Selasa, 04 Februari 2014

ARAB SPRINGS DI LIBYA-TUNISIA-MESIR-SURIAH.....DLL.. TELAH MEMBAWA PETAKA DAN KEHANCURAN SISTEM KERAKYATAN YANG SUDAH MAPAN SELAMA INI..>>> KINI... KONDISI MENJADI PEMERINTAHAN MODEL DEMOKRASI BARAT... MEMBAWA CARUT MARUT DAN SISTEM ABSURD...DAN KE VACUMAN.. DAN BAHKAN KEMUNDURAN.. DISEGALA BIDANG... DAN KEDAULATAN NEGARA2 HASIL KEMENANGAN PARA PEMBERONTAK ITU...>>> KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT YANG SELAMA WAKTU SEBELUMNYA... MEMBERIKAN JAMINAN KEMAKMURAN DAN KEAMANAN BAGI RAKYAT SEMESTA...??>>>. ...KINI RAKYAT MENJADI KORBAN YANG TAK TERPERIKAN... KESENGSARAAN DAN KEHANCURANNYA... ???>> MISI ARAB SPRINGS YANG DIDORONG-DORONG AS DAN SEKUTU2NYA.. ITU .. MEMBUAT NERAKA DI TIMUR TENGAH.. DAN KEHANCURAN MORAL POLITIK DI MESIR-LIBYA-TUNISIA..DLL...???>> WASPADALAH DAN ELING.... >>> . fakta yang tidak terbantah selama Ghadaffi menjadi pemimpin Libya yaitu mampu membawa Libya menjadi negara yang maju dan rakyatnya sejahtera. Hanya saja, sebagian rakyat Libya pernah silau dengan yang namanya demokrasi ala Barat yang kebetulan tidak ada di Libya, dan kini, demokrasi yang mereka perjuangkan tersebut tidaklah memberi manfaat apapun...>>>... Kondisi perekonomian, keamanan, dan politik di Libya telah hancur lebur. Khilafah yang di idam– idamkan akan segera tegak dan memberi rahmat pada semesta alam setelah tumbangnya Ghadaffi hanya tinggal angan– angan. Satu persatu penyesalan pun datang, terutama bagi mereka yang pernah ikut mendukung penggulingan Ghadaffi...>>> .... kesaksian dari Ustad Arifin Ilham, kesan beliau terhadap Ghadaffi yang dituliskan di status facebooknya...>>>...“Alhamdulillah, sudah tiga kali ke Libya, dan dua kali shalat berjamaah di lapangan Moratania dan Lapangan Tripoli. Shalat berjamaah yang dihadiri 873 ulama seluruh dunia dan rakyat Libya, dengan Imam langsung Muammar Ghadaffi, bacaan panjang hampir 100 ayat Al Baqarah, sebagian besar jamaah menangis, sebelumnya diawali dengan syahadat 456 muallaf dari suku2 Afrika, dakwah beliau selalu mengingatkan tentang ancaman zionis dan blok Barat, pemimpin Arab boneka AS, dan selamatkan Palestina…”..>> ... kabar miring tentang almarhum berhembus kencang semenjak adanya perlawanan dari Green Resistence (kelompok yang pro Ghadaffi) atas pemerintahan boneka di Libya. Di Libya sebelah selatan pemberontakan itu meletus, dan menurut kabar terakhir kota Sabha telah dikuasai penuh oleh Green Resistence...>>> ...Untuk menjamin keberlangsungan pertanian bagi rakyatnya, Ghadaffi menghabiskan lebih dari USD 10 milyar untuk membangun sungai buatan manusia terbesar dan sepanjang 2800km agar rakyatnya bisa bertani. Ghadaffi berhasil menjadikan padang tandus Libya menjadi lahan hijau yang menghasilkan buah dan sayur – sayuran..>>> ...Ghadaffi berhasil membawa Libya dalam kemakmuran dengan pengolahan gas yang merupakan kekayaan alam yang terbesar di Libya. Pekerjaan dengan gaji tinggi dan juga biaya hidup yang rendah tersedia bukan hanya bagi rakyat Libya, tapi juga pekerja asing dari Mesir, Tunisia, Bangladesh, Thailand, Filipina, bahkan Perancis, Jerman, dan AS. Libya termasuk satu negara termakmur di dunia mengalahkan Singapura, Selandia Baru, Spanyol, dimana listrik, sekolah dan biaya kesehatan semuanya gratis...>>> ....Dalam perspektif Israel, senjata-senjata Hizbollah merupakan garis pertahanan pertama Iran dari serangan Israel. Israel juga menilai, Bashar al Assad juga berkepentingan untuk menjaga jalur suplai senjata dari Iran ke Hizbollah...>>> ...Beberapa pejabat inteligen Amerika menyebutkan bahwa personil-personil satuan elit Iran, Al Quds Force, terlibat langsung dalam pengiriman senjata-senjata canggih Iran ke Suriah. Dengan senjata-senjata tersebut, Hizbollah bisa menyerang sasaran di Israel, termasuk pesawat-pesawat terbang Israel, dari wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah. Dengan adanya ancaman-ancaman itulah, Israel berkepentingan untuk menjadikan konflik Suriah terus berlanjut. Setidaknya, kaki tangan Israel yang kini memerangai pemerintah Suriah, akan menyibukkan poros anti-Israel Iran-Hizbollah-Suriah...>>> ...Para analis militer meyakini Hizbollah memiliki lebih dari 100.000 rudal yang mengarah ke Israel. Rudal-rudal itu terdapat di berbagai wilayah di Lebanon, membuat Israel mengalami kesulitan untuk menghancurkannya sekaligus dengan serangan udaranya. Dengan kemampuan pertahanannya yang semakin canggih, risiko serangan udara Israel juga semakin berat bagi Israel...>>> ...Para pejabat Amerika dan Israel meyakini Hizbollah telah berhasil mendapatkan beberapa komponen penting sistem rudal tersebut (radar, peluncur dan pengendali rudal serta rudalnya) selama koflik Suriah tahun lalu. Di antaranya adalah komponen penting rudal anti-kapal Yakhont. Namun rudal-rudal tersebut masih belum siap dioperasikan karena masih ada bagian-bagian tertentu yang tertinggal....>>> ....inteligen Amerika dan Israel meyakini Hizbollah berhasil mendapatkan 12 sistem rudal anti-kapal yang dikirimkan melalui Suriah. Israel telah berusaha menghentikan pengiriman rudal-rudal tersebut pada dengan serangan udara pada bulan Juli dan Oktober 2013, namun hasilnya tidak begitu meyakinkan Israel....>>> Konflik Suriah telah menjadi medan perang tersendiri bagi Israel dengan Hizbollah, dan beberapa serangan udara Israel atas beberapa fasilitas militer di Suriah menjadi salah satu bentuknya. Para pejabat Israel dan Amerika percaya, Hizbollah berhasil menjadikan konflik Suriah sebagai pelindung operasi-operasi “penyelundupan” senjata-senjata canggih ke Lebanon melalui Suriah....>>>

 

Hizbollah, Iran dan Ancamannya bagi Israel 

http://cahyono-adi.blogspot.com/2014/02/hizbollah-iran-dan-ancamannya-bagi.html#.UvD2VfteFkg


Berbagai sumber menyebutkan bahwa beberapa komponen rudal anti-kapal canggih telah diselundupkan ke Lebanon melalui Suriah, bagian demi bagian, untuk menghindari pengawasan inteligen Israel. Sementara berbagai senjata canggih yang bisa menghancurkan pesawat, kapal hingga pangkalan-pangkalan militer Israel telah tersimpan di gudang-gudang rahasia milik Hizbollah di Suriah. Setidaknya, demikian keyakinan para pejabat keamanan Israel dan Amerika.

Saat senjata-senjata itu sampai di tangan Hizbollah, maka Israel akan semakin kesulitan untuk menundukan musuh bebuyutannya itu dalam perang yang terjadi di masa mendatang.

Iran berkepentingan untuk meningkatkan daya tempur Hizbollah untuk membuat Israel berfikir 2 kali sebelum memutuskan menyerang Lebanon, Iran, atau sekutu-sekutu Iran lainnya. Bantuan senjata kepada Hizbollah berarti juga memperkuat kedudukan sekutu Iran Presiden Suriah Bashar al Assad dan sekaligus mengamankan jalur suplai antara Iran dan Hizbollah di Lebanon.


Israel tercatat telah 5 kali melakukan serangan udara sepanjang 2013 lalu dalam upayanya menghentikan pengiriman senjata-senjata canggih Hizbollah melalui Suriah. Israel dan Amerika meyakini, serangan-serangan tersebut berhasil menghentikan untuk sementara pengiriman rudal-rudal anti-pesawat SA-17 buatan Rusia dan rudal-rudal Fateh-110 buatan Iran. Rudal Fateh-110 adalah kiriman dari Iran, namun SA-17 berasal dari Suriah sendiri.

Namun demikian inteligen Amerika dan Israel meyakini Hizbollah berhasil mendapatkan 12 sistem rudal anti-kapal yang dikirimkan melalui Suriah. Israel telah berusaha menghentikan pengiriman rudal-rudal tersebut pada dengan serangan udara pada bulan Juli dan Oktober 2013, namun hasilnya tidak begitu meyakinkan Israel.

Para pejabat Amerika dan Israel meyakini Hizbollah telah berhasil mendapatkan beberapa komponen penting sistem rudal tersebut (radar, peluncur dan pengendali rudal serta rudalnya) selama koflik Suriah tahun lalu. Di antaranya adalah komponen penting rudal anti-kapal Yakhont. Namun rudal-rudal tersebut masih belum siap dioperasikan karena masih ada bagian-bagian tertentu yang tertinggal.

Para analis militer meyakini Hizbollah memiliki lebih dari 100.000 rudal yang mengarah ke Israel. Rudal-rudal itu terdapat di berbagai wilayah di Lebanon, membuat Israel mengalami kesulitan untuk menghancurkannya sekaligus dengan serangan udaranya. Dengan kemampuan pertahanannya yang semakin canggih, risiko serangan udara Israel juga semakin berat bagi Israel.

Beberapa pejabat inteligen Amerika menyebutkan bahwa personil-personil satuan elit Iran, Al Quds Force, terlibat langsung dalam pengiriman senjata-senjata canggih Iran ke Suriah. Dengan senjata-senjata tersebut, Hizbollah bisa menyerang sasaran di Israel, termasuk pesawat-pesawat terbang Israel, dari wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah. Dengan adanya ancaman-ancaman itulah, Israel berkepentingan untuk menjadikan konflik Suriah terus berlanjut. Setidaknya, kaki tangan Israel yang kini memerangai pemerintah Suriah, akan menyibukkan poros anti-Israel Iran-Hizbollah-Suriah.

“Tidak bisa dibantah bahwa Israel berkepentingan dengan kondisi chaos di Suriah tanpa harus terlibat langsung di dalamnya,” kata Steven Simon dari International Institute for Strategic Studies di Washington dan bekas pejabat keamanan senior pemerintahan Barack Obama.

Rudal Jinjing Iran

Sementara itu Iran baru saja “meresmikan” 2 senjata andalan barunya, rudal anti-pesawat jinjing Misagh 1 dan Misagh 2. Sebagaimana dilaporkan media pemerintah “Tasnim” pada 8 Desember 2013 lalu, rudal-rudal tersebut diklaim lebih canggih dibanding senjata-senjata sejenis Stinger buatan Amerika dan RBS-70 buatan Swedia.

Menurut laporan tersebut kedua rudal tersebut memiliki panjang 1,5 meter dan bisa menembak jatuh sasaran pada ketinggian hingga 4.000 meter. Menurut laporan tersebut Misagh 1 memiliki kecepatan 600 km/detik (2.100 km/jam) sedangkan Misagh 2 850 meter/detik (3.100 km/jam). Kedua rudal dilengkapi teknologi “tembak dan lupakan” yang memungkinkannya meluncur ke sasaran bergerak dengan tepat. Sistem pemandu rudal ini adalah sistem pencari infra merah.

Kepemilikan rudal-rudal ini tentu saja semakin membuat Amerika dan Israel khawatir. Dengan kemudahannya dibawa ke-manapun, mudah ditembakkan serta mudah disembunyikan, senjata ini sangat ideal digunakan oleh satuan-satuan militer yang menerapkan strategi perang gerilya, sebagaimana dianut oleh Hizbollah.

Pada tahun 2002 sekelompok militan Kenya menembakkan rudal jinjing buatan Rusia SA-7 terhadap pesawat penumpang Israel yang berisi 261 penumpang dan awaknya. Meski hanya nyaris tepat sasaran, serangan tersebut menggugah kesadaran tentang berbahayanya rudal seperti itu.

Sebuah laporan yang dikeluarkan Federation of American Scientists mengingatkan tentang ancaman penyebaran rudal-rudal jinjing terutama di tangan kelompok-kelompok teroris. Inteligen Amerika sendiri telah bertahun-tahun melakukan operasi untuk melacak dan mengambil alih rudal-rudal jinjing dalam peredaran “pasar gelap” terutama setelah tumbangnya regim Moammar Khadaffi yang berdampak pada hilangnya sejumlah besar rudal jinjing milik militer Libya.

Laporan tersebut menyebutkan Misagh-1 dan Misagh-2 sebagai rudal jinjing generasi ketiga dan keempat yang telah dimiliki oleh beberapa kelompok militan, yang kemungkinan besar adalah Hizbollah.

Sejak kekalahannya dalam perang melawan Hizbollah tahun 2006, Israel meningkatkan kemampuan perang sibernya untuk melacak jaringan komunikasi antara Iran, Hizbollah dan Suriah, terutama untuk mencegah pengiriman senjata-senjata canggih dari Iran ke Hizbollah, Iran ke Suriah ataupun Suriah ke Hizbollah. Dan pada tahun 2012 Israel mengetahui bahwa Iran, kareka kekhawatiran perkembangan konflik Suriah, berupaya meningkatkan volume pengiriman senjata kepada Hizbollah terutama sistem-sistem peluru kendali modern.

Dalam perspektif Israel, senjata-senjata Hizbollah merupakan garis pertahanan pertama Iran dari serangan Israel. Israel juga menilai, Bashar al Assad juga berkepentingan untuk menjaga jalur suplai senjata dari Iran ke Hizbollah.

Dalam rangka mencegah pengiriman tanpa harus masuk ke wilayah udara Suriah yang telah dilengkapi sistem pertahanan udara yang lebih canggih sekaligus menghindarkan kemarahan internasional, Israel menerapkan taktik baru, yaitu menembak dari udara Israel. Para pilot Israel dilatih melakukan taktik penembakan “lofting”, yaitu terbang dengan kecepatan tinggi dan ketinggian maksimal sembari mengarahkan rudalnya ke sasaran yang jauh di Suriah. Energi kinetik dari kecepatan dana ketinggian mambantu meningkatkan daya jangkau rudal-rudal yang ditembakkan dari pesawat pembom Israel.

Serangan pertama Israel terjadi tgl 30 Januari 2013 dengan sasaran konvoi pengiriman rudal anti-pesawat SA-17 buatan Rusia. Selanjutnya pada bulan Mei 2013 Israel mendeteksi pengiriman rudal Fateh-110 melalui pesawat terbang yang hendak mendarat di bandara Damaskus. Israel melakukan serangan “lofting” dari atas udara Lebanon pada tgl 2 Mei 2013. Pada bulan yang sama inteligen Israel dan Amerika mendeteksi pengiriman rudal anti-kapal Yakhont yang mampu menembak sasaran dengan tepat di balik horison.

Pada tgl 5 Juli Israel menembak beberapa sasaran berupa gudang penyimpanan militer di Latakia, Suriah, yang diyakini menyimpan rudal-rudal Yakhont. Setelah serangan terjadi, satelit inteligen Amerika mengetahui bahwa militer Suriah menghancurkan sisa-sisa serangan yang masih utuh, yang disimpulkan bahwa Suriah berupaya menimbulkan kesan bahwa serangan Israel berhasil menghancurkan seluruh isu gudang, meski yang sebenarnya tidak demikian.

Analisis inteligen Amerika dan Israel kemudian menyimpulkan bahwa serangan di Latakia hanya menghancurkan sebagian kecil sasaran dan sebagian besar lainnya telah dipindahkan sebelumnya. Maka pada tgl 30 Maret Israel kembali melakukan serangan udara.

Setelah serangan terakhir, para analis Israel mengatakan kepada mitra Amerikanya bahwa sebagian besar rudal Yakhont yang disasar berhasil dihancurkan, sementara sisanya teronggok di beberapa gudang rahasia. Mereka percaya, sebagian komponen rudal-rudal itu kini telah sampai di gudang-gudang rahasia milik Hizbollah meski Israel telah berusaha keras untuk mencegahnya.
 
“Hizbollah sangat-sangat pintar,” kata seorang pejabat keamanan senior Amerika.
“Dan mereka sangat sabar,” tambahnya.


Keterangan: tulisan asli ada di situs liputanislam.com tgl 27 Januari 2013


2 komentar:

Mapenda Kemenag Sanggau mengatakan...
Kadang saya sesekali ingin juga membaca berita diblog ini.... hanya ingin tahu saja berita dari media syiah....., hanya pengen kayak apa berita yang ditampilkan berita dari corong syiah..., maaf ya numpang ngomentar doank..
abu bakar mengatakan...
tidak mudah menjadi hakim yang adil...janganlah kebencian kamu terhadap sesuatu kaum menyebabkan kamu tidak bertindak adil...keadilan memerlukan kita melihat dengan kedua biji mata kita,,bukan melihat dengan satu mata/dajjal ...saya percaya dajjal dengan melihat dengan sebelah matalah yang disebutkan nabi,,,menyebabkan kita tidak bertindak adil...dan dalam dunia orang buta ...orang bermata satu menjadi raja...bermaksud begitu ramai ummat dipimpin sang bermata satu...akibat kebutaan tersebut

Ghadaffi, Antara Cinta dan Cerca

 http://cahyono-adi.blogspot.com/2014/02/ghadaffi-antara-cinta-dan-cerca.html#.UvD68_teFkg
 
 
 
Ghadaffi telah berpulang. Pemerintahannya pun tumbang dan tinggallah kini Libya yang carut marut penuh luka. Kondisi perekonomian, keamanan, dan politik di Libya telah hancur lebur. Khilafah yang di idam– idamkan akan segera tegak dan memberi rahmat pada semesta alam setelah tumbangnya Ghadaffi hanya tinggal angan– angan. Satu persatu penyesalan pun datang, terutama bagi mereka yang pernah ikut mendukung penggulingan Ghadaffi.

Meskipun begitu, sosok Ghadaffi belum lepas dari pemberitaan media. Sosoknya yang nyentrik, disebut sebut diktator dan bertindak kejam kepada lawan politiknya. Dikecam juga karena menjadi penguasa Libya selama 42 tahun tanpa adanya ‘penyegaran’. Terlepas dari semua itu, ada fakta yang tidak terbantah selama Ghadaffi menjadi pemimpin Libya yaitu mampu membawa Libya menjadi negara yang maju dan rakyatnya sejahtera. Hanya saja, sebagian rakyat Libya pernah silau dengan yang namanya demokrasi ala Barat yang kebetulan tidak ada di Libya, dan kini, demokrasi yang mereka perjuangkan tersebut tidaklah memberi manfaat apapun.

Dan kini, nama Ghadaffi mulai santer lagi terdengar. Bukan lantaran penentangannya kepada Barat, bukan pula karena sumbangsihnya untuk Libya, namun karena ada sisi gelap Ghadaffi yang diekspos ke media. Dikabarkan, Ghadaffi semasa menjabat adalah seorang yang maniak seks dan seringkali memperkosa gadis muda yang dia suka. Setiap kali tertarik kepada seorang gadis, Ghadaffi hanya tinggal tunjuk dan kemudian pengawalnya yang akan menyelesaikan urusannya. Gadis  yang ditunjuk akan dipaksa untuk melayani hasrat Ghadaffi setelah terlebih dahulu diperiksa dokter yang memang ditugaskan khusus untuk itu. Seorang gadis yang konon pernah diperkosa selama tujuh tahun lamanya angkat bicara mengenai tabiat Ghadaffi yang sangat buruk. Gadis itu, menurut pengakuannya berhasil lolos dari penjara bawah tanah Ghadaffi dan berkicau ke media. Selain memperkosa, Ghadaffi juga dituduh menyiapkan dokter yang akan mengaborsi gadis- gadis korbannya tersebut jika sampai hamil.

Ghadaffi sudah meninggal dunia, rasanya sulit untuk mengklarifikasi tuduhan tersebut apakah benar atau tidak. Bagaimanapun, melihat dari tanggapan yang muncul dari masyarakat tentang ‘kebiadaban’ Ghadaffi, maka akan tampak sah-sah saja jika kemudian dia digulingkan. Sah saja jika Ghadaffi kemudian diseret oleh tentara NATO di akhir hayatnya. Hukuman yang setimpal untuk seorang penjahat. Bahkan jika lebih dari itu pun akan sah-sah saja untuk seorang manusia sekejam itu jika hal itu benar. Namun, apakah hanya itu saja yang kita ketahui dari Ghadaffi?

Ghadaffi berhasil membawa Libya dalam kemakmuran dengan pengolahan gas yang merupakan kekayaan alam yang terbesar di Libya. Pekerjaan dengan gaji tinggi dan juga biaya hidup yang rendah tersedia bukan hanya bagi rakyat Libya, tapi juga pekerja asing dari Mesir, Tunisia, Bangladesh, Thailand, Filipina, bahkan Perancis, Jerman, dan AS. Libya termasuk satu negara termakmur di dunia mengalahkan Singapura, Selandia Baru, Spanyol, dimana listrik, sekolah dan biaya kesehatan semuanya gratis.

Untuk menjamin keberlangsungan pertanian bagi rakyatnya, Ghadaffi menghabiskan lebih dari USD 10 milyar untuk membangun sungai buatan manusia terbesar dan sepanjang 2800km agar rakyatnya bisa bertani. Ghadaffi berhasil menjadikan padang tandus Libya menjadi lahan hijau yang menghasilkan buah dan sayur – sayuran

Ada kesaksian dari Ustad Arifin Ilham, kesan beliau terhadap Ghadaffi yang dituliskan di status facebooknya.

    “Alhamdulillah, sudah tiga kali ke Libya, dan dua kali shalat berjamaah di lapangan Moratania dan Lapangan Tripoli. Shalat berjamaah yang dihadiri 873 ulama seluruh dunia  dan rakyat Libya, dengan Imam langsung Muammar Ghadaffi, bacaan panjang hampir 100 ayat Al Baqarah, sebagian besar jamaah menangis, sebelumnya diawali dengan syahadat 456 muallaf dari suku2 Afrika,  dakwah beliau selalu mengingatkan tentang ancaman zionis dan blok Barat, pemimpin Arab boneka AS, dan selamatkan Palestina…”

Terlepas dari kemungkinan benar atau salah, yang pasti, kabar miring tentang almarhum berhembus kencang semenjak adanya perlawanan dari Green Resistence (kelompok yang pro Ghadaffi) atas pemerintahan boneka  di Libya. Di Libya sebelah selatan pemberontakan itu meletus, dan menurut kabar terakhir kota Sabha telah dikuasai penuh oleh Green Resistence.

Libya mengalami kekacauan luar biasa. Masing masing kelompok saling berperang satu sama lain. Mereka berebut untuk menguasai daerah daerah kecil dan persimpangan jalan untuk menguasai sumur minyak. Green Resistance menargetkan beberapa titik penting untuk membebaskan tahanan, membasmi bandit – bandit pembunuh musuh rakyat, membasmi preman, pencuri, pemerkosa yang telah melakukan kejahatan serius terhadap rakyat Libya.

Banyak tentara bayaran NATO yang setelah berhasil menumbangkan Ghadaffi, lalu melanjutkan petualangan mereka di Suriah, dan akhirnya ditumpas oleh Tentara Arab Suriah. Tapi sayangnya, masih banyak tetap tinggal untuk menindas rakyat Libya. Mereka didukung dengan senjata dan logistik oleh NATO dan Qatar.

Akhirnya pada tanggal 28 Januari 2014, rakyat Sabha dan suku-suku bagian selatan Libya mengumumkan telah  bangkitnya Perlawanan Rakyat Libya. Perlawanan rakyat ini terdiri dari suku-suku Libya dan patriot-patriot, yang bertujuan untuk mengambil kembali negara (selain dari tangan Pemerintahan Boneka NATO) juga dari tangan kelompok radikal (dukungan dan tentara bayaran NATO), yang kebanyakan bukan berasal dari Libya.

Kelompok radikal ini meliputi: Al-Qaeda, Ikhwanul Muslimin, Ansar Al-Syariah, LIFG dan banyak lainnya.

Rakyat Sabha, Tuareg dan semua suku selatan menyerukan kepada saudaranya untuk bergabung dalam pertempuran guna membersihkan negara dari kejahatan mereka. Perlawanan Rakyat Libya saat ini telah mengembalikan kontrol dan kedaulatan atas semua wilayah Selatan Libya.

Perkembangan terbaru Libya, di Sirte misalnya. Sebuah pesawat milik perusahaan minyak ditembak jatuh, bendera hijau dinaikkan di pengadilan tinggi Sirte dan sebuah pangkalan militer telah dibebaskan dari cengkraman NATO. Di beberapa wilayah Libya bentrokan sengit terus terjadi.

Namun, hiruk pikuk Konferensi Genewa II dan pertikaian antara kelompok jhadis di Suriah telah meredam adanya kebangkitan Green Resistance  di Libya, (atau memang sengaja diredam?). Tidak banyak terdengar , padahal saat ini Libya tengah bergolak hebat. Kenapa media Barat bungkam dan sebaliknya malah mengekspos kepribadian Ghadaffi?


Keterangan: Tulisan asli ada di situs liputanislam.com tgl 31 Januari 2013.

1 komentar:

dian adi mengatakan...
konflik bersenjata di Libya "hanya" berlangsung 9 bulan dikarenakan dua faktor penting: dikuasainya kota benghazi sebagai pangkalan militer dan "menyerahnya" presiden rusia, dmitry medvedev karena tekanan barat dengan menetapkan zona larangan terbang di atas langit libya. hasilnya, pemimpin revolusioner libya, muammar qaddafi, tumbang.

kini lihat situasi di suriah, di mana belum ada tanda-tanda penyelesaian. korban jiwa telah menembus angka 100 ribu. setelah adanya kasus senjata kimia, kini sebuah rumah sakit di kota aleppo sengaja dihancurkan pemberontak. tekanan barat atas syria sudah mulai mengendur, namun turki dan saudi masih meningkatkan tekanan atas rezim assad. kubu pemberontak kini terpecah dua, yang pertama adalah prajurit fsa yang beraliran nasionalis didukung oleh ikhwan al muslimin, dan yang kedua adalah gembong-gembong militan dari luar syria, yang berafiliasi dengan al qaeda dan hizbut tahrir. mungkinkah presiden rusia, vladimir putin, menyerah atas segala tekanan asing dan membiarkan rezim bashar al assad jatuh?

prediksi saya: sebagai bangsa yang besar, tentu rusia kali ini tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

visit juga ya: catatan-si-boss.blogspot.com

Perang Tak Terlihat di Libya

oleh Eric Draitser
http://opinipublika.blogspot.com/2014/01/perang-tak-terlihat-di-libya.html#.UvD-BfteFkg

Beberapa konflik bersenjata yang marak terjadi di Libya selatan bukan lah sekedar pertikaian antar suku. Konflik ini menggambarkan adanya aliansi antara kelompok-kelompok etnis Afrika berkulit hitam Libya dan pasukan pro-Gaddafi yang bertujuan untuk membebaskan negara mereka dari pemerintah yang didukung NATO. Hari Sabtu tanggal 18 Januari 2014, sebuah kelompok bersenjata lengkap menyerang sebuah pangkalan udara di luar kota Sabha di Libya selatan, mereka mengusir pasukan loyalis “pemerintah” perdana menteri Ali Zeidan dan menduduki pangkalan. Di waktu yang sama, laporan-laporan media dalam negeri menyebutkan bahwa militer Libya yang disebut Libyan Arab Jamahiriya sudah bergerak melalui sejumlah kota di seantero Libya. Meski minimnya  informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan karena pemerintah Tripoli yang enggan untuk bersikap terbuka, satu hal yang sudah pasti bahwa perang di Libya masih belum berhenti.

Kondisi di lapangan

Perdana menteri Libya Ali Zeidan menggelar rapat darurat pada Kongres Nasional untuk mendeklarasikan status kegawat-daruratan di Libya setelah berita bahwa penyerbuan lapangan udara mengemuka di media. Perdana Menteri mengumumkan bahwa Ia telah memerintahkan pasukan untuk menumpas pemberontakan, kemudian Ia mengatakan kepada para wartawan bahwa “konfrontasi masih berlangsung tetapi dalam beberapa jam lagi sudah bisa diselesaikan”. Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan kemudian mengklaim bahwa pemerintah pusat telah merebut kembali pangkalan udara dan menyatakan kalau “sebuah unit telah diturunkan dan akan mengatasi para pemberontak…..Situasi di selatan memang masih agak rawan sehingga memberi kesempatan bagi para kriminal yang loyal kepada rezim Gaddafi dan menyerang pangkalan udara Tamahind…tetapi kami akan melindungi revolusi dan rakyat Libya.”
Selain menyerang pangkalan udara, pernah ada beberapa serangan lain terhadap figur pemerintahan di Tripoli. Insiden terburuk mungkin adalah pembunuhan terhadap Wakil Menteri Perindustrian Hassan al-Droui di kota Sirte. Meski belum jelas apakah korban dibunuh oleh para pejuang jihadis atau pejuang resistensi Hijau, faktanya pemerintah pusat rentan terhadap serangan dan tidak mampu untuk mewujudkan otoritasnya atau memberikan keamanan bagi masyarakat. Banyak pihak berspekulasi bahwa pembunuhan terhadap korban yang dilakukan terang-terangan merupakan tren perlawanan baru yang makin meningkat oleh para pejuang resistensi Hijau pro-Gaddafi.
Kebangkitan pasukan resistensi Hijau di Sabha dan di beberapa tempat lain merupakan satu dari banyak dampak akibat permasalahan politik dan militer di Libya selatan di mana sejumlah suku dan berbagai kelompok etnis melakukan perlawanan pada apa yang mereka sebut marginalisasi politik, ekonomi dan sosial. Kelompok-kelompok seperti minoritas etnis Tawergha dan Tobou (keduanya kelompok etnis Afrika), selama ini mengalami penderitaan akibat serangan dari milisi-milisi Arab tanpa pembelaan dari pemerintah pusat. Tidak hanya mnejadi korban pembersihan etnis, mereka juga secara sistematis dibatasi dalam partisipasinya menyangkut kehidupan ekonomi dan politik Libya.
Ketegangan makin bertambah awal bulan ini ketika seorang pemimpin pemberontak dari suku Arab Awled Sleiman terbunuh. Namun bukannya menempuh jalur hukum, para anggota suku Awled menyerang suku terdekat Toubou yang keturunan Afrika kulit hitam dan menuduh suku Toubou ada kaitannya dengan pembunuhan tersebut. Pertikaian yang terjadi antara kedua suku sejak saat itu telah menewaskan lusinan orang, sehingga sekali lagi mendemonstrasikan bahwa kelompok Arab yang dominan masih memandang saudara mereka yang berkulit hitam sebagai orang asing. Peristiwa ini kemudian memicu timbulnya aliansi antara etnis Tobou, Tuareg dan berbagai kelompok etnis minoritas kulit hitam lainnya yang bermukim di Libya selatan, Chad utara dan Niger untuk mendekat pada pasukan pro-Gaddafi. Mengenai apakah benar aliansi tersebut bersifat formal atau tidak masih belum jelas, tetapi kita bisa melihat bahwa banyak kelompok-kelompok di Libya menyadari bahwa pemerintah hasil bentuk NATO tidak bisa memenuhi janjinya, oleh karena itu mereka merasa harus melakukan sesuatu.

Politik Ras di Libya

Kenyataan yang terjadi di Libya jauh dari retorika Barat mengenai “demokrasi” dan “kebebasan” yang berlangsung di negara tersebut, khususnya bagi warga Libya berkulit hitam yang status sosio-ekonomi dan politiknya kurang dihargai begitu pemerintahan Muammar Gadhafi berakhir. Di zaman Gaddhafi mereka menikmati kesetaraan politik dan perlindungan hukum, tetapi sebaliknya di era pasca kepergian Gaddhagi mereka mendapati bahwa hak-hak mereka telah dilucuti. Warga Libya berkulit hitam tidak menikmati proses integrasi ke sebuah negara demokratis tetapi secara sistematis malah dikucilkan. 
HRW (Human Rights Watch) melaporkan bahwa “kejahatan kemanusiaan berupa pengusiran paksa secara massal terus terjadi tanpa bisa dikendalikan, milisi-milisi yang umumnya berasal dari Misrata mencegah 40.000 orang dari kota Tawergha untuk pulang kembali ke kampung halaman mereka di mana mereka telah terusir sejak 2011. “Fakta ini, dikombinasi degan kisah-kisah mengerikan dan foto-foto mengenai penyiksaan, pemerkosaan dan kejahatan lain terhadap kemanusiaan, menggambarkan betapa suramnya kehidupan di Libya bagi kelompok minoritas itu.
Dalam sebuah laporan tahun 2011, Amnesty International mendokumentasikan sejumlah kejahatan serius yang dilakukan oleh “para pejuang kebebasan” Libya, yang meski dipuji oleh media Barat sebagai “pembebas”, sebenarnya telah memanfaatkan perang untuk melaksanakan eksekusi massal terhadap warga Libya berkulit hitam, begitu juga terhadap klan-klan dan kelompok etnis yang dianggap pesaing. Ini tentu saja kontras dengan perlakuan yang diterima warga Libya berkulit hitam di era pemerintah Gaddafi yang pernah dipuji oleh Dewan Hak Asasi PBB dalam laporan tahun 2011. Saat itu Dewan Hak Asasi PBB menyebut bahwa Gaddafi telah berbuat cukup jauh untuk memastikan adanya pengembangan ekonomi dan sosial, juga secara spesifik menyediakan kesempatan usaha dan perlindungan politik terhadap warga kulit hitam dan para pekerja migran dari negara-negara tetangga. Berdasarkan fakta ini, tidak heran bahwa media Al Jazeera pernah menyitat pernyataan seorang pejuang Tuarge pro-Gaddafi bulan September 2011 yang mengatakan bahwa “berperang bagi Gaddafi adalah seperti anak yang berperang bagi ayahnya….[Kami akan] siap berperang sampai titik darah penghabisan.”
Saat ini ketika kelompok etnis Toubou dan kulit hitam lainnya bertikai dengan milisi-milisi Arab, perjuangan mereka hendaknya dilihat dalam konteks untuk mencapai perdamaian dan kesetaraan. Terlebih lagi, fakta bahwa mereka harus melancarkan perjuangan bersenjata karena keterpaksaan sekali lagi menangkal pendapat para pengamat internasional sejak awal peperangan, yakni bahwa agresi NATO tidak pernah dimaksudkan untuk melindungi warga sipil atau hak asasi, tetapi semata untuk pergantian rezim demi kepentingan ekonomi dan geopolitik. Bahwa keadaan mayoritas penduduk Libya termasuk kelompok-kelompok minoritas kulit hitam lebih buruk saat ini dibandingkan di bawah kepemimpinan Gaddafi adalah fakta yang secara sengaja jarang dibicarakan. 
Hitam,hijau, dan perjuangan bagi Libya
Saya rasa terlalu cepat kalau diasumsikan bahwa kemenangan-kemenangan militer pejuang resistensi Hijau pro-Gaddafi dalam beberapa hari terakhir akan berlangsung lama, atau bahwa kemenangan itu menggambarkan pergeseran dalam lanskap politik dan militer Libya. Meski belum stabil, pemerintah boneka di Tripoli didukung secara ekonomi dan militer oleh sejumlah pemangku kepentingan terkuat di dunia, sehingga pemerintah Libya tidak akan mudah dijatuhkan oleh kemenangan-kemenangan kecil. Namun demikian, perkembangan situasi ini setidaknya merupakan sinyal dari pergeseran kekuatan di lapangan. Tidak diragukan lagi bahwa ada pertemuan kepentingan antara minoritas etnis kulit hitam dan para pejuang resistensi Hijau karena memiliki musuh yang sama yaitu milisi-milisi suku yang berpartisipasi dalam menggulingkan Gaddafi dan pemerintah pusat di Tripoli. Soal apakah aliansi tersebut bersifat formal masih belum dapat diprediksi.
Tetapi jikapun aliansi itu berkembang ke arah formal, mungkin peristiwa itu akan menjadi tonggak dalam perang yang berkepanjangan di Libya. Seperti yang ditunjukkan oleh para pejuang resistensi Hijau di Sabha, mereka mampu mengorganisasikan diri di kawasan Libya selatan dan mendapatkan dukungan besar dari rakyat setempat. Bayangkan saja kalau mereka bisa membentuk pertahanan yang kuat dan bahkan menggabungkan kekuatan di seluruh wilayah selatan Libya, mungkin saja mereka sanggup mendirikan negara independen secara de facto. Secara alami, ini tentu akan membuat NATO dan para pendukungnya berang dan menyebut aksi itu sebagai anti-demokratis dan kontra-revolusi. Hal ini wajar mengingat sasaran mereka dalam bentuk Libya bersatu yang patuh pada lembaga keuangan internasional dan kepentingan minyak tidak tercapai.
Para pengamat yang mengikuti perkembangan di Libya seyogyanya tidak terlalu membuat banyak asumsi mengenai situasi di Libya sekarang ini, mengingat bukti-bukti nyata sulit didapat. Lagipula, media Barat juga berupaya untuk benar-benar menutupi fakta bahwa pejuang resistensi Hijau eksis, bahkan aktif dan memenangkan beberapa pertempuran. Kenyataan ini menggambarkan bahwa perang di Libya masih terus berjalan, tidak peduli apakah dunia tahu atau tidak.

Palestina di Penghujung 2013 dan Rasionalitas Hamas

 

Dina Y. Sulaeman*

Laporan akhir tahun Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebutkan bahwa Israel selama tahun 2013 telah melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina sebanyak 300 kali. Antara lain, menewaskan puluhan warga Palestina dan menciderai 3753 lainnya dalam berbagai serangan terhadap wilayah Palestina. Para pemukim Zionis sepanjang tahun ini juga merusak lebih dari 10 ribu pohon zaitun milik warga Palestina. Angka ini naik 25% bila dibandingkan dengan tahun 2012.

Selama tiga tahun terakhir, perhatian dunia kepada Palestina memang banyak teralihkan oleh pemberitaan soal ‘jihad' Suriah. Bahkan perundingan damai Palestina-Israel pun sudah lama terhenti.  Meski bulan Juli tahun 2013 ini, proses perundingan diupayakan kembali, namun lagi-lagi, dunia tak terlalu hirau. Menteri Perang Israel pun dengan pongahnya berkata, "Jika Israel tidak aman, maka Gaza tidak akan pernah merasakan ketenangan" menyusul aksi bombardier jet-jet tempur Israel ke Bait Laia dan Khan Yunis baru-baru ini.

Apa Kabar Hamas?

Perjuangan bersenjata melawan Israel sejak tahun 1980-an dilakukan oleh dua milisi utama, Hizbullah dan Hamas. Keduanya selain berjuang dengan senjata, juga terlibat dalam proses politik di negara masing-masing, Lebanon dan Palestina. Hamas dan Hizbullah mendapat dukungan besar dari Iran dan Suriah. Keempatnya membentuk satu-satunya front perlawanan terhadap Israel, sementara negara-negara Arab di kawasan justru berdamai dengan negara Zionis itu.

Namun sejak tahun 2011, Hamas membelot dari kubu ini. Seiring dengan pecahnya konflik Suriah, Khaled Mashal yang selama bertahun-tahun berkantor di Damaskus (karena inilah satu-satunya kota aman bagi dirinya yang terus-menerus diincar agen-agen Mossad), diam-diam pindah ke Qatar pada Januari 2012. Emir Qatar (yang juga salah satu donatur utama pemberontak Suriah) rupanya tiba-tiba berbaik hati, menawarkan perlindungan dan uang kepada Hamas. Segera setelah itu, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengumumkan dukungannya terhadap pemberontak Suriah. Tak heran bila Assad menyindir perilaku orang-orang Hamas ini, "Sekelompok warga Palestina memperlakukan Suriah seperti layaknya hotel."

Ketegangan Hizbullah-Hamas semakin memuncak saat Hizbullah memutuskan terjun langsung ke dalam medan pertempuran Suriah. Pada pertengahan tahun 2013, Hizbullah mengirimkan pasukannya ke Qusayr di perbatasan Lebanon-Suriah, yang menjadi basis pasukan pemberontak. Di Qusayr, tentara Hizbullah terpaksa berperang melawan pasukan Hamas yang rupanya membantu para pemberontak.

Di titik inilah Hamas telah kehilangan rasionalitasnya. Aktor rasional, dalam terminologi politik, adalah aktor yang mampu memilih keputusan yang paling menguntungkan dirinya. Secara rasional, Hamas seharusnya mengabaikan masalah mazhab, mengingat selama ini yang membantunya adalah negara atau kelompok yang tidak memperdulikan masalah mazhab dalam membela Palestina (bahkan masyarakat Barat pun aktif membantu Palestina). Yang harus diperjuangkan Hamas seharusnya adalah kemerdekaan Palestina. Namun mereka malah mencurahkan energi untuk menumbangkan Assad yang selama ini menjadi teman seperjuangan dalam melawan Israel. Alasannya hanya satu, karena (salah satu faksi) pemberontak Suriah adalah Ikhwanul Muslimin, yang rupanya satu ‘aliran' dengan Hamas. Pertimbangan keputusan Hamas hanyalah didasarkan pada sentimen mazhab. Hamas memilih berpihak pada rezim Sunni-Wahabi di Qatar, Turki, dan Saudi untuk menggulingkan Assad yang dianggap rezim Syiah.

Padahal, sekali lagi, perjuangan melawan Israel tidaklah melibatkan mazhab. Hamas sejak 2006 menerima bantuan dana 1,5 juta poundsterling per bulan dari Iran (yang bermazhab Syiah). Sikap Hamas yang mengkhianati front perjuangan melawan Israel telah membuat Iran menghentikan bantuan dananya kepada Hamas. Akhirnya,  Hamas mengaku kesulitan keuangan. Sebagaimana dikutip The Telegraph (31/5), Ghazi Hamad, Wakil  Menlu dari Hamas menyatakan, "Saya tidak bisa memberikan angka tepatnya [bantuan Iran]. Untuk mendukung revolusi Suriah, kami sudah kehilangan [dana] sangat banyak. Sejak tahun 2006 Iran mendukung Hamas dengan uang dan banyak hal lainnya. Tetapi situasinya tidak seperti di masa lalu."

Bukan cuma Hamas sebagai organisasi yang tidak rasional. Orang-orang Palestina pun (meski tak mengatasnamakan organisasi) banyak juga yang kehilangan orientasi: melupakan Israel dan Suriah sebagai medan jihad. Mereka mau saja direkrut oleh pasukan pemberontak untuk berperang di Suriah, antara lain tergabung dalam battalion Aknaf Bayt al-Maqdis.

Pengeboman Kedubes Iran di Beirut pada 19 November lalu juga bentuk kehilangan akal ini. Pengeboman yang menewaskan sekitar 25 orang dan melukai sekitar 150 orang lainnya itu dilakukan oleh orang Palestina bernama Adnan Mousa Muhammad. Hamas tak berkomentar atas kejadian ini. Namun, pejabat Otoritas Palestina segera menyatakan perilaku Adnan adalah aksi individual dan pengecut yang tidak merepresentasikan pemerintahan Palestina (MaanNews, 24/11). Pemerintahan Palestina pun sebenarnya mendua, sebagian berada di bawah Otoritas Palestina (didominasi oleh Fatah) yang berkuasa di Tepi Barat. Sementara warga Jalur Gaza berada di bawah kekuasaan Hamas. Antara Fatah dan Hamas pun selama ini saling berseteru.

Adnan tergabung dalam "Brigade Abdulllah Azzam" yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu. Dalam pernyataan yang dirilis Brigade ini,  alasan pengeboman adalah agar Iran berhenti mendukung pemerintah Suriah. Brigade ini didirikan tahun 2004 sebagai cabang Al Qaida di Irak. Abdullah Azzam adalah nama salah satu pendiri Hamas yang tewas di Pakistan pada tahun 1989. Sikap tidak rasional mereka terlihat dari target jihad mereka: mengapa medan jihadnya justru di Suriah atau Lebanon, bukan Israel?

Sebaliknya, rasionalitas tetap ditunjukkan Hizbullah. Pada November tahun 2012, Israel rupanya melancarkan serangan masif ke Gaza selama delapan hari, namun dunia tak banyak menggubris. Hizbullah tetap membantu Hamas dalam mengusir tentara Israel. Pemimpin Hizbullah pada saat itu mengatakan, "Banyak pihak yang menyatakan bahwa Israel tengah menghukum Hamas, yang ditinggalkan oleh Iran, Suriah dan Hizbullah. Tetapi pada kenyataannya, Iran, Suriah dan Hizbullah tidak akan menyerah mendukung Gaza dan perlawanannya. Ini adalah kewajiban moral dan agama serta kemanusiaan." Nasrallah bahkan mengkritik Qatar dan Arab yang aktif mempersenjatai pemberontak Suriah, namun tidak membantu Hamas (AFP,20/11/2012).

Kembalinya Rasionalitas Hamas?

Setelah perang Suriah berlalu lebih dua tahun, agaknya Hamas mulai kembali berpikir rasional. Assad dan tentara Suriah tidak berhasil digulingkan Ikhwanul Muslimin, Hizbuttahrir, maupun kelompok-kelompok jihad lain yang berafiliasi dengan Al Qaida. Kekuatan Ikhwanul Muslimin di Mesir –yang diharapkan Hamas akan menjadi patron pengganti Iran—ternyata juga ringsek digulung kudeta militer Mesir. Qatar mulai berbaik-baik dengan Iran dan tak kunjung merealisasikan bantuannya ke Hamas. Hamas pun kembali terisolir. Tak heran bila pemimpin Hamas mulai cuci tangan.

Dalam wawancara dengan televisi Al Mayadeenyang pro-Assad pada bulan Oktober 2013, Wakil Kepala Politbiro Hamas, Abu Marzouk, mengatakan bahwa dukungan Khaled Mashal kepada oposisi Suriah tak mewakili sikap resmi Hamas. Sebelumnya, pada bulan Juni 2013, Abu Marzouk bahkan bertemu dengan Hizbullah dan pejabat Iran di Lebanon, berusaha menjalin kembali perdamaian di antara mereka. Marzouk berusaha meredakan ketegangan setelah Hizbullah berencana menutup kantor Hamas di Lebanon. Pejabat Hamas di Lebanon, Rafat Murra juga menegaskan bahwa Hamas hanya akan berkonsentrasi melawan Israel. Sebagian pihak menuding bahwa salah langkah Hamas dalam konflik Suriah terletak di tangan Mashal dan Haniyah, bukan pada Hamas secara organisasi. Bila hal demikian benar, tentunya Hamas harus bertindak tegas terhadap Mashal dan Haniyah. Rasionalitas memang tetap harus dikedepankan dalam perjuangan.(IRIB Indonesia/PH)

 *peneliti di Global Future Institute, mahasiswa program doktor Hubungan Internasional Unpad

Drowning in Debt: Lebanon Loses $10 Billion Due to Syria War

Real growth would accelerate to 5% in 2014 and 6% in 2015. Government revenues would recover, leading to ... a shift in the primary balance from a deficit ... to a surplus. (Photo: Marwan Bou Haidar).

http://english.al-akhbar.com/content/drowning-debt-lebanon-loses-10-billion-due-syria-war
 
Published Tuesday, January 28, 2014
Which is the more dangerous indicator: indirect economic losses of almost $10 billion due to the Syrian crisis or paying $25 billion for "debt service" in the past seven years? The answer determines how to formulate future economic scenarios for Lebanon.
Lebanon’s "national unity" government – being concocted domestically and internationally – will only live for 4 months, until the election of a new president in May (if even that happens). But this government remains vital for the containment of the country’s continuous economic deterioration, or even to infuse some optimism, the Lebanese way. In short, this is what could be deduced from an Institute of International Finance paper published last week, titled "Lebanon: Improved Security Key to Growth Revival."
IIF experts George Abed, Garbis Iradian, and Amanda Preston suggest two principal scenarios for the next phase, based on the possibility of achieving a breakthrough on the level of local political administration or lack thereof; in other words, the possibility to form a national unity government.
The first scenario is based on the premise of the inability to form a new government and the continuation of security incidents witnessed by the country, against the backdrop of the Syrian crisis, such as the rounds of fighting in Tripoli, the car bombs and suicide bombers, and secondary events that could keep tourists away.

Such a scenario might seem disastrous. In this context, growth will be kept below 1 percent. Even worse, the "fiscal deficit would widen further to about 12 percent of GDP [and] the government debt-to-GDP ratio would increase further to 157 percent by 2015."
"Under this scenario, a sharp drop in the liquidity of the banking system (an unlikely scenario) could pose a major risk to the sustainability of the public debt," the report continues. It notes that bank deposits in Lebanon need to grow by at least 5 percent a year to ensure the financing of the government and the private sector.

The second scenario assumes "the formation of a new unity government before the end of this month, the progress of recent negotiations between the international community and Iran creating conditions that could lead to a halt in the Syrian civil war, which could help ease tensions in Lebanon, and significant improvement in the domestic security situation."
Here, the prognosis is completely reversed. "Real growth would accelerate to 5% in 2014 and 6% in 2015. Government revenues would recover, leading to ... a shift in the primary balance from a deficit ... to a surplus.”
 
The experts point to "the formation of a [national] unity government" as a main prerequisite for economic recovery. But what does recovery mean? How does the "international community" assess the health of a particular economy? Let us start with the hotter topic. Practically, a particular figure emerged from the report and was used prominently, just like similar figures are usually consumed following every international report based on purely mathematical models. Losses from the Syrian crisis in the past year reached $9.7 billion, or more than $3.2 billion a year.
To clarify, this money did not come out of anyone's coffer. Although it is a real deficit and led to the loss of jobs domestically and increased immigration, ultimately, it was unachieved growth. This economic hemorrhage will continue if local and regional political givens are not put in order and if the country does not calm down security-wise. However, it is not the major loss, which should be highlighted, during and after the Syrian crisis.
In fact, the report reminds us of a very important figure, which has more important connotations that any other indicator: the interest paid to service the debt in the past years.
Between 2007 and 2013, interest paid on Lebanese public debt was more that $25 billion. This money came out of the pockets of Lebanese citizens – whether under unity governments or unilateral governments – for the benefit of institutions, which history has shown are nothing but cartels of businessmen and interests that will never tire of sucking the blood of unfortunate societies.
Today, international experts point out that although the country is not yet feeling the brunt of the financial crisis, the size of the debt relative to the size of the economy is back to inflation (see table). The country is forced to glorify this debt and pay its unjust tax imposed by a regional and international system, which took hold of the country. It is the second biggest item in public expenditures, after wages and salaries.
IIF calls upon us to put the country back on the pre-Daraa track. "Despite frequent political turmoil, the country has never defaulted on its debt or missed a coupon payment," the report is proud to say. It links the recovery of Lebanon, post-Syrian crisis, with its ability to service its debt. Along with this analysis, the report includes the regular batch of accolades. It blesses the ability of the army of immigrant Lebanese and of the Central Bank of Lebanon, in particular, to protect the economy from collapse. Foreign currency reserves are at $37 billion, supported by 9.22 million ounces of gold, valued at $11.5 billion.
But what is the use of all of this if "Lebanon’s statistical base [prepared by the Central Administration for Statistics, the Finance Ministry, and the Central Bank] is one of the weakest in the region," in the report's own words.
Assuming the second scenario will linger in the long term. How could a country administer its future if the accounts of its decision-making circles are a "number soup”? How is it possible that nobody was able to organize Lebanon's finances in the past 25 years? (It should be clear for any rational person that the mess in accounts is required. Even the price inflation indicator used to correct salaries was dropped by the precious Council of Ministers in early 2013.)
"Funding risks remain low as most Lebanese banks have one of the lowest loan-to-deposit ratios among emerging economies," the report reassures us.
But what would that mean if it is directed to service clientelist capitalism, benefitting a particular class through various channels, where the banks are considered the most prominent? Such banks have already benefitted from central bank facilities to the amount of $1.7 billion, which were almost free (only 1 percent interest) in 2013 and are expected to receive a further $800 million this year.
These are the real questions, which should be addressed by the IIF's report or any institution that wants to review the prospects for Lebanon, before, during, and after the Syrian crisis.
This article is an edited translation from the Arabic Edition.

Scenarios: Disaster or Revival?
  First Scenario   Second Scenario  
Indicator/Year 2014 2015 2014 2015
GDP Growth 1% 1% 5% 6%
Number of Tourists (thousands) 1,237 1,202 1,344 1,747
Growth in Deposits 7% 6.5% 9% 11%
Budget Deficit to GDP -11.9% -12.2.% -9.1% -6.9%
Primary Balance to GDP -3.1% -3.3% -0.2% 3.2%
Public Debt to GDP 150.2% 156.9% 143.5% 137.3%

1 komentar:

  1. HANDPHONE ORIGINAL TERPERCAYA. Nikmati Keuntungan Berbelanja Dengan Hrg Relatif Murah,Super Promo.Kami Menawarkan Berbagai Jenis Type HP,Laptop,Camera,dll,Garansi Resmi Distributor dan Garansi TAM ....
    Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya.
    BERMINAT HUB-SMS:0857-3112-5055 ATAU KLIK WEBSITE RESMI KAMI http://www.alpha-shopelektronik.blogspot.com/
    BlackBerry>Samsung>Nokia>smartfrend>Apple>Acer>Dell>Nikon>canon>DLL

    Dijual

    Ready Stock !
    BlackBerry 9380 Orlando - Black
    Rp.900.000,-

    Ready Stock !
    BlackBerry Curve 8520 Gemini
    Rp.500.000,-

    Ready Stock !
    BlackBerry Bold 9780 Onyx 2
    Rp.800.000,-

    Ready Stock !
    Blackberry Curve 9320
    Rp.700.000,-

    Ready Stock !
    Samsung Galaxy Tab 2 (7.0)
    Rp. 1.000.000

    Ready Stock !
    Samsung Galaxy Nexus I9250 - Titanium Si
    Rp.1.500.000,-

    Ready Stock !
    Samsung Galaxy Note N7000 - Pink
    Rp.1.700.000

    Ready Stock !
    Samsung Galaxy Y S5360 GSM - Pure White
    Rp.500.000,-

    Ready Stock !
    Nokia Lumia 800 - Matt Black
    Rp.1.700.000,-

    Ready Stock !
    Nokia Lumia-710-white
    Rp. 900.000,-

    Ready Stock !
    Nokia C2-06 Touch & Type - Dual GSM
    Rp.450.000,-

    Ready Stock !
    Nokia Lumia 710 - Black
    Rp. 900.000,-

    Smartfren Andromax Z
    Rp.1,500.000

    Smartfren Andromax U Limited Edition
    Rp.1.000.000

    Tablet Asus Eee Pad Slider SL 1O1
    Rp.2.000.000

    Tablet Asus Memo Pad ME172 V
    RP.800.000

    Lenovo ldea Pad B490
    Rp.2.000.000

    Lenovo think Pad edge A86
    RP.1.500.000

    Ready Stock !
    Apple iPhone 4S 16GB (dari XL) - Black
    Rp.1.200.000,-

    Ready Stock !
    Apple iPhone 4S 16GB (dari Telkomsel)
    Rp.1.200.000,-

    Ready Stock !
    Apple iPod Touch 4 Gen 8GB
    Rp.700.000

    Ready Stock !
    APPLE iPod Nano 8GB - Pink
    Rp.500.000,-

    Ready Stock !
    Acer Aspire 4752-2332G50Mn Core i3 Win7 Home
    Rp 1.300.000

    Ready Stock !
    Acer Aspire S3-951-2364G34iss
    Rp. 1.200.000,-

    Ready Stock !
    Acer Aspire 5951G Core i7 2630 Win 7
    Rp. 2.500.000,-

    Ready Stock !
    Acer Aspire 4755G Core i5 2430 Win 7 Home Premium Green
    Rp. 2.500.000,-

    Ready Stock !
    Nikon D7000 kit 18-105mm
    Rp.1.700.000

    Ready Stock !
    Nikon D90 Kit 18-105mm Vr
    Rp 1.300.000

    Ready Stock !
    Nikon Coolpix L 120 Red
    Rp. 900.000

    Ready Stock !
    Nikon Coolpix P 500 Black
    Rp 1.000.000

    ALPHA SHOP
    alpha-shopelektronik.blogspot.com

    BalasHapus