Jum''at, 28 September 2012 | 14:17 WIB
Polisi:Tersangka FR Spontan Serang Siswa SMA 6
Siswa
SMA Negeri 70 Jakarta FT alias Doyok, tersangka pembacokan siswa SMAN 6
Alawy Yusianto Putra, dikawal petugas kepolisian memasuki Mapolres
Metro Jakarta Selatan, Kamis (27/9). ANTARA/Dhoni Setiawan
TEMPO.CO, Jakarta
- Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan, Ajun Komisaris
Besar Hermawan, mengatakan penyerangan sejumlah siswa SMA Negeri 70
terhadap siswa SMA Negeri 6, Senin lalu, 24 September 2012, dilakukan
secara tidak terencana. Berdasarkan informasi penyidik, kata Hermawan,
tersangka FR dan sejumlah rekannya menyerang secara spontan.
"Begitu melihat pelajar lain langsung terjadi perkelahian," kata Hermawan, Jumat, 28 September 2012. Dari keterangan saksi, kata dia, FR membolos dari ujian agama di SMA 70.
Hasil pemeriksaan sementara, polisi menemukan kecocokan antara darah korban dan darah yang melekat di celurit yang disita sebagai barang bukti. "Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa darah di baju korban identik dengan darah yang melekat di celurit," ujarnya.
Berdasarkan keterangan saksi, kata dia, celurit ini yang diduga dipakai oleh tersangka FR untuk menebas Alawy, siswa SMA 6. Saat penyerangan ini terjadi, seorang saksi mencoba merebut celurit yang dipegang oleh tersangka FR.
Pergumulan pun terjadi di antara mereka. Celurit dari tangan tersangka berhasil diamankan. "Kami belum tahu dari mana asal senjatanya," ucap Hermawan.
Saat ini tersangka FR masih diperiksa. Pengacara FR, Nazarudin Lubis, mengatakan pemeriksaan belum sampai kepada isi materi. FR mengaku terkejut terkait dengan tindakan kriminalnya Senin lalu. "Dia tidak menyangka akan seperti ini," kata Lubis. Menurut Lubis, tersangka FR menyerang sebagai bentuk solidaritas antarteman.
Sebelumnya, sejumlah siswa SMA Negeri 70 menyerang SMA Negeri 6, Senin, 24 September 2012. Siswa di kedua sekolah ini sudah sering terlibat tawuran. Dalam kasus yang terakhir itu, dua pelajar terluka dan satu pelajar tewas. Pelajar yang tewas itu adalah Alawy Yusianto Putra, kelas X SMA 6.
ADITYA BUDIMAN
"Begitu melihat pelajar lain langsung terjadi perkelahian," kata Hermawan, Jumat, 28 September 2012. Dari keterangan saksi, kata dia, FR membolos dari ujian agama di SMA 70.
Hasil pemeriksaan sementara, polisi menemukan kecocokan antara darah korban dan darah yang melekat di celurit yang disita sebagai barang bukti. "Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa darah di baju korban identik dengan darah yang melekat di celurit," ujarnya.
Berdasarkan keterangan saksi, kata dia, celurit ini yang diduga dipakai oleh tersangka FR untuk menebas Alawy, siswa SMA 6. Saat penyerangan ini terjadi, seorang saksi mencoba merebut celurit yang dipegang oleh tersangka FR.
Pergumulan pun terjadi di antara mereka. Celurit dari tangan tersangka berhasil diamankan. "Kami belum tahu dari mana asal senjatanya," ucap Hermawan.
Saat ini tersangka FR masih diperiksa. Pengacara FR, Nazarudin Lubis, mengatakan pemeriksaan belum sampai kepada isi materi. FR mengaku terkejut terkait dengan tindakan kriminalnya Senin lalu. "Dia tidak menyangka akan seperti ini," kata Lubis. Menurut Lubis, tersangka FR menyerang sebagai bentuk solidaritas antarteman.
Sebelumnya, sejumlah siswa SMA Negeri 70 menyerang SMA Negeri 6, Senin, 24 September 2012. Siswa di kedua sekolah ini sudah sering terlibat tawuran. Dalam kasus yang terakhir itu, dua pelajar terluka dan satu pelajar tewas. Pelajar yang tewas itu adalah Alawy Yusianto Putra, kelas X SMA 6.
ADITYA BUDIMAN
Gawat! Ada Mafia Bisnis di Balik Tawuran Pelajar
JAKARTA (voa-islam.com) - http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/09/27/20873/pelaku-pembacokan-tawuran-pelajar-mengaku-puas/
Kasus tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 Bulungan, Jakarta Selatan, sudah
berlangsung cukup lama, ada dugaan hal ini ditunggangi pihak ketiga yang
punya kepentingan. Guru-guru SMA 6 menduga ada pihak ketiga yang
mengincar lokasi sekolah karena letak atau wilayahnya tergolong
strategis dan tidak jauh dari pusat perbelanjaan.
”Ada
pihak ketiga yang menginginkan sekolah SMA 6 atau SMA 70 karena di sini
daerahnya sangat strategis. Kami belum tahu itu perusahaan atau apa,
tapi yang jelas mereka salah satu penyebab tawuran,” ucap Guru SMA 6
Agustin Suwartini, saat dikunjungi Komite III DPD RI di SMA 6 Jakarta,
Jakarta, Kamis (27/9/2012).
Untuk
itu, tegasnya, pihak sekolah menolak untuk direlokasikan ke tempat lain.
Bagaimanapun, gedung SMA 6 banyak menyimpan sejarah. “Kami tidak mau
sekolah dipindahkan, karena banyak sejarah di sekolah ini,” lontar staf
Kurikulum SMA 6 itu.
...Ada pihak ketiga yang menginginkan sekolah SMA 6 atau SMA 70 karena di sini daerahnya sangat strategis. Kami belum tahu itu perusahaan atau apa, tapi yang jelas mereka salah satu penyebab tawuran
Selain
itu, pihaknya juga menolak untuk dilakukan merger atau penggabungan
antara SMA 6 dan SMA 70. Dirinya menilai, hal tersebut tidak tepat
karena siswa dan siswi SMA 70 jumlahnya sangat banyak sehingga tidak
efisien dalam belajar. “Jika dimerger apa jadinya sekolahnya nanti
dengan jumlah siswa yang banyak,” terang Agustin.
Sementara
itu, Ketua Komite II DPD RI Hardi Selamat Hood menambahkan oknum yang
menginginkan adanya relokasi SMA 6 yang terletak di dekat Blok M Plaza
perlu diantisipasi. “Ada oknum yang mendekati pihak SMA 6, ini yang
harus diselidiki jangan sampai dimanfaatkan oleh pihak luar,” tutur dia.
Dengan
demikian, lanjutnya, perlu koordinasi dan kerjasama dengan kepolisian
dalam rangka deteksi dini dan pencegah agar tidak terjadi tawuran
pelajar lagi. Pencegahan itu bisa saja dengan cara sosialisasi dan
advokasi atas dampak negatif tawruan pelajar. “Kita perlu melakukan
kerjasama dengan kepolisian agar tidak ada tawuran pelajar,” harap
Anggota DPD RI asal Kepulauan Riau itu.
Selain
itu, perlu juga melakukan cara ekstrim untuk menghilangkan tradisi
tawuran. Salah satunya, mengeluarkan siswa yang terlibat tawuran,
memindahkan sekolah, dan menggabungkan sekolah. “Mungkin cara ini bisa
memutuskan rantai masalah tawuran pelajar selama ini,” ulas Hardi.
...Kita tidak boleh putus asa. Kita bongkar siapa mafianya!
Bongkar Mafia di Balik Tawuran Pelajar
Hal
senada juga disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhamamd Nuh
yang curiga adanya pihak yang bermain terkait maraknya aksi tawuran
antarpelajar akhir-akhir ini. Nuh meyakini ada mafia yang membuat
tawuran antarpelajar kian marak.
"Kita
tidak boleh putus asa. Kita bongkar siapa mafianya!" kata Mendikbud
Mohammad Nuh di Gedung Kemdikbud Jakarta, Jumat (28/9).
Saat
ini, Kemdikbud dan pihak sekolah masih membicarakan solusi atas tawuran
antarpelajar. Nuh mengingatkan kepada sekolah untuk mendisiplinkan
siswa-siswanya.
"Tegakan
disiplin di setiap sekolah kalau ada anak sekolah yang melakukan
pelanggaran harus out. Siapapun orang tuanya," tegasnya. [Widad/jpnn]
Pelaku Pembacokan Tawuran Pelajar Mengaku Puas!
JAKARTA (voa-islam.com) -
Belum usai kasus tawuran pelajar antara SMAN 6 dan SMAN 70 yang
menewaskan Alawy Yusianto Putra, tawuran pelajar kembali terjadi.
Kali
ini, tawuran pelajar SMA Yayasan Karya 66 (Yake) dan pelajar SMK Kartika
Zeni (Kaze) juga memakan korban jiwa. Deny Januar (17), siswa kelas III
SMA Yake tewas dengan luka bacok di perut, dalam aksi tawuran Rabu
(26/9/2012) siang itu.
Menurut aparat kedua sekolah memang sering terlibat tawuran. Sehingga aksi Rabu siang tersebut adalah aksi lanjutan.
"SMK
Kartika Zeni dan SMA Yayasan Karya 66 kan berada di wilayah Jakarta
Timur nah mereka (saksi) menyampaikan pertengkaran sudah sejak lama
terjadi di sana. Jadi ini peristiwa lanjutan. Kebetulan rumah mereka di
Saharjo, Manggarai sekitarnya. Jadi tadi saat turun angkot ke rumah
masing-masing mereka berpapasan dan terjadilah tawuran," papar Kasat
Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Hermawan, Rabu (26/9/2012).
Dalam
aksi tawuran tersebut, pihak aparat kepolisian akhirnya menangkap
seorang terduga pelaku pembacokan dari SMA Kaze dengan inisial AD.
Prihatin
dengan aksi tawuran yang terjadi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Muhammad Nuh mengunjungi AD alias Jarot, di Mapolres Jakarta
Selatan.
Saya agak surprise, syok. Saya sempat tanya, puas mas membunuh korban? 'Saya puas pak'
M Nuh
sempat syok saat berbincang dengan pembunuh Deny tersebut. "Saya agak
surprise, syok. Saya sempat tanya, puas mas membunuh korban? 'Saya puas
pak'," kata Nuh dengan mata berkaca-kaca kepada wartawan, Rabu
(26/9/2012) malam.
Menegaskan apa yang didengarnya, Nuh kembali bertanya kepada pelajar kelas XI SMK Kartika Zeni itu.
"Puas pak, tapi agak menyesal," ungkap Nuh menirukan perkataan AD.
Lebih
lanjut Nuh menuturkan, mendidik anak seperti tersangka memang berat. Ia
menilai dari cara berbicara, gerak tubuh dan penampilannya, tak ada
tanda penyesalan dalam diri AD.
"Ada beban sosial yang dibawanya. Bukan lagi masalah pendidikan atau sekolah biasa," tambahnya. [Widad/trb, jpn]
http://id.berita.yahoo.com/empat-hari-tiga-tawuran-pelajar-di-jakarta-082924416.html
TEMPO.CO, Jakarta
- Selama empat hari terakhir, Kepolisian Daerah Metro Jaya mencatat ada
tiga aksi tawuran antarpelajar di DKI Jakarta. Bentrokan pertama
terjadi saat sejumlah pelajar SMAN 70 menyerang para pelajar SMAN 6 di
Bulungan, Jakarta Selatan. Aksi yang terjadi Senin, 24 September 2012,
pecah pada pukul 12.10.
Dalam bentrokan ini dua pelajar
SMAN 6 mengalami luka-luka. Sedang satu pelajar tewas, yaitu Alawi
Yusianto. Polisi sudah menangkap satu pelaku utama berinisial FR,
pelajar kelas XI SMAN 70.
Selang dua hari, tawuran kembali
terjadi di Jalan Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan. Kali ini
melibatkan para pelajar dari SMA Yayasan Karya 66 (Yake) dan SMK Kartika
Zeni. Kembali satu pelajar tewas dengan luka bacok di perut atas nama
Deni Yanuar, siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66 (Yake). Tak lama usai
bentrok, polisi meringkus pembacok dari SMK Kartika Zeni berinisial AD.
Masih
di hari yang sama namun di tempat terpisah, bentrok antarpelajar pecah
di Jalan Komodor, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Susilo, 15 tahun,
murid kelas X SMK Mahardhika, diserang dua pelajar SMK. Kendati terkena
sabetan celurit, nyawa Susilo bisa diselamatkan saat dibawa ke Rumah
Sakit UKI, Cawang.
Juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris
Besar Rikwanto, menegaskan polisi akan menindak tegas pelaku tawuran.
Bila pelaku di bawah umur, polisi tetap akan memproses. "Perlakuannya
saja yang berbeda kalau pelaku masih di bawah umur," kata dia di
Mapolda, Kamis, 27 September 2012.
Berdasarkan data dari
Polda Metro Jaya, dari Januari hingga September 2012, tercatat ada
sembilan kasus tawuran yang melibatkan pelajar. Sebanyak empat kasus
terjadi di Jakarta Selatan, dua kasus di Jakarta Timur, dan satu kasus
masing-masing terjadi di Jakarta Pusat, Depok, dan Bekasi. ADITYA BUDIMAN
Berita Lainnya:
Keluarga Korban Tawuran Tak Punya Dana Pengobatan
Polisi: Tersangka FR Spontan Serang Siswa SMA 6
Empat Pelindung FR Terancam Pidana
Psikolog: Traning Solusi Tawuran SMA 6 dan SMA 70
Jl Benjamin Sueb-Jl RE Marthadinata Rawan Tawuran
Enam Pelajar Tersangka Tawuran di Kemayoran
Jumat, 28/09/2012 18:31 WIB
Ini Lokasi dan Waktu Rawan Tawuran Pelajar di Jakarta
E Mei Amelia R - detikNews
http://news.detik.com/read/2012/09/28/183151/2044444/10/ini-lokasi-dan-waktu-rawan-tawuran-pelajar-di-jakarta?n991102605
Jakarta
Polisi telah memetakan 37 titik rawan aksi tawuran pelajar di wilayah
Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Depok. Aksi kekerasan pelajar itu kerap
dilakukan pada siang hingga sore hari atau jam-jam pulang sekolah.
"Rata-rata terjadi pada siang hingga sore hari antara pukul 12.00-14.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (28/9/2012).
"Rata-rata terjadi pada siang hingga sore hari antara pukul 12.00-14.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Jumat (28/9/2012).
Berikut lokasi rawan tawuran berdasarkan data dari Humas Polda Metro Jaya.
I. Jakarta Pusat
1. Jl Petojo, Gambir
2. Jl Kramat Jaya Senen
3. Jl Garuda, Senen
4. Jl Letjen Suprapto, Cempaka Putih
II. Jakarta Utara:
1. Jl Yos Sudarso depan Pos Giro
2. Jl RE Martadinata jembatan goyang, Tanjung Priok
3. Samping lapangan golf Kemayoran
III. Jakarta Barat
1. Depan season city tambora/jembatan besi
2. Jl Ratumenten, Tanjung Duren
3. Jl Daan Mogot, Depan indosiar
4. Jl Daan Mogot Taman Kota Cengkareng
5. Jl Baru Palmerah
IV. Jakarta Selatan
1. Kawasan Bulungan
2. Jl Buncit Raya
3. Jl bukit Duri
4. Jl Minangkabau, Manggarai
5. jl Ir H Juanda, Ciputat, depan kampus UIN.
V. Jakarta Timur:
1. Jl matraman raya,
2. jl otista raya,
3. jl pahlawan revolusi pondok bambu
4.jl DI Panjaitan Cawang
5. Jl Raya Cakung
VI Depok:
1. Jl raya sawangan
2. jl Merdeka
VII. Bekasi Kota
1. Jl Ahyadi Sekitar gor
2. jl Joyo Martono, Bulak kapal.
VIII. Bekasi Kabupaten:
1. pertigaan kawasan Hyundai, Cikarang Selatan
2. Jembatan flyover Cikarang Kota
3. jembatan perbatasan kedung waringin
IX. Tangerang Kota:
1. Jl MH Thamrin Cipondoh
2. flyover Jl jenderal Sudirman
3. flyover cikokol
4. jl Daan mogot batu ceper
5. jl r patah sudimara selatan ciledug
X. Tangerang Kabupaten:
1. jl serang depan citra raya cikupa
2. jl serang pasar Balaraha
3. Jl raya serpong Tangsel
"Semua polres/polsek pantau titik rawan. Hanya kalau ada polisi, mereka bisa geser ke tempat lain," kata Rikwanto lagi.
(mei/mad)
Jumat, 28/09/2012 17:58 WIB
16 Siswa SMAN 70 Dipanggil Terkait Tewasnya Alawy
E Mei Amelia R - detikNews
http://news.detik.com/read/2012/09/28/175836/2044310/10/16-siswa-sman-70-dipanggil-terkait-tewasnya-alawy?nd771108bcj
Jakarta Aparat polisi terus mendalami kasus tewasnya Alawy Yusianto Putra (15), siswa Kelas XI SMAN 6 dalam tawuran bersama siswa SMAN 70. Setelah menangkap pelaku utama, Fitrah Ramadani alias Doyok, polisi juga akan memanggil 16 siswa SMAN 70 yang ikut tawuran bersama Doyok.
"Hari ini kita melayangkan pemanggilan ke 16 temannya ke alamat masing-masing. Mereka yang disebut-sebut ikut dalam tawuran," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada wartawan di Jakarta, Jumat (28/9/2012).
Rikwanto belum bisa memastikan apakah 16 siswa SMAN 70 itu bisa dijerat pidana yang sama dengan Doyok atau tidak.
"Nanti kita lihat dalam pemeriksaan, peran-peran satu persatu apa. Apakah ikut menganiaya atau hanya sebagai penggembira," kata Rikwanto.
Seperti diketahui, siswa SMAN 6 dan SMAN 70 terlibat dalam aksi tawuran di Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin (24/9) siang lalu. Peristiwa itu mengakibatkan Alawy meninggal dunia akibat sabetan arit di dadanya.
Polisi kemudian berhasil menangkap pelakunya, Doyok di tempat persembunyiannya di Sleman, Yogyakarta. Doyok kemudian dijerat pasal berlapis yakni pasal 170 ayat (2) KUHP jo Pasal 351 ayat (3) KUHP jo Pasal 338 KUHP tentang pengeroyokan yang mengakibatkan orang meninggal dunia dan atau penganiayaan yang mengakibatkan seseorang meninggal dunia dan atau pembunuhan.
Atas perbuatannya itu, Doyok terancam hukuman tertinggi yakni 15 tahun penjara karena telah menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja.
Proses hukum tegas yang diterapkan polisi tidak hanya diberlakukan bagi Doyok. Polisi juga menjerat Adi, orang yang menyembunyikan Doyok di Yogyakarta dengan pasal 221 ayat (1) KUHP dengan ancaman hukuman 9 bulan penjara.
(mei/mad)
Jakarta Setelah Kemendikbud, kini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI da Pemprov DKI juga membentuk tim untuk mengatasi tawuran pelajar. Tim bakal terdiri dari beberapa unsur.
Anggota Komisi E DPRD DKI, Dwi Rio Sambodo mengatakan, tim khusus tersebut terdiri dari pihak eksekutif, legislatif, dan beberapa unsur terkait lainnya.
"DPRD akan membentuk tim khusus yang terdiri dari beberapa perwakilan Komisi E dengan instansi terkait, termasuk pihak eksekutif," kata Rio di gedung DPRD DKI Jakarta, jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (28/9/2012).
Selain membentuk tim khusus, Rio juga meminta agar Kepala Dinas Pendidikan dan kepala sekolah terkait untuk bertanggung jawab atas peristiwa tawuran yang terjadi. Terlebih aksi tawuran yang terjadi belakangan ini sampai merenggut nyawa seorang pelajar.
"Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah diminta bertanggung jawab," tegasnya.
Dia pun berharap agar tradisi kekerasan di lingkungan sekolah, seperti masa orientasi siswa (MOS) dan hubungan dengan alumni dihentikan. Apalagi menurutnya, kasus tawuran seperti yang terjadi antara SMA 6 vs SMA 70 dan SMK Kartika Zeni vs SMA Yayasan Karya 66 (Yake) hingga merenggut nyawa pelajar.
"Menghentikan tradisi kekerasan di lingkusangan sekolah, seperti MOS, hubungan alumni dan lainnya. Karena tawuran pelajar dalam beberapa hari ini sebagai fenomena gunung es, dimana selain kasus ini, banyak kasus serupa yang tidak terungkap,"
Rio mengatakan, aksi tawuran pelajar tersebut sebagai akibat dari sebab, karena ada persoalan besar lainnya. "Diantaranya sistem belajar mengajar, wadah perhimpunan sebagai ekspresi pelajar sebagai remaja yang minim, pendidikan budi pekerti atau kebangsaan yang gagal dan lainnya," jelas Rio.
Seperti diketahui, pada Senin (24/9) kemarin seorang siswa SMA 6 Alawy Yusianto Putra (15) tewas akibat diserang oleh siswa SMA 70. Kedua sekolah ini memang mempunyai catatan panjang mengenai aksi tawuran.
Selang dua hari kejadian tersebut, aksi tawuran kembali terjadi di kawasan Jl Saharjo, Manggarai, Jakarta Selatan. Aksi ini menewaskan Deni Januar (17) siswa SMA Yayasan Karya 66, Rabu (26/9) lalu.
(jor/mad)
Jakarta Aparat polisi terus mendalami kasus tewasnya Alawy Yusianto Putra (15), siswa Kelas XI SMAN 6 dalam tawuran bersama siswa SMAN 70. Setelah menangkap pelaku utama, Fitrah Ramadani alias Doyok, polisi juga akan memanggil 16 siswa SMAN 70 yang ikut tawuran bersama Doyok.
"Hari ini kita melayangkan pemanggilan ke 16 temannya ke alamat masing-masing. Mereka yang disebut-sebut ikut dalam tawuran," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada wartawan di Jakarta, Jumat (28/9/2012).
Rikwanto belum bisa memastikan apakah 16 siswa SMAN 70 itu bisa dijerat pidana yang sama dengan Doyok atau tidak.
"Nanti kita lihat dalam pemeriksaan, peran-peran satu persatu apa. Apakah ikut menganiaya atau hanya sebagai penggembira," kata Rikwanto.
Seperti diketahui, siswa SMAN 6 dan SMAN 70 terlibat dalam aksi tawuran di Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin (24/9) siang lalu. Peristiwa itu mengakibatkan Alawy meninggal dunia akibat sabetan arit di dadanya.
Polisi kemudian berhasil menangkap pelakunya, Doyok di tempat persembunyiannya di Sleman, Yogyakarta. Doyok kemudian dijerat pasal berlapis yakni pasal 170 ayat (2) KUHP jo Pasal 351 ayat (3) KUHP jo Pasal 338 KUHP tentang pengeroyokan yang mengakibatkan orang meninggal dunia dan atau penganiayaan yang mengakibatkan seseorang meninggal dunia dan atau pembunuhan.
Atas perbuatannya itu, Doyok terancam hukuman tertinggi yakni 15 tahun penjara karena telah menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja.
Proses hukum tegas yang diterapkan polisi tidak hanya diberlakukan bagi Doyok. Polisi juga menjerat Adi, orang yang menyembunyikan Doyok di Yogyakarta dengan pasal 221 ayat (1) KUHP dengan ancaman hukuman 9 bulan penjara.
(mei/mad)
Jumat, 28/09/2012 17:43 WIB
Setelah Kemendikbud, DPRD & Pemprov DKI Juga Bentuk Tim Anti Tawuran
Jakarta Setelah Kemendikbud, kini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI da Pemprov DKI juga membentuk tim untuk mengatasi tawuran pelajar. Tim bakal terdiri dari beberapa unsur.
Anggota Komisi E DPRD DKI, Dwi Rio Sambodo mengatakan, tim khusus tersebut terdiri dari pihak eksekutif, legislatif, dan beberapa unsur terkait lainnya.
"DPRD akan membentuk tim khusus yang terdiri dari beberapa perwakilan Komisi E dengan instansi terkait, termasuk pihak eksekutif," kata Rio di gedung DPRD DKI Jakarta, jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (28/9/2012).
Selain membentuk tim khusus, Rio juga meminta agar Kepala Dinas Pendidikan dan kepala sekolah terkait untuk bertanggung jawab atas peristiwa tawuran yang terjadi. Terlebih aksi tawuran yang terjadi belakangan ini sampai merenggut nyawa seorang pelajar.
"Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah diminta bertanggung jawab," tegasnya.
Dia pun berharap agar tradisi kekerasan di lingkungan sekolah, seperti masa orientasi siswa (MOS) dan hubungan dengan alumni dihentikan. Apalagi menurutnya, kasus tawuran seperti yang terjadi antara SMA 6 vs SMA 70 dan SMK Kartika Zeni vs SMA Yayasan Karya 66 (Yake) hingga merenggut nyawa pelajar.
"Menghentikan tradisi kekerasan di lingkusangan sekolah, seperti MOS, hubungan alumni dan lainnya. Karena tawuran pelajar dalam beberapa hari ini sebagai fenomena gunung es, dimana selain kasus ini, banyak kasus serupa yang tidak terungkap,"
Rio mengatakan, aksi tawuran pelajar tersebut sebagai akibat dari sebab, karena ada persoalan besar lainnya. "Diantaranya sistem belajar mengajar, wadah perhimpunan sebagai ekspresi pelajar sebagai remaja yang minim, pendidikan budi pekerti atau kebangsaan yang gagal dan lainnya," jelas Rio.
Seperti diketahui, pada Senin (24/9) kemarin seorang siswa SMA 6 Alawy Yusianto Putra (15) tewas akibat diserang oleh siswa SMA 70. Kedua sekolah ini memang mempunyai catatan panjang mengenai aksi tawuran.
Selang dua hari kejadian tersebut, aksi tawuran kembali terjadi di kawasan Jl Saharjo, Manggarai, Jakarta Selatan. Aksi ini menewaskan Deni Januar (17) siswa SMA Yayasan Karya 66, Rabu (26/9) lalu.
(jor/mad)
jangankan anak sekolahnya... warga jakarta yang sudah bangkotan aja masih suka tawuran... Ibu kota Indonesia harus dipindahkan...
BalasHapusjangankan anak sekolahnya... warga jakarta yang sudah bangkotan aja masih suka tawuran... Ibu kota Indonesia harus dipindahkan...
BalasHapusbu nety.. salah besar... klw dmk..?? itu tujuan para mafia.. dg mengkriminalisasi pribumi..dan masyarakat jakarta.. Mereka ingin menjadikan Jkt menjadi kota mereka.. dg fasilitas yg sdh bagus.. dan strategis..??
HapusMereka menghilangkan situs sejarah..?? Disini ada banyak situs perjuangan bangsa.. dimana negara NKRI ini diproklamasikan.. dan pertempuran2.. sekitarnya.. yg belum masuk sejarah.. dan juga tempat2 dimana para pejuang melakukan manuver perjuangan bangsa melawan penjajah..??
Nah.. para mafia akan meluluh lantakan sejarah NKRI..dan menguasainya menjadi kota bisnis yg bisa saja tanpa moral.. dg kebebasan seperti di barat... yg penuh hedon dan maksiat..??
jadi waspadalah terhadap issue2 yg menjerumuskan anak bangsa.. kepada pemikiran nihilis.. dan penghancuran sejarah bangsa..??