BBC UK: Arafat "mungkin diracuni polonium"
Terbaru 7 November 2013 - 08:19 WIB
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/11/131107_yasser_arafat.shtml
Mendiang pemimpin Palestina
Yasser Arafat mungkin telah diracun dengan radioaktif polonium, kata
laporan forensik Swiss yang diperoleh oleh al-Jazeera.
Catatan medis Araffat menunjukan bahwa dia meninggal pada 2004 karena serangan stroke yang disebabkan karena gangguan darah.
Namun, Klik
jenazahnya diangkat tahun lalu karena adanya dugaan bahwa dia dibunuh.
Laporan forensik Swiss ini mengatakan tes yang
dilakukan pada jenazah menunjukan "kandungan polonium-210 yang cukup
tinggi", yang "cukup" untuk mendukung dugaan itu.
Para ilmuwan dari Vaudois University Hospital
Centre (CHUV) mempelajari catatan medis Arafat dan meneliti sisa-sisa
jenazah, termasuk tulang belulang dan contoh tanah di makamnya.
Mereka menegaskan bahwa mereka tidak bisa
mencapai kesimpulan yang lebih pasti karena jangka waktu kematian yang
cukup lama. Sampel yang terbatas juga menjadi penghambat.
Polonium-210 adalah zat radioaktif yang secara
alami diperoleh makanan dan tubuh dengan dosis rendah, namun senyawa ini
bisa mematikan jika jika tertelan dalam dosis tinggi.
Menurut Prof Paddy Regan, seorang pakar deteksi
dan pengukuran radiasi di University of Surrey, Inggris, mengatakan
temuan merupakan "pernyataan yang sangat kuat".
"Mereka mengatakan hipotesis yang mengatakan
bahwa Arafat diracun dengan polonium-210 adalah valid dan teori ini
belum bisa dipatahkan oleh data. Namun, mereka tidak mengatakan secara
pasti jika dia dibunuh."
Banyak warga Palestina dan lainnya percaya bahwa
Israel menaracuni Arafat. Sementara yang lain menduga bahwa kemaitan
Arafat disebabkan oleh penyakit AIDS atau kanker.
Israel sejauh ini konsisten Klik
membantah keterlibatannya.
Juru bicara kementerian luar negeri Israel
mengatakan penyelidikan yang dilakukan oleh Swiss ini tak ubahnya
seperti "sinetron, daripada pembuktian ilmu pengetahuan".
Sementara itu, berbicara di Paris, janda Arafat,
Suha, mengatakan temuan ini mengungkap "tindak kriminalitas, pembunuhan
politis."
"Ini telah mengkonfirmasi keraguan kita. Telah
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan bahwa dia tidak meninggal secara alami
dan kami memiliki bukti bahwa pria ini dibunuh."
Reuters mengatakan Suha tidak menyebut siapa yang mungkin membunuhnya tetapi menyadari bahwa suaminya memiliki banyak musuh.
Makam Yasser Arafat dibongkar Selasa
Terbaru 24 November 2012 - 17:50 WIB
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/11/121124_arafafbody.shtml
Makam jenazah Pemimpin Palestina Yasser Arafat akan dibongkar pada Selasa (27/11), seperti disampaikan oleh pejabat Palestina.
Jenazahnya akan diteliti untuk mengetahui apakah penyebab kematiannya di Paris pada 2004 lalu, akibat diracun.
Catatan medis menyebutkan Arafat
terserang stroke tetapi Prancis mulai kembali menyelidiki penyebab
kematiannya pada Agustus lalu, setelah para ahli di Swiss yang disewa
oleh kru pembuat dokumenter menemukan adanya zat radioaktif pada
barang-barang pribadi Arafat.
Jenazahnya, yang berada di Ramallah di Tepi Barat, akan diteliti oleh para ahli yang berasal dari Prancis, Swiss dan Rusia.
Masing-masing ahli akan mengambil sample dari
jenazah Arafat, seperti disampaikan oleh mantan kepala intelejen
Palestina Tawfik Tirawi kepada para wartawan.
Setiap tim, masing-masing akan memberikan
analisis independen dari sample yang diambil, kata dia, dan jenazah akan
kembali dimakamkan di hari yang sama dengan penghormatan militer.
Arafat, yang memimpin Organisasi Pembebasan
Palestina PLO selama 35 tahun dan menjadi presiden pertama Pemerintahan
Palestina pada 1996, dan jatuh sakit pada 2004 lalu.
Penyelidikan
Dua pekan kemudian dia diterbangkan ke rumah
sakit militer Prancis di Paris, dan meninggal pada 11 November 2004 pada
usia 75 tahun.
Istri mendiang Arafat, Suha, bermaksud
melakukan uji post-mortem pada saat itu , tetapi kemudian meminta
pertimbangan kepada Pemerintahan Palestina untuk mendapatkan ijin
penggalian "untuk mengungkapkan kebenaran".
Banyak warga Palestina yang percaya bahwa Israel
telah meracuni Arafat. Israel membantah keterlibatan mereka dalam
kematian Arafat.
Pada 2005 lalu, New York Times memberitakan
salinan catatan medis Arafat, yang menyebutkan dia meninggal karena
stroke akibat pendarahan yang disebabkan infekso yang tidak diketahui.
Para ahli independen yang meneliti kembali
catatan itu mengatakan kepada koran tersebut bahwa kemungkinan Arafat
tewas akibat Aids atau diracun.
Sebuah penyelidikan kasus pembunuhan Arafat
dilakukan oleh jaksa Prancis pada Agustus lalu, setelah sebuah
investigasi yang dilakukan oleh TV al-Jazeera, yang bekerja sama dengan
para ahli dari Institute of Radiation Physics (IRA) di University of
Lausanne Swiss, menemukan adanya jejak zat polonium radioaktif di
barang-barang pribadi Arafat, termasuk penutup kepala yang menjadi ciri
khasnya, keffiyeh.
Para ahli juga menyebutkan bahwa kadar poloniumnya 10 kali lebih tinggi, dan sebagian besar bukan berasal dari sumber alami.
Janda Arafat: Mantan Pemimpin Palestina Yaser Arafat Tewas Akibat Diracun
PARIS, PRANCIS (voa-islam.com) - http://www.voa-islam.com/news/world-world/2013/11/07/27468/janda-arafat-mantan-pemimpin-palestina-yaser-tewas-akibat-diracun/
Pemimpin
Palestina Yasser Arafat tewas diracun pada tahun 2004 dengan radioaktif
polonium, janda Arafat, Suha mengatakan pada hari Rabu (6/11/2013)
setelah menerima hasil tes forensik Swiss pada mayat suaminya.
"Kami mengungkapkan kejahatan yang nyata, pembunuhan politik," katanya kepada Reuters di Paris.
Sebuah tim ahli, termasuk dari Lausanne University Hospital's Institute of Radiation Physics, membuka makam Arafat di Tepi Barat kota Ramallah November tahun lalu, dan mengambil sampel dari tubuhnya untuk mencari bukti dugaan keracunan.
"Ini telah mengkonfirmasi semua keraguan kami," kata Suha Arafat setelah tim forensik Swiss menyerahkan laporannya kepada pengacaranya dan para pejabat Palestina di Jenewa, Selasa. "Hal ini secara ilmiah telah membuktikan bahwa ia tidak mati secara alamiah dan kita memiliki bukti ilmiah bahwa pria ini tewas."
Dia tidak menuduh negara atau orang, dan mengakui bahwa pemimpin bersejarah Organisasi Pembebasan Palestina tersebut punya banyak musuh, meskipun ia mencatat bahwa Israel telah mencap dia sebagai hambatan bagi perdamaian.
Dia mengatakan kepada Reuters polonium telah diberikan oleh seseorang "dalam lingkaran dekatnya" karena para ahli telah mengatakan kepadanya racun akan dimasukkan ke dalam kopi, teh atau air minumnya.
"Aku sangat marah pada apa yang terjadi dan saya merasa bahwa saya berkabung untuk nya sekali lagi. Ini merupakan tindakan oleh para pengecut."
"Kami mengungkapkan kejahatan yang nyata, pembunuhan politik," katanya kepada Reuters di Paris.
Sebuah tim ahli, termasuk dari Lausanne University Hospital's Institute of Radiation Physics, membuka makam Arafat di Tepi Barat kota Ramallah November tahun lalu, dan mengambil sampel dari tubuhnya untuk mencari bukti dugaan keracunan.
"Ini telah mengkonfirmasi semua keraguan kami," kata Suha Arafat setelah tim forensik Swiss menyerahkan laporannya kepada pengacaranya dan para pejabat Palestina di Jenewa, Selasa. "Hal ini secara ilmiah telah membuktikan bahwa ia tidak mati secara alamiah dan kita memiliki bukti ilmiah bahwa pria ini tewas."
Dia tidak menuduh negara atau orang, dan mengakui bahwa pemimpin bersejarah Organisasi Pembebasan Palestina tersebut punya banyak musuh, meskipun ia mencatat bahwa Israel telah mencap dia sebagai hambatan bagi perdamaian.
Dia mengatakan kepada Reuters polonium telah diberikan oleh seseorang "dalam lingkaran dekatnya" karena para ahli telah mengatakan kepadanya racun akan dimasukkan ke dalam kopi, teh atau air minumnya.
"Aku sangat marah pada apa yang terjadi dan saya merasa bahwa saya berkabung untuk nya sekali lagi. Ini merupakan tindakan oleh para pengecut."
Suha Arafat menyerukan penyelidikan dalam markas pemerintah Palestina
Muqata dan mengatakan ia dan putrinya, Zahwa, akan mengejar kasus
ini melalui pengadilan di Prancis dan di tempat lain sampai para
pelaku dibawa ke pengadilan.
Keterlibatan Israel
Arafat menandatangani perjanjian perdamaian interim Oslo tahun 1993
dengan Israel dan memimpin pemberontakan berikutnya setelah kegagalan
pembicaraan di 2000 pada perjanjian komprehensif.
Dugaan kecurangan muncul segera. Arafat memiliki musuh di antara pengikutnnya sendiri, tetapi banyak orang Palestina menunjuk jari pada Israel, yang telah mengepung dia di markasnya di Ramallah untuk dua setengah tahun sisa hidupnya.
"Presiden Arafat meninggal sebagai korban pembunuhan teroris terorganisir yang dilakukan oleh negara, yaitu Israel, yang berupaya untuk menyingkirkan dia," kata Wasel Abu Yousef, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, dalam pernyataan pada hari Rabu.
"Penerbitan hasil oleh lembaga Swiss menegaskan keracunan nya dengan polonium dan ini berarti bahwa Israel telah melakukannya."
Pemerintah Israel telah membantah terlibat dalam kematiannya, mencatat bahwa ia berusia 75 tahun dan memiliki gaya hidup tidak sehat.
"Ini adalah lebih dari sinetron dari pada pengetahuan, itu adalah episode terbaru dalam sinetron yang Suha menentang para penerus Arafat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor.
Penyelidikan terhadap kematiannya sebesar "upaya yang sangat dangkal untuk menentukan penyebab kematian."
Dugaan kecurangan muncul segera. Arafat memiliki musuh di antara pengikutnnya sendiri, tetapi banyak orang Palestina menunjuk jari pada Israel, yang telah mengepung dia di markasnya di Ramallah untuk dua setengah tahun sisa hidupnya.
"Presiden Arafat meninggal sebagai korban pembunuhan teroris terorganisir yang dilakukan oleh negara, yaitu Israel, yang berupaya untuk menyingkirkan dia," kata Wasel Abu Yousef, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, dalam pernyataan pada hari Rabu.
"Penerbitan hasil oleh lembaga Swiss menegaskan keracunan nya dengan polonium dan ini berarti bahwa Israel telah melakukannya."
Pemerintah Israel telah membantah terlibat dalam kematiannya, mencatat bahwa ia berusia 75 tahun dan memiliki gaya hidup tidak sehat.
"Ini adalah lebih dari sinetron dari pada pengetahuan, itu adalah episode terbaru dalam sinetron yang Suha menentang para penerus Arafat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Yigal Palmor.
Penyelidikan terhadap kematiannya sebesar "upaya yang sangat dangkal untuk menentukan penyebab kematian."
Arafat jatuh sakit pada bulan Oktober 2004, menampilkan gejala
gastroenteritis akut dengan diare dan muntah. Pada pejabat Palestina
pertama mengatakan ia menderita influenza.
Dia diterbangkan ke Paris dengan pesawat pemerintah Prancis tapi kemudian dalam koma lama setelah kedatangannya di rumah sakit militer Percy di pinggiran Clamart, di mana ia meninggal pada tanggal 11 November.
Dia diterbangkan ke Paris dengan pesawat pemerintah Prancis tapi kemudian dalam koma lama setelah kedatangannya di rumah sakit militer Percy di pinggiran Clamart, di mana ia meninggal pada tanggal 11 November.
Sebuah penyelidikan oleh televisi Al Jazeera saluran berita yang
berbasis di Qatar pertama kali melaporkan tahun lalu bahwa jejak
polonium-210 ditemukan di barang pribadi Arafat yang diberikan kepada
jandanya oleh rumah sakit militer Prancis di mana ia meninggal.
Laporan itu menyebabkan jaksa Prancis untuk membuka penyelidikan atas
dugaan pembunuhan pada bulan Agustus 2012 atas permintaan Suha Arafat.
Ahli forensik dari Swiss, Rusia dan Prancis semua mengambil sampel dari
mayatnya untuk pengujian setelah Otoritas Palestina setuju untuk membuka
makamnya.(st/Reuters)
Mendiang Yasser Arafat Diduga Diracun dengan Polonium
SWISS – Mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat mungkin telah
diracun dengan radioaktif polonium, kata laporan forensik Swiss yang
diperoleh oleh al-Jazeera.
http://www.poskotanews.com/2013/11/07/mendiang-yasser-arafat-diduga-diracun-dengan-polonium/
Mendiang Yasser Arafat dan isterinya, Suha
Catatan medis Araffat menunjukan bahwa dia meninggal pada 2004 karena serangan stroke yang disebabkan karena gangguan darah.
Namun, jenazahnya diangkat tahun lalu karena adanya dugaan bahwa dia dibunuh.
Laporan forensik Swiss ini mengatakan tes yang dilakukan pada jenazah
menunjukan “kandungan polonium-210 yang cukup tinggi”, yang “cukup”
untuk mendukung dugaan itu.
Para ilmuwan dari Vaudois University Hospital Centre (CHUV)
mempelajari catatan medis Arafat dan meneliti sisa-sisa jenazah,
termasuk tulang belulang dan contoh tanah di makamnya.
Mereka menegaskan bahwa mereka tidak bisa mencapai kesimpulan yang
lebih pasti karena jangka waktu kematian yang cukup lama. Sampel yang
terbatas juga menjadi penghambat.
Polonium-210 adalah zat radioaktif yang secara alami diperoleh
makanan dan tubuh dengan dosis rendah, namun senyawa ini bisa mematikan
jika jika tertelan dalam dosis tinggi.
Menurut Prof Paddy Regan, seorang pakar deteksi dan pengukuran
radiasi di University of Surrey, Inggris, mengatakan temuan merupakan
“pernyataan yang sangat kuat”.
“Mereka mengatakan hipotesis yang mengatakan bahwa Arafat diracun
dengan polonium-210 adalah valid dan teori ini belum bisa dipatahkan
oleh data. Namun, mereka tidak mengatakan secara pasti jika dia
dibunuh.”
Banyak warga Palestina dan lainnya percaya bahwa Israel menaracuni
Arafat. Sementara yang lain menduga bahwa kemaitan Arafat disebabkan
oleh penyakit AIDS atau kanker.
Israel sejauh ini konsisten membantah keterlibatannya.
Juru bicara kementerian luar negeri Israel mengatakan penyelidikan
yang dilakukan oleh Swiss ini tak ubahnya seperti “sinetron, daripada
pembuktian ilmu pengetahuan”.
Sementara itu, berbicara di Paris, janda Arafat, Suha, mengatakan
temuan ini mengungkap “tindak kriminalitas, pembunuhan politis.”
“Ini telah mengkonfirmasi keraguan kita. Telah dibuktikan oleh ilmu
pengetahuan bahwa dia tidak meninggal secara alami dan kami memiliki
bukti bahwa pria ini dibunuh.”
Reuters mengatakan Suha tidak menyebut siapa yang mungkin membunuhnya tetapi menyadari bahwa suaminya memiliki banyak musuh. (bbc/d)
Apa itu Polonium-210 dan bagaimanakah ia boleh membunuh
Posted: July 8, 2012 in Fizik
http://bmskskbsb.wordpress.com/2012/07/08/apa-itu-polonium-210-dan-bagaimanakah-ia-boleh-membunuh/
Salam 1 Malaysia
1. Bahan radioaktif merupakan bahan yang tidak stabil. Ia mempunyai
nilai separuh hayat yang akan mereput separuh dari jumlah asalnya
selepas genap tempoh separuh hayatnya. Radiasi tidak boleh dilihat,
dirasa, didengar, dihidu, mahupun di sentuh. Kesan radioaktif boleh
diklasifikasikan kepada 2 keadaan iaitu deterministic effect (kesan
nyata) dan stochastic effect (kesan kebarangkalian).
2. Polonium-210 merupakan bahan nadir bumi (rare earth) yang ditemui
oleh Marie dan Pierre Curie pada tahun 1898 dan namanya bersempena
dengan negara asal iaitu Poland. Angka 210 pula merujuk kepada nombor
jisim polonium iaitu 210 (Isotop notation) yang tidak stabil. Polonium
ini terjadi secara semula jadi dan sangat kecil bilangannya di bumi.
Selain itu ia juga boleh dijanakan melalui reaktor nuklear. Kebanyakkan
digunakan dalam bidang industri dan peralatan elektrik.
3. Polonium-210 amat berbahaya jika tertelan ataupun memasuki tubuh
manusia. Percaya atau tidak walaupun kurang dari 1 g memasuki tubuh
manusia sekalipun ia boleh mengundang maut. Kajian oleh pakar radiasi
pada 2007 mengesahkan bahawa sekiranya Polonium-210 ini memasuki salur
darah manusia maka kesannya tidak dapat dihalang lagi. Maksudnya amat
mustahil untuk mengubatinya. Keracunan radiasi ini boleh menyebabkan
kerosakan pada organ kesan dari Alpha particle yang menyerang buah
pinggang, sumsum tudang dan sebagainya. Kesan keracunan radiasi
Litvinenko dapat kita perhatikan seperti pening, muntah-muntah,
keguguran rambut dan banyak lagi.
4. Polonium-210 yang dihasilkan secara tiruan adalah hasil daripada
proses kimia penguraian Uranium yang dilakukan pada reaktor nuklear.
Oleh yang demikian badan antarabangsa sering mengetatkan aktiviti
penguraian Uranium ini di seluruh dunia.
5. Polonium juga dijadikan sebagai alat senjata nuklear. Zarah Alpha
yang besar tidak dapat menembusi kulit manusia dan tidak dapat dikesan
pun oleh mana-mana alat pengesan (detector). Oleh sebab itu Polonium-210
mudah untuk diseledup di serata dunia. Polonium boleh memasuki badan
manusia dengan melalui luka-luka kecil mahupun melalui salur pernafasan
ataupun yang paling mudah melalui makanan dan minuman yang tercemar.
source : the associated press
Sekian terima kasih
En. Halimi Bin Muhamad Rusli,
MSc. Radiation Sciences (USM), BhSc. Medical Radiation (USM)
Keganasan Polonium dan Para Korbannya
http://blognuklir.wordpress.com/2012/07/14/keganasan-polonium-dan-para-korbannya/
Polonium pertama kali menjadi berita hangat saat
digunakan untuk membunuh Alexander Litvinenko di London pada 2006. Kini,
polonium kembali menghebohkan karena diduga juga digunakan dalam
pembunuhan mantan pemimpin Palestina, Yasser Arafat.
Ada indikasi penggunaan polonium dalam upaya
pembunuhan terkait operasi intelijen. Tidak dapat disangkal bahwa
polonium kerap digunakan dalam dunia intelijen untuk menghabisi
targetnya. Itu sangat terlihat dalam pembunuhan Litvinenko. Di mana
keterkaitan intelijen dengan kematian Litvinenko? Dia dikenal sebagai
mantan agen rahasia Rusia, KGB.
Namun, dia kemudian membelot dan kerap mengkritik
Kremlin, pusat pemerintahan Rusia. Akibatnya, dia pun menjadi target
yang harus dihabisi karena terlalu vokal dan memiliki banyak informasi
rahasia. Litvinenko dibunuh dengan racun polonium yang dimasukkan dalam
teh yang dia minum di sebuah hotel di London,Inggris. Pada 2006, kepada
beberapa media,dia menjelaskan bahwa bertemu dua mantan agen KGB. Dia
juga mengaku pernah makan siang di Itsu, sebuah restoran sushi di
Piccadilly di London, dengan seorang kenalan orang Italia, Mario
Scaramella.
Litvinenko melaporkan penetrasi KGB terhadap politik
Italia. Sejarah juga mencatat bahwa Oleg Gordievsky,seorang teman lama
Litvinenko dan seorang bekas KGB lainnya yang telah membelot ke
Inggris,mengatakan kepada BBC bahwa dia yakin Litvinenko diracuni di
rumah seorang teman Rusia. Litvinenko diracun saat minum teh sebelum
bersama Litvinenko, sebelum pergi ke restoran sushi.
Setelah insiden itu, dia mengalami sakit seperti
diare berat, kehilangan berat badan,dan muntah-muntah. Keracunan
Litvinenko kini dihubungkan dengan radionuklida polonium-,210 setelah
Badan Perlindungan Kesehatan menemukan jumlah zat radioaktif yang cukup
besar dari unsur yang jarang dan beracun ini dalam tubuhnya.Keracunan
ini dilaporkan secara luas dalam media Britania sejak 18 November 2006,
meskipun di negara-negara lain sudah dilaporkan selama beberapa hari
sebelumnya.
Ternyata bukan hanya Litvinenko yang menjadi korban
keracunan polonium. Menurut penulis Israel, Michal Karpin, banyak
kematian beberapa ilmuwan Israel karena mengidap penyakit kanker
disebabkan polonium. Saat itu, terjadi kebocoran di Institut Sains
Weizmann pada 1957. Hanya, Israel tidak pernah mengakuinya. Selain itu,
kematian Irene, putri penemu polonium Marie Curie, juga dianggap
disebabkan keracunan polonium.
Dalam rekam medis,Irene disebutkan meninggal dunia
karena leukemia.Tapi dalam penelitian lebih mendalam, ternyata dia
keracunan polonium di laboratorium milik ibunya sendiri. Seperti apa
polonium atau secara ilmiah dikenal dengan sebutan polonium-210?
Polonium merupakan radioaktif yang kerap digunakan untuk tenaga pesawat
luar angkasa. Marie Curie menemukannya pada 1898, dan anak perempuannya,
Irene,adalah yang pertama terbunuh karena zat ini.
Polonium diberi nama sesuai tanah kelahiran Marie Curie, yakni Polandia (bhs latin: Polonia). Elemen kimia ini diberi simbol Po dengan nomor atom 84. Polonium dikenal zat radioaktif yang sangat berbahaya dan mematikan dibandingkan racun lainnya. Setiap satu gram benda yang mengeluarkan polonium bisa membunuh 1,5 juta orang. Jika polonium masuk tubuh manusia,itu dapat mengalir ke dalam aliran darah dan merusak organ tubuh.
Dengan hanya satu gram, bubuk perak itu dapat
membunuh manusia. Sebuah kajian pada 2007 yang dilakukan pakar radiasi
dari Badan Perlindungan Kesehatan Inggris menyimpulkan, polonium dapat
merusak aliran darah dan dapat menghentikan aliran darah. Siapa pun yang
keracunan polonium, maka orang itu antara lain dapat mengidap liver dan
gangguan ginjal.
Siapa yang dapat mengakses polonium? Elemen berbahaya
itu merupakan hasil produksi uranium. Biasanya dibuat di reaktor
nuklir. Fasilitas nuklir yang memproduksi polonium itu dimonitor ketat
dengan aturan internasional. Menurut John Croft, pakar radiasi Inggris,
polonium didapatkan dari pemerintah atau warga sipil yang memiliki akses
terhadap fasilitas nuklir pemerintah.
Tidak heran jika Rusia sebagai produser
polonium,dapat dengan mudah memberikan bahan kimia berbahaya itu untuk
membunuh musuh negara seperti Litvinenko.Demikian juga Israel yang
memiliki fasilitas reaktor nuklir untuk memproduksi polonium.Banyak
pakar yang menduga bahwa Israel menggunakan polonium produksinya untuk
membunuh Arafat,meski Tel Aviv berulang kali membantahnya.
Polonium dianggap sebagai senjata paling aman dalam
membunuh.Pasalnya, partikel alfa tidak dapat melakukan penetrasi ke
kulit dan tidak terdeteksi alat pendeteksi radiasi. Jadi, polonium
sangat mudah untuk diselundupkan ke berbagai belahan dunia. andika
hendra m
Pengakuan Mossad Terkait Operasi Rahasia Pembunuhan Wakil Yasser Arafat!
REP
| 02 November 2012 | 21:39
http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/11/02/pengakuan-mossad-terkait-operasi-rahasia-pembunuhan-wakil-yasser-arafat-506159.html
Setelah beberapa tahun lamanya salah satu harian terkemuka
Israel,Yedioth Ahronoth meminta badan intelijen Zionis Israel,Mossad
untuk membeberkan kesaksian dari pelaku pembunuhan terhadap Wakil
Presiden Palestina,Yasser Arafat tahun 1988 di Tunisia.Kemudian kerja
keras harian yang dekat dengan kalangan rejim Tel Aviv itu,Yedioth
Ahronoth membuahkan hasil dan terungkaplah bagaimana Mossad melakukan
operasi pembunuhan terhadap Abu Jihad di Tunisia itu.
Menurut wawancara Yedioth Ahronoth dengan anggota komando Nahun
Lev, yang mengakui membunuh Abu Jihad, wakilPresiden Palestina Yasser
Arafat tahun 1988 tersebut.Meskipun begitu pengakuannya tidak pernah
diplublikasikan sampai Nahun Lev meninggal dunia pada tahun 2000
lalu. Abu Jihad yang bernama aslinya Khalil Al-Wazir bersama Yasser
Arafat mendirikan Organisasi Pembebasan Palestina(PLO) yang di tuduh
oleh Zionis Israel bertanggung jawab dalam beberapa serangan berbahaya
terhadap Zionis Israel.
Meskipun Zionis Israel tidak pernah menanggapi berbagai tuduhan bahwa
Mossad sebagai pembunuh Abu Jihad ,akan tetapi semua orang di kawasan
Timur Tengah meyakini bahwa pembunuh Abu Jihad itu Mossad, agen
intelijen Zionis Israel.Para waaratawan harian Yedioth Ahronoth terus
menerus minta untuk merilis berita tersebut.Dan jika tidak ,mungkin saja
sesuai aturan Israel maka mereka bisa saja menggugatnya ke pengadilan
negara yahudi tersebut.
Akhirnya Yedioth Ahronoth di ijinkan untuk merilis operasi rahasia
tersebut, yang dilakukan oleh Mossad namun dalam operasionalnya dilakukan
oleh unit Komando Elit Zionis Israel, Saveret Matkal tahun 1988 di
Tunisia. Beginilah skenario operasi yang mengerikan itu ,yang
menyebabkan tewasnya Abu Jihad tokoh yang sangat penting di kalnagan
elite PLO setelah Yasser Arafat,Presiden Palestina.
Nahum Lev mengatakan,bahwa pasukan Komando Israel tiba melalui laut dana
bersama seorang anggota komando lain perempuan berpura-pura seakan
sebagai pasangan berjalan di depan kediaman Abu Jihad. Lalu Nahum Lev
secepat kilat menembak dan melumpuhkan pengawal PLO dengan serentetan
tembakan tepat di kepala dengan senjata yang disimpan di dalam kotak
copklatnya.
Menurut harian Yedioth Ahronoth pula,bahwa setelah berhasi dilumpuhkan
pengawal tokoh PLO itu, kedua anggota pasukan Komando itu segera memasuki
villa seiring dengan itu pula salah satunya segera bergegas naik ke
lantai dua yang di ikuti oleh Nahum Lev dibelakangnya.Dalam
pengakuannya itu , Nahum Lev salah seorang anggota “Saveret
Matkal” mengatakan ia menembak Abu Jihad lebih dahulu.
Kata Nahum Lev lagi,bahwa Abu Jihad memegang senjata makanya saya
menembaknya, ujar Nahum Lev pula. Penembakan itu saya lakukan dengan
hati-hati sekali karena Abu Jihad bersama isterinya, ujar Nahum Lev
selanjutnya. Nahum Lev melanjutkan penuturannya, bahwa ia kasihan kepada
tukang kebun itu. Namun demikian dalam operasi seperti ini anda harus
memastikan bahwa semua resistensi potensial dinetralkan.
Dan hal serupa yang terjadi terhadap Presiden Palestina ,Yasser Arafat
juga demikian meskipun Zionis Israel tidak berkomentar apapun juga. Namun
kawasan Timur Tengah sangat yakin bahwa kematian Yasser Arafat
didalanagi oleh agen-agen Israel juga. Kematian Yasser Arafat di rumah
sakit militer Paris tahun 2004 mulanya dianggap karena stroke akibat
kelainan darah. Namun setelah diperiksa oleh pakar radiasi dari Swiss
dterhadap berbagai barang-barang milik pribadi peninggalan Yasser
Arafat,dan diketemukan zat zat dari elemen radioaktif Polonium 210 .
Penemuan elemen zat radioaktif Polonium-210 di berbagai barang milik
pribadi Presiden Yasser Arafat yang kadarnya sangat berbahaya itu, maka
disimpulkan bahwa Yasser Arafat itu meninggalnya karena diracun dengan
Polonium-210 .
Karenanya jaksa penuntut Perancis membuka kasus itu
kepengadilan sesuai yang di kehendaki oleh keluarga Arafat.Dan Tim jaksa
Perancis untuk mengusut masalah kematian Yasser Arafat itu juga akan
dibantu oleh beberapa pakar radiasi Swiss dari Institute Radiasi Fisika
Universitas Lausanne.
Kedatangan kedua tim itu ke Ramallah terkait dengan rencana pembongkaran
kuburan Yasser Arafat pada hari Senin,26 November 2012.Mudahan saja
semuanya akan terkuwak misteri dari kematian Yasser Arafat
tersebut,apakah benar sebagaiamana anagaagaapan orang bahwa kematian
Presiden Palestina itu tidak wajar tetapi merupakan hasil dari kerja
kotor Mossad.Yasser Arafat diracun dengan Polonium -210 itu. Kita tunggu
saja hari itu,semoga menjadi suatu pembelajaran bagi kita semua.
Arafat dibunuh oleh Mossad dengan racun radioaktif?
http://www.solucionesayc.com/arafat-dibunuh-oleh-mossad-dengan-racun-radioaktif/
Arafat
diketahui meninggal pada tahun 2004 diusia 75 tahun karena kondisi
darahnya yang tidak wajar. Zat radioaktif ditemukan pada benda-benda
yang digunakannya termasuk sikat giginya. Dinas rahasia Israel dicurigai
keterlibatannya.
Kematian Yasser Arafat
awalnya dicurigai karena makanan yang dimakannya. Dua jam setelah makan
malam, pada 11 Oktober 2004 pukul 11.30 malam, Arafat jatuh sakit.
Pemimpin PLO berusia 75 tahun ini sempat mengalami muntah dua kali, lalu
merasa lebih baikan. Ketika bangun tidur pada keesokan harinya, kondisi
kesehatannya memburuk. Tim dokter mendiagnosa ia mengalami viral
gastroenteritis yang lebih dikenal dengan flu perut, ia pun diberi obat.
Sore harinya kondisi Arafat kelihatannya
kembali membaik, sebuah sumber yang dapat dipercaya mengatakan Arafat
kembali menjalankan aktivitas seperti biasanya di dalam komplek tempat
tinggalnya di Ramallah, West Bank.
Selama beberapa hari berikutnya, kondisi
Arafat terlihat stabil namun tidak membaik. Tim medis yang menanganinya
pun terlihat bingung, akhirnya tim dokter Runisia didatangkan untuk
menjalani pemeriksaan, kira-kira 2 minggu setelah ia menderita sakit.
Disinilah terkuat, ia divonis menderita thrombocytopenia, suatu kondisi
dimana berkurangnya jumlah trombosit di dalam darah.
Seperti yang diketahui trombosit
memegang peranan penting dalam proses pembekuan darah, jumlah trombosit
yang sedikit dapat menyebabkan pendarahan internal dengan cepat. Sampel
sumsum tulang belakang Arafat diambil seiring dengan kondisinya yang
semakin memburuk, Arafat pun diterbangkan ke Rumah sakit militer percy
di Paris. Tanggal 3 November, Arafat jatuh koma, dini hari 11 November
ia pun meinggal dalam kondisi pendarahan otak.
Selama hampir 1 dekade, fakta penyebab
meninggalnya Arafat menjadi misteri ditengah tuduhan keluarga dan
pendukungnya bahwa ia mati diracun. Minggu ini, dunia kembali dikejutkan
dengan berita penyebab kematian Arafat yang sesungguhnya.
Dua tahun yang lalu, janda Arafat dan
putrinya mengajukan permohonan penyelidikan kepada pihak otoritas
Perancis mengenai penyebab kematiannya. Sejak saat itu, tim ilmuwan
Swiss melakukan investigasi terhadap benda-benda milik Arfat yang
dicurigai terkontaminasi racun. Merekalah yang kemudian mengumumkan
hasilnya pada jurnal kesehatan The Lancet, mereka menemukan kandungan
zat radioaktif yang sangat beracun , dinamakan Polonium-210 pada kain
yang dikenakan Arafat di kepala, celana dalam dan sikat gigi.
Di dalam jurnal disebutkan, mereka
mengambil sampel darah, keringat dan urin dari pakaian Arafat dan
menemukan kandungan Polonium-210 dalam dosis sangat tinggi melebihi
ambang wajar. Penemuan ini memperkuat dugaan Arafat diracun dengan
Polonium-210. Meskipun hasil penemuan ini belum mutlak namun para
peneliti ini menegaskan, arahnya adalah kepada pembunuhan.
Gejala kematian Arafat ini mirip dengan
yang dialami seorang bekas agen rahasia Alexander Litvinenko pada tahun
yang sama. Penelitian Post-Mortem menemukan ia meninggal karena diracun
Polonium-210.
Yang menjadi pertanyaan, apakah Arafat mengalami nasib yang sama, lalu siapa yang membunuhnya?
Bagi kebanyakan orang, jawabannya pasti
mengarah ke Israel, lebih spesifik lagi kepada agen rahasia Israel,
Mossad. Sudah menjadi rahasia umum jika Arafat rajin menjalankan
kampanye melawan Israel dan negara barat selama beberapa dekade semasa
hidupnya, kelompok-kelompok dibawahnya; baik yang diperintah langsung
maupun tidak, dianggap bertanggung jawab atas ratusan peristiwa
pemboman, pembajakan, pembunuhan dan serangan lainnya.
Sejak dibentuk pada Desember 1949, Mossad
sudah memperoleh ketenaran akibat prestasinya dalam menjalankan
sejumlah operasi. Salah satunya adalah penculikan Adolf Eichmann, tokoh
Nazi sewaktu yang bersangkutan sedang berada di sebuah jalan di
Argentina pada tahun 1960. Eichmann pun dibawa ke Israel untuk diadili
dan dieksekusi, penjahat perang Nazi lainnya juga mengalami nasib yang
sama.
Pada tahun 1965, Herberts Cukurs (64)
warga negara Latvia dipancing ke dalam sebuah rumah kecil di Montevideo,
Uruguay oleh seorang pria gendut dan botak bernama Anton Kunzle. Begitu
Cukurs masuk ke dalam aula rumah tersebut, ia langsung disergap
sekelompok agen Mossad yang kemudian membunuhnya dengan menyarangkan dua
butir peluru ke otaknya. Jasadnya dimasukkan ke dalam karung dengan
meninggalkan tulisan “Mereka yang tidak akan pernah lupa” pada
karungnya. Dipercaya serangan ini adalah balas dendam akibat pembunuhan
kaum Yahudi oleh Cukurs di kota Riga, Latvia selama masa perang.
Mossad dikenal sangat efisien dalam
menjalankan serangan yang brutal, ini bisa dilihat dari “Operation Wrath
of God” pada tahun 1972 sebagai pembalasan atas pembantaian 11 orang
atlet Olimpiade Israel oleh teroris Palestina. Operasi ini cukup lama,
dijalankan selama hampir dua dekade, melibatkan sejumlah peristiwa
penembakan dan pemboman.
Semua operasi pembunuhan yang dijalankan
oleh Mossad direncanakan dengan matang. Ketika beberapa kelompok lebih
memilih serangan tembakan terang-terangan, Mossad lebih memilih
menjalankan operasi yang lebih rumit, salah satunya adalah peristiwa
pembunuhan salah satu petinggi PLO Mahmoud Hamshari, di Perancis.
Mendekati akhir tahun 1972, sebuah tim
kecil Mossad meletakkan bom di bawah telepon pada meja kerja Mahmoud.
Seorang agen Mossad yang menyamar sebagai jurnalis meneleponnya. Ketika
Mahmoud menjawab, agen tersebut meledakkan bom tersebut dengan
mengandalkan sinyal telepon. Seorang sumber mengatakan, agen Mossad yang
menjalankan operasi pembunuhan biasa disebut dengan Kidon (bayonet).
Peristiwa demi peristiwa tidak berhenti
sampai disitu. Tahun 1997, Kidon diyakini berada dibelakang percobaan
pembunuhan terhadap Khaled Meshaal, pemimpin Hamas. Rencana pembunuhan
ini termasuk menyemprotkan racun khusus yang diciptakan secara rahasia
di institut biologi Israel Nes Tziona. Rencananya racun akan
disemprotkan ke telinga Khaled Meshaal ketika ia berada di Jordania.
Percobaan pembunuhan ini mengalami
kegagalan, dua orang agen Mossad yang berhasil menyemprotkan racun ke
dalam telinga target sasarannya, tertangkap tidak lama kemudian. Pihak
Jordania yang geram bersikeras meminta Israel memberikan penawarnya
untuk menyelamatkan jiwa Khaled. Kegagalan semacam ini sangat jarang
terjadi.
Operasi pembunuhan spektakular Mossad
lainnya adalah pembunuhan Mahmoud al-Mabhouh, komandan senior Hamas yang
ditemukan tewas di Dubai pada bulan Januari 2010. Dengan cepat
diketahui bahwa ia meninggal dengan tidak wajar, tuduhan pun mengarah
kepada Mossad. Untuk memenuhi keingintahuan dunia, Dubai pun merilis
foto dari para tersangka yang menggunakan paspor palsu. Mereka diketahui
masuk ke Dubai dengan menyamar sebagai turis Inggris dan Amerika Serikat.
Sekarang, salah satu pekerjaan yang
paling beresiko di dunia adalah menjadi ilmuwan nuklir Iran. 11 Januari
2011, Mostafa Ahmadi Roshan, kepala deputi pusat pengayaan uranium
Natanz, Iran, tewas setelah mobil yang dikemudikannya diledakkan dengan
bom magnet ketika ia sedang berangkat kerja. Kematiannya melengkapi
kematian tiga ilmuwan lainnya pada 2010.
Pada awal bulan ini, Mojtaba Ahmadi,
anggota pasukan garda revolusi Islam, diberondong peluru oleh sekelompok
pengendara motor bertopeng dekat rumahnya di Karaj, di utara Tehran.
Mossad dicurigai berada di belakang serangan ini.
Kembali kepada pertanyaan awal, apakah
Mossad bertanggung jawab atas kematian Arafat? Israel jelas mempunyai
kemampuan untuk menghabisi Arafat yang diketahui adalah sponsor utama
atas sejumlah serangan teroris yang diarahkan kepada Israel.
Tahun 1995, angkatan udara Israel
menyerang basis PLO di Tunisia, Israel mengakui serangan ini ditujukan
terhadap bangunan tempat Arafat berkantor. Arafat selamat karena pada
saat itu ia sedang keluar jogging.
Tahun 2003, setahun sebelum pemimpin PLO
itu meninggal, penasehat keamanan Arafat, Hani al-Hassan mengklaim
bahwa bosnya selamat dari setidaknya 13 kali percobaan pembunuhan,
termasuk paket virus Anthrax yang dikirimkan kepadanya pada bulan Mei
tahun lalu.
Percobaan pembunuhan terhadap Arafat
sudah bermula sejak tahun 1960an. Pada Desember 1967 Arafat nyaris tewas
terbunuh di villanya di Ramallah.Mendengar suara orang Israel, ia
melompat dari lantai dua dan bersembunyi di dalam sebuah mobil yang
sedang parkir.
Pada kesempatan lain di Beirut, para
penembak jitu israel diberitakan sudah mengunci target ke Arafat
(tinggal tembak) namun kemudian Ariel Sharon memerintahkan untuk
membatalkan misi.
Mungkinkah racun Polonium-210 yang
dioleskan pada sikat gigi Arafat bisa mengambil nyawanya? Mungkinkah
racun tersebut bisa diserap oleh gusinya? Kedengarannya mustahil, namun
jka melihat fakta agen Mossad sanggup membunuh orang dengan
menyemprotkan racun melalui lubang telinga, bisa saja.
Pertanyaan lain adalah, apa keuntungan
Israel mengambil nyawa Arafat? Beberapa pihak mencurigai, kandungan
Polonium-210 yang begitu tinggi pada benda-benda peninggalan Arafat,
bisa saja dilakukan oleh pihak Palestina dengan tujuan menyudutkan
Israel.
Polonium-210: the hard-to-detect poison that killed Alexander Litvinenko
Just a few milligrams of the highly radioactive isotope found in Yasser Arafat's body is a lethal dose
http://www.theguardian.com/world/2013/nov/06/polonium-210-poison-alexander-litvinenko
Seven years ago the Kremlin critic and ex-spy Alexander Litvinenko
met two Russians in a London hotel. What happened next was one of the
most brazen assassinations of modern times. According to British
prosecutors, Litvinenko's companions, Andrei Lugovoi and Dmitry Kovtun,
slipped a colourless, odourless substance into his tea. Litvinenko
drank. Not much, but enough for him to die in agony three weeks later in
University College hospital.
The substance was polonium-210, a rare and highly radioactive isotope that a Swiss team has discovered in Yasser Arafat's exhumed corpse.
It is extremely hard to detect. Scientists only identified it in
Litvinenko hours before his death. A former FSB officer, and
teetotaller, Litvinenko was a fitness fanatic. Doctors say it was only
because he was in such good shape that he lasted so long. If he had died
sooner, the cause of death would probably never have been uncovered.
Polonium-210
occurs at very low levels naturally, but is manufactured for use by
industrial plants to prevent the buildup of static electricity.
It
is an effective and convenient poison. It emits pure alpha particles,
which outside the body can be stopped by a sheet of tissue paper. But if
ingested, it causes widespread damage as it passes into organs. The
radiation releases energy that creates reactive particles called free
radicals. These in turn form toxic compounds that are deadly to
surrounding cells.
Because polonium emits only alpha particles, it
can be safely carried in glass vials and will not set off radiation
detectors at airports. Once ingested, it is hard to detect, because all
the radiation remains in the body. A lethal dose could be as little as a
few milligrams, which could be administered as a powder or dissolved in
liquid.
Yasser Arafat may have been poisoned with polonium, tests show
Swiss scientists find levels of polonium 18 times higher than normal in first forensic tests on former Palestinian leader's body
http://www.theguardian.com/world/2013/nov/06/yasser-arafat-poisoned-polonium-tests-scientists
The first forensic tests on samples taken from Yasser Arafat's
corpse have shown unexpectedly high levels of radioactive polonium-210,
suggesting the Palestinian leader could have been poisoned with the
rare and lethal substance.
The Swiss scientists who tested
Arafat's remains after the exhumation of his body in November 2012
discovered levels of polonium at least 18 times higher than usual in
Arafat's ribs, pelvis and in soil that absorbed his bodily fluids.
The
Swiss forensic report was handed to representatives of Arafat's widow,
Suha Arafat, as well as representatives of the Palestinian Authority on
Tuesday. A copy of the report was obtained exclusively by the al-Jazeera
TV network, which shared it with the Guardian before publication.
The
Swiss report said that even taking into account the eight years since
Arafat's death and the quality of specimens taken from bone fragments
and tissue scraped from his body and shroud, the results "moderately
support the proposition that the death was the consequence of poisoning
with polonium-210".
Suha Arafat said the evidence in the report
suggested that her then healthy 75-year-old husband, who died in 2004
four weeks after he first fell ill following a meal, was almost
certainly murdered by poisoning. She told al-Jazeera: "This is the crime
of the century."
Speaking to the Guardian after receiving the
report, she said she would press for answers on who was responsible.
"It's shocking … I remember how Yasser was shrinking at the hospital,
how in his eyes there were a lot of questions. Death is a fate in life,
it is everybody's fate, but when it's poison it's terrible. We are
mourning him again now."
With Zahwa, 18, her daughter by Arafat,
she said she suspected a "conspiracy to get rid of him", adding: "My
daughter and I have to know who did it. We will not stop in our quest to
find out. I hope the Palestinian Authority goes further on it,
searching every single aspect of it. It is of course a political crime."
She said: "This is separate from the peace process or talks. Any
judicial investigation is separate from the peace process."
David
Barclay, a British forensic scientist who had studied the report, told
al-Jazeera: "The report contains strong evidence, in my view conclusive
evidence, that there's at least 18 times the level of polonium in
Arafat's exhumed body than there should be."
He said the report
represented "a smoking gun". Barclay said: "It's what killed him. Now we
need to find out who was holding the gun at that time," adding: "I
would point to him being given a fatal dose. I don't think there's any
doubt at all."
The Israeli government, however, dismissed the
report. "The Swiss findings are not conclusive," said Yigal Palmor, a
foreign ministry spokesman.
"Even if they did find traces of
polonium that could indicate poisoning, there's no evidence of how that
poisoning occurred. Before the Palestinian Authority jumps to
conclusions, there are many questions still to be answered.
"Israel
is not involved in any way. There's no way the Palestinians can stick
this on us. It's unreasonable and unsupported by facts. We will see yet
another round of accusations, but there's no proof."
Dov
Weissglass, a former aide to Ariel Sharon, the Israeli prime minister at
the time of Arafat's death, also denied Israeli involvement. "To the
best of my knowledge, we had no hand in this," he said, adding that
neither the prime minister nor the Israeli security services had played
any part in the Palestinian leader's demise.
"By the end of 2004,
we had no interest in harming him. By then, Arafat was marginalised, his
control over Palestinian life was minimal. So there was no logic, no
reason."
Danny Rubinstein, a journalist and author of a book about
Arafat, had a different memory of events. In the weeks and months
before Arafat's death, he said, people in Sharon's inner circle talked
constantly about how to get rid of him. "For me, it was very clear from
the beginning. Every day this was the topic – should we expel him, or
kill him, or bomb the Muqata [Arafat's HQ]. It was obvious to me that
they would find a way."
Palmor said that among the scientists who
tested Arafat's remains only the French team were independent. The Swiss
were commissioned by Suha Arafat, and the Russians by the Palestinian
Authority, he said. "These results should be taken with a few grains of
salt. This story is still as mysterious as it was on day one."
Tawfik
Tirawi, head of the Palestinian committee investigating Arafat's death,
did not respond to a request from comment. But a senior Palestinian
leader, Hanan Ashrawi, said: "This report confirms the suspicions that
we've had all along. We know Arafat was killed, now we know how. And we
know who had the means, the opportunity and the motive. Justice must now
take its course."
Arafat died in a French military hospital on 11
November 2004,. He had been transferred there from his headquarters in
the West Bank after his health deteriorated over weeks, beginning with
severe nausea, vomiting, abdominal pain and diarrhoea around four hours
after eating dinner on 12 October. French doctors have said he died of a
massive stroke and had suffered from a blood condition known as
disseminated intravascular coagulation, or DIC. But the records were
inconclusive about what brought about the DIC. No autopsy was carried
out.
Allegations that Arafat may have been poisoned emerged immediately after his death and the claim was raised again by al-Jazeera TV last summer, following a nine-month investigation culminating in the film What Killed Arafat?
Al-Jazeera
said it was given access to a duffel bag of Arafat's personal effects
by his widow, which it passed to a Swiss institute. Swiss toxicological tests
on those samples including hair from a hat, saliva from a toothbrush,
urine droplets on underpants and blood on a hospital hat found that the
belongings had elevated traces of polonium-210, the lethal substance
used to kill the Russian dissident Alexander Litvinenko.
The Swiss
institute said Arafat's bones would have to be tested to get a clearer
answer, warning that polonium decayed fast and an autopsy needed to be
done quickly. In August last year, French prosecutors opened a murder inquiry into Arafat's death. In November, Arafat's corpse was exhumed from its mausoleum in Ramallah
in the presence of three international teams of scientists: the Swiss
team, a French team that was part of the Paris judicial investigation
and a Russian team.
The Swiss team's report states that they
carried out toxicological tests on Arafat's "almost skeletonised body
along with residues from his shroud". The samples, including fragments
of bones taken from his left ribs and pelvis as well as remnants of
tissue from the abdominal cavity and grave soil, showed "unexpectedly
high" activity of polonium-210.
Suha Arafat's lawyer, Saad
Djebbar, told the Guardian the Swiss report was "evidence that there was
a crime committed". He said he had handed the Swiss report to French
investigators, whose inquiry is ongoing. French scientists conducted
their own tests as part of the legal investigation but have not
published findings as the inquiry continues.
Arafat's daughter,
Zahwa, a student of international relations in Malta, told the Guardian:
"I want to find out who did it and their motive for doing it." She said
she trusted the French investigation to shed light on that.
Report: Tests 'moderately support' that Yasser Arafat poisoned by polonium
November 7, 2013 -- Updated 0446 GMT (1246 HKT)
Arafat death report issued
STORY HIGHLIGHTS
- A dose "the size of a grain of salt, something like that" could be deadly, professor says
- The Palestinian leader died in 2004 at age 75
- Last year, his widow, suspecting he was poisoned, had the body exhumed for tests
- Polonium-210 -- a radioactive substance -- had been detected on his clothing and toothbrush
The findings released by
the University Center of Legal Medicine of Lausanne -- first reported
Wednesday by Al Jazeera -- do not address how Arafat, who died in 2004
at age 75, might have been poisoned or who might have done it.
The report comes a year after Arafat's widow, suspecting he was poisoned, had the body exhumed for tests after the radioactive isotope polonium-210 was found on some of his personal belongings in 2012.
The Swiss center said it
identified "significant quantities" of polonium in biological stains on
those belongings. Some polonium also was found in samples of remains
taken during last year's exhumation, it said.
Arafat death report issued
The scientists' findings
may renew controversial allegations over how Arafat -- the most
prominent face of Palestinian opposition to Israel for five decades --
died. The Palestinian Authority, which runs the West Bank, has said
Israel would have been behind any poisoning of Arafat, who was regarded
by many Palestinians as a father figure.
"I believe that all
fingers are pointed at the Israeli occupation ... who have experience in
such cases of poisoning," said Wasel Abu Yousef, a member of the
executive committee of the Palestine Liberation Organization. Yousef
called for a "criminal international committee" to be formed to
investigate the report.
An Israeli Foreign Ministry spokesman said Wednesday that any such accusation would be "utter nonsense."
"This is nothing to do
with us, and for the moment they refrained (from) making accusations,"
Israeli Foreign Ministry spokesman Yigal Palmor said. "They know why --
there's no strictly no connection to Israel."
The Swiss center pointed out some caveats:
-- The testing was based
on "very small specimens." The center noted that blood, urine and other
specimens were destroyed after Arafat's hospitalization.
-- Eight years passed
between the death and the exhumation. Because polonium-210 has a
half-life of just 138 days, its detection after eight years is "very
difficult and subject to uncertainties."
-- The "chain of
custody" of Arafat's personal effects -- from the time he died and when
the center began to study them in 2012 -- is unclear, it said.
Paddy Regan, a professor
of radionuclide metrology in the physics department at the University
of Surrey in Guildford, England, agreed that the years that have elapsed
since Arafat's death make it more difficult to estimate how much
isotope was there originally.
"It's like a blindfolded
man holding the tail of an elephant and using that to estimate the
weight of the elephant," Regan told CNN in a telephone interview. "You
can do it, but there is a huge amount of extrapolation involved."
And the mere presence of
the isotope -- in amounts significantly higher than what occurs
naturally -- does not necessarily mean that that is what killed Arafat,
he added, citing the scientists' measurement of a urine stain on
Arafat's underwear. "If you were being cynical about such a thing, if
you wanted to put a false trail out there, you could put a tiny amount
of polonium 210 on that urine stain," he said. "That doesn't mean that
the urine stain came from inside him."
But the report expressed
doubt that that could have occurred. It said that Arafat's widow had
"certified that the measured personal effects have been stored in a
secured room."
And biological samples
-- including from bone -- also contained a higher concentration of the
isotope, said Regan, who complimented the work of the Swiss experts.
"These are good forensic
scientists," he said. "These results imply that, at the time of his
death, Mr. Arafat had an amount of polonium-210 present in his system
that would be significantly detrimental to his health."
How much would it take?
"It's a terrifyingly small amount," Regan said. "The size of a grain of salt, something like that."
Arafat, who first led
the Palestine Liberation Organization and then the Palestinian
Authority, died in a Paris military hospital in November 2004 after
suffering a stroke after weeks of illness. Palestinian officials said in
the days before his death that Arafat had a blood disorder -- though
they ruled out leukemia -- and that he had digestive problems.
Rumors of poisoning
circulated at the time, but the Palestinian Authority's then-foreign
minister, Nabil Sha'ath, said he "totally" ruled them out.
French authorities --
responding to a request from Arafat's widow -- opened a murder inquiry
into his death in 2012 after high levels of polonium-210 were detected
on Arafat's toothbrush, clothing and his keffiyeh, the trademark
black-and-white headscarf he often wore. France opened the investigation
partly because Arafat died there.
Forensic experts from Switzerland and Russia took their own samples for independent analysis.
Radiation poisoning from
polonium-210 looks like the end stage of cancer, according to medical
experts. The radioactive substance can enter body by eating or drinking
contaminated things, breathing contaminated air, or inhaling or
ingesting bodily fluids from someone contaminated with it. A wound can
also become contaminated.
CNN's Matthew Chance, Michael Schwartz, Kareem Khadder, Tom Watkins, Jason Hanna and Ashley Fantz contributed to this report.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar