Benarkah Tabut (the Ark Of Covenant) Masih Ada Sekarang ?
http://www.eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/benarkah-tabut-the-ark-of-covenant-masih-ada-sekarang.htm#.UI4y-a532Sp
Assalamualaikum, eramuslim.nama saya Prayogo.saya ingin
bertanya tentang tabut nabi musa as. apakah tabut itu masih ada saat
ini?dan sebenarnya seperti apa tabut itu? terimakasih…wassalamualaikum
Alaykumsalam,. wr.wb. Jazakallah atas pertanyaannya saudaraku,
Bondan, semoga Allah senantiasa merahmati saudara di bulan suci ramadhan
ini. Amin
Tabut Perjanjian (The Ark of Covenant) dianggap oleh beberapa pihak
sebagai misteri terbesar dari semua harta yang tersembunyi. Sampai saat
ini benda bersejarah sekaligus benda misterius ini tetap menjadi tujuan
dari setiap arkeolog modern dalam petualangannya. Tabut Perjanjian ini
berisi sepuluh perintah yang ditulis di atas lempengan batu oleh Tuhan
kepada Musa di Gunung Sinai.
Sepuluh Perintah Allah merupakan dasar perjanjian Allah dengan
anak-anak Israel, yang terukir pada dua loh batu yang mengandung titah
Tuhan bagi bani Israel. Menurut literatu Ibrani, Tabut sendiri adala
sebuah peti yang dibuat oleh pengrajin dari Bezalel. Bentuknya terbuat
dari kayu akasia dan dilapisi oleh emas. Memiliki panjang 1,5 meter,
lebar 0,7 meter dan tinggi juga 0,7 meter.
Bangsa Israel menurut kisah mereka selalu membawa Tabut sepanjang
mereka mengembara di padang gurun. Tabut ini mereka yakini memiliki
kekuatan misterius terhadap musuh-musuh Israel. Menurut Alkitab,
tembok-tembok Yerikho pun runtuh Ketika orang-orang Yahudi berjalan
berkeliling dengan lembaran yang ada dalam Tabut perjanjian.
Setelah Kuil Pertama dibangun, Raja Salomo menempatkan Tabut
Perjanjian di Bait Allah. Tabut Perjanjian itu disimpan di ruang khusus
dalam Bait Suci yang disebut Kodesh Kodashim.
Tidak seorang pun diizinkan memasukinya kecuali Imam-imam tinggi
Yahudi. Mereka pun hanya diperbolehkan masuk sekali dalam setahun yakni
dalam momen Yom Kippur, yakni hari yang dianggap paling suci dalam
agama Yahudi. Perayaan ini jatuh pada tanggal 10 Tisyri dalam kalender
Yahudi.
Namun dalam catatan sejarah, tahun 586 SM Kerajaan Yehuda diserbu
oleh Kekaisaran Babilonia dibawah Nebukadnezard, dan kuil pun
dihancurkan termasuk di dalamnya Tabut Perjanjian.
Hingga kini, beribu tahu pasca kejadian itu, Zionis Israel pun
berusaha keras untuk mencari Tabut Perjanjian yang hilang. Konon menurut
mereka, Tabut tersebut dipercaya memiliki kekuatan ghaib yang akan
memberikan sentuhan sihir yang luar biasa kepada siapa pun yang
menguasainya. Mereka pun juga digerakkan oleh faktor teologis dimana
mereka meyakini bahwa Tabut adalah Mukjizat yang diberikan Tuhan kepada
bangsa Yahudi. Sedangkan menurut Kitab Injil, Tabut merupakan sumber
kekuatan tuhan yang bersemayam di dalamnya. Kekuatan tersebut antara
lain:
• Membakar semua duri, membunuh ular dan kalajengking, serta
mengeringkan air sungai dan meluapkanya kembali (Kitab Yosua 3: 15-17,
4: 10, dan 11: 18)
• Dapat menenangkan peperangan (Yosua 6:1-20).
• Memberi kemalangan kepada musuh yang menguasai Tabut, Digambarkan sebagai nenek moyang bangsa Palestina (Kitab Samuel 6:5)
Namun sebagai umat muslim tentunya kita memiliki patokan sendiri
dalam menjelaskan tabut. Kitab injil yang sudah diselewengkan oleh kaum
Yahudi tidak bisa lagi dijadikan sandaran dalam menjelaskan mengenai
Tabut ini. Penjelasan Injil sudah penuh dengan nuansa paganistik yang
dipengaruhi oleh akar Kabbalah. Oleh karenanya sebagai umat Nabi
Muhammad SAW sudah seharusnya kita berlepas diri dari anggapan bahwa
Tabut memiliki kekuatan mistis bagi orang yang menemukannya, karena
sejatinya kekuatan itu hanyalah milik Allah.
Dalam Al Qur’an, penjelasan mengenai Tabut terangkum dalam surah Al Baqarah ayat 248, “dan
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan
menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.”
Kisah Al Baqarah ayat 248 hanyalah satu buah epik dari rangkaian
cerita perperangan Bani Israel. Kisah ini bercerita tentang pasukan
Thalut yang melawan Jalut dimana pada akhirnya Daud memenangkan duel
melawan Jalut.
Menurut Ath Thobari makna dari bunyi ayat "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut kepadamu” adalah tanda-tanda Thalut akan menjadi raja.
Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang raja kepada kalian walaupun
bukan dari keturunan raja—adalah “dikembalikannya tabut yang didalamnya
terdapat ketenangan dari Tuhanmu.” Ia adalah tabut yang selalu dibawa
oleh Bani Israil saat bertemu dengan musuh, bergerak bersamanya sehingga
musuh tidak mampu menghadapi mereka dan tidak bisa mengalahkan mereka.
Namun kemudian mereka mengabaikan perintah Allah swt, banyak berselisih
dengan para nabi mereka, sehingga Allah swt melepaskan tabut itu dari
tangan mereka kemudian dikembalikan lagi dan dirampas lagi pada waktu
yang lain dan tidak dikembalikan lagi bahkan tidak akan sekali-kali
dikembalikan kepada mereka selana-lamanya.
Namun dalam versi lainnya, Tabut sendiri konon sudah dihancurkan oleh
Nabi Musa as sesaat ia turun dari gunung Sinai untuk menerima 10
perintah Tuhan bersamaan dengan Loh Batu. Kaum Bani Israel yang sedianya
berjanji untuk beribadah kepada Allah kembali berbuat kufur dengan
menyembah patung sapi emas saat ditinggal Nabi Musa as ke Gunung Sinai.
Kekesalan Nabi Musa as membuatnya membanting dan menghancurkan Tabut
bersamaan dengan Loh Batu. Tapi lagi-lagi ini masih menjadi perdebatan,
ada yang mengatakan Nabi Musa as hanya menghancurkan Loh Batu yang
berisi 10 perintah Tuhan tidak beserta dengan Tabut. Tapi yang jelas
kisah ini terekam dengan baik di dalam Al Qur’an, sebagai pelajaran bagi
kita semua.
“Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan
Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu
(sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.
Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. Dan
(ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan
keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu
mendapat petunjuk.” (Al Baqarah: ayat 51-53)
Dalam melihat Tabut yang diyakini masih ada dan terus dicari oleh
Yahudi, kita bisa menganalisa tiga hal dibalik itu semua. Pertama, Teologi Kebencian.
Keberadaan Tabut di Masjid Al Quds adalah rekayasa mereka untuk
menguasai Yerusalem. Dengan meyakini bahwa Tabut tersimpan dalam fondasi
Al Quds, mereka bergerak mencari Tabut hingga mengeruk fondasi dasar
mesjid yang pernah menjadi kiblat umat muslim ini. Kehancuran Mesjid Al
Quds akan menjadi kebanggan tersendiri bagi mereka yang memang menaruh
kebencian kepada kaum muslimin.
Selanjutnya, faktor kedua adalah motivasi paganistik-kabbalah yang
mempercayai kesaktian Tabut. Mereka yang menemukan Tabut dipercaya akan
mengalami transferisasi kekuatan mistik ke dalam tubuh dan jiwa mereka.
Ketiga, faktor teologis-politis. Selama ini kaum zionis,
masih menganggap bahwa Tabut adalah karunia atau mu’jizat yang
diberikan Tuhan kepada orang-orang Yahudi. Mereka meyakini apabila tabut
itu berhasil ditemukan maka keagungan dan kejayaan mereka akan kembali
dan dapat menguasai dunia lagi.
Namun, sekalipun Tabut masih ada dan Yahudi berhasil menemukannya,
dengan akal sehat saja kita bisa mencerna: mana mungkin Allah memberikan
rahmat dan mukjizat kepada bangsa yang terus membunuh nabi-nabiNya dan
ingkar terhadap ajaranNya.
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi
dan orang-orang musyrik.” (QS.Al Ma’idah : 82)
"Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar
di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka, "Jadilah
kamu kera yang hina." (QS Al-Baqarah: 65). Allahua’lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)
MISTERI TABUT NABI MUSA
http://johneox.wordpress.com/rahsia-tabut-nabi-musa/
“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi
raja ialah kembalinya Tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan
daripada Tuhanmu dan sisa daripada peninggalan keluarga Musa dan
keluarga Harun. Tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman.”
(al-Baqarah: 248)
TABUT sebagaimana yang diceritakan dalam
al-Quran adalah satu anugerah Allah kepada Bani Israel. Di dalamnya
terdapat sebuah kitab suci. Ia berukuran tiga hasta panjang dan dua
hasta lebar. Ia mempunyai berbagai-bagai keistimewaan. Tabut tersebut
boleh memberikan ketenangan dan semangat kepada sesiapa sahaja yang
melihatnya. Ia mampu mengalahkan pihak lawan dalam peperangan. Sekiranya
Tabut itu dibawa ketika berperang, sudah pasti pihak musuh akan berasa
gentar dan tewas.
Malangnya, Bani Israel tidak tahu
mensyukuri anugerah yang diberikan itu. Mereka mengingkari segala
perintah Allah s.w.t.. Mereka banyak memalsukan kitab suci mereka.
Mereka juga ingkar dengan ajaran Nabi Samuel. Pada zaman tersebut, Nabi
Samuel diutuskan oleh Allah untuk menyeru mereka ke jalan kebenaran.
Semasa kecil Nabi Samuel telah dididik dan dibesarkan oleh orang yang
alim. Baginda kemudiannya diajar dengan ajaran Nabi Musa dan juga kitab
sucinya iaitu Taurat. Setelah dewasa dan menjadi utusan Allah, Nabi
Samuel mula berdakwah kepada Bani Israel supaya menyembah Allah tetapi
mereka ingkar. Malah, mereka tidak percaya akan kenabian Nabi Samuel.
Mereka menuduhnya sebagai pendusta. Bani Israel telah mencabarnya agar
menunjukkan bukti kenabiannya. Lalu Allah menarik balik keistimewaan
yang diberikan kepada Bani Israel itu. Dia menukarkannya dengan memberi
kekuatan dan keberanian kepada orang-orang Palestin. Ketika Palestin
berperang dengan Bani Israel, mereka berjaya mengalahkan Bani Israel
dengan mudahnya. Bani Israel telah diusir dari Jerusalem. Tabut yang
menjadi azimat mereka selama ini telah dirampas.
Replika Tabut Nabi Musa Alaihisalam
Gambar di atas merupakan gambaran replika
benda yang paling ditakuti pada masa Perjanjian Lama. Setidaknya
begitulah gambarannya. keberadaanya dulu begitu kuat dan sangat
berpengaruh terhadap bangsa Israel semenjak peristiwa exodus keluar dari
Tanah Mesir. Namun, benda itu kini telah hilang ditelan masa, lenyap
dari sejarah, dan tak ada yang tahu dimana letaknya sekarang.
Postinganku kali ini akan mencoba mengisahkan sejarah dari benda
tersebut. Dimulai dari Yerusalem, Kota yang mungkin terlalu suci bagi
banyak orang. Di tengahnya terletak sebuah bukit bernama Gunung Moria,
yang kini menjadi situs Dome of the Rock / Qubbah As-Sakhrah yang luar
biasa.
Selain Dome of the Rock, dikompleks tersebut (Al-Haram
ash-Sharif) terdapat Masjidil Aqsha. Dari sini, Muhammad s.a.w dinaikan
ke langit (Sidratul Muntaha) dalam peristiwa Mi’raj. Jauh Sebelum itu
nabi Isa a.s menyembuhkan orang buta dan sakit di sini, sehingga kaum
Kristiani juga menyebutnya tanah suci. 1000 tahun sebelumnya, nabi
Sulaiman a.s membangun bait aslinya di gunung ini untuk menyimpan benda
misterius yang disebut the Ark of the Covenant / Tabut perjanjian.
Di masa itu, tempat ini adalah pusat dari
agama Yahudi. Bagaimana tabut itu sampai disini dan bagaimana bisa
lenyap dari sini? itulah teka-teki yang mengundang obsesi. Apa yang
terjadi pada benda terpenting di perjanjian lama ini sehingga bisa
lenyap begitu saja? Kisah Tabut itu berawal lebih dari 3000 tahun yang
lalu. Seseorang memimpin 2 juta orang ke Gurun Sinai.
Orang itu adalah
Moses/Musa a.s yang memimpin kaumnya keluar dari perbudakan di Mesir.
Tiga bulan mengembara setelah mukjizat terbelahnya laut merah, Ia
membawa orang Israel ke Gunung Sinai. Tuhan akan melimpahkan hadiah yang
belum pernah ada bagi umat manusia. Dari ratusan hukum yang ada di
dalam Perjanjian Lama semuanya seolah diturunkan dari suatu tempat. Tapi
tidak dengan 10 hukum besar yang dibawa Musa turun dari Gunung Sinai
ini. Ada sepuluh perintah Allah yang diturunkan kepada Musa di Gunung
Sinai, dan perintah-perintah itu tertulis pada dua loh batu.
Musa juga
membuat tempat/ wadah yang digunakan untuk menyimpan sepuluh perintah
Allah yang disampaikan kepadanya di Gunung Sinai ,yaitu apa yang kita
sebut sebagai Tabut Perjanjian. Tabut itu dibuat sangat spesifik,
berwujud peti kayu dengan panjang 1,2 meter, lebar 61 cm, dan tinggi 61
cm. Terbuat dari kayu keras yang disebut akasia, bagian luar dan
dalamnya disepuh dengan emas murni. Di sudut-sudut tabut harus ada 4
cincin emas, dimana kayu pengusung yang juga disepuh dengan emas dapat
dimasukkan untuk membawa Tabut tersebut. Tutupnya yang juga disebut
sebagai “tumpuan kaki tuhan” harus juga terbuat dari emas murni, dimana
Patung Mailakat bersayap emas (kerubim) juga diletakkan di ujung-ujung
atasnya dan saling berhadapan.
Ilustrasi mengenai turunnya 10 Perintah Allah di Gunung Sinai yang disampaikan kepada Musa
Tabut itu berfungsi sebagai sambungan
langsung bagi Musa pada Tuhan. Akan muncul awan cerah diatas tutup emas
di antara kerubim itu saat Tuhan ingin menyampaikan sesuatu pada
hamba-Nya. Tuhan memerintahkan hanya pendeta dari suku Lewi yang bisa
membawanya. Berat tabut itu mungkin beberapa ratus pon, tapi menurut
legenda ia bisa terangkat sendiri walaupun tidak ada seorangpun yang
mengangkatnya. Tidak ada seorangpun, bahkan pendeta Lewi yang boleh
menatapnya. Jadi, mereka selalu menutupinya dengan kain biru dan kulit
binatang. Sejak awal, tabut itu sudah menampakkan sisi berbahaya.
Beberapa hari kemudian, dua keponakan Musa mencoba memberikan
persembahan kepada Tabut itu dan keduanya langsung mati terbakar.
Menurut legenda, kerubim itu memercik tanpa henti, menghanguskan orang
dan benda yang menyentuhnya.
Tabut itu mendampingi Kaum Israel 40
tahun lama-nya selama mereka mengembara dan berperang. Bersama tabut
itu, orang Israel mampu menaklukkan tanah yang dijanjikan. Benda ini
mengandung kekuatan dan kepentingan yang tak terbayangkan. Menurut
cerita dalam Alkitab Yahudi, tabut itu dibawa di depan pasukan dalam
setiap pertempuran, tiap pertempuran selama penaklukkan orang Israel
akan tanah Kanaan. Ia terus menerus dibawa dalam perang agar musuh dapat
terkalahkan dan Tabut itu akan selalu berada di garis depan. Ada
catatan luar biasa bahwa tabut itu terangkat dari tanah dan terbang
menuju kearah musuh sambil mengeluarkan suara-suara erangan. Satu orang
malang bernama Uza, hanya berniat menstabilkan Tabut tersebut saat
tampak goyah sewaktu diangkat oleh para pendeta Lewi, dan ia langsung
mati terbakar. sesudahnya, Musa memerintahkan agar dibuatkan kemah/tenda
untuk meletakkan Tabut itu. Bukan untuk melindunginya dari orang, tapi
justru sebaliknya.
Kemenangan militer pertama dan paling
terkenal dari tabut itu yaitu runtuhnya tembok kota Yerikho/Jericho.
Pendeta Lewi yang bertugas membawa Tabut, mengangkutnya mengitari kota
bertembok itu sekali sehari selama 6 hari. Di hari ke-7, mereka
berkeliling 7 kali dan menyuruh meniup sengkala. Seketika itu juga
tembok kota itu pun runtuh. Route of the Exodus 300 tahun kemudian,
Tabut itu meninggalkan orang Israel dan dampaknya sangat buruk bagi
mereka. Saat pendeta tinggi mengabaikan kewajiban kurban mereka, Tabut
itu tak melindungi mereka dalam perang melawan orang Filistin. 30 ribu
orang tewas dan orang Filistin mengambil tabut itu. Namun, tujuh bulan
kemudian orang Filistin mengembalikannya. Wabah borok dan tikus merebak
akibat Tabut itu. Akhirnya, di bawah King David ( Daud a.s ), orang
Israel bisa mengalahkan orang Filistin, lalu memenangkan pertahanan
terakhir dari pihak lawan. Kemudian, Kota Yerusalem yang dijadikan
ibukota. Tuhan menyuruh Daud mendirikan Bait Suci untuk menempatkan
tabut tersebut, tapi puteranya Salomo/ Sulaiman a.s yang mebangunnya.
Karena kasus itu, Gunung Moria menjadi “titik tertinggi” di dalam kota
tersebut. Visi Salomo untuk Bait itu tak seperti yang pernah
dilihat orang.
Gereja Zion of Mary di Axum Utopia adalah dipercayaai tempat dimana Tabut tersebut disembunyikan
Hanya kayu cedar dan batu terbaik yang
dipakai untuk membuatnya, dan titik tertingginya menjulang hingga 20
lantai. Salomo berhutang besar untuk membangunnya, karenanya ia harus
memberikan 20 desa terdepan untuk kerajaan tetangga. Setelah memeriksa
masih berisi dua buah batu sepuluh perintah Allah yang tersimpan didalam
Tabut, Salomo lalu menempatkannya di tengah-tengah Bait Suci Mahakudus.
Hanya pendeta tinggi saja yang bisa mendekati dan memasuki ruang
penyimpanan tersebut, itupun mereka harus masuk dengan menggunakan
pakaian khusus sambil membakar dupa. Lalu, bagaimana benda penting yang
berisi kehadiran Allah bisa lenyap begitu saja? Sekarang, di manakah
tabut itu berada? itulah teka-teki terbesarnya . Banyak orang masih
mencari tabut tersebut hingga saat ini, dan itu dimulai dari Bait Suci
yang dibangun Salomo sebagai tempat untuk menyimpan Tabut.
Tapi kini,
tak ada satupun artifak atau batu yang menunjukkan mana tepatnya tabut
itu berdiri di Bukit Bait Suci Yerusalem. Tembok ratapan yang terkenal,
mungkin sekarang merupakan situs suci Yahudi yang berharga. Tembok ini
adalah merupakan sisa-sisa Bait Suci kedua yang dibangun berabad-abad
setelah tabut itu lenyap. Sebagian penyembah di sini menunggu saatnya
penghuni Bukit Bait Suci Dome of the Rock milik Islam hancur. Dan Bait
Suci Yahudi ke-3 akan didirikan di tempat tersebut. Inilah salah satu
faktor yang menimbulkan perselisihan hebat tanpa henti antara Israel dan
Palestina hingga sekarang. Menurut Perjanijian Lama, Tabut itu
ditempatkan disana sekitar 955 SM. Tapi, sekitar tahun 620 SM rujukan
tentang artifak terpenting dalam agama Yahudi ini berhenti. Lenyap
begitu saja dari sejarah. Hanya satu hal saja yang jelas, krisis sebesar
bencara internal maupun eksternal yang bisa mengeluarkan Tabut itu dari
Bait Suci. Krisis pertama yang sesuai dengan hal ini adalah serangan
Fir’aun Mesir bernama Shishak, beberapa puluh tahun setelah Bait itu
dibangun. Sekenario Shishak inilah yang mengilhami petualangan Indiana
Jones di Mesir dalam film Indiana Jones : Raiders of the Lost Ark.
Ada sesetengah pihak mengatakan bahawa
tabut tersebut pernah diangkut ke Yerusalem , ternyata tabut suci
tersebut ada di Axum – kota bagian utara dari Etiopiatabut tersebut
sudah disimpan disana sejak sekitar 3.000 th yang lampau, sejak kerajaan
Salomo (Nabi Allah Sulaiman). Disimpan di dalam satu tempat rahasia, di
dalam gua dibawah tanah dari gereja “Zion of Mary”. Gua tersebut dijaga
dengan ketat oleh para imam dari keturunan raja Israel.
Tabut tersebut di simpan di dalam
ruangan yang di kelilingi oleh tujuh tembok. Hanya ruangan dari tembok
pertama sampai dengan ke empat bisa digunakan untuk berdoa oleh para
imam disana. Dan untuk ruangan ke lima maupun ke enam hanya boleh
dimasuki oleh para tetua imam saja. Sedangkan yg boleh masuk keruangan
paling dalam atau ruangan ketujuh dimana tabut tersebut disimpan, hanya
seorang imam pilihan saja, yakni yang menjadi penjaga dari tabut suci
tersebut.
Imam penjaga tabut, tidak diperkenankan
keluar dari gua tersebut, bahkan ia hanya diperbolehkan keluar sampai
dengan keruangan ke enam saja, untuk mengambil makanan/minuman yg
dibawakan oleh imam tetua lainnya. Ia harus tinggal diruangan tersebut
selama hidupnya, bahkan ia harus puasa dan berdoa selama 225 hari dalam
setahun. Apabila ia mati maka ia akan digantikan oleh imam pilihan
lainnya. Kebanyakan penjaga di situ dipercayai akan mengalami buta dan
menemuai ajal dalam keadaan tubuh mereka terbakar atau keracunan kesan
dari radiasi dari tabut tersebut yang dikatakan mengandungi kesan
radioaktif yang luar biasa sehinggakan sesiapa sahaja yang menyentuhnya
juga akan menemui ajal.
Waallahualam,MISTERI TABUT NABI MUSA BHG II
http://johneox.wordpress.com/misteri-tabut-nabi-musa-bhg-ii/
Artinya : “dan Nabi mereka mengatakan
kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah
kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu
dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu
dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda
bagimu, jika kamu orang yang beriman.” (QS. Al Baqoroh : 248)
Al Qurthubi mengatakan bahwa tabut
diturunkan Allah swt kepada Adam as dan ia terus bersamanya hingga
sampai kepada Ya’qub as. Dan pada masa itu Bani Israil berhasil
mengalahkan orang-orang yang memerangi mereka yang kemudian bermaksiat
hingga dikalahkan oleh Jalut dan pasukannya dan tabut tersebut dirampas
oleh musuh mereka.
An Nahas mengatakan bahwa ketika mereka
mulai melihat tanda-tanda kebinasaan kaum, para laki-lakinya banyak yang
pergi, sebagian mereka menyendiri. Hal demikian terus menjadi buah
bibir sehingga para pemimpin kaum mengumpulkan mereka dan mengatakan
kepada Nabi mereka pada saat itu,”Utuslah kepada kami seorang raja.’ Dan
ketika Nabi itu mengatakan kepada mereka,’Raja kalian adalah Thalut.’..
(Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an juz III hal 210)
Ath Thobari mengatakan makna
“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu” adalah sesungguhnya tanda-tanda Thalut menjadi raja—yang
kalian minta kepadaku adalah bukti akan kebenaran perkataanku.
Sesungguhnya Allah telah mengutus seorang
raja kepada kalian walaupun bukan dari keturunan raja—adalah
“dikembalikannya tabut yang didalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu.”. ia adalah tabut yang selalu dibawa oleh Bani israil saat
bertemu dengan musuh, bergerak bersamanya sehingga musuh tidak mampu
menghadapi mereka dan tidak bisa mengalahkan mereka. Namun kemudian
mereka mengabaikan perintah Allah swt, banyak berselisih dengan para
nabi mereka, sehingga Allah swt melepaskan tabut itu dari tangan mereka
kemudian dikembalikan lagi dan dirampas lagi pada waktu yang lain dan
tidak dikembalikan lagi bahkan tidak akan sekali-kali dikembalikan
kepada mereka selana-lamanya.
Para ahli ta’wil berbeda pendapat tentang
sebab kembalinya tabut yang Allah jadikan sebagai tanda kebenaran nabi
mereka Samuel dengan perkataannya,
”Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja.” Apakah Bani Israil merampasnya sebelum itu yang kemudian dikembalikan Allah kepada mereka dan pengembaliannya dijadikan sebagai tanda ataukah mereka tidak pernah merampasnya sebelum itu akan tetapi Allah yang memulainya ?
Sebagian mereka mengatakan bahwa tabut
itu adalah warisan sejak masa Musa, Harun sehingga dirampas oleh para
raja dari kaum kafir kemudian Allah mengembalikannya kepada mereka
sebagai tanda Thalut menjadi raja.
Ath Thobari juga menyebutkan riwayat dari
Wahab bin Munbih berkata,”Samuel berkata kepada Bani Israil ketika
mereka berkata kepadanya,’Bagaimana dia memerintahkan kami, padahal kami
lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun
tidak diberikan kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka)
berkata,’Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’ Dan
“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja” ialah kembalinya tabut
kepadamu’ yang didalamnya terdapat ketenangan dan sisa peninggalan
keluarga Musa dan Harun. Tabut itulah yang menjadikan kalian dikalahkan
musuh dan kalian dimenangkan atasnya. Mereka mengatakan,’Apabila tabut
itu datang kepada kami maka kami rela dan menerimanya !
Musuh yang memegang tabut saat itu
tinggal dibawah bukit Ilya. Mereka adalah para penyembah berhala,
orang-orang kuat yang bengis, kasar dalam berperang yang sudah dikenal
masyarakat. Tabut ketika dipegang mereka pernah disimpan disuatu kampung
Palestina yang bernama ‘Azdud” mereka menyimpan tabut di suatu gereja
yang didalamnya penuh dengan berhala mereka…. Diantara janji kepada Bani
Israil bahwa tabut itu akan kembali kepada mereka—tabut itu menjadikan
berhala-berhala mereka di gereja itu terjungkil balik kepala-kepalanya.
Allah mengirimkan pula kepada penduduk kampung itu tikus-tikus yang
membunuh kaum laki-laki dimalam hari dan memakan perut mereka yang
diawali dengan memakan duburnya.
Mereka mengatakan,”Tahukah kalian demi
Allah, sesungguhnya musibah yang menimpa kalian ini belum pernah menimpa
umat-umat sebelum kalian. Kita tidak mengetahui apa yang menimpa
kecuali sejak adanya tabut ini ditengah-tengah kita !! kalian telah
melihat berhala-berhala kalian terjungkil-balik. Tak ada sesuatu pun
yang melakukannya kecuali tabut ini! kemudian mereka mengeluarkan tabut
itu.
Al Qurthubi juga menyebutkan pendapat
yang mengatakan bahwa mereka meletakkan tabut itu di suatu tempat
peribadatan mereka yang didalamnya terdapat berhala-berhala dan ternyata
berhala-berhala itu menjadi terbalik semua. Ada yang mengatakan bahwa
mereka meletakkannya di suatu rumah berhala-berhala, dibawah suatu
berhala yang besar namun tiba-tiba didapati tabut itu berpindah diatas
kepala berhala tersebut. Lalu mereka mengambil dan mengikatnya di kedua
kaki berhala lagi-lagi mereka mendapati kedua tangan dan kaki berhala
itu putus dan berada dibawah tabut. Lalu mereka mengambil tabut itu dan
menyimpannya di suatu kampung dan seluruh penduduk kampung itu terserang
penyakit di leher-leher mereka.
Ada yang mengatakan bahwa mereka
meletakkannya di tempat buang air besar kaum namun tiba-tiba mereka
ditimpa musibah dengan penyakit wasir dan ketika musibah ini semakin
berat maka mereka mengatakan,”ini tidak akan terjadi kecuali dikarenakan
tabut ini!”
Ath Thobari mengatakan bahwa mereka
mengambil gerobak untuk diletakkan tabut itu diatasnya kemudian mereka
membawanya. Mereka mengikatkan gerobak itu kepada dua ekor sapi dan
memukul bagian sisi tubuhnya. Kemudian datang malaikat yang menggiring
kedua sapi itu. Dan tidaklah satu tempat di bumi yang dilintasi kedua
sapi itu kecuali tempat itu akan suci. Kedua sapi yang membawa gerobak
berisi tabut itu pun berhenti dihadapan orang-orang Bani Israil, mereka
pun bertakbir dan memuji Allah dan bersemangat untuk memerangi musuh dan
meminta agar Thalut menuntun mereka.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Juraih berkata,”
Ibnu Abbas berkata,’Ketika Nabi mereka mengatakan kepada mereka,’Tahukah
akan kembali kepadamu tabut yang di dalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun yang
dibawa oleh malaikat !!—dan Musa ketika melempar luh-luh (kepingan dari
kayu yang tertulis padanya isi taurat, pen—maka luh-luh itupun pecah
kemudian Musa mengambilnya lagi menyatukan apa-apa yang tersisa darinya
dan meletakkannya di dalam tabut.
Ibnu Juraih berkata,”Ya’la bin Muslim
telah mengabarkan kepadaku dari Said bin Jubeir dari Ibnu Abbas
bahwasanya tidaklah yang tersisa dari luh-luh itu kecuali hanya
seperenamnya. Al Amaliqah yang merampas tabut itu—al amaliqah adalah
suatu kelompok yang memusuhi mereka dan berada di Ariha—kemudian
malaikat membawa tabut itu antara langit dan bumi dan mereka melihat
kearahnya sehingga tabut itu diletakkan dihadapan Thalut. Ketika mereka
menyaksikan hal itu maka berkata,”Ya” Mereka pun menerima Thalut dan
menjadikannya raja. Ibnu Abbas mengatakan,”Nabi-nabi dahulu ketika
berperang maka membawa tabut ke hadapan mereka.”.. dan ada riwayat yang
sampai kepadaku bahwa tabut serta tongkat Musa berada di danau
Thobariyah, dan keduanya akan dikeluarkan sebelum hari kiamat.
Sebagian yang lain mengatakan bahwa tabut
itu berada di daratan. Musa as memberikannya kepada Yusa’ yang kemudian
dibawa malaikat dan diletakkannya di rumah Thalut.
Abu Ja’far mengatakan bahwa pendapat
pertamalah yang benar, yaitu yang dikatakan Ibnu Abbas dan Wabah bin
Munbih bahwa tabut itu berada di tangan musuh Bani Israil yang telah
merampasnya. Yang demikian itu adalah sebagaimana disebutkan Allah swt
ketika menginformasikannya kepada nabi-Nya pada waktu itu dengan
perkataanya kepada kaumnya : “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja,
ialah kembalinya tabut kepadamu” Alif dan Laam, keduanya tidaklah ada
pada kata benda kecuali ia adalah yang telah dikenal oleh orang-orang
yang menjadi lawan bicaranya. Artinya Yang menginformasikan dan yang
mendapat informasi sudah sama-sama mengenalnya (benda itu). Dan telah
diketahui bahwa arti perkataan “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja,
ialah kembalinya tabut kepadamu” adalah tabut yang sudah kalian kenal,
yang kalian meminta pertolongan dengannya, yang didalamnya terdapat
ketenangan dari Tuhan kalian.
Adapun bentuk tabut itu adalah
sebagaimana diriwayatkan oleh Muhammad bin Askar dan al Husein bin
Yahya, keduanya berkata,”Abdur razaq telah menginformasikan kepada kami
dengan berkata,’ Bakar bin Abdullah telah menginformasikan kami dan
berkata,’Kami telah bertanya kepada Wahab bin Munbih tentang tabut Musa :
sebesar apa? Dia menjawab,’Kira-kira 3 X 2 hasta.”
Abu Ja’far mengatakan—setelah memaparkan
beberapa pendapat—tentang makna “ketenangan” bahwa ia adalah seperti
yang dikatakan Atho bin Abi Rabah, yaitu sesuatu yang menenangkan jiwa
berupa ayat-ayat yang kalian ketahui dan kata “as sakinah” adalah
perkataan orang arab seperti “al faiilah”, dari perkataan seorang yang
mengatakan,’Sakana fulan ilaa kadza wa kadza’—ia merasa tenang dengannya
dan jiwanya merasa tentram disisinya. (Tafsir Ath Thobari juz V hal 316
– 336)
Sulaiman bin Daud—di masa
pemerintahannya—memulai pembangunan Baitul Maqdis. Dia
mengatakan,”Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan ayahku, Daud agar
membangun sebuah rumah (masjid) namun Daud terlalu disibukkan oleh
berbagai peperangan. Kemudian Allah memberikan wahyu kepadanya,”Agar
anakmu Sulaiman yang membangun rumah dengan nama-Ku.”
Kemudian Sulaiman mengirim kayu dari
pohon cemara dan cypress dan membangun Baitul Maqdis dengan batu dan
mengokohkannya. Bagian interiornya menggunakan kayu yang diukir dan
membuat haikal (altar) dari emas dengan berbagai peralatan didalamnya
juga dari emas. Setelah itu Sulaiman menaikkan tabut yang berisi
ketenangan itu dan meletakkannya di dalam haikal. (Tarikhul Ya’qubi hal
21)
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa tabut itu
diletakkan di haikal hingga waktu yang hanya Allah saja yang
mengetahuinya kemudian Baitul Maqdis dihancurkan oleh Bukhtanshar
setelah 300 tahun pembangunannya. Dia membakar taurat dan tongkat Musa
serta meruntuhkan haikal serta menghamburkan batu-batunya.
Dan tatkala Raja-raja Parsia
mengembalikan mereka lalu Uzair—seorang Nabi Bani Israil—membangunnya
kembali pada masanya dengan dibantu oleh Bahman, raja Parsia, seorang
kelahiran Bani Israil dari keturunan Bukhtanshar. (Muqoddimah Ibnu
Khaldun, juz I hal 197)
Setelah haikal dihancurkan oleh
Bukhtanshar, raja Babilonia, Iraq maka hingga sekarang tabut tersebut
tidak ditemukan. Orang-orang Yahudi sekarang tengah mencari tabut ini
yang mereka anggap sebagai mu’jizat orang-orang Yahudi dan kiblat mereka
yang hilang. Mereka meyakini apabila tabut itu berhasil ditemukan maka
keagungan dan kejayaan mereka akan kembali dan dapat menguasai dunia
lagi.
Wallahu A’lam
APAKAH TABUT PERJANJIAN YANG HILANG TELAH DITEMUKAN
15 10 2010
http://den4ghel.wordpress.com/2010/10/15/apakah-tabut-perjanjian-yang-hilang-telah-ditemukan/
APAKAH TABUT PERJANJIAN YANG HILANG TELAH DITEMUKAN
Sesuatu yang lama telah menjadi penyelidikan komunitas ahli Kitab Suci tentang keberadaan Tabut Perjanjian, kini dunia mulai menaruh perhatian setelah filem berjudul Raiders of the Lost Ark beredar dengan sukses. Sekarang ini terdapat beberapa kemungkinan letak keberadaannya
Berdasarkan dokumen-dokumen kuno Yahudi, diperkirakan bahwa Tabut ini disembunyikan di Gunung Nebo di tepi sungai Yordan sebelah timur. Wilayah ini merupakan negara Yordania sekarang, tetapi tanpa petunjuk tentang keberadaan Tabut ini.
Ada yang memperkirakan bahwa Tabut ini disembunyikan di sekitar Laut Mati di sebelah barat sungai Yordan. Lokasi ini menjadi perhatian karena dekat dengan situs kuno Qumran tempat dimana Gukungan Laut Mati ditemukan. Di tempat ini dipercaya bahwa Tabut dan artefak lainnya dikubur di salah satu gua suci seperti halnya Gulungan Laut Mati.
Pandangan lain juga mengatakan bahwa Tabut ini berada dibawah Yerusalem, dalam terowongan gua. Ada juga yang memperkirakan lokasinya di situs penyaliban, Gordon Kalvari. The Temple Institute yang berada di kota Yerusalem tua, suatu organisasi Ultra Ortodox Yahudi yang mengabdikan diri untuk merancang dan membangun kembali Kuil Yahudi, mengatakan bahwa Tabut tersebut berada di bawah puncak Kuil, dan mereka percaya bahwa Tabut ini akan timbul saat Kuil Yahudi tersebut dibangun.
Cukup menarik, dalam tesis Raiders of The Lost Ark dikatakan bahwa Tabut ini dibawa dari Kuil oleh Firaun Sisak, tapi pandangan ini tidak populer. Pandangan ini mungkin berasal dari tradisi bahwa Tabut ini terletak di mulut sungai Nil, didataran rendah Mesir.
Pandangan yang mendapat sedikit perhatian sampai dekade yang lalu, sekarang ini dipopulerkan oleh buku The Sign and The Seal: The Quest for The Lost Ark of Convenant, oleh jurnalis Inggris Graham Hancock. Menurut buku ini diperkirakan bahwa Tabut ini dibawa keluar dari Yerusalem kuno pada azaman Raja. Banyak versi dari cerita ini, tapi diperkirakan yang melakukan hal ini adalah putra Sulaiman dari Ratu Sheba. Sekalipun hubungan ini tak disebutkan dalam Alkitab sekalipun disebutkan adanya pertemuan oleh dua Monarki ini (I Raja-Raja 10) dalam tradisi diketahui bahwa Ethiopia diperkirakan menjadi lokasi kuno kerajaan Sheba.
Putra Ratu Sheba diperkirakan bernama Menelik, dikatakan bahwa ia telah membawa Tabut ini ke sana untuk menjaga keamanannya, hal ini menurut kronologi kerajaan Ethiopia. Cerita ini juga berkembang di kalangan Yahudi Hitam Ethiopia atau yang lebih dikenal dengan Falasha. Yahudi hitam ini, yang mempraktekkan Yudaisme, menjadi perhatian duani tatkala pemerinta Israel menerbangkan mereka untuk pembebasan dari penganiayaan politis di tahun 1976.
Asosiasi Riset Alkitab (Associates for Biblical Research) tidak terlibat dalam usaha pencarian Tabut ini. Dapat dikatakan bahwa Tabut ini akan merupakan penemuan terbesar sepanjang masa. Tapi arkeologi bukanlah perburuan harta dan Alkitab tak membutuhkan penemuan Tabut ini untuk membuktikan kebenarannya.
Kabarnya tabut perjanjian sekarang SUDAH berada di negara Israel, pada tahun 1991 secara mengejutkan pemerintah Israel mencairkan dana sekitar 100 juta US$ untuk mengangkut sekitar 10.000 orang Yahudi Ethiopia atau biasa disebut black jews. Kenapa saya sebut-sebut Yahudi Ethiopia, ada apa dengan Ethiopia. Apakah tabut perjanjian YHWH ada disana ? bagaimana bisa ? bukankah pada Bait suci salomo sudah dihancurkan dan bangsa Israel di buang ke Babel. Dan banyak penelitian kalau sudah tidak ada lagi yang bisa ditemukan dari reruntuhan bait suci tersebut.
Nah ini dia kepingan puzzle yang perlu kita lihat dan selaraskan.
-Keturunan Ham
-Ratu Syeba
-Raja Salomo
-Raja Menelik I
Ham, adalah keturunan Nuh. Sem adalah si sulung, kemudian Yafet dan kemudian Ham sebagai si bungsu. Sem adalah Bapak dari mayoritas orang-orang kulit kuning (asia). Yafet kulit putih(eropa) dan Ham kulit hitam (afrika). Negara Afrika adalah negara budak pada masa imperialisme dan kolonialisme. Bisa jadi ini karena kutuk Nuh kepada Ham, karena Ham melihat Nuh telanjang dan mulutnya langsung”ember”.(baca kejadian 9)
Syeba, adalah suatu negri. Dikatakan dalam kitab I Raja-Raja kalau Salomo didatangi oleh Ratu negri Syeba. Bangsa Syeba ini adalah keturunan langsung dari Raema yang merupakan keturunan dari Ham (baca kejadian 10). Salomo memiliki 700 istri dan 300 gundik, pernahkah anda tahu nama salah satu istrinya?? tidak. Hanya Ratu Syeba yang pernah secara jelas dinyatakan sebagai istri dari seorang Raja Salomo.
Menelik I, siapakah Menelik ? Menelik adalah Pangeran negri Syeba pengganti dari Ratu Syeba. Menelik adalah buah hati Ratu Syeba dan Raja Salomo. Pengikut dan keutrunan dari Menelik inilah yang disebut sebagai orang Etiopia Yahudi. Orang Yahudi hitam keling pemuja YHWH. Menelik tumbuh besar dengan didikan ala Salomo, sebelum Salomo jatuh dalam penyembahan berhala. Karena Ratu Syeba meninggal, maka Menelik menjadi pewaris tahta dari Ratu Syeba.
Berdasarkan kitab sejarah resmi dari negara Etiopia yang lebih dikenal dengan nama “Glory of Kings” (Kebra-Nagast) disitu tercantum apa yg telah terjadi dengan tabut perjanjian tersebut. Ketika Ratu dari Syeba meninggal dunia Pangeran Menelik I pada saat itu sudah berusia 19 th. Ia berhasrat meninggalkan Yerusalem untuk kembali kenegara Ibunya untuk diangkat menjadi raja disana.
Sebelum ia berangkat, Raja Salomo telah memerintahkan para tukangnya untuk membuatkan duplikat dari Tabut Suci yang akan dihadiahkan kepada Pangeran Menelik I, sebab ia adalah putera dari istri kesayangannya – Ratu dari Syeba. Maklumlah Pangeran Menelik I telah dididik oleh Raja Salomo untuk percaya dan taat kepada Tuhan Allah.
Pada saat pesta perpisahan Pangeran Menelik I membunuh para imam penjaga Tabut Suci dengan minuman anggur yang sudah dicampur dengan racun. Dan ia membawa Tabut Suci yang asli ke Aksum (Etiopia) beserta para imam yang benar-benar taat kepada Tuhan Allah, karena ia melihat para istri dari Raja Salomo semuanya sudah tidak percaya kepada Tuhan Allah lagi, mereka semuanya sudah menjadi murtad dan berdosa terhadap Tuhan Allah, oleh sebab itulah Tabut Suci nya dicuri dan dibawa oleh dia kenegaranya. Sedangkan copy dari Tabut Suci yang seyogianya untuk dia, ditinggal olehnya di dalam bait suci.
Para imam di dalam bait suci tidak bisa membedakan antara yang asli dan dan copy-annya. Pangeran Menelik I berangkat membawa Tabut Suci tersebut dengan catatan akan dikembalikan kembali ke Yerusalem pada saat bangsa Yahudi sudah tidak murtad lagi terhadap Tuhan Allah, ternyata sampai dengan 3000 tahun kemudian hal ini belum terjadi.
Para Imam Israel dan Pangeran Menelik I menamakan dirinya sebagai “Betha Israel” dan sekarang mereka lebih dikenal sebagai suku Falasha. Keturunan dari Pangeran Menelik I memerintah negara Etiophia sehingga wafatnya Kaiser Heila Selassie di th 1975.
Mungkin anda tidak percaya bahwa sudah dari dahulu banyak sekali penganut agama Yahudi di negara Etiopia, bahkan ini tercantum di Alkitab Perjanjian Baru (Kis 8: 27) Pada waktu itu ada seorang pegawai istana Etiopia yang sedang dalam perjalanan pulang ke negerinya. Orang itu seorang pegawai tinggi yang bertanggung jawab atas semua kekayaan Kandake, ratu negeri Etiopia. Orang itu telah pergi ke Yerusalem untuk berbakti kepada Allah dan sekarang sedang kembali dengan keretanya. Sementara duduk di dalam kendaraannya itu ia membaca Buku Nabi Yesaya.
Bangsa Israel sebenarnya sudah mengetahui hal ini bahkan pernah di muat di majalah B’nai B’rith Messenger, bahkan Anda bisa membaca di Encyclopedia Britannica satu artikel: It (Aksum-Aduwa) contains the ancient church where according to tradition, the Tabot, or Ark of the Convenant brought from Jerusalem by the son of Salomon and the Queen of Sheba, was deposited and is still supposed to rest.
Bahkan sudah tercantum di dalam Alkitab bahwa pada suatu saat Tabut Allah akan dibawa kembali dari negara Etiopia ke Yerusalem (Yesaya 18,1,7)
Sebelum diangkut ke Yerusalem tahun, ternyata tabut suci tersebut ada di Aksum – kota bagian utara dari Etiopia. Tabut tersebut sudah disimpan disana sejak sekitar 3.000 th yang lampau, sejak kerajaan Salomo. Disimpan di dalam satu tempat rahasia, di dalam gua dibawah tanah dari gereja “Zion of Mary”. Gua tersebut dijaga dengan ketat oleh para imam dari keturunan raja Israel.
Tabut tersebut di simpan di dalam ruangan yang di kelilingi oleh tujuh tembok. Hanya ruangan dari tembok pertama sampai dengan ke empat bisa digunakan untuk berdoa oleh para imam disana. Dan untuk ruangan ke lima maupun ke enam hanya boleh dimasuki oleh para tetua imam saja. Sedangkan yg boleh masuk keruangan paling dalam atau ruangan ketujuh dimana tabut tersebut disimpan, hanya seorang imam pilihan saja, yakni yang menjadi penjaga dari tabut suci tersebut.
Imam penjaga tabut, tidak diperkenankan keluar dari gua tersebut, bahkan ia hanya diperbolehkan keluar sampai dengan keruangan ke enam saja, untuk mengambil makanan/minuman yg dibawakan oleh imam tetua lainnya. Ia harus tinggal diruangan tersebut selama hidupnya, bahkan ia harus puasa dan berdoa selama 225 hari dalam setahun. Apabila ia mati maka ia akan digantikan oleh imam pilihan lainnya.
Daftar Pustaka:
Graham Hancook “explosively controversial international bestseller”.
http://www.in-christ.net/artikel/misi/tabut_perjanjian_israelsudah_kembali
http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a002-in.html
Fisher, Milton C. 1995. “The Ark of the Covenant: Alive and Well in Ethiopia?” Bible and Spade 8/3, pp. 65-72.
Hancock, Graham. 1992. The Sign and the Seal: The Quest for the Lost Ark of the Covenant. New York: Crown Books.
APAKAH TABUT PERJANJIAN YANG HILANG TELAH DITEMUKAN
Sesuatu yang lama telah menjadi penyelidikan komunitas ahli Kitab Suci tentang keberadaan Tabut Perjanjian, kini dunia mulai menaruh perhatian setelah filem berjudul Raiders of the Lost Ark beredar dengan sukses. Sekarang ini terdapat beberapa kemungkinan letak keberadaannya
Berdasarkan dokumen-dokumen kuno Yahudi, diperkirakan bahwa Tabut ini disembunyikan di Gunung Nebo di tepi sungai Yordan sebelah timur. Wilayah ini merupakan negara Yordania sekarang, tetapi tanpa petunjuk tentang keberadaan Tabut ini.
Ada yang memperkirakan bahwa Tabut ini disembunyikan di sekitar Laut Mati di sebelah barat sungai Yordan. Lokasi ini menjadi perhatian karena dekat dengan situs kuno Qumran tempat dimana Gukungan Laut Mati ditemukan. Di tempat ini dipercaya bahwa Tabut dan artefak lainnya dikubur di salah satu gua suci seperti halnya Gulungan Laut Mati.
Pandangan lain juga mengatakan bahwa Tabut ini berada dibawah Yerusalem, dalam terowongan gua. Ada juga yang memperkirakan lokasinya di situs penyaliban, Gordon Kalvari. The Temple Institute yang berada di kota Yerusalem tua, suatu organisasi Ultra Ortodox Yahudi yang mengabdikan diri untuk merancang dan membangun kembali Kuil Yahudi, mengatakan bahwa Tabut tersebut berada di bawah puncak Kuil, dan mereka percaya bahwa Tabut ini akan timbul saat Kuil Yahudi tersebut dibangun.
Cukup menarik, dalam tesis Raiders of The Lost Ark dikatakan bahwa Tabut ini dibawa dari Kuil oleh Firaun Sisak, tapi pandangan ini tidak populer. Pandangan ini mungkin berasal dari tradisi bahwa Tabut ini terletak di mulut sungai Nil, didataran rendah Mesir.
Pandangan yang mendapat sedikit perhatian sampai dekade yang lalu, sekarang ini dipopulerkan oleh buku The Sign and The Seal: The Quest for The Lost Ark of Convenant, oleh jurnalis Inggris Graham Hancock. Menurut buku ini diperkirakan bahwa Tabut ini dibawa keluar dari Yerusalem kuno pada azaman Raja. Banyak versi dari cerita ini, tapi diperkirakan yang melakukan hal ini adalah putra Sulaiman dari Ratu Sheba. Sekalipun hubungan ini tak disebutkan dalam Alkitab sekalipun disebutkan adanya pertemuan oleh dua Monarki ini (I Raja-Raja 10) dalam tradisi diketahui bahwa Ethiopia diperkirakan menjadi lokasi kuno kerajaan Sheba.
Putra Ratu Sheba diperkirakan bernama Menelik, dikatakan bahwa ia telah membawa Tabut ini ke sana untuk menjaga keamanannya, hal ini menurut kronologi kerajaan Ethiopia. Cerita ini juga berkembang di kalangan Yahudi Hitam Ethiopia atau yang lebih dikenal dengan Falasha. Yahudi hitam ini, yang mempraktekkan Yudaisme, menjadi perhatian duani tatkala pemerinta Israel menerbangkan mereka untuk pembebasan dari penganiayaan politis di tahun 1976.
Asosiasi Riset Alkitab (Associates for Biblical Research) tidak terlibat dalam usaha pencarian Tabut ini. Dapat dikatakan bahwa Tabut ini akan merupakan penemuan terbesar sepanjang masa. Tapi arkeologi bukanlah perburuan harta dan Alkitab tak membutuhkan penemuan Tabut ini untuk membuktikan kebenarannya.
Kabarnya tabut perjanjian sekarang SUDAH berada di negara Israel, pada tahun 1991 secara mengejutkan pemerintah Israel mencairkan dana sekitar 100 juta US$ untuk mengangkut sekitar 10.000 orang Yahudi Ethiopia atau biasa disebut black jews. Kenapa saya sebut-sebut Yahudi Ethiopia, ada apa dengan Ethiopia. Apakah tabut perjanjian YHWH ada disana ? bagaimana bisa ? bukankah pada Bait suci salomo sudah dihancurkan dan bangsa Israel di buang ke Babel. Dan banyak penelitian kalau sudah tidak ada lagi yang bisa ditemukan dari reruntuhan bait suci tersebut.
Nah ini dia kepingan puzzle yang perlu kita lihat dan selaraskan.
-Keturunan Ham
-Ratu Syeba
-Raja Salomo
-Raja Menelik I
Ham, adalah keturunan Nuh. Sem adalah si sulung, kemudian Yafet dan kemudian Ham sebagai si bungsu. Sem adalah Bapak dari mayoritas orang-orang kulit kuning (asia). Yafet kulit putih(eropa) dan Ham kulit hitam (afrika). Negara Afrika adalah negara budak pada masa imperialisme dan kolonialisme. Bisa jadi ini karena kutuk Nuh kepada Ham, karena Ham melihat Nuh telanjang dan mulutnya langsung”ember”.(baca kejadian 9)
Syeba, adalah suatu negri. Dikatakan dalam kitab I Raja-Raja kalau Salomo didatangi oleh Ratu negri Syeba. Bangsa Syeba ini adalah keturunan langsung dari Raema yang merupakan keturunan dari Ham (baca kejadian 10). Salomo memiliki 700 istri dan 300 gundik, pernahkah anda tahu nama salah satu istrinya?? tidak. Hanya Ratu Syeba yang pernah secara jelas dinyatakan sebagai istri dari seorang Raja Salomo.
Menelik I, siapakah Menelik ? Menelik adalah Pangeran negri Syeba pengganti dari Ratu Syeba. Menelik adalah buah hati Ratu Syeba dan Raja Salomo. Pengikut dan keutrunan dari Menelik inilah yang disebut sebagai orang Etiopia Yahudi. Orang Yahudi hitam keling pemuja YHWH. Menelik tumbuh besar dengan didikan ala Salomo, sebelum Salomo jatuh dalam penyembahan berhala. Karena Ratu Syeba meninggal, maka Menelik menjadi pewaris tahta dari Ratu Syeba.
Berdasarkan kitab sejarah resmi dari negara Etiopia yang lebih dikenal dengan nama “Glory of Kings” (Kebra-Nagast) disitu tercantum apa yg telah terjadi dengan tabut perjanjian tersebut. Ketika Ratu dari Syeba meninggal dunia Pangeran Menelik I pada saat itu sudah berusia 19 th. Ia berhasrat meninggalkan Yerusalem untuk kembali kenegara Ibunya untuk diangkat menjadi raja disana.
Sebelum ia berangkat, Raja Salomo telah memerintahkan para tukangnya untuk membuatkan duplikat dari Tabut Suci yang akan dihadiahkan kepada Pangeran Menelik I, sebab ia adalah putera dari istri kesayangannya – Ratu dari Syeba. Maklumlah Pangeran Menelik I telah dididik oleh Raja Salomo untuk percaya dan taat kepada Tuhan Allah.
Pada saat pesta perpisahan Pangeran Menelik I membunuh para imam penjaga Tabut Suci dengan minuman anggur yang sudah dicampur dengan racun. Dan ia membawa Tabut Suci yang asli ke Aksum (Etiopia) beserta para imam yang benar-benar taat kepada Tuhan Allah, karena ia melihat para istri dari Raja Salomo semuanya sudah tidak percaya kepada Tuhan Allah lagi, mereka semuanya sudah menjadi murtad dan berdosa terhadap Tuhan Allah, oleh sebab itulah Tabut Suci nya dicuri dan dibawa oleh dia kenegaranya. Sedangkan copy dari Tabut Suci yang seyogianya untuk dia, ditinggal olehnya di dalam bait suci.
Para imam di dalam bait suci tidak bisa membedakan antara yang asli dan dan copy-annya. Pangeran Menelik I berangkat membawa Tabut Suci tersebut dengan catatan akan dikembalikan kembali ke Yerusalem pada saat bangsa Yahudi sudah tidak murtad lagi terhadap Tuhan Allah, ternyata sampai dengan 3000 tahun kemudian hal ini belum terjadi.
Para Imam Israel dan Pangeran Menelik I menamakan dirinya sebagai “Betha Israel” dan sekarang mereka lebih dikenal sebagai suku Falasha. Keturunan dari Pangeran Menelik I memerintah negara Etiophia sehingga wafatnya Kaiser Heila Selassie di th 1975.
Mungkin anda tidak percaya bahwa sudah dari dahulu banyak sekali penganut agama Yahudi di negara Etiopia, bahkan ini tercantum di Alkitab Perjanjian Baru (Kis 8: 27) Pada waktu itu ada seorang pegawai istana Etiopia yang sedang dalam perjalanan pulang ke negerinya. Orang itu seorang pegawai tinggi yang bertanggung jawab atas semua kekayaan Kandake, ratu negeri Etiopia. Orang itu telah pergi ke Yerusalem untuk berbakti kepada Allah dan sekarang sedang kembali dengan keretanya. Sementara duduk di dalam kendaraannya itu ia membaca Buku Nabi Yesaya.
Bangsa Israel sebenarnya sudah mengetahui hal ini bahkan pernah di muat di majalah B’nai B’rith Messenger, bahkan Anda bisa membaca di Encyclopedia Britannica satu artikel: It (Aksum-Aduwa) contains the ancient church where according to tradition, the Tabot, or Ark of the Convenant brought from Jerusalem by the son of Salomon and the Queen of Sheba, was deposited and is still supposed to rest.
Bahkan sudah tercantum di dalam Alkitab bahwa pada suatu saat Tabut Allah akan dibawa kembali dari negara Etiopia ke Yerusalem (Yesaya 18,1,7)
Sebelum diangkut ke Yerusalem tahun, ternyata tabut suci tersebut ada di Aksum – kota bagian utara dari Etiopia. Tabut tersebut sudah disimpan disana sejak sekitar 3.000 th yang lampau, sejak kerajaan Salomo. Disimpan di dalam satu tempat rahasia, di dalam gua dibawah tanah dari gereja “Zion of Mary”. Gua tersebut dijaga dengan ketat oleh para imam dari keturunan raja Israel.
Tabut tersebut di simpan di dalam ruangan yang di kelilingi oleh tujuh tembok. Hanya ruangan dari tembok pertama sampai dengan ke empat bisa digunakan untuk berdoa oleh para imam disana. Dan untuk ruangan ke lima maupun ke enam hanya boleh dimasuki oleh para tetua imam saja. Sedangkan yg boleh masuk keruangan paling dalam atau ruangan ketujuh dimana tabut tersebut disimpan, hanya seorang imam pilihan saja, yakni yang menjadi penjaga dari tabut suci tersebut.
Imam penjaga tabut, tidak diperkenankan keluar dari gua tersebut, bahkan ia hanya diperbolehkan keluar sampai dengan keruangan ke enam saja, untuk mengambil makanan/minuman yg dibawakan oleh imam tetua lainnya. Ia harus tinggal diruangan tersebut selama hidupnya, bahkan ia harus puasa dan berdoa selama 225 hari dalam setahun. Apabila ia mati maka ia akan digantikan oleh imam pilihan lainnya.
Daftar Pustaka:
Graham Hancook “explosively controversial international bestseller”.
http://www.in-christ.net/artikel/misi/tabut_perjanjian_israelsudah_kembali
http://www.christiananswers.net/indonesian/q-abr/abr-a002-in.html
Fisher, Milton C. 1995. “The Ark of the Covenant: Alive and Well in Ethiopia?” Bible and Spade 8/3, pp. 65-72.
Hancock, Graham. 1992. The Sign and the Seal: The Quest for the Lost Ark of the Covenant. New York: Crown Books.
Awal Mula Agama Kristen
http://www.eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/awal-mula-agama-kristen.htm
Assaalammualaikum
Saya merupakan muallaf, yang ingin saya tanyakan adalah sejak kapan
ajaran nasrani nabi Isa a.s berubah menjadi ajaran kristen seperti
sekarang ini.siapa penggagasnya sehingga menyesatkan banyak orang.dan
pada saat ini masih adakah injil yang asli? kalo ada dimana? apakah pada
saat zaman Rasullulah agama kristen telah ada? jika telah ada apakah pada
saat itu Rasullulah pernah memeranginya atau berusaha mengembalikan
umat kristen ke jalan yang lurus untuk bersyahadat.atas jawabannya saya
ucapkan terima kasih untuk dijadikan pencerahan bagi saya.
Alaykumsalam wr.wb.
Alhamdulillah jika saudara Ferdinando telah
menemukan cahaya Islam dan menyadari atas kekeliruan agama sebelumnya
yang pernah dianut. Semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahanNya
atas pilihan saudara dalam memeluk Islam. Semoga jua tetap istiqomah di
jalan Dienul Haqq ini. Allahuma amin.
Saudaraku, Yesus alias Nabi Isa as. merupakan nabi yang diturunkan
Allah kepada Bani Israil. Tugasnya adalah untuk menyelamatkan Bani
Israil dari kesesatan yang telah lama dilakukan kaum tersebut. Allah SWT
masih menyayangi kaum Musa as. ini dan menurunkan satu nabi lagi khusus
untuk mereka. Nabi Isa as. mengaku jika dirinya diutus Allah hanya
untuk kaumnya saja, Bani Israil, dan bukan untuk umat manusia seluruh
dunia.
Di dalam Injil sendiri ada peristiwa di mana Yesus menolak seorang
wanita Kanaan (Palestina) yang meminta anaknya disembuhkan dari
kemasukan setan, Yesus menolak dan mengatakan, “Aku diutus hanya kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 15 :24). Yesus
sendiri menolong perempuan itu juga, namun tidak menyuruh perempuan itu
untuk ‘pindah keyakinan’. Penegasan itu juga nampak dari pesan Yesus
kepada para muridnya yang mewanti-wanti mereka untuk tidak menyebarkan
ajarannya kepada orang selain dari Bani Israil.
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada
mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke
dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel." (Matius 10:5-6)
Telah jelas bahwa Yesus menegaskan dirinya hanya untuk Bani Israil.
Namun para misionaris mengklaim bahwa hal itu hanya berlaku sebelum
kebangkitan. Setelah dibangkitkan maka misinya untuk umat manusia
seluruh dunia. Perubahan mendasar ini berangkat dari ajaran Paulus,
seorang Yahudi dari Tarsus yang mengaku-aku sebagai murid Yesus.
Ajaran Paulus inilah, -ditulis pada 49 M (Galatia-, yang mempengaruhi
Injil-injil yang ditulis sesudahnya yakni injil Markus (55 M), Injil
Matius (60-an M), Injil Yohanes (80 M), dan Injil Lukas (60 M).
Paulus,
Yahudi dari Tarsus, di dalam banyak ayat Injil digambarkan sebagai
seorang murid yang banyak tidak patuh pada Yesus, bahkan Yesus dalam
banyak ayat memarahi dia hingga menendangnya.
Paulus inilah yang kemudian mengubah ajaran Nabi Isa as. yang
berhaluan paganisme Yahudi. Namun hal ini terjadi tidak terlepas dari
kondisi sosial budaya bangsa Yahudi sebelum masa Nabi Isa. Turun.
Minimal ada tiga kondisi yang bisa kita telaah. Pertama, Aqidah
orang-orang Yahudi telah terkontaminasi kepercayaan Paganisme Babilonia.
Sekitar 50 tahun (586-535 SM) bangsa Yahudi berada di pengasingan di
Babilonia yang masyarakatnya menyembah berhala. Kedua, pada tahun 334
SM, Alexander raja Yunani menguasai bangsa Yahudi dan menyebarkan faham
Filsafat yang kemudian mempengaruhi pemikiran orang-orang Yahudi.
Ketiga, bangsa-bangsa yang menaklukan orang-orang Yahudi adalah penganut
politeisme. Ini pun berpengaruh kepada aqidah bangsa Yahudi.
Ketika Nabi Isa as, menyampaikan ajaran Allah SWT, pengaruh
kepercayaan paganisme memang sudah mengakar kuat di tengah-tengah
masyarakat, maka terjadilah penyimpangan pemahaman oleh Paulus terhadap
ajaran yang dibawa Nabi Isa as. Paulus pun mengklaim bahwa telah bertemu
Yesus (Isa) dan diangkat sebagai rasulnya. Ia kemudian mengajarkan
ajaran Isa yang telah dicampur adukkan dengan filsafat Yunani dan
Paganisme.
Allah SWT sudah mengingatkan hal ini dalam Surah Al Baqarah ayat 87,
“..Dan Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al kitab (Taurat) kepada
Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan
rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat)
kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.
Apakah Setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran)
yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa
orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain)
kamu bunuh?”
Tiga abad setelah peristiwa penyaliban, pengikut ajaran Nabi Isa as.
berkembang dengan beragam corak pemahamannya. Terjadi bentrokan diantara
mereka antara kalangan yang pro ajaran Tauhid dari Nabi Isa as. dengan
yang kontra. Mereka yang kontra notabene adalah kelompok pro ajaran
Paulus yang paganis. Peperangan ini sampai mengancam keutuhan kerajaan
Roma.
Karenanya, atas usulan Konstantin diadakanlah Muktamar di Nicea pada
tahun 325 M yang dihadiri sekitar 2048 orang dengan pendiriannya
masing-masing. Terjadi perdebatan yang sengit dan tak ada titik temu.
Akhirnya Konstantin yang cenderung pada paganis memanggil 318 orang yang
berfaham Paulus dan menyatakan dukungannya. Setelah itu muktamar
dilanjutkan, sementara itu peserta lainnya melakukan walk out.
Di dalam muktamar ini banyak dipilih doktrin-doktrin dan syiar–syiar
ibadah secara voting (tanggal paskah, peranan uskup, dan tentu saja
tentang ketuhanan Yesus). Setelah itu diadakanlah revisi terhadap Injil.
Sementara injil-injil lain yang bertentangan dimusnahkan. Dan orang
yang berani membaca injil terlarang itu akan dicap sebagai heretis
(berlaku bid’ah).
Perihal apakah injil yang asli masih adakah sampai saat ini?
Allahua’lam. Namun hemat saya, permasalahannya bukan pada masih ada yang
aseli atau tidak, namun injil hanya berlaku bagi kaum Nabi Isa as.
saja, sedangkan sekarang kita sebagai umat muslim telah memiliki kitab
Suci Al Qur’an sebagai kitab yang dijaga keasliannya oleh Allah SWT
hingga akhir zaman.
Kristen Pada Masa Rasulullah SAW
Tentu pada zaman Rasulullah SAW ada golongan yang beragama Nashrani.
Menurut Imam Ibnul Qayyim Al Jauzi, dalam Hidayatu Al-Hayara fi Ajwibati
Al-Yahud wa An-Nashara, umat Nasrani pada masa Rasulullah sudah
tersebar di sebagian belahan dunia. Di Syam, (hampir) semua penduduknya
adalah Nasrani. Adapun di Maghrib, Mesir, Habasyah, Naubah, Jazirah,
Maushil, Najran, dan lain-lain, meski tidak semuanya, namun mayoritas
penduduknya adalah Nasrani.
Terhadap mereka, Rasulullah SAW senantiasa melakukan Dakwah, seperti
yang pernah beliau lakukan kepada Raja Najasyi, seorang Raja Nashrani
yang tinggal di Ethiopia. Rasulullah SAW pun mengirimi surat kepada
Najasyi untuk bertauhid kepada Allah SWT. Berikut adalah pesan surat
tersebut,
"Dari Muhammad utusan Islam untuk An-Najasyi, penguasa Abyssinia
(Ethiopia). Salam bagimu, sesungguhnya aku bersyukur kepada Allah yang
tidak ada Tuhan kecuali Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, dan aku bersaksi
bahwa Isa putra Maryam adalah ruh dari Allah yang diciptakan dengan
kalimat Nya yang disampaikan Nya kepada Maryam yang terpilih, baik dan
terpelihara. Maka ia hamil kemudian diciptakan Isa dengan tiupan ruh
dari-Nya sebagaimana diciptakan Adam dari tanah dengan tangan Nya.
Sesungguhnya aku mengajakmu ke jalan Allah. Dan aku telah sampaikan dan
menasihatimu maka terimalah nasihatku. Dan salam bagi yang mengikuti
petunjuk."
Ketika Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam menulis surat kepada
Raja Najasyi untuk menjadi seorang muslim, maka Raja Najasyi mengambil
surat itu, beliau lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana.
Beliaupun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Tholib radiyallahu ‘anhu.
Namun Rasulullah SAW juga pernah melakukan perperangan terhadap kaum
Nashrani. Hal ini bermula ketika salah satu surat beliau telah dibawa
oleh Harits bin Umair ra. yang akan diberikan kepada Raja Bushra yang
Nashrani. Ketika sampai di Mu’tah, maka Syarahbil Ghassani yang ketika
itu menjadi salah seorang hakim kaisar telah membunuh utusan Rasulullah
SAW. Membunuh utusan, menurut aturan siapa saja, adalah suatu kesalahan
besar. Rasulullah SAW sangat marah atas kejadian itu.
Maka Rasulullah SAW menyiapkan pasukan sebanyak tiga ribu orang. Zaid
bin Haritsah ra. telah dipilih menjadi pemimpin pasukan tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika ia mati syahid dalam peperangan, maka
Ja’far bin Abi Thalib ra. menggantinya sebagai pemimpin pasukan. Jika ia
juga mati syahid, maka penlimpin pasukan digantikan oleh Abdullah bin
Rawahah ra. Jika ia juga mati syahid, maka terserah kaum muslim untuk
memilih siapa pemimpinnya". Allahua’lam. (Muhammad Pizaro Novelan
Tauhidi)
"Hai saudara-saudara, kalian tidak menyukai mati syahid yang menjadi tujuan kita berangkat ke medan perang ini! Kita berperang tidak mengandalkan banyaknya jumlah pasukan atau besarnya kekuatan, tetapi semata-mata berdasarkan agama yang dikaruniakan Allah kepada kita. Karena itu marilah kita maju! Tidak ada pilihan lagi kecuali salah satu dari dua kebajikan : Menang atau mati syahid."
Pasukan kedua belah pihak bertemu di Kirk. Dari segi jumlah personil dan senjata, kekuatan musuh jauh lebih besar dari kekuatan kaum Muslimin. Zaid bin Haritsah bersama kaum Muslimin bertempur menghadapi musuh hingga ia gugur di ujung tombak musuh, kemudian Ja‘far mengambil alih panji peperangan dan maju menerjang musuh dengna berani. Di tengah sengitnya pertempuran ia turun dari kudangnya lalu membunuh, melesat menerjang pasukan Romawi seraya bersyair:
Alangkah dekatnya surga
Harumnya semerbak dan segar minumannya
Kita hujamkan siksa ke atas orang-orang Romawi yang kafir nun jauh nasabnya
Pastilah aku yang memeranginya
Ia terus bertempur sampai tertebas oleh pedang orang Romawi yang memotong tubuhnya menjadi dua. Di tubuhnya terdapat lima puluh tusukan, semuanya di bagian depan. Kemudian panji peperangan diambil alih oleh Abdullah Rawahah. Ia maju memimpin pertempuran seraya bermadah :
Wahai jiwa, engkau harus terjun dengan suka atau terpaksa
Musuh-musuh telah maju ke medan laga
Tidakkah engkau rindukan surga
Telah lama engkau hidup tenang
Engkau hanya setetes air yang hina
Ia terus bertempur sampai gugur menjadi syahid.
Next: Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (1/4)
Category: | Other | http://daffodilmuslimah.multiply.com/reviews/item/135 |
[Disalin
dari buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al
Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani
Press]
Perang Mu‘tah
Peperangan ini terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun ke-8 Hijrih. Mu‘tah adalah sebuah desa yang terletak di perbatasan Syam. Desa ini sekarang bernama Kirk.
Yang menjadi sebab terjadinya peperangan ini ialah terbunuhnya Al-Harits bin Umair al Azdi, utusan Rasulullah saw kepada raja Basrah. Setelah Rasulullah saw menyerukan kaum Muslimin agar berangkat menuju Syam, dengan serta merta berkumpullah sebanyak 3000 tentara kaum Muslimin yang siap berangkat ke Mu‘tah.
Rasulullah saw tidak ikut serta bersama mereka. Dengan demikian anda tahu bahwa ini bukan ghazwah, tetapi hanyalah sariyah, namun hampir semua ulama sirah menamakannya ghazwah karena banyaknya jumlah kaum Muslimin yang berangkat dan arti penting yang dikandungnya. Rasulullah saw berpesan kepada mereka: "Yang bertindak sebagai Amir (panglima perang) adalah Zaid bin Haritsa. Jika Zaid gugur, Ja‘far bin Abu Thaalib penggantinya, bila Ja‘far gugur, Abdullah bin Rawahah penggantinya. Dan jika Abdullah bin Rawahah gugur maka hendaklah kaum Muslimin memilih penggantinya.“ Selanjutnya Nabi saw mewasiatkan kepada mereka agar sesampainya di sana mereka mengajak kepada Islam dan jika mereka menolak langsung menyerang dengan meminta pertolongan Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah saw bersama beberapa sahabatnya mengucapkan selamat jalan kepada semua pasukan dan para komandan mereka ketika keluar dari Madinah. Pada saat itu Abdullah bin Rawahah menangis tersedu-sedu. Orang-orang kemudian bertanya: “Apa yang menyebabkan anda menangis?“ Ia menjawab: “Demi Allah, bukan karena saya cinta dunia juga bukan karena perpisahan dengan kalian, tetapi aku pernah mendengar Rasulullah saw membaca salah satu ayat al-Quran yang menyebutkan neraka: “Dan tidak ada seorang pun di antaramu, melainkan mendatangi nereka itu. Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu kepastian ynag sudah ditetapkan.“ (QS Maryam 71 )
Aku tidak tahu apakah akan kembali setelah mendatanginya.
Keitka pasukan itu berangkat, kaum Muslimin mengucapkan do‘a: “Semoga Allah menyertai kalian, melindungi kalian, dan mengembalikan kalian pulang dalam keadaan baik-baik.“
Kemudian Abdullah bin Rawahah mengatakan :
Tetapi aku memohon ampunan kepada ar-Rahman dan tebasan pedang yang mengakhiri kehidupan atau lemparan tombak ke arah dada menembus lambung dan jantung agar orang yang menziarahi pusaraku berdo‘a Semoga Allah melimpahkan petunjuk dan karunia-Nya kepada orang yang telah berperang.
Setelah kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah, musuhpun mendengar keberangkatan mereka, kemudian mempersiapkan pasukan besar guna menghadapi kekuatan kaum Muslimin. Heraclius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara Romawi sedangkan Syurahbil bin Amer mengerahkan 100.000 tentara yang terdiri dari kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘.
Mendengar berita ini, kaum Muslimin kemudian berhenti selama dua malam di daerah bernama Muan guna merundingkan apa yang seharusnya dilakukan. Beberapa orang diantaranya berpendapat: "Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah saw melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus kita lakukan. Tetapi Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan ucapan berapi-api :
Perang Mu‘tah
Peperangan ini terjadi pada bulan Jumadil Ula tahun ke-8 Hijrih. Mu‘tah adalah sebuah desa yang terletak di perbatasan Syam. Desa ini sekarang bernama Kirk.
Yang menjadi sebab terjadinya peperangan ini ialah terbunuhnya Al-Harits bin Umair al Azdi, utusan Rasulullah saw kepada raja Basrah. Setelah Rasulullah saw menyerukan kaum Muslimin agar berangkat menuju Syam, dengan serta merta berkumpullah sebanyak 3000 tentara kaum Muslimin yang siap berangkat ke Mu‘tah.
Rasulullah saw tidak ikut serta bersama mereka. Dengan demikian anda tahu bahwa ini bukan ghazwah, tetapi hanyalah sariyah, namun hampir semua ulama sirah menamakannya ghazwah karena banyaknya jumlah kaum Muslimin yang berangkat dan arti penting yang dikandungnya. Rasulullah saw berpesan kepada mereka: "Yang bertindak sebagai Amir (panglima perang) adalah Zaid bin Haritsa. Jika Zaid gugur, Ja‘far bin Abu Thaalib penggantinya, bila Ja‘far gugur, Abdullah bin Rawahah penggantinya. Dan jika Abdullah bin Rawahah gugur maka hendaklah kaum Muslimin memilih penggantinya.“ Selanjutnya Nabi saw mewasiatkan kepada mereka agar sesampainya di sana mereka mengajak kepada Islam dan jika mereka menolak langsung menyerang dengan meminta pertolongan Allah.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah saw bersama beberapa sahabatnya mengucapkan selamat jalan kepada semua pasukan dan para komandan mereka ketika keluar dari Madinah. Pada saat itu Abdullah bin Rawahah menangis tersedu-sedu. Orang-orang kemudian bertanya: “Apa yang menyebabkan anda menangis?“ Ia menjawab: “Demi Allah, bukan karena saya cinta dunia juga bukan karena perpisahan dengan kalian, tetapi aku pernah mendengar Rasulullah saw membaca salah satu ayat al-Quran yang menyebutkan neraka: “Dan tidak ada seorang pun di antaramu, melainkan mendatangi nereka itu. Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu kepastian ynag sudah ditetapkan.“ (QS Maryam 71 )
Aku tidak tahu apakah akan kembali setelah mendatanginya.
Keitka pasukan itu berangkat, kaum Muslimin mengucapkan do‘a: “Semoga Allah menyertai kalian, melindungi kalian, dan mengembalikan kalian pulang dalam keadaan baik-baik.“
Kemudian Abdullah bin Rawahah mengatakan :
Tetapi aku memohon ampunan kepada ar-Rahman dan tebasan pedang yang mengakhiri kehidupan atau lemparan tombak ke arah dada menembus lambung dan jantung agar orang yang menziarahi pusaraku berdo‘a Semoga Allah melimpahkan petunjuk dan karunia-Nya kepada orang yang telah berperang.
Setelah kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah, musuhpun mendengar keberangkatan mereka, kemudian mempersiapkan pasukan besar guna menghadapi kekuatan kaum Muslimin. Heraclius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara Romawi sedangkan Syurahbil bin Amer mengerahkan 100.000 tentara yang terdiri dari kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘.
Mendengar berita ini, kaum Muslimin kemudian berhenti selama dua malam di daerah bernama Muan guna merundingkan apa yang seharusnya dilakukan. Beberapa orang diantaranya berpendapat: "Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah saw melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus kita lakukan. Tetapi Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan ucapan berapi-api :
"Hai saudara-saudara, kalian tidak menyukai mati syahid yang menjadi tujuan kita berangkat ke medan perang ini! Kita berperang tidak mengandalkan banyaknya jumlah pasukan atau besarnya kekuatan, tetapi semata-mata berdasarkan agama yang dikaruniakan Allah kepada kita. Karena itu marilah kita maju! Tidak ada pilihan lagi kecuali salah satu dari dua kebajikan : Menang atau mati syahid."
Pasukan kedua belah pihak bertemu di Kirk. Dari segi jumlah personil dan senjata, kekuatan musuh jauh lebih besar dari kekuatan kaum Muslimin. Zaid bin Haritsah bersama kaum Muslimin bertempur menghadapi musuh hingga ia gugur di ujung tombak musuh, kemudian Ja‘far mengambil alih panji peperangan dan maju menerjang musuh dengna berani. Di tengah sengitnya pertempuran ia turun dari kudangnya lalu membunuh, melesat menerjang pasukan Romawi seraya bersyair:
Alangkah dekatnya surga
Harumnya semerbak dan segar minumannya
Kita hujamkan siksa ke atas orang-orang Romawi yang kafir nun jauh nasabnya
Pastilah aku yang memeranginya
Ia terus bertempur sampai tertebas oleh pedang orang Romawi yang memotong tubuhnya menjadi dua. Di tubuhnya terdapat lima puluh tusukan, semuanya di bagian depan. Kemudian panji peperangan diambil alih oleh Abdullah Rawahah. Ia maju memimpin pertempuran seraya bermadah :
Wahai jiwa, engkau harus terjun dengan suka atau terpaksa
Musuh-musuh telah maju ke medan laga
Tidakkah engkau rindukan surga
Telah lama engkau hidup tenang
Engkau hanya setetes air yang hina
Ia terus bertempur sampai gugur menjadi syahid.
Kemudian kaum Muslimin
menyepakati Khalid bin Walib sebagai panglima perang. Ia kemudian
menggempur musuh hingga berhasil memukul mundur. Pada saat itulah Khalid
mengambil langkah strategis menarik tentaranya ke Madinah.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas ra bahwa sebelum kaum Muslimin mendengar berita tewasnya tiga panglima perang mereka, Rasulullah saw menyampaikan berita gugurnya Zaid, Ja‘far dan Ibnu Rawahah kepada mereka kemudian bersabda: “Zaid memegang panji kemudian gugur. Panji itu diambil oleh Ja‘far dan iapun gugur, Panji itu diambil oleh ibnu Rawahah ia pun gugur pula …“ Saat itu beliau meneteskan air mata seraya melanjutkan sabdanya: “..akhirnya panji itu diambil oleh "pedang Allah“ (Khalid bin Walid) dan akhirnya Allah mengaruniainya kemenangan kepada mereka (kaum Muslimin)“
Hadits ini sebagaimana anda ketahui menunjukkan bahwa pada akhirnya Allah memberikan dukungan kemenangan kepada kaum Muslimin, tidak sebagaimana dikatakan sebagian perawi sirah bahwa kaum Muslimin terpukul mundur dan kucar-kacir sehingga setelah itu kembali ke Madinah. Barangkali maksud orang-orang yang mengatakan hal ini ialah bahwa kaum Muslimin tidak mengejar tentara-tentara Romawi dan para pendukungnya pada saat mereka mundur dari posisi-posisi mereka, karena khawatir terhadap kaum Muslimin, kemudian kembali ke Madinah. Tak pelak lagi ini merupakan strategi bijaksana yang diambil oleh Khalid bin Walid ra.
Ibnu Hajar berkata: Di dalam al-Maghazinya buku sirah yang sangat terpercaya Musa bin Uqbah menyebutkan: Kemudian panji itu diambil oleh Abdullah bin Rawahah, dan ia pun gugur. Kemudian kaum Muslimin mengangkat Khalid bin Walid (sebagai panglima perang) dan akhirnya Allah mengalahkan musuh dan memenangkan kaum Muslimin. Imad bin Katsir berkata : Dapat disimpulkan bahwa Khalib bin Walid mengatur strategi dengan membawa mundur kaum Muslimin dan bertahan. Kemudian keesokkan harinya ia mulai mengubah posisi pasukan, yang tadinya di sayap kanan dipindahkan ke sayap kiri dan sebaliknya, untuk memberikan kesan kepada musuh kaum Muslimin mendapat bala bantuan. Kemudian Khalid menyerang merkea dan berhasil memukul mundur, tetapi Khalid tidak mengejar mereka dan melihat kembalinya kaum Muslimin (ke Madinah) merupakan pampasan yang sangat besar“.
Menjelang masuk kota Madinah, mereka disambut oleh Rasulullah saw dan anak-anak yang berhamburan menjemput mereka. Rasulullah saw bersabda : Ambillah anak-anak dan gendonglah mereka. Berikanlah kepadaku anak Ja‘far. Kemudian dibawalah Abdullah bin Ja‘far dan digendong oleh Nabi saw. Orang-orang meneriaki dengan ucapan :
"Wahai orang-orang yang lari ! Kalian lari di jalan Allah“
Tetapi Rasulullah saw membantah: "Mereka tidak lari (dari medan perang) tetapi mundur untuk menyerang kembali insya Allah“.
Beberapa Ibrah :
Diantara hal yang menimbulkan decak kekaguman dalam peperangan ini ialah perbedaan besar antara jumlah pasukan kaum Muslimin dan jumlah pasukan Romawi yang didukung oleh orang-orang Musyrikin itu mencapai 200.000 personil, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Sa‘ad dan kebanyakan penulis Sirah. Sedangkan jumlah pasukan Muslimin tidak mencapai tiga ribu. Ini berarti jumlah pasukan Musyrikin dan Romawi tidak kurang dari 50 kali lipat jumlah pasukan Muslimin.
Perbandingan jumlah yang sangat tidak seimbang ini jika anda renungkan menjadikan pasukan Muslimin berada di hadapan mobilisasi pasukan secara besar-besaran dari Romawi dan sekutunya (Musyrikin Arab), laksana parit kecil menghadapi lautan bear yang bergelombang. Dari segi peralatan jauh lebih besar dan canggih, sementara kaum Muslimin justru tengah menghadapi kekurangan dan paceklik.
Anehnya semua ini padahal mereka berangkat tanpa Nabi saw dalam sebuah sariyah tidak menggetarkan kaum Muslimin bahkan semua kekuatan tersebut sama sekali tidak dijadikan masalah berat. Padahal kalau melihat mereka melihat pasukan yang mengepungnya niscaya mereka akan seperti sebuah batu kecil di tengah padang pasir.
Kekaguman kita akan semakin bertambah besar manakala kita melihat kaum Muslimin dengan tegar dan berani menghadapi peperangan yang tidak seimbang ini. Amir (Panglima) perang mereka yang pertama, kedua dan ketiga gugur tetapi mereka tetap menerjang pintu Syahadah, sehingga Allah swt memasukkan rasa takut ke dalam hati pasukan Musyrikin tanpa adanya sebab yang terlihat dan akhirnya pasukan Muslimin berhasil memukul mundur pasukan Musyrikin dan membunuh sejumlah besar tentara mereka.
Tetapi semua kekaguman dan keheranan ini akan segera sirna manakala kita mengingat apa yang dapat dilakukan oleh keimanan kepada Allah, sikap tawakal semata-mata kepada-Nya dan yakin akan janji-Nya.
Bahkan hal yang mengherankan bagi kaum Muslimin jika mereka benar-benar Muslim kalau mereka tidak seperti itu. Benar-benar suatu keanehan jika kaum Muslimin menjadikan soal jumlah personil dan kecanggihan disamping janji kemenangan dan dukungan dari Allah atau surga kenikmatan yang abadi, kaum Muslimin seperti dikatakan oleh Abdullah bin Rawahah tidak berperang mengandalkan banyaknya jumlah pasukan atau besarnya kekuatan, tetapi semata-mata berdasarkan agama yang dikaruniakan Allah kepada kita.
Selain itu, peperangan ini mengandung sejumlah pelajaran yang penting, diantaranya :
Pertama,
Tausiyah (pesan) Nabi saw tersebut menunjukkan bahwa seorang Khalifah atau pemimpin kaum Muslimin boleh mengangkat seorang Amir dengan sesuatu syarat atau beberapa Amir bagi kaum Muslimin secara berturutan, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dalam pengangkatan Zaid kemudian Ja‘far dan Abdullah bin Rawahah. Para Ulama berkata: yang benar, apabila seorang khalifah telah melakukan pengangkatan beberapa Amir maka pengangkatan semuanyanya dinyatakan sah dalam waktu yang sama sekali secara serentak, tetapi tidak dilaksanakan kecuali sesuatu urutan.
Kedua,
Tausiyah Rasulullah saw juga menunjukkan disyariatkan ijtihad kaum Muslimin dalam memilih Amir mereka, apabila Amir mereka tidak ada (meninggal). Atau seorang Khalifah menyerahkan pemilihannya kepada mereka. Berkata Ath Thahawi: Ini adalah dasar yang menegaskan bahwa kaum Muslimin wajib mengajukan seorang Imam guna menggantikan Imam ynag tidak ada sampai ia datang.
Sebagaimana tausiyah ini juga menunjukkan disyariatkan beberpa ijtihad bagi kaum Muslimin di masa hidup Rasulullah saw.
Ketiga,
Seperti anda ketahui bahwa Nabi saw menyampaikan berita gugurnya, Zaid, Ja‘far dna Ibnu Rawahah kepada para sahabatnya seraya kedua matanya meneteskan air mata, padahal jarak antara Nabi saw dan pasukan kaum Muslimin sangat jauh.
Ini menunjukkan bahwa Allah telah melipat bumi untuk Nabi-Nya, sehingga beliau bisa melihat keadaan kaum Muslimin yang sedang berperang di perbatasan Syam dan peristiwa-peristiwa yang dialami para sahabatnya. Ini termasuk perkara luar biasa yang banyak dikaruniakan Allah kepada kekasih-Nya.
Hadits itu sendiri menunjukkan betapa kasih sayang Nabi saw kepada sahabatnya. Bukan hal kecil seorang Nabi menangis di hadapan para sahabatnya saat menyampaikan berita para syuhada tersebut. Anda tentunya memahami bahwa menangisnya Rasulullah saw atas kematian mereka ini tidak bertentangan dengan sikap ridha terhadap qadha dan qadar Allah. Karena sebagaimana dikatkaan Nabi saw, mata ini bisa meneteskan air mata dan hati pun bisa bersedih. Itu adalah kelembutan alamiyah dan ramat yang difitrahkan Allah kepada mereka.
Keempat,
Hadits penyampaian Nabi saw tentang berita ketiga orang Syuhada tersebut mencatat keutamaan khusus bagi Khalid bin Walid ra. Rasulullah saw di akhir sabdanya menegaskan kepada mereka: “Sehingga panji itu diambil oleh pedang Allah dan akhirnya mengalahkan mereka. Peristiwa ini merupakan peperangan pertama kali diikuti oleh Khalid bin Walid dalam barisan kaum Muslimin, sebab belum lama ia menyatakan dirinya masuk Islam. Dari sini anda tahu bahwa Nabi sawlah yang memberikan panggilan "Pedang Allah“ kepada Khalid bin Walid.
Di dalam peperangan ini Khalid ra telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. Imam Bukhri meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam perang Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman“. Ibnu Hajar berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin telah banyak membunuh musuh mereka.
Adapun tentang sebab ucapan kaum Muslimin kepada pasukan mereka ketika kembali ke Madinah .“Wahai orang-orang ynag lari! Kalian lari di jalan Allah“, adalah karena mereka tidak mengejar terus orang-orang Romawi yang sudah kalah itu dan meninggalkan daerah yang telah direbut melalui peperangan, sebab hal semacam ini tidak lumrah di kalangan mereka dalam peperangan-peperangan yang lain. Khalid menilai cukup sampai sebatas itu saja kemudian kembali ke Madinah. Namun seperti anda ketahui tindakan tersebut merupakan langkah bijaksana yang diambil oleh Khalid ra demi menjaga pasukan Musliin dan kesan kehebatan mereka (tentara Muslimin) di hati orang-orang Romawi itu. Oleh sebab itu, Rasulullah saw membantah mereka dengan sabda beliau: “Mereka tidak lari (dari medan perang) tetapi mereka mundur untuk menyerang balik insya Allah“.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas ra bahwa sebelum kaum Muslimin mendengar berita tewasnya tiga panglima perang mereka, Rasulullah saw menyampaikan berita gugurnya Zaid, Ja‘far dan Ibnu Rawahah kepada mereka kemudian bersabda: “Zaid memegang panji kemudian gugur. Panji itu diambil oleh Ja‘far dan iapun gugur, Panji itu diambil oleh ibnu Rawahah ia pun gugur pula …“ Saat itu beliau meneteskan air mata seraya melanjutkan sabdanya: “..akhirnya panji itu diambil oleh "pedang Allah“ (Khalid bin Walid) dan akhirnya Allah mengaruniainya kemenangan kepada mereka (kaum Muslimin)“
Hadits ini sebagaimana anda ketahui menunjukkan bahwa pada akhirnya Allah memberikan dukungan kemenangan kepada kaum Muslimin, tidak sebagaimana dikatakan sebagian perawi sirah bahwa kaum Muslimin terpukul mundur dan kucar-kacir sehingga setelah itu kembali ke Madinah. Barangkali maksud orang-orang yang mengatakan hal ini ialah bahwa kaum Muslimin tidak mengejar tentara-tentara Romawi dan para pendukungnya pada saat mereka mundur dari posisi-posisi mereka, karena khawatir terhadap kaum Muslimin, kemudian kembali ke Madinah. Tak pelak lagi ini merupakan strategi bijaksana yang diambil oleh Khalid bin Walid ra.
Ibnu Hajar berkata: Di dalam al-Maghazinya buku sirah yang sangat terpercaya Musa bin Uqbah menyebutkan: Kemudian panji itu diambil oleh Abdullah bin Rawahah, dan ia pun gugur. Kemudian kaum Muslimin mengangkat Khalid bin Walid (sebagai panglima perang) dan akhirnya Allah mengalahkan musuh dan memenangkan kaum Muslimin. Imad bin Katsir berkata : Dapat disimpulkan bahwa Khalib bin Walid mengatur strategi dengan membawa mundur kaum Muslimin dan bertahan. Kemudian keesokkan harinya ia mulai mengubah posisi pasukan, yang tadinya di sayap kanan dipindahkan ke sayap kiri dan sebaliknya, untuk memberikan kesan kepada musuh kaum Muslimin mendapat bala bantuan. Kemudian Khalid menyerang merkea dan berhasil memukul mundur, tetapi Khalid tidak mengejar mereka dan melihat kembalinya kaum Muslimin (ke Madinah) merupakan pampasan yang sangat besar“.
Menjelang masuk kota Madinah, mereka disambut oleh Rasulullah saw dan anak-anak yang berhamburan menjemput mereka. Rasulullah saw bersabda : Ambillah anak-anak dan gendonglah mereka. Berikanlah kepadaku anak Ja‘far. Kemudian dibawalah Abdullah bin Ja‘far dan digendong oleh Nabi saw. Orang-orang meneriaki dengan ucapan :
"Wahai orang-orang yang lari ! Kalian lari di jalan Allah“
Tetapi Rasulullah saw membantah: "Mereka tidak lari (dari medan perang) tetapi mundur untuk menyerang kembali insya Allah“.
Beberapa Ibrah :
Diantara hal yang menimbulkan decak kekaguman dalam peperangan ini ialah perbedaan besar antara jumlah pasukan kaum Muslimin dan jumlah pasukan Romawi yang didukung oleh orang-orang Musyrikin itu mencapai 200.000 personil, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Sa‘ad dan kebanyakan penulis Sirah. Sedangkan jumlah pasukan Muslimin tidak mencapai tiga ribu. Ini berarti jumlah pasukan Musyrikin dan Romawi tidak kurang dari 50 kali lipat jumlah pasukan Muslimin.
Perbandingan jumlah yang sangat tidak seimbang ini jika anda renungkan menjadikan pasukan Muslimin berada di hadapan mobilisasi pasukan secara besar-besaran dari Romawi dan sekutunya (Musyrikin Arab), laksana parit kecil menghadapi lautan bear yang bergelombang. Dari segi peralatan jauh lebih besar dan canggih, sementara kaum Muslimin justru tengah menghadapi kekurangan dan paceklik.
Anehnya semua ini padahal mereka berangkat tanpa Nabi saw dalam sebuah sariyah tidak menggetarkan kaum Muslimin bahkan semua kekuatan tersebut sama sekali tidak dijadikan masalah berat. Padahal kalau melihat mereka melihat pasukan yang mengepungnya niscaya mereka akan seperti sebuah batu kecil di tengah padang pasir.
Kekaguman kita akan semakin bertambah besar manakala kita melihat kaum Muslimin dengan tegar dan berani menghadapi peperangan yang tidak seimbang ini. Amir (Panglima) perang mereka yang pertama, kedua dan ketiga gugur tetapi mereka tetap menerjang pintu Syahadah, sehingga Allah swt memasukkan rasa takut ke dalam hati pasukan Musyrikin tanpa adanya sebab yang terlihat dan akhirnya pasukan Muslimin berhasil memukul mundur pasukan Musyrikin dan membunuh sejumlah besar tentara mereka.
Tetapi semua kekaguman dan keheranan ini akan segera sirna manakala kita mengingat apa yang dapat dilakukan oleh keimanan kepada Allah, sikap tawakal semata-mata kepada-Nya dan yakin akan janji-Nya.
Bahkan hal yang mengherankan bagi kaum Muslimin jika mereka benar-benar Muslim kalau mereka tidak seperti itu. Benar-benar suatu keanehan jika kaum Muslimin menjadikan soal jumlah personil dan kecanggihan disamping janji kemenangan dan dukungan dari Allah atau surga kenikmatan yang abadi, kaum Muslimin seperti dikatakan oleh Abdullah bin Rawahah tidak berperang mengandalkan banyaknya jumlah pasukan atau besarnya kekuatan, tetapi semata-mata berdasarkan agama yang dikaruniakan Allah kepada kita.
Selain itu, peperangan ini mengandung sejumlah pelajaran yang penting, diantaranya :
Pertama,
Tausiyah (pesan) Nabi saw tersebut menunjukkan bahwa seorang Khalifah atau pemimpin kaum Muslimin boleh mengangkat seorang Amir dengan sesuatu syarat atau beberapa Amir bagi kaum Muslimin secara berturutan, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dalam pengangkatan Zaid kemudian Ja‘far dan Abdullah bin Rawahah. Para Ulama berkata: yang benar, apabila seorang khalifah telah melakukan pengangkatan beberapa Amir maka pengangkatan semuanyanya dinyatakan sah dalam waktu yang sama sekali secara serentak, tetapi tidak dilaksanakan kecuali sesuatu urutan.
Kedua,
Tausiyah Rasulullah saw juga menunjukkan disyariatkan ijtihad kaum Muslimin dalam memilih Amir mereka, apabila Amir mereka tidak ada (meninggal). Atau seorang Khalifah menyerahkan pemilihannya kepada mereka. Berkata Ath Thahawi: Ini adalah dasar yang menegaskan bahwa kaum Muslimin wajib mengajukan seorang Imam guna menggantikan Imam ynag tidak ada sampai ia datang.
Sebagaimana tausiyah ini juga menunjukkan disyariatkan beberpa ijtihad bagi kaum Muslimin di masa hidup Rasulullah saw.
Ketiga,
Seperti anda ketahui bahwa Nabi saw menyampaikan berita gugurnya, Zaid, Ja‘far dna Ibnu Rawahah kepada para sahabatnya seraya kedua matanya meneteskan air mata, padahal jarak antara Nabi saw dan pasukan kaum Muslimin sangat jauh.
Ini menunjukkan bahwa Allah telah melipat bumi untuk Nabi-Nya, sehingga beliau bisa melihat keadaan kaum Muslimin yang sedang berperang di perbatasan Syam dan peristiwa-peristiwa yang dialami para sahabatnya. Ini termasuk perkara luar biasa yang banyak dikaruniakan Allah kepada kekasih-Nya.
Hadits itu sendiri menunjukkan betapa kasih sayang Nabi saw kepada sahabatnya. Bukan hal kecil seorang Nabi menangis di hadapan para sahabatnya saat menyampaikan berita para syuhada tersebut. Anda tentunya memahami bahwa menangisnya Rasulullah saw atas kematian mereka ini tidak bertentangan dengan sikap ridha terhadap qadha dan qadar Allah. Karena sebagaimana dikatkaan Nabi saw, mata ini bisa meneteskan air mata dan hati pun bisa bersedih. Itu adalah kelembutan alamiyah dan ramat yang difitrahkan Allah kepada mereka.
Keempat,
Hadits penyampaian Nabi saw tentang berita ketiga orang Syuhada tersebut mencatat keutamaan khusus bagi Khalid bin Walid ra. Rasulullah saw di akhir sabdanya menegaskan kepada mereka: “Sehingga panji itu diambil oleh pedang Allah dan akhirnya mengalahkan mereka. Peristiwa ini merupakan peperangan pertama kali diikuti oleh Khalid bin Walid dalam barisan kaum Muslimin, sebab belum lama ia menyatakan dirinya masuk Islam. Dari sini anda tahu bahwa Nabi sawlah yang memberikan panggilan "Pedang Allah“ kepada Khalid bin Walid.
Di dalam peperangan ini Khalid ra telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. Imam Bukhri meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam perang Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman“. Ibnu Hajar berkata: Hadits ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin telah banyak membunuh musuh mereka.
Adapun tentang sebab ucapan kaum Muslimin kepada pasukan mereka ketika kembali ke Madinah .“Wahai orang-orang ynag lari! Kalian lari di jalan Allah“, adalah karena mereka tidak mengejar terus orang-orang Romawi yang sudah kalah itu dan meninggalkan daerah yang telah direbut melalui peperangan, sebab hal semacam ini tidak lumrah di kalangan mereka dalam peperangan-peperangan yang lain. Khalid menilai cukup sampai sebatas itu saja kemudian kembali ke Madinah. Namun seperti anda ketahui tindakan tersebut merupakan langkah bijaksana yang diambil oleh Khalid ra demi menjaga pasukan Musliin dan kesan kehebatan mereka (tentara Muslimin) di hati orang-orang Romawi itu. Oleh sebab itu, Rasulullah saw membantah mereka dengan sabda beliau: “Mereka tidak lari (dari medan perang) tetapi mereka mundur untuk menyerang balik insya Allah“.
Tags: sirah nabawiyah
Prev: Umrah QadhaNext: Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (1/4)
Perang Mu’tah; Heroik, 3.000 VS 200.000 | |||
Dikirim: [02/06/2010] | |||
http://www.madinatulilmi.com/?prm=posting&kat=2&var=detail&id=287
PERTEMPURAN
paling heroik dan dahsyat yang dialami umat Islam di era awal
perkembangan Islam adalah saat mereka yang hanya berkekuatan 3000 orang
melawan pasukan terkuat di muka bumi saat itu, Pasukan Romawi dengan
kaisarnya Heraclius yang membawa pasukan sebanyak 200.000. Pasukan super
besar tersebut merupakan pasukan aliansi antara kaum Nashara Romawi dan
Nashara Arab sekitar dataran Syam, jajahan Romawi. Perang terjadi di
daerah Mu’tah –sehingga sejarawan menyebutnya perang Mu’tah- (sekitar
yordania sekarang), pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8 H atau tahun 629
M.
Latar Belakang
Penyebab perang Mu’tah ini bermula ketika Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengirim utusan bernama al-Harits bin Umair al-‘Azdi yang akan dikirim ke penguasa Bashra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani dari bani Gasshaniyah (daerah jajahan romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi Heraclius. Setelah itu kepalanya dipenggal. Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan politik dunia. Membunuh utusan sama saja ajakan untuk berperang. Hal inilah yang membuat beliau marah.
Mendengar utusan damainya dibunuh, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sangat sedih. Setelah sebelumnya berunding dengan para Sahabat, lalu diutuslah pasukan muslimin untuk berangkat ke daerah Syam. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sadar melawan penguasa Bushra berarti juga melawan pasukan Romawi yang notabene adalah pasukan terbesar dan terkuat di muka bumi ketika itu. Namun ini harus dilakukan karena bisa saja suatu saat pasukan lawan akan menyerang Madinah. Kelak pertempuran ini adalah awal dari pertempuran Arab - Bizantium.
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata “Pasukan ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Jakfar bin Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah –saat itu beliau meneteskan air mata- selanjutnya bendera itu dipegang oleh seorang ‘pedang Allah’ dan Akhirnya Allah Subhânahu wata‘âlâ memberikan kemenangan. (HR. al-Bukhari)
Peperangan yang Sengit
Kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah. Musuh pun mendengar keberangkatan mereka. Dipersiapkanlah pasukan super besar guna menghadapi kekuatan kaum Muslimin. Heraclius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara Romawi sedangkan Syurahbil bin ‘Amr mengerahkan 100.000 tentara yang terdiri dari kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘. Kedua pasukan bergabung.
Mendengar kekuatan musuh yang begitu besar, kaum Muslimin berhenti selama dua malam di daerah bernama Mu’an guna merundingkan apa langkah yang akan diambil. Beberapa orang berpendapat, “Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam, melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus kita lakukan.” Tetapi Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan ucapan berapi-api:
“Demi Allah Subhânahu wata‘âlâ, sesungguhnya apa yang kalian tidak sukai ini adalah sesuatu yang kalian keluar mencarinya, yaitu syahid (gugur di medan perang). Kita tidak berperang karena jumlah pasukan atau besarnya kekuatan. Kita berjuang semata-mata untuk agama ini yang Allah Subhânahu wata‘âlâ telah memuliakan kita dengannya. Majulah! Hanya ada salah satu dari dua kebaikan; menang atau gugur (syahid) di medan perang.” Lalu mereka mengatakan, “ Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata benar.”
Terjadilah perang di daerah Mu’tah (sekitar Yordania sekarang). Perang dimulai. Komandan pasukan, Zaid bin Haritsah bertempur heroik, membabat pedangnya kesana kemari, menghabisi pasukan Romawi. Perlawanannya harus terhenti setelah ia tersungkur dari kudanya karena kudanya berhasil di ditombak. Zaid gugur setelah ditebas pedang lawan.
Lalu komandan perang dipegang Jakfar bin Abu Thalib. Jakfar bertempur dengan gagah berani sambil memegang bendera pasukan. Tiba-tiba tangan kirinya putus tertebas pedang musuh. Lalu bendera dipegang tangan kanannya. Namun tangan kanannya pun ditebas. Dalam kondisi demikian, semangat beliau tidak surut, ia tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai beliau gugur oleh senjata lawan. Berdasarkan keterangan Ibnu Umar Radhiyallâhu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan beliau akibat tusukan pedang dan anak panah.
Selanjutnya komando pasukan diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah. Namun nasibnya pun sama, gugur sebagai syuhada. Tsabit bin Arqam Radhiyallâhu ‘anhu mengambil bendera yang tidak bertuan itu dan berteriak memanggil para Sahabat Nabi agar menentukan pengganti yang memimpin kaum muslimin. Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid Radhiyallâhu ‘anhu yang terkenal sebagai seorang yang punya strategi perang yang handal. Ini adalah peperangan pertamanya, karena belum lama dia masuk Islam.
Khalid bin Walid Radhiyallâhu ‘anhu sangat sadar, tidaklah mungkin menandingi pasukan sebesar pasukan Romawi tanpa siasat yang jitu. Ia lalu mengatur strategi, ditebarkan rasa takut ke diri musuh dengan selalu formasi pasukan setiap hari. Pasukan di barisan depan ditukar dibelakang, dan yang dibelakang berada didepan. Pasukan sayap kanan berganti posisi ke kiri begitupun sebaliknya. Tujuannya adalah agar pasukan romawi mengira pasukan muslimin mendapat bantuan tambahan pasukan baru.
Khalid bin Walid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum muslimin pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang dengan menarik pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat seperti pasukan bantuan yg datang dengan membuat debu-debu berterbangan. Pasukan musuh yg menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, bahwa kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa kewalahan, apalagi jika datang pasukan bantuan. Karena itu, pasukan musuh merasa takut dan akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran. Pasukan Islam lalu kembali ke Madinah, mereka tidak mengejar pasukan Romawi yang lari, karena dengan mundurnya pasukan Romawi berarti Islam sudah menang.
Menang atau Imbang
Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa pertempuran ini berakhir imbang. Hal karena kedua belah pasukan sama-sama menarik mundur pasukannya yang lebih dahulu dilakukan oleh Romawi. Sedangkan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa dalam pertempuran ini kemenangan berada di tangan Muslim.
Sebenarnya tanpa ada justifikasi kemenanganpun akan diketahui ada dipihak siapa. Keberanian pasukan yang hanya berjumlah 3.000 dengan gagah berani menghadapi dan dapat mengimbangi pasukan yang sangat besar dan bersenjata lebih canggih dan lengkap cukup menjadi bukti. Bahkan jika menghitung jumlah korban dalam perang itu siapapun akan langsung mengatakan bahwa umat islam menang. Mengingat korban dari pihak muslim hanya 12 orang, (Menurut riwayat Ibnu Ishaq 8 orang, sedang dalam kitab as-Sîrah ash-Shahîhah (hal.468) 13 orang) sedangkan pasukan Romawi tercatat sekitar 20.000 orang.
Perang ini adalah perang yang sangat sengit meski jumlah korban hanya sedikit dari pihak muslim. Di dalam peperangan ini Khalid Radhiyallâhu ‘anhu telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. Imam Bukhari meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam perang Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman.” Ibnu Hajar mengatakan, Hadis ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin telah banyak membunuh musuh mereka. ** www.sidogiri.net
Referensi: Muhammad bin Ishaq, as-Sîrah an-Nabawiyyah li-bni Ishaq Ad-Dimisyqiy, Abu al-Fida’ al-Hafidz Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Nihayah, dan as-Sîrah an-Nabawiyyah li Ibni Katsir.
Latar Belakang
Penyebab perang Mu’tah ini bermula ketika Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengirim utusan bernama al-Harits bin Umair al-‘Azdi yang akan dikirim ke penguasa Bashra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani dari bani Gasshaniyah (daerah jajahan romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar Romawi Heraclius. Setelah itu kepalanya dipenggal. Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk menyalahi aturan politik dunia. Membunuh utusan sama saja ajakan untuk berperang. Hal inilah yang membuat beliau marah.
Mendengar utusan damainya dibunuh, Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sangat sedih. Setelah sebelumnya berunding dengan para Sahabat, lalu diutuslah pasukan muslimin untuk berangkat ke daerah Syam. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sadar melawan penguasa Bushra berarti juga melawan pasukan Romawi yang notabene adalah pasukan terbesar dan terkuat di muka bumi ketika itu. Namun ini harus dilakukan karena bisa saja suatu saat pasukan lawan akan menyerang Madinah. Kelak pertempuran ini adalah awal dari pertempuran Arab - Bizantium.
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata “Pasukan ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Jakfar bin Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah –saat itu beliau meneteskan air mata- selanjutnya bendera itu dipegang oleh seorang ‘pedang Allah’ dan Akhirnya Allah Subhânahu wata‘âlâ memberikan kemenangan. (HR. al-Bukhari)
Peperangan yang Sengit
Kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah. Musuh pun mendengar keberangkatan mereka. Dipersiapkanlah pasukan super besar guna menghadapi kekuatan kaum Muslimin. Heraclius mengerahkan lebih dari 100.000 tentara Romawi sedangkan Syurahbil bin ‘Amr mengerahkan 100.000 tentara yang terdiri dari kabilah Lakham, Juzdan, Qain dan Bahra‘. Kedua pasukan bergabung.
Mendengar kekuatan musuh yang begitu besar, kaum Muslimin berhenti selama dua malam di daerah bernama Mu’an guna merundingkan apa langkah yang akan diambil. Beberapa orang berpendapat, “Sebaiknya kita menulis surat kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam, melaporkan kekuatan musuh. Mungkin beliau akan menambah kekuatan kita dengan pasukan yang lebih besar lagi, atau memerintahkan sesuatu yang harus kita lakukan.” Tetapi Abdullah bin Rawahah tidak menyetujui pendapat tersebut. Bahkan ia mengobarkan semangat pasukan dengan ucapan berapi-api:
“Demi Allah Subhânahu wata‘âlâ, sesungguhnya apa yang kalian tidak sukai ini adalah sesuatu yang kalian keluar mencarinya, yaitu syahid (gugur di medan perang). Kita tidak berperang karena jumlah pasukan atau besarnya kekuatan. Kita berjuang semata-mata untuk agama ini yang Allah Subhânahu wata‘âlâ telah memuliakan kita dengannya. Majulah! Hanya ada salah satu dari dua kebaikan; menang atau gugur (syahid) di medan perang.” Lalu mereka mengatakan, “ Demi Allah, Ibnu Rawahah berkata benar.”
Terjadilah perang di daerah Mu’tah (sekitar Yordania sekarang). Perang dimulai. Komandan pasukan, Zaid bin Haritsah bertempur heroik, membabat pedangnya kesana kemari, menghabisi pasukan Romawi. Perlawanannya harus terhenti setelah ia tersungkur dari kudanya karena kudanya berhasil di ditombak. Zaid gugur setelah ditebas pedang lawan.
Lalu komandan perang dipegang Jakfar bin Abu Thalib. Jakfar bertempur dengan gagah berani sambil memegang bendera pasukan. Tiba-tiba tangan kirinya putus tertebas pedang musuh. Lalu bendera dipegang tangan kanannya. Namun tangan kanannya pun ditebas. Dalam kondisi demikian, semangat beliau tidak surut, ia tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai beliau gugur oleh senjata lawan. Berdasarkan keterangan Ibnu Umar Radhiyallâhu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan beliau akibat tusukan pedang dan anak panah.
Selanjutnya komando pasukan diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah. Namun nasibnya pun sama, gugur sebagai syuhada. Tsabit bin Arqam Radhiyallâhu ‘anhu mengambil bendera yang tidak bertuan itu dan berteriak memanggil para Sahabat Nabi agar menentukan pengganti yang memimpin kaum muslimin. Maka, pilihan mereka jatuh pada Khalid bin Walid Radhiyallâhu ‘anhu yang terkenal sebagai seorang yang punya strategi perang yang handal. Ini adalah peperangan pertamanya, karena belum lama dia masuk Islam.
Khalid bin Walid Radhiyallâhu ‘anhu sangat sadar, tidaklah mungkin menandingi pasukan sebesar pasukan Romawi tanpa siasat yang jitu. Ia lalu mengatur strategi, ditebarkan rasa takut ke diri musuh dengan selalu formasi pasukan setiap hari. Pasukan di barisan depan ditukar dibelakang, dan yang dibelakang berada didepan. Pasukan sayap kanan berganti posisi ke kiri begitupun sebaliknya. Tujuannya adalah agar pasukan romawi mengira pasukan muslimin mendapat bantuan tambahan pasukan baru.
Khalid bin Walid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum muslimin pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang dengan menarik pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat seperti pasukan bantuan yg datang dengan membuat debu-debu berterbangan. Pasukan musuh yg menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, bahwa kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa kewalahan, apalagi jika datang pasukan bantuan. Karena itu, pasukan musuh merasa takut dan akhirnya mengundurkan diri dari medan pertempuran. Pasukan Islam lalu kembali ke Madinah, mereka tidak mengejar pasukan Romawi yang lari, karena dengan mundurnya pasukan Romawi berarti Islam sudah menang.
Menang atau Imbang
Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam menyebutkan bahwa pertempuran ini berakhir imbang. Hal karena kedua belah pasukan sama-sama menarik mundur pasukannya yang lebih dahulu dilakukan oleh Romawi. Sedangkan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa dalam pertempuran ini kemenangan berada di tangan Muslim.
Sebenarnya tanpa ada justifikasi kemenanganpun akan diketahui ada dipihak siapa. Keberanian pasukan yang hanya berjumlah 3.000 dengan gagah berani menghadapi dan dapat mengimbangi pasukan yang sangat besar dan bersenjata lebih canggih dan lengkap cukup menjadi bukti. Bahkan jika menghitung jumlah korban dalam perang itu siapapun akan langsung mengatakan bahwa umat islam menang. Mengingat korban dari pihak muslim hanya 12 orang, (Menurut riwayat Ibnu Ishaq 8 orang, sedang dalam kitab as-Sîrah ash-Shahîhah (hal.468) 13 orang) sedangkan pasukan Romawi tercatat sekitar 20.000 orang.
Perang ini adalah perang yang sangat sengit meski jumlah korban hanya sedikit dari pihak muslim. Di dalam peperangan ini Khalid Radhiyallâhu ‘anhu telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. Imam Bukhari meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam perang Mu‘tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman.” Ibnu Hajar mengatakan, Hadis ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin telah banyak membunuh musuh mereka. ** www.sidogiri.net
Referensi: Muhammad bin Ishaq, as-Sîrah an-Nabawiyyah li-bni Ishaq Ad-Dimisyqiy, Abu al-Fida’ al-Hafidz Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa Nihayah, dan as-Sîrah an-Nabawiyyah li Ibni Katsir.
dasar purba.mana ada agama mengajarkan perang
BalasHapusPERANG TELAH ADA SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW..DAN SEBELUM NABI IBRAHIM..AS
BalasHapusPERANG HANYA DILAKUKAN MANUSIA..DAN DIKEMBANGKAN OLEH MANUSIA..
AGAMA MENGAJARKAN TENTANG KEBENARAN DAN MENINGGALKAN KEBATILAN..SEJAK ADAM-IBRAHIM-MUSA-MUHAMMAD... DAN ...MUHAMMAD MELAKUKAN PERANG KARENA TERPAKSA.. DIMANA SEBELUMNYA MUHAMMAD DAN UMAT ISLAM..SANGAT DITEKAN DAN DIZHALIMI..DIRAMPAS HAK2..DAN HARTA MILIKNYA...DENGAN SANGAT DILUAR BATAS KEMANUSIAAN.
SETELAH ADA PERINTAH ATAU TURUNNYA AYAT2 UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRI DAN MELAKUKAN PERLAWANAN TERHADAP YANG MELAKUKAN PERANG ATAU PENINDASAN..DENGAN CARA MELAKUKAN PERLAWANAN ..DENGAN TANPA BERLEBIHAN..DENGAN MEMPERLAKUKAN MEREKA YANG KALAH DENGAN BERPRIKEMANUSIAAN.. DENGAN MENGUBURKAN MAYAT2 MUSUHNYA YANG JUGA GUGUR...DAN MENJAGA PARA TAWANAN...DAN TEBUSAN2NYA..DENGAN CARA YANG BIJAK DAN ADIL...
MEMANG PERANG BUKANLAH JALAN BAIK..KECUALI TERPAKSA DILAKUKAN.. KARENA ADANYA KEZHALIMAN-ATAU TINDAKAN2 MAKAR..ATAU INVASI ATAU PENJAJAHAN..
SAYA BUKAN AHLI PERANG..ATAU ANALIS PERANG... SAYA HANYA MEMBACA DAN INGIN MENGETAHUI MENGAPA HARUS TERJADI PERANG.. SEHINGGA KALAU BISA DIHINDARKAN..PERANG ITU... KARENA ..KORBANNYA ADALAH MANUSIA2..YANG SEHARUSNYA SALING BERBAGAI DAN TIDAK SALING MENZHALIMI...ATAU MELAKUKAN PENINDASAN..ATAU INVASI..ATAU PERAMPASAN2...HAK BANGSA DAN MILIK RAKYAT ... ENTAHLAH..
Semoga Allah swt mengukuhkan iman kita dalam menghayati islam secara benar. Saya juga seorang mualaf yang baru mulai memahami islam walaupun masih banyak yang saya belum fahami dan menjadi pertannyaan. Semoga melalui rubrik ini banyak pelajaran yang di ambil dan lebih dari itu mari kita tekun dan memohon kepada Allah swt memberi ketajaman hati dan menurunkan hidayahnya sertai menyrtai kita dalam perjalanan untuk mengambil hikmahnya. Betapa dunia ini damai apabila kita memahami islam sebaik2nya. Tetapi apakah permusuhan dan tertanamnya kebencian atau ketidak pengertian banyak golongan terhadap islam atau sebaliknya, bisa ada formulanya untuk saling mau mendengar dan saling mau mengkaji kebenaran hakiki yang semestinya di gali dan di amalkan sebagai seorang hamba ciptaan Allah? Dunia yang sekarang kita diami ini menanti kapan kita harus pergi. Meninggalkan semuanya dan menuju alam abadi dimana kita disana akan di sharing dan di tempatkan? Dunia abadi yang akan ada di depan kita adalah hanya 2 tempat. Surga dan neraka. Sungguh tidak ada manusia yang tidak luput dari dosa. Kalau bukan karna karunia dan kasih Allah jualah yang akan meringankan dosa manusia. Tetapai bagaimana Allah akan mengasihani kita kalau tidak ada keinginan untuk menggapainya? Bukankah waktu panjang yang telah diberikan oleh Allah swt dalam hidup ini adalah kesempatan kita untuk mencari ridhonya?
BalasHapuskeberadaan tabut perjanjian masih misteri
BalasHapus