Wacana Pembongkaran Makam Nabi Kembali Mencuat, Masyarakat Islam Mengecam
http://www.harianterbit.com/read/2014/09/04/7751/0/19/Wacana-Pembongkaran-Makam-Nabi-Kembali-Mencuat-Masyarakat-Islam-Mengecam
Jambi, HanTer - Pencetusan memindahkan makam Nabi Muhammad SAW dari
Masjid Nabawi ke tempat lain mendapat berbagai kecaman dari umat muslim
dunia. Indonesia salah satunya.
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi menyatakan jika Pemerintah Saudi benar-benar akan mengikuti saran kelompok Wahabi atau siapa pun untuk memindahkan makam Nabi tersebut, maka negaranya dipastikan akan hancur.
"Saudi bakal hancur jika itu dituruti," katanya seusai tampil dalam forum Halaqah Pimpinan Pondok Pesantren dan Tokoh Pendidikan Islam di Jambi, Rabu (3/9) malam.
Menurut Hasyim gagasan memindahkan makam Nabi harus ditentang oleh seluruh umat Muslim di dunia. Ia mengakui memang beberapa tahun lalu pernah mengemuka pemindahan makam Nabi Muhammad yang dilatarbelakangi pemikiran Wahabiyah.
Bahkan, katanya, seluruh situs-situs yang bersejarah itu akan dihancurkan, dalam pandangan Wahabiyah karena hal itu syirik. Padahal, menurut Hasyim, itu tidak betul karena justru situs-situs itu penting untuk sejarah. Kalau keinginan itu sekarang ingin diulang lagi, seluruh umat Islam di dunia harus menentang.
Menurut dia, pemerintah Indonesia bersama kekuatan organisasi Islam lainnya harus bisa menolak, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan seluruh ulama di Indonesia.
Hasyim menilai rencana pemindahan makam Nabi itu dapat dimungkinkan sebagai manuver dari kelompok tertentu untuk menimbulkan keguncangan di kalangan umat Islam.
Pernyataan serupa sebelumnya juga dikemukakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta. Ia menyatakan mengecam keras rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad SAW yang belakangan kembali mengemuka.
"Dari dulu sampai sekarang, kami menolak keras, mengecam keras (pembongkaran) itu," kata Said Aqil Siroj.
Menurut Said Aqil, dulu Komite Hijaz yang merupakan cikal bakal terbentuknya NU juga melakukan gerakan menolak pembongkaran Kakbah, makam Nabi Muhammad SAW, dan situs-situs lain di Arab Saudi.
"Coba saja kalau berani melakukannya. Pemerintah Arab pasti akan hancur," kata Said Aqil.
PBNU akan mendorong Pemerintah Indonesia untuk ikut bereaksi menolak rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad SAW.
"PBNU akan bersurat ke Presiden, meminta agar Indonesia menyurati Pemerintah Arab Saudi, mengingatkan untuk tidak membongkar makam Nabi Muhammad," kata Said Aqil.
Rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad SAW kembali mengemuka seiring munculnya dokumen konsultasi yang dipimpin akademisi terkemuka Arab Saudi. Dokumen setebal 60 halaman tersebut belakangan sudah dimuat di jurnal kerajaan dan harian The Independent, yang kemudian dipublikasikan oleh beberapa media lainnya.
Berikut ini artikel yang dimuat situs resmi Nahdlatul Ulama (NU), www.nu.or.id, tentang polemik terkait dengan rencana makam Nabi Muhammad akan dibongkar:
Berita tentang usulan Saudi untuk memindahkan makam Nabi Muhammad dari masjid Nabawi di Medinah menjadi trending di media sosial.
Laporan di harian koran The Independentberjudul 'Saudi menghadapi risiko perpecahan baru dengan usulan memindahkan makam Nabi Muhammad' itu mengutip usulan dalam dokumen oleh seorang akademisi yang beredar di antara para pengawas Masjid Nabawi, seperti dilaporkan oleh BBC Indonesia.
Namun rencana itu diangkat akademisi lain yang mengkritik dirusaknya tempat-tempat suci dan artefak di Mekah.
Makam Nabi Muhammad terletak di kubah hijau di dalam masjid dan dikunjungi jutaan jemaah haji dan merupakan tempat suci kedua bagi umat Islam.
Ulama Saudi garis keras atau Wahabi telah lama memfatwakan melarang penyembahan benda atau "orang suci", sebuah praktek yang dianggap "syirik" atau berhala.
Dr Alawi, direktur Islamic Heritage Research Foundation, seperti NU Online kutip dari The Independent mengatakan : "Orang-orang mengunjungi ruangan keluarga Nabi hidup, dan kemudian menuju tempat pemakaman untuk berdoa.
"Sekarang mereka ingin mencegah peziarah mengunjungi dan menghormati makam karena mereka percaya bahwa ini adalah syirik, atau penyembahan berhala. Tapi satu-satunya untuk menghentikan Muslim mengunjungi Nabi adalah membawa makam tersebut keluar (dari masjid) dan memasukkannya ke pemakaman (umum). "
Dr Alawi juga mengatakan rencana tersebut meliputi penghancuran kubah hijau yang menutupi makam Nabi.
Nabi dihormati oleh kedua cabang Islam, Sunni dan Syiah. Sekte Wahabi merupakan cabang dari Sunni, namun membongkar makam Nabi dapat mengobarkan ketegangan antara kedua kelompok tersebut.
Muslim Sunni mainstream akan sama terkejutnya atas upaya pembongkaran makam nabi sebagaimana kelompok Syiah, kata Dr Alawi.
The Independent sebelumnya mengungkapkan bagaimana ekspansi bernilai miliaran pound sterling Masjidil Haram telah, menurut Gulf Institute yang berbasis di Washington, menyebabkan kerusakan hingga 95 persen bangunan tua berusia lebih dari seribu tahun dan digantikan dengan hotel mewah, apartemen dan pusat perbelanjaan.
Raja Abdullah telah menunjuk ulama Wahabi terkemuka dan imam dari Masjidil Haram, Abdul Rahman al-Sudais, untuk mengawasi proyek perluasan yang diperlukan untuk menambah jumlah kapasitas perziarah yang terus meningkat setiap tahunnya.
Dr Alawi mengatakan dokumen konsultasi untuk Masjid al-Nabawi di Madinah dibuat oleh akademisi terkemuka Saudi Dr Ali bin Abdulaziz al-Shabal dari Imam Muhammad bin Saud Islamic University di Riyadh, telah diedarkan kepada Komite Kepresidenan.
Beberapa halaman dari dokumen konsultasi baru saja dipublikasikan dalam jurnal kepresidenan. Mereka menyerukan penghancuran kamar sekitar makam - yang digunakan oleh istri dan anak perempuan Nabi, dan dihormati oleh Syiah karena hubungan mereka dengan putri bungsunya, Fatimah.
Dokumen itu juga menyerukan penghancuran kubah hijau, yang meliputi makam dan tempat tinggal dan pengangkatan kerangka tubuh Nabi ke pemakaman di dekatnya, al Baqi.
Al-Baqi merupakan area pemakaman yang sudah banyak berisi kerangka tubuh keluarga Nabi, termasuk ayahnya yang dipindahkan ke sana pada 1970-an, kata Dr Alawi. Pada tahun 1924 semua nisan telah dihapus, sehingga jamaah tidak akan tahu siapa yang dimakamkan di sana, dan jadi tidak bisa berdoa kepada mereka.
"Nabi akan anonim," tambah Dr Alawi. "Segala sesuatu di sekitar masjid Nabi telah hancur oleh buldoser. Begitu mereka telah menghapus segala sesuatunya, mereka bisa bergerak menuju masjid. Imam masjid mungkin mengatakan ada kebutuhan untuk memperluas masjid dan melakukannya dengan cara itu, sementara mata dunia berada di Irak dan Suriah.
Kuburan Nabi Muhamad dihormati oleh Sunni aliran utama, yang tidak pernah akan melakukannya. Hal ini sama pentingnya bagi Syiah juga, yang memuliakan putri Nabi, Fatimah.
"Saya yakin akan ada kejutan di seluruh dunia. Ini akan menyebabkan kemarahan. "
The Independent tidak dapat menghubungi kedutaan Arab Saudi, tapi dalam sebuah pernyataan tahun lalu mengatakan: "Perkembangan Masjid Suci Makkah al Mukarramah- merupakan subjek yang sangat penting dan dalam kapasitasnya sebagai penjaga dua masjid suci tersebut, akan melakukan langkah yang sangat serius. Peran ini merupakan inti dari prinsip-prinsip Arab Saudi didirikan."
Madinah, LiputanIslam.com–Sebuah laporan telah mengungkap proposal untuk menghancurkan makam Islam Nabi Muhammad (saw) dan memindahkan sisa jasadnya ke kuburan anonim di Baqi. Langkah ini dipastikan akan memunculkan respon kemarahan dari dunia muslim.
Harian Independent, Inggris, melaporkan (2/9/2014) bahwa proposal
penghancuran itu adalah bagian dari dokumen konsultasi yang dibuat
seorang akademisi Saudi terkemuka, dan telah beredar di kalangan para
pejabat Masjid Nabawi. Makam Nabi Muhammad berada di kompleks Masjid
Nabawi di kota Madinah, di bawah kubah berwarna hijau. Rencana
penghancuran ini diungkap oleh seorang akademisi Saudi lainnya, yang
menentang rencana ini.
Dalam dokumen sebanyak 61 halaman itu, disebutkan bahwa jasad Nabi Muhammad (saw) akan dipindah ke dekat pemakaman al-Baqi untuk dimakamkan secara anonim. Selain itu disebutkan rencana penghancuran kamar di sekitar makam yang dulu digunakan oleh Nabi (saw) dan anggota keluarganya. Kubah hijau pun tak luput dari rencana penghancuran.
Dr Alawi, direktur the Islamic Heritage Research Foundation,
dalam wawancaranya dengan harian The Independent, mengatakan bahwa bila
rencana penggusuran makam itu dilakukan, Nabi akan menjadi anonim
(tidak dikenal).
“Semua hal di sekitar Masjid Nabawi telah dihancurkan. Masjid
dikelilingi oleh bulldozer. Setelah mereka menghancurkan semuanya,
mereka akan masuk ke masjid. Imam (masjid) mengatakan ada kebutuhan
untuk memperluas masjid, dan melakukannya dengan cara itu (menghancurkan
makam Nabi), sementara perhatian dunia tengah tertuju pada Irak dan
Suriah,” kata Alawi.
Usulan untuk penghancuran makam ini didasarkan pada ajaran Wahabisme
yang sejak lama telah melarang ziarah kubur karena dianggap sebagai
perbuatan syirik.
“Kuburan Nabi sangat dihormati oleh kaum
Sunni, yang tidak akan melakukannya (penghancuran itu). Makam ini juga
sangat penting bagi kaum Syiah. Saya yakin terungkapnya rencana ini akan menimbulkan kemarahan di Dunia Muslim,” kata Dr. Alawi.
Sejauh ini, pemerintah Saudi belum menyatakan keputusan apapun atas proposal itu. Namun lembaga penelitian Gulf Institute mengatakan, 95 persen bangunan berusia 1.000 tahun di kota-kota suci Mekkah dan Madinah telah dihancurkan oleh pemerintah Saudi dalam 20 tahun terakhir, dengan tujuan memperluas pusat perbelanjaan, membangung gedung pencakar langit, dan hotel mewah.
Selama pembangunan kompleks Jabal Omar di Mekkah, para pejabat Saudi menghancurkan banyak situs arkeologi, khususnya tempat kelahiran Nabi Muhammad dan rumah istri Nabi, Khadijah (SAW), mengubahnya menjadi perpustakaan dan toilet umum. Dua dari tujuh masjid bersejarah penting, yaitu masjid yang dibangun untuk mengenang Perang Khandaq dan sebuah masjid milik cucu Nabi, juga diledakkan sepuluh tahun yang lalu. Gambar-gambar pembongkaran situs-situs kuno itu diambil diam-diam dan kemudian diselundupkan ke luar negeri.(dw)
Kairo, LiputanIslam.com
– http://liputanislam.com/berita/internasional/timur-tengah/para-ulama-besar-al-azhar-ramai-ramai-kutuk-ide-pembongkaran-makam-rasulullah-saw/
Wacana yang mengemuka di Arab Saudi untuk memindahkan makam Nabi
Besar Muhammad Saw di Madinah al-Munawwarah ke pemakaman Baqi mendapat
kecaman keras dari para ulama dan pemikir Universitas al-Azhar dan
menganggapnya sebagai ide yang hanya berkembang dari para penganut faham
Salafi/Wahabi .
Sebagaimana dikatakan anggota Dewan Ulama Senior dan mantan rektor
Universitas al-Azhar, Prof. Ahmed Omar Hashem, mereka menyatakan
pemindahan itu sebagai tindakan haram.
“Tidak boleh dan tidak dibenarkan secara syariat pemindahan sisa
jenazah Rasulullah saw. Ada teks (nash) syariat yang mengatakan bahwa
semua rasul dimakamkan di tempat mereka wafat,” kata Hashem, sebagaimana
dilansir al-Shorouk, Selasa (2/9).
Dia menambahkan bahwa makam Rasulullah saw sudah ditetapkan secara
syariat, bersifat “rabbani” (sakral), dan tidak boleh diabaikan.
“Tidak boleh ada ijtihad ketika sudah ada nash, dan tidak boleh pula
secara syariat maupun rasional dan tekstual memindahkan sisa jenazah
Rasul saw dengan dalih pengembangan dan lain-lain,” tegasnya.
Seperti pernah diberitakan sebelumnya, harian The Independent,
Inggris, melaporkan adanya wacana pembongkaran makam suci Nabi Muhammad
(saw) dan memindahkan makam Rasul saw ke Baqi. Disebutkan bahwa proposal
penghancuran itu adalah bagian dari dokumen konsultasi yang dibuat
seorang akademisi Saudi terkemuka yang tak disebutkan namanya, dan telah
beredar di kalangan para pejabat Masjid Nabawi.
Dalam dokumen sebanyak 61 halaman itu, disebutkan bahwa jasad Nabi
Muhammad saw akan relokasi ke dekat pemakaman Baqi. Selain itu
disebutkan rencana penghancuran kamar di sekitar makam yang dulu
digunakan oleh Nabi (saw) dan anggota keluarganya. Kubah hijau pun tak
luput dari rencana penghancuran. (Baca: Makam Nabi Akan Dihancurkan dan Jasadnya Dipindah ke Baqi)
Dr. Mahmoud Mohanna, anggota Dewan Ulama Senior al-Azhar,
mengingatkan bahwa wacana itu sia-sia belaka dan bertentangan dengan
sunnah dan pandangan para sahabat Nabi saw.
“Pemindahan sisa jenazah Rasul saw akan mengundang kekacauan (fitnah)
besar, karena bumi tidak menelan jasad para nabi. Membuka pintu ini
akan membuka pintu-pintu jahannam,” tegasnya,
Dia menambahkan, “Yang paling berbahaya dalam urusan ini ialah
pembukaan pintu bagi pendustaan terhadap sunnah dan hadis, keraguan
terhadap sabda-sabda Rasul dan perkataan para sahabat yang telah sampai
kepada kita.”
Menurutnya, ide demikian hanya berasal dari para penganut faham Wahabisme.
“Ide demikian hanya khas faham Wahabisme dan pernah diserukan oleh
Nasirudin al-Albani. Ide demikian ini keliru dan kami kita
membenarkannya. (Sisa jenazah) Rasulullah saw tidak bisa dipindahkan
dari tempat asalnya, dan satu-satunya makam yang teristimewa di dunia
adalah makam Rasul saw,” paparnya.
Dia menyerukan kepada seluruh ulama yang tercerahkan supaya memerangi
ide dan wacana yang dinilainya sebagai “janin gugur” tersebut.
Kecaman terhadap ide tersebut juga meluncur dari Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar di Asyut, Mokhtar Marzouqi.
“Gagasan pemindahan jenazah Rasul saw dari tempat asal ke tempat lain
adalah pandangan yang menampar umat Islam di semua tempat dan era.
Tidak boleh seorang Muslim memiliki ide demikian, siapapun dia. Kita
mengetahui dari sunnah Rasul saw bahwa para nabi disemayamkan di tempat
di mana mereka wafat,” tandasnya.
“Pembongkaran makam mulia dan pengeluaran jenazah dari dalamnya,
walaupun masih sebatas wacana, sudah merupakan kejahatan yang mengarah
kepada fitnah besar yang tak dapat diketahui sejauhmana dampaknya
kecuali oleh Allah SWT. Kita juga mengetahui bahwa fitnah itu sedang
tidur pulas, dan semoga laknat Allah menimpa orang yang
membangunkannya,” imbuhnya.
Dia juga mengingatkan, “Kami menegaskan kepada orang-orang itu,
jangan sekali-kali berpikir untuk membongkar makam al-Mustafa saw dalam
keadaan bagaimanapun dan dengan alasan apapun. Masalah ini sudah
tertetapkan sedemikian rupa sejak zaman para sahabat sampai sekarang
sehingga harus tetap terjaga demikian hingga hari kiamat.” (mm)
Jakarta, LiputanIslam.com — Terkait rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad Saw oleh Rezim Arab Saudi, Nahdlatul Ulama (NU) mengecam keras.
“Dari dulu sampai sekarang, kami menolak keras, mengecam keras
pembongkaran itu,” kata Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj di Jakarta,
Rabu, 3 September 2014 seperti dilansir Antara.
Menurut Said Aqil, dulu Komite Hijaz yang merupakan cikal bakal
terbentuknya NU juga melakukan gerakan menolak pembongkaran Ka’bah,
makam Nabi Muhammad SAW, dan situs-situs lain di Arab Saudi. (Baca
juga: Ed Husain: Wahabisme Kerajaan Saudi Jadi Biang Problematika Timur Tengah)
“Coba saja kalau berani melakukannya. Pemerintah Arab pasti akan hancur,” kata Said Aqil.
PBNU akan mendorong pemerintah Indonesia untuk ikut bereaksi menolak
rencana pembongkaran dan pemindahan makam Nabi Muhammad SAW.
“PBNU akan bersurat ke Presiden, meminta agar Indonesia menyurati
Pemerintah Arab Saudi, mengingatkan untuk tidak membongkar makam Nabi
Muhammad,” kata Said Aqil. (Baca juga: Haul ke 43 Mbah Wahab, Ungkap Sumbangsih Sang Kyai untuk Negeri)
Senada dengan Said Aqil, Mantan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi juga
menyatakan bahwa Arab Saudi akan hancur jika mengikuti keinginan
kelompok Wahabi. Atau, kata dia, mengikuti siapa pun yang ingin
memindahkan makam Nabi Muhammad SAW dari Masjid Nabawi ke tempat lain.
“Saudi bakal hancur jika itu dituruti,” kata Hasyim.
Menurut Hasyim, gagasan memindahkan makam Nabi harus ditentang oleh
seluruh umat Muslim di dunia. Ia membenarkan, sejak beberapa tahun lalu
mengemuka rencana pemindahan makam Nabi Muhammad yang dilatarbelakangi
pemikiran Wahabiyah.
Bahkan, katanya, seluruh situs-situs yang bersejarah di wilayah Arab
Saudi akan dihancurkan. Alasannya, dalam pandangan Wahabiyah keberadaan
situs itu bisa menimbulkan syirik. Padahal, menurut Hasyim, itu tidak
betul karena justru situs-situs itu penting untuk sejarah. Kalau
keinginan itu diulang terus, seluruh umat Islam di dunia harus
menentang.
Menurutnya, pemerintah Indonesia bersama kekuatan organisasi Islam
lainnya harus menolak, termasuk Majelis Ulama Indonesia dan seluruh
ulama di Indonesia. Hasyim menilai rencana pemindahan makam Nabi
Muhammad itu dapat dimungkinkan sebagai manuver dari kelompok tertentu
untuk menimbulkan keguncangan di kalangan umat Islam. (ph)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar