Mewaspadai Gerakan Wahabi Salafi
Oleh A. Fatih SyuhudDitulis untuk Buletin Al-Khoirot
Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang
https://afatih.wordpress.com/2012/01/24/mewaspadai-gerakan-wahabi-salafi/
———–
Update: Banyak rekan-rekan dari Wahabi Salafi yang “ngomel” di kotak komentar mempertanyakan kenapa saya memakai rujukan tulisan dari buku orang Barat (baca: nonmuslim). Bagi saya, darimana pun sumbernya asal berdasar fakta layak diterima, kecuali kalau masalah syariah. Namun untuk memuaskan mereka, silahkan membaca opini ulama Islam Sunni kontemporer dari berbagai negara tentang Wahabi Salafi di sini (dalam bahasa Indonesia), dan di sini dalam bahasa Arab (Google Docs).
Tulisan di bawah bukan bermaksud menyerang, tapi sebagai kritik agar rekan-rekan Wahabi Salafi–yang sangat ringan mengeritik gerakan lain– dapat lebih toleran dengan gerakan / organisasi dakwah di luar dirinya. Toleransi (tidak mudah mengkafikan dan membid’ahkan) terhadap perbedaan adalah kunci menghindari perpecahan. Dan kunci persatuan, kekuatan dan kesolidan umat.
Islam itu cukup lapang dan luas untuk menampung seluruh gerakan dakwah yang bermacam-macam. Mengharap gerakan lain harus “taat” dengan manhaj Wahabi adalah mimpi utopis dan menyalahi fitrah manusia yang diciptakan Allah untuk berbeda (QS Al-Hujurat 49:13).
———–
Dalam sebuah tulisan di harian Republika edisi 3 Oktober 2011, KH. Agil Siradj menulis sebuah artikel menarik berjudul Radikalisme, Hukum dan Dakwah. Dalam tulisan tersebut ketua PBNU ini mengingatkan bahaya laten dari gerakan Islam radikal di Indonesia. Ciri khas gerakan Islam ekstrim, masih menurut Agil Siradj, adalah “orang Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif.”[1] Muslim radikal muncul sejak awal Islam. Yakni, sejak era para Sahabat. Saat itu, kelompok radikal dikenal dengan sebutan kaum khawarij.
Dalam sebuah tulisan di harian Republika edisi 3 Oktober 2011, KH. Agil Siradj menulis sebuah artikel menarik berjudul Radikalisme, Hukum dan Dakwah. Dalam tulisan tersebut ketua PBNU ini mengingatkan bahaya laten dari gerakan Islam radikal di Indonesia. Ciri khas gerakan Islam ekstrim, masih menurut Agil Siradj, adalah “orang Islam yang berpikiran sempit, kaku dalam memahami Islam, serta bersifat eksklusif.”[1] Muslim radikal muncul sejak awal Islam. Yakni, sejak era para Sahabat. Saat itu, kelompok radikal dikenal dengan sebutan kaum khawarij.
Adalah khalifah ke-3 Utsman bin Affan sendiri yang menjadi korban pertama keganasan gerakan ekstrim ini. Beliau terbunuh pada tahun ke-35 hijriah. Peristiwa ini kemudian terulang pada masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib yang juga terbunuh oleh kalangan ekstrem dari umat Islam. Komunitas ekstrem tersebut, sungguh pun pada mulanya bernuansa politik, tetapi perkembangan selanjutnya dirajut dalam sebuah ideologi yang dikenal dengan faham Khawarij.[2] Nama gerakan yang bernama Khawarij saat ini sudah tidak ada. Akan tetapi gerakan Islam yang mirip dengan gerakan Khawarij saat ini tidak saja eksis, tapi juga sedang giat-giatnya mengampanyekan ideologinya melalui berbagai sarana yang tersedia. Sudah bukan rahasia lagi, bahwa Khawarij abad ke-21 ini menjelma dalam gerakan yang dikenal dengan Wahabi Salafi.
Sejarah Wahabi dan Faktor Suksesnya Penyebaran Paham Wahabi
Gerakan Wahabi didirikan pada abad ke-18 oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792) dari Najd, Arab Saudi. Ibnu Abdul Wahhab mengampanyekan usaha memberantas praktik-praktik yang dilakukan umat Islam yang dianggapnya bid’ah. Gerakan Wahabi atau Salafi berpusat di Arab Saudi. Dan didanai oleh pemerintah Arab Saudi. Gerakan Wahabi berkembang ke luar Arab Saudi karena dibawa oleh para sarjana lulusan sejumlah perguruan tinggi di Arab Saudi atau universitas di luar Arab Saudi yang mendapat bantuan finansial dan/atau tenaga pengajari dari Arab Saudi seperti LIPIA (Lembaga Ilmu Pendidikan Islam dan Bahasa Arab) yang merupakan cabang dari Universitas Muhammad Ibnu Su’ud yang berada di Riyadh Arab Saud.
Seluruh biaya operasional peguruan tinggi negeri di Arab Saudi dan di luar Arab Saudi yang berafiliasi ke universitas negara petrodolar ini disubsidi 100% oleh negara. Dan 100% mahasiswanya mendapatkan beasiswa. Oleh karena itu, tidak hersn kalau banyak pemuda Indonesia yang bermimpi untuk dapat kuliah di salah satu perguruan tinggi di Arab Saudi. Selain gratis, mendapat beasiswa penuh juga mendapat tiket pulang gratis setiap tahun. Kalau tidak dapat kuliah di Arab Saudi, minimal dapat belajar di LIPIA Jakarta yang juga memberikan beasiswa penuh. Bahkan tidak jarang ada mahasiswa UIN Syahid yang juga kuliah di LIPIA hanya untuk mendapatkan beasiswa.
Arab Saudi rela mendanai ribuan mahasiswa lokal dan internasional secara cuma-cuma tentunya dengan tujuan khusus: dalam rangka menyebarkan misi Wahabi Salafi ke seluruh dunia. Umumnya, sarjana lulusan universitas Arab Saudi sudah terkena “cuci otak”. Indikasi paling mudah adalah kecaman mereka terhadap tahlil, peringatan maulid Nabi, ziarah qubur, dan semacamnya.
Bantuan finansial tidak hanya sampai di sini. Ketika para sarjana itu pulang ke negara masing-masing, mereka masih akan tetap dapat kucuran dana dari kerajaan melalui berbagai lembaga atau organisasi binaan negara, seperti Rabithah Alam Islamy, WAMY (World Association of Muslim Youth), dan lain-lain. Bantuan finansial diberikan khususnya pada para alumnus atau non-alumni perguruan tinggi kerajaan Arab Saudi yang mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah atau pesantren dan membangun masjid.
Tentu, tidak ada salahnya menerima bantuan dari manapun. Apalagi kalau dari sesama muslim. Namun, yang menjadi kekhawatiran banyak kalangan adalah adanya pemaksaan—baik langsung atau tidak langsung—terhadap lembaga yang mendapat bantuan untuk ikut menyebarkan paham Wahabi. Ada beberapa kasus di mana kyai-kyai non-Wahabi yang ingin mendapat bantuan dari kerajaan Arab Saudi terpaksa tidak melaksanakan kebiasaan rutin ala pesantren seperti tahlil, atau qunut shalat Subuh saat ada peninjauan dari utusan Arab Saudi yang hendak memberi bantuan.
Gencarnya aliran dana bantuan finansial untuk lembaga-lembaga pendidikan dan masjid itu menjadi faktor utama mengapa gerakan paham Wahabi Salafi berkembang cukup pesat di Indonesia. Dan itu juga menjadi kunci jawaban mengapa kalangan aktivis Wahabi Salafi begitu bersemangat untuk menyebarkan ideologi Salafi-nya ke mana-mana.
Mengapa Takut Wahabi Salafi?
Saat ada suatu gerakan Islam seperti Wahabi Salafi yang penuh semangat dan mendapat bantuan finansial tak terbatas berkembang pesat, mengapa umat Islam harus resah? Tidakkah itu patut disyukuri? Jawaban singkatnya adalah radikalisme Wahabi Salafi sangat mengancam tidak saja NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), tapi juga kerukunan hidup antar-umat Islam dan kerukunan hidup antar-umat beragama.[3]
Dalam perspektif keamanan, apabila gerakan Salafi menjadi dominan dikhawatirkan terorisme akan semakin merajalela. Umat Islam yang masih ingin melihat Indonesia aman dan tentram tentu tidak ingin melihat negara ini seperti Pakistan yang pembunuhan antar golongan agama terjadi hampir setiap hari. [4]
Ideologi takfîr (pengkafiran), tasyrîk (pemusyrikan), tabdî` (pembid`ahan) dan tasykîk (upaya menanamkan keraguan) terhadap para ulama dan muslim dari kalangan yang tidak sepaham merupakan langkah pertama ketidakharmonisan umat. Anggapan golongan Wahabi Salafi bahwa golongan Islam lain sebagai bid’ah dan kufr akan berujung pada penghalalan darah (untuk dibunuh). Tak heran, sejak berdirinya gerakan ini, tangan mereka banyak bersimbah darah saudaranya sesama muslim.[5] Tentu mudah ditebak, apa yang akan terjadi pada penganut agama lain apabila kelompok ini sampai mendominasi Indonesia kelak.[6]
Oleh karena itu, kalangan umat Islam ahlussunnah wal jamaah pecinta damai hendaknya mewaspadai gerak gerik kelompok ini. Jangan biarkan mereka menguasai masjid-masjid. Jangan biarkan mempercayakan anak-anak kita untuk dididik di lembaga pendidikan yang mereka bina. Jangan korbankan masa depan putra-putri kita pada ideologi yang tidak mengenal kebenaran kecuali dalam dirinya sendiri. Jangan tergoda mendapat beasiswa gratis dengan resiko cuci otak.[]
Nama Tokoh Ulama Wahabi Salafi
http://www.alkhoirot.net/2011/12/nama-ulama-wahabi-salafi.html
Daftar nama ulama Wahabi Salafi, kitab buku dan situs/blog-nya. Secara umum, tokoh utama ulama Wahabi/Salafi adalah ulama yang berdomisili di Arab Saudi dan menduduki posisi jabatan resmi tertentu di Kerajaan atau di universitas-universitas Arab Saudi seperti Ummul Qura, Universitas Islam Madinah, Universitas Ibnu Saud, dll.
Santri dan ulama Indonesia perlu mengetahui ini agar tidak salah dalam mengutip pendapat mereka baik yang berbahasa Arab atau Indonesia. Karena, banyak buku-buku mereka yang diterbitkan dan diterjemahkan di Indonesia.
DAFTAR ISI
- Ciri Khas Fatwa Ulama Wahabi Salafi
- Nama Ulama Wahabi Salafi
- Muhammad bin Abdul Wahhab (Pendiri Wahabi)
- Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
- Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
- Muhammad Nashiruddin Al-Albani
- Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
- Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin
- Daftar Lengkap Ulama dan Website Wahabi Salafi Arab Saudi dan Indonesia
CIRI KHAS FATWA ULAMA WAHABI
1. Kata kunci dan tema sentral dari fatwa para ulama Wahabi Salafi berkisar pada (a) bid'ah; (b) syirik; (c) kufur; (d) syiah kepada kelompok atau muslim lain yang tidak searah dengan mereka. Kita akan sering menemukan salah satu dari tiga kata itu dalam setiap fatwa mereka.
2. Dalam memberi fatwa, tokoh utama ulama Wahabi Salafi akan mengutip ayat dan hadits yang mendukung. Atau, kalau mengutip fatwa ulama, mereka akan cenderung mengutip fatwa dari Ibnu Taimiyah atau Ibnul Qayyim. Selanjutnya, mereka akan membuat fatwa sendiri yang kemudian akan menjadi dalil para pengikut Wahabi. Dengan kata lain, pengikut Wahabi hanya mau bertaklid buta pada ulama Wahabi.
3. Tokoh atau ulama Wahabi Salafi level kedua ke bawah akan cenderung menjadikan fatwa tokoh Salafi level pertama sebagai salah satu rujukan utama. Atau kalau tidak, akan memberi fatwa yang segaris dengan ulama Wahabi level pertama.
4. Kalangan ulama atau tokoh Wahabi Salafi tidak suka mengutip pendapat ulama salaf seperti ulama madzhab yang empat dan yang lain. Hanya pendapat Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim yang sering dikutip untuk pendapat ulama di atasnya Muhammad ibnu Abdil Wahhab.
5. Di mata ulama Wahabi, perayaan keislaman yang boleh dilakukan hanyalah hari raya idul fitri dan idul adha. Sedangkan perayaan yang lain seperti maulid Nabi Muhammad, peringatan Isra' Mi'raj dan perayaan tahun baru Islam dianggap haram dan bid'ah.
6. Gerakan-gerakan atau organisasi Islam yang di luar Wahabi Salafi atau yang tidak segaris dengan manhaj (aturan standar) Wahabi akan mendapat label syirik, kufur atau bid'ah.
7. Semua lulusan universitas Arab Saudi dan afiliasinya adalah kader Wahabi Salafi. Sampai terbukti sebaliknya.
8. Pengikut/aktivis Wahabi Salafi tidak mau taklid (mengikuti pendapat) ulama salaf (klasik) dan khalaf (kontemporer), tapi dengan senang hati taklid kepada pendapat dan fatwa ulama-ulama mereka.
7. Semua lulusan universitas Arab Saudi dan afiliasinya adalah kader Wahabi Salafi. Sampai terbukti sebaliknya.
8. Pengikut/aktivis Wahabi Salafi tidak mau taklid (mengikuti pendapat) ulama salaf (klasik) dan khalaf (kontemporer), tapi dengan senang hati taklid kepada pendapat dan fatwa ulama-ulama mereka.
9. Pengikut/aktivis sangat menghormati ulama-ulama mereka dan selalu menyebut para ulama Wahabi dengan awalan Syekh dan kadang diakhiri dengan rahimahu-Llah. Seperti, Syeikh Utsaimn, Syeikh Bin Baz, dll. Tapi, menyebut ulama-ulama lain cukup dengan memanggil namanya saja.
Oleh karena itu, saat kita membaca buku, kitab atau browsing di internet, tidak sulit menengarai pada fatwa ulama non-Wahabi, mana fatwa yang berasal dari Wahabi Salafi dan mana tulisan sebuah website atau blog yang penulisnya adalah pengikut Wahabi.
Sayangnya, tidak sedikit dari kalangan awam yang terkadang tidak sadar bahwa fatwa agama dalam buku atau situs internet yang mereka baca berasal dari fatwa Wahabi Salafi. Semoga dengan informasi ini, para pencari informasi keagamaan akan semakin tercerahkan.
Intinya, cara termudah mengetahui apakah seorang ulama, ustadz atau tokoh agama atau orang awam biasa itu berfaham Wahabi Salafi adalah dari (a) latar belakang pendidikannya; (b) buku atau kitab yang dikutip; dan (c) cara memanggil ulama Wahabi dan ulama non-Wahabi (lihat poin 9).
Sayangnya, tidak sedikit dari kalangan awam yang terkadang tidak sadar bahwa fatwa agama dalam buku atau situs internet yang mereka baca berasal dari fatwa Wahabi Salafi. Semoga dengan informasi ini, para pencari informasi keagamaan akan semakin tercerahkan.
Intinya, cara termudah mengetahui apakah seorang ulama, ustadz atau tokoh agama atau orang awam biasa itu berfaham Wahabi Salafi adalah dari (a) latar belakang pendidikannya; (b) buku atau kitab yang dikutip; dan (c) cara memanggil ulama Wahabi dan ulama non-Wahabi (lihat poin 9).
TOKOH UTAMA ULAMA WAHABI
Daftar nama tokoh ulama Wahabi level pertama. Ulama atau tokoh Wahabi level kedua dan seterusnya akan mengutip pendapat tokoh level I ini sebagai rujukan pendapat mereka.
1. Muhammad bin Abdul Wahhab (1115 H - 1206 H/1701 - 1793 M)
Jabatan penting di Kerajaan Arab SAudi:
- Pendiri dan pelopor gerakan Wahabi/Salafi.
- Mufti Kerajaan.
2. Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (1330 H - 1420 H / 1910 M - 1999 M)
Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Qadhi (Hakim) di daerah al-Kharaj semenjak tahun 1357-1371 H,
- Tahun 1390 H - 1395 H Rektor Universitas Islam Madinah.
- tahun 1414 H Mufti Umum Kerajaan.
3. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (1347 H - 1421 H)
Al Utsaimin adalah pakar fiqih-nya kalangan Wahabi Salafi. Banyak persoalan hukum baru yang difatwakan olehnya. Seperti haramnya mengucapkan selamat natal, dan lain-lain.
Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Imam masjid jami’ al Kabir Unaizaih
- Mengajar di perpustakaan nasional Unaizah
- Dosen fakultas syariah dan fakultas ushuluddin cabang Universitas Islam Imam Muhammad bin saud di Qasim,
4. Muhammad Nashiruddin Al-Albani (1333 H - 1420 H/1914 M - 1999 M)
Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Tahun 1381 - 1383 H: Dosen Hadits Universitas Islam Madinah
5. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan (1345 H - )
Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi:
- Dosen Institut Pendidikan Riyad
- Dosen Fakultas Syari'ah, Fakultas Ushulud Dien, Mahkamah Syariah
- Anggota Lajnah Daimah lil Buhuts wal Ifta' (Komite Tetap Riset Ilmiah dan Fatwa).
- Anggota Haiah Kibaril Ulama' dan Komite Fiqh Rabithah Alam Islamiy di Mekkah
- Anggota Komite Pengawas Du'at Haji
- Ketua Lajnah Daimah lil buhuts wal ifta'.
- Imam, Khatib dan Pengajar di Masjid Pangeran Mut'ib bin Abdil Aziz di Al Malzar.
6. Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin (عبد الله بن عبد الرحمن بن جبرين) 1933 - 2009 M/ 1353 - 1430 H.
Jabatan penting di Kerajaan Arab Saudi
- Asisten Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
- Anggota tetap majlis riset dan fatwa Arab Saudi
- Dosen syariah dan ushuluddin di Arab Saudi
DAFTAR LENGKAP ULAMA WAHABI SALAFI ARAB SAUDI dan INDONESIA dan SITUS/WEBSITE/BLOG-NYA
Tip: klik tombol + untuk memperbesar dan - untuk memperkecil. Untuk donwload, klik di sini!
Disclaimer: tulisan dalam Google Docs di bawah tidak ditulis oleh Alkhoirot.net dan karena itu di luar tanggung jawab alkhoirot.net. Tulisan di bawah diambil dari Facebook dan ditulis oleh (atas nama) Abu Mas'ud Al-Atsariy.
lho katanya syaikhul islam Ibnu Taimiyah, bener gak sih
BalasHapusMaafkan sdrku.. saya belum mampu memberi respon tentang bliau... Biarlah sejarah telah mengukir ilmu dan amal..serta ilmu-hujjah..para alim-ulama-zuama-imam-dan siapapun yang berjihad untuk Islam...secara lurus...dan Allah Maha Mengetahui..semuanya..
BalasHapusMenurut pandangan saya yang awam...bahwa:
Kewajiban kita...Kita secara tulus ikhlas.. membangun silaturahim-menyampaikan kebaikan2-mengingatkan tentang larangan dan peringatan2 Allah-dan memperkuat persaudaraan n persatuan umat muslim seutuhnya...dan dengan sadar kita menjauhkan dari sifat memfitnah dan saling berbenturan dengan sesama muslim-dan karena itu kita harus saling menguatkan persatuan-solidaritas-silaturahim dan persaudaraan dengan semua muslimin di diseluruh dunia..dan dengan semua mazhab..atau aliran..apapun sepanjang sejalan dengan Furgqon n Sunnah Rasulullah SAW...(kalaupun mungkin tidak seaqidah atau menyimpang kita doakan agar Allah memberi taufiq-hidayah-inayah-maunah-ma'rifah dan ilmu kepada kita semua..sehingga dengan rahmat Allah SAW kita semua kembali dalam alur jalan lurus Allah yang abshah-shahih-dan haq....)
Kewajiban kita umat Islam di akhir zaman... adalah thalab ilmu..dan ikut melakukan penelitian secar haq-truthful-open mind-n common sense...dan selalu memohon kepada Allah semoga senantiasa kita semua berada dalam rahmat dan lindungan dan hidayahNya.... smg kita mendapatkan ilmu Kebenaran Allah yang Haq... dan smoga kita dalam jalan lurus..dgn hidayah inayah maunah serta ma'rifah Allah ArRahman ArRahiem... aamiin.
Kita kembali kepada Furqon-dan Sunnah2 Rasulullah Saw...dengan belajar, doa dan membersihkan hati-diri-perbuatan-n akhlaq..
Semua ajaran para ulama-Imam dan lain2... tentu ada dalam alur waktu..dimana beliau secara terus menerus berjihad merengkuh ilmu kebenaran...dan dalam perjalanannya tentu menghadapi berbagai onak dan duri-pahit n manis-suka dan duka.. sehingga akhirnya menemukan Kebenaran dan Ruh Islam..sebenarnya... dan insya Allah ...dengan kemurahan RahmatNya... siapaun yang dikehendakiNya..mk akan sampai kepada cahaya Kebenaran Allah itu..dan insya Allah ..hijab2 akan terus dibuka... sampai pada saat yang se-adil2Nya...dan se-Agung2Nya Kemuliaan Allah ...dimana zaman penutup akan tiba juga..(qiyamah)
Insya Allah kita dizaman ini masih terbuka pintu2 Rahmat Allah...dan karena itu ... dengan segala ikhlas dan sadar..dan segala daya upaya zhahir dan batin..kita terus menerus ikhtiar dan khauf kepada Allah mohon cahaya Hidayah-Ilmu-inayah-maunah-ma'rifahNya.. Smogalah kita bisa mendapatkan karuniaNya itu.. aamiin..