Muhammadiyah Kerahkan Massa Jika Insiden 'Baptis' Massal SD Bekasi Tak Diusut
BEKASI (voa-islam.com) –
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bekasi mengecam keras upaya kristenisasi yang dilakukan kelompok misionaris radikal dengan modus baptis massal di beberapa sekolah dasar di Kabupaten Bekasi. Warga persyarikatan Muhammadiyah siap kerahkan massa bila kasus bernuansa SARA yang mengancam akidah umat ini tidak diusut tuntas oleh aparat pemerintah dan kepolisian.
Pernyataan itu disampaikan Drs Sudarno Sumodimejo, Wakil Ketua PDM Kabupaten Bekasi, menanggapi maraknya kristenisasi di beberapa sekolah dasar Kabupaten Bekasi belakangan ini. Ia sangat menyesalkan penyebaran agama lain kepada umat Islam, apalagi itu dilakukan dengan cara-cara yang licik dengan mendompleng institusi Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono.
“Jika misionaris menggunakan institusi, maka kita protes keras kepada institusi itu. Bila perlu kita somasi mereka dan kita adukan ke Polres Bekasi untuk menindaklanjuti insiden tersebut,” ujarnya kepada voa-islam.com, Ahad (16/10/2011).
Supaya insiden bernuansa SARA di lingkungan sekolah dasar Bekasi ini tidak meresahkan umat, Muhammadiyah mendesak kepada aparat kepolisian dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi untuk mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya. “Usut tuntas kejadian tersebut, termasuk aktor intelektual yang terlibat. Bila perlu bekerjasama dengan kelompok elemen masyarakat, LSM, ormas Islam dan MUI,” tandasnya.
Namun jika aparat pemerintah dan kepolisian tidak tanggap terhadap kasus yang menzalimi akidah umat, Muhammadiyah Bekasi mengancam akan mengerahkan masa. “Pengerahan masa merupakan langkah terakhir jika semua pihak baik dinas pendidikan maupun kepolisian tidak merespon positif protes atas kejadian tersebut,” ancam Sudarno yang juga pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bekasi itu.
Supaya tidak memperkeruh suasana, Muhammadiyah mengingatkan agar umat Islam waspada dan tidak mudah ditunggangi oleh penumpang gelap di balik insiden bernuansa SARA tersebut. Menurutnya, momentum ini mudah dimanfaatkan orang tak bertanggungjawab demi kepentingan pribadi dan golongan.
Membela agama dari gerakan pemurtadan, lanjut Darno, adalah kewajiban semua umat Islam. Tapi pembelaan itu harus jauh dari tindakan anarkisme yang justru merusak citra umat Islam. “Jika para misionaris itu melecehkan agama Islam, maka wajib hukumnya kita umat Islam membela sampai detik darah penghabisan,” pungkasnya.
Seperti diberitakan voa-islam.com sebelumnya, insiden bernuansa SARA dilakukan sekelompok misionaris di beberapa SD Negeri dan SD Islam di Kabupaten Bekasi, hari kamis (6/10/2011), antara lain: SDN Mangunjaya 01, SDN Mangunjaya 05, SDN Mekarsari 03, SDN Mekarsari 06, SDN Mekarsari 07, SDN Mekarsari 08, SD Islam Al-Hikmah, dan masih banyak lagi. Modusnya, belasan misionaris ini masuk ke sekolah-sekolah menawarkan program edukasi dan motivasi yang mendompleng program Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Dalam aksinya, belasan misionaris ini menyebarkan kekristenan melalui cerita-cerita, renungan dan lagu-lagu Kristen. Yang membuat resah pihak sekolah, para misionaris ini membagi-bagikan tas dan alat tulis bercorak Kristen yang memuat ayat-ayat Bibel. Prosesi puncaknya, para misionaris itu melakukan doa pemberkatan dan menciprati siswa-siswi SD dengan air yang mereka yakini sebagai air suci. Pihak guru dan beberapa ustadz mantan Kristen, menyebut prosesi itu sebagai pembaptisan.
Menurut Bernard Abdul Jabbar, mantan misionaris yang sekarang hijrah menjadi Muslim taat, di beberapa denominasi gereja terdapat prosesi baptis dengan pencipratan air. “Di Kristen ada berbagai prosesi baptis, di antaranya baptis selam dan baptis percik,” jelas Bernard yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi itu. [taz]
'Baptis' Massal Siswa SD Marak, FPI Serukan Perang Melawan Kristenisasi
BEKASI (voa-islam.com) –
Gerakan kristenisasi yang dilakukan secara massif oleh para misionaris radikal dengan mendompleng program Mobil Pintar di SD Negeri dan SD Islam Bekasi adalah bukti bahwa Bekasi adalah mercusuar Kristenisasi di Indonesia. Umat Islam harus meningkatkan kewaspadaan dan memerangi segala bentuk gerakan pemurtadan akidah.
Ketua Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya, KH Murhali Barda kembali mengingatkan umat agar mewaspadai gerakan pemurtadan di Bekasi Raya yang semakin berbahaya dan ugal-ugalan. “Pembaptisan massal terhadap siswa-siswi di delapan SD Negeri dan SD Islam di Tambun Bekasi ini adalah tantangan dakwah. Ini adalah bukti konkret yang tak terbantahkan bahwa Kuffar Salibis menargetkan Bekasi, baik Kota atau Kabupaten sebagai salah satu Mercusuar Kristenisasi di Indonesia,” jelasnya di kantor voa-islam.com, usai menggelar acara Silaturahmi Keluarga Besar FPI Bekasi Raya, malam Ahad (15/10/2011).
Murhali prihatin dengan kondisi umat yang tidak fokus membentengi akidah dan melawan gerakan pemurtadan. Salah satu penyebabnya adalah gerakan deradikalisasi dan isu teroris. Menurutnya, dua isu ini telah memandulkan perjuangan dan dakwah umat Islam.
“Sayangnya, umat Islam disibukkan bahkan dibuat mandul dengan isu teroris dan gerakan deradikalisasi,” jelas Murhali yang belum lama keluar dari rumah tahanan karena berjuang membentengi akidah umat dari arogansi HKBP itu.
Berkaca dari insiden Ciketing yang justru dimanfaatkan pihak lain, Murhali mengimbau para aktivis Muslim agar perjuangan melawan pemurtadan dilakukan dalam shaff yang rapat, lurus dan dalam koridor hukum yang benar. “Maka bangkitlah kalian wahai singa-singa Islam! Perkokoh barisan sebagaimana tentara-tentara yang siap berperang! Perangilah gerakan salibis kuffar dan jangan gentar! Allahu ma'akum. Allahu akbar..!!” tutup alumnus Pesantren Modern Gontor itu.
Sebelumnya diberitakan voa-islam.com, insiden bernuansa SARA dilakukan sekelompok misionaris di beberapa SD Negeri dan SD Islam di Kabupaten Bekasi, hari kamis (6/10/2011), antara lain: SDN Mangunjaya 01, SDN Mangunjaya 05, SDN Mekarsari 03, SDN Mekarsari 06, SDN Mekarsari 07, SDN Mekarsari 08, SD Islam Al-Hikmah, dan masih banyak lagi. Modusnya, belasan misionaris ini masuk ke sekolah-sekolah menawarkan program edukasi dan motivasi yang mendompleng program Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Dalam aksinya, belasan misionaris ini menyebarkan kekristenan melalui cerita-cerita, renungan dan lagu-lagu Kristen. Yang membuat resah pihak sekolah, para misionaris ini membagi-bagikan tas dan alat tulis bercorak Kristen yang memuat ayat-ayat Bibel. Prosesi puncaknya, para misionaris itu melakukan doa pemberkatan dan menciprati siswa-siswi SD dengan air yang mereka yakini sebagai air suci. Pihak guru dan beberapa ustadz mantan Kristen, menyebut prosesi itu sebagai pembaptisan.
Menurut Bernard Abdul Jabbar, mantan misionaris yang sekarang hijrah menjadi Muslim taat, di beberapa denominasi gereja terdapat prosesi baptis dengan pencipratan air. “Di Kristen ada berbagai prosesi baptis, di antaranya baptis selam dan baptis percik,” jelas Bernard yang juga Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi itu. [taz]
Aneh, Ngaku Jebolan Al-Azhar Kebayoran, Tapi Gusur Masjid
Jakarta (voa-islam) –
Saat musyawarah untuk membicangkan nasib masjid yang bakal digusur, seorang pengelola/pemilik gedung bernama Ronald Onggo menunjukkan sikap arogan. Ia tidak peduli atas aspirasi dan masukan dari dengan pihak pengurus masjid dan perwakilan tenant (penyewa Landmark Tower) yang hadir.
Saat itu, Ronald Onggo yang mengaku Muslim itu dengan nada emosi mengatakan, “Jangan ajari saya agama. Saya ini lulusan Al-Azhar (Kebayoran-Jakarta).” Padahal kala itu, umat Islam sedang menjalankan puasa Ramadhan. Aneh, kok ada orang yang mengaku jebolan Al-Azhar, tapi bernafsu ingin menggusur masjid untuk dijadikan lahan parkir motor.
Tak semata dijadikan lahan parkir, pengurus masjid mulai curiga, adanya upaya-upaya tertentu untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan kemakmuran masjid. “Ada pihak-pihak yang tidak berkeinginan, geliat dan pergerakan jamaah masjid, serta perkembangan Islam di lingkungan gedung Landmark ini,” kata Ketua DKM Masjid Landmark, M. Isa Syahroni saat ditemui voa-islam.
Betapa tidak, Masjid Landmark yang berlokasi di Basement Tunnel Gedung Landmark ini memiliki kegiatan rutin, seperti shalat Jum’at, dimana jama’ahnya dipekirakan sekitar 700-800 orang. Untuk shalat rawatib Zhuhur dan Ashar bisa mencapai 250-300 orang jama’ah. Selain itu juga dibuka bimbingan baca dan hapalan al-Qur’an (Senin siang – Kamis sore), lalu Kajian Islam ba’da Zhuhur (Selasa – Kamis), juga menggelar kegiatan Kajian Ramadhan (setiap hari kerja), termasuk Ta’jil harian Ramadhan.
Kegiatan tambahan di masjid ini antara lain, santunan dan perlombaan anak yatim dan dhu’afa di bulan Ramadhan (±75 anak/tahun) mengundang beberapa yayasan, Khitanan anak yatim dan dhu’afa pada liburan sekolah (±30 anak/tahun) bekerja sama dengan Hilal Ahmar Jakarta, member bingkisan bagi pegawai dhu’afa di lingkungan Gd. Landmark (setiap tahun), Pameran dan Bazaar produk-produk Islami, Bedah buku dan pelatihan fiqih Islam, Pembukaan gerai lembaga ZIS dan Qurban (dgn Portal Infaq).
Kegiatan lainnya adalah penggalangan bantuan bencana dan musibah, penggalangan bantuan peduli dunia Islam, khususnya Palestina (dengan KISPA), penggalangan bantuan pembangunan Masjid, pendidikan Islam. Semua fasilitas (incl. listrik dan air) tidak dipungut biaya oleh manajemen gedung. Seluruh kegiatan yang diadakan didanai oleh jama’ah masjid tanpa melibatkan bantuan dana dari pemilik gedung.
Masjid yang Tak Pernah Sepi
Data dan fakta di atas menunjukkan, Masjid Landmark tidak pernah sepi dan sangat ramai dipergunakan tenant dan orang-orang di sekitar gedung untuk beribadah. Semakin hari jumlah jama’ah shalat berjama’ah (Zhuhur dan Ashar) semakin bertambah banyak.
“Gedung Landmark pada mulanya sepi, namun masjid tetap ramai dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, termasuk kegiatan sosial yang mengatasnamakan jama’ah Gd. Landmark. Pada setiap kegiatan, kami meminta kepada anak-anak yatim dan dhu’afa agar mendo’akan supaya gedung ini bisa lebih banyak tenantnya sehingga lebih banyak infaq yang terkumpul, sehingga lebih banyak lagi anak-anak yatim dan dhu’afa yang dapat santunan dan dikhitan missal,” ungkap Isa.
Perlu digarisbawahi, areal kosong di gedung Landmark masih banyak. Tingkat occupancy-nya juga masih dapat dikatakan rendah. Masih banyak alternatif lokasi lain yang bisa dipergunakan sebagai lahan parkir motor dan masih banyak lahan luas untuk dipergunakan sebagai lokasi masjid yang baru dengan kapasitas yang sebanding tanpa harus membongkar masjid dan dialihkan ke tempat yang dapat dikatakan tidak layak sebagai sebuah rumah ibadah.
Tenant perusahaan di gedung ini mayoritas adalah pegawainya muslim dan berjenis kelamin laki-laki yang memiliki kewajiban melakukan shalat Jum’at berjama’ah di Masjid. Perlu diketahui, gedung penyedia tempat ibadah shalat Jum’at di sekitar gedung Landmark jumlahnya sedikit dan kapasitasnya sangat terbatas, sehingga akan membuat kesulitan sebagian besar jama’ah yang bekerja di Gd. Landmark untuk mencari tempat beribadah, khususnya untuk melaksanakan shalat Jum’at.
“Sekiranya pemilik gedung mempermasalahkan keberadaan masjid kami membebani biaya operasional gedung akibat penggunaan air dan listrik secara gratis oleh pengelola gedung, semestinya hal ini dapat dibicarakan dengan cara musyawarah yang lebih baik. Dengan memohon kekuatan dan bimbingan-Nya, kami bertekad mempertahankan masjid ini dan mempersembahkan usaha dan jerih payah ini semata untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT," imbuh Isa.(Desastian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar