heebaat...??
Kemuliaan Hati Joko Widodo
http://yudisamara.org/2014/07/05/kemuliaan-hati-joko-widodo/
in
PERNAH dengar istilah mikul dhuwur mendem jero? Ungkapan kuno dalam
bahasa Jawa itu bermakna harfiah ‘mengangkat tinggi memendam
dalam-dalam’. Namun, makna pokoknya merupakan ajaran filsafat, bagaimana
berperilaku terhadap orang yang berjasa. Balas budi. Sebaliknya, bila
ada salah atau kilaf dari orangtua, maka Si Anak wajib mengubur
dalam-dalam kekilafan tersebut. Itu ajaran budi pekerti yang berkembang
dalam kebudayaan Jawa. Ajaran itu berlaku bukan sebatas hubungan
anak-orangtua. Menjadi nilai sopan-santun.
Standar etikanya, yang dibantu wajib menghormati jasa yang membantu.
Sebutlah murid kepada guru di sekolah atau guru mengaji. Penerapan etika
itu bertujuan luhur. Supaya saling menghormati sekaligus menciptakan
keharmonisan dalam kehidupan bersama. Ajaran budaya itu berkembang kuat
di lingkungan masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Bila ada orang Jawa
yang menyimpang dari etika itu, bisa menuai sanksi sosial. Bentuk
sanksinya penilaian miring. Bisa dijuluki orang tak tahu diri, tak
bermoral, kurang ajar, dan istilah macam-macam yang bersifat tidak baik.
Ajaran itu mestinya juga dipahami Joko Widodo alias Jokowi. Apalagi
dia orang Solo! Mungkin karena itu pula, seorang wartawati yang pernah
akrab dengan Jokowi menjadi dongkol berat. Nama wartawan itu Nanik S
Deyang. Perempuan berdarah tulen Jawa itu bekerja sebagai wartawan
tabloid The Politic yang berpusat di Jakarta. Sebagai peliput berita
politik, Nanik S Deyang akrab dengan Jokowi maupun Bos Partai Gerindra
Prabowo Subianto, terutama saat proses pencalonan Gubernur Jakarta akhir
2012.
Nanik tahu detil fakta, bagaimana Prabowo gigih berjuang agar Jokowi
berhasil menjadi Gubernur DKI. Prabowo sampai empat kali menemui Ketua
Umum PDI Perjuangan Megawati supaya partainya mengusung Jokowi menjadi
Cagub DKI Jakarta. Proses persetujuan alot karena semula PDI Perjuangan
sudah menyiapkan keputusan untuk mengusung Fauzi Bowo alias Foke. Bahkan
saat Megawati menyatakan partainya tak memiliki dana untuk memenangkan
Jokowi, Prabowo siap membiayai.
Jokowi setahun lebih sudah menjabat Gubernur DKI. Ambisi Prabowo
berhasil. Namun, menjelang penentuan Calon Presiden 2014, Jokowi yang
dulu diperjuangkannya, setelah tenar di jagad politik, menantang Prabowo
berebut kursi Presiden. Di titik itulah hati nurani Nanik Deyang
bergolak. Dari Prabowo, Nanik mendapat pengakuan menarik dan mengesankan
perilaku buruk Jokowi yang sejak dilantik menjadi Gubernur DKI ternyata
belum pernah menyampaikan ucapan terima kasih. Nanik juga pernah
mengingatkan hal itu kepada Jokowi, tapi mendapat jawaban yang terkesan
cuek, ”Yang mendukung saya jadi Gubernur kan banyak, bukan hanya
Prabowo.”
Fakta lain yang didapat Nanik dari sisi Prabowo, mantan Komandan
Jenderal Kopasus itu ternyata lebih peka dan kaya hati terhadap orang
yang telah dianggapnya berjasa. Setahu Nanik, bekas sopir dan ajudan
Prabowo yang sudah 13 tahun pensiun karena usia, mereka masih digaji.
Prabowo ingat peran mantan pembantunya. Begitu Jokowi deklarasi dengan
Jusuf Kalla untuk maju menjadi kandidat Presiden, Nanik menggugat
moralitas Jokowi melalui jagad internet. Agak menggemparkan karena
dilansir sebuah situs terkenal bereputasi bagus Kompasiana.com. “Mulai
hari ini saya mendukung Prabowo, karena saya menyaksikan ada seorang
calon Pemimpin Negara dalam pandangan saya sebagai orang Jawa minus
moral,” tulis Nanik.
Nanik mengungkapkan isi hatinya, jangankan Jokowi paham dengan
kesantuan ajaran budaya Jawa tadi, mengucapkan terimakasih saja tidak
dilakukan terhadap orang yang telah berjasa menjadikannya hebat dan
populer. “Saya berpandangan pemimpin itu harus memiliki keteladan
moral,” ujar Nanik.
Karena itu, Nanik menyampaikan rasa jengkelnya terhadap orang-orang
yang sesungguhnya belum mengenal dan tidak tahu betul dengan Prabowo,
tetapi seenak perut mengecam Prabowo kasar, maniak, kejam dan
sebagainya.
Sebab, di mata Nanik, justru Prabowo lebih memiliki hati mulia,
bahkan, “Jjauuuuuuh dibandingkan dengan yang secara fisik dianggap
santun, ramah, merakyat. Saya menyaksikan, bukan membaca berita.”
Mungkin sebelum menyatakan dukungan kepada Prabowo, hati Nanik diusik
pertanyaan besar: memilih yang populer dan terkesan merakyat, atau yang
berhati mulia?
Gugatan serupa terhadap Jokowi sebelumnya datang dari budayawan Betawi Ridwan Saidi. Pencalonan Jokowi sebagai Presiden dianggap sebagai bentuk sikap moral pemimpin yang tidak amanah terhadap rakyat Jakarta. Tinggal gelanggang colong playu alias lari dari tanggungjawab terhadap janjinya berdasarkan visi-misi semasa kampanye Gubernur untuk menuntaskan beberapa masalah besar. “Katanya akan menyelesaikan masalah Jakarta dulu, tidak akan nyapres. Berarti dia pemimpin yang tidak konsisten,” semprot Ridwan di televisi.
Digugat ke Pengadilan karena Tak Amanah
BILA pencapresan Jokowi ada yang mengaitkan dengan soal moral ditilik
dari peran Prabowo yang memperjuangkannya menjadi Gubernur DKI, sebagian
warga Jakarta ada yang menyaolkannya sebagai norma pelanggaran hukum.
Karena itu, Jokowi digugat ke pengadilan atas kemauannya menjadi Capres.
Yang menggugat atas nama Sentral Pemberdayaan Masyarakat (SPM). SPM
menganggap pencalonan itu merupakan pengabaian amanah warga Jakarta yang
sudah memilihnya.
“Kami sudah melakukan kontrak politik dengan Jokowi dan ini mengikat
karena ini negara hukum. Dia telah meremehkan dan mengabaikan amanah
warga Jakarta yang telah memilihnya sebagai Gubernur DKI,” ujar Ketua
SPM Nelly Rosa Yulhiana Siringoringo, Rabu (19/3).
Nelly mengungkapkan, organisasinya sama sekali tidak menaruh dendam
terhadap Jokowi yang dinilai mengkhianati amanah warga Jakarta. “Kita
berharap Pak Jokowi masih mempunyai hati nurani, untuk menyelesaikan
tugasnya sebagai gubernur.”
Sebelumnya, Tim advokasi Jakarta Baru melayangkan gugatan perdata
melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kepada Gubernur Jokowi. Tim
menilai keputusan Jokowi meninggalkan jabatannya dan maju sebagai
Presiden merupakan perbuatan melawan hukum. Tujuan penggugat untuk
mengingatkan Jokowi dengan tugasnya sampai selesai. “Selesaikan dulu
tanggungjawabnya sebagai Gubernur DKI Jakarta,” kata anggota tim
advokasi Jakarta Baru Ade Dwi Kurnia.
Hakim diminta memutuskan Jokowi bersalah telah melakukan perbuatan
melawan hukum, khususnya melanggar azas kepatutan karena lari dari
tanggungjawab sebelum merealisasikan janji-janji kampanye Pilgubnya. Tim
advokasi juga menuntut Jokowi untuk memenuhi semua janjinya yang sudah
dituangkan dalam kontrak politik dengan tim relawan dan berbagai macam
LSM.
Belakangan banyak warga Jakarta yang mendemo Jokowi karena dia maju jadi Capres. “Hipotesa politik saya, warga bergerak secara natural, karena masyarakat sudah kecewa dengan Jokowi. Mereka ingin menagih janjinya,” ujar Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing. (TIM SApujagat)
RAHASIA DIBALIK CITRA DAN POPULARITAS JOKOWI
http://yudisamara.org/2014/01/30/rahasia-dibalik-citra-dan-popularitas-jokowi/
Setelah kesuksesan politik pencitraan ala SBY sepuluh tahun lalu,
kini muncul politik pencitraan gaya baru. Kali ini melibatkan dukungan
masif semua media baik cetak, elektronik, online, maupun sosial.
Adalah jokowi yang digadang-gadang untuk jadi presiden dan diblow-up
habis-habisan oleh media-media mainstream. Dukungan secara masif itu
bisa dibilang tidak wajar karena jokowi yang adalah seorang muslim
justru tidak “laku” di media Islam seperti voa-islam, arrahmah,
suara-islam, dll. Bukankah kalau seorang muslim sangat luar biasa dalam
memimpin, maka media-media muslim justru akan ikut memberitakannya
dengan bombastis? Tapi bukannya diberitakan secara bombastis, jokowi
justru diberitakan secara negatif di media-media muslim tersebut.
Keanehan ini ditambah dengan adanya informasi bahwa kebanyakan media
mainstream terindikasi dibayar untuk pencitraan jokowi. Menurut
informasi, media-media tersebut adalah:
1) First Media Grup (beritasatu1.TV beritasatu .com, suara pembaruan,
Jakarta Globe, Suara Pembaruan, The Straits Times, Majalah Investor,
Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Student Globe, Kemang Buzz, Campus
Life, Termasuk Beritasatu FM. First Media Grup adalah milik James Riady
(Lippo Grup), konglomerat yang bersahabat baik dgn Bill Clinton dan
terlibat Lippo Gate yg terjadi di AS, ketika James Riady cs tertangkap
memberikan dana politik illegal jutaan dollar kepada timses capres
Demokrat Bill Clinton untuk pemenangan Clinton pada pemilihan Presiden
AS. Uang sumbangan James Riady cs itu kemudian terbukti berasal dari
China Global Resources Ltd, sebuah perusahaan kedok milik China Military
Intelligence (CMI).
2) Media lain yang dikontrak mahal untuk pencitraan palsu Jokowi
adalah Detik Grup. Ngakunya milik Chairul Tanjung alias CT, tapi
sebenarnya milik Salim Grup. Detik.com Setiap hari, detikcom memuat
berita tentang pencitraan palsu Jokowi puluhan bahkan kadang lebih 100
berita. Chairul Tanjung hanya dipinjam nama dan bertindak untuk dan atas
kepentingan Antony Salim (Salim Grup).
3) Kompas /Gramedia Grup memang tidak segila detikcom siarkan Jokowi,
tapi tetap punya KANAL BERITA KHUSUS untuk mempromosikan Jokowi dan
Ahok. Diprediksi menjelang masa pilpres 2014, Kompas dan Gramedia Grup
akan habis – habisan mendukung Jokowi – Ahok karena sejalan dengan misi
medianya, pelemahan Islam di Indonesia.
4) Jawa Pos Grup. Tidak melibatkan semua media milik Dahlan Iskan
yang jumlahnya 185 TV, Koran, Online media, dll itu. Sekitar 40% JawaPos
Grup dikontrak. Namun, dipastikan jika Dahlan Iskan mau sebagai capres,
Jawa Pos Grup tidak akan terlalu mendukung Jokowi kecuali mendapat
permintaan khusus dari Chairul Tandjung, tokoh yang merekomendasikan
Dahlan Iskan ke Presiden SBY untuk ditunjuk sebagai Menteri BUMN tahun
2011 lalu.
5) Yang paling gencar jilat Jokowi adalah Koran Rakyat Merdeka. Ada
saja berita (palsu) istimewa tentang Jokowi. Kontraknya puluhan Milyar.
6) Tempo (majalah dan Online) adalah media pelopor yg orbitkan Jokowi
dengan penghargaan “10 Tokoh Terbaik (penghargaan abal-abal), hanya
karena bisa pindahkan Pedagang Kaki Lima (PKL), itu pun dilakukan
setelah hampir setahun bolak balik mengunjungi dan mengundang PKL makan
bersama. Fakta terakhir, PKL Solo kembali ke lokasi awal sebelum pindah
karena di tempat baru dagangan mereka tidak laku.
7) Tribunnews Grup (Bosowa dan Kompas) juga dikontrak untuk
pencitraan palsu Jokowi. Demikian juga Fajar Grup (Alwi Hamu / Dahlan
Iskan). Alwi Hamu juga merupakan patner bisnis Dahlan Iskan di media dan
PLTU Embalut, Kaltim yang sarat korupsi itu.
8) Metro TV, tidak tahu sekarang dibayar berapa untuk kontrak
pencitraan palsu Jokowi sampai 2014. Tapi saat Pilkada DKI puluhan
Milyar. Sejak dapat bisnis iklan dari Konglomerat – konglomerat
pendukung Jokowi, Metro TV jadi corong nomor satu Jokowi, disamping jadi
corong kampanye dan pencitraan Dahlan Iskan yang memberikan kontrak
iklan luar biasa besar dari BUMN – BUMN kepada Metro TV.
9) SCTV grup. Pemiliknya Edi dan Popo Sariatmadja malah menjadi
cukong utama. Koordinator media pencitraan Jokowi, membantu James Riady.
Dukungan promosi dan kampanye yang diberikan untuk Jokowi gratis alias
tanpa bayaran, meski diduga sebenarnya sudah mendapatkan imbalan dari
dana pemenangan Jokowi yang telah terkumpul puluhan triliun dari
sumbangan para konglomerat hitam Indonesia.
10) Media raksasa lain seperti Vivanews grup (TV One, ANTV,
Vivanewscom dll) milik Bakrie meski kontrak dgn Cukong Jokowi tapi
porsinya kurang dari 30%, dan masih melihat perkembangan situasi dan
kondisi politik nasional mengingat Aburizal Bakrie masih berstatus Ketum
Golkar dan kandidat capres.
11) Selain media cetak, televisi mainstream, sosial media seperti
twitter, facebook, kaskus dll juga dikontrak khusus. Lihat saja di sini.
Bahkan di twitter juga mulai ada akun relawan yang berusaha menjelaskan
dengan kata-kata manis mengenai tingkah-polahnya yang anomali pada tiap
akun yang berkomentar negatif. Rumornya ia memiliki buzzer sebanyak
1500-2000an yang mengelola lebih dari 10.000 akun sosial media . Buzzer
adalah semacam pasukan bayaran online, yang siap menjaga reputasinya di
internet dengan cara menyusup di berbagai forum dan kolom komentar untuk
mendongkrak citranya. Para buzzer bayaran ini akan berkomentar positif
tentangnya dan menyerang habis-habisan mereka yang tidak melihatnya
sebagai “dewa”. Dulu waktu pilkada DKI, selain orang-orang yang permanen
kelola akun untuk pencitraan Jokowi, dibentuk juga Tim Jasmev. Puluhan
Milyar biayanya. Lihat gambar yang sempat diambil saat pemilukada DKI
lalu ini:
Banyak akun palsu pembela Jokowi di sosial media. Untuk mendeteksi
akun pembela Jokowi palsu tidak sulit. Salah satunya, banyak hal yang
disampaikan sangat tidak masuk akal.
Begitu disampaikan Praktisi Teknologi Informasi, Chafiz Anwar, ketika dihubungi wartawan, Jumat (1/11/2013).
Chafiz mengatakan ciri-ciri akun palsu yang digunakan, segi jumlah
komentar melalui media sosial yang serentak menyerang ataupun membela
Jokowi. Padahal, hal itu tidak mungkin dilakukan pemilik akun asli
secara bersamaan.
“Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus dilakukan oleh pemilik akun asli,” katanya.
Ciri lainnya yang juga mudah dianalisa, menurut Chafiz, adalah dengan
membandingkan jumlah pembaca dan jumlah komentarnya. Untuk masalah
Jokowi misalnya jika ada yang mengkritiknya di sebuah media online dan
kemudian langsung ada serangan dari ribuan orang seperti itu pernah
dialami terakhir oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Assegaf
dan itu bisa ditegaskan kepalsuannya.
“Coba saja bayangkan berita yang mengkritik di sebuah media online
itu. Baru beberapa saat tayang langsung yang komentar ribuan, itu sangat
tidak mungkin. Kalau bukan sebuah tim yang mengerjakannya yang bisa
saja terdiri dari puluhan orang,” tambahnya.
Yang paling mungkin kata dia lagi, yang baca satu orang tapi orang
ini memegang ratusan akun. Hal ini bisa dilihat jelas dari
komentar-komentar pendukung Jokowi.
Ciri lainnya yang juga bisa diliat adalah ketidakjelasan identitas
para pemain akun ini. Biasanya mereka kata Chafiz, menggunakan nama-nama
palsu dan foto-foto palsu atau menggunakan gambar kartun.
“Yah satu orang kan gak mungkin punya 10 akun dengan nama sama dan
foto yang sama.Sementara dari mereka satu orang minimal bisa memiliki
100 akun,” kata Chafiz.
Mereka jelasnya lagi menggunakan mesin pendeteksi dengan keyword-keyword tertentu.
“Misalnya kalimat Jokowi belum pantas jadi presiden. Mesin mereka ini
berjalan seperti halnya mesin pencari google,begitu mesin mendeteksi ada
kalimat atau kata tertentu yang dimasukkan,mereka akan bergerak cepat
dan membalas kalimat-kalimat tersebut,” tegasnya.
Terakhir dirinya mengingatkan masyarakat untuk tidak terpancing
dengan settingan provokasi maupun ajakan yang mereka mainkan,karena
itulah tujuan mereka. Masyarakat jangan sampai terperdaya oleh provokasi
mesin yang mereka mainkan.
“Pilih saja dengan cerdas dengan menelusuri rekam jejak para kandidat
calon presiden.Jangan percaya dengan permainan seperti ini,”tandasnya.
Pendapat Amien Rais
Pendapat senada disampaikan oleh Bapak Reformasi Indonesia Prof. DR.
Amien Rais MA. Tokoh bangsa yang pertama kali mewacanakan suksesi
kepemimpinan nasional di tengah kuatnya rezim Soeharto. “Jadi ketika
saya bilang suksesi, saya diketawain. Tetapi karena ada substansi
pelan-pelan orang terbuka,” ujar Amien Rais dalam wawancara khusus
dengan INILAH.COM di kediaman pribadinya di bilangan Gandaria, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, Selasa (1/10/2013).
Kini, Jokowi menjadi obyek kritik “Lokomotif Reformasi” ini. Secara
lugas Amien mengingatkan publik agar tidak memilih pemimpin hanya
berpijak pada popularitas semata. Terkait melambungnya nama Jokowi,
Amien memiliki pandangan tersendiri. “Jadi secara sistematik saya
melihat memang ada brain trust yang melambungkan Jokowi ke aras politik
bahkan mungkin ke kursi presiden,” sebut Amien.
Selain itu, Amien juga bicara soal alasan mengapa dirinya mengritik
Joko Widodo? Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini juga
bicara soal kriteria presiden 2014 mendatang. Berikut wawancara
lengkapnya:
Apa motif Anda mengkritik keras Joko Widodo?
Jadi saya sudah lama berdiam diri. Saya sesungguhnya menunggu ada
sebagian intelektual, politisi, penggiat LSM, kyai, atau siapa saja yang
berani memberikan kritik kepada fenomena Jokowi, yang menurut saya
sudah luar biasa. Jadi secara sistematik saya melihat memang ada brain
trust yang melambungkan Jokowi ke aras politik bahkan mungkin ke kursi
presiden.
Padahal, kalau kita lihat ke belakang, sesungguhnya Jokowi seperti
kepala derah yang lain seperti Walikota Surabaya, Walikota Yogyakarta,
atau walikota yang lebih bagus lagi lebih banyak. Tetapi memang menurut
saya ada usaha yang sistematik (untuk munculkan nama Jokowi), dari mobil
Esemka yang pepesan kosong itu, sampai mempopulerkan Jokowi seorang
walikota terbaik dari lima walikota yang ada di muka bumi, maka saya
makin ngeri.
Lalu?
Sebagai orang yang belajar ilmu sosial, saya sudah menyimpulkan
kesimpulan sementara, ada kekuatan modal yang akan melambungkan Jokowi
sehingga kalau sampai keinginan modal besar ini berhasil, saya takut,
saya kasihan Jokowi akan tersandera. Saya tidak mengatakan presiden
boneka, tapi akan menurut kepada yang melambungkan yang sangat luar
biasa itu.
Nah, demokrasi yang jadi kiblat kita itu, adalah demokrasi
jadi-jadian yaitu demokrasi Amerika. Kita kagum dengan demokrasi
Amerika, tapi kalau kita buka ini demokrasi di Amerika yang menguasai
Gedung Putih, Pentagon, Capitol Hill, itu sesungguhnya adalah kompleks
yang dalam istilah politik itu disebut sebagai military, industrial,
congresianal, dan media complex. Jadi korporasi besar itulah yang
sejatinya mendikte George Bush, Bill Clinton, Obama dan
presiden-presiden sebelumnya. Jadi terkenal dengan ungkapan almarhumm
Muchtar Lubis, Demokrat dan Republik itu sama saja. Satu perompak satu
perampok.
Dalam Konteks Jokowi, bisa dijelaskan tentang kekuatan besar tersebut?
Hal ini makin terasa, bahwa kekuatan yang melambungkan Jokowi ke aras
tertinggi itu, memang terlalu kentara. Mereka tidak bisa menahan diri,
Sehingga orkestra dengan politik itu terlalu kentara, dari media massa
yang seragam, pengerahan cyber troops, orang kritik Jokowi di media,
nanti ada ratusan yang menghantam tanpa ampun dengan kata-kata
semestinya tidak layak dan elok.
Tapi kalau seperti saya, anjing menggonggong kafilah berlalu. Saya
hanya ingin menunjukkan hati-hati, kalau presiden siapapun yang bisa
bertengger jadi lurah Indonesia karena dengan dukungan luar biasa
dukungan modal tanpa batas itu, percayalah dia akan menjadi sandera dari
pendukungnya.
Analisa Anda cenderung konspiratif, apa indikator yang paling kuat?
Jadi seperti cyber troops itu kan tidak wajar. Prabowo Subianto tidak
mengalami seperti itu, SBY juga tidak ada. Jadi ini ngebet. Karena
ngebet ya ketahuan. Saya punya kecenderungan, sebagai orang kampus yang
dididik berfikir ilmiah itu memang tidak akan mengatakan kalau tidak
yakin. Jadi kembalilah dan tengoklah Solo yang kumuh, miskin, dan gelap.
Kemudian dikatakan walikotanya menjadi salah satu walikota terbaik di
muka bumi. Ini konspirasi media massa.
Jadi, ini ada kompleks dari pemilik modal, pemilik media massa,
kekuatan politik di DPR dan di tengah-tengah massa, sudah kena
hypnotisme atau dalam bahasa INILAH.COM “nina bobo” Jokowi. Tetapi saya
tidak ada pamrih kecuali mengingatkan jangan sampai kita menganggap
demokrasi untuk rakyat tapi ternyata milik pemilik modal.
Sekarang sudah terbaca kan kemana proyek-proyek DKI kemana larinya?
mereka kira-kira yang mendukung. Yang kita takutkan ribuan triliunan
kekayaan Indonesia mulai perkebunan, pertambangan, pertanian kekayaan
laut dan lain-lain. Kalau sampai presiden mendatang itu menjadi
tersandera oleh kekuatan modal itu, rakyat hanya akan jadi pelengkap
penderita.
Apakah Anda bisa perjelas siapa pemilik modal itu apakah dari kelangan ‘hitam’?
Saya tidak akan mengatakan hitam, cokelat, abu-abu dan lain-lain.
Hampir bisa dipastikan, bahwa pemodal besar itu mesti dihinggapi
patologi profit. Jadi siang-malam yang difikir adalah profit dan profit.
Sementara untuk menagguk keuntungan itu angger-angger atau kaedah
moral, kaedah agama, sosial etika, itu sudah terbenam.
Nah, cuma repotnya, sejak jaman dulu sampai sekarang untuk memahamkan
yang cukup jelas ini kepada rakyat itu tidak mudah, bahkan
kadang-kadang jadi bumerang. Tapi karena saya membaca sejarah para nabi,
tokoh perubahan, memang itu, rakyat selalu mudah untuk dibelokkan
kesana kemari oleh opinion leaders, media massa dan lain-lain.
Bahkan contoh telak dalam sejarah kuno bagaimana Bani Israel yang
tertindak menjadi budak, ketika diajak salah satu putera terbaiknya
yaitu untuk diajak keluar dari cengkeraman Firaun dari Palestina, malah
salah paham, mereka malah marah sama Musa. Musa dikatakan gila. Persis
seperti nabi, apalagi Amien Rais yang tidak sekutu hitamnya nabi jadi
tidak pernah gusar ketika dikatakan tidak paham masalah, bodoh dan
lain-lain.
Selama setahun Jokowi di Jakarta, ada capaian yang mendapat apresiasi
publik seperti blusukan, lelang jabatan termasuk mengurai kemacetan di
Tanah Abang. Apa anda tidak melihat sisi baik Jokowi?
Tanah Abang sekarang lancar, itu harus diacungi jempol. Belum banyak
sesungguhnya tapi itu cukup saya catat. Memang mengatasi banjir dan
macet tidak cukup dua bulan, jadi butuh satu periode kepemimpinan
gubernur secara utuh. Itu pun kalu tidak ada guncangan-guncangan yang
lain. Artinya, ekonomi stabil, mudah-mudahan bisa.
Terkait dengan satu periode gubernur utuh, bagaimana dengan dorongan agar Jokowi maju menjadi Capres?
Ketika pejabat disumpah demi Allah itu sesungguhnya bukan main-main.
Jokowi kan disumpah lima tahun, lalu di tengah jalan terbengkalai
tugasnya, karena mengincar lebih tinggi dan tergoda apa tidak menyalahi
etika dan fatsoen politik.
Kritik Anda ke Jokowi mendapat perlawanan dari para pendukungnya, apa komentar Anda?
Jadi saya tahu, sebagian besar rakyat tidak sepaham dengan saya. Tapi
ekstremnya, andaikan 250 juta rakyat mengatakan kita harus ke utara
mendukung Jokowi, saya mengatakan pikir dulu. Kalau saya ke selatan,
tapi harus ada yang mengingatkan. Karena seseorang dielukan itu akhirnya
lupa. Kita belum lama toh, dulu Bung Karno kita lupa, baru beberapa
tahun Pak Harto sudah seperti Bung Karno, 7 kali dipilih dengan aklamasi
oleh anggota MPR.
Jadi ketika saya bilang suksesi, saya diketawain. Tetapi karena ada
substansi pelan-pelan orang terbuka. Spekulasi bahwa saya kritik Jokowi
untuk menjodohkan Prabowo-Hatta, saya ngiri, syirik, itu tidak ada
kentang kimpulnya (tidak ada korelasinya).
Jadi saya mengingatkan bangsa ini, mau mimpin lurah Indonesia, jadi
tolong dipikir lebih jernih lagi masih ada waktu satu tahun untuk tidak
menganut grubyug untuk latahisme, saya peringatkan yang menjadi cyber
troops Jokowi itu apa tidak malu pada diri sendiri, saya sarankan
sebelum tidur merenung 1-2 menit, apa yang saya lakukan betul apa tidak.
Menghujat seenaknya dengan kata-kata yang kurang senonoh itu menurut
saya kurang pas, ketika saya ditanya ya itu, anjing menggonggong kafilah
tetap berlalu.
Siapa yang ideal dalam 2014 mendatang?
Saya tidak akan menyebut nama, cuma syarat. Siapapun yang bisa
membawa bangsa ini ke depan dengan percaya diri, bisa menyuguhkan
kedaulatan ekonomi itu yang bisa dipilih. Itu bisa Jokowi, Prabowo,
Hatta Rajasa, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Sri Mulyani, Gita Wirjawan,
Hidayat Nur Wahid atau siapapun.
Sehingga saya sesungguhnya punya impian, bukan kita ingin mencontoh
demokrasi liberal yang brengsek itu, tetapi kalau kita ingat dalam
memilih lurah saja, itu lurah tidak dipilih asal-asalan, milih bupati
dan walikota tidak asal-asalan.Karena itu, sesungguhnya ada semacam
gurauan, saat SBY menang, bersama kita bisa. Bisanya tidak jelas, apakah
bisa melindungi alam, menegakkan hukum, meningkatkan Iptek. Saya pikir
pengalaman masa lalu itu mungkin akan menjadi beban para capres itu
untuk berpikir keras. Karena kalau cuma popularitas tidak menjamin.
Apakah bisa dikatakan, karena hanya modal popularitas SBY di 2004 lalu, maka hasilnya seperti saat ini?
Jadi kata orang awam itu kapan proses transisinya demokrasi berhenti,
jadi masih up and down terus. Saya melihat pengalaman dari negara
berkembang, dipilih karena menekan rakyatnya seperti Saddam Husein,
Husni Mubarak, Moammar Khadafy, atau di negara-negara Asia para diktator
itu. Tapi juga ada memang populer, Juanita Peron, karena istrinya
Peron, saat pilpres menang mutlak. Tapi gak sampai setahun mundur,
karena tidak ada negarawan.
Ada juga Joseph Estrada, populer menjadi bintang film tidak sampai
setahun harus diganti. Nah Jokowi, soal blusukannya luar biasa, gak
pernah ngantor. Kalau blusukan terus kapan kerjanya. Memang Ahok ada
sebagai wakil, tapi yang megang komando adalah Gubernur. Mungkin saja,
blusukan akan mengalami titik jenuh, kalau blusukan 2-3 tahun tapi
masalah mendasar Jakarta belum bergeser, itu bisa juga menjadi bumerang.
Jadi sesungguhnya, saya dikatakan terlalu keras, tajam, mungkin
karena tidak ada yang lain yang kritik. Saya ingat betul, saat saya
menyampaikan ide suksesi Pak Harto, saya sendirian betul, sampai
teman-teman diskusi saya tidak datang ke rumah saya karena takut, tapi
lama-lama kemudian terbuka juga.
Kalau saya begini, saya menasehati sama-sama wong solo, popularitas
Jokowi ini tidak mesti 20 tahun muncul, dia mendapatkan berkah seperti
itu, Cuma sekarang ini dia diberi amanat lima tahun di DKI Jakarta
sebaiknya bekerja sebaik-baiknya, dia masih muda, kalau dia sukses bisa
melenggang sambil mengasah jam terbang, kalau dia bisa merefleksikan
lagi sebagai calon pemimpin Indonesia, selesaikan amanat yang sudah
disumpah mudah-mudahan akan jadi bagus.
Juga jangan pernah mau didikte pemilik modal. Pemilik modal itu 24
jam itu uang, uang dan uang tidak pernah berpikir si suto, noyo, duta
dan waru. Jadi saya ada mix feeling, di samping kritik saya dianggap
terlalu keras sampai ke intinya, tapi di balik itu ada harapan, kalau
dia bisa menampung pikiran saya ini, maka dari sudut fatsoen politik,
sumpah itu dipenuhi. Ketika dia disumpah ada mushaf al-Quran.
Ketika sudah selesai (5 tahun) tidak kemmudian menyulap Jakarta
menjadi singapura, tidak mungkin juga, tapi Jakarta mulai rapih, mulai
tertata, mulai kurang kemacetan, mulai memperoleh air bersih, sudah
nampak, kemudian silakan (maju capres).
Apa makna kritik anda terkait nasionalisme Jokowi?
Sebagai kader PDI Perjuangan, dia tidak harus sama dengan Bu Mega,
karena dulu yang salah tokoh-tokoh yang mengitari Ibu Mega. Dulu dua
tanker Pertamina dijual, sekarang kita sewa, Indosat yang merupakan
karya bangsa, tapi kemudian dijual dengan harga Rp8 triliun padahal
labanya per tahun Rp3 triliun. Ini kan asset negara.
Jadi bagaimana konglomerat hitam yang ribuan triliun, diputihkan
melalui release and discharge, gas tangguh di Papua diijon ke China
untuk sekian puluh tahun dengan harga yang tidak berubah, flat. Gas dan
maupun minyak maupun batubara itu mesti naik.
Seperti ini yang saya pikir dan Jokowi tidak usah seperti yang lain.
Saya sesungguhnya ketika dia berani menolak rencana untuk sebuah tempat
di Solo yang strategis untuk dijadikan mall, itu menunjukkan
keberpihakan rakyat kecil. Itu Jokowi asli. Jokowi yang asli perlu
dikembangkan. Jangan sampai pernah berutang kepada orang yang
melambungkan karena ada udang di balik tepung.
Sisi lain Anda kritik Jokowi, sisi lain anda membangun komunikasi partai Islam?
Saya kan dari kalangan santri, ada semacam bias subyektif bahwa
kalangan santri jangan sampai tidak ikut menentukan masa depan negeri
ini. Padahal partai santri kalau dikumpulkan lebih tinggi dari Partai
Demokrat, Partai Golkar bahkan PDI Perjuangan. Memang di kisaran 5-8
persen, tapi kalau dikumpulkan jadi kuat.
Kita tidak mungkin usul perbaiki negeri ini kalau kita bercerai
berai. Kalau kita bersatu, kita punya bargaining position kepada
kekuatan yang lain, dari masa depan kita bicarakan bersama Di forum UII
yang digelar dua minggu sekali, selain yang datang tidak selalu sama
orangnya, tapi yang jelas yang kita bicarakan belum pernah menyebut
siapa yang layak jadi capres. Tapi temanya berganti-ganti seperti
masalah energi, moneter, ekonomi, masa depan perbankan dan pertambangan,
perpajakan, rule of law, pembelaan terhadap kaum duafa.
Belum sekalipun kita bicara Capres.
Mau saya itu, kita sudah tahu, dari masukan-masukan itu kelihatan
jadi agenda nasional kita itu ada skala prioritas. Pertama melindungi
sumber daya alam kita dari terkaman asing, membangun clean and good
governance, penanganan hukum tidak boleh tebang pilih, dan mengejar
ketertinggalan Iptek kita dengan bangsa lain. Kalau agenda sama, itu
lebih enak, baru bicara bagiamana masa depan karena tidak mungkin, umat
Islam sendirian memikul masalah nasional sendiri. Begitu juga tidak
mungkin kaum nasionalis senidirian.
Anda masih percaya politik aliran?
Masih. Sekalipun politik aliran disebut kuno. Tapi faktanya suara
santri 35%. Apa kita memegang pahat atau kuas untuk melukis, jadi jangan
jadi penonton. Ini forum terbuka, saya sampaikan di pertemuan saudara
kita dari intel, polisi silakan datang. Jadi suasana santai, tidak
pernah tegang. Walaupun yang kita bahas berat.
Saya sudah 70 tahun, saya yakin tidak ada lagi kepentingan, kecuali
saya sebelum menutup mata selamanya ada perbaikan, kalau dari segi
kehidupan pribadi, apa yang kurang buat saya? kalau kata orang Jawa
legan golek momongan, sudah tidak ada masalah, masih cari masalah. Tapi
tugas intelektual itu tidak di menara gading atau di kehidupan sendiri,
tugas intelektual di tengah-tengah massa yang banyak kalau bisa
memberikan kontribusi.
Ada respons dari warga Muhammadiyah?
Warga Muhamamdiyah itu punya ciri khas, politiknya terlalu netral,
tidak tajam. Dibandingkan dengan teman NU, orang Muhammadiyah malah
tidak tajam, karena doktrin amal sholeh terlalu banyak, kadang-kadang
doktrin pemikiran tidak dibenahi, Muhammadiyah termakan rutinisme. Jadi
Islam dan amal soleh menyatu, dimana pun warga Muhammadiyah ada, buatlah
masjid, Rumah Sakit, TK sampai Universitas. Saya jarang ditanya
pertanyaan politik.
Apa prinsip hidup Anda?
Sesungguhnya saya punya prinsip kehidupan begini, kalau para nabi
menjadi suri tauladan kaum beriman itu sikapnya memang sangat jelas,
mereka menyampaikan sesuatu untuk kebaikan bersama, setelah itu mereka
tawakkal.
Jadi apakah umat mendengar atau tidak, yang jelas sudah disampaikan,
jadi anak saya yang paling kecil, mengritik, “bapak sudah sepuh kok
masih bicara urus politik, sudahlah pak rakyat maunya seperti itu sudah
titik. Pak enjoy life pak. Bersama kita pak”. Tetapi kalau ajaran agama
kita, kalau ada yang tidak benar, sampaikan dengan lisanmu, paling
tidak, kalau tidak ada kekuatan ya dengan tulisan. Itulah filosofi hidup
saya. Kalau saya dipuji tidak besar kepala, kalau dicaci lantas juga
tidak dlosor.
Dulu waktu menyuarakan suksesi Pak Harto, banyak telpon apakah sudah
bosan hidup? kami tahu agenda anak-anak sekolah anak-anak Anda. Ini
sesuatu yang biasa. Justru yang tidak biasa, di alam demokrasi tokohnya
dikritik malah kebakaran jenggot, malah kasihan tokoh itu. Itu namanya
kekanak-kanakan, puber saja belum, masih kekanakan.
Tanggapan Raden Nuh (Pencetus Akun Twitter AntiKorupsi @Triomacan2000)
Dihubungi via telepon Rabu, 29 Januari 2014, Raden Nuh yang sedang
berada di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, memberikan jawaban atas
pertanyaan kami sebagai berikut :
Tanya :
“Apa pendapat Anda dengan semakin terbongkarnya agenda tersembunyi pihak asing yang gencar promosikan Jokowi sebagai capres ?”
Raden Nuh :
“Bagus ! Rakyat harus diberitahu sebenar – benarnya dan selengkap –
lengkapnya mengenai siapa Jokowi sesungguhnya, apa agenda pribadi dan
agenda asing, dan terpenting apa maksud dan tujuan sebagian pengusaha
besar Tionghoa yang semua bersatu padu mendukung pencapresan Jokowi
dengan segala cara, daya, bantuan jaringan media media dan bantuan dana.
Rakyat harus disadarkan betapa bahaya bagi bangsa dan negara jika
Indonesia dipimpin oleh seorang presiden boneka. Presiden yang tunduk
dan patuh pada perintah dan keingan tuannya, para pengusaha besar
tionghoa, yang selama ini dikenal sebagai perusak dan pencuri kekayaan
negara. Maksud saya para pengusaha tionghoa pendukung Jokowi itu lho,
bukan semua pengusaha Tionghoa. Masih banyak pengusaha Tionghoa yang
merah putih, nasionalis, berjiwa raga Indonesia.”
Tanya : “Apakah Anda masih memantau twit dari akun @Triomacan2000
sejak Anda tinggalkan lebih setahun lalu? Bagaimana Anda menilai
kualitas dan tema – tema besar yang diangkat akun itu?”
Raden Nuh :
“Praktis sejak saya tidak aktif lagi kelola akun @Triomacan2000, saya
jarang memperhatikan twit – twit mereka. Saya hanya lihat jika ada
teman yang infokan sesuatu yang menarik atau bikin gempar publik. Sering
juga memantau kalau ketika baca koran atau nonton TV. Terakhir saya
menonton acara Metro Realitas yang berjudul Kicauan Akun Hantu
Triomacan2000, geli rasanya. Kok media sebesar dan sekaliber Metro TV
mau menyiarkan tayangan acara yang sangat kentara pesanan dan sangat
dangkal investigasinya.
Tanya :
“Bagaimana tanggapan Anda mengenai banyaknya media yang memuat berita pencitraan Jokowi ?”
Raden Nuh :
“Pertama, sudah pasti saya sangat prihatin. Kenapa media massa kita
terlalu mudah dan murah menjual idealisme, membohongi rakyat, membodohi
pembaca atau penontonnya. Media memang membutuhkan income untuk menutupi
biaya operasional dan mencari keuntungan, tetapi apa yang kita saksikan
sekarang sungguh luar biasa memalukan. Seakan – akan tidak ada tokoh
lain yang lebih layak dan pantas diberitakan selain Jokowi. Kedua, Media
nasional kita sudah menyimpang dari cita – cita awal atau maksud dari
pendiriannya, menyampaikan kebenaran dan mencerdaskan bangsa. Saya tidak
mempermasalahkan media – media milik konglomerat Tionghoa yang secara
masif dan kontiniu mengiklankan Jokowi. Mereka memang mau menjadikan
Jokowi sebagai presiden boneka, mereka mau melemahkan Indonesia melalui
Jokowi. Ketiga, Kita tahu deh, siapa Jokowi itu sebenarnya. Ratusan
walikota dan belasan Gubernur di Indonesia punya kemampuan dan
integritas jauh di atas Jokowi. Faktanya Jokowi hanya kelihatan bagus
karena setiap hari selama dua tahun ini, media bayaran dan milik
pengusaha Tionghoa mempromosikan dia besar – besaran. Ini sangat
berbahaya.
Tanya :
“Kenapa sangat sedikit tokoh yang berani berkomentar negatif tentang Jokowi?”
Raden Nuh :
“Fenomena ini memang menyedihkan, sangat menyedihkan. Sebagaian besar
para tokoh bangsa kita takut berpendapat melawan arus utama opini.
Takut tidak populer atau dikecam oleh pendukung -pendukung Jokowi yang
terorganisir dan memang dibayar serta ditugaskan untuk menjaga citra
Jokowi. Mereka melihat betapa kasihannya tokoh tertentu yang berani
mengkritik Jokowi melalui media. Kontan mereka dicerca, dihina, dibully,
malah ada yang dicaci maki oleh pendukung jokowi yang sebenarnya adalah
bagian dari timses Jokowi.
Namun, sayangnya, ketakutan para tokoh ini
tidak boleh diikuti oleh para akademisi yang memiliki dasar akademis
atau kajian ilmiah jika mereka mau mengungkapkan konspirasi besar
dibalik pencitraan palsu Jokowi atau jika mereka mau menilai Jokowi
dengan dasar penelitian dan studi yang kuat. Akademisi kan tidak boleh
bohong, mereka harus mengatakan apa adanya. Jika Jokowi memang gagal,
tak layak jadi gubernur, ya mereka harus berani mengatakannya kepada
rakyat Jakarta. Kenapa harus sungkan ?”
Tanya :
“Pertanyaan terakhir, menurut Anda apakah Jokowi akan jadi capres pada pilpres 2014 nanti ?
Raden Nuh :
“Saya berkeyakinan Ibu Megawati selaku Ketua Umum PDIP pasti tidak
akan bersedia mengajukan Jokowi sebagai capres. Terlalu besar risikonya
jika negara ini dipimpin oleh orang suruhan atau kacung pengusaha
Tionghoa. Mau jadi apa negara ini jika presidennya lemah, tidak
berintegritas dan moralnya hancur seperti Jokowi ? Indonesia ini negara
besar, mengurus Solo saja Jokowi itu sebenarnya gagal kok. Memimpin
Jakarta, sudah terbukti Jokowi tidak mampu. APBD tidak terserap hampir
50%, program – program mandek, KKN makin parah, janji kampanye Jokowi
hampir 90% tidak bisa dia penuhi.
Intergritas Jokowi juga parah, dia berani membohongi Pak JK, Pak
Prabowo atau Ibu Megawati dengan tidak mengaku jujur siapa saja
konglomerat hitam yang menjadi cukong dan tuannya. Masak orang seperti
ini mau dijadikan calon presiden ? Bunuh dirinya namanya !
Konglomerat Tionghoa mungkin saja sudah menyadari bahwa PDIP mustahil
mencalonkan Jokowi, sekarang mereka sedang mencari cara bagaimana
menekan atau bahkan mungkin menggulingkan Bu Mega dari jabatan Ketua
Umum PDIP. Alternatif lain, pemodal – pemodal Jokowi harus membeli
dukungan partai lain. Barangkali ada partai yang nanti bisa raih suara
cukup dan kebetulan butuh uang sehingga mau menyerahkan mandat rakyat
yang diperolehnya melalui pemilu kepada para pemodal Jokowi dengan
imbalan uang. Mau jadi apa negara kita dipimpin orang seperti Jokowi ?
Daftar Nama Cukong Joko Widodo
Posted Politik
http://yudisamara.org/2014/05/23/daftar-nama-cukong-joko-widodo/
in
Benarkah Jokowi Kader PKI ?
Inilah pertanyaan besar yang mencuat saat ini.
Beberapa hari terakhir ini merebak isu tuduhan bahwa Joko Widodo memiliki keterkaitan dengan eks Partai Komunis Indonesia (PKI). Kabar mantan walikota Solo itu terafiliasi dengan PKI, bermula dari pemuatan berita Napak Tilas Ribuan Warga Giriroto, Ngemplak, Boyolali mendeklarasikan dukungannya terhadap calon presiden Joko Widodo, Rabu, 11 Juni 2014 lalu.
Ribuan masyarakat mengadakan acara napak tilas dan mendeklarasikan dukunganya terhadap Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di tempat kelahiran ibunda, Sujiatmi, di Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Acara napak tilas dan konsolidasi ribuan warga Giriroto, Ngemplak, Boyolali untuk menggalang dukungan pasangan nomor 2 Jokowi-JK tersebut juga dihadiri oleh Ibunda Jokowi, Sujiatmi bersama keluarga besarnya, dan Bupati Boyolali, Seno Samodro.
Menurut ibu kandung Joko Widodo, Sujiatmi, keluarga besarnya merasa tersanjung dengan sambutan antusias dan dukungan masyarakat di Desa Giriroto terhadap pencalonan Jokowi-JK pada Pilpres 2014.
Pernyataan Jokowi minta bintara pembina desa (babinsa) dibubarkan membuat mantan Kepala Staf Umum TNI AS Letjend TNI (Purn) Suryo Prabowo teringat aksi PKI yang pernah mendesak agar Bintara Pembina Desa (Babinsa) dibubarkan. Suryo mengatakan dalam makalah Ketua PKI DN Aidit yang diberi judul ‘Laporan singkat tahun 1964 tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Barat’.
DN Aidit menyampaikan bahwa rakyat di desa bisa sejahtera bila 7 ‘setan desa’ yaitu tuan tanah, lintah darat, tengkulak jahat, tukang ijon, bandit desa, pemungut zakat, dan kapitalis birokrat desa, termasuk diantaranya Babinsa dihapuskan.
“Kelompok ‘merah’ yang terdiri dari koalisi PDIP, Nasdem, PKB dan Hanura menyarankan agar Babinsa dibekukan sementara. Kita harus cermat dan waspada. Saya teringat dengan makalah DN Aidit ,” kata Suryo dalam pernyataannya (9/6/2014).
Suryo menilai hal tersebut semacam pola yang secara sistematis ingin menjauhkan TNI dari rakyat.
“Padahal TNI dan rakyat itu seperti ikan dan air. Sayangnya petinggi TNI terutama AD mudah tergoda iming-iming kekuasaan. Di jajaran TNI sudah tahu, media juga pernah memuat bahwa Hendropriyono cs beberapa bulan lalu menggalang beberapa pejabat puncak TNI AD untuk berpolitik praktis mendukung kelompok ‘merah’ tersebut,” ujarnya.
Menurut Suryo, manuver politik tersebut terbaca oleh Presiden SBY. “Itulah mengapa SBY menekankan perwira tinggi TNI AD agar tetap netral. Sadar langkahnya terbaca Presiden, mereka cepat lakukan preemtive strike, atau mendahului melakukan serangan politis kepada koalisi merah putih tentang pelibatan Babinsa,” ungkap penerima bintang Adhimakayasa sebagai lulusan terbaik Akmil tahun 1976 tersebut.
Sebelumnya, desakan agar Babinsa dibubarkan muncul dari kubu Jokowi-JK sebagai reaksi terhadap ditemukannya oknum Babinsa yang meminta warga memilih capres tertentu.
Sebaliknya, Suryo menganjurkan daripada berpolitik busuk yang dapat merusak hubungan TNI dan rakyat, lebih baik sesama capres beradu visi, misi atau program.
“Saya sangat bahagia dan mohon doa restu kepada masyarakat untuk mendukung Jokowi menjadi Presiden RI,” kata Sujiatmi ketika menghadiri acara tersebut
Menurut Sujiatmi, bahwa dia bersama kedua saudara kandungnya dilahirkan di dusun Gumukrejo, desa Giroroto yang terpencil dan paling minus di wilayah Boyolali.
“Saya bersama suami, Noto Miharjo pada 1959, kemudian pindah di Kota Solo. Jokowi sering mengunjungi Giriroto,” kata Sujiatmi.
Berdasarkan pengakuan Sujiatmi, ia dilahirkan dari pasangan suami – istri Wirorejo dan Sani. Wirorejo yang juga merupakan kakek Jokowi adalah seorang pedagang kayu dari Dusun Gumukrejo, Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah.
Bupati Boyolali Seno Samodro menyampaikan rasa kagumnya terhadap rakyat Desa Giriroto, Boyolali yang solid memberikan dukunganya kepada pasangan Capres dan Cawapres Jokowi-JK.
“Saya berharap jika Jokowi-JK menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, masyarakat di daerah ini khususnya akan lebih baik dan Indonesia pada umumnya, ” kata Seno Samodro Bupati Boyolali.
Demikian berita dimuat Antaranews.com pada 11 Juni 2014 lalu. Sekitar 2-3 hari setelah publikasi pemberitaan itu, mulai mencuat tudingan bahwa Joko Widodo dan atau Ibu Kandungnya terindikasi terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tudingan Jokowi atau Ibunya terafiliasi dengan partai terlarang itu, juga disampaikan oleh akun twitter Ronin1946 (akun pengganti sementara akun twitter Triomacan2000 yang disuspend).
Melalui kultwitnya, Ronin1946 menegaskan bahwa Desa Giroroto, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali itu adalah basis PKI pada tahun 1955 – 1970. Ronin menduga fakta asal – usul kedua orang tuanya itu yang membuat Jokowi selalu menghindar untuk bersikap dan berkata jujur, bilamana ditanya tentang jati diri ayahnya yang sesungguhnya.
Perubahan nama asli ayah kandung Jokowi dari semula Widjiatno, lalu belakangan diganti dengan nama Noto Mihardjo telah mengundang kecurigaan rakyat banyak terhadap siapa sesungguhnya Widjiatno alias Noto Mihardjo ini.
Adalah Budiman Sudjatmiko yang pertama kali menyebutkan nama asli ayah kandung Jokowi itu sebenarnya Widjiatmiko. Budiman menyampaikan informasi itu melalui akun twitternya @budisudjatmiko beberapa hari sebelumnya. Kebenaran mengenai nama asli ayah kandung Jokowi, dipertegas dengan hasil temuan satu tim investigasi yang dua kali diterjunkan ke Solo, khusus untuk mencari kebenaran tentang siapa sesungguhnya Joko Widodo dan latar belakang keluarganya.
Penegasan nama asli ayah Joko Widodo adalah Widjiatno diperoleh dari warga dan ketua Rukun Tetangga 03/014 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta. Dari keterangan para tetangga Jokowi itu diketahui banyak informasi tentang Jokowi yang berbeda dengan informasi yang disampaikan Jokowi kepada publik.
Sebagian diantaranya adalah :
Bagaimana kekuatan PKI di Kota Solo SEKARANG ini? Kebangkitan PKI
Solo terkait erat dengan suksesi walikota Solo paska lengsernya Walikota
Solo Slamet Suryanto
Slamet Suryanto sebelumnya didukung faksi komunis dan faksi katolik di PDIP Solo
Tokoh / Kader PDIP yang terkuat menggantikan Slamet Suryanto dan
diplot untk jadi walikota Solo adalah FX Rudyatmo. Namun terbentur
agama. Jika dipaksakan maju sbg Cawalkot, Rudy pasti kalah. Maka
dicarilah figur lain sebagai boneka untuk menjadi calon walikota.
Kemudian ditemukan figur itu, yakni Joko Widodo.
Siapa yang mengusulkan nama Joko Widodo untuk pertama kali?
Disebutkan adalah Heru, pejabat BIN Daerah Jateng, yang juga adalah
kakak Bupati Boyolali Seno Samudro.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Faksi komunis di PDIP Solo menyamarkan diri melebur dengan Faksi Katolik di PDIP Solo.
Orang yang membawa Joko Widodo untuk direstui menjadi calon walikota
Solo adalah Michael Bimo Putranto. Bimo adalah putra Slamet Suryanto
mantan walikota Solo.
Michael BIMO Putranto juga adalah “Presiden Pasopati”. Sebuah
organisasi massa yang militan dan tersebar hingga di Jakarta. Apa
hubungan Pasopati yang dipimpin Bimo dengan Batalion Pasopati ?
Jadi tertawa sendiri teringat ketika Jokowi pada saat terbongkarnya
korupsi pengadaan Bus Trans Jakarta Rp 1,5 triliun oleh Bimo Putranto
cs, Jokowi tegas menolak disebut – sebut punya hubungan dekat sama Bimo.
“Saya Ga Kenal Bimo Putranto. Banyak yg ngaku2 dekat sama saya”
Huhahahaha kocak
Di samping sebagai Presiden Pasopati, Michael Bimo Putranto juga
adalah Ketua “Jong Indonesia “ Solo. Ormas para preman yang menjadi kaki
tangan Walikota Solo Slamet Suryanto, Jokowi dan Rudyatmo.
Ketika menjabat Walikota, Jokowi sejatinya hanya sebagai boneka Heru,
Seno Samodro, Slamet Suryanto, Bimo Putranto dan Faksi Komunis PDIP
Solo.
Walikota Solo Defacto (factual) adalah FX Rudy Rudiatmo. Jokowi hanya
boneka mereka dan diberi penugasan khusus utamannya blusukan kemana –
mana, sekalian untuk membangun pencitraan semu.
Walikota Solo Rudyatmo didukung seorang preman tua bernama Pur
Wisanggeni, yang dulu adalah konglomerat pemilik usaha perjudian
terbesar di Solo yang terkenal dengan nama judi ‘capjikia wisanggeni’.
Selama di Solo, Jokowi dan juga walikota Solo sekarang Rudyatmo juga
didukung penuh oleh eks ormas komunis Cina Solo : Hoo Hap, suatu
organisasi persaudaraan rahasia etnis cina Jawa Tengah.
Mayoritas warga Solo pasti tidak kenal ormas ‘Hop Hap’, tetapi
mungkin mengenal ormas PMS (Perkumpulan Masyarakat Surakarta). Hop Hap
bersifat rahasia dan bergerak di bawah tanah (klandesten), dan untuk
kedoknya mereka menggunakan ormas PMS.
Karena ini organisasi cina rahasia, klandestain.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Faksi komunis di PDIP Solo menyamarkan diri melebur dengan Faksi Katolik di PDIP Solo.
Orang yang membawa Joko Widodo untuk direstui menjadi calon walikota
Solo adalah Michael Bimo Putranto. Bimo adalah putra Slamet Suryanto
mantan walikota Solo.
Michael BIMO Putranto juga adalah “Presiden Pasopati”. Sebuah
organisasi massa yang militan dan tersebar hingga di Jakarta. Apa
hubungan Pasopati yang dipimpin Bimo dengan Batalion Pasopati ?
Jadi tertawa sendiri teringat ketika Jokowi pada saat terbongkarnya
korupsi pengadaan Bus Trans Jakarta Rp 1,5 triliun oleh Bimo Putranto
cs, Jokowi tegas menolak disebut – sebut punya hubungan dekat sama Bimo.
“Saya Ga Kenal Bimo Putranto. Banyak yg ngaku2 dekat sama saya”
Huhahahaha kocak
Di samping sebagai Presiden Pasopati, Michael Bimo Putranto juga
adalah Ketua “Jong Indonesia “ Solo. Ormas para preman yang menjadi kaki
tangan Walikota Solo Slamet Suryanto, Jokowi dan Rudyatmo.
Ketika menjabat Walikota, Jokowi sejatinya hanya sebagai boneka Heru,
Seno Samodro, Slamet Suryanto, Bimo Putranto dan Faksi Komunis PDIP
Solo.
Walikota Solo Defacto (factual) adalah FX Rudy Rudiatmo. Jokowi hanya
boneka mereka dan diberi penugasan khusus utamannya blusukan kemana –
mana, sekalian untuk membangun pencitraan semu.
Walikota Solo Rudyatmo didukung seorang preman tua bernama Pur
Wisanggeni, yang dulu adalah konglomerat pemilik usaha perjudian
terbesar di Solo yang terkenal dengan nama judi ‘capjikia wisanggeni’.
Selama di Solo, Jokowi dan juga walikota Solo sekarang Rudyatmo juga
didukung penuh oleh eks ormas komunis Cina Solo : Hoo Hap, suatu
organisasi persaudaraan rahasia etnis cina Jawa Tengah.
Mayoritas warga Solo pasti tidak kenal ormas ‘Hop Hap’, tetapi
mungkin mengenal ormas PMS (Perkumpulan Masyarakat Surakarta). Hop Hap
bersifat rahasia dan bergerak di bawah tanah (klandesten), dan untuk
kedoknya mereka menggunakan ormas PMS.
Karena ini organisasi cina rahasia, klandestain.
in http://yudisamara.org/2014/05/23/daftar-nama-cukong-joko-widodo/
-
Edward Soerjadjaja: dia adalah orang pertama yang mengakui mendukung
Jokowi dan Ahok pada pilgub lalu dengan pendanaan. Ahok sempat
membantah, akan tetapi kita lebih baik percaya kepada Edward karena dia
adalah pengusaha yang tidak berkepentingan mengakui mendukung pasangan
yang tidak terkenal. Dana dari Edward waktu itu adalah sebesar Rp.
30miliar, dan pada masa pemerintahan Jokowi-Ahok perusahaan Edward
memperoleh proyek monorel dan M
-
Prajogo Pangestu: dia hadir dalam rapat antara Jokowi-Ahok dan
Megawati pada Desember 2013 untuk membahas perpindahan Ahok ke PDIP
bila Jokowi menjadi presiden sehingga Jakarta tetap berada di bawah
kendali PDIP.
- 60 pengusaha besar yang berkumpul di Kantor Pusat PDIP sehari menjelang pencapresan Jokowi dan tujuan mereka berkumpul sebagaimana diakui Tjahjo Kumolo adalah untuk memberikan sumbangan besar kepada PDIP.
- Jusuf Kalla: JK adalah orang yang pertama kali membawa Jokowi ke Jakarta dan juga membujuk Megawati untuk menunjuk Jokowi sebagai capres. JK juga mendanai Jokowi-Ahok pada pilgub kemarin.
- Stan Greenberg: awalnya saya tidak percaya bualan Triomacan2000 tentang keterlibatan Stan Greenberg, namun masuknya majalah The Foreign Policy dan Fortune yang memiliki hubungan erat dengan Stanley Greenberg dalam menulis tentang Jokowi adalah 50 besar pemimpin besar dunia membuat kita harus mencurigai bahwa orang ini memang terlibat.
- Goenawan Mohamad: mungkin Goenawan Mohamad atau GM tidak ikut saweran uang, tapi yang jelas dia menyediakan majalah miliknya, Tempo sebagai media pencitraan bagi Jokowi. Tempo adalah media pertama yang mempromosikan Jokowi secara masif.
- CIA/USAid: USAid adalah lembaga samaran CIA yang tugasnya memberi
dana kepada para pemberontak. Salah satu penerima dana dari CIA di
Indonesia adalah Goenawan Mohamad, misalnya untuk mendirikan lembaga
perlawanan terhadap orde baru USAid memberikan dana sebesar US 300.000
kepada Goenawan Mohamad untuk mendirikan Institut Studi Arus Informasi.
Uang di atas belum termasuk uang sebesar US 26juta yang diterima GM dan
teman-temannya sebagai dana perang melawan Orde Baru. Jauh sebelumnya
pada masa orde lama, sebagaimana temuan Widjaja Herlambang dalam
disertasinya Kekerasan Budaya Pasca 1965, Goenawan Mohamad juga menerima
uang dari Amerika untuk melawan Lekra/komunis/PKI dengan membentuk
Manifes Kebudayaan.
Keterlibatan Tempo dan GM dalam mempromosikan Jokowi membuktikan Amerika kemungkinan besar berada di belakang promosi gencar terhadap Jokowi, ditambah fakta Amerika Serikat telah begitu lancang menyatakan tidak suka melihat Prabowo menjadi presiden karena memilih Jokowi, memang mereka siapa berani menentukan pemimpin yang hendak dipilih bangsa ini? - Koruptor BLBI? Menurut TM2000 koruptor BLBI ada di belakang Jokowi dan hal ini memang masuk akal mengingat mereka bisa melenggang bebas karena SKL yang diterbitkan pemerintahan Megawati.
- James Riady: belum ada bukti bahwa keluarga Riady membiayai Jokowi, namun fakta bahwa Jokowi telah dua kali hadir di SPH dan Rumah Sakit Siloam atas perintah James Riady menyebabkan kita patut curiga ada James Riady di belakang Jokowi. Apalagi faktanya penggusuran warga liar waduk pluit dan pembuatan taman waduk pluit “secara kebetulan” dilakukan pada saat Grup Usaha Lippo milik James Riady mau membangun sekolah mewah SPH, hotel bintang lima dan rumah sakit Siloam tepat di seberang Waduk Pluit, benar-benar tepat di seberang.
- Keluarga Salim: faktanya detik.com tidak pernah memberitakan satu
hal negatifpun tentang Jokowi, sekalipun saat itu ada isu negatif
tentang Jokowi. Pemilik detik adalah Chaerul Tanjung yang juga merupakan
proxy atau bawahan dari keluarga Salim yng mengurus sebagian harta
mereka.
Adanya begitu banyak pihak di belakang Jokowi yang terkenal sebagai walikota Solo dan gubernur Jakarta boneka jelas mengkuatirkan, sebab kita tidak tahu apa kepentingan para cukong tersebut membiayai pencapresan Jokowi?
Benarkah Tuduhan Jokowi Terafiliasi PKI ?
http://yudisamara.org/2014/06/17/benarkah-tuduhan-jokowi-terafiliasi-pki/
in
Benarkah Jokowi Kader PKI ?
Inilah pertanyaan besar yang mencuat saat ini.
Beberapa hari terakhir ini merebak isu tuduhan bahwa Joko Widodo memiliki keterkaitan dengan eks Partai Komunis Indonesia (PKI). Kabar mantan walikota Solo itu terafiliasi dengan PKI, bermula dari pemuatan berita Napak Tilas Ribuan Warga Giriroto, Ngemplak, Boyolali mendeklarasikan dukungannya terhadap calon presiden Joko Widodo, Rabu, 11 Juni 2014 lalu.
Ribuan masyarakat mengadakan acara napak tilas dan mendeklarasikan dukunganya terhadap Calon Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di tempat kelahiran ibunda, Sujiatmi, di Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Acara napak tilas dan konsolidasi ribuan warga Giriroto, Ngemplak, Boyolali untuk menggalang dukungan pasangan nomor 2 Jokowi-JK tersebut juga dihadiri oleh Ibunda Jokowi, Sujiatmi bersama keluarga besarnya, dan Bupati Boyolali, Seno Samodro.
Menurut ibu kandung Joko Widodo, Sujiatmi, keluarga besarnya merasa tersanjung dengan sambutan antusias dan dukungan masyarakat di Desa Giriroto terhadap pencalonan Jokowi-JK pada Pilpres 2014.
Pernyataan Jokowi minta bintara pembina desa (babinsa) dibubarkan membuat mantan Kepala Staf Umum TNI AS Letjend TNI (Purn) Suryo Prabowo teringat aksi PKI yang pernah mendesak agar Bintara Pembina Desa (Babinsa) dibubarkan. Suryo mengatakan dalam makalah Ketua PKI DN Aidit yang diberi judul ‘Laporan singkat tahun 1964 tentang hasil riset mengenai keadaan kaum tani dan gerakan tani di Jawa Barat’.
DN Aidit menyampaikan bahwa rakyat di desa bisa sejahtera bila 7 ‘setan desa’ yaitu tuan tanah, lintah darat, tengkulak jahat, tukang ijon, bandit desa, pemungut zakat, dan kapitalis birokrat desa, termasuk diantaranya Babinsa dihapuskan.
“Kelompok ‘merah’ yang terdiri dari koalisi PDIP, Nasdem, PKB dan Hanura menyarankan agar Babinsa dibekukan sementara. Kita harus cermat dan waspada. Saya teringat dengan makalah DN Aidit ,” kata Suryo dalam pernyataannya (9/6/2014).
Suryo menilai hal tersebut semacam pola yang secara sistematis ingin menjauhkan TNI dari rakyat.
“Padahal TNI dan rakyat itu seperti ikan dan air. Sayangnya petinggi TNI terutama AD mudah tergoda iming-iming kekuasaan. Di jajaran TNI sudah tahu, media juga pernah memuat bahwa Hendropriyono cs beberapa bulan lalu menggalang beberapa pejabat puncak TNI AD untuk berpolitik praktis mendukung kelompok ‘merah’ tersebut,” ujarnya.
Menurut Suryo, manuver politik tersebut terbaca oleh Presiden SBY. “Itulah mengapa SBY menekankan perwira tinggi TNI AD agar tetap netral. Sadar langkahnya terbaca Presiden, mereka cepat lakukan preemtive strike, atau mendahului melakukan serangan politis kepada koalisi merah putih tentang pelibatan Babinsa,” ungkap penerima bintang Adhimakayasa sebagai lulusan terbaik Akmil tahun 1976 tersebut.
Sebelumnya, desakan agar Babinsa dibubarkan muncul dari kubu Jokowi-JK sebagai reaksi terhadap ditemukannya oknum Babinsa yang meminta warga memilih capres tertentu.
Sebaliknya, Suryo menganjurkan daripada berpolitik busuk yang dapat merusak hubungan TNI dan rakyat, lebih baik sesama capres beradu visi, misi atau program.
“Saya sangat bahagia dan mohon doa restu kepada masyarakat untuk mendukung Jokowi menjadi Presiden RI,” kata Sujiatmi ketika menghadiri acara tersebut
Menurut Sujiatmi, bahwa dia bersama kedua saudara kandungnya dilahirkan di dusun Gumukrejo, desa Giroroto yang terpencil dan paling minus di wilayah Boyolali.
“Saya bersama suami, Noto Miharjo pada 1959, kemudian pindah di Kota Solo. Jokowi sering mengunjungi Giriroto,” kata Sujiatmi.
Berdasarkan pengakuan Sujiatmi, ia dilahirkan dari pasangan suami – istri Wirorejo dan Sani. Wirorejo yang juga merupakan kakek Jokowi adalah seorang pedagang kayu dari Dusun Gumukrejo, Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah.
Bupati Boyolali Seno Samodro menyampaikan rasa kagumnya terhadap rakyat Desa Giriroto, Boyolali yang solid memberikan dukunganya kepada pasangan Capres dan Cawapres Jokowi-JK.
“Saya berharap jika Jokowi-JK menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, masyarakat di daerah ini khususnya akan lebih baik dan Indonesia pada umumnya, ” kata Seno Samodro Bupati Boyolali.
Demikian berita dimuat Antaranews.com pada 11 Juni 2014 lalu. Sekitar 2-3 hari setelah publikasi pemberitaan itu, mulai mencuat tudingan bahwa Joko Widodo dan atau Ibu Kandungnya terindikasi terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Tudingan Jokowi atau Ibunya terafiliasi dengan partai terlarang itu, juga disampaikan oleh akun twitter Ronin1946 (akun pengganti sementara akun twitter Triomacan2000 yang disuspend).
Melalui kultwitnya, Ronin1946 menegaskan bahwa Desa Giroroto, Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali itu adalah basis PKI pada tahun 1955 – 1970. Ronin menduga fakta asal – usul kedua orang tuanya itu yang membuat Jokowi selalu menghindar untuk bersikap dan berkata jujur, bilamana ditanya tentang jati diri ayahnya yang sesungguhnya.
Perubahan nama asli ayah kandung Jokowi dari semula Widjiatno, lalu belakangan diganti dengan nama Noto Mihardjo telah mengundang kecurigaan rakyat banyak terhadap siapa sesungguhnya Widjiatno alias Noto Mihardjo ini.
Adalah Budiman Sudjatmiko yang pertama kali menyebutkan nama asli ayah kandung Jokowi itu sebenarnya Widjiatmiko. Budiman menyampaikan informasi itu melalui akun twitternya @budisudjatmiko beberapa hari sebelumnya. Kebenaran mengenai nama asli ayah kandung Jokowi, dipertegas dengan hasil temuan satu tim investigasi yang dua kali diterjunkan ke Solo, khusus untuk mencari kebenaran tentang siapa sesungguhnya Joko Widodo dan latar belakang keluarganya.
Penegasan nama asli ayah Joko Widodo adalah Widjiatno diperoleh dari warga dan ketua Rukun Tetangga 03/014 Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari, Surakarta. Dari keterangan para tetangga Jokowi itu diketahui banyak informasi tentang Jokowi yang berbeda dengan informasi yang disampaikan Jokowi kepada publik.
Sebagian diantaranya adalah :
- Nama asli ayah kandung Jokowi adalah Widjiatno. Belakangan setelah beliau meninggal namanya diubah menjadi Widjiatno Noto Mihardjo.
-
Joko Widodo tidak pernah memiliki nama lain sebagaimana disebut –
sebut sebagian orang. Mulyatno atau Mulyono tidak pernah digunakan
sebagai nama kecil Joko Widodo.
-
Keluarga Jokowi, pindah dari Giroroto, Ngemplak Boyolali ke Jalan
Ahmad Yani Tirtoyoso, Manahan, Banjarsari Solo, pada awal 1970an.
-
Profesi ayah Jokowi adalah tukang kayu dan mempekerjakan banyak buruh
tukang. Profesi ini merupakan profesi keluarga istrinya, Sudjiatmi.
Adik – adik Sudjiatmi juga berprofesi sebagai tukang kayu. Sekarang
pengusaha kayu / meubel.
-
Joko Widodo tidak benar lahir di Bantaran Kali Pepe Manahan Solo.
Sudjiatmi, ibu kandung Jokowi, pernah menyebut Jokowi dilahirkan di Desa
Giriroto, namun kemudian diralat menjadi di RS Bersalin Brayat Mulyo
Solo. Belum diketahui mana fakta yang benar.
-
Jokowi berbohong mengenai kematian ayahnya. Di banyak kesempatan
Jokowi selalu mengatakan ayahnya meninggal ketika ia masih kecil.
Faktanya tidak demikian, ayah Jokowi atau Widjiatno masih hidup ketika
Jokowi menikah dengan Iriana. Menurut pengakuan para tetangganya,
Widjiatno meninggal sekitar 12-13 tahun lalu.
-
Widjiatno berasal dari Kragan, Karanganyar, Surakarta. Ayah Widjiatno
atau kakek Jokowi adalah seorang Lurah di Kragan, Karanganyar.
-
Widjiatno dewasa pindah ke Gumukrejo Giroroto Boyolali dan menikah
dengan Sudjiatmi. Di Giroroto Widjiatno menekuni pekerjaan sebagai
tukang kayu mengikuti jejak keluarga istrinya.
-
Fakta bahwa Giriroto Boyolali adalah basis PKI sudah merupakan fakta
sejarah. Boyolali adalah kabupaten pusat gerakan PKI di Jawa Tengah dan
Indonesia. Pada pemilu 1955, PKI menang mutlak di Boyolali dengan meraih
21 dari 35 kursi DPR atau > 60% suara. Kemenangan telak PKI di
Boyolali menjadikan Boyolali dijuluki Kabupaten Merah.
-
Fakta bahwa Boyolali merupakan basis utama PKI dan tempat pelatihan
kader – kader PKI termasuk Tentara desertir dari Batalion Panembahan
Pasoepati paska rasionalisasi TNI.
-
Fakta bahwa kawasan segitiga Solo – Boyolali – Klaten memang merupakan basis PKI terbesar di Jawa Tengah.
- Pada tahun 2004 PDIP Solo bermaksud mengajukan Fransiskus Xaverius Rudyatmo sebagai calon walikota Solo pengganti Slamet Suryanto, namun terbentur karena Rudy penganut Katolik. Dikhawatirkan akan kalah jika dipaksakan maju sebagai calon walikota. Dibutuhkan figur lain sebagai calon walikota Solo tetapi disepakati calon itu kalau jadi hanya sebagai boneka. Walikota defacto tetap adalah FX Rudyatmo.
- Pada saat itu (2004) Kepala BIN adalah Jend Purn Hendropriyono. Apa hubungannya, akan dijelaskan berikutnya.
- Pencalonan Jokowi dan FX Rudyatmo oleh PDIP Solo terutama oleh Faksi Komunis utk maju di Pilwalkot Solo pada tahun 2005 direstui dan didukung Heru dah Seno Samudro.
- Bimo juga kemudian menjabat sebagai ketua Tim Sukses Jokowi pada Pilkada Walikota Solo.
“Saya Ga Kenal Bimo Putranto. Banyak yg ngaku2 dekat sama saya”
Huhahahaha kocak
- Jokowi berutang budi sangat besar pada Bimo Putranto yang ditugaskan bapaknya Slamet Suryanto (eks walikota Solo) untuk minta restu ke pejabat BIN Jateng Heru & Bupati Boyolali Seno Samodro, agar mereka mendukung Jokowo sebagai calon walikota Solo.
-
Dari informasi tadi kita dapat mengetahui PETA KEKUATAN KOMUNIS Di
SOLO. Komunis telah menyebar di PDIP, di Solo, di Jakarta dan di
Indonesia.
-
Para aktifis komunis menyebar, menyusup dan menggunakan ormas – ormas lain sebagai kamuflasenya atau penyamarannya.
-
Contoh di Boyolali. Tokoh sesepuh komunis Boyolali, bernama Mbah
Pardi pensiunan polisi, kini aktif kembali membina kader2 muda PKI yang
militan revolusioner.
-
Celakanya para satgas PDIP Solo juga dibentuk dan diberi pembekalan
pemantapan ideologi oleh Mbah Pardi dan kawan – kawan. Waspadalah !
-
Bahkan tanpa diketahui rakyat dan aparat, Partai Komunis Indonesia
(PKI) Boyolali pun sudah dirikan dan pengurusnya sudah dilantik.
-
PKI menyamar menjadi komunitas spiritualis jawa yang menyebut dirinya
Komunitas Gondosuli (KG). Mereka rutin rapat2 gelap sebarkan komunisme
di seluruh Jawa Tengah.
-
Hasil pengamatan, komunitas Gondosuli adalah bagian dari faksi
komunis aliran sovyet yang bergerilya menyusun kekuatan melalui gerakan
bawah tanah / klandestain
-
Aktifis Komunitas Gondosuli yang menjadi kader inti PKI Baru,
menyebar kemana – mana : ada yang menjadi ketua tim SAR merapi, menjadi
kuncen makam, kuncen gunung Merapi, Merbabu dan Kemukus, menjadi
politisi PDIP dan seterusnya.
-
Para sesepuh dan tokoh senior PKI lain menyebar dan membaur di
sekitar Kota Solo, di daerah Joglo Kadipiro, Pajang dll. Di Kota Klaten
juga membaur dengan masyarakat sekitarnya sembari menyebarkan paham
komunis dan merekrut anggota baru.
-
Tokoh dan sesepuh PKI tersebut berkumpul rutin setiap peringatan
G30SPKI, berziarah di lokasi pembantaian PKI dulu yakni : Kawasan
Jembatan Bacem, di selatan Kota Solo.
- Bagaimana lanjutan fakta – fakta keterkaitan Jokowi dan ibunya dengan komunisme atau PKI seperti dituding oleh banyak pihak ? Nanti diungkap tuntas semuanya.
- Pada saat itu (2004) Kepala BIN adalah Jend Purn Hendropriyono. Apa hubungannya, akan dijelaskan berikutnya.
- Pencalonan Jokowi dan FX Rudyatmo oleh PDIP Solo terutama oleh Faksi Komunis utk maju di Pilwalkot Solo pada tahun 2005 direstui dan didukung Heru dah Seno Samudro.
- Bimo juga kemudian menjabat sebagai ketua Tim Sukses Jokowi pada Pilkada Walikota Solo.
“Saya Ga Kenal Bimo Putranto. Banyak yg ngaku2 dekat sama saya”
Huhahahaha kocak
- Jokowi berutang budi sangat besar pada Bimo Putranto yang ditugaskan bapaknya Slamet Suryanto (eks walikota Solo) untuk minta restu ke pejabat BIN Jateng Heru & Bupati Boyolali Seno Samodro, agar mereka mendukung Jokowo sebagai calon walikota Solo.
-
Dari informasi tadi kita dapat mengetahui PETA KEKUATAN KOMUNIS Di
SOLO. Komunis telah menyebar di PDIP, di Solo, di Jakarta dan di
Indonesia.
-
Para aktifis komunis menyebar, menyusup dan menggunakan ormas – ormas lain sebagai kamuflasenya atau penyamarannya.
-
Contoh di Boyolali. Tokoh sesepuh komunis Boyolali, bernama Mbah
Pardi pensiunan polisi, kini aktif kembali membina kader2 muda PKI yang
militan revolusioner.
-
Celakanya para satgas PDIP Solo juga dibentuk dan diberi pembekalan
pemantapan ideologi oleh Mbah Pardi dan kawan – kawan. Waspadalah !
-
Bahkan tanpa diketahui rakyat dan aparat, Partai Komunis Indonesia
(PKI) Boyolali pun sudah dirikan dan pengurusnya sudah dilantik.
-
PKI menyamar menjadi komunitas spiritualis jawa yang menyebut dirinya
Komunitas Gondosuli (KG). Mereka rutin rapat2 gelap sebarkan komunisme
di seluruh Jawa Tengah.
-
Hasil pengamatan, komunitas Gondosuli adalah bagian dari faksi
komunis aliran sovyet yang bergerilya menyusun kekuatan melalui gerakan
bawah tanah / klandestain
-
Aktifis Komunitas Gondosuli yang menjadi kader inti PKI Baru,
menyebar kemana – mana : ada yang menjadi ketua tim SAR merapi, menjadi
kuncen makam, kuncen gunung Merapi, Merbabu dan Kemukus, menjadi
politisi PDIP dan seterusnya.
-
Para sesepuh dan tokoh senior PKI lain menyebar dan membaur di
sekitar Kota Solo, di daerah Joglo Kadipiro, Pajang dll. Di Kota Klaten
juga membaur dengan masyarakat sekitarnya sembari menyebarkan paham
komunis dan merekrut anggota baru.
-
Tokoh dan sesepuh PKI tersebut berkumpul rutin setiap peringatan
G30SPKI, berziarah di lokasi pembantaian PKI dulu yakni : Kawasan
Jembatan Bacem, di selatan Kota Solo.
- Bagaimana lanjutan fakta – fakta keterkaitan Jokowi dan ibunya dengan komunisme atau PKI seperti dituding oleh banyak pihak ? Nanti diungkap tuntas semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar