Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Pipa Minyak Saudi Dilapor-kan Meledak, Harga Minyak Naik 110 Per Barel
Jumat, 02 Maret 2012 06:46 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak merangkak naik $ 110 per barel untuk pertama kalinya sejak Mei setelah kantor berita milik pemerintah Iran melaporkan sebuah ledakan pada jaringan pipa di Arab Saudi. Namun seorang pejabat Saudi mengatakan tidak ada fasilitas minyak yang disabotase.
Harga mencapai $ 110,55 pada 15:17 di New York setelah Press TV Iran melaporkan pada website berbahasa Inggris bahwa "ledakan telah menghantam pipa minyak di titik nyala Arab Saudi kota Awwamiya," lalu jatuh kembali di bawah $ 109. Mayor Jenderal Mansour Al-Turki, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Saudi, mengatakan tidak ada fasilitas minyak di wilayah tersebut telah disabotase setelah laporan kebakaran di dekat kilang Tanura Ras.
"Sepertinya itu rumor tetapi menunjukkan betapa sensitif pasar minyak terhadap segala jenis kendala pasokan," kata Phil Streible, seorang pialang Chicago berbasis komoditas di perusahaan investasi RJO.
Minyak mentah untuk pengiriman April naik $ 1,77 dan stabil di $ 108,84 per barel di Nymex sebelum laporan Press TV. Harga minyak sempat mencapai $ 108,73 pada pukul 5 dini hari, setelah berada di level tertinggi selama sembilan bulan $ 109,77 pada 24 Februari.
Minyak Brent untuk pengiriman April naik $ 3,54 atau 2,9 persen, ke level tertinggi 10 bulan, $ 126,20 per barel dalam penjualan di London. Brent naik setinggi $ 128,40 sempat stabil beberapa saat sebelum turun kembali ke $ 126,15.
Bentrokan antara polisi dan demonstran Syiah Saudi bersenjata di Awwamiya dan al-Qatif, baik kota-kota di wilayah penghasil minyak timur, telah meningkat sejak 11 Oktober ketika polisi terluka dalam serangan. Pemerintah Saudi menuduh Iran mengobarkan kerusuhan. Para pengunjuk rasa memiliki ikatan budaya dan keluarga dengan Syiah yang dipimpin Iran. Arab Saudi adalah keluarga kerajaan Sunni.
Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Bloomberg Businessweek
neftegaz.ru
Kilang minyak Iran
TERKAIT :
Israel Serang Iran, Harga Minyak Dunia Tembus 200 Dolar
Jumat, 02 Maret 2012 07:02 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,
Bila Israel benar-benar mewujudkan ambisinya menyerang Iran, harga minyak dunia diperkirakan bisa tembus 200 dolar per barel. Dalam wawancara dengan jaringan komersial NDTV, Amrita Sen, seorang ahli energi India, mencatat bahwa kenaikan harga minyak akan berdampak negatif terhadap perekonomian Eropa yang sudah melemah.
Analis komoditas di Barclays Capital menegaskan bahwa harga minyak akan memperburuk perekonomian global. "Negara produsen minyak kecil seperti Yaman, Sudan dan Nigeria kehilangan sebanyak satu juta barel per hari dari produksi mereka, sementara permintaan energi perekonomian Asia yang besar seperti India dan Cina semakin melonjak," tutur Sen, seperti dilansir Press TV.
Ketika ditanya apakah Arab Saudi dapat menutupi kelangkaan pasokan minyak Iran di pasar global, ahli energi itu menyatakan bahwa surplus kapasitas Riyadh tidak cukup tinggi untuk melayani tujuan seperti itu.
"Penggantian minyak Iran oleh Arab Saudi bermasalah. Kami menilai kapasitas cadangan Riyadh secara keseluruhan sekitar 1,6-1,7 juta barel per hari (mbpd), dan jumlah ini jelas tidak cukup untuk mengimbangi pasokan minyak Iran bagi dunia sebesar 2,3 juta barel per hari, " tegas Sen.
Dia mencatat, selain Iran, krisis di dua produsen minyak utama lainnya, yaitu Irak dan Nigeria telah mengurangi kelebihan kapasitas produksi minyak global hingga di bawah satu juta barel per hari.
Setelah Uni Eropa menjatuhkan embargo baru terhadap impor minyak Iran, Tehran meresponnya dengan mengumumkan pemotongan ekspor minyak ke enam negara Uni Eropa pada 15 Februari lalu.
Pasca pengumuman itu, harga minyak dunia mencapai tingkat tertinggi dalam sembilan bulan terakhir. Minyak mentah Brent untuk pengiriman April menembus 124,31 dolar per barel.
Sementara itu, perusahaan pedagang minyak terbesar di dunia, Vitol, juga memperingatkan bahwa harga minyak bisa meroket di atas 150 dolar per barel jika ketegangan Barat dengan Iran semakin meningkat.
Redaktur: Endah Hapsari
Sumber: IRIB/IRNA
AS:Aksi Militer Terhadap Iran Ancam Keselamatan Warga AS di Irak dan Afghanistan
Jumat, 02 Maret 2012 04:06 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gedung Putih pada Rabu memperingatkan bahwa setiap tindakan tentara terhadap Iran akan menciptakan kegoncangan lebih besar, yang dapat mengancam keselamatan orang Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak.
Peringatan itu muncul beberapa hari sebelum pertemuan terjadwal 5 Maret antara Presiden Barack Obama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Setiap gerakan tentara di wilayah itu mengancam kegoncangan lebih besar di kawasan tersebut," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.
Israel memberi pesan membingungkan dalam beberapa pekan belakangan tentang kemungkinan menyerang Iran untuk menghentikan pengembangan nuklirnya.
Iran berbatasan dengan Afghanistan dan Irak, kata Carney dalam jumpa pers hariannya, "Kami memiliki warga di Irak. Kami memiliki tentara dan warga di Afghanistan."
Sejauh ini, Amerika Serikat tidak memiliki bukti nyata Iran membuat senjata nuklir, katanya.
Pemerintahan Obama mengedepankan jalan keluar politik atas sengketa melibatkan pemantauan Badan Tenaga Atom Dunia atas kegiatan nuklir Iran tersebut.
"Kami terus menekan Teheran," kata Carney, "Saya pikir penting dicatat bahwa, sementara Teheran tidak dan belum mematuhi kewajiban antarbangsa, kami memantau kegiatan mereka."
Pemerintah Iran bersikeras mengembangkan tenaga nuklir hanya untuk tujuan damai, seperti pembangkit listrik dan pengobatan kanker. Iran membantah berencana membuat senjata nuklir.
Pemerintah Israel lantang menentang pernyataan Iran itu.
Carney mengatakan kekurangan bukti tentang senjata nuklir Iran memberi Amerika Serikat waktu dan kesempatan untuk melanjutkan kebijakan, yang diterapkan sejak presiden menjabat.
Kebijakan itu dipusatkan pada mengucilkan Iran, seperti, melalui hukuman ekonomi, sampai pemerintahnya melepaskan kegiatan nuklirnya.
Redaktur: Taufik Rachman
Sumber: antara
uskowioniran.com
Minyak Iran/ilustrasi
Eropa Jatuhkan Sanksi, Italia Cuek Terus Impor Minyak Iran
Kamis, 01 Maret 2012 06:17 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Kilang minyak Italia Saras SpA menegaskan akan terus mengimpor minyak mentah dari Iran, meskipun Uni Eropa memberlakukan sanksi sepihak terhadap industri strategis Iran itu.
Seorang pejabat kilang yang tidak disebutkan namanya kepada Dow Jones mengungkapkan kilang Italia harus menjaga supaya pasokan minyak dari Iran stabil, dan mengabaikan larangan Uni Eropa mengimpor minyak Iran yang akan berlaku penuh pada 1 Juli mendatang.
Pernyataan pejabat kilang terbesar kedua di Italia itu kontras dengan pengumuman perusahaan energi Prancis Total SA yang mengatakan telah menghentikan pembelian minyak dari Iran.
Menurut Dow Jones, kilang minyak Italia terkunci dalam kontrak jangka panjang dengan Iran, sehingga sulit bagi mereka mengurangi pasokannya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Italia Mario Monti menyatakan mematuhi sanksi Uni Eropa terhadap Iran akan menimbulkan masalah besar bagi ekonomi negaranya.
Redaktur: Endah Hapsari
Sumber: IRIB/IRNA
Soft Power, Sumber Kekuatan Iran
Dina Y. Sulaeman*
Dalam studi Hubungan Internasional, power, atau kekuatan negara-negara biasanya didefinisikan dalam dua kategori, hard power dan soft power. Hard power secara singkat bisa dimaknai sebagai kekuatan material, semisal senjata, jumlah pasukan, dan uang yang dimiliki sebuah negara. Umumnya pemikir Barat (atau pemikir Timur yang westernized) lebih memfokuskan pembahasan pada hitung-hitungan hard power ini. Contohnya saja, seberapa mungkin Indonesia bisa menang melawan Malaysia jika terjadi perang? Yang dikedepankan biasanya adalah kalkulasi seberapa banyak senjata, kapal perang, kapal selam, dan jumlah pasukan yang dimiliki kedua negara.
Begitu juga, di saat AS dan Israel berkali-kali melontarkan ancaman serangan kepada Iran, yang banyak dihitung oleh analis Barat adalah berapa banyak pasukan AS yang kini sudah dipindahkan ke pangkalan-pangkalan militer AS di kawasan sekitar Teluk Persia; seberapa banyak rudal yang dimililiki Iran, seberapa jauh jarak jelajahnya, dst.
Bila memakai kalkulasi hard power, harus diakui bahwa sebenarnya kekuatan Iran masih jauh di bawah AS. Apalagi, doktrin militer Iran adalah defensive (bertahan, tidak bertujuan menginvasi Negara lain). Iran hanya menganggarkan 1,8% dari pendapatan kotor nasional (GDP)-nya untuk militer (atau sebesar 7 M dollar). Sebaliknya, AS adalah negara dengan anggaran militer terbesar di dunia, yaitu 4,7% dari GDP atau sebesar 687 M dollar. Bahkan, AS telah membangun pangkalan-pangkalan militer di berbagai penjuru dunia yang mengepung Iran. Bisa diperhatikan di gambar ini. Daerah berwarna ungu adalah kawasan di mana ada pangkalan militer AS.
Tapi, dalam kasus Iran, memperhatikan kalkulasi hard power saja tidak cukup. Sebabnya adalah karena kunci kekuatan Iran justru di soft power-nya. Dan ini sepertinya diabaikan oleh banyak analis Barat, mungkin sengaja, atau mungkin juga ketidaktahuan. Dalam papernya di The Iranian Journal of International Affairs, Manouchehr Mohammadi (Professor Hubungan Internasional dari Tehran University) menyebutkan bahwa kemampuan Republik Islam Iran untuk bertahan hingga hari ini adalah bergantung pada faktor-faktor yang sangat langka ditemukan dalam masyarakat Barat yang materialistis, yaitu faktor-faktor spiritual. Tentu saja, faktor hard power tetap diperhatikan oleh Republik Islam Iran, namun basisnya adalah soft power.
Apa itu soft power? Secara ringkas bisa dikatakan bahwa subtansi soft power adalah sikap persuasif dan kemampuan meyakinkan pihak lain; sementara hardpower menggunakan kekerasan dan pemaksaan dalam upayanya menundukkan pihak lawan. Karena itulah, menurut Mohammadi, dalam soft power, mentalitas menjadi kekuatan utama dan investasi terbesar yang dibangun Iran adalah membangun mental ini, bukan membangun kekuatan militer. Pemerintah Iran berusaha untuk menumbuhkan nilai-nilai bersama, antara lain nilai tentang kesediaan untuk berkorban dan bekerja sama dalam mencapai kepentingan nasional.
Mohammadi mengidentifikasi ada 10 sumber kekuatan soft power Iran,tiga diantaranya adalah sebagai berikut.
Faktor Tuhan memang jarang disebut-sebut dalam analisis politik. Tapi, kenyataannya, memang inilah yang diyakini oleh rakyat Iran, dan inilah sumber kekuatan mereka. Menurut Mohammadi, bangsa Iran percaya bahwa orang yang berjuang melawan penentang Tuhan, pastilah dibantu oleh Tuhan. Dengan kalimat yang indah, Mohammadi mendefinisikan keyakinan ini sebagai berikut, “Kenyataannya, mereka [yang berjuang di jalan Allah] bagaikan tetesan air yang bergabung dengan lautan luas, lalu menghilang dan menyatu dalam lautan, kemudian menjelma menjadi kekuatan yang tak terbatas.”
Keyakinan ini semakin kuat setelah bangsa Iran pasca Revolusi terbukti berkali-kali meraih kemenangan dalam melawan berbagai serangan dari pihak musuh, mulai dari invasi Irak (yang didukung penuh oleh AS, Eropa, Arab, dan Soviet), hingga berbagai aksi terorisme (pengeboman pusat-pusat ziarah, pemerintahan, dan aparat negara). Salah satu kejadian yang dicatat dalam sejarah Iran adalah kegagalan operasi rahasia Angkatan Udara AS untuk memasuki Teheran. Pada tahun 1980, Presiden AS Jimmy Carter mengirimkan delapan helicopter dalam Operasi Eagle Claw. Misinya adalah menyelamatkan 52 warga AS yang disandera para mahasiswa Iran di Teheran. Operasi itu gagal ‘hanya’ karena angin topan menyerbu kawasan Tabas, gurun tempat helikopter itu ‘bersembunyi’ sebelum meluncur ke Teheran. Angin topan dan pasir membuat helikopter itu saling bertabrakan dan rusak parah. Mengomentari kejadian ini, Imam Khomeini mengatakan, “Pasir dan angin adalah ‘pasukan’ Allah dalam operasi ini.”
Peran kepemimpinan dan komando adalah faktor yang sangat penting dalam situasi konflik, baik itu militer, politik, atau budaya. Pemimpin-lah yang menjadi penunjuk arah dalam setiap gerakan perjuangan. Dialah yang menyusun rencana dan strategi untuk berhadapan dengan musuh. Menurut Mohammadi, hubungan yang erat dan solid antara pemimpin dengan rakyatnya adalah sumber power yang sangat penting. Di Iran, karena yang menjadi pemimpin adalah ulama yang memiliki kredibilitas tinggi, kepatuhan kepada pemimpin bahkan dianggap sebagai sebuah gerakan relijius, dan inilah yang menjadi sumber utama kekuatansoft power Iran. Dalam kalimat Mohammadi, “[it] is a source of power per se, that assures the friends and frightens the foes.”
3. Mengubah Ancaman Menjadi Kesempatan
Revolusi Islam Iran telah menggulingkan Shah Pahlevi yang didukung penuh oleh Barat. Pra-revolusi Islam, Barat sangat mendominasi Iran, baik dari sisi ekonomi, politik, maupun budaya. Kepentingan Barat di Iran terancam oleh naiknya seorang ulama yang menyuarakan independensi dan sikap anti kapitalisme-liberalisme, yaitu Imam Khomeini. Karena itulah, Barat dengan berbagai cara berusaha menggulingkan pemerintahan Islam, antara lain dengan memback-up Saddam Husein untuk memerangi Iran. Saddam yang sesumbar bisa menduduki Teheran hanya dalam sepekan, ternyata setelah berperang selama 8 tahun tetap tidak mampu mengalahkan Iran. AS dan Eropa kemudian menerapkan berbagai sanksi dan embargo; berusaha meminggirkan Iran dalam pergaulan internasional, mempropagandakan citra buruk terhadap pemerintahan Islam, dll.
Karena didasari oleh dua faktor sebelumnya (keyakinan pada rahmat Tuhan dan faktor kepemimpinan relijius), bangsa Iran mampu bertahan hidup dalam situasi yang sulit dan berjuang untuk mengubah tekanan dan ancaman ini menjadi kesempatan untuk maju dan berdikari. Contoh mutakhirnya adalah, ketika akhir-akhir ini semakin marak pembunuhan terhadap pakar nuklir Iran yang didalangi oleh agen-agen rahasia asing; jumlah pendaftar kuliah di jurusan teknik nuklir justru semakin meningkat. Inilah jenis mental yang berhasil dibangun oleh pemerintah Iran selama 34 tahun terakhir: semakin ditekan, semakin kuat semangat perjuangan mereka.
Dalam pidato terbarunya di Teheran, pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Khamenei, menyinggung masalah ini. Beliau mengatakan, “Ketika kita diembargo, kemampuan kita justru semakin meningkat, potensi kita justru semakin terasah, kita tumbuh dari dalam. Jika kita tidak diembargo senjata, hari ini kita tidak akan mencapai kemajuan yang mengagumkan. Jika kita tidak diembargo dalam pengembangan nuklir –padahal reaktor nuklir Bushehr itu mereka [Barat] yang membangunnya—hari ini kita tidak memiliki kemampuan dalam pengayaan uranium,. Jika mereka tidak menutup pintu-pintu ilmu dari kita, hari ini kita tidak akan mampu menciptakan stem cell, menguasai ilmu antariksa dan mengirim satelit ke angkasa luar. Karena itu, semakin mereka mengembargo kita, semakin besar kita mampu menggali kemampuan dan potensi kita sendiri. Dan semakin hari, potensi kita itu akan semaki mekar berkembang. Karena itulah, embargo sesungguhnya bermanfaat bagi kita.”
Belajar dari Iran, kita perlu mengajukan pertanyaan, bagaimana dengan Indonesia hari ini? Faktor kepemimpinan yang lemah dan lebih mendahulukan membeli pesawat produk luar negeri jelas faktor yang sangat melemahkan soft power Indonesia. Namun sebagai bangsa, kita masih memiliki kekuatan untuk membangun dari dalam, dimulai dari diri sendiri, yaitu membangun kekuatan dan keyakinan spiritual; membangun etos perjuangan berbasis relijiusitas.
*penulis adalah alumnus magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran
(pernah dimuat di web IRIB)
Israel sengaja melancarkan serangan terhadap kedutaannya sendiri di India dan Georgia untuk membangkitkan simpati dari negara lain.
Posted on Februari 20, 2012 by syiahali
Iran: Ledakan Kedubes Hanya Akal-akalan Israel
Selasa, 2012 Februari 14 16:29
Seorang anggota parlemen senior Iran mengatakan, Israel sengaja melancarkan serangan terhadap kedutaannya sendiri di India dan Georgia untuk membangkitkan simpati dari negara lain
.
Pada hari Senin (13/2), seorang diplomat Israel di New Delhi terluka ketika sebuah mobil kedutaan meledak dan kemudian dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sementara Dubes Israel untuk India tidak terluka dalam insiden itu, Press TV melaporkan
.
Dalam serangan kedua, pekerja lokal Georgia untuk kedutaan Israel di Tbilisi menemukan sebuah bom di bawah mobil saat mengemudi ke kedutaan. Bom itu berhasil dijinakkan sebelum meledak
.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu langsung menuduh Iran dan Hizbullah mendalangi kedua serangan tersebut
.
Catatan masa lalu Israel menunjukkan bahwa rezim itu sebelumnya telah melakukan operasi serupa untuk memperoleh popularitas dan menarik simpati dari negara-negara lain, kata Wakil Ketua Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Majelis Islam Iran, Ismail Kowsari pada Selasa (14/2)
.
Kowsari menegaskan bahwa Israel melancarkan serangan terhadap diri mereka sendiri dalam upaya untuk menuding negara-negara lain, terutama Iran dan mencari keuntungan politik untuk kepentingannya
.
“Israel, yang mendalangi pembunuhan para ilmuwan bangsa kita, sengaja menuding Iran untuk membela dirinya sendiri dan menyimpangkan opini publik internasional,” tambahnya
.
Iran berulang menegaskan bahwa agen Zionis Israel, AS dan Inggris bertanggung jawab atas upaya pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir negara itu, yang sejauh ini telah menggugurkan empat pakar Iran sejak awal 2010.
Pasukan Saudi Tangkap Manajer Rumah Sakit Awamiyah
Selasa, 2012 Februari 14 15:50
Pasukan Saudi menangkapmanajer rumah sakit di kota Awamiyah di daerah Qatif, Provinsi Timur Arab Saudi. Dia ditangkap karena dituduh telah mengobati luka para demonstran damai anti-rezim Riyadh. Press TV melaporkan, Selasa (14/2).Pasukan rezim Riyadh menindas para pengunjuk rasa secara kejam. Mereka menangkap Kepala Puskesmas Awamiya di Provinsi Timur karena memberikan pertolongan kepada pengunjuk rasa yang terluka dalam demonstrasi anti-rezim Al Saud.Sebelumnya, pada Ahad, sekelompok pemrotes Saudi mengadakan demonstrasi di wilayah Qatif. Mereka menuntut diakhirinya kekuasaan rezim Al Saud.
Pada 9 Februari, seorang pengunjuk rasa tewas dan beberapa lainnya terluka dalam bentrokan dengan pasukan rezim Riyadh setelah pasukan Saudi melepaskan tembakan dengan peluru tajam guna membubarkan para demonstran di kota Qatif.
Sejak Februari 2011, para pengunjuk rasa Saudi melakukan demonstrasi secara teratur di hampir seluruh Provinsi Timur Saudi yang kaya minyak, terutama di Qatif dan kota Awamiyah. Mereka menyerukan pembebasan semua tahanan politik, kebebasan berekspresi dan berkumpul serta mengakhiri diskriminasi.
Parapengunjuk rasa juga menginginkan diakhirinya diskriminasi ekonomi dan agama terhadap wilayah kaya minyak itu. Beberapa demonstran tewas dan puluhan aktivis telah ditangkap sejak awal protes di wilayah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar