Sekjen Hizbullah: Mengapa Menutup Mata terhadap Pembantaian di Bahrain?
Sekretaris Jenderal Gerakan Muqawama Lebanon (Hizbullah) mengatakan, isu Suriah harus diselesaikan secara politik dan tanpa campur tangan asing.
Sayid Hasan Nasrullah menyerukan Suriah untuk meletakkan senjata dan memulai proses politik. Hal itu dikatakan Sekjen Hizbullah dalam pidato di upacara wisuda program pelatihan "membaca dan menulis" di pusat Noor, Beirut, ibukota Lebanon pada Kamis (15/3).
Suriah telah dilanda kerusuhan mematikan sejak pertengahan Maret 2011, ketika meletus aksi protes terhadap pemerintah Presiden Bashar Assad. Barat dan oposisi Suriah menuduh Damaskus melakukan tindakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa dan menyalahkan pasukan keamanan negara itu atas terjadinya gejolak selama setahun terakhir. Namun, pemerintah Damaskus menyebut para anasir teroris yang mendapat dukungan asing sebagai dalang terjadinya kerusuhan.
"Kami mengutuk semua tindakan kekerasan di Suriah," kata Sayid Nasrullah. Sekjen Hizbullah juga menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di negara Arab itu.
Lebih lanjut Sayid Nasrullah mengatakan, perkembangan terakhir di Suriah menunjukkan bahwa harapan untuk menggulingkan Presiden Assad atau keinginan supaya militer berbalik melawan pemerintah adalah sia-sia. Dia juga menegaskan bahwa peningkatan sanksi anti-Suriah tidak akan membuahkan hasil.
Di bagian lain pidatonya, Sekjen Hizbullah juga mengecam masyarakat internasional karena menutup mata terhadap revolusi di Bahrain, di mana protes damai anti-rezim dibalas dengan tindakan brutal dan penindasan. Tindakan keras itu semakin meningkat setelah pertengahan Maret tahun lalu, ketika Arab Saudi memimpin pengerahan pasukan dan personel militer bersama sejumlah negara Arab lainnya atas permintaan rezim Manama untuk membantu menumpas gerakan rakyat di Bahrain.
Terkait serangan rezim Zionis Israel di Gaza, Sayid Nasrullah memuji perlawanan para pejuang Palestina selama serangan Israel di Jalur Gaza.
Sekjen Hizbullah juga menyalahkan sejumlah negara Arab dan media mereka yang berpihak kepada Israel.
Pemimpin Hizbullah lebih lanjut menuduh media-media yang dikelola Barat menyebarkan kebohongan tentang gerakan perlawanan Lebanon.
"Media telah meluncurkan perang urat saraf terhadap Muqawama," katanya.
Sayid Nasrullah juga menyinggung perselisihan di antara partai-partai politik di Lebanon dan menyerukan faksi-faksi di negara itu untuk mengadakan pembicaraan guna menyelesaikan permasalahan.
Sekjen Hizbullah mengkritik aliansi 14 Maret atas kegagalan mereka untuk mengenali lawan politiknya.
"Aliansi 14 Maret menyatakan, mereka adalah orang-orang yang dapat membangun negara. Tidak ada negara yang dapat dibangun di atas gagasan yang menghapus pihak lain, tetapi dapat dilakukan melalui kerjasama dan dialog," tegasnya. (IPABI Online/abna)
Sayid Hasan Nasrullah menyerukan Suriah untuk meletakkan senjata dan memulai proses politik. Hal itu dikatakan Sekjen Hizbullah dalam pidato di upacara wisuda program pelatihan "membaca dan menulis" di pusat Noor, Beirut, ibukota Lebanon pada Kamis (15/3).
Suriah telah dilanda kerusuhan mematikan sejak pertengahan Maret 2011, ketika meletus aksi protes terhadap pemerintah Presiden Bashar Assad. Barat dan oposisi Suriah menuduh Damaskus melakukan tindakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa dan menyalahkan pasukan keamanan negara itu atas terjadinya gejolak selama setahun terakhir. Namun, pemerintah Damaskus menyebut para anasir teroris yang mendapat dukungan asing sebagai dalang terjadinya kerusuhan.
"Kami mengutuk semua tindakan kekerasan di Suriah," kata Sayid Nasrullah. Sekjen Hizbullah juga menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di negara Arab itu.
Lebih lanjut Sayid Nasrullah mengatakan, perkembangan terakhir di Suriah menunjukkan bahwa harapan untuk menggulingkan Presiden Assad atau keinginan supaya militer berbalik melawan pemerintah adalah sia-sia. Dia juga menegaskan bahwa peningkatan sanksi anti-Suriah tidak akan membuahkan hasil.
Di bagian lain pidatonya, Sekjen Hizbullah juga mengecam masyarakat internasional karena menutup mata terhadap revolusi di Bahrain, di mana protes damai anti-rezim dibalas dengan tindakan brutal dan penindasan. Tindakan keras itu semakin meningkat setelah pertengahan Maret tahun lalu, ketika Arab Saudi memimpin pengerahan pasukan dan personel militer bersama sejumlah negara Arab lainnya atas permintaan rezim Manama untuk membantu menumpas gerakan rakyat di Bahrain.
Terkait serangan rezim Zionis Israel di Gaza, Sayid Nasrullah memuji perlawanan para pejuang Palestina selama serangan Israel di Jalur Gaza.
Sekjen Hizbullah juga menyalahkan sejumlah negara Arab dan media mereka yang berpihak kepada Israel.
Pemimpin Hizbullah lebih lanjut menuduh media-media yang dikelola Barat menyebarkan kebohongan tentang gerakan perlawanan Lebanon.
"Media telah meluncurkan perang urat saraf terhadap Muqawama," katanya.
Sayid Nasrullah juga menyinggung perselisihan di antara partai-partai politik di Lebanon dan menyerukan faksi-faksi di negara itu untuk mengadakan pembicaraan guna menyelesaikan permasalahan.
Sekjen Hizbullah mengkritik aliansi 14 Maret atas kegagalan mereka untuk mengenali lawan politiknya.
"Aliansi 14 Maret menyatakan, mereka adalah orang-orang yang dapat membangun negara. Tidak ada negara yang dapat dibangun di atas gagasan yang menghapus pihak lain, tetapi dapat dilakukan melalui kerjasama dan dialog," tegasnya. (IPABI Online/abna)
Read more: http://www.ipabionline.com/2012/03/sekjen-hizbullah-mengapa-menutup-mata.html#ixzz1pZ30xV32
Belanda Tarik Dubesnya dari Suriah |
|
Rabu, 08 Februari 2012 08:31 |
Fiqhislam.com - Kementerian Luar Negeri Belanda menarik duta besarnya dari Suriah pada Selasa (7/2), mengikuti langkah serupa oleh beberapa negara untuk meningkatkan tekanan terhadap Damaskus. Belanda menyusul Prancis, Italia dan Spanyol yang mengumumkan menarik kembali utusan mereka setelah Inggris, Belgia dan Amerika Serikat mengambil langkah serupa. "Saya telah memutuskan untuk menarik kembali duta besar Belanda dari Damaskus untuk berkonsultasi," kata Menteri Luar Negeri Belanda Uri Rosenthal kepada parlemen. "Dia mungkin akan melakukan perjalanan kembali ke Belanda hari ini," katanya lagi. Kedutaan besar Belanda akan tetap terbuka untuk berhubungan dengan oposisi Suriah dan dengan warga Belanda yang tersisa di Suriah. Negara-negara Dewan Kerja sama Teluk (GCC) juga memutuskan untuk menarik duta besar mereka di Suriah, sementara itu para duta besar Suriah di negara-negara Teluk diminta untuk meninggalkan negara itu, kata pernyataan yang dikeluarkan GCC Selasa. republika.co.id |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar