SBY Dinilai Tunggangi Kasus Suap Wisma Atlet
Kasus suap proyek Wisma Atlet Palembang yang melibatkan bendahara
Partai Demokrat, Mohammad Nazaruddin rupannya masih terus berlanjut.
Imbas dari kasus ini bagi partai penguasa di Indonesia kian besar. Kini
ketua umum partai ini pun mulai terkena dampaknya. Terseret dalam
pusaran kasus suap proyek Wisma Atlet Jakabaring, Palembang, posisi
Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum kian terjepit.
Pertemuan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono
dengan sekitar 10 anggota Dewan Pembina adalah isyarat kuat: ada upaya
penyelamatan (citra) partai di tengah kasus yang tengah ditanggung Anas.
Popularitas dan tingkat keterpilihan partai memang tengah anjlok.
Sejumlah survei menunjukkan hal itu. Gempuran mantan Bendahara Umum
Demokrat Muhammad Nazaruddin terhadap Anas datang bertubi-tubi. Dari
ruang pengadilan, kesaksian Mindo Rosalina Manulang dan Yulianis makin
menguatkan dugaan keterlibatan Anas.
Sementara itu,
terdakwa kasus proyek Wisma Atlet, Muhammad Nazarudin, sedang menyiapkan
saksi-saksi untuk mengungkap keterlibatan Ketua Umum Partai Demokrat,
Anas Urbaningrum. Agenda persidangan Nazarudin adalah mendengarkan
keterangan sejumlah saksi dari perusahaan Nazarudin. Salah satunya
adalah Yulianis, Wakil Direktur Keuangan Grup Permai. Yulianis diduga
mengetahui aliran dana dan sejumlah proyek yang ditangani perusahaan
Nazarudin itu. Misalnya mengetahui proyek perusahaan di sejumlah
universitas atau aliran dana pada Kongres Partai Demokrat di Bandung.
Yulianis melalui pengacaranya, Ignatius Supriadi, menyatakan dia
adalah anak buah Nazarudin. Menurut Ignatius, Yulianis bertanggung jawab
kepada Nazarudin. Dia menilai janggal jika kubu Nazarudin berkukuh
bahwa Yulianis adalah anak buah Anas Urbaningrum di Grup Permai. Elza
mempersilakan Yulianis mengatakan apa saja di persidangan. "Tapi kami
punya saksi lain yang akan mengungkapkan siapa sebenarnya bos
perusahaan," kata Elza.
Sementara Anggota Dewan
Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, menyatakan partainya telah
menyiapkan antisipasi jika Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum
dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus Wisma
Atlet. Menurut dia, partai tak akan melengserkan Anas sebelum ada
keputusan KPK menjadikannya tersangka.
Sebelumnya,
Dewan Pembina Partai Demokrat melakukan rapat tertutup di kediaman Ketua
Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor. Rapat itu
konon membahas penggantian Anas Urbaningrum dari kursi Ketua Umum
Partai Demokrat. Anas disebut-sebut akan dilengserkan karena namanya
terseret dalam kasus yang melibatkan mantan Bendahara Umum Partai
Demokrat, M. Nazaruddin. Selain Anas, nama sejumlah kader Partai
Demokrat seperti Angelina Sondakh dan Mirwan Amir juga terus disebut
terlibat dalam kasus ini.
Desakan mundurnya
Anas ini juga disebabkan terus menurunnya elektabilitas partai. Anas
dianggap bertanggung jawab karena namanya ikut tersangkut dalam skandal
itu.
Soal langkah strategis yang akan ditempuh partai,
menurut Hayono, sudah disiapkan oleh Dewan Pembina Partai Demokrat.
Namun Hayono mengatakan tak berharap Partai Demokrat langsung menggusur
Anas maupun menggelar kongres luar biasa (KLB). "Saya tidak mendorong
dan tidak berharap ada pencopotan Anas ataupun KLB karena tidak ada
dasar hukumnya," ujarnya.
Ia menjelaskan, KLB bisa
saja dilakukan jika didorong oleh dua pertiga DPD dan DPC, namun tidak
ada dasar hukum untuk menggelar KLB ini. Hayono menambahkan, merosotnya
tingkat elektabilitas Partai Demokrat bukan alasan untuk melakukan KLB.
Saat ditanya apakah langkah antisipasi itu termasuk menyiapkan pengganti
Anas Urbaningrum, Hayono tak membantah atau membenarkan. "Antisipasi
itu urusan dapur, tidak bisa kami ungkapkan ke publik," ujarnya.
Di sisi lain, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum diminta tidak
banyak bicara jika memang merasa tidak terlibat dalam sejumlah proyek
pemerintah. salah satu pengacara Muhammad Nazaruddin, Junimart Girsang
menandaskan, kalau Anas merasa tidak ada hubungan apa-apa, no comment
sajalah dia. Tidak perlu membela diri apalagi sewa pengacara. Junimart
juga meminta sejumlah pihak yang tidak terkait langsung dengan perkara
ini agar menahan komentar mereka, dan bersabar menunggu fakta terungkap
di persidangan.
Wakil Direktur Grup Permai, Yulianis,
bersaksi untuk Nazar bdi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi DKI. Yulianis
diharapkan kubu Nazar, bersedia blak-blakan soal sejumlah proyek yang
digarap Grup Permai, dan siapa atasannya di perusahaan tersebut. Selama
ini, pihak Nazar menuding Anaslah bos Grup Permai.
Nazaruddin dalam sidang pekan lalu mengatakan pernah menjadi petinggi
Grup Permai. Namun, kata dia, pada 2007 ia menjual sebagian sahamnya ke
Anas, sehingga kendali perusahaan berpindah tangan. Nazar juga menyebut
ada aliran dana perusahaan ke Anas, yang salah satunya digunakan untuk
membeli mobil Toyota Alphard.
Tudingan Nazar
dibenarkan Direktur Marketing PT Anak Negeri, salah satu anak perusahaan
Grup Permai, Mindo Rosalina Manulang. Saat bersaksi untuk Nazar pekan
lalu, Rosa menyebut Anas sebagai salah satu pemilik Grup Permai.
Buktinya, nama Anas tertulis di kertas pemberitahuan yang ditempel di
gedung Permai Tower, Mampang, Jakarta Selatan.
Dalam
persidangan, terpidana 2,5 tahun penjara kasus Wisma Atlet itu pun
mengaku pernah melihat mobil Anas terparkir di depan Permai Tower. Rosa
juga membenarkan adanya pembelian saham perusahaan oleh Anas dari Nazar.
Jual-beli saham itu terjadi pada 2007, saat kantor Grup Permai masih
berlokasi di Casablanca, Jaksel
Rosa juga menyebut
Anas memiliki ruangan di lantai 4 kantor Grup Permai di Casablanca.
Pernyataan Rosa diperkuat saksi lainnya, Mohammad El Idris. Manajer
Pemasaran PT Duta Graha Indah, kontraktor proyek Wisma Atlet, itu
mengaku pernah melihat Anas di kantor Casablanca, 2008 silam.
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dinilai memanfaatkan
kasus korupsi yang dilakukan keder partainya ini, Mohammad Nazaruddin.
Pengamat politik Universitas Gajah Mada, Anak Agung Gde Ngurah Ari
Dwipayana menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang menunggangi
kasus korupsi kader Partai Demokrat untuk kepentingan citranya.
Kegiatan presiden mengumpulkan sejumlah aktivis antikorupsi di Istana
Negara merupakan bagian dari itu. Agung Ari melihat, Presiden Yudhoyono
sudah melihat sinyal kuat tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap
kader partainya. Dia menyatakan, Yudhoyono sudah memprediksi kasus ini
akan meluas ke sejumlah pengurus partai yang disebut Nazaruddin.
"Termasuk ketua umum," kata dia.
Pengumpulan aktivis
antikorupsi, kata Agung Ari, seolah menjadi pesan kepada publik,
Presiden serius memberantas korupsi. Termasuk membersihkan sejumlah
kader partai yang dianggap bermasalah. Kasus korupsi yang membeli
pengurus partai dinilai oleh presiden akan melemahkan citra. Dia
menilai, kasus ini digunakan oleh Yudhoyono untuk memperkuat patron
dirinya di internal Partai Demokrat.
Agung Ari
menilai, Partai Demokrat terlalu cepat menjadi partai besar. Partai ini
mengambil kader dari siapa saja yang ingin masuk ke politik. Akibatnya,
partai menjadi tempat penampungan berbagai macam orang dan kepentingan.
Dia melihat Partai Demokrat menjadi tempat persembunyian orang-orang
yang bermasalah. "Bukan karena kesamaan ideologi," kata dia. Yudhoyono
ingin memakai momen kasus Nazaruddin termasuk kader lain yang diduga
terkait serta pengumpulan aktivis antikorupsi untuk mendongkrak kembali
citra partainya. (IRIB Indonesia/Tempo)
|
Soal Kasus Suap Wisma Atlet, Mungkinkah Anas Dijebak?
OPINI | 27 January 2012 | 08:56http://politik.kompasiana.com/2012/01/27/soal-kasus-suap-wisma-atlet-mungkinkah-anas-dijebak/
Menonton
Program KABAR PETANG TV One Kamis sore 26 Januari 2012, terlihat sekali
Presenter TV One menggigiring opini bahwa Anas adalah orang yang paling
bersalah terhadap turunnya elektabilitas Partai Demokrat hingga
mencapai 15 % berdasarkan survey Lingkaran Survey Indonesia. Pada bulan
Juni 2012 yang lalu Lingkaran Survey Indonesia mencatat Elektabilitas
Partai Demokrat masih diangka 20 %, menurunya Kepercayaan Publik
terhadap Partai Demokrat ini berdasarkan pengamatan Saya TV One berusaha
menggiring pemirsa TV dengan menjadikan Anas kambing hitam dan pantas
dilengserkan dari Ketua Umum Partai Demokrat.
Saya
tidak terlalu peduli mau bagaimanapun kondisi Partai Demokrat kalau
perlu dibubarkan saja sehingga tidak ada lagi Partai Demokrat di bumi
Indonesia yang menurut saya lebih cendrung menjadi corong kelompok
Liberal Sekulerisme, Kapitalisme. Saya hanya melihat apa yang buat TV
One tidak wajar terhadap Anas Urbaningrum khususnya.
Ketidakwajaran ini
menimbulkan pertanyaan besar mungkinkah Anas Urbaningrum di jebak dan
direncanakan dikanibalisasi dengan kasus Suap Sea Games Wisma Atlet?
Saya mencoba mengajak Anda untuk mengupas sedikit demi sedikit soal ini.
Ketika
Kongress Partai Demokrat ada 3 kandidat kuat untuk terpilihnya menjadi
Ketua Umum yaitu Marzuki Ali, Anas Urbaningrum dan Andi Malaranggeng.
Ketika itu Saya sebagai pemerhati berharap memang Anas lah yang terpilih
nantinya, alasan saya lebih kepada ideologis bahwa Anas masih tidak
terlalu “berbahaya” ketimbang Marzkuki Ali dan Andi Malaranggeng yang
dikenal sangat liberal dan sekuler dengan pemikiran-pemikiran mereka.
Susilo Bambang Yudhoyonopun lebih memilih Anas untuk dijadikan Ketua
Umum meneruskan Hadi Utomo.
Menariknya,
Saya memprediksi memang Anas Urbaningrum akan “sulit” ketika mencapai
posisi tersebut, dipastikan kelompok-kelompok Liberal Sekulerisme tidak
akan tinggal diam terlebih para pakar Liberal Seklurisme mulai menjadi
anggota seperti Ulil Abshar Abdalah yang kemudian membuat pencitraan
dirinya melalui BOM BUKU beberapa waktu lalu.
Lalu
Apa hubunganya dengan TV One dalam kajian Saya ini? Baiklah, Anas
Urbaningrum saat ini menjadi sorotan media dan dicap bersalah oleh TV
One khususnya dalam dau tiga hari terakhir, inilah target kelompok yang
ingin Anas terguling dari posisinya baik dari tubuh Demokrat sendiri
maupun dari kelompok Sekuler diluar tubuh Demokrat.
Coba
Anda tanyakan, mengapa Kasus Kemenpora yang ditukangi ANDI MALARANGGENG
tidak diblow up media? Dan rasanya kisah KEMENPORA itu terasa tenggelam
saja, tidak ada kabar beritanya, usaha-usaha menyeret Andi Malaranggeng
dalam kasus suap Wisma Atlet Sea Games juga terasa dibuat berat, tetapi
Anas yang menjadi bertubi-tubi dibantai ketimbang Andi Malaranggeng.
Saya
pikir tidak ada yang tidak mengetahui jika Andi Malaranggeng merupakan
saudaranya Rizal Malaranggeng, Siapa Rizal Malaranggeng? Rizal
Malaranggeng adalah Sahabat Karib Abu Rizal Bakrie hal
inipun terungkap ketika Gayus Tambunan “tertangkap” kamera saat
menyaksikan pertandingan tenis di bali. Di Moment yang sama ada
Abu Rizal Bakrie dan tentunya Rizal Malaranggeng, Rizal Malaranggeng
menyatakan di media bahwa Abu Rizal Bakrie adalah sahabatnya. Semua
orang pun tahu jika Abu Rizal Bakrie itu adalah pemilik TV One
.
Penggiringan opini oleh TV One agar Anas Urbaningrum dicopot
jabatannya dari Ketua Umum Partai Demokrat kemungkinan adalah “pesan”
dari pemegang saham TV One dalam hal ini adalah Abu Rizal Bakrie, Abu
Rizal Bakrie juga merupakan Ketua Umum Partai Golkar. Mengapa?
Karena
Anas Urbaningrum mantan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam,
Sepengetahuan saya ketika Saya menjadi Ketua Karateker pendirian HMI
dikampus saya periode 2008-2001, HMI selalu dikaitkan dengan GOLKAR
sejak Akbar Tanjung yang juga Mantan Ketua Umum PB HMI “menguasai”
Golkar seumur hidupnya, walau tidak bisa disebut Organisasi dibawah
Golkar, Alumni HMI disarankan untuk selalu mengarah Ke Golkar, Kakak
Senior Saya di HMI Kalimantan Barat saat ini sudah menjadi Anggota Dewan dari Partai Golkar sebagai bukti nyatanya.
Ketika
Anas Urbaningrum menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dimana Anas
Urbaningrum juga adalah mantan Ketua Umum PB HMI paling tidak
“mengganggu” opini bahwa semua alumni HMI akan menjadi kader Golkar,
Golkar dalam hal ini Akbar Tanjung masih sebagai dewan Pembina
dipastikan melihat kondisi ini sangat tidak bagus untuk Golkar di masa
mendatang, maka diupayakankalah agar Anas Urbaningrum tidak lagi
menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Sebagaimana
publik ketahui bahwa Partai Golkar dan Partai Demokrat ini terjadi
“perang dingin” dengan kisah ikan salmon beberapa waktu lalu sebagai
contohnya. Mereka (Golkar-Demokrat) seperti akur padahal saling jegal
dan saling menghancurkan.
Tujuan dari opini “gulingkan” Anas Urbaningrum adalah menghancurkan Partai Demokrat sebagai
pesaing Golkar pada pemilu mendatang sekaligus menghancurkan kekuatan
Demokrat di mata rakyat dengan harapan elektabilitas Partai Demokrat
semakin hancur, sudah dipastikan kelompok Liberal Sekulerisme dalam hal
ini Rizal Malaranggeng yang merupakan sahabat karibnya Abu Rizal Bakrie
dan pernah menajdi kader Golkar akan mendorong Saudaranya Andi
Malaranggeng untuk memimpin Partai Demokrat, jika Andi Malaranggeng
akhirnya menjadi Ketua umum Demokrat maka kelompok liberal sekuler akan
semakin kuat dan akan saling bersaudara baik Partai Golkar maupun Partai
Demokrat.
Saya
sudah lama mengamati pemikiran-pemikiran Rizal Malaranggeng di Metro
TV, Saya melihat Rizal Malaranggeng sangat kuat mengusung faham liberal
sekuler di Indonesia, dan ini tidak hanya Rizal tetapi diikuti Andi
Malaranggeng, di tubuh Demokrat sendiri kelompok ini sangat banyak dan
menempati posisi sangat strategis terlebih ketika Ulil Abshar Abdalah
menjadi kader demokrat selanjutnya setelah cape memperjuangkan pemikiran
liberal sekuler di media maka satu-satunya cara kelompok ini menguasai Indonesia adalah membuat undang-undang.
Jadi,
menurut saya dalam kasus Wisma Atlet Sea Games lebih tepat masuk dalam
“PERANGKAP” agar jatuh dalam kepemimpinanya sebagai Ketua Umum Partai
Demokrat. Mengapa kelompok liberal sekulerisme baik di tubuh demokrat
maupun diluar demokrat dengan “TEGA” melakukan ini? karena satu-satunya
jalan yang mungkin bisa menumbangkan Anas Urbaningrum adalah membuat
Anas terjerat hukum.
Karena selama ini sebelum Anas Urbaningrum menjadi
Ketua Umum Partai Demokrat, Anas sudah dikenal menjadi
“Anak Emas” Dewan Pembina Demokrat yaitu Susilo Bambang Yushoyono.
Bagaimana menghilangkan kekuatan SBY ditubuh Anas, satu-satunya cara
adalah PENJARAKAN ANAS! maka kelompok lain diluar Anas bisa memimpin
Partai Demokrat dengan leluasa.
Dua
Kelompok diuntungkan dengan penggulingan Anas yaitu Partai Golkar
sendiri dengan mempertahankan hegemoni Alumni HMI “harus” masuk GOLKAR
dan kelompok kedua yang diuntungkan adalah Kelompok Liberal Sekulerisme
di tubuh Demokrat yang dikomandoi Marzuki Ali, Mubaroq, Andi
Malaranggeng, Ulil Abshar Abdalah dan Soetan Batugana dan yang lainnya.
Semoga Artikel sederhana ini bisa sedikit mengungkap Intrik Perpolitikan
di Indonesia.
Bonus Gambar :
Bandung, 26 Januari 2012
Seorang
Writer,Trainer,Public Speaker dan Entertainer. Punya Kakek
Seorang Penulis, Ibu Seorang Penulis dan Istri Seorang Penulis.
Pernah Menjadi Jurnalis Sekolah, Kampus, dan Radio. Tulisan baru
terbit di KayongPost, Pontianakpost, Banjarmasinpost,
Tanjungpurapost, Sriwijayapost, Balipost, Acehpost, Kompas,
Republika, Sabili dll. Cita-cita ingin menjadi Jurnalis AlJazeera
atau CNN dan bisa menulis jurnal di TIME dan Wartawan
Washingtonpost. Anda dapat menghubungi via 085860616183 /
YM: assyarkhan, adikalbar / FB: adikalbar@gmail.com / Twitter :
@assyarkhan / GoogleTalk : adikalbar / Skype: adi.rabbani / PIN BB :
322235A9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar