Ambon kondusif ? Mengenang penembakan jama’ah haji tahun 2005
M. Fachry
Jum'at, 14 Oktober 2011 12:51:50
Hits: 1071
Jum'at, 14 Oktober 2011 12:51:50
Hits: 1071
AMBON (Arrahmah.com) – Betulkah kondisi Ambon sudah benar-benar kondusif? Kaum Muslimin Ambon ternyata masih trauma dengan kerusuhan 11 September 2011, terutama di saat pemberangkatan haji tahun ini. Mereka terkenang dengan peristiwa penembakan jama’ah haji tahun 2005. Bagaimana ceritanya? Berikut penuturan Koresponden Arrahmah.com dari TKP.
Betulkah Ambon kondusif? Dengan pengawalan ketat oleh tentara, kloter ke-2 jama’ah haji diberangkatkan pada jam 4 pagi WIT untuk pengawalan jamaah haji Yonif yang dilibatkan, dan ada masa perpanjangan masa penjagaan pasukan TNI di Ambon dari Pangdam untuk Ambon. Sedangkan pasukan yang masuk pantauan kemarin ada 2 truk. Ini mungkin untuk mengantispasi adanya kerusuhan susulan pada musim haji tahun ini. Karena pada musim haji tahun 2005 pernah terjadi penyerangan terhadap iring-iringan jamaah haji asal desa Latumasohi. Penyerangan terjadi di desa Kristen Hative.
Pada waktu itu rombongan jamaah haji melintasi desa Hative, kemudian rombongan terakhir yang mengendarai motor ditembak oleh oknum polisi Kristen bernama Otnil layaba alias Otil. Dalam penembakan tersebut menewaskan seorang Muslim bernama Ismail Pellu. Dan lagi-lagi kaum Muslimin didzalimi. Korban penembakan tersebut divisum oleh RS Bhayangkara sebagai korban laka lantas. Ketika jenazah dimandikan di kampungnya, terungkaplah fakta sesungguhnya, ada bekas luka tembak dan proyektil yang keluar dari luka yang berada di bawah ketiak korban.
Karena merasa dibohongi maka pihak keluarga Islamil Pellu menggugat pihak RS Bhayangkara dan meminta polisi mengungkap kasus ini dan menangkap pelakunya. Namun, gugatan tersebut tidak ditanggapi dan tidak ada tindakan apa-apa dari pihak RS dan polisi. Karena kecewa akhinya pihak keluarga melakukan pembalasan dengan cara menyerang kampung Kristen bernama Hative kecil, tampat yang menjadi sasaran adalah tempat hiburan bernama Karaoke Villa. Dalam penyerangan tersebut satu orang tewas dan beberapa orang luka-luka.
Kurang lebih dua bulan setelah penyerangan polisi menangkap 17 orang yang diduga pelaku penyerangan Karaoke Villa. Ke-17 orang tersebut dikenakan UU No.15 tahun 2003 tentang tindak pidana Terorisme. 3 orang pelaku divonis dengan hukuman seumur hidup, sedangkan yang lainnya divonis antara 4 sampai 18 tahun.
Sementara itu, pelaku penembakan jamaah haji seorang oknum polisi bernama Otnil Layaba alias Otis dikenakan KUHP dan vonis 4 tahun penjara. Sudah 2 tahun lebih oknum polisi kristen tersebut bebas dari penjara dan kembali berdinas sebagai polisi di Polres Ambon. Sementara pihak Muslim yang menjadi pelaku penyerangan Karaoke Villa sebagian besar dari mereka masih berada di penjara dan disebut sebagai teroris. Mereka berada di LP Porong, Jatim. Lalu, dimanakah keadilan untuk kaum Muslimin Ambon?
(M Fachry/arrahmah.com)
Hati-hati! Program Mobil Pintar diselewengkan untuk kristenisasi
Rasul Arasy
Jum'at, 14 Oktober 2011 15:06:01
Hits: 2403
Jum'at, 14 Oktober 2011 15:06:01
Hits: 2403
BEKASI (Arrahmah.com) –
Program Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono dan istri para menteri negara ternyata diselewengkan oleh oknum misionaris untuk melakukan kristenisasi di SD Negeri dan SD Islam Bekasi. Terkait hal tersebut Pemerintah harus mengusut tuntas oknum misionaris yang mencoreng dunia pendidikan dengan isu SARA.
Program Mobil Pintar yang digagas Ibu Negara Ani Yudhoyono dan istri para menteri negara ternyata diselewengkan oleh oknum misionaris untuk melakukan kristenisasi di SD Negeri dan SD Islam Bekasi. Terkait hal tersebut Pemerintah harus mengusut tuntas oknum misionaris yang mencoreng dunia pendidikan dengan isu SARA.
Sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam mencerdaskan bangsa, Ibu Ani Yudhoyono dan para istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu membentuk SIKIP (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu).
Tiga program andalan SIKIP untuk mencerdaskan bangsa adalah Mobil Pintar, Motor Pintar dan Rumah Pintar yang digagas oleh Ibu Ani Yudhoyono. Tiga program ini mengacu pada UU No. 43 th 2007 tentang Kebijakan PKM, yaitu Pembudayaan Kegemaran Membaca (PKM) dilakukan melalui Keluarga, Satdik dan Masyarakat, antara lain: pertama, Keluarga, difasilitasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui buku murah dan berkualitas, Kedua, Satdik, dengan mengembangkan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai proses pembelajaran, dan ketiga: Masyarakat, penyediaan sarana perpustakaan di tempat umum yang mudah dijangkau, murah dan bermutu.
Dalam situs resminya disebutkan misi dan visi Mobil Pintar adalah sebagai sumber belajar dan program pembelajaran multi fungsi. Sumber belajar dalam Mobil Pintar meliputi buku bacaan yang 85% untuk anak-anak, CD interaktif, arena panggung dan perangkat komputer jenis laptop serta arena permainan edukatif. Program pelayanan pendidikan ini diberikan secara gratis. Setiap pembelajaran dimulai dengan jingle Mobil Pintar.
Namun, sayangnya, dalam praktiknya di Bekasi, program Mobil Pintar tersebut disalah gunakan oleh para misionaris untuk melakukan kristenisasi. Fakta-fakta adanya kristenisasi terungkap dalam insiden di SD Negeri Mangunjaya 01 & 05 pada Kamis (6/10/2011), dan di SD Islam Al-Hikmah pada Kamis, (13/10/2011).
Mulanya, pada hari Jum’at (30/9), Lina, aktivis yang mengaku dari Mobil Pintar mendatangi kepala sekolah SDN Mangunjaya 05, menawarkan program edukasi dan movitasi cuma-cuma kepada siswa. Lina menjamin bahwa tak ada misi agama apapun dalam program tersebut.
“Mereka datang ke sini menawarkan program edukasi. Pihak sekolah bertanya, ‘Ini ada misi tidak?’ Mereka menegaskan bahwa tidak ada misi apapun. ‘Kami tidak membawa misi apapun. Kami adalah Mobil Pintar yang jelas-jelas mencerdaskan generasi Indonesia untuk berpikir kritis dan melakukan perubahan di Indonesia,’” papar Rahma, guru kelas 3 seperti yang dikutip voa-Islam.com, pada Kamis (13/10).
Setelah disepakati, maka pada hari Kamis, (6/10) lima belas orang Tim Mobil Pintar menggelar acara edukasi di SDN Mangunjaya 05. Rombongan ini datang dalam tiga mobil, antara lain: Mobil Pintar minibus B 7004 KJA, mobil Elf B 7001 KDA dan sedan B 2947 VP.
Rahma mengungkapkan Tim Mobil Pintar tersebut minta guru-guru SD keluar ruangan, lalu menutup pintu. Mereka tidak mau ada guru yang mendampingi siswa-siswi di kelas.
Tepat jam 11.00, giliran ke kelas 3 yang akan dimasuki Tim Mobil Pintar. Sebagai guru kelas, Rahma menanyakan detil acara yang akan dilangsungkan. Berta, seorang petugas dari Mobil Pintar menjawab bahwa acaranya hanya sekedar motivasi. Rahma pun minta agar dirinya mendampingi murid-muridnya dalam acara tersebut, tapi Berta ngotot tidak mau didampingi guru SD.
“Sebagai guru saya harus mendampingi murid-murid saya. Pokoknya saya harus tahu, saya harus di ruangan,” tegasnya.
Karena dalam pemaparan Berta mengarahkan ke doktrin Kristen, maka dengan tegas Rahma minta agar acara dihentikan. “Konsep agama dia beda dengan ajaran Islam tentang taubat, istigfar dan amal shalih,” jelas Rahma.
Berta terus saja menjelaskan bahwa setiap orang punya dosa dan tidak bisa membersihkan diri dari dosa kecuali dengan air kehidupan.
“Diri kalian akan berubah menjadi sesuatu yang baru apabila di dalam darah kalian mengalir air kehidupan,” ujar Rahma menirukan.
Sejurus kemudian Berta minta anak-anak angkat tangan ke depan dan menuntut untuk berbaiat, “Saya berjanji untuk berubah dengan air kehidupan.”
Rahma pun hilang kesabaran, spontan berteriak, “Ini pembaptisan!”
Ia bereaksi keras menolak. Maka seluruh acara distop. Berta dan teman-temannya marah dan protes.
“Ibu, kami akui kami semuanya Kristen, tapi acara ini sama sekali tidak ke arah itu. Ibu menuduh kami!”
Rahma balik membentak, “Tapi arah ke situ kami sudah tahu. Kalian bisa membodohi dan membohongi murid-murid kami, tapi kami tidak. Kami dari pihak sekolah memutuskan stop acara ini!” ketusnya.
Bahkan para misionaris mengambil tas milik siswa dan ditukar dengan tas bercorak Kristen.
“Tas anak-anak diambil, diganti dengan tas label-label Kristen yang di dalamnya ada salib,” ujar Rahma.
Tas yang dibagikan kepada siswa-siswi itu bertuliskan ayat Alkitab (Bibel): “Tuhanlah yang memberikan Hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Hikmat dan pengertian ada padaku” (Amsal 2:6).
Dari insiden tersebut, Rahma berharap agar pemerintah mengusut dan menindak tegas oknum misionaris yang memperalat Mobil Pintar sebagai alat pemurtadan.
“Anggota DPRD komisi D dan Ketua Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi sudah berjanji akan melakukan investigasi langsung ke sini, tapi sampai sekarang sudah sepekan, belum ada kabar lagi,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Muhammad Faisal MMPd, Praktisi Pendidikan Luar Sekolah (PLS), menyayangkan insiden bernuansa SARA yang mencoreng dunia pendidikan yang dimotori Ibu Negara Ani Yudhoyono tersebut. Menurutnya, pemurtadan di kalangan sekolah adalah pembodohan terhadap umat Islam yang harus diperangi.
“Bila ditunggangi misi Kristenisasi, maka Mobil Pintar itu tidak mencerdaskan, tapi justru membodohi umat,” ujarnya seperti yang dikutip voa-islam.com, Jum’at (14/10/2011).
Misi terselubung dalam Mobil Pintar di SD Bekasi merupakan bentuk penyimpangan yang harus diusut tuntas oleh pemerintah, karena mencoreng nama Ibu Negara sebagai pemrakarsa program tersebut.
“Seharusnya, sebagai perpustakaan berjalan, Mobil Pintar itu harus menyediakan aneka buku bacaan untuk rakyat. Anehnya, Mobil Pintar di Bekasi ini berisi roti, susu dan alat tulis bercorak Kristen yang disinyalir untuk program kristenisasi terselubung. Ini memalukan dunia pendidikan,” kecam Faisal yang juga Pembina Gerakan Pelajar Anti Pemurtadan Bekasi (GPAPB) itu.
“Usut tuntas penyalahgunakan Mobil Pintar ini. Secara tidak langsung, oknum-oknum ini mencatut Ibu Ani Yudhoyono,” tandasnya.
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Bekasi, Bernard Abdul Jabbar mengecam keras misi Kristen yang dipaksakan ke dunia pendidikan secara licik tersebut. Ia mengungkapkan pemanfaatan fasilitas negara untuk misi kristenisasi adalah gaya baru pemurtadan untuk mengejar target menjadikan Indonesia 50 persen Kristen.
“Kristenisasi yang dilakukan terhadap SD Negeri dan SD Islam di Mangunjaya Tambun Bekasi ini adalah modus baru. Misi terselubung yang mempergunakan fasilitas negara ini mereka lakukan untuk mengejar program jangka panjang limapuluh tahunan. Mendekati tahun 2020 ini mereka ingin mengkristenkan Indonesia dengan menargetkan 50 persen Kristen,” ujarnya di kantor Dewan Dakwah Bekasi, Kamis malam (13/10).
Bernard mengimbau para guru baik guru SD Negeri maupun guru SD Islam agar meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga akidah anak didiknya. Selain itu, sgar insiden SARA di dunia pendidikan ini tidak terulang, Bernard mendesak pemerintah untuk menangkap dan mengusut tuntas para misionaris tersebut. (voaI/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar