Jumat, 29 November 2013

AS DAN ISRAEL SELALU SAJA MENGGUNAKAN DOUBLE BAHKAN MULTIPLE STANDAR...... UNTUK TERUS MEMBUAT KEKACAUAN DI TATANAN DUNIA...??>> KONON PERJANJIAN GENEVA II UNTUK NUKLIR IRAN SUDAH DISEPAKATI OLEH SEMUA PIHAK DK-PBB YAKNI 5 NEGARA ANGGOTA TETAP + 1.... ?? >> TAPI BIASA -LAH.... NEGARA YANG MERASA SUPER INI SELALU MENCARI-CARI TAFSIR SENDIRI... DAN MEMBANGUN OPINI2 ABSURD... YANG TUJUANNYA .... MENGACAUKAN MASYARAKAT DUNIA.. AGAR TETAP ADA CELAH UNTUK MELAKUKAN KEKACAUAN DINEGERI ORANG LAIN...???>> PERILAKU JAHAT DAN DENGKI SERTA POLITIK YANG PENUH KESERAKAHAN ITU... SELALU SAJA MEMBUAT TAFSIRAN YANG DISENGAJA DENGAN TUJUAN MEMBUAT KEKACAUAN BARU...???>> YANG SANGAT DISAYANGKAN ADALAH INTELEKTUAL2 MEDIA DAN KELOMPOK2 POLITISI KRIMINAL TERSELUBUNG ITU... MEMANG BERADA DIDALAM SELUBUNG TUBUH PEMERINTAHAN DAN BADAN2 RESMI AS...???>> MAKA TAK HERAN BILAMANA KEJAHATAN2 DAN ISSUE2 .. .PEPERANGAN... ITU SELALU BERSUMBER DARI NEGERI TERSEBUT... WALAUPUN ... KAUM TERPELAJARNYA SANGAT BANYAK... NAMUN SEPERTINYA... TANPA MORAL.. DAN TAK MENGENAL ETIKA.. KEMANUSIAANNYA.... .DALAM SETIAP PETUALANGANNYA... ??>> ... MAKA TAK HERAN JIKA BEBERAPA PRESIDENNYA DIBUNUH DENGAN TERENCANA RAPI... DAN JUGA PEMBUNUHAN RAKYATNYA DENGAN ISSUE2 DUSTA-INSIDERS JOBS-KONSPIRASI-DAN KEBOHONGAN..SERTA REKAYASA PENCIPTAAN KEJAHATAN POLITIK... YANG DIJADIKAN AJANG BISNIS... YANG MEMBERIKAN KEKAYAAAN BERLIMPAH KEPADA SEMENTARA KAPITALIS2... DAN DIPIHAK LAIN .... KORBAN KEMANUSAAN YANG TIADA TERKIRA...??>> SUNGGUH JAHAT... DAN SANGAT IRONIS....??? .. MENGAPA YAH MEREKA SEPERTI DEMIKIAN...??>> SUNGGUH SUATU FENOMENA YANG SANGAT ... MENYERAMKAN DALAM TATANAN SEJARAH HIDUP KEMANUSIAAN.... DARI ZAMAN KE ZAMAN....??>> ...Isu tentang senjata nuklir Iran sebenarnya tidak berdasar sama sekali. Program nuklir Iran sepenuhnya dalam pengawasan IAEA untuk keperluan damai. Sama seperti program nuklir damai di negara-negara lain. Bahkan beberapa negara lain yang secara diam-diam memiliki senjata nuklir tanpa persetujuan PBB, aman tidak tersentuh: Jepang, Brazil, Afrika Selatan, Korea Utara, Pakistan, India dan Israel. Namun isu senjata nuklir Iran diperlukan Amerika karena Iran, yang salah satu landasan idiologinya adalah pembebasan Palestina dari pendudukan Israel, dianggap sebagai musuh nyata bagi dominasi Amerika-Israel....>>> ....any military operation against Iran will likely be very unpopular around the world and require the proper international context—both to ensure the logistical support the operation would require and to minimize the blowback from it. The best way to minimize international opprobrium and maximize support (however, grudging or covert) is to strike only when there is a widespread conviction that the Iranians were given but then rejected a superb offer—one so good that only a regime determined to acquire nuclear weapons and acquire them for the wrong reasons would turn it down. Under those circumstances, the United States (or Israel) could portray its operations as taken in sorrow, not anger, and at least some in the international community would conclude that the Iranians “brought it on themselves” by refusing a very good deal.”..>> "Perselisihan" kecil itu sontak membuat "kesadaran" saya kembali tergugah, bahwa sebuah "konspirasi" kemungkinan telah dijalankan dalam perundingan nuklir Iran tersebut. Pikiran saya pun kembali ke sekitar bulan September dan Oktober, ketika Amerika secara tiba-tiba membatalkan rencana serangan militer terhadap Syria yang telah dipublikasikan besar-besaran. Sebulan kemudian Presiden Barack Obama menelpon Presiden Iran Hassan Rouhani dalam satu momen yang dianggap sebagai "momen paling penting tahun ini". Dilanjutkan kemudian dengan ke-aktifan Amerika dalam perundingan nuklir Iran di Genewa yang ditandatangani Minggu lalu (24/11). ..>> Pada hari Selasa (26/11) Iran mengecam intepretasi perjanjian yang dirilis Amerika melalui situs resmi Gedung Putih dengan menyebutnya sebagai pernyataan pers yang "invalid". “Apa yang telah dirilis oleh situs resmi Gedung Putih sebagai "lembar-lembar nyata" merupakan intepretasi sepihak dari teks sebenarnya yang ditandatangani di Geneva dan sebagian dari penjelasan dan kalimatnya bertentangan dengan teks "Joint Plan of Action", dan disayangkan lembaran-lembaran itu telah diterjemahkan dan dirilis oleh beberapa media massa sebagai Perjanjian Genewa, yang sebenarnya tidak benar,” kata jubir kemenlu Iran Marziyeh Afkham di Teheran, Selasa (26/11)...>> With help from the C.I.A., Arab governments and Turkey have sharply increased their military aid to Syria’s opposition fighters in recent months, expanding a secret airlift of arms and equipment for the uprising against President Bashar al-Assad, according to air traffic data, interviews with officials in several countries and the accounts of rebel commanders. The airlift, which began on a small scale in early 2012 and continued intermittently through last fall, expanded into a steady and much heavier flow late last year, the data shows. It has grown to include more than 160 military cargo flights by Jordanian, Saudi and Qatari military-style cargo planes landing at Esenboga Airport near Ankara, and, to a lesser degree, at other Turkish and Jordanian airports. And now, the US fully admits that the CIA and US State Department are openly arming, funding, and equipping fighters in Syria. The Washington Post's September 2013 article, "U.S. weapons reaching Syrian rebels," admits: The CIA has begun delivering weapons to rebels in Syria, ending months of delay in lethal aid that had been promised by the Obama administration, according to U.S. officials and Syrian figures. The shipments began streaming into the country over the past two weeks, along with separate deliveries by the State Department of vehicles and other gear — a flow of material that marks a major escalation of the U.S. role in Syria’s civil war...>>> Dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal yang dilansir oleh al-Alam pada Ahad, 24/11/13, melaporkan, al-Waleed bin Talal mengutuk kesepakatan antara Iran dan Barat atas program nuklir Tehran yang tidak akan mencakup penghentian pengayaan Uranium di Republik Islam. Dikatakannya, "Saudi dan Israel memiliki kepentingan sama, dan mengutuk setiap perjanjian yang tidak menyangkut penghentian kemampuan Iran untuk memperkaya uranium". Waleed bin Talal juga mendukung pernyataan Perdana Menteri Israel yang menyebut bahwa presiden Iran Hassan Rouhani adalah serigala berbulu domba...>> As the chief of Saudi Intelligence, Prince Bandar is now building a new strategy that would see Riyadh’s central foreign-policy goal of toppling Assad realized. As long as that goal comes to fruition, the secular or radical orientation of the militias really does not make a difference. Bandar’s aim is to broaden Saudi Arabia’s regional clout so as to position himself strategically when the next royal succession takes place. As Washington and Riyadh evidently have no interest in a political solution, a new pretext would be required to escalate the conflict to force Assad out. If chemical weapons are used again, Assad can either be blamed for their use or blamed for allowing rebels to capture his stockpiles. Intervention can be justified on the basis of “punishing” Assad or under the mandate of peacekeeping and humanitarianism....>>>

Nuclear Deal With Iran Prelude to War, Not "Breakthrough"

November 26, 2013 (Tony Cartalucci) - "...any military operation against Iran will likely be very unpopular around the world and require the proper international context—both to ensure the logistical support the operation would require and to minimize the blowback from it. The best way to minimize international opprobrium and maximize support (however, grudging or covert) is to strike only when there is a widespread conviction that the Iranians were given but then rejected a superb offer—one so good that only a regime determined to acquire nuclear weapons and acquire them for the wrong reasons would turn it down. Under those circumstances, the United States (or Israel) could portray its operations as taken in sorrow, not anger, and at least some in the international community would conclude that the Iranians “brought it on themselves” by refusing a very good deal."

-Brookings Institution's 2009 "Which Path to Persia?" report, page 52.





Written years ago, as the US, Saudi Arabia, and Israel were already plotting to overrun Iran's neighbor and ally Syria with Al Qaeda to weaken the Islamic Republic before inevitable war, this quote exposes fully the current charade that is the "Iran nuclear deal."

The West has no intention of striking any lasting deal with Iran, as nuclear capabilities, even the acquirement of nuclear weapons by Iran was never truly an existential threat to Western nations or their regional partners. The West's issue with Iran is its sovereignty and its ability to project its interests into spheres traditionally monopolized by the US and UK across the Middle East. Unless Iran plans on turning over its sovereignty and regional influence along with its right to develop and use nuclear technology, betrayal of any "nuclear deal" is all but inevitable, as is the war that is to shortly follow. 

Exposing the duplicity that accompanies Western "efforts" to strike a deal will severely undermine their attempt to then use the deal as leverage to justify military operations against Iran. For Iran and its allies, they must be prepared for war, more so when the West feigns interest in peace. Libya serves as a perfect example of the fate that awaits nations reproached by the West who let down their guard - it literally is a matter of life and death both for leaders, and for nations as a whole


PERJANJIAN NUKLIR IRAN, JALAN DAMAI ATAU PERANG?

http://cahyono-adi.blogspot.com/2013/11/perjanjian-nuklir-iran-jalan-damai-atau.html#more

Baru 2 hari perjanjian nuklir Iran ditandatangani oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan di Genewa, namun "perselisihan" antara Amerika dan Iran sudah terjadi kembali.

Pada hari Selasa (26/11) Iran mengecam intepretasi perjanjian yang dirilis Amerika melalui situs resmi Gedung Putih dengan menyebutnya sebagai pernyataan pers yang "invalid".

“Apa yang telah dirilis oleh situs resmi Gedung Putih sebagai "lembar-lembar nyata" merupakan intepretasi sepihak dari teks sebenarnya yang ditandatangani di Geneva dan sebagian dari penjelasan dan kalimatnya bertentangan dengan teks "Joint Plan of Action", dan disayangkan lembaran-lembaran itu telah diterjemahkan dan dirilis oleh beberapa media massa sebagai Perjanjian Genewa, yang sebenarnya tidak benar,” kata jubir kemenlu Iran Marziyeh Afkham di Teheran, Selasa (26/11).

"Perselisihan" kecil itu sontak membuat "kesadaran" saya kembali tergugah, bahwa sebuah "konspirasi" kemungkinan telah dijalankan dalam perundingan nuklir Iran tersebut. Pikiran saya pun kembali ke sekitar bulan September dan Oktober, ketika Amerika secara tiba-tiba membatalkan rencana serangan militer terhadap Syria yang telah dipublikasikan besar-besaran. Sebulan kemudian Presiden Barack Obama menelpon Presiden Iran Hassan Rouhani dalam satu momen yang dianggap sebagai "momen paling penting tahun ini". Dilanjutkan kemudian dengan ke-aktifan Amerika dalam perundingan nuklir Iran di Genewa yang ditandatangani Minggu lalu (24/11).

Semua itu pun secara efektif berhasil mengubah Amerika, dari sosok yang gila perang, menjadi pecinta perdamaian nomor satu di dunia.

Kemudian muncul sebuah artikel di blog Land Destroyer yang dimuat ulang di situs thetruthseeker.co.uk tgl 27 November 2013, atau sehari setelah pernyataan pers kemenlu Iran tersebut di atas. Artikel itu berjudul "Nuclear Deal With Iran Prelude to War, Not “Breakthrough”" yang ditulis oleh kolumnis Tony Cartalucci. Dalam tulisan itu dicantumkan satu teks dari laporan tahun 2009 lembaga kajian yang dekat dengan kalangan neokonservatif Amerika, Brookings Institution, berjudul “Which Path to Persia?”:

“…any military operation against Iran will likely be very unpopular around the world and require the proper international context—both to ensure the logistical support the operation would require and to minimize the blowback from it. The best way to minimize international opprobrium and maximize support (however, grudging or covert) is to strike only when there is a widespread conviction that the Iranians were given but then rejected a superb offer—one so good that only a regime determined to acquire nuclear weapons and acquire them for the wrong reasons would turn it down. Under those circumstances, the United States (or Israel) could portray its operations as taken in sorrow, not anger, and at least some in the international community would conclude that the Iranians “brought it on themselves” by refusing a very good deal.”

Secara ringkas teks tersebut menyebutkan bahwa "untuk memerangi Iran diperlukan satu kondisi yang dipercayai oleh publik dunia bahwa Amerika telah memberikan kepercayaan yang tulus kepada Iran mengenai program nuklirnya, namun dikhianati oleh Iran yang ternyata berambisi untuk memiliki senjata nuklir".

Ditulis tahun 2009, ketika US bersama Saudi Arabia dan Israel tengah aktif mempersiapkan serangan terhadap sekutu utama Iran, Syria, dengan menggunakan unsur-unsur teroris Al Qaeda. Serangan itu merupakan serangan pendahuluan untuk melemahkan Iran sebelum serangan langsung terhadap Iran akhirnya tidak bisa dielakkan.

Isu tentang senjata nuklir Iran sebenarnya tidak berdasar sama sekali. Program nuklir Iran sepenuhnya dalam pengawasan IAEA untuk keperluan damai. Sama seperti program nuklir damai di negara-negara lain. Bahkan beberapa negara lain yang secara diam-diam memiliki senjata nuklir tanpa persetujuan PBB, aman tidak tersentuh: Jepang, Brazil, Afrika Selatan, Korea Utara, Pakistan, India dan Israel. Namun isu senjata nuklir Iran diperlukan Amerika karena Iran, yang salah satu landasan idiologinya adalah pembebasan Palestina dari pendudukan Israel, dianggap sebagai musuh nyata bagi dominasi Amerika-Israel.

Jadi buat apa, setelah bersusah payah selama bertahun-tahun menciptakan ketegangan isu senjata nuklir Iran, Amerika tiba-tiba saja mau repot-repot berdamai dengan Iran?
REF:
"Nuclear Deal With Iran Prelude to War, Not “Breakthrough”"; Tony Cartalucci; Land Destroyer; 26 November 2013

"Iran Strongly Rejects Text of Geneva Agreement Released by White House"; Fars News Agency; 26 November 2013

1 komentar: