Pemimpin milisi Syiah Houtsi: Kami menang dengan dukungan tentara Yaman
SHAN’A (Arrahmah.com) –
Pemimpin milisi pemberontak
Syiah Houtsi, Abdul Malik Al-Houtsi, mengungkapan ucapan terima kasih
kepada Tentara Nasional Yaman dan suku-suku yang mendukung pergerakan
dan serangan milisi tersebut, sehingga mereka berhasil menduduki ibukota
Shan’a, Al-Jazeera melaporkan.
Setelah memuji Tentara Nasional Yaman yang “menolak untuk menghadapi”
milisi pemberontak Syiah Houtsi, Abdul Malik Al-Houtsi juga
menyampaikan terima kasihnya kepada suku-suku gerakan militer Syiah Houtsi.
“Hari ini Yaman telah memiliki format pemerintahan yang merepresentasikan pemerintahan kerja sama dan kesetaraan, setelah merealisasikan revolusi yang memenuhi tuntutan rakyat ini”, kata Abdul Malik Al-Houtsi.
Dalam pidato yang disampaikannya dari propinsi Sha’dah, Yaman utara,
pada hari Selasa (23/9/2014), Abdul Malik Al-Houtsi mengatakan, “kaum
revolusioner telah meraih kesuksesan dan kemenangan bagi rakyat dan
semua elemen rakyat Yaman”.
Milisi pemberontak Syiah Houtsi dengan mudah menguasai ibukota Shan’a
pada hari Ahad (21/9/2014). Sejumlah tokoh penting dalam pemerintahan
boneka Yaman, diantaranya Menteri Dalam Negeri, telah memerintahkan
tentara untuk tidak melawan dan bahkan bekerja sama dengan milisi Syiah Houtsi.
Milisi pemberontak Syiah Houtsi merayakan kemenangan mereka di ibukota Shan’a dengan meriah. Pada hari yang sama milisi Syiah Houtsi melakukan penggeledehan dan penggerebekan terhadap rumah para politikus dan tokoh yang menentang mereka di ibukota Shan’a, Al-Jazeera.
Milisi pemberontak Syiah Houtsi berhasil memaksa rezim boneka Yaman
untuk menyusun pemerintahan baru, dengan banyak tokoh Syiah Houtsi di
dalamnya. Namun milisi Syiah Houtsi tidak menarik keluar pasukannya dari
ibukota Shan’a. Milisi Syiah Houtsi justru melakukan penggerebekan dan
penyitaan terhadap rumah dan kantor tokoh-tokoh partai Islam seperti Hizbul Ishlah Al-Yamani.
Milisi Syiah Houtsi mendapat dukungan militer, politik
dan ekonomi dari rezim Syiah Iran. Amerika Serikat dan Arab Saudi
nampaknya meridhai eksistensi milisi Syiah Houtsi Yaman, sebagai lawan
bagi mujahidin AQAP. Amerika Serikat dan Arab Saudi mendorong rezim boneka Yaman untuk melakukan operasi militer besar-besaran terhadap mujahidin
AQAP di Yaman selatan dan Yaman timur. Sebaliknya mereka memberi
keleluasaan sepenuhnya kepada milisi Syiah Houtsi untuk merebut
wilayah-wilayah Yaman utara, bahkan ibukota Shan’a.
(muhib al majdi/arrahmah.com)
Source: http://www.arrahmah.com/news/2014/09/24/pemimpin-milisi-syiah-houtsi-kami-menang-dengan-dukungan-tentara-yaman.html
Milisi Syiah Houtsi merebut kantor-kantor pemerintahan dan markas militer di Shan’a
SHAN’A (Arrahmah.com) – http://heniputra.biz/blog/milisi-syiah-houtsi-merebut-kantor-kantor-pemerintahan-dan-markas-militer-di-shana.html
Milisi pemberontak Syiah Houtsi pada hari Ahad (21/9/2014) merebut sejumlah kantor pemerintahan dan markas militer
strategis di ibukota Shan’a. Hal itu terjadi setelah sejumlah ledakan
keras dan pertempuran sengit antara milisi pemberontak Syiah Houtsi dan
pasukan rezim boneka Yaman, Al-Jazeera melaporkan.
Sumber-sumber keamanan di ibukota Shan’a mengatakan milisi Syiah
Houtsi memindahkan panser-panser yang berhasil mereka rebut, dari
ibukota Shan’a ke propinsi Imran, Yaman utara.
Koresponden Al-Jazeera melaporkan milisi pemberontak Syiah
Houtsi Yaman berhasil menguasai kantor pemerintahan, gedung Departemen
Pertahanan Yaman, Markas Komando Umum Pasukan Nasional Yaman, markas Batalion IV dan Batalion VI, serta Bank
Central Yaman di ibukota Shan’a. Milisi Syiah Houtsi juga menduduki
gedung Radio Nasional tanpa pertempuran, setelah pasukan boneka rezim
Yaman meninggalkan posisi mereka.
Sumber-sumber di ibukota Shan’a juga menegaskan bahwa milisi Syiah Houtsi telah menguasai gedung Departemen Informasi dan Departemen Kesehatan.
Juru bicara milisi pemberontak Syiah Houtsi, Muhammad Abdus Salam,
melalui akunnya di media sosial juga mengatakan kelompoknya berhasil
menduduki markas Divisi Lapis Baja I, yaitu markas Jendral Ali Muhsin
Al-Ahmar, yang nampaknya berhasil meloloskan diri dari penangkapan
milisi Syiah Houtsi.
Milisi Syiah Houtsi Yaman mendapatkan dukungan militer, ekonomi dan politik
dari rezim Syiah Iran. Gerakan pemberontak dan teroris Syiah Yaman ini
“dibiarkan” saja oleh rezim boneka Yaman, yang memfokuskan diri bekerja
sama dengan salibis Amerika dalam memerangi mujahidin
AQAP di Yaman selatan dan Yaman timur. Kini rezim boneka Yaman menuai
hasilnya, dengan jatuhnya sebagian besar gedung pemerintahan dan militer di ibukota Yaman ke tangan milisi pemberontak Syiah Houtsi. (muhib al majdi/arrahmah.com)
Source: http://www.arrahmah.com/news/2014/09/22/milisi-syiah-houtsi-merebut-kantor-kantor-pemerintahan-dan-markas-militer-di-shana.html
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, pengalaman era Pertahanan Suci membuktikan bahwa Iran dapat menghadapi sistem hegemoni dunia dengan bekal iman dan tawakkal kepada Allah Swt.
Rahbar menyampaikan hal itu selama pertemuan dengan sejumlah komandan senior militer dan polisi pada hari Rabu (24/9/2014) di Tehran.
Ayatullah Khamenei menganggap masa delapan tahun Pertahanan Suci sebagai sumber martabat bagi bangsa Iran. Beliau menuturkan, "Pengalaman delapan tahun Pertahanan Suci menunjukkan bahwa dengan semua keterbatasan dan tekanan, minimnya sumber daya finansial, dan banyak masalah lain, Iran mampu menghadapi kubu arogan dan ambisi kekuatan dunia dengan mengandalkan tekad dan bertawakkal kepada Tuhan."
Perang yang dipaksakan oleh rezim Baath Irak terhadap Iran, merupakan hasil dari kemarahan musuh pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran. Musuh mengobarkan permusuhan terhadap Iran sejak hari-hari pertama kemenangan revolusi.
Kemenangan Revolusi Islam di Iran telah mengubah perimbangan global dan Republik Islam Iran tampil di panggung dunia sebagai sebuah pemain independen dan keluar dari perimbangan yang berlaku di Timur dan Barat.
Revolusi Islam di Iran membuktikan bahwa dengan keterlibatan langsung masyarakat, Tehran mampu menghadapi kubu arogan dunia dan bersikap independen. Sifat merakyat dan tuntutan independensi merupakan esensi utama Revolusi Islam Iran dan unsur tersebut memainkan peran penting selama 35 tahun sejarah Revolusi Islam.
Bangsa Iran dengan segala hambatan, tantangan dan sanksi ilegal Barat, mampu melewati semua rintangan dengan mengandalkan iman dan tawakkal kepada Tuhan serta memegang teguh slogan populer Imam Khomeini ra yaitu, "Kita bisa." Slogan itu teraktualisasi dalam berbagai bentuk dan tindakan sepanjang delapan tahun Pertahanan Suci.
Musuh-musuh Iran membentuk front militer yang luas untuk menghentikan laju revolusi yang masih seumur jagung dan mulai menjadi inspirasi bagi bangsa- bangsa lain. Front itu bertujuan untuk memperlemah dan melecehkan harga diri sistem Islami serta menciptakan peluang untuk meruntuhkan sistem Republik Islam Iran. Akan tetapi menurut ungkapan Ayatullah Khamenei, sistem Islami dan bangsa Iran bangkit melawan front musuh dan mereka keluar sebagai pemenang di tengah semua keterbatasan.
Kemenangan iman, tekad, dan tawakkal bangsa Iran dalam menghadapi sistem hegemoni pada masa Pertahanan Suci, telah menjadi pondasi untuk kemajuan pemerintah Republik Islam Iran. Bangsa Iran dalam bentangan sejarah Revolusi Islam mengukir sejumlah prestasi besar dalam menghadapi konspirasi musuh.
Meskipun berada di bawah tekanan dan sanksi, Republik Islam berhasil meraih sejumlah prestasi di bidang produksi peralatan pertahanan dan rudal canggih, kedokteran, nuklir dan nano. Semua pencapaian itu merupakan bentuk Pertahanan Suci lain bagi Iran.
Semua pengalaman berharga di berbagai bidang telah mengubah Iran menjadi sebuah negara berpengaruh dalam percaturan regional dan internasional.
Selain itu, bangsa-bangsa regional dan manusia merdeka mulai percaya diri untuk menentang arogansi dengan cara yang dilakukan oleh bangsa Iran.
Menurut penuturan Ayatullah Khamenei, "Melalui perlawanan bangsa Iran selama delapan tahun Pertahanan Suci, kebanyakan tokoh berpengaruh dan pemikiran-pemikiran aktif di negara-negara Islam dan non- Muslim telah mencapai keyakinan yang kuat untuk melakukan perlawanan tangguh dengan tangan kosong." (IRIB Indonesia/RM)
Rabu, 24 September 2014
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Lebanon dalam pidatonya, Selasa (23/9) malam mengatakan, Amerika Serikat tidak memiliki kelayakan moral untuk memerangi terorisme.
Rabu, 24 September 2014
Pertahanan Suci Perspektif Ayatullah Khamenei
https://www.facebook.com/zainal.ariefin.18
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, pengalaman era Pertahanan Suci membuktikan bahwa Iran dapat menghadapi sistem hegemoni dunia dengan bekal iman dan tawakkal kepada Allah Swt.
Rahbar menyampaikan hal itu selama pertemuan dengan sejumlah komandan senior militer dan polisi pada hari Rabu (24/9/2014) di Tehran.
Ayatullah Khamenei menganggap masa delapan tahun Pertahanan Suci sebagai sumber martabat bagi bangsa Iran. Beliau menuturkan, "Pengalaman delapan tahun Pertahanan Suci menunjukkan bahwa dengan semua keterbatasan dan tekanan, minimnya sumber daya finansial, dan banyak masalah lain, Iran mampu menghadapi kubu arogan dan ambisi kekuatan dunia dengan mengandalkan tekad dan bertawakkal kepada Tuhan."
Perang yang dipaksakan oleh rezim Baath Irak terhadap Iran, merupakan hasil dari kemarahan musuh pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran. Musuh mengobarkan permusuhan terhadap Iran sejak hari-hari pertama kemenangan revolusi.
Kemenangan Revolusi Islam di Iran telah mengubah perimbangan global dan Republik Islam Iran tampil di panggung dunia sebagai sebuah pemain independen dan keluar dari perimbangan yang berlaku di Timur dan Barat.
Revolusi Islam di Iran membuktikan bahwa dengan keterlibatan langsung masyarakat, Tehran mampu menghadapi kubu arogan dunia dan bersikap independen. Sifat merakyat dan tuntutan independensi merupakan esensi utama Revolusi Islam Iran dan unsur tersebut memainkan peran penting selama 35 tahun sejarah Revolusi Islam.
Bangsa Iran dengan segala hambatan, tantangan dan sanksi ilegal Barat, mampu melewati semua rintangan dengan mengandalkan iman dan tawakkal kepada Tuhan serta memegang teguh slogan populer Imam Khomeini ra yaitu, "Kita bisa." Slogan itu teraktualisasi dalam berbagai bentuk dan tindakan sepanjang delapan tahun Pertahanan Suci.
Musuh-musuh Iran membentuk front militer yang luas untuk menghentikan laju revolusi yang masih seumur jagung dan mulai menjadi inspirasi bagi bangsa- bangsa lain. Front itu bertujuan untuk memperlemah dan melecehkan harga diri sistem Islami serta menciptakan peluang untuk meruntuhkan sistem Republik Islam Iran. Akan tetapi menurut ungkapan Ayatullah Khamenei, sistem Islami dan bangsa Iran bangkit melawan front musuh dan mereka keluar sebagai pemenang di tengah semua keterbatasan.
Kemenangan iman, tekad, dan tawakkal bangsa Iran dalam menghadapi sistem hegemoni pada masa Pertahanan Suci, telah menjadi pondasi untuk kemajuan pemerintah Republik Islam Iran. Bangsa Iran dalam bentangan sejarah Revolusi Islam mengukir sejumlah prestasi besar dalam menghadapi konspirasi musuh.
Meskipun berada di bawah tekanan dan sanksi, Republik Islam berhasil meraih sejumlah prestasi di bidang produksi peralatan pertahanan dan rudal canggih, kedokteran, nuklir dan nano. Semua pencapaian itu merupakan bentuk Pertahanan Suci lain bagi Iran.
Semua pengalaman berharga di berbagai bidang telah mengubah Iran menjadi sebuah negara berpengaruh dalam percaturan regional dan internasional.
Selain itu, bangsa-bangsa regional dan manusia merdeka mulai percaya diri untuk menentang arogansi dengan cara yang dilakukan oleh bangsa Iran.
Menurut penuturan Ayatullah Khamenei, "Melalui perlawanan bangsa Iran selama delapan tahun Pertahanan Suci, kebanyakan tokoh berpengaruh dan pemikiran-pemikiran aktif di negara-negara Islam dan non- Muslim telah mencapai keyakinan yang kuat untuk melakukan perlawanan tangguh dengan tangan kosong." (IRIB Indonesia/RM)
Rabu, 24 September 2014
Ketua Komisi Keamanan nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Borouejerdi menilai serangan Amerika Serikat ke wilayah Suriah bertentangan dengan hukum internasional.
Boroujerdi Rabu (24/9) dalam wawancaranya dengan Koran Javan dan dalam reaksinya atas serangan Amerika ke Suriah menandaskan, pengumuman resmi bantuan kepada kubu anti Suriah oleh petinggi Amerika sangat bertentangan dengan kebijakan negara ini dalam menyerang ISIS.
“ISIS, produk kebijakan AS di Suriah dan Irak. Oleh karena itu, dunia tidak menganggap serius serangan Washington terhadap pos-pos ISIS,” tambah Boroujerdi.
Ia menjelaskan, tujuan dari operasi militer Amerika di Suriah terhadap pos-pos ISIS sepenuhnya mencurigakan.
Boroujerdi mengatakan, Amerika jika jujur tengah memerangi ISIS sebagai sebuah kelompok teroris, maka solusi terbaik adalah memberi senjata tercanggih kepada pemerintah Irak dan Suriah.
AS bersama sejumlah sekutu kawasannya sejak hari Senin menggelar serangan udara ke Suriah dengan dalih memerangi ISIS. (IRIB Indonesia/MF/RM)
Boroujerdi: Agresi AS ke Suriah Melanggar Hukum Internasional
https://www.facebook.com/
Ketua Komisi Keamanan nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Alaeddin Borouejerdi menilai serangan Amerika Serikat ke wilayah Suriah bertentangan dengan hukum internasional.
Boroujerdi Rabu (24/9) dalam wawancaranya dengan Koran Javan dan dalam reaksinya atas serangan Amerika ke Suriah menandaskan, pengumuman resmi bantuan kepada kubu anti Suriah oleh petinggi Amerika sangat bertentangan dengan kebijakan negara ini dalam menyerang ISIS.
“ISIS, produk kebijakan AS di Suriah dan Irak. Oleh karena itu, dunia tidak menganggap serius serangan Washington terhadap pos-pos ISIS,” tambah Boroujerdi.
Ia menjelaskan, tujuan dari operasi militer Amerika di Suriah terhadap pos-pos ISIS sepenuhnya mencurigakan.
Boroujerdi mengatakan, Amerika jika jujur tengah memerangi ISIS sebagai sebuah kelompok teroris, maka solusi terbaik adalah memberi senjata tercanggih kepada pemerintah Irak dan Suriah.
AS bersama sejumlah sekutu kawasannya sejak hari Senin menggelar serangan udara ke Suriah dengan dalih memerangi ISIS. (IRIB Indonesia/MF/RM)
Rabu, 24 September 2014
Sekjen Hizbullah:
AS tidak Punya Kelayakan Moral Perangi Terorisme
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Lebanon dalam pidatonya, Selasa (23/9) malam mengatakan, Amerika Serikat tidak memiliki kelayakan moral untuk memerangi terorisme.
Sayid Hassan
Nasrullah, Sekjen Hizbullah terkait upaya Amerika dalam membentuk
aliansi yang diklaimnya untuk memerangi kelompok teroris Negara Islam
Irak dan Suriah, ISIS, mengatakan,
“Hizbullah menentang ISIS dan seluruh gerakan Takfiri dan berperang dengan mereka. Pasukan Hizbullah siap mengorbankan jiwanya untuk berperang dengan kelompok-kelompok yang membunuhi masyarakat dan menjadi ancaman bagi warga dan bangsa-bangsa kawasan.”
Dalam pidato yang disiarkan langsung stasiun televisi Alalam itu, Nasrullah menegaskan, “Sikap kami terkait aliansi internasional tidak ada hubungannya dengan sikap kami terkait ISIS, kami secara prinsip menentang aliansi internasional baik yang anti-Suriah, ISIS ataupun selain ISIS.
Terkait masalah itu kami memiliki prinsip yang tidak dapat berubah, kami tidak dapat menerima jika Lebanon menjadi bagian dari aliansi internasional tersebut.”
Amerika, kata Nasrullah, adalah sumber utama terorisme pendukungnya dan pendukung rezim Zionis Israel. Washington berperan dalam pembentukan kelompok- kelompok teroris dan secara moral ia tidak memiliki kapabilitas untuk memerangi terorisme.
“Di satu sisi, aliansi ini, seperti yang kerap disampaikan Barack Obama, Presiden Amerika, dibentuk untuk melindungi kepentingan Amerika dan kami sama sekali tidak memiliki keterkaitan dengan kepentingan Amerika.
Aliansi yang dibentuk untuk kepentingan Amerika dan mengesampingkan kepentingan-
kepentingan bangsa lain, tidak penting bagi kami, dan kami tidak akan ikut serta di dalamnya,” ujar Nasrullah.
Menurut Sekjen Hizbullah itu, pembentukan aliansi internasional ini merupakan peluang bagi Amerika untuk menduduki kembali kawasan dan Amerika sedang membangun pangkalan-pangkalan baru atau memaksakan strateginya di kawasan.
Nasrullah juga berbicara soal tentara-tentara Lebanon yang diculik di wilayah Arsal. Ia mengatakan,
“Saat ini sedang ditunjukkan upaya pengaburan, praktek kemunafikan politik dan propaganda terkait masalah tentara-tentara Lebanon yang diculik. Akan tetapi kami dengan jujur berdiri di samping keluarga korban penculikan dan membela hak-hak mereka. Masalah penculikan tentara Lebanon adalah masalah nasional, moral dan kemanusiaan yang terkait dengan seluruh warga Lebanon dan tidak hanya dengan satu partai tertentu.” (IRIB Indonesia/HS)
“Hizbullah menentang ISIS dan seluruh gerakan Takfiri dan berperang dengan mereka. Pasukan Hizbullah siap mengorbankan jiwanya untuk berperang dengan kelompok-kelompok yang membunuhi masyarakat dan menjadi ancaman bagi warga dan bangsa-bangsa kawasan.”
Dalam pidato yang disiarkan langsung stasiun televisi Alalam itu, Nasrullah menegaskan, “Sikap kami terkait aliansi internasional tidak ada hubungannya dengan sikap kami terkait ISIS, kami secara prinsip menentang aliansi internasional baik yang anti-Suriah, ISIS ataupun selain ISIS.
Terkait masalah itu kami memiliki prinsip yang tidak dapat berubah, kami tidak dapat menerima jika Lebanon menjadi bagian dari aliansi internasional tersebut.”
Amerika, kata Nasrullah, adalah sumber utama terorisme pendukungnya dan pendukung rezim Zionis Israel. Washington berperan dalam pembentukan kelompok- kelompok teroris dan secara moral ia tidak memiliki kapabilitas untuk memerangi terorisme.
“Di satu sisi, aliansi ini, seperti yang kerap disampaikan Barack Obama, Presiden Amerika, dibentuk untuk melindungi kepentingan Amerika dan kami sama sekali tidak memiliki keterkaitan dengan kepentingan Amerika.
Aliansi yang dibentuk untuk kepentingan Amerika dan mengesampingkan kepentingan-
kepentingan bangsa lain, tidak penting bagi kami, dan kami tidak akan ikut serta di dalamnya,” ujar Nasrullah.
Menurut Sekjen Hizbullah itu, pembentukan aliansi internasional ini merupakan peluang bagi Amerika untuk menduduki kembali kawasan dan Amerika sedang membangun pangkalan-pangkalan baru atau memaksakan strateginya di kawasan.
Nasrullah juga berbicara soal tentara-tentara Lebanon yang diculik di wilayah Arsal. Ia mengatakan,
“Saat ini sedang ditunjukkan upaya pengaburan, praktek kemunafikan politik dan propaganda terkait masalah tentara-tentara Lebanon yang diculik. Akan tetapi kami dengan jujur berdiri di samping keluarga korban penculikan dan membela hak-hak mereka. Masalah penculikan tentara Lebanon adalah masalah nasional, moral dan kemanusiaan yang terkait dengan seluruh warga Lebanon dan tidak hanya dengan satu partai tertentu.” (IRIB Indonesia/HS)
Negara-negara Muslim Harus Keluar Dari Orbit AS
TEHERAN
(Berita SuaraMedia) – https://syiahali.wordpress.com/page/345/
Pemimpin tertinggi Revolusi Iran Ali Khamenei
mengatakan bahwa cara terbaik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh negara-negara regional adalah dengan mencegah AS ikut campur dalam
urusan internal mereka.
Negara-negara Muslim harus waspada dan menghentikan AS dari
mengendalikan takdir mereka, ujar Khamenei dalam sebuah pidato di
hadapan sejumlah pejabat Iran dan duta besar negara-negara Islam untuk
Iran di Teheran
Ayatullah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa menghindari perselisihan
adalah kewajiban bangsa dalam membela Islam, revolusi dan Iran. Beliau
menambahkan, “Kubu-kubu yang beragam di dalam parlemen harus
mengesampingkan kecenderungan masing-masing demi melaksanakan
kewajibannya untuk melawan konspirasi jahat musuh dalam menebar
perselisihan di negara ini.”
pemimpin spiritual Iran Ayatollah Seyyed Ali Khamenei mengatakan,
kekuatan hegemonistik Barat di dunia semakin berkurang dan masa kejayaan
mereka akan segera berakhir.
“Hari ini, negara-negara di Timur Tengah dan dunia Islam telah
bangkit. Hegemoni dari pihak kuat akan segera berakhir dan kejatuhan
bertahap mereka telah dimulai,” tandas pemimpin Iran itu dalam pertemuan
dengan Komandan Angkatan Udara Iran dan sejumlah perwira lainnya
Menurut Kantor Berita ABNA, Rahbar atau Pemimpin Besar
Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei Ahad (29/5) pagi
dalam pertemuan dengan para anggota parlemen Majles Shura Islami Periode
Kedelapan menjelaskan skenario musuh untuk melumpuhkan perekonomian
Iran, menyulut perselisihan di antara para petinggi negara, serta
melemahkan keimanan dan keyakinan kepada Islam. Seraya menekankan
toleransi dan kerjasama antara parlemen dan pemerintah, beliau juga
menyebut undang-undang sebagai penentu akhir dari setiap masalah.
Ayatullah al-Udzma Khamenei memuji sikap parlemen yang
tegas, jelas dan membanggakan terhadap sikap ambisius Amerika Serikat
(AS) dan kubu arogansi. Beliau menyebut kejelian rakyat Iran dalam
memahami dengan baik konstelasi dunia dan ambisi busuk kubu hegemoni
sebagai anugerah Ilahi. “Tujuan utama propaganda masif sistem
kediktatoran intenasional adalah untuk mengeruhkan suasana dan mencegah
kearifan dan kepandaian bangsa-bangsa dunia, tetapi bangsa Iran semakin
hari semakin arif dan bijak,” imbuh beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa parlemen dan pemerintah
harus tetap pada sikap dan pendiriannya yang tegas dan kokoh di hadapan
musuh-musuh Islam dan Iran. Beliau mengatakan, konfrontasi antara
Republik Islam dan kubu arogansi akan terus berlanjut sampai kaum arogan
merasa putus asa untuk melumpuhkan revolusi Islam. Tentunya, berkat
bimbingan dan inayah Ilahi, dan berkat resistensi rakyat dan pemerintah,
dalam konfrontasi ini Republik Islam semakin kuat sementara posisi
musuh kian melemah.
Menurut beliau, kejelian dalam memprediksi dan membaca skenario kubu
hegemoni serta menyusun program dan bertindak secara benar dalam
menghadapinya akan berujung pada kegagalan pasti pihak musuh. Mengenai
skenario kubu arogansi saat ini, beliau menegaskan, “Musuh secara
terbuka memfokuskan diri pada masalah ekonomi untuk melumpuhkan
sendi-sendi perekonomian Iran dan membuat rakyat pesimis. Orientasi
musuh yang terbuka ini semestinya menjadi peringatan bagi parlemen,
pemerintah dan semua pejabat negara di seluruh instansi untuk
memfokuskan diri pada apa saja yang mesti dilakukan pada tahun yang
telah dinamakan sebagai Tahun Jihad Ekonomi ini.”
Rahbar lebih lanjut menyatakan bahwa target kedua kubu hegemoni adalah
menciptakan perselisihan di antara instansi-instansi pengelolaan negara.
“Para pejabat negara harus sadar dan jangan membiarkan perbedaan
pandangan berubah menjadi friksi dan konflik,” kata beliau mengingatkan.
Menyinggung fitnah pasca pemilu 2009, beliau mengatakan, “Dengan
pandangan yang paling lunak sekalipun, para pelaku fitnah tetap berdosa
besar karena telah mengubah keraguan pikiran mereka menjadi isu untuk
melawan pemerintahan dan melakukan tindakan yang merugikan pemerintahan
dan negara.”
Ayatullah al-Udzma Khamenei menyatakan bahwa menghindari perselisihan
adalah kewajiban bangsa dalam membela Islam, revolusi dan Iran. Beliau
menambahkan, “Kubu-kubu yang beragam di dalam parlemen harus
mengesampingkan kecenderungan masing-masing demi melaksanakan
kewajibannya untuk melawan konspirasi jahat musuh dalam menebar
perselisihan di negara ini.”
Target ketiga dari skenario musuh saat ini yang disinggung Rahbar dalam
pembicaraan tersebut adalah upaya melemahkan keimanan dan keyakinan
Islam serta penyusupan pemikiran sesat atau semi sesat di tengah rakyat
Iran dan bangsa-bangsa Muslim. Mengenai hal ini beliau menyinggung
propaganda media Barat dalam skala yang sangat luas untuk mempengaruhi
pemikiran para pemuda Mesir, Tunisia dan berbagai negara lainnya di
kawasan.
“Penyebaran berbagai jenis amoralitas dan pemaparan keraguan pada
keyakinan agama adalah target jelas dari skenario kubu hegemoni yang
komprehensif terhadap Iran dan gerakan kebangkitan Islam di kawasan,”
imbuh beliau.
Mengenai apa yang mesti dilakukan untuk melawan skenario
ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, “Tak diragukan bahwa
pemerintahan Islam dengan kekayaan modal filosofis dan keimanannya yang
kuat ditambah sumber daya manusia yang loyal dan cakap, punya kemampuan
yang cukup untuk menghadapi skenario multidimensi ini, dengan syarat
kita selalu memperhatikan dua hal.”
Beliau menambahkan, dua hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi
serangan sistematis musuh adalah menghindari kelalaian dan takabur.
Rahbar mengingatkan, “Jika kita lalai akan tugas-tugas utama dan
menyibukkan diri dengan masalah-masalah parsial atau merasa takabur
dengan meremehkan musuh, maka bahaya nyata yang mengancam kita adalah
kekalahan dalam menghadapi musuh.”
Beliau mengimbau 290 anggota parlemen, seluruh pejabat pemerintahan dan
lembaga kehakiman serta segenap rakyat Iran untuk bersikap pandai di
arena ini. Beliau mengatakan, siapa saja dan dimana saja bertugas harus
selalu merasa bahwa dirinya berada di arena konfrontasi besar bangsa
Iran melawan musuh-musuh Islam dan revolusi. Dengan pandangan inilah ia
mesti melaksanakan apa yang menjadi tugasnya.
Ayatullah al-Udzma Khamenei lebih lanjut menjelaskan keharusan untuk
bersikap pandai dalam menghadapi agenda kubu hegemoni baik yang
tersembunyi maupun yang diumumkan secara terbuka. Beliau menandaskan,
seperti yang dikatakan Imam Khomeini, setiap tindakan yang membawa orang
bergerak sesuai skenario yang dimaukan musuh dan menyebabkan kerugian
bagi negara dan bangsa adalah dosa besar yang tak akan dibiarkan oleh
Allah Swt. Sebab taubat untuk tindakan seperti ini dan mengganti
kerugian yang dialami rakyat akibat kelalaian dan kesalahan ini tidak
mungkin bisa terpenuhi.
Beliau mengingatkan, adalah realita yang alami jika musuh selalu mencari
kesempatan untuk bisa memukul dan melumpuhkan bangsa Iran. “Karena itu,
kejelian dan kesadaran harus tetap dijaga dan diperkuat,” tegas beliau.
Pemimpin Besar Revolusi Islam di bagian lain pembicaraannya mengangkat
masalah ketaqwaan kolektif yang harus mengiringi ketaqwaan individu.
Beliau menjelaskan, setiap kelompok dan komunitas selain menjaga
ketaqwaan masing-masing individunya juga harus memiliki ketaqwaan
kolektif. Sebab, jika tidak demikian, orang yang bertaqwa di dalam
sebuah kelompok bisa terseret ke dalam penyimpangan dan kesalahan karena
kesalahan umum yang ada di komunitasnya.
Salah satu manifestasi dari ketaqwaan kolektif, menurut beliau, adalah
program pengawasan parlemen terhadap parlemen. Beliau mengatakan,
“Memang ada suara-suara yang menentang dam menyebut program ini
bertentangan dengan kebebasan wakil rakyat. Tetapi faktanya bukan
demikian. Sebab filosofis dari program ini adalah untuk mengawasi
kinerja dan mencegah kemungkinan penyelewengan sebagian anggota
parlemen. Program ini adalah upaya untuk mencegah jangan sampai lembaga
negara yang sangat penting dalam konstitusi dan yang disebut oleh Imam
Khomeini sebagai lembaga dengan kedudukan tinggi ternodai citranya
karena perilaku sebagian oknum anggotanya.”
Rahbar menyinggung pula pemilihan umum legislatif yang tak lama lagi
akan diselenggarakan untuk memilih anggota parlemen periode kesembilan.
Beliau mengatakan, “Anda semua harus mawas diri, jangan sampai tugas
legislasi tersendat karena upaya mencari dukungan untuk kembali terpilih
sebagai anggota parlemen periode mendatang.”
Beliau juga menasehati semua pihak untuk tidak mendekati para pemilik
kekuasaan dan kekayaan karena hal itu adalah bahaya yang besar. Beliau
menandaskan, “Allah tak akan menutup mata dari perbuatan buruk orang
yang mendekati para pemilik kekuasaan dan kekayaan hanya demi meraih
kedudukan sebagai anggota parlemen periode mendatang. Balasan Allah
pasti akan datang kepadanya. Tindakan seperti itu jelas akan menimbulkan
kesan yang buruk di tengah masyarakat.”
Ayatullah al-Udzma Khamenei menekankan kembali kerjasama dan toleransi yang mesti diperkokoh antara parlemen dan pemerintah.
Mengenai pemilu beliau menyatakan bahwa pelaksanaan 30 pemilu dalam tiga
dekade revolusi Islam adalah kebanggaan bagi pemerintahan Islam yang
menandakan bahwa pemerintahan ini dibangun di atas fondasi kerakyatan.
Lebih lanjut beliau mengingatkan untuk menghormati pemilu dan hasilnya.
“Tidak ada seorangpun yang berhak intervensi dalam masalah pemilu
sehingga pemilihan umum bisa terlaksana sesuai aturan dan parlemen baru
terbentuk dengan suara dan pilihan rakyat,” kata beliau.
Di awal pembicaraan, Ketua Parlemen Ali Larijani menyampaikan laporan
singkat tentang kinerja lembaga yang dipimpinnya selama tiga tahun ini.
Larijani mengatakan, dalam tiga tahun masa tugasnya, parlemen periode
kedelapan telah mengesahkan 238 undang-undang dan menyusun 42 laporan
pengawasan lembaga-lembaga negara serta yang berkenaan dengan
masalah-masalah penting di negara ini.
Larijani menegaskan bahwa parlemen berkomitmen untuk membela hak-hak rakyat dalam pelaksanaan undang-undang.
Ketua Parlemen menyinggung pula pernyataan sejumlah anggota parlemen
terkait berbagai masalah terkini di Iran seraya mengatakan, para wakil
rakyat memiliki sikap yang tegas menghadapi ambisi kubu hegemoni dan
kerakusan AS dan komitmen untuk membela Islam dan revolusi.
Mengomentari pergolakan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara,
Ayatollah Khamenei mengatakan, gerakan luar biasa hebat seperti itu
bukan luapan kekesalan satu malam tapi lebih kepada akumulasi tuntutan
yang tidak terpenuhi selama bertahun-tahun.
“Resistensi Iran terhadap kekuatan hegemonistik berperan penting atas
terjadinya pergolakan tersebut. Pasalnya, Iran selalu menjadi perintis
dalam kampanye melawan kekuatan hegemoni dan menentang mereka,” tambah
Khamenei seperti dikutip kantor berita MEHR.
Terkait “perang lunak” yang dilancarkan musuh-musuh Iran, Khamenei
mengatakan, taktik yang dilancarkan lawan terhadap Iran dengan
menciptakan kasta dan membuat perselisihan antara rakyat dengan pejabat.
“Perselisihan dan pertentangan di antara rakyat, pejabat, dan unsur
berbeda dalam sistem Islam merupakan tujuan utama musuh dalam merusak
keutuhan nasional,” tegasnya.
Khamenei mengatakan, seluruh warga Iran harus mencoba mengatasi ancaman itu dengan penguatan di dalam.
“Iran harus menghindari sengketa internal dalam upaya mempertahankan posisi pentingnya di kancah dunia,” pungkasnya.
intelijen Iran berhasil memasuki sistem informasi agensi rahasia Israel, Mossad.
Menteri
Intelijen Iran, Heidar Moslehi meninggalkan ruangan setelah konferensi
pers di Teheran pada 11 januari 2010. Moslehi mengatakan bahwa intelijen
negara tersebut berhasil memasuki sistem informasi agensi rahasia
Israel, Mossad. (Foto: AP)
Menteri Intelijen Iran, Heidar Moslehi, mengatakan bahwa Republik
Iran berhasil melampaui badan intelijen Israel Mossad, yang didukung
oleh AS dan negara-negara Barat.
Iran berhasil menyusup ke dalam sistem informasi Mossad dan mengenali serta membongkar jaringannya yang berbeda.
Komentar Moslehi itu keluar setelah Kementerian Intelijen Iran mengatakan pada hari Senin (10/1) telah membongkar jaringan mata-mata dan menahan pelaku utama dalam pembunuhan Dr. Massoud Ali Mohammadi, seorang ilmuwan nuklir Iran dan pengajar di Universitas Teheran.
Salah satu teroris yang ditahan, Majid Jamali-Fash, mengakui bahwa dia telah menerima pelatihan di sebuah pangkalan militer di luar Tel Aviv.
Pada tanggal 12 Juli, ilmuwan fisika nuklir Iran itu dibunuh dalam sebuah serangan bom di ibukota Iran, Teheran.
Pengeboman terjadi di dekat rumah sang profesor di utara Teheran.
“Salah satu pencapaian terbesar kami adalah penetrasi ke dalam sistem intelijen Mossad yang memungkinkan kami untuk mengenali karakter langkah-langkah mereka,” ujar menteri Iran.
“Jaringan mata-mata dan teror bekerja sebagai sel yang berarti mereka tidak punya informasi tentang aktivitas satu sama lain dan mereka juga tidak saling mengenal,” ujar Moslehi.
Dia juga memperingatkan ancaman terhadap ilmuwan-ilmuwan top di negara-negara kawasan, mengatakan, “Semua ilmuwan terdepan berisiko terhadap ancaman dari badan keamanan rezim Zionis.”
Dia menekankan bahwa Israel menentang kemajuan ilmiah negara-negara Muslim dan kawasan. “Kami merasa bertanggung jawab untuk memberikan informasi ke negara-negara Muslim dan kawasan lain tentang gerakan yang diambil rezim Zionis.”
Menteri menunjukkan bahwa Israel adalah rezim yang eksistensinya didasarkan pada teror, horor, dan pendudukan dan menekankan bahwa Republik Iran pasti akan mengadopsi langkah-langkah intelijen untuk melawan Israel.
Moslehi mengatakan bahwa hasutan dari para musuh setelah pemilihan presiden tahun 2009 di Iran meningkatkan harapan musuh dan mendesak para pemimpin hasutan untuk memberikan penjelasan tentang peran mereka dalam menciptakan celah intelijen yang menimbulkan kerusakan semacam itu pada negara.
“Berkenaan dengan celah intelijen yang diciptakan di Republik Iran dalam gerakan hasutan tahun lalu, musuh mengira bisa menggunakan kesempatan itu untuk meraih sukses sementara badan intelijen Iran terlibat dalam hasutan itu,” ujarnya.
Moslehi memperingatkan negara-negara kawasan yang bekerjasama dengan Israel bahwa setiap fasilitas yang mereka sediakan untuk rezim dianggap sebagai ancaman terhadap Iran dan seluruh kawasan.
Iran berhasil menyusup ke dalam sistem informasi Mossad dan mengenali serta membongkar jaringannya yang berbeda.
Komentar Moslehi itu keluar setelah Kementerian Intelijen Iran mengatakan pada hari Senin (10/1) telah membongkar jaringan mata-mata dan menahan pelaku utama dalam pembunuhan Dr. Massoud Ali Mohammadi, seorang ilmuwan nuklir Iran dan pengajar di Universitas Teheran.
Salah satu teroris yang ditahan, Majid Jamali-Fash, mengakui bahwa dia telah menerima pelatihan di sebuah pangkalan militer di luar Tel Aviv.
Pada tanggal 12 Juli, ilmuwan fisika nuklir Iran itu dibunuh dalam sebuah serangan bom di ibukota Iran, Teheran.
Pengeboman terjadi di dekat rumah sang profesor di utara Teheran.
“Salah satu pencapaian terbesar kami adalah penetrasi ke dalam sistem intelijen Mossad yang memungkinkan kami untuk mengenali karakter langkah-langkah mereka,” ujar menteri Iran.
“Jaringan mata-mata dan teror bekerja sebagai sel yang berarti mereka tidak punya informasi tentang aktivitas satu sama lain dan mereka juga tidak saling mengenal,” ujar Moslehi.
Dia juga memperingatkan ancaman terhadap ilmuwan-ilmuwan top di negara-negara kawasan, mengatakan, “Semua ilmuwan terdepan berisiko terhadap ancaman dari badan keamanan rezim Zionis.”
Dia menekankan bahwa Israel menentang kemajuan ilmiah negara-negara Muslim dan kawasan. “Kami merasa bertanggung jawab untuk memberikan informasi ke negara-negara Muslim dan kawasan lain tentang gerakan yang diambil rezim Zionis.”
Menteri menunjukkan bahwa Israel adalah rezim yang eksistensinya didasarkan pada teror, horor, dan pendudukan dan menekankan bahwa Republik Iran pasti akan mengadopsi langkah-langkah intelijen untuk melawan Israel.
Moslehi mengatakan bahwa hasutan dari para musuh setelah pemilihan presiden tahun 2009 di Iran meningkatkan harapan musuh dan mendesak para pemimpin hasutan untuk memberikan penjelasan tentang peran mereka dalam menciptakan celah intelijen yang menimbulkan kerusakan semacam itu pada negara.
“Berkenaan dengan celah intelijen yang diciptakan di Republik Iran dalam gerakan hasutan tahun lalu, musuh mengira bisa menggunakan kesempatan itu untuk meraih sukses sementara badan intelijen Iran terlibat dalam hasutan itu,” ujarnya.
Moslehi memperingatkan negara-negara kawasan yang bekerjasama dengan Israel bahwa setiap fasilitas yang mereka sediakan untuk rezim dianggap sebagai ancaman terhadap Iran dan seluruh kawasan.
“Negara-negara itu akan berubah menjadi basis untuk langkah-langkah teroris dari rezim Zionis,” ujarnya. (Pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei, Minggu (20/2), dalam
satu konferensi internasional mengenai Islam, menyeru kalangan Muslim di
seluruh penjuru dunia agar “menghilangkan” Amerika Serikat dari dunia
Islam.
“Masalah utama di dunia Muslim adalah kehadiran Amerika Serikat. Itu
adalah masalah terbesar. Kita perlu menangani ini,” kata Imam Khamenei
di hadapan tokoh agama Islam dari faham Syiah dan Sunni di Teheran.
“Perlu untuk menghilangkan Amerika Serikat dari dunia Islam,” kata
imam tangguh dan panglima militer di Republik Islam itu. Ditambahkannya,
musuh bebuyutan negara Islam tersebut saat ini lemah.
Khamenei mendesak umat Islam di seluruh dunia agar melestarikan
“gerakan rakyat di Mesir” dan mengatakan tugas rakyat dan itu adalah
tugas utusan bangsa Arab serta seluruh masyarakat Islam. Ia kembali
mengatakan revolusi Arab adalah Islami tapi harus terpadu.
“Semua musuh berusaha mengatakan gerakan rakyat di Mesir, Tunisia dan
negara lain tak Islami, tapi tentu saja semua gerakan rakyat ini Islami
dan harus terpadu,” katanya. Khamenei juga berkeras bahwa
persekongkolan musuh untuk menciptakan perbedaan antara Sunni dan Syiah
harus dihadapi.
Pada 4 Februari, dalam khutbah Jumatnya, Imam Khamenei menyerukan
didirikannya satu rejim Islam di Mesir, satu pekan sebelum orang kuat
negeri itu Hosni Mubarak didepak. Para pejabat Iran menyampaikan
dukungan buat revolusi di negara paling padat di dunia Arab tersebut.
Sementara, warga negara Arab di seluruh Timur Tengah merayakan
kejatuhan Presiden Hosni Mubarak, Jumat (10/2). Mereka memuji daya tahan
demonstran Mesir dan berharap protes mereka bagi perubahan akan bergema
ke seluruh Timur Tengah. Protes terhadap rejim yang berkuasa di dunia
Arab berlanjut ke Yaman dan Libya.
Di bagian lain, menjelang akhir pekan lalu terungkap bahwa Colin
Powell telah dibohongi dan dimanipulasi agar mendukung invasi Amerika
Serikat ke Irak. Mantan Menteri Luar Negeri AS tersebut sengaja tidak
diberi tahu bahwa informasi yang dipergunakan dalam pidato terkenalnya
untuk membenarkan serbuan ke Irak adalah informasi palsu, demikian kata
seorang mantan koleganya.
Pemerintahan George W Bush justru memanfaatkan reputasi baik Powell
untuk memberikan kredibilitas yang amat dibutuhkan dalam serangan itu.
Klaim tersebut disampaikan oleh Lawrence Wilkinson, mantan kepala staf
Powell dalam sebuah wawancara yang dibumbui kemarahan.
Wilkinson membuka mulut setelah sumber utama yang dijadikan dasar
laporan Powell untuk menginvasi Irak yang dipresentasikan di hadapan
Dewan Keamanan PBB Februari 2003 lalu mengakui bahwa dirinya berbohong.
Rafid Ahmed Alwan al-Janabi yang diberi nama sandi “Curveball” oleh
CIA sebelumnya mengaku bahwa dia membiarkan imajinasinya bergerak liar
dengan klaim mengenai Saddam Hussein dan dirinya berbohong demi
menggulingkan rezim Saddam.
Saat ia melihat Powell menyampaikan informasi palsu itu kepada PBB,
ia merasa terkejut. Dalam wawancara dengan televisi AS, NBC, Wilkinson
mengaku tidak percaya bahwa saat Powell berpidato, beberapa bulan
sebelum invasi, ia tahu yang sebenarnya.
“Saya tidak mendengar satu kata pun bernada keraguan bahwa kami
mendapat informasi dari empat sumber terpisah yang membuktikan adanya
laboratorium senjata biologi,” katanya. “Yang saya temukan sesudahnya
membuat saya sangat marah,” tambahnya.
“Saya tidak bisa menarik kesimpulan lain kecuali kami telah
dibohongi, khususnya saat saya mengetahui bahwa tidak ada orang AS yang
hadir saat Curveball diinterogasi,” katanya lebih lanjut. “Saya amat
ragu. Saya rasa ada manipulasi terhadap materi ini dan dicampur dengan
kebohongan,” ungkap Wilkinson.
Saat ditanya apakah kantor mantan Wakil Presiden Dick Cheney
memanipulasi Powell agar menyampaikan pidato, ia menjawab, “Pastinya.
Pasti begitu.” Ia menambahkan, Colin Powell memiliki kredibilitas yang
tidak dipunyai tokoh lain karena dia adalah seorang yang meragukan
perang dan dikelilingi oleh orang-orang yang haus perang. “Mereka
(pemerintahan Bush) memanfaatkannya (Powell),” tandas Wilkinson.
Powell pernah mengatakan dirinya ingin tahu mengapa keraguan mengenai
Curveball tidak dikemukakan sebelum ia menyampaikan pidato yang
dianggap sebagai salah satu faktor penting untuk membujuk negara-negara
lain agar mendukung invasi ke Irak.
Tapi, Wilkinson mengatakan bahwa meskipun Powell mengetahui
kebohongan itu, pada akhirnya semua tidak akan jauh berbeda. “Meski
tidak ada Curveball sekalipun, kami masih akan pergi berperang karena
George W Bush dan Dick Cheney memang ingin melakukannya,” pungkasnya.* https://syiahali.wordpress.com/page/345/
Kebangkitan Negara-negara Islam dalam menghadapi kezaliman dan kelakuan orang-orang yang kerjanya hanya melakukan kerusakan di muka bumi, tidak boleh dicegah dengan dalih agama.” ..Fatwa Pengharaman Demonstrasi oleh Ulama Mesir dan Saudi harus dicabut karena itu sesat
Tokoh ulama Sunni dan Ketua Fakultas Dakwah Islam Lebanon Sheikh Abdul
Nasir Jabbari mengecam fatwa terbaru mufti Arab Saudi yang menghalakan
serangan terhadap gerilyawan Al-Houthi dan pembantaian atas warga muslim
Sa’dah, Yaman utara. Sheikh Abdul Nasir Jabbari (Selasa, 22/12/2009)
dalam wawancara dengan televisi Al-Alam menekankan bahwa Rasulullah saw
mengharamkan pembunuhan dan penjatuhan harga diri sesama muslim. Ulama
Lebanon itu menjelaskan, membunuh warga muslim berlandaskan fatwa yang
sama sekali tidak memiliki dasar keagamaan dan keilmuan yang benar dan
ditujukan untuk kepentingan AS merupakan hal yang terlarang.
Jabbari menandaskan, apa yang terjadi di Yaman bukan peristiwa wajar
tapi semata-mata akibat konspirasi AS untuk menebarkan fitnah di kawasan
Timur Tengah. Sehingga bisa menguntungkannya.
Baru-baru ini Mufti Arab Saudi Abdul Aziz Al-Sheikh mengeluarkan
fatwa yang mengajak untuk memerangi gerilyawan Al-Houthi. Sebab gerakan
pejuang itu dinilai sebagai kelompok sesat. Fatwa tersebut juga
menyerukan perlunya membantai warga muslim di utara Yaman.
Hadhrat Ayatullah Al Uzhma Makarim Syirasi dalam pernyataannya yang
ditujukan kepada ulama-ulama mufti Arab Saudi dan Mesir mengatakan,
“Kebangkitan Negara-negara Islam dalam menghadapi kezaliman dan kelakuan
orang-orang yang kerjanya hanya melakukan kerusakan di muka bumi, tidak
boleh dicegah dengan dalih agama.”
Menurut Kantor Berita ABNA, Hadhrat Ayatullah Al Uzhma Makarim
Syirasi dalam pernyataannya yang ditujukan kepada ulama-ulama mufti Arab
Saudi dan Mesir mengatakan, “Kebangkitan Negara-negara Islam dalam
menghadapi kezaliman dan kelakuan orang-orang yang kerjanya hanya
melakukan kerusakan di muka bumi, tidak boleh dicegah dengan dalih
agama.””Ulama-ulama Mesir maupun Arab Saudi yang telah mengeluarkan
fatwa pengharaman kebangkitan umat Islam di Mesir dan beberapa Negara
Islam harus segera mencabut fatwanya. Fatwa mereka justru memberi
keuntungan kepada musuh-musuh Islam dan menghentikan kebangkitan umat
Islam untuk menggulingkan penguasa-penguasa yang tiran dan zalim.”
Tegasnya.Berikut petikan teks pernyataan Ayatullah Makarim Syirasi:
Bismillahirrahmani rahim
Salah satu permasalahan penting yang dihadapi kaum muslimin yang
sedang melakukan gerakan perlawanan atas kezaliman di Negara-negara
mereka justru berasal dari ulama-ulama besar mereka sendiri. Menurut
kabar, sebagian dari ulama Mesir dan Arab Saudi mengeluarkan fatwa
pengharaman atas kebangkitan rakyat tersebut dan menyebut para aktivis
demonstran sebagai pelaku kerusakan di muka bumi yang justru kebangkitan
adalah untuk melakukan perlawanan terhadap pelaku kerusakan di muka
bumi.
Penyebab keluarnya fatwa tersebut karena jauhnya para ulama tersebut
terhadap umatnya. Mereka sama sekali tidak mengenal umatnya dengan baik,
termasuk penderitaan yang mereka alami di bawah pimpinan penguasa yang
zalim. Fatwa sesat mereka ini lahir dari pemahaman mereka yang sesat
tentang ulil amri. Bagi mereka siapapun bisa menjadi ulil amri, tidak
peduli zalim atau tidak. Bayangkan, bagi mereka, Yazid maupun Jengis
Khan Mongolia adalah juga Ulil Amri yang wajib ditaati.
Sebagai ulama panutan mereka semestinya mendukung tuntutan umatnya.
Fatwa sesat mereka harus dicabut segera dan mereka harus berani
menyatakan orang-orang yang mempimpin secara zalim dan tidak becus tidak
patut untuk ditaati dan kebangkitan untuk melawan dan menggulingkan
penguasa-penguasa yang zalim adalah kewajiban bagi umat Islam. Justru
penguasa-penguasa zalim tersebut yang gemar melakukan kerusakan di muka
bumi.
Bukankah Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa jika diantara
dua kelompok kaum muslimin saling berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika tidak bisa ditempuh jalan damai, maka bantulah mereka
yang dizalimi, perangilang mereka yang berbuat zalim?. Apakah penguasa
Libiya, Mesir dan Bahrain tidak sedang menzalimi rakyatnya?
Dalam kitab Tarikh Tabari, salah satu kitab sejarah yang masyhur di
kalangan Ahlus Sunnah, disebutkan bahwa Rasulullah Muhammad saww
bersabda, “Barang siapa yang melihat penguasa yang menghalalkan yang
telah diharamkan oleh Allah, menginjak-injak aturan-aturan Allah,
menyelewengkan sunnah Rasulullah, dan berbuat zalim kepada hamba-hamba
Allah namun tidak mengingkarinya baik secara lisan maupun perbuatan,
hari kiamat nanti ia akan dibangkitkan bersama penguasa-penguasa zalim
tersebut.” (Tarikh Tabari, Jilid 4, hal. 304).
Karenanya, saya meminta kepada ulama-ulama yang telah mengeluarkan
fatwa pengharaman atas kebangkitan umat Islam atas perlawanannya
terhadap penguasa-penguasa yang zalim untuk segera mencabutnya. Tidak
seharusnya ulama menghentikan atau menghalang-halangi kebangkitan umat
Islam ini yang pada hakekatnya hanya memberi keuntungan kepada
musuh-musuh Islam. Ulama harus bersatu padu dengan umatnya sehingga
musuh-musuh Islam tidak dapat mengambil manfaat apapun dari kebangkitan
umat ini.
https://syiahali.wordpress.com/page/345/
halahh org syiah, ngedabruss :p
BalasHapus#SyiahBukanIslam :p
BalasHapushati-hati kawan thd propogandanya