAITU) WAHYU SUCI, RU’YA, KASYAF DARI PENDIRI SILSILAH AHMADIYAH awalnya adalah berupa catatan-catatan pendiri Ahmadiyah tentang kasyaf, ilham, wahyu dan mimpi-mimpi yang benar yang beliau terima sendiri dari Allah Ta’ala dan beliau catat dibanyak buku, selebaran atau majalah-majalah yang diterbitkan di zaman beliau. Setelah 27 tahun beliau meninggal (jadi Hazrat Mirza Ghulam Ahmad tidak mengetahui), yaitu tahun 1935 catatan-catatan itu dikumpulkan, dihimpun, dan diberi nama ‘Tadzkirah’. Sebelum tahun 1935 – saat Ahmadiyah telah berdiri di dunia selama 46 tahun – kumpulan catatan itu belum mempunyai nama. Jadi, nama Tadzkirah itu baru ada setelah dicetak untuk pertama kalinya pada tahun 1953. Sedangkan cetakan ke-2 dan ke-3 diterbitkan masing-masing pada tahun 1956 dan 1969. karena itu, mengatakan bahwa Tadzkirah adalah kitab sucinya Ahmadiyah adalah perkataan yang sangat janggal dan hujatan palsu yang sangat keji. Di India dan Pakistan sendiri tidak pernah ada hujatan semacam ini.
Pendiri Ahmadiyah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad MENEGASKAN : “tidak ada yang masuk kedalam Jamaah kami kecuali orang yang telah masuk Islam dan mengikuti Kitab Allah Al-Qur’an dan Sunnah-sunnah junjungan kami, Muhammad Saw. yang merupakan sebaik-baiknya ciptaan serta telah yakin benar berkenaan dengan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Pengasih dan Rasul-Nya, Hari Qiamat, Surga dan Neraka; dan ia (setiap Ahmadi) berjanji dan berikrar tidak akan memilih agama selain AGAMA ISLAM serta ia akan mati di atas agama ini, yaitu agama fitrah dengan berpegang teguh kepada Kitab Allah Yang Maha Tahu dan mengamalkan setiap apa yang terbukti sebagai sunnah, Al-Qur’an dan Ijma’ Sahabat yang mulia; dan siapa yang mengabaikan tiga hal ini, sungguh ia telah membiarkan jiwanya dalam Api Neraka”. ( RUHANI KHAZAIN,19 : 315 )
Senin, 21 Januari 2008
Tadzkirah Kitab Suci Ahmadiyah?
Penjelasan mengenai tadzkirah ini saya tulis untuk menyingkap tabir gelap dari fakta yang ada. Pertanyaan penting dalam pembahasan ini adalah Apa pendapat Ahmadiyah tentang tadzkirah itu sendiri? Hal ini penting karena faktanya, kendatipun satu fihak mengatakan tadzkirah adalah sebagai kitab suci Ahmadiyah tetapi dari fihak lain yaitu Ahmadiyah tidak lah mempunyai pendapat seperti yang dialamatkan oleh pihak pertama tadi. Kedua adalah Mengapa Isi dari Tadzkirah yang di klaim sebagai kumpulan wahyu itu mempunyai kesamaan redaksional kata dengan ayat-ayat yang terdapat dalam Alquran. Dari hal ini Ahmadiyah telah melakukan pembajakan Alquran, suatu istilah yang sekarang popular dialamatkan kepada Ahmadiyah bekaitan dengan tadzkirah ini. Permasalahan-permasalahan ini lah yang akan dibahas di dalam tulisan singkat saya ini. Semoga para pembaca dapat memahami niat baik kami untuk menjelaskan fakta sebenarnya, jangan sampai dengan isu-isu miring di luar akan menjadikan bahan stigma tehadap Ahmadiyah, dan yanglebih dihindari adalah jangan sanpai stigma yang terbentuk menjadi sesuatu yang namanya fitnah.
Sejarah Tadzkirah
Sebelumnya mari kita tempatkan dulu tadzkirah di posisi sebenarnya, supaya jangan ada anggapan yang merupakan kesimpulan sepihak, untuk itu kita patut mengetahui terlebih dahulu sejarah adanya buku yang namanya tadzkirah. Tadzkirah itu salah satu artinya adalah sebuah catatan, biografi, kenangan. Dari itu memang demikian adanya bahwa Tadzkirah itu berisikan kumpulan wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi yang diterima oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah dalam hidupnya selama lebih dari 30 tahun. Bahasa sederhananya adalah tadzkirah itu merupakan koleksi wahyu, kasyaf, mimpi yang berceceran di dalam tulisan-tulisan Pendiri jemaat Ahmadiyah dan dikumpulakan menjadi satu buku yang dinamakan tadzkirah.
Tadzkirah sendiri belum ada di zaman hazrat Mirza Ghulam Ahmad hidup, melainkan buku itu dibuat kemudian atas prakarsa Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad pada sekitar Tahun 1935, berselang 27 tahun setelah kewafatan Mirza Ghulam Ahmad. Beliau menginstruksikan kepada Nazarat ta’lif wa tashnif, sebuah biro penerangan dan penerbitan Jamaah Ahmadiyah pada waktu itu untuk menghinpun wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf dan mimpi-mimpi yang terdapat dalam berbagai macam terbitan (buku-buku, jurnal-jurnal, selebaran, majalah dan berbagai surat kabar) yang mana materi terbitan itu telah disebarkan lepada umum pada saat itu. Selain itu, dari catatan-catatan harian Mirza Ghulam Ahmad juga ditemukan keterangan mengenai pengalaman ruhani beliau dan juga adanya kesaksian para sahabat beliau, anggota keluarga, kerabat, dll dimana mereka diberitahu oleh Mirza Ghulam Ahmad mengenai wahyu, kasyaf yang beliau terima dari Allah. Untuk maksud itu dibentuklah sebuah panitia yang terdiri dari Mln Muhammad Ismail, Syekh Abdul Qadir dan Mlv Abdul Rasyid. Panitia tersebut menyusun buku tadkirah secara sistematis dan kronologis. Setelah pekerjaan itu selesai maka buku tersebut diberi nama tadzkirah.
Inilah sejarah singkat dari tadzkirah itu yang diharapkan bisa menjadi bahan acuan. Mungkin ada satu anggapan bahwa kalaupun kenyataannya seperti itu tetapi Ahmadiyahlah manjadikannya sebagai kitab suci, kalau seperti itu anggapannya maka itu hanyalah prasangka semata, karena Ahmadiyah tidak memiliki kitab suci kecuali Alquran Kariim yang diturunkan oleh Allah taala kepada wujud suci Rasulullah saw. Istilah “tadzkirah sebagai kitab suci" justru dipopulerkan oleh M. Amin Jamaluddin dalam buku karangannya yang berjudul Ahmadiyah dan Pembajakan Alquran. Jadi bukan Ahmadiyah dan memang demikian adanya bahwa Ahmadiyah tidak pernah dan takkan penah menganggap seperti itu, bahwa tadzkirah adalah kitab suci Ahmadiyah, titik! Dimanapun, didalam literature-literatur jemaat Ahmadiyah maupun dalam ceramah-ceramah atau dalam obrolan-obolan rignan sekalipun.
Yang menjadi keberatan dan mungkin ini juga yang dijadikan bahan kesimpulan yang mengatakan tadzkirah merupakan Kitab suci Ahmadiyah adalah mengapa di dalam tadzkirah terdapat wahyu-wahyu yang secara redakdional katanya sama dengan Alquran. Ya memang benar, tetapi itu bukanklah kehandak yang menerima. Tujuannya adalah untuk memberikan penekanan atas beberapa aspek konotasi dan penerapannya terhadap lingkungan –lingkungan dan keadaan-keadaan tertebtu.
Wahyu-wahyu uyang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad memang sebagian sama seperti yang kita temukan di dalam Alquran berupa pengulangan harfiah namun statusnya bukanlah wahyu-wahyu syariat. Ia mengandung makna-makna dan falsafah tertentu yang ingin diutarakan oleh Allah taala kepada hamba pilihannya sesuai dengan kehendak-Nya. Ini bukanlah pembajakan ayat-ayat suci Alquran, sedikitpun tidak mengurangi status Alquran sebagai kitab syariat yang paling sempurna. Justru hal itu menggambarkan kesempurnaannya. Salah satu sifat Allah taala adalah Mutakallim ( Maha berkata-kata) tidak ada tertera di dalam Alquran maupun ditempat lainnya bahwa setelah Alquran itu selesai diturunkan maka Allah tidak mau berkata-kata lagi dan akan membuang sifat-Nya yang satu itu untuk selamanya. Dia akan tetap berkata-kata, sedangkan manusia tidak bisa mendikte Allah Taala untuk tidak mengucapkan kembali apa-apa yang telah dan pernah Dia ucapkan sebelumnya.
Sejarah Tadzkirah
Sebelumnya mari kita tempatkan dulu tadzkirah di posisi sebenarnya, supaya jangan ada anggapan yang merupakan kesimpulan sepihak, untuk itu kita patut mengetahui terlebih dahulu sejarah adanya buku yang namanya tadzkirah. Tadzkirah itu salah satu artinya adalah sebuah catatan, biografi, kenangan. Dari itu memang demikian adanya bahwa Tadzkirah itu berisikan kumpulan wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi yang diterima oleh Pendiri Jemaat Ahmadiyah dalam hidupnya selama lebih dari 30 tahun. Bahasa sederhananya adalah tadzkirah itu merupakan koleksi wahyu, kasyaf, mimpi yang berceceran di dalam tulisan-tulisan Pendiri jemaat Ahmadiyah dan dikumpulakan menjadi satu buku yang dinamakan tadzkirah.
Tadzkirah sendiri belum ada di zaman hazrat Mirza Ghulam Ahmad hidup, melainkan buku itu dibuat kemudian atas prakarsa Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad pada sekitar Tahun 1935, berselang 27 tahun setelah kewafatan Mirza Ghulam Ahmad. Beliau menginstruksikan kepada Nazarat ta’lif wa tashnif, sebuah biro penerangan dan penerbitan Jamaah Ahmadiyah pada waktu itu untuk menghinpun wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf dan mimpi-mimpi yang terdapat dalam berbagai macam terbitan (buku-buku, jurnal-jurnal, selebaran, majalah dan berbagai surat kabar) yang mana materi terbitan itu telah disebarkan lepada umum pada saat itu. Selain itu, dari catatan-catatan harian Mirza Ghulam Ahmad juga ditemukan keterangan mengenai pengalaman ruhani beliau dan juga adanya kesaksian para sahabat beliau, anggota keluarga, kerabat, dll dimana mereka diberitahu oleh Mirza Ghulam Ahmad mengenai wahyu, kasyaf yang beliau terima dari Allah. Untuk maksud itu dibentuklah sebuah panitia yang terdiri dari Mln Muhammad Ismail, Syekh Abdul Qadir dan Mlv Abdul Rasyid. Panitia tersebut menyusun buku tadkirah secara sistematis dan kronologis. Setelah pekerjaan itu selesai maka buku tersebut diberi nama tadzkirah.
Inilah sejarah singkat dari tadzkirah itu yang diharapkan bisa menjadi bahan acuan. Mungkin ada satu anggapan bahwa kalaupun kenyataannya seperti itu tetapi Ahmadiyahlah manjadikannya sebagai kitab suci, kalau seperti itu anggapannya maka itu hanyalah prasangka semata, karena Ahmadiyah tidak memiliki kitab suci kecuali Alquran Kariim yang diturunkan oleh Allah taala kepada wujud suci Rasulullah saw. Istilah “tadzkirah sebagai kitab suci" justru dipopulerkan oleh M. Amin Jamaluddin dalam buku karangannya yang berjudul Ahmadiyah dan Pembajakan Alquran. Jadi bukan Ahmadiyah dan memang demikian adanya bahwa Ahmadiyah tidak pernah dan takkan penah menganggap seperti itu, bahwa tadzkirah adalah kitab suci Ahmadiyah, titik! Dimanapun, didalam literature-literatur jemaat Ahmadiyah maupun dalam ceramah-ceramah atau dalam obrolan-obolan rignan sekalipun.
Yang menjadi keberatan dan mungkin ini juga yang dijadikan bahan kesimpulan yang mengatakan tadzkirah merupakan Kitab suci Ahmadiyah adalah mengapa di dalam tadzkirah terdapat wahyu-wahyu yang secara redakdional katanya sama dengan Alquran. Ya memang benar, tetapi itu bukanklah kehandak yang menerima. Tujuannya adalah untuk memberikan penekanan atas beberapa aspek konotasi dan penerapannya terhadap lingkungan –lingkungan dan keadaan-keadaan tertebtu.
Wahyu-wahyu uyang diterima oleh Mirza Ghulam Ahmad memang sebagian sama seperti yang kita temukan di dalam Alquran berupa pengulangan harfiah namun statusnya bukanlah wahyu-wahyu syariat. Ia mengandung makna-makna dan falsafah tertentu yang ingin diutarakan oleh Allah taala kepada hamba pilihannya sesuai dengan kehendak-Nya. Ini bukanlah pembajakan ayat-ayat suci Alquran, sedikitpun tidak mengurangi status Alquran sebagai kitab syariat yang paling sempurna. Justru hal itu menggambarkan kesempurnaannya. Salah satu sifat Allah taala adalah Mutakallim ( Maha berkata-kata) tidak ada tertera di dalam Alquran maupun ditempat lainnya bahwa setelah Alquran itu selesai diturunkan maka Allah tidak mau berkata-kata lagi dan akan membuang sifat-Nya yang satu itu untuk selamanya. Dia akan tetap berkata-kata, sedangkan manusia tidak bisa mendikte Allah Taala untuk tidak mengucapkan kembali apa-apa yang telah dan pernah Dia ucapkan sebelumnya.
Selain dari itu adanya pengulangan ini juga menunjukkan ketauhidan yang merupakan intisari daripada Islam, yakni Allah yang dahulu telah berkata-kata kepada Rasulullah saw serta yang telah menurunkan Alquran, Dia itu jugalah yang kini telah berkata-kata dengan hamba pilihan-Nya, bukan Tuhan yang lain.
Salahkah jika seseorang mendapatkan wahyu seperti itu? Tokoh sufi terkenal yang dijuluki
Salahkah jika seseorang mendapatkan wahyu seperti itu? Tokoh sufi terkenal yang dijuluki
Asy-Syaikhul Akbar dan juga dijuluki Khatamul Aulia, yakni Imam Muhyiddin Ibnu Arobi menegaskan bahwa ayat-ayat suci Alquran dapat turun sebagai wahyu kepada para waliyullah dan hal itu tidak berarti mengurangi kehormatan Alquran atau membajak Alquran. Beliau menuliskan:
“Tanazzalul-quraa alaa quluubil awliyaa maa inqotho’a ma’a qawnihi mahfuuzan lahum walaakin lahum zuuqul-inzaal wahaaza liba’dhihim”
“Tanazzalul-quraa alaa quluubil awliyaa maa inqotho’a ma’a qawnihi mahfuuzan lahum walaakin lahum zuuqul-inzaal wahaaza liba’dhihim”
Artinya:”Turunnya Alquran ke dalam hati para wali tidaklah terputus. Bahkan pada mereka ia terpelihara dalam bentuk yang asli. Namun ia diturunkan kepada para wali adalah untuk memberikan cicipan rasa turunnya sebagian mereka”.(Futuhaat makiyyah Jil.2 h.258, bab:159)
Ibarat di dalam taman yang asri terdapat ribuan jenis pohon dengan beragam buah dan bunga, demikian pula halnya terbukti bahwa di dalam lembaran sejarah Islam terdapat wujud-wujud suci yang mendapat karunia berkomunikasi dengan Allah taala melalui wahyu, ilham, rukya dan kasyaf. Diantara wahyu-wahyu itu ada yang mirip kata-katanya dengan yang tercantum di dalam ayat-ayat suci Alquran. Bagi orang-orang yang tidak paham dan tidak pernah menghayati pengalaman rohani, sudah barang tentu akan menuduh para wujud suci itu sebagai pembajak Alquran pula, naudzubillah. Tetapi memang demikian faktanya bahwa bukan hanya Mirza Ghulam Ahmad saja yang mendapatkan wahyu Qurani malainkan banyak juga para tokoh-tokoh suci yang mengalami hal yang serupa. Berikut akan dituliskan mereka-mereka yang mendapatkan pengalaman rohani tersebut.
1. Imam Muhyiddin Ibnu Arabi menuliskan di dalam bukunya Futuhaat Makiyyah jilid 3, hal 367, bahwasannya beliau menerima wahyu qurani sebagai berikut:
Ibarat di dalam taman yang asri terdapat ribuan jenis pohon dengan beragam buah dan bunga, demikian pula halnya terbukti bahwa di dalam lembaran sejarah Islam terdapat wujud-wujud suci yang mendapat karunia berkomunikasi dengan Allah taala melalui wahyu, ilham, rukya dan kasyaf. Diantara wahyu-wahyu itu ada yang mirip kata-katanya dengan yang tercantum di dalam ayat-ayat suci Alquran. Bagi orang-orang yang tidak paham dan tidak pernah menghayati pengalaman rohani, sudah barang tentu akan menuduh para wujud suci itu sebagai pembajak Alquran pula, naudzubillah. Tetapi memang demikian faktanya bahwa bukan hanya Mirza Ghulam Ahmad saja yang mendapatkan wahyu Qurani malainkan banyak juga para tokoh-tokoh suci yang mengalami hal yang serupa. Berikut akan dituliskan mereka-mereka yang mendapatkan pengalaman rohani tersebut.
1. Imam Muhyiddin Ibnu Arabi menuliskan di dalam bukunya Futuhaat Makiyyah jilid 3, hal 367, bahwasannya beliau menerima wahyu qurani sebagai berikut:
Qul aamana billahi wama unzila ilayba wama unzila ilaa ibroohiim wa ismaa;iila wa ishaaqo, waya;quuba walasbaathi wama uutiya muusa wa’iisaa wama uutiyannabiyyuuna mirrobbihim, laa nufarriqu bayna ahadim minhum wanahnu lahu muslimuun”. (Wahyu ini adalah bentuk pengulangan dari surah Albaqarah:136)
2. Khawajah Miir Dard rahmatullah alaih di dalam kitab beliau yang berjudul Ilmul kitab hal. 64 menyatakan bahwa beliau menerima wahyu yang bebunyi sebagai berikut:
Waanzir asyiirotakal aqrobiin (terdapat dalam surah Asysyu’ara:214)
Kemudian: “Walaa tahzan ‘alaihim walaa takun fii dhoyyiiqim mimma yamkuruun” (terdapat dalam surah An-naml:70)
Demikian pula: “Wamaa anta bihaadil umyi ‘an dholaalatiihim” (Terdapat dalam Alquran Surah An-Naml:80)
2. Abdullah Ghaznawi, seorang tokoh waliyullah dan mulham yang masyhur di india, sebagaimana tercantum di dalam buku Itsbatul ilhaam wal bai’at karangan Mlv Abdul Jabbar Ghaznawi dan buku Swanah-e Umri Molwi Abdullah Ghaznawi oleh Mlv. Abdul Jabbar Ghaznawi dan Mlv Ghulam Rasul, cetakan Mathbu’ah Alquran, Amritsar, disebutkan bahwa Abdullah Ghaznawi menerima wahyu ssbb:
“Fashbir kamaa shobaro ‘ulul azmi minarrusul” (Terdapat dalam Alquran dalam Surah Al-Ahqaf:35)
kemudian :”Washbir nafsaka m’aalladziina yaduuna robbahum bil ghodaati wal asyiyyi” (Terdapat dalam Alquran surah Al-Kahfi:28)
Demikian pula:”Fashollili robbika wanhar” (Terdapat dalam, Alquran surah Al-Kautsar:3)
“Fashbir kamaa shobaro ‘ulul azmi minarrusul” (Terdapat dalam Alquran dalam Surah Al-Ahqaf:35)
kemudian :”Washbir nafsaka m’aalladziina yaduuna robbahum bil ghodaati wal asyiyyi” (Terdapat dalam Alquran surah Al-Kahfi:28)
Demikian pula:”Fashollili robbika wanhar” (Terdapat dalam, Alquran surah Al-Kautsar:3)
Demikain pula:“Walaa tuthi’ man aghfainaa qolbahuu ‘an Dzikrinaa wattaba’a hawaahu” (Terdapat dalam Alquran Surah Al-Kahfi:28)
3. Dalam futuhul Ghoib Syekh Abdul Qadir Jaelani bersabda: “Tughnaa watusyajja’ waturfa’ wa tukhootobu biannakal yauma ladainaa makiinun Amiin” bagian akhir ini pun terdapat di dalam ayat Alquran.
3. Dalam futuhul Ghoib Syekh Abdul Qadir Jaelani bersabda: “Tughnaa watusyajja’ waturfa’ wa tukhootobu biannakal yauma ladainaa makiinun Amiin” bagian akhir ini pun terdapat di dalam ayat Alquran.
4. Kemudian dalam Al Matholib Jamaliyah, berkenaan dengan Imam Syafii Al Ustaad As sahaani menulis sebuah kitab bahwa Imam Syafii melihat Tuhan dalam mimpi dan berdiri dihadapan beliau. Maka, Tuhan memanggil beliau. “wahai Muhammad bin Idris, tegaklah diatas agama Muhammad dan janganlah sekali bergeser dari itu. Kalau tidak, kamu sendiri akan sesat dan akan menyesatkan orang-orang, Apakah kamu bukan imam orang-orang? Kamu janganlah sama sekali takut pada raja itu, bacalah ayat ini, (Q.S Yaasin:8 yang artinya:” Sesungguhnya Kami telah memadang belenggu di leher mereka lalu tangan mereka diangkat ke dagu, maka mereka itu tertengadah”) Imam Syafii berkata, “maka saya bangun dengan kudrat Tuhan ayat meluncur dari lidah saya.
Dari contoh wahyu-wahyu yang diterima oleh wujud suci tersebut diatas nampak jelas ada wahyu-wahyu uyang diterima oleh wujud-wujud suci tersebut di atas, nampak jelas ada wahyu-wahyu yang hanya barupa ayat-ayata Alquran ada yang bukan ayat Alquran dan ada yang merupalan campuran antara ayat-ayat Alquran dan yang bukan.
Syekh Muhyiddin Ibnu Arobi sendiri menerangkan lebih lanjut dalam buku Futuhatul Makiyyah juz II hal 236. “Semua macam wahyu Allah ini terdapat pada hamba-hamba Allah, yakni para wali. Ya, Wahyu yang khusus untuk para nabi dan wali-yang mereka tidak dapatkan-adalah wahyu syariat. Jadi wahyu yang di dalamnya terdapat hukum baru tidak akan turun. Jika ada nabi dalam umat ini yang dibangkitkan dan dia memperoleh wahyu maka tidak halangan dari segi akal dan nash, dengan syarat didalamnya tidak ada hal yang bertentangan dengan Alquran”
Abdul Wahhab Asysya’roni rh berkata dalam Al Yawaakitul Jawaahir juz II hal.84 sebagai berikut:
Dari contoh wahyu-wahyu yang diterima oleh wujud suci tersebut diatas nampak jelas ada wahyu-wahyu uyang diterima oleh wujud-wujud suci tersebut di atas, nampak jelas ada wahyu-wahyu yang hanya barupa ayat-ayata Alquran ada yang bukan ayat Alquran dan ada yang merupalan campuran antara ayat-ayat Alquran dan yang bukan.
Syekh Muhyiddin Ibnu Arobi sendiri menerangkan lebih lanjut dalam buku Futuhatul Makiyyah juz II hal 236. “Semua macam wahyu Allah ini terdapat pada hamba-hamba Allah, yakni para wali. Ya, Wahyu yang khusus untuk para nabi dan wali-yang mereka tidak dapatkan-adalah wahyu syariat. Jadi wahyu yang di dalamnya terdapat hukum baru tidak akan turun. Jika ada nabi dalam umat ini yang dibangkitkan dan dia memperoleh wahyu maka tidak halangan dari segi akal dan nash, dengan syarat didalamnya tidak ada hal yang bertentangan dengan Alquran”
Abdul Wahhab Asysya’roni rh berkata dalam Al Yawaakitul Jawaahir juz II hal.84 sebagai berikut:
“Kita tidak mendapat mpemberiutahuan dari Tuhan bahwa sesudah RASululllah saw ada wahyu syariat yang akan turun tetapi untuk kita, wahyu dan ilham pasti ada”
Dalam hal ini kata-kata wahyu dan ilham digunakan supaya para pembaca memperhatikan dan sama sekali jangan lupa bahwa wahyu yang di dalamnya tidak ada perintah baru menentang perintah Alquran itulah yang bisa turun dan wahyu syariat ataupun wahyu kenabian yang membawa hukum baru tidak akan turun lagi.
‘Allamah Ullusi dalam tafsir beliau Ruhul Ma’ani berkata: “Kalian hendaknya mengetahui bahwa sebagian ulama mengingkari turunnya malaikat/wahyu pada hati selain nabi sebab mereka tidak merasakan lezatnya. Jelasnya bahwa malaikat itu turun tetapi dengan syariat nabi Kita saw.
Dalam hal ini kata-kata wahyu dan ilham digunakan supaya para pembaca memperhatikan dan sama sekali jangan lupa bahwa wahyu yang di dalamnya tidak ada perintah baru menentang perintah Alquran itulah yang bisa turun dan wahyu syariat ataupun wahyu kenabian yang membawa hukum baru tidak akan turun lagi.
‘Allamah Ullusi dalam tafsir beliau Ruhul Ma’ani berkata: “Kalian hendaknya mengetahui bahwa sebagian ulama mengingkari turunnya malaikat/wahyu pada hati selain nabi sebab mereka tidak merasakan lezatnya. Jelasnya bahwa malaikat itu turun tetapi dengan syariat nabi Kita saw.
http://muslim-ahmadi.blogspot.com/2008/01/tadzkirah-kitab-suci-ahmadiyah.html
Menjawab Kebohongan Ahmadiyah
Berbagai aliran sesat sudah terbiasa menggunakan kiat-kiat untuk mengelabui dan membohongi masyarakat dalam menyebarluaskan paham-pahamnya. Berbagai kebohongan, pengaburan, dan tipu daya juga seringkali dimunculkan dalam kasus seputar Ahmadiyah. Pada tanggal 3 Januari 2008, Jemaat Ahmadiyah Indonesia berkirim surat berupa “Ringkasan Penjelasan tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia” kepada Azyumardi Azra di kantor Sekretariat Wakil Presiden.
Tulisan ringkas berikut ini merupakan jawaban-jawaban ringkas dan jitu untuk meluruskan beberapa penjelasan kaum Ahmadiyah, seperti dalam surat mereka ke Azyumardi Azra di kantor Wapres tersebut. Berikut ini beberapa penjelasan Ahmadiyah dan jawaban kita. Ahmadiyah mengatakan:
1. “Syahadat kami adalah syahadat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: “Asyhadu anlaa-ilaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Jawab kita:
Kita perlu berhati-hati dan mencermati pengakuan semacam itu. Sejak berdirinya, Jemaat Ahmadiyah sudah mengaburkan makna syahadat, meskipun lafalnya sama dengan syahadat orang Islam. Kaum Ahmadiyah mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah juga Muhammad dan Rasul Allah. Simaklah buku Memperbaiki Kesalahan (Eik Ghalthi Ka Izalah), karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialih bahasakan oleh H.S. Yahya Ponto, (terbitan Jamaah Ahmadiyah cab. Bandung, tahun 1993). Di situ tertulis penjelasan terhadap ayat al-Quran berikut ini:
محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم …
Dalam buku ini, Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan, siapa yang dimaksud dengan “Muhammad” dalam ayat tersebut, yakni: “Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul…(hal. 5).
Jadi, inilah perbedaan keimanan yang sangat mendasar antara Ahmadiyah dengan orang Muslim. Sebab, bagi umat Islam, kata Muhammad dalam syahadat, adalah Nabi Muhammad saw yang lahir di Mekkah, bukan yang lahir di India. Lebih jauh lagi, dikatakan dalam buku ini:
“Dan 20 tahun yang lalu, sebagai tersebut dalam kitab Barahin Ahmadiyah Allah Taala sudah memberikan nama Muhammad dan Ahmad kepadaku, dan menyatakan aku wujud beliau juga.” (Hal. 16-17). “….. Dalam hal ini wujudku tidak ada, yang ada hanyalah Muhammad Musthafa SAW, dan itulah sebabnya aku dinamakan Muhammad dan Ahmad.” (Hal. 25)
Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Nopember 1985 (Nubuwwah 1364 HS), rubrik “Tadzkirah”, disebutkan:
“Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkanku Rasul-Nya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Brahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatku manifestasi dari semua Nabi, dan memberiku nama mereka. Aku Adam, Aku Seth, Aku Nuh, Aku Ibrahim, Aku Ishaq, Aku Ismail, Aku Ya’qub Aku Yusuf, Aku Musa, Aku Daud, Aku Isa, dan Aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad SAW, yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi. (Haqiqatul Wahyi, h. 72).” (Hal. 11-12)
Sekali lagi, yang menjadi masalah adalah bahwa bagi kaum Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad juga mengaku sebagai Muhammad saw, sebagaimana disebutkan sebelumnya. Bahkan, dalam buku Ajaranku, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Yayasan Wisma Damai, Bogor, cetakan keenam,1993, disebutkan: “….. di dalam syariat Muhammad s.a.w akulah Masih Mau’ud. Oleh karena itu aku menghormati beliau sebagai rekanku …..” (Hal. 14)
Ahmadiyah mengatakan;
2. “Kitab Suci kami hanyalah Al Qur’anul Karim.” Ahmadiyah juga mengatakan, bahwa “Tadzkirah” bukanlah kitab suci mereka, tetapi merupakan pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikumpulkan dan dibukukan serta diberi nama Tadzkirah oleh pengikutnya pada tahun 1935 (27 tahun setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal dunia tahun 1908).
Jawab kita:
Penjelasan Ahmadiyah ini juga tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam kitab Tadzkirah yang asli tertulis di lembar awalnya kata-kata berikut ini: “TADZKIRAH YA’NI WAHYU MUQODDAS”, artinya TADZKIRAH adalah WAHYU SUCI. Jadi, kaum Ahmadiyah jelas menganggap bahwa kitab Tadzkirah adalah “wahyu yang disucikan”. Karena itu, sangat tidak benar jika mereka tidak mengakuinya sebagai Kitab Suci. Sangat jelas, mereka memiliki kitab suci lain, selain al-Quran, yaitu kitab Tadzkirah.
Tentu saja, umat Islam seluruh dunia menolak dengan tegas, bahwa setelah Nabi Muhammad saw, ada nabi lagi, atau ada orang yang menerima wahyu dari Allah SWT. Dalam buku Apakah Ahmadiyah itu? Karangan HZ. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad disebutkan:
“Hadhrat Masih Mau’ud a.s tampil ke dunia dan dengan lantangnya menyatakan, bahwa Allah Ta’ala bercakap-cakap dengan beliau dan bukan dengan diri beliau saja, bahkan Dia bercakap-cakap dengan orang-orang yang beriman kepada beliau serta mengikuti jejak beliau, mengamalkan pelajaran beliau dan menerima petunjuk beliau. Beliau berturut-turut mengemukakan kepada dunia Kalam Ilahi yang sampai kepada beliau dan menganjurkan kepada para pengikut beliau, agar mereka pun berusaha memperoleh ni’mat serupa itu.” (hal. 63-64).
3. “Kami warga Jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah, baik dengan kata-kata maupun perbuatan.”
Jawab kita:
Pengakuan kaum Ahmadiyah ini pun nyata-nyata tidak sesuai dengan fakta yang ada pada buku-buku dan terbitan mereka. Dalam buku Amanat Imam Jemaat Ahmadiyah Khalifatul Masih IV Hazrat Mirza Tahir Ahmad Pada Peringatan Seabad Jemaat Ahmadiyah Tahun 1989 terbitan Panita Jalsah Salanah 2001, 2002 Jemaat Ahmadiyah Indonesia, disebutkan:
“Saya bersaksi kepada Tuhan Yang MahaKuasa dan Yang Selamanya Hadir bahwa seruan Ahmadiyah tidak lain melainkan kebenaran. Ahmadiyah adalah Islam dalam bentuknya yang sejati. Keselamatan umat manusia bergantung pada penerimaan agama damai ini.” (Hal. 6)
“Bilakhir, perkenankanlah saya dengan tulus ikhlas mengetuk hati anda sekalian sekali lagi agar sudi menerima seruan Juru Selamat di akhir zaman ini.” (Hal. 10)
Bahkan, Ahmadiyah punya istilah sendiri untuk menamai para pengikut ajarannya, dengan tujuan membedakan diri dari orang-orang Islam lainnya:
Dalam buku Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad – Imam Mahdi dan Masih Mau’ud Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, cetakan kedua, 1995, disebutkan:
“Pada tahun 1901, akan diadakan sensus penduduk di seluruh India. Maka Hazrat Ahmad as. menerbitkan sebuah pengumuman kepada seluruh pengikut beliau untuk mencatatkan diri dalam sensus tersebut sebagai Ahmadi Muslim. Yakni, pada tahun itulah Hazrat Ahmad as. telah menetapkan nama Ahmadi bagi para pengikut beliau as., untuk membedakan diri dari orang-orang Islam lainnya.” (Hal. 47)
Kaum Ahmadiyah juga menyebut, jemaat mereka adalah laksana perahu Nabi Nuh yang menyelamatkan. Yang tidak ikut perahu itu akan tenggelam. Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Juli 1986 (Wafa 1365 HS), pada salah satu tulisan dengan judul Ahmadiyah Bagaikan Bahtera Nuh Untuk Menyelamatkan Yang Berlayar Dengannya, oleh Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, dinyatakan:
“Aku ingin menarik perhatian kalian kepada sebuah bahtera lainnya yang telah dibuat di bawah mata Allah dan dengan pengarahanNya. Kalian adalah bahtera itu, yakni Jemaat Ahmadiyah. Masih Mau’ud a.s. diberi petunjuk oleh Allah melalui wahyu yang diterimanya bahwa beliau hendaklah mempersiapkan sebuah Bahtera. Bahtera itu adalah Jemaat Ahmadiyah yang telah mendapat jaminan Allah bahwa barang siapa bergabung dengannya akan dipelihara dari segala kehancuran dan kebinasaan.”.………….
“Ini adalah suatu pelajaran lain yang hendaknya diperhatikan oleh anggota-anggota Jemaat. Sungguh terdapat jaminan keamanan bagi mereka yang menaiki Bahtera Nuh, baik bagi para anggota keluarga Masih Mau’ud a.s. maupun bagi orang-orang yang, meskipun tidak mempunyai hubungan jasmani dengannya, menaiki Bahtera itu dengan jalan mengikuti ajaran beliau”. ………….
“Semoga Allah memberi kemampuan kepada kita untuk melindungi Bahtera ini dengan sebaik-baiknya, dengan ketakwaan dan ketabahan yang sempurna, dan dengan kebenaran yang sempurna – Bahtera yang telah dibina demi keselamatan seluruh dunia. Amin!”. (Hal. 12, 13, 16, 30)
Kesimpulan:
Kita jangan mudah tertipu dengan penjelasan-penjelasan yang tampak indah, padahal, dunia Islam sejak dulu sudah tahu, apa dan bagaimana sebenarnya ajaran Ahmadiyah. Intinya, mereka mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, Isa al-Mau’ud, dan Imam Mahdi. Mereka juga tidak mau bermakmum kepada orang Islam dalam shalat, karena orang Islam tidak mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Jadi, antara Islam dan Ahmadiyah memang ada perbedaan dalam masalah keimanan. Oleh sebab itulah, berbagai fatwa lembaga-lembaga Islam internasional sudah lama menyatakan, bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan. Kita berharap para pejabat dan cendekiawan kita tidak mudah begitu saja menerima penjelasan Ahmadiyah, tanpa melakukan penelitian yang mendalam. Sebab, tanggung jawab mereka bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat. Kita hanya mengingatkan mereka, tanggung jawab kita masing-masing di hadapan Allah SWT.
Tulisan ringkas berikut ini merupakan jawaban-jawaban ringkas dan jitu untuk meluruskan beberapa penjelasan kaum Ahmadiyah, seperti dalam surat mereka ke Azyumardi Azra di kantor Wapres tersebut. Berikut ini beberapa penjelasan Ahmadiyah dan jawaban kita. Ahmadiyah mengatakan:
1. “Syahadat kami adalah syahadat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: “Asyhadu anlaa-ilaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Jawab kita:
Kita perlu berhati-hati dan mencermati pengakuan semacam itu. Sejak berdirinya, Jemaat Ahmadiyah sudah mengaburkan makna syahadat, meskipun lafalnya sama dengan syahadat orang Islam. Kaum Ahmadiyah mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah juga Muhammad dan Rasul Allah. Simaklah buku Memperbaiki Kesalahan (Eik Ghalthi Ka Izalah), karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialih bahasakan oleh H.S. Yahya Ponto, (terbitan Jamaah Ahmadiyah cab. Bandung, tahun 1993). Di situ tertulis penjelasan terhadap ayat al-Quran berikut ini:
محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم …
Dalam buku ini, Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan, siapa yang dimaksud dengan “Muhammad” dalam ayat tersebut, yakni: “Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul…(hal. 5).
Jadi, inilah perbedaan keimanan yang sangat mendasar antara Ahmadiyah dengan orang Muslim. Sebab, bagi umat Islam, kata Muhammad dalam syahadat, adalah Nabi Muhammad saw yang lahir di Mekkah, bukan yang lahir di India. Lebih jauh lagi, dikatakan dalam buku ini:
“Dan 20 tahun yang lalu, sebagai tersebut dalam kitab Barahin Ahmadiyah Allah Taala sudah memberikan nama Muhammad dan Ahmad kepadaku, dan menyatakan aku wujud beliau juga.” (Hal. 16-17). “….. Dalam hal ini wujudku tidak ada, yang ada hanyalah Muhammad Musthafa SAW, dan itulah sebabnya aku dinamakan Muhammad dan Ahmad.” (Hal. 25)
Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Nopember 1985 (Nubuwwah 1364 HS), rubrik “Tadzkirah”, disebutkan:
“Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkanku Rasul-Nya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Brahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatku manifestasi dari semua Nabi, dan memberiku nama mereka. Aku Adam, Aku Seth, Aku Nuh, Aku Ibrahim, Aku Ishaq, Aku Ismail, Aku Ya’qub Aku Yusuf, Aku Musa, Aku Daud, Aku Isa, dan Aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad SAW, yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi. (Haqiqatul Wahyi, h. 72).” (Hal. 11-12)
Sekali lagi, yang menjadi masalah adalah bahwa bagi kaum Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad juga mengaku sebagai Muhammad saw, sebagaimana disebutkan sebelumnya. Bahkan, dalam buku Ajaranku, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Yayasan Wisma Damai, Bogor, cetakan keenam,1993, disebutkan: “….. di dalam syariat Muhammad s.a.w akulah Masih Mau’ud. Oleh karena itu aku menghormati beliau sebagai rekanku …..” (Hal. 14)
Ahmadiyah mengatakan;
2. “Kitab Suci kami hanyalah Al Qur’anul Karim.” Ahmadiyah juga mengatakan, bahwa “Tadzkirah” bukanlah kitab suci mereka, tetapi merupakan pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang dikumpulkan dan dibukukan serta diberi nama Tadzkirah oleh pengikutnya pada tahun 1935 (27 tahun setelah Mirza Ghulam Ahmad meninggal dunia tahun 1908).
Jawab kita:
Penjelasan Ahmadiyah ini juga tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam kitab Tadzkirah yang asli tertulis di lembar awalnya kata-kata berikut ini: “TADZKIRAH YA’NI WAHYU MUQODDAS”, artinya TADZKIRAH adalah WAHYU SUCI. Jadi, kaum Ahmadiyah jelas menganggap bahwa kitab Tadzkirah adalah “wahyu yang disucikan”. Karena itu, sangat tidak benar jika mereka tidak mengakuinya sebagai Kitab Suci. Sangat jelas, mereka memiliki kitab suci lain, selain al-Quran, yaitu kitab Tadzkirah.
Tentu saja, umat Islam seluruh dunia menolak dengan tegas, bahwa setelah Nabi Muhammad saw, ada nabi lagi, atau ada orang yang menerima wahyu dari Allah SWT. Dalam buku Apakah Ahmadiyah itu? Karangan HZ. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad disebutkan:
“Hadhrat Masih Mau’ud a.s tampil ke dunia dan dengan lantangnya menyatakan, bahwa Allah Ta’ala bercakap-cakap dengan beliau dan bukan dengan diri beliau saja, bahkan Dia bercakap-cakap dengan orang-orang yang beriman kepada beliau serta mengikuti jejak beliau, mengamalkan pelajaran beliau dan menerima petunjuk beliau. Beliau berturut-turut mengemukakan kepada dunia Kalam Ilahi yang sampai kepada beliau dan menganjurkan kepada para pengikut beliau, agar mereka pun berusaha memperoleh ni’mat serupa itu.” (hal. 63-64).
3. “Kami warga Jemaat Ahmadiyah tidak pernah dan tidak akan mengkafirkan orang Islam di luar Ahmadiyah, baik dengan kata-kata maupun perbuatan.”
Jawab kita:
Pengakuan kaum Ahmadiyah ini pun nyata-nyata tidak sesuai dengan fakta yang ada pada buku-buku dan terbitan mereka. Dalam buku Amanat Imam Jemaat Ahmadiyah Khalifatul Masih IV Hazrat Mirza Tahir Ahmad Pada Peringatan Seabad Jemaat Ahmadiyah Tahun 1989 terbitan Panita Jalsah Salanah 2001, 2002 Jemaat Ahmadiyah Indonesia, disebutkan:
“Saya bersaksi kepada Tuhan Yang MahaKuasa dan Yang Selamanya Hadir bahwa seruan Ahmadiyah tidak lain melainkan kebenaran. Ahmadiyah adalah Islam dalam bentuknya yang sejati. Keselamatan umat manusia bergantung pada penerimaan agama damai ini.” (Hal. 6)
“Bilakhir, perkenankanlah saya dengan tulus ikhlas mengetuk hati anda sekalian sekali lagi agar sudi menerima seruan Juru Selamat di akhir zaman ini.” (Hal. 10)
Bahkan, Ahmadiyah punya istilah sendiri untuk menamai para pengikut ajarannya, dengan tujuan membedakan diri dari orang-orang Islam lainnya:
Dalam buku Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad – Imam Mahdi dan Masih Mau’ud Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, cetakan kedua, 1995, disebutkan:
“Pada tahun 1901, akan diadakan sensus penduduk di seluruh India. Maka Hazrat Ahmad as. menerbitkan sebuah pengumuman kepada seluruh pengikut beliau untuk mencatatkan diri dalam sensus tersebut sebagai Ahmadi Muslim. Yakni, pada tahun itulah Hazrat Ahmad as. telah menetapkan nama Ahmadi bagi para pengikut beliau as., untuk membedakan diri dari orang-orang Islam lainnya.” (Hal. 47)
Kaum Ahmadiyah juga menyebut, jemaat mereka adalah laksana perahu Nabi Nuh yang menyelamatkan. Yang tidak ikut perahu itu akan tenggelam. Dalam Majalah Bulanan resmi Ahmadiyah “Sinar Islam” edisi 1 Juli 1986 (Wafa 1365 HS), pada salah satu tulisan dengan judul Ahmadiyah Bagaikan Bahtera Nuh Untuk Menyelamatkan Yang Berlayar Dengannya, oleh Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, dinyatakan:
“Aku ingin menarik perhatian kalian kepada sebuah bahtera lainnya yang telah dibuat di bawah mata Allah dan dengan pengarahanNya. Kalian adalah bahtera itu, yakni Jemaat Ahmadiyah. Masih Mau’ud a.s. diberi petunjuk oleh Allah melalui wahyu yang diterimanya bahwa beliau hendaklah mempersiapkan sebuah Bahtera. Bahtera itu adalah Jemaat Ahmadiyah yang telah mendapat jaminan Allah bahwa barang siapa bergabung dengannya akan dipelihara dari segala kehancuran dan kebinasaan.”.………….
“Ini adalah suatu pelajaran lain yang hendaknya diperhatikan oleh anggota-anggota Jemaat. Sungguh terdapat jaminan keamanan bagi mereka yang menaiki Bahtera Nuh, baik bagi para anggota keluarga Masih Mau’ud a.s. maupun bagi orang-orang yang, meskipun tidak mempunyai hubungan jasmani dengannya, menaiki Bahtera itu dengan jalan mengikuti ajaran beliau”. ………….
“Semoga Allah memberi kemampuan kepada kita untuk melindungi Bahtera ini dengan sebaik-baiknya, dengan ketakwaan dan ketabahan yang sempurna, dan dengan kebenaran yang sempurna – Bahtera yang telah dibina demi keselamatan seluruh dunia. Amin!”. (Hal. 12, 13, 16, 30)
Kesimpulan:
Kita jangan mudah tertipu dengan penjelasan-penjelasan yang tampak indah, padahal, dunia Islam sejak dulu sudah tahu, apa dan bagaimana sebenarnya ajaran Ahmadiyah. Intinya, mereka mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, Isa al-Mau’ud, dan Imam Mahdi. Mereka juga tidak mau bermakmum kepada orang Islam dalam shalat, karena orang Islam tidak mengimani Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Jadi, antara Islam dan Ahmadiyah memang ada perbedaan dalam masalah keimanan. Oleh sebab itulah, berbagai fatwa lembaga-lembaga Islam internasional sudah lama menyatakan, bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan. Kita berharap para pejabat dan cendekiawan kita tidak mudah begitu saja menerima penjelasan Ahmadiyah, tanpa melakukan penelitian yang mendalam. Sebab, tanggung jawab mereka bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat. Kita hanya mengingatkan mereka, tanggung jawab kita masing-masing di hadapan Allah SWT.
disitu tergambar jelas tentang sosok Mirza ghulam Ahmad yang dijadikan nabi. dan ini menodai Qur’an dan Islam yang meyakini nabi terakhir adalah Muhammad.
untuk umat kristen, mungkin anada perlu juga berkaca pada kejadian pendeta sibueya diBandung yang mendirikan sekte kiamat dan tentunya menyulut kemarahan umat kristen juga pada saat itu yang merasa dilecehkan agamanya.
nah inilah pokok masalahnya, islam justru yang dikorbankan, tetapi ahmadiyah malah yang mendapatkan simpati karena seakan2 mereka ditindas sebagai minoritas. seandainya mereka berdiri dengan agam sendiri misalnya agama MIRZA kek atau apa ? namanya gitu lebih baik ketimbang menggunakan nama islam sementara menabikan Mirza Ghulam Ahmad dan Ingat dibelakang ajaran aliran ahmadiyah amerika dan inggris dengan misi2nya untuk memecahbelahkan agama islam !!!!!!
Inilah Isi Doktrin Sesat Kitab Suci Ahmadiyah.
http://www.blak-blakan.com/2011/02/inilah-isi-doktrin-sesat-kitab-suci.html
4. Mirza Ghulam Ahmad mengaku lebih sempurna dari Allah: "Nama Mirza Ghulam Ahmad sangat sempurna, sedang nama Allah tidak sempurna
Tebal Kitab Tazkirah 818 halaman menggunakan bahasa Arab dan Urdu. Isinya yang berbahasa Arab ada yang persis seperti ayat-ayat Al-Quran, ada yang mirip, ada pula yang memang berbeda total dengan Al-Quran, dan ada pula yang sama dengan hadits.
Anggota Komisi Fatwa MUI Provinsi Sumatera Utara Ramli Abdul Wahid pernah melakukan bedah buku Tadzkirah menemukan kalimat-kalimat yang sama dengan ayat Al-Quran.
Misalnya, Qul in kuntum tuhibbunallah fattabi‘uni yuhbibkumullah (Ali Imran:31) yang berarti "Hai Ahmad, jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku niscaya Allah mencintaimu."
Sementara dalam Tazkirah halaman 221, sambungannya lain lagi, yaitu Wa yaghfir lakum zunubakum wa yarham ‘alaikum wa huwa arhamur rahimin yang berarti "Dan Ia mengampuni dosa-dosa kamu, memberi rahmat atas kamu, dan Ia Paling Penyayang."
Dalam Tazkirah hlm. 352, sambungannya, Wa qul ya ayyuhan nas inni rasulullah ilaikum jami‘an aiy mursalum minallah (Dan katakanlah, Hai manusia sesungguhnya saya rasul Allah kepada kamu sekalian, artinya diutus dari Allah.)
Mirza Ghulam Ahmad mengkalim bahwa ayat ini turun kepadanya setelah pernah turun kepada Nabi Muhammad saw. Dalam bukunya, Eik Ghalathi Ka Izalah versi Indonesia halaman 5, Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa dalam wahyu ini Tuhan sudah menamainya Muhammad dan Rasulullah.
"Karena itu, orang Ahmadiyah tidak perlu merombak bagian kedua dari syahadatnya, yakni wa asyhadu anna muhammadar rasulullah yang artinya, Dan saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah," ujar Ramli.
Jadi lafal syahadat orang Islam sama dengan syahadat orang Ahmadiyah. Akan tetapi, hakikatnya berbeda karena Muhammad dalam syahadat orang Islam adalah Muhammad bin Abdillah, sedang Muhammad dalam syahadat orang Ahmadiyah maksudnya Mirza Ghulam Ahmad. [mah]
Anggota Komisi Fatwa MUI Provinsi Sumatera Utara Ramli Abdul Wahid pernah melakukan bedah buku Tadzkirah menemukan kalimat-kalimat yang sama dengan ayat Al-Quran.
Contoh isi Tazkirah yang mirip dengan Al-Quran adalah Ya Ahmadu uskun anta wa zaujukal jannah yang berarti "Hai Ahmad, diamlah engkau dan isterimu di dalam sorga),"
Ayat ini mirip dengan Ya Adamu uskun anta wa zaujukal jannah yang berarti "Hai Adam. Diamlah engkau dan isterimu dalam surga." sebagaimana di dalam Al Quran.
Kemudian bunyi Inna anzajnahu qariban minal Qadiyan yang berarti "Kami turunkan (Tazkirah) dekat dari Kadiyan)." mirip dengan ayat Inna anzalnahu fi lailatil qadr yang berarti "Sesungguhnya, Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang agung." yang terdalam surat Al Qadr dalam Al Quran. [wol/mah]
Anggota Komisi Fatwa MUI Provinsi Sumatera Utara Ramli Abdul Wahid pernah melakukan bedah buku Tadzkirah menemukan kalimat-kalimat yang sama dengan ayat Al-Quran.
Ayat ini mirip dengan Ya Adamu uskun anta wa zaujukal jannah yang berarti "Hai Adam. Diamlah engkau dan isterimu dalam surga." sebagaimana di dalam Al Quran.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah telah mengkaji buku ini dan sepakat menyimpulkan bahwa Ahmadiyah adalah organisasi sesat dan menyesatkan.
Berikut ini adalah beberapa isi Tadzkirah, kitab suci Ahmadiyah yang menunjukkan ajaran kesesatan sebagaimana diikutip dari berbagai sumber.
5. Ahmadiyah mengkafirkan umat Islam yang bukan non-Ahmadiyah: "Bahwa Allah telah memberi kabar kepadanya, sesungguhnya orang yang tidak mengikutimu dan tidak berbaiat padamu dan tetap menentang kepadamu, dia itu adalah orang yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya dan termasuk penghuni Neraka jahim”. (Tadzkirah, hal 342).
6. Jemaat Ahmadiyah tak boleh salat dengan non-Ahmadiyah: "Sesungguhnya Allah telah menjelaskan padaku, bahwa setiap orang yang telah sampai padanya dakwahku kemudian dia tidak menerimaku, maka dia bukanlah seorang Muslim dan berhak mendapatkan siksa Allah." (Tadzkirah, hal 600).
7. Ahmadiyah mengklaim Tadzkirah sebagai kitab suci yang paling benar: "Sesungghuhnya kami telah menurunkan kitab suci Tadzkirah ini dekat dengan Qadhian (India). Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun." (Tadzkirah, hal 637).
8. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Rasulullah: "Dan katakanlah, Hai manusia sesungguhnya saya rasul Allah kepada kamu sekalian." (Tadzkirah, hal 352). [bersambung/nic]
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah telah mengkaji buku ini dan sepakat menyimpulkan bahwa Ahmadiyah adalah organisasi sesat dan menyesatkan.
Berikut ini adalah beberapa isi Tadzkirah, kitab suci Ahmadiyah yang menunjukkan ajaran kesesatan sebagaimana dikutip dari berbagai sumber.
9. Semua manusia harus tunduk kepada Mirza Ghulam Ahmad: "Kami tempatkan manusia di bawah telapak kakimu." (Tazkirah, hal 744).
10. Mirza Ghulam Ahmad adalah utusan Allah: "Hai Ahmad, engkau telah dijadikan utusan-Ku." (Tazkirah, hal 487).
11. Anggota Ahmadiyah akan masuk surga: "Laknat Allah atas orang yang kafir. Diberkahi orang yang bersama-Mu dan orang di sekitar-Mu. (Tazkirah, hal 751). [habis/nic]
manfaatnya. Dia tidak akan pernah masuk ke dalam
substansi, membahas 'ayat-ayat' palsunya. Setiap
ditunjukkan kepada kebohongan ayat-ayat Tazkirah dia
lari bertele-tele.
Saya merasa melawan orang kafir ini, mubazir karena
hanya akan jadi debat kusir. Bagaimanapun kita
menunjukkan kepalsuan ayat-ayat Mirza Ghulam Ahmad Al
Katzib itu, tidak akan berpengaruh apa-apa kepadanya
karena Allah telah mencap hatinya dengan kekufuran.
--- ma_suryawan <ma_suryawan@...> wrote:
> Rul..rul....
>
> Saya udah buka hasil scan klipping itu. Sukriya.
>
> Preambul itu adalah tulisan si wartawan...
>Berdebat dengan orang kafir yang satu ini tidak ada
manfaatnya.
> Paragraf pertama yang kamu highlight kuning ada
> tertulis ["Kitab
> suci" yang diberi nama Tadzkiroh itu] adalah tulisan
> karangan
> wartawan, bukan kutipan perkataan H. Sayuti Aziz
> Ahmad.
>
> Pak Sayuti dalam klipping itu tidak pernah
> mengatakan Tadzkirah
> sebagai kitab suci seperti yang anda
> gembar-gemborkan di milis ini...
>
> He..he...
>
> Siapa yang kamu mau bodohi rul??? Si Asepkah?? HMNA
> kah? Azhari kah?
>
> Jadi, Anda sendirilah yang suka berbohong. Gimana
> Tuan Boes??
>
> Salam,
> M. A. Suryawan
>
>
> --- In surau@yahoogroups.com, "Muhasrul, Zubir
> \(Supraco\)"
> <muhasrul.zubir@...> wrote:
> >
> > Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuhu
> >
> > Jamaah Surau dan saudara2 seiman, kita telah
> melihat betapa Nadri
> > Saaduddin dan Suryawan begitu ngotot bahwa tidak
> ada Ahmadi yang
> > mengakui bahwa buku Tazkirah adalah kitab suci
> seperti yang ditulis
> > Suryawan :
> >
> > Tidak ada seorang Muslim Ahmadi pun yang
> > mengatakan/mengimani/meyakini/menamakan buku
> Tadzkirah sebagai
> kitab
> > suci.
> >
> > Tidak sia sialah mereka menjadi pengikut nabi
> Qadiyan si Pendusta
> Besar
> > Ghulam Ahmad karena mereka berhasil menjadi
> "manusia manusia
> pembohong"
> > seperti yang dilakukan Ghulam Ahmad.
> > Seorang tokoh puncak Ahmadiyah Indonesia H.Sayuti
> Aziz Ahmad yang
> > memegang jabatan Kepala Dakwah Jemaat Ahmadiyah
> > Apa yang selalu di teriak2kan Ahmadi di muka
> khalayak ramai dan
> Suryawan
> > di milis ini seperti tulisan dia diatas adalah
> sebuah kebohongan
> besar.
> > Seorang tokoh puncak Ahmadiyah Indonesia H.Sayuti
> Aziz Ahmad yang
> > memegang jabatan Kepala Dakwah Jemaat Ahmadiyah
> dalam wawancara
> dengan
> > surat kabar INDO. POS - Jawa Post News Net Work
> (JPNN) pada hari
> Kemis
> > 8 September 2005, jelas disitu diterangkan bahwa
> Tazkirah adalah
> kitab
> > suci Ahmadiyah.
> > Agar Suryawan tidak memfitnah saya dan mengatakan
> saya berbohong
> saya
> > lampirkan kliping surat kabar tersebut, dan bagi
> saudara2 di milis
> surau
> > yg tidak bisa mendapatkannya, saya akan salinkan
> hasil wawancara
> > tersebut yg (yg mengenai kitab suci tazkirah)
> sesuai dengan
> aslinya:
> >
> > Pada preambul tertulis dengan ukuran huruf yang
> lebih besar sebagai
> > berikut:
> >
> > UNTUK DAPAT MENJALANKAN TITAH NABI MIRZA GHULAM
> AHMAD, UMATNYA
> HARUS
> > MEMAHAMI ISI "KITAB SUCI TAZKIROH" UNIKNYA UMATNYA
> JUSTRU BANYAK
> YANG
> > MEMBACA AL QURANUL KARIM
> >
> > Jika Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi
> Muhammad berbahasa Arab,
> > tidak halnya dengan "Kitab Suci" yang di wahyukan
> kepada Nabi Mirza
> > Ghulam Ahmad.a.s. KITAB SUCINYA Ahmdiyah ini
> menggunakan lima
> bahasa,
> > yaitu Arab, Urdu, Parsi , Inggris dan Punjabi. Hal
> ini yang
> membuat umat
> > Ahmadiyah ini sulit membaca dan memahami"Kitab
> Suci" yang diberi
> nama
> > Tazkiroh itu.
> >
> > Sampai hari ini tidak ada satupun koreksi dan
> keberatan dari para
> Ahmadi
> > tentang pernyataan itu,
> >
> > Pertanyaan saya sekarang kepada Mak Boes sebagai
> moderator adalah:
> > Apakah masih perlu kita teruskan dialog ini di
> milis surau yang
> nyata2
> > kita berhadapan dengan para pembohong dan tukang
> fitnah? Masih
> adakah
> > manfaatnya buat kita membuang2 waktu melayani
> mereka yang tidak
> jujur
> > dalam dialog ini?
> >
> > Suryawan: Sudah saya buktikan bahwa kamu memfitnah
> saya dengan
> > maengatakan saya mengutip dari buku"Ahmadiyah
> Telanjang Bulat di
> > Pamnggung Sejarah", sudah saya buktikan bahwa kamu
> memfitnah saya
> dengan
> > mengatakan postingan saya itu hanya karangan saya
> saja dengan
> > mengirimkan photo asli dari kitab2 tazkirah itu
> (edisi th 1959,
> 1969,
> > 2004) serta beberapa halaman ayat2 nya. Dan
> sekarang ini
> kebohongan mu
> > kembali terbongkar dengan wawancara pimpinan
> kalian diatas, masih
> > jugakah kamu punya muka untuk mengatakan kami
> tukang bohong dan
> tukang
> > fitnah? Dan masih jugakah kalian punya harga diri
> dengan mengatakan
> > "berdialog yang Islami?
> >
> > Wassalamualaikum (khusus untuk saudara muslim/at)
> >
> > Muhasrul
> >
> > <<Ternyata Tazkirah adalah Kitab Suci.jpg>>
> > <<Tazkirah2004-1969-1959.jpg>>
> >
> > -----Original Message-----
> > From: surau@yahoogroups.com
> [mailto:surau@yahoogroups.com] On
> Behalf Of
> > Muhammad Dafiq Saib
> > Sent: Friday, August 25, 2006 9:55 AM
> > To: surau@yahoogroups.com
> > Subject: Re: [surau] (3) Serial: Soal "Kitab Suci"
> - Bualan dan
> Fitnah
> > Muhasrul, Asep, dkk....
> >
> > Jadi maksudnya Tadzkirah itu tidak ada, begitu ya?
> > Bukan buku suci orang ahmadiyah? Dibacakan
> kepadamu buku ahmadiyah
> yang
> > Muhasrul punya aslinya kamu berkelit mengatakan
> buku itu tidak
> diyakini
> > orang ahmadi... Jelas bohong mu.. Orang sudah
> ditunjukkan nyata-
> nyata
> > tentang isi buku itu kamu berkelit kesana kemari.
> Tapi lucunya
> kamu coba
> > memperbaiki terjemahannya, sementara Muhasrul
> membaca kitab
> aslinya.
> > Siapa yang mengarang kitab asli itu?
> >
> > Ini ada dari file lama coba kamu bantah pula.
> Tentu ini juga
> fitnah kan.
> > Padahal dijelaskan judul buku dan halamannya.
> Cobalah bantah juga!
>
=== message truncated ===
St. Lembang Alam
Waspadai Tuntutan Pencabutan SKB Tiga Menteri Tentang Ahmadiyah
Oleh Hanin Mazaya pada Sabtu 17 Juli 2010, 12:00 PM. http://arrahmah.com/index.php/news/read/8388/waspadai-tuntutan-pencabutan-skb-tiga-menteri-tentang-ahmadiyahDari hasil penelitian LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) ditemukan butir-butir kesesatan dan penyimpangan Ahmadiyah ditinjau dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Kewajiban menggunakan tanggal, bulan, dan tahun Ahmadiyah tersendiri tersebut di atas adalah perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua yaitu: Basyiruddin Mahmud Ahmad.
Berdasarkan firman “Tuhan” yang diterima oleh “Nabi” dan “Rasul” Ahmadiyah yang terdapat dalam kitab suci “Tadzkirah” yang berbunyi: Menunjukkan BAHWA AHMADIYAH BUKAN SUATU ALIRAN DALAM ISLAM,TETAPI MERUPAKAN SUATU AGAMA YANG HARUS DIMENANGKAN TERHADAP SEMUA AGAMA-AGAMA LAINNYA TERMASUK AGAMA ISLAM.
Secara ringkas, Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci sendiri,tanggal, bulan dan tahun sendiri, tempat untuk haji sendiri serta khalifah sendiri yang sekarang khalifah yang ke 4 yang bermarkas di London Inggris bernama: Thahir Ahmad.
Berdasarkan “ayat-ayat” kitab suci Ahmadiyah “Tadzkirah”. Bahwa tugas dan fungsi Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul yang dijelaskan oleh kitab suci umat Islam Al Qur’an, dibatalkan dan diganti oleh “nabi” orang Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad.
Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan bunyi kitab suci Ahmadiyah “Tadzkirah” yang dikutip di bawah ini:
Tadzkirah hal.637).
Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”: Artinya: ”Katakanlah –wahai Mirza Ghulan Ahmad- “Jika kamu benar-benar mencintai
Allah, maka ikutilah aku”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.630)
Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”:Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau –wahai Mirza Ghulam Ahmad-kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.634)
Artinya: ”Katakanlah –wahai Mirza Ghulan Ahmad- “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.630)
Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”: Artinya: “Katakan wahai Mirza Ghulam Ahmad” – Se sungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, hanya diberi wahyu kepadaKu”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.633).
Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”: Artinya: “Sesungghnya kami telah memberikan kepadamu “wahai Mirza Ghulam Ahmad” kebaikan yang banyak.” (Kitab Suci Tadzkirah hal.652)
Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah”: Artinya: “Sesungguhnya kami telah menjadikan engkau -wahai Mirza Ghulam ahmad– imam bagi seluruh manusia”. (Kitab Suci Tadzkirah hal.630 )
Firman “Tuhan” dalam Kitab Suci “Tadzkirah” :Artinya: Oh, Pemimpin sempurna, engkau –wahai Mirza Ghulam Ahmad–seorang dari rasul–rasul, yang menempuh jalan betul, diutus oleh Yang Maha Kuasa, Yang Rahim”.
Dan masih banyak lagi ayat–ayat kitab suci Al-Qur’an yang dibajaknya. Ayat–ayat kitab suci Ahmadiyah “Tadzkirah” yang dikutip di atas, adalah penodaan dan bajakan–bajakan dari kitab suci Ummat Islam, Al-Qur’an. Sedang Mirza Ghulam Ahmad mengaku pada ummatnya (orang Ahmadiyah), bahwa ayat–ayat tersebut adalah wahyu yang dia terima dari “Tuhannya” di India. Masih kurang sesatkah Ahmadiyah? (voi/arrahmah.com)
Ahmadiyah sering langgar SKB 3 Menteri
http://arrahmah.com/index.php/news/read/10980/ahmadiyah-sering-langgar-skb-3-menteri
Oleh Althaf pada Senin 14 Februari 2011, 10:03 AM“Saya tak menyangka kalau dia (tetangga yang mengajaknya) adalah anggota jemaah Ahmadiyah. Dilihat dari penampilannya yang berjilbab rapi, saya fikir dia mengajak saya untuk mengikuti pengajian biasa,” kata Indah kepada hidayatullah.com.
Indah baru sadar ketika ia menanyakan di mana tempat pelaksanaan pengajian itu kepada tetangganya. “Setelah disebut tempatnya di sebuah masjid yang terletak masih di daerah Condet, saya baru sadar bila dia itu anggota Ahmadiyah. Masjid itu memang dikenal sebagai masjid Ahmadiyah,” jelasnya.
Setelah mengetahui itu Indah buru-buru menolak ajakan tetangganya itu.
Beda lagi dengan kisah yang disampaikan Sumiyati (namanya juga disamarkan), warga Tambun Bekasi, kepada hidayatullah.com. Sumiyati mengaku ia pernah menerima brosur kegiatan anak-anak bertajuk “Studi Islam Interaktif (SII)” yang disebar oleh seseorang yang tak dikenal.
“Saat itu menjelang liburan anak-anak sekolah. Mungkin kegiatan itu dalam rangka mengisi liburan sekolah,” kata Sumiyati.
Sumiyati pun tertarik mengikutsertakan anaknya pada acara tersebut. ”Saya juga sempat mengajak anak teman saya untuk ikut acara itu,” jelasnya.
Namun, setelah membaca brosur, temannya menyarankan kepada Sumiyati agar anaknya tidak diikutsertakan pada acara itu. Menurut keterangan dari temannya, acara itu merupakan acara Ahmadiyah.
”Dalam brosur itu tertulis alamat lengkap panitia, yakni di sebuah masjid. Nah, masjid itu, kata teman saya, dikenal sebagai masjid Ahmadiyah,” papar Sumiyati. Mendengar keterangan itu ia pun mengurungkan niatnya.
Munarman, SH, Penasehat Hukum Front Pembela Islam (FPI), mengatakan bahwa kasus-kasus seperti ini bukanlah hal yang baru. “Ya, itu sudah sering dilakukan Ahmadiyah. Mereka sering melanggar SKB 3 Menteri,” kata Munarman kepada hidayatullah.com.
Ia mencontohkan kasus Ahmadiyah di Cisalada, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan notulen hasil rapat internal Ahmadiyah Cisalada pada Ahad, 25 Juli 2010 dilaporkan dalam periode Agustus 2009-Juli 2010 Ahmadiyah berhasil merekrut 58 orang anggota baru.
“Penambahan anggota ini bukti bahwa jemaah Ahmadiyah telah menyebarkan ajarannya. Jelas hal ini melanggar SKB 3 Menteri,” tandas Munarman.
Sayangnya, kata Munarman, pemerintah tidak tegas terhadap Ahmadiyah yang kerap melanggar aturan. “Pemerintah semestinya memberi sanksi tegas kepada pengurus Ahmadiyah. Kan jelas dalam SKB tertulis jika masih menyebarkan ajaran Ahmadiyah kepada orang lain, maka konsekuensinya diberi sanksi,” katanya.
Ia juga meminta kepada umat Islam agar melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Ahmadiyah kepada aparat penegak hukum. (hid/arrahmah.com)
Ulama Se-Banten desak pemerintah bubarkan Ahmadiyah
http://arrahmah.com/index.php/news/read/10961/ddii-bubarkan-ahmadiyah-selesai-masalah1Oleh Althaf pada Jum'at 11 Februari 2011, 07:42 AM. http://arrahmah.com/index.php/news/read/10951/ulama-se-banten-desak-pemerintah-bubarkan-ahmadiyah
Pernyataan sikap tersebut disampaikan sejumlah perwakilan kiai di hadapan ratusan ulama dan kiai se-Banten di Serang, Kamis (10/2/2011), menyusul bentrok yang menewaskan empat orang tersebut.
Pernyataan sikap dibacakan KH Fathul Adzim Kharitib (Ketua Kenadziran Kesultanan Maulana Hasanudin), KH Muhtadi Dimyati (Pimpinan Pondok Pesantren Cidahu Pandeglang), KH Kurtubi (perwakilan kiai Kabupaten Lebak), serta sejumlah tokoh agama Islam dari daerah di Banten lainnya, dan anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Agus Setiawan.
Mereka menyatakan tidak menyetujui tindakan anarkis, kecuali keadaan terdesak serta membela hak dan kewajiban. Juga menyatakan tidak menyetujui aliran dan atau organisasi Ahmadiyah di Provinsi Banten.
Kemudian, mereka meminta aparat penegak hukum menangkap dan mengadili orang Ahmadiyah yang telah mengawali bentrok dengan membacok dan melempari masyarakat yang ingin berdialog.
Pernyataan sikap selanjutnya, meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintah Republik Indonesia segera membubarkan organisasi Ahmadiyah. Mereka juga meminta Kepolisian Republik Indonesia segera membebaskan warga yang ditahan polisi pascabentrok Cikeusik.
Ratusan ulama, kiai, dan para santri juga menyampaikan apresiasinya kepada Polres Pandeglang dan Polda Banten yang telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, serta meminta pihak lain tidak mengkambinghitamkan polisi.
Usai melakukan pertemuan tersebut, para ulama, kiai, dan santri berangkat menuju Mapolres Pandeglang untuk meminta polisi membebaskan warga dan sejumlah tokoh agama setempat yang menurut mereka ditahan di Mapolres Pandeglang. (ant/hid/arrahmah.com)
DDII: Bubarkan Ahmadiyah, selesai masalah!
Kalau dibubarkan setidaknya jemaah Ahmadiyah bisa didakwahi dan diajak kembali ke jalan yang benar, Islam. Kendati begitu, ujarnya, harus ada kelompok yang bertanggungjawab melakukan pembinaan itu. “Jangan hanya dibiarkan begitu saja,” tegasnya.
Sebaliknya, jelas Syuhada, jika Ahmadiyah tetap dibiarkan dengan alasan HAM dan kebebasan beragama, maka hal itu akan terus jadi sumber masalah dan memantik konflik horisontal di berbagai daerah. Keberadaan Ahmadiyah sendiri jelas melecehkan agama Islam dan bertentangan dengan UU.
“Kalau itu tetap dibiarkan, maka hal itu bisa jadi bom waktu yang kapan saja bisa meledak,” jelasnya.
Syuhada pun meminta agar pemerintah tidak berlarut-larut membiarkan hal itu terjadi. Sebab pembiaran itu sama saja memberikan ruang ke pada ke dua belah pihak untuk terus bertikai. “Siapa yang paling kuat nanti yang menang,” ujarnya.
Lebih dari itu, Syuhada menjelaskan, sebenarnya Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin, menjunjung tinggi perdamaian, dan kasih sayang. Namun, katanya, Islam juga punya rambu-rambu yang jelas, sebatas tidak mengganggu dan melecehkan Islam, maka umat Islam akan bertindak toleran dengan sesama dan penganut agama lain. “Lakum dinukum waliyadin,” tuturnya.
Tapi, tambahnya, jika umat Islam dipancing dan diprovokasi terus, apalagi jika mengenai akidah, berupa pelecehan agamanya, maka umat Islam bisa saja marah. “Karena itu, jangan sampai ada yang sengaja memancing dan memprovokasi umat Islam,” tegasnya.
Ahmadiyah kata Syuhada, selain memiliki ajaran yang menyimpang, juga masih mendakwahkannya kepada umat Islam. Hal itulah yang menurut Syuhada, menjadi benturan agama dan polemik di bawah.
“Coba kalau Ahmadiyah tidak menyebarkan dan taat aturan, maka tidak akan memantik amarah umat Islam,” katanya.
Syuhada pun mengaku punya data dan fakta valid akan hal itu. “Kami punya data. Setidaknya, ada sekitar 50 umat Islam yang didakwahi dan kini masuk Ahmadiyah,” bebernya.
Hal itu, katanya, bukti jika Ahmadiyah tidak mentaati aturan yang berlaku. Karena itu, Syuhada meminta agar Ahmadiyah keluar dari Islam atau jika tidak, pemerintah harus segera membubarkannya.
Pengalihan Isu
Instruksi Presiden untuk pembubaran ormas anarkis dianggap Syuhada sebagai pengalihan isu semata. Alih-alih mengatasi sumbernya, justru mengurusi hal yang tidak perlu. Karena itu, Syuhada menilai pemerintah sengaja membelokkannya ke arah pembubaran ormas. “Pembubaran ormas anarkis itu sebenarnya target utamanya,” paparnya.
Sebenarnya, katanya lagi, pemerintah ingin membubarkan ormas yang dinilai anarkis, tapi selama ini belum cukup bukti. Karena itu, dibuatlah bukti yang cukup untuk membubarkannya. “Bisa jadi, ini juga rekayasa untuk pembubaran ormas,” jelasnya.
Karena itu, Syuhada meminta pemerintah agar tidak mengadili aksinya saja, tapi juga sumber dari masalah itu. “Atasi sumbernya, maka masalah selesai,” tegasnya. (hid/arrahmah.com)
Saksi Ahmadiyah sembunyikan kasus penusukan
Dalam kesaksiannya, Anton menyatakan, dirinya datang ke TKP setelah kejadian. Ia mengaku melihat ada pembakaran. Namun karena keadaan gelap gulita membuat dia tidak tahu kronologinya.
Namun sebelumnya, aku Anton, ia sudah menasehati jemaat Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya.
Sementara saksi dari Jemaat Ahmadiyah dinilai memberikan kesaksian bohong. Saksi Mubaroq Ahmad, selaku Wakil Ketua JAI Cisalada, menjelaskan seolah-olah telah terjadi penyerangan terhadap warga Ahmadiyah tanpa menjelaskan pokok permasalahannya.
Namun salah satu Hakim Anggota, Alfon, jeli melihat BAP Mubaroq Ahmad. Ternyata dalam BAP Ahmad Mubarok mengakui telah terjadi kasus penusukan terhadap Rendi (warga Ciampea Udik yang masih duduk di kelas 1 SMK). Hakim Alfon pun menegur Ahmad Mubarok yang sudah menutup-nutupi kasus penusukan ini.
Kasus JAI di Cisalada dinilai telah melakukan tindakan melanggar SKB sehingga membuat warga setempat gerah.
Menurut kesaksian Yayan Sopian, warga setempat, kasus ini bermula ketika awal Oktober 2010 lalu sejumlah pemuda Muslim mendatangi perkampungan Ahmadiyah untuk menasehati agar menghentikan kegiatannya. Namun jemaat Ahmadiyah menanggapinya dengan anarkis, mereka menyiapkan batu, senjata tajam untuk menghadang pemuda muslim warga desa Ciampea Udik.
Dikawal Ketat
Ribuan warga tersebut diantaranya berasal dari Kecamatan Ciampea, Leuwiliang, Cibungbulang, dan Tenjo itu datang untuk menuntut pembebasan tiga warga Ciampea yang menjadi terdakwa dalam kasus dugaan perusakan kampung Ahmadiyah di Desa Cisalada, Kabupaten Bogor.
Di luar ruanga sidag warga terus meneriakkan kecaman terhadap Ahmadiayah dan menuntut agar Ahmadiyah dibubarkan.