Selasa, 31 Januari 2012

War!!! ...?? War !!! ?? Massive U.S. Military Buildup Reported Around Iran; Up to 100,000 Troops Ready By March.....>>> The Socotra facilities are so secret that they are never mentioned in any catalogue listing US military facilities in this part of the world, which include Jebel Ali and Al Dahfra in the United Arab Emirates; Arifjan in Kuwait; and Al Udeid in Qatar – all within short flying distances from Iran....???.... Organisasi Tarekat NU Mesir Waspadai Bahaya Laten Wahabisme..>>...Awas! Kantong NU Direbut Kelompok Wahabi Radikal..>>.. Paham Wahhabi adalah ajaran resmi di Kerajaan Arab Saudi, yang mana wilayah kerajaan ini merupakan hak milik klan Al-Saud. Dari skandal kesepakatan Al-Yamamah, bisa dikatakan bahwa negeri ini tidak bisa disebut sebagai negara karena tidak adanya rekening dan tidak adanya anggaran belanja negara. Yang ada adalah rekening-rekening pribadi keluarga kerajaan yang melayani kebutuhan-kebutuhan Kerajaan. Jadi, wilayah Arabia yang ini adalah suatu wilayah pribadi atau wilayah Arabia milik keluarga Saud sesuai namanya Arab Saudi...>>.Kaum Wahhabi telah dan sedang memusnahkan tapak-tapak warisan sejarah Islam di Mekah untuk mencegah perbuatan jemaah haji yang suka menziarahi tapak-tapak ini, konon menurut Wahhabi perbuatan ziarah ini adalah bid’ah. Wahhabi telah meratakan rumah Siti Khadijah dan rumah Rasulullah SAW, dan dibangun perpustakaan dan lapangan parkir di atas tapakannya. Rumah Siti Khadijah, isteri pertama Rasulullah, telah dimusnahkan dan digantikan dengan lapangan tandas. Rumah Sayidina Abu Bakar, sahabat Rasulullah dan ayahanda Siti Aisyah yang merupakan orang pertama yang menyusun ayat-ayat Al-Quran, telah dimusnahkan dan diganti oleh bangunan Hotel Hilton...>>... Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd mendesak China untuk berhenti membeli minyak dari Iran dan bergabung dengan Barat menempatkan tekanan pada negara Islam yang mengembangkan program nuklir yang membahayakan dunia. Hal ini ditegaskannya saat ia berada di Paris, Kamis kemarin, 19/1....>> Pertanyaan lebih krusial, apakah Iran sanggup menemukan solusi bagi hilangnya sumber pemasukan utama mereka....>>..


Massive U.S. Military Buildup Reported Around Iran; Up to 100,000 Troops Ready By March

Posted by Wealth Wire - Tuesday, January 31st, 2012



While President Obama’s supporters hailed his withdrawal of U.S. troops from Iraq as the end of the war in the Middle East, behind the scenes the Pentagon has been quietly massing troops and armaments on two islands located just south of the Strait of Hormuz, and within easy striking distance of Iran.
In addition to some 50,000 U.S. troops currently in the region waiting for orders (apparently they won’t be home by this past Christmas as was originally promised), Nobel Peace Prize winner President Barack Obama is deploying an additional 50,000 soldiers to be ready for ‘any contingency’ by March:
President Barack Obama is reported exclusively by DEBKA-Net-Weekly’s military and Washington sources to have secretly ordered US air, naval and marine forces to build up heavy concentrations on two strategic islands –Socotra, which is part of a Yemeni archipelago in the Indian Ocean, and the Omani island of Masirah at the southern exit of the Strait of Hormuz.
Since 2010, the US has been quietly building giant air force and naval bases on Socotra with facilities for submarines, intelligence command centers and take-off pads for flying stealth drones, as part of a linked chain of strategic US military facilities in the Indian Ocean and Persian Gulf.
The Socotra facilities are so secret that they are never mentioned in any catalogue listing US military facilities in this part of the world, which include Jebel Ali and Al Dahfra in the United Arab Emirates; Arifjan in Kuwait; and Al Udeid in Qatar – all within short flying distances from Iran.
Additional US forces are also being poured into Camp Justice on the barren, 70-kilometer long Omani island of Masirah, just south of the Hormuz entry point to the Gulf of Oman from the Arabian Sea.
Western military sources familiar with the American buildup on the two strategic islands tell DEBKA-Net-Weekly that, although they cannot cite precise figures, they are witnessing the heaviest American concentration of might in the region since the US invaded Iraq in 2003.
Then, 100,000 American troops were massed in Kuwait ahead of the invasion. Today, those sources estimate from the current pace of arrivals on the two island bases, that 50,000 US troops will have accumulated on Socotra and Masirah by mid-February. They will top up the 50,000 military already present in the Persian Gulf region, so that in less than a month, Washington will have some 100,000 military personnel on the spot and available for any contingency.
US air transports are described as making almost daily landings on Socotra and Masirah. They fly in from the US naval base of Diego Garcia, one of America’s biggest military facilities, just over 3,000 kilometers away. The US military presence in the region will further expand in the first week of March when three US aircraft carriers and their strike groups plus a French carrier arrive in the Persian Gulf, the Gulf of Oman and the Arabian Sea: They are the USS Abraham LincolnUSS Carl VinsonUSS Enterprise and the Charles de Gaulle nuclear-powered aircraft carrier.
A fourth US carrier will be standing by in the Pacific Ocean, a few days’ sailing time from the water off Iran’s coast.
Source: Debka
Still holding out hope that we won’t go to war with Iran?
There’s already reason enough for the powers-to-be to invade Iran based on the accusations that they are in the process of manufacturing nuclear weapons. Whether true or not makes no difference, as we saw with weapons of mass destruction that have yet to be found in Iraq.
Similarly, like Saddam Hussein before them, Iran’s leadership is attempting to trade their oil without going through the proper channels – in essence attempting to bypass the United States and Europe by striking deals with China, India, and Russia that will not require the exchange of oil for US dollars, but rather, Yuan, Rupees and Gold.
*Post courtesy of SHTFPlan.com
    

Analis Politik AS: Iran akan di'Irak'an

Senin, 30 Januari 2012 12:08 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Seorang analis politik senior, Webster Griffin Tarpley, mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Inggris saat ini sedang menghidupkan kembali agenda mereka di Irak dulu dalam menghadapi Iran. "Kami sekarang mengetahui bahwa skenario yang sama sedang dijalankan untuk Iran, yaitu penyalahgunaan atau pembajakan Dewan Keamanan PBB," jelasnya yang dilansiririb.ir, Senin (30/1).

Dalam krisis politik Global ini, jelas dia, Rusia dan Cina tidak boleh hanya duduk dan menonton ancaman-ancaman Barat dan AS terhadap Iran, karena mereka akan menjadi target berikutnya.

"Masyarakat Rusia dan Cina harus memahami dengan baik bahwa jika mereka hanya berdiam diri dan membiarkan ancaman  itu terus terjadi, akhirnya mereka sendiri akan menjadi sasaran berikutnya," kata Tarpley yang juga penulis dan sejarawan Amerika Serikat.

Ia mengatakan, pada saat Rusia dan Cina menjadi target berikutnya, maka kenyataannya tidak akan ada lagi negara yang bisa melawan hegemoni Barat dan AS. 

AS, negara barat, dan sekutunya menuduh Republik Islam mengejar program nuklir militer dan menggunakan klaim ini untuk meloloskan empat putaran sanksi Dewan Keamanan dan serangkaian embargo sepihak terhadap Tehran. Iran berkali-kali membantah keras tuduhan itu dan menegaskan bahwa program nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil, seperti pembangkit listrik dan penggunaan medis.
Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Amri Amrullah


Rabu, 25 Januari 2012 13:54 WIB

Selat Hormuz Memanas, Tiga Kapal Perang Merapat Ke Teluk

Johannes Sutanto de Britto
Kapal Induk Nimitz USS Abraham Lincoln berlayar melewati Selat Hormuz menuju Teluk tanpa insiden, sehari setelah Iran memberikan ancaman terkait keberadaan kapal dan akan mengambil aksi bila kembali ke daerah perairan strategis tersebut (Antara/Jaringnews
Kapal Induk Nimitz USS Abraham Lincoln berlayar melewati Selat Hormuz menuju Teluk tanpa insiden, sehari setelah Iran memberikan ancaman terkait keberadaan kapal dan akan mengambil aksi bila kembali ke daerah perairan strategis tersebut (Antara/Jaringnews
Pengiriman tiga kapal perang ke Teluk menjadi sinyal jelas tentang tekad masyarakat internasional.

LONDON, Jaringnews.com – Situasi di Selat Hormuz makin memanas. Inggris bisa saja mengirim militer tambahan ke Selat Hormuz dengan tujuan mencegah setiap upaya Iran untuk memblokir Teluk Persia bagi lalu lintas tanker minyak, tetapi itu belum dilakukannya.

Seperti diketahui, dua kapal perang milik Inggris dan Perancis serta kapal induk USS Abraham Lincoln sudah memasuki wilayah Teluk untuk menekan Iran.

Para pemimpin Iran telah berulang kali menyampaikan ancamannya untuk menutup Selat Hormuz yang selama ini menjadi lalu lintas seperlima dari minyak dunia, setelah Uni Eropa memberlakukan embargo pada Senin lalu sebagai bagian dari sanksi untuk menekan Teheran yang menjalankan program nuklirnya yang kontroversial.

Iran sudah memanggil  Duta Besar Denmark untuk Teheran pada Selasa kemarin terkait embargo minyak oleh Uni Eropa.

"Uni Eropa mengejar kebijakan-kebijakan AS dan mengadopsi pendekatan bermusuhan serta sedang menciptakan ketegangan dengan Republik Islam Iran," tegas Ali Asghar Khaji, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri.

Ia menambahkan bahwa putusan Uni Eropa untuk mengembargo minyak Iran adalah irrasional.

Sementara itu pejabat Iran lain berpendapat bahwa sanksi tersebut tidak akan berhasil. Nikzad Rahbar berpendapat Eropa hanyalah pecundang dan Iran akan mendapatkan lebih banyak karena harga tinggi.

Pengiriman tiga kapal perang ke Teluk menjadi sinyal jelas tentang tekad masyarakat internasional membela hak lintas bebas melalui perairan internasional.

(Deb / Deb)

Rabu, 25 Januari 2012 14:38 WIB

Inggris Siap Kerahkan Kekuatan Perangnya Ke Selat Hormuz

Johannes Sutanto de Britto
IRAN ANCAM TUTUP SELAT HORMUZ. Iran melakukan latihan perang Velayat-90 di Laut Oman dekat Selat Hormuz di wilayah selatan Iran (Antara/Jaringnews)
IRAN ANCAM TUTUP SELAT HORMUZ. Iran melakukan latihan perang Velayat-90 di Laut Oman dekat Selat Hormuz di wilayah selatan Iran (Antara/Jaringnews)

"Tidak ada yang menginginkan perang, namun tragedi itu menjadi sangat mungkin"

LONDON, Jaringnews.com - Inggris memiliki kemampuan untuk memperkuat kontingen di Selat Hormuz bila hal itu dianggap perlu untuk dilakukan. Meski demikian, Kementerian Pertahanan Inggris menolak untuk memberitahu detail spesifik personil dan kekuatan militer yang saat ini telah merapat ke Teluk Persia.  Mereka hanya mengatakan bahwa sekitar 1.500 personil Angkatan Laut ada di wilayah timur Suez, yang meliputi Timur Tengah dan Samudra Hindia.

Di Paris, Perancis, juru bicara militer Kolonel Thierry Burkhard mengatakan kapal perang Perancis yang mengkhususkan diri untuk melawan serangan kapal selam tetap pada "misi kehadiran" di Teluk Persia.            

Perancis justru menyatakan tidak akan mengerahkan pasukan lagi ke daerah itu, demikian ditegaskan Burkhard. Sementara itu, Amerika Serikat dan sekutunya telah memperingatkan bahwa mereka akan mengambil tindakan cepat terhadap setiap langkah Iran di Selat Hormuz.

Jon Rosamond, editor majalah Jane milik Angkatan Laut Internasional, mengatakan Inggris memiliki HMS Daring yang siap diperbantukan. HMS Daring adalah kapal spesialis perusak pertahanan udara yang sudah berlayar menuju Suez untuk melaksanakan misi enam bulan terhadap pembajakan dan penyelundupan narkoba dan berpotensi memainkan peran melawan ancaman dari rudal Iran.

HMS Westminster, sebuah kapal yang digunakan selama kampanye Libya musim panas lalu bisa meninggalkan Portsmouth di selatan Inggris dan akan mencapai Hormuz dalam waktu seminggu jika diperlukan, demikian imbuh Rosamond.

"Ini bukan tindakan yang dirancang untuk menimbulkan konflik apapun, tetapi untuk menjauhkan kita dari setiap konflik," tegas anggota parlemen Partai Konservatif Inggris Richard Halfon. Ia menambahkan bahwa kegagalan Iran untuk menanggapi keprihatinan internasional semakin mengkhawatirkan.

"Tidak ada yang menginginkan perang, namun tragedi itu menjadi sangat mungkin,” imbuhnya.

(Deb / Deb)

Selasa, 24 Januari 2012 10:33 WIB

Uni Eropa Putuskan Embargo Minyak, Iran Makin Terkucil

Johannes Sutanto de Britto
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague

Pembekuan dan pelarangan di berbagai sektor ekonomi ini dimaksudkan untuk menekan dan memangkas pendanaan program nuklir Iran.

BRUSSELS, Jaringnews.com - Iran kini terus ditekan oleh Uni Eropa yang menuduh Iran tidak mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB dan mengembangkan program senjata nuklir. Para menteri luar negeri Uni Eropa resmi menjatuhkan embargo pada minyak Iran, Senin kemarin, 23/1.

Keputusan yang diambil pada pertemuan tingkat tinggi para menteri luar negeri di Brussels ini makin menyudutkan dan mengucilkan Iran. Sanksi Uni Eropa ini meliputi larangan pembelian baru minyak mentah dari Iran dan pemutusan kontrak pembelian minyak negara-negara Uni Eropa dari Iran.

Tidak hanya sebatas embargo minyak, Uni Eropa juga menyepakati pembekuan aset-aset milik bank sentral Iran dan  pelarangan perdagangan emas, berlian dan logam-logam berharga dengan bank sentral dan lembaga publik Iran.

Pembekuan dan pelarangan di berbagai sektor ekonomi ini dimaksudkan untuk menekan dan memangkas pendanaan program nuklir Iran.

''Saya pikir hal ini menunjukkan tekad Uni Eropa dalam persoalan ini (nuklir Iran)," tegas Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.

Tekanan Uni Eropa ini, menurut sejumlah pengamat, akan lebih signifikan hasilnya daripada gembar-gembor dan embargo yang selama ini dilakukan oleh Amerika Serikat. Seperti diketahui, negara-negara Uni Eropa mengimpor sekitar 21% minyak Iran.

Sementara itu Rusia yang selama ini getol menentang embargo minyak Iran masih berharap ada perundingan lanjutan agar pengucilan Iran dari pasar dan pergaulan internasional tidak makin parah.

"Kami masih mempunyai harapan besar  untuk melanjutkan perundingan dalam waktu singkat," ungkap Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

(Deb / Deb)

Jika Rilis Laporan Bohong, Iran akan Larang Inspektur IAEA

Rabu, 01 Pebruari 2012 09:22 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Anggota parlemen Iran, Mostafa Kavakebian, menyatakan inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) harus dilarang kembali memasuki Iran, jika mereka sekali lagi mempublikasikan laporan bohong tentang program nuklir damai Tehran.

Mostafa Kavakebian Selasa (31/1) menegaskan agar para pejabat keamanan Iran untuk tetap waspada selama misi inspektur IAEA agar jangan sampai mereka mengumpulkan dan membocorkan informasi rahasia soal fasilitas nuklir Republik Islam kepada pihak luar.

Kavakebian, anggota parlemen Iran dari Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, juga menekankan bahwa jika tim IAEA kembali menerbitkan "laporan bohong" mengenai program nuklir Iran, mereka akan ditolak memasuki Tehran.

Sebuah delegasi tingkat tinggi dari IAEA, yang dipimpin oleh Wakil Direktur Jenderal IAEA, Herman Nackaerts dan wakilnya Rafael Grossi, tiba di Tehran Ahad (29/1) atas undangan Organisasi Energi Atom Iran (AEOI).

Kunjungan ini bertujuan mengadakan pembicaraan dalam rangka meningkatkan kerjasama antara kedua belah pihak. Tim IAEA tidak memiliki rencana untuk memeriksa fasilitas nuklir Iran.

Menyinggung sejumlah perundingan antara IAEA dan pejabat nuklir Iran sebelumnya, Kavakebian menilai pertemuan itu "tidak efektif" jika tidak bilateral.
Redaktur: Heri Ruslan
Sumber: irib


Iran, AS, dan Krisis Hormuz
Sabtu, 28 Januari 2012 | 02:15 WIB

Broto Wardoyo
Perseteruan Iran dengan Amerika Serikat terus berlangsung. Bahkan, awal 2012, AS mengeluarkan sanksi ekonomi bagi semua pihak yang melakukan bisnis minyak dengan Iran.
AS tentu saja berharap sanksi ini dapat melemahkan perekonomian Iran dan menghentikan program pengembangan senjata nuklir mereka. Iran menjawab ancaman itu dengan mengancam balik: menutup Selat Hormuz yang merupakan salah satu jalur utama distribusi minyak dunia.
Ancaman ini tentu saja ditanggapi AS sebagai undangan perang. Menurut Lembaga Administrasi Informasi Energi AS, 20 persen minyak yang diperdagangkan pada 2011 didistribusikan lewat Selat Hormuz. Maka, meski konflik terbuka antara Iran dan AS masih mungkin terjadi, jalan menuju ke sana harus mempertimbangkan banyak hal.

Pertama, AS harus berpikir keras apakah perang mampu diselesaikan dengan cepat dan tak memaksa kehadiran pasukan AS secara berkelanjutan seperti yang terjadi di Afganistan dan Irak. Di tengah kondisi ekonomi yang buruk, pertimbangan ini harus diperhitungkan secara cermat.

Ada dua faktor yang akan membuat perang beban berat yang ditanggung AS. Pertama, Iran mengedepankan perang berkepanjangan (war of attrition) sebagai strategi utama pertahanan. Hal ini dilakukan dengan membangun jejaring kelompok bersenjata di beberapa negara Timteng aliansi utama AS. Pasukan Quds dari Garda Revolusi, misalnya, merupakan induk semang kelompok bersenjata Hizbullah yang dalam beberapa dekade terakhir merepotkan Israel.

Belakangan, Iran juga menjalin relasi intim dengan Hamas, kelompok perlawanan Palestina yang anti-Israel. Di Irak, Pasukan Quds juga melahirkan Badr Corps dan Jaish al-Mahdi, dua kelompok Syiah yang pro-Teheran. Selain war of attrition, Iran juga mengembangkan strategi penangkalan untuk mencegah serangan pendahuluan AS. Ketidakpastian yang melingkupi program pengembangan senjata nuklir Iran sejauh ini cukup mampu menangkal serangan militer AS. Untuk mempersulit kemungkinan serangan, Iran juga mendiversifikasi lokasi instalasi nuklir di beberapa tempat.

Untuk menghadapi Iran, AS harus memastikan dukungan penuh dari sekutu-sekutu utama di Timteng.  Dalam kebutuhan tersebut, sekutu-sekutu utama AS harus terlebih dahulu yakin bahwa kelompok-kelompok bersenjata pro-Teheran yang bermukim dan/atau memerangi mereka tak akan menimbulkan masalah keamanan yang lebih mendesak.

Untuk bisa meyakinkan bahwa perang tak akan melibatkan faktor nuklir, AS harus memiliki informasi intelijen yang detail mengenai program pengembangan senjata nuklir Iran. Sejauh ini silang sengketa yang muncul terkait isu ini lebih banyak diwarnai dengan prediksi yang longgar. Kegagalan intelijen seperti yang pernah terjadi di Irak akan dibayar dengan harga yang lebih mahal. Konflik antara Iran dan AS juga akan memicu krisis harga minyak global. Iran tidak hanya memiliki akses dominan dalam buka-tutup Selat Hormuz, tetapi juga salah satu produsen minyak utama dunia.

Lima besar
Estimasi CIA World Factbook, Iran produsen minyak terbesar kelima di dunia setelah Arab Saudi, Rusia, AS, dan China (perkiraan 2010). Selain itu, Iran peringkat keempat pemilik pasokan minyak dunia setelah Arab Saudi, Venezuela, dan Kanada.
Keberanian AS memberikan sanksi ekonomi terkait penjualan minyak Iran menunjukkan kesiapan AS menanggung risiko kenaikan harga minyak dunia. Kesediaan Arab Saudi untuk meningkatkan pasokan produksi akan sedikit mengurangi beban harga yang harus ditanggung.

Pertanyaan lebih krusial, apakah Iran sanggup menemukan solusi bagi hilangnya sumber pemasukan utama mereka.  Memang beberapa alternatif solusi telah diambil Iran, di antaranya mulai mencari alternatif pasar untuk mengganti pembeli lama yang khawatir terhadap sanksi AS. Harus pula dipikirkan reaksi negara-negara yang selama ini jadi konsumen utama minyak Iran atau pemilik kontrak jasa utama produksi minyak Iran, seperti China atau India. China mulai mengurangi impor minyak dari Iran untuk Januari.

Ketiga hal ini: rentang waktu untuk berperang, sensitivitas terhadap kenaikan harga minyak, dan dampak ke negara lain yang tak berdiri di salah satu kubu yang bersengketa tetapi akan menuai dampak akan menentukan apakah perang terbuka di Timteng pecah atau tidak.

Media dialog
Sebagian besar penstudi lebih melihat pertukaran ancaman antara Iran dan AS sebagai cara lain untuk berdialog. Cara ini muncul dan dominan karena ketiadaan saluran komunikasi langsung di antara keduanya. Komunikasi melalui pihak ketiga juga dipandang kurang efektif. Upaya mengurangi ketegangan dan menemukan titik tengah kepentingan kedua pihak harus diusahakan dengan lebih mengefektifkan jalur komunikasi yang ada.

Dialog langsung dapat dilakukan dengan mencari figur di kedua pihak yang dipandang pernah cukup intens berinteraksi. Tokoh dari komunitas intelijen atau militer bisa jadi figur jembatan alternatif. Upaya dialog dengan bantuan pihak ketiga bisa dilakukan melalui keterlibatan negara seperti China atau Indonesia. Upaya konstruktif untuk menjembatani perbedaan kepentingan antara Iran dan AS harus diupayakan untuk menyejukkan suasana di Timteng. Jangan sampai ketegangan demi ketegangan menjebak para pihak ke arah konflik. Apalagi, saat ini kondisi domestik di kedua negara bisa mempermulus jalan menuju konflik. Pemerintahan garis keras Mahmoud Ahmadinejad akan mendapatkan tambahan legitimasi dengan semakin menguatnya tensi. Demikian pula Pilpres AS bisa memanfaatkan isu ini untuk mendapat dukungan.
Broto Wardoyo Pengajar di Departemen Ilmu HI Universitas Indonesia

Jumat, 20 Januari 2012 08:42 WIB

Australia Desak China Stop Beli Minyak Iran

Johannes Sutanto de Britto
Menlu Australia Kevin Rudd
Menlu Australia Kevin Rudd

Importir minyak Iran harus memperhatikan upaya-upaya masyarakat internasional menekan Iran.

PARIS, Jaringnews.com - Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd mendesak China untuk berhenti membeli minyak dari Iran dan bergabung dengan Barat menempatkan tekanan pada negara  Islam yang mengembangkan program nuklir yang membahayakan dunia. Hal ini ditegaskannya saat ia berada di Paris, Kamis kemarin, 19/1.

Rudd menambahkan,  importir minyak Iran harus memperhatikan upaya-upaya masyarakat internasional menekan Iran. China, menurutnya, harus menunjukkan sikap serius tentang hal ini.

"Bagi negara-negara yang terus mengimpor, kami akan terus mendorong mereka agar menjadi sadar akan tindakan orang lain dalam komunitas internasional yang saat ini mencari dukungan untuk melakukan tekanan agar terjadi  perubahan di Iran, " tegas Rudd.

"Kami tidak hanya mendesak teman-teman kita di Beijing, tapi juga di tempat lain di Asia untuk menunjukkan sikap seriusnya," kata Rudd setelah setelah melakukan pembicaraan dengan Menlu Perancis Alain Juppe.

Sementara itu Juppe berharap, Uni Eropa akan setuju dengan sanksi baru terhadap Iran. Sanksi harus dikeraskan untuk membuat rezim Iran berubah.


Reaksi keras Australia dan Perancis ini muncul setelah Presiden China Wen Jiabao menyatakan akan tetap mempertahankan perdagangan minyak dengan Iran.

"China memiliki hubungan perdagangan normal dengan Iran, tetapi tidak akan melakukan tawar-menawar lagi terkait prinsip-prinsip dasar . Kami mendukung resolusi PBB terkait n isu nuklir Iran, "kata Wen kepada wartawan di Qatar.

"Minyak perdagangan China dengan Iran adalah kegiatan komersial yang normal," imbuhnya.
 

(Deb / Deb)

MEMBONGKAR FITNAH TERHADAP NU OLEH REZIM WAHABI

31/10/2011 09:31

Organisasi Tarekat NU Mesir Waspadai Bahaya Laten Wahabisme

Kairo, NU Online
Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Muktabarah An-Nahdliyah  (JATMN) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir mengikuti langkah para ulama’ al-Azhar dalam mengahadapi bahaya laten wahabisme.

Ahad (23/10) lalu, di Griya Jawa Tengah, Nasr City, Kairo, organisasi tarekat di bawah naungan NU Mesir ini membedah tesis bertajuk “al-Inhirafat al-Mansubah ila as-Sufiyah fi Mizan as-Syari’ah; Naqd wa Tahlil“  (Penyimpangan-penyimpangan yang Dituduhkan kepada Para Sufi dalam Perspektif Syari’at: Studi, Kritik dan Analisa) danlaunching buku “al-Rudud al-Mardhiyah ala Munkir Sadah as-Sufiyah

Awas! Kantong NU Direbut Kelompok Wahabi Radikal

Nahdlatul Ulama menghadapi tantangan berlipat saat ini dibandingkan tahun 1984. Salah satunya adalah tantangan dari kelompok Islam Wahabi radikal yang menyusup ke kantong-kantong NU.
Hal ini terungkap dalam pertemuan antara Ketua Pengurus Besar NU, KH Masdar Farid Mas’udi, dengan sejumlah petinggi NU cabang Jember, Kencong, dan Lumajang, di Pondok Pesantren Al Amin Ambulu dua tahun lalu .Masdar menganggap pertemuannya dengan sejumlah petinggi NU itu tidak ada yang istimewa. Diwawancarai beritajatim.com usai pertemuan, ia mengatakan, jika NU bertekad kembali ke khittah, maka sesungguhnya tekad itu harus berlipat ganda.
“Tahun 1984 tantangan NU hanya satu: tidak disukai penguasa. Kalau sekarang, tantangannya dari atas, samping kiri-kanan, dan dari bawah,” kata Masdar.
Dari atas, menurut Masdar, ada perebutan kekuasaan yang terus terjadi dari waktu ke waktu, yang menyeret NU untuk berpolitik praktis. Politik praktis sendiri, kata dia, “tend to corrupt (cenderung korup). Karena menjejaki politik praktis, NU kemasukan penyakit money politics. Kalau NU kemasukan penyakit money politics, lalu siapa yang diandalkan menjadi guru moral dan akhlak?.”
Dari samping, NU menghadapi tantangan dari kelompok fundamentalisme radikal. Kelompok ini menyusup ke kantong-kantong NU. “Banyak masjid NU dikuasai dan disusupi,” kata Masdar bernada prihatin.
Bagaimana mereka bisa masuk? Masdar mengatakan, kelompok radikal masuk melalui masjid. “Masjid itu kan kantong umat. NU mengambil jarak dan tak begitu care (peduli) dengan umat. NU harus sungguh-sungguh ngopeni (memelihara) umat,” katanya.
Sementara itu, NU justru menghadapi tantangan dari umatnya sendiri. Umat sudah tidak lagi memiliki kesetiaan yang tinggi terhadap para kiai. “Terakhir mengarahkan NU untuk mendukung Si A, ternyata umat mendukung Si B. Pimpinan NU ditinggal sendirian sama umatnya,” kata Masdar.
Masdar berpendapat, perlu ada upaya sungguh-sungguh untuk mengembalikan NU ke jati diri sebagai organisasi yang melayani umat. Itulah sesungguhnya makna sejati khittah 1926
Konspirasi AS dan Wahabi untuk Menghancurkan Islam
Sebagaimana dilaporkan beberapa ahli dari Rusia mereka telah membongkar kedok dibalik kerjasama Wahabi dan Amerika dalam dalam operasi-operasi teroris yang menggkambing hitamkan agama Islam
.
sebuah berita yang disebarkan oleh stasiun TV “Rusia Hari Ini” dengan mengisyaratkan Al Qaidah sebagai tangan kanan Amerika dalam melancarkan strateginya di kawasan negara-negara Islam, dia mengingatkan bahwa berdasarkan hasil penelitian seorang peneliti
senior kelompok teroris AlQaidah dengan baju wahabinya adalah kaki tangan Amerika di wilayah-wilayah negara Islam

.
Kelompok AlQaidah menjalankan tindak terorisme dengan memanfaatkan sumber daya sebagian Negara-negara Arab. Dia menekankan, ” Usamah Bin Laden pimpinan kelompok ini sudah sejak lama melakukan hubungan luas dengan Wasington, dia juga memainkan peran penting dalam dunia politik Negara itu serta menjadi pembantu Negara Amerika dalam mencapai keinginannya.”
Dijelaskan juga bahwa Al Qaidah lebih banyak beroperasi di Negara-negara Islam,” Sebagian anggota AlQaidah membawa misi-misi permusuhannya dari Irak dan Afganistan ke Yaman dimana ini merupakan kawasan Negara-negara Islam, operasi ini membutuhkan bujet yang sangat banyak, tanpa ada bantuan finansial Negara besar seperti Amerika tidak akan pernah bisa mereka lakukan.”
.
Pada wawancara itu ada pertanyaan, kenapa tindakan-tindakan teroris dari AlQaidah tidak menyerang daerah rezim Israel? Dimana kelompok kecil ini melakukan tindakan terorisme tidak lain untuk menjaga Negara Islam dan berdiri tegak menghadapi kekafiran.  Dan mengatakan bahwa organisasi teroris ini didirikan atas nama agam islam
.
Pada ahir wawancara ini diisyaratkan tidak adanya niat Negara Amerika untuk mewujudkan perdamaian di kawsan sekitar dan sekali lagi ditekankan tentang kerjasama AlQaidah dengan Amerika

.
Paham Wahhabi adalah ajaran resmi di Kerajaan Arab Saudi, yang mana wilayah kerajaan ini merupakan hak milik klan Al-Saud.
Dari skandal kesepakatan Al-Yamamah, bisa dikatakan bahwa negeri ini tidak bisa disebut sebagai negara karena tidak adanya rekening dan tidak adanya anggaran belanja negara.
Yang ada adalah rekening-rekening pribadi keluarga kerajaan yang melayani kebutuhan-kebutuhan Kerajaan. Jadi, wilayah Arabia yang ini adalah suatu wilayah pribadi atau wilayah Arabia milik keluarga Saud sesuai namanya Arab Saudi.
Bukan bidang saya membahas akidah, tafwidh, tafkir atau lainnya yang Wahhabi yang membuat mereka dicap fundamentalis.
Tetapi, gambaran tindakannya mencerminkan ajarannya. Salah satunya adalah klaim mereka sebagai penjaga dua tempat suci yang sebenarnya mereka adalah pemusnah dua tempat suci kaum muslimin. Wahhabi baru 80 tahun menguasai Mekah tapi telah banyak merusak Kota Suci ini.
Kaum Wahhabi telah dan sedang memusnahkan tapak-tapak warisan sejarah Islam di Mekah untuk mencegah perbuatan jemaah haji yang suka menziarahi tapak-tapak ini, konon menurut Wahhabi perbuatan ziarah ini adalah bid’ah.
Wahhabi telah meratakan rumah Siti Khadijah dan rumah Rasulullah SAW, dan dibangun perpustakaan dan lapangan parkir di atas tapakannya.
Rumah Siti Khadijah, isteri pertama Rasulullah, telah dimusnahkan dan digantikan dengan lapangan tandas.
Rumah Sayidina Abu Bakar, sahabat Rasulullah dan ayahanda Siti Aisyah yang merupakan orang pertama yang menyusun ayat-ayat Al-Quran, telah dimusnahkan dan diganti oleh bangunan Hotel Hilton.
Wahhabi telah memusnahkan masjid yang dibangun oleh cucunya Rasulullah SAW untuk menghalangi jemaah menziarahi masjid ini.
Masjid Imam Al Uraidh dibangun 1200 tahun yang lalu, terletak di atas sebuah tapak di mana Al-Uraidh, cucu Nabi Muhammad SAW, pernah tinggal. Sekarang tinggal reruntuhannya.
Pada tahun 1998, kubur Siti Aminah binti Wahab, ibunda Nabi Muhammad SAW, diratakan bulldozer dan dibakar dengan bahan bakar minyak. Irfan Ahmed al-Alawi, yang mengurusi Yayasan Warisan Islam, berkata bahwa beribu orang di kalangan umat merayu agar tidak dimusnahkan, pihak berkuasa Saudi meneruskan pemusnahan itu.
Dan, masih banyak lagi perbuatan kaum Wahhabi yang bukan saja menghilangkan tapak-tapak sejarah Islam, tetapi merusak lingkungan di sekitar Ka’bah. Orang-orang Islam marah karena pemusnahan ini menghapuskan warisan Islam yang tak ternilai untuk dilihat dan dikenang oleh generasi umat Islam yang akan datang.
Orang-orang bukan Islam marah karena tapak-tapak ini merupakan warisan arkeologi bersejarah yang tidak ternilai dan perlu dipelihara sebagai warisan dunia.
Beginilah sekedar gambaran bila kaum Wahhabi diberi toleransi untuk menjalankan pahamnya, dan bila setelah berkuasa ia tidak memberi toleransi kepada yang lain.
Bahkan terhadap mantanpresiden AS George W. Bush, Raja Abdullah banyak memberikan bantuan secara finansial dan juga keleluasaan dalam menentukan kebijakan militer AS dan Barat di Arab Saudi yang juga berimbas pada kawasan Timur Tengah.
Tidak jauh dengan rajanya, tentara Arab Saudi pun mau tak mau menjadi akrab dengan tentara AS. Ibaratnya, guru kencing berdiri, ya murid pun kencing berlari. Mereka sering mengadakan acara bersama. Mulai latihan perang bersama, sampai acara santai. Berikut foto-foto yang menunjukan betapa “mesranya” hubungan antara tentara AS dan Arab Saudi.
Seorang komandan tentara Saudi menyambut kedatangan para tentara AS.
Para pembesar militer AS tengah menyusun rencana, sementara tentara-tentara Saudi Arabia merubunginya.
“Nih lihat, iPhone terbaru. Di sini  udah ada belum?” Mungkin begitu kata si tentara AS pamer gadget terbarunya.
Dua komandan berbeda negara, berbeda ideologi saling menjabat tangan dalam acara sarasehan.
“Ha ha ha…. situ bisa aja. Bercandanya jangan kelewatan dong!
Seorang perwira AS tengah memberikan briefing pada tentara Saudi.
Dan kini, tentara AS pun bebas jalan-jalan atau sekadar olah raga di kota-kota Saudi. Dipandu tentara Saudi lagi
.
Setiap negara di dunia ini, untuk mempertahankan wilayahnya telah menyusun doktrin strategi pertahanan yang dituangkan dalam REGIONAL SECURITY ARRANGEMENT. Jika selama ini wahabi mengklaim dirinya sebagai PEMBELA SUNNAH ASLI DAN KEMURNIAN ISLAM, kita akan menguji sejauh mana implementasinya dalam dunia nyata (baca amalnya)
.
Benarkah mereka telah konsisten dengan ajaran Islam yang menitik beratkan pada TAWAKAL ILALLAH?
Sebagai pembandingnya akan kita komparasikan dengan rival beratnya – dari mahzab Syi’ah - Republik Islam Iran.
DOKTRIN TAWAKAL ILALLAH-NYA IRAN
Saat Ahamadinejad berkunjung ke Indonesia dan mampir ke UI dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mendapatkan pertanyaan yang mirip di kedua tempat itu dari mahasiswa.
Kekuatan apa yang Iran miliki sehingga mempunyai keberanian terhadap negara adidaya semacam Amerika dan sekutunya?
Ahmadinjad menjawab singkat: ”KITA UMAT ISLAM MEMILIKI ALLAH, DAN KITA BERTAWAKAL KEPADA-NYA”.
Apa yang dikemukakan Presiden Iran tersebut sebagai implementasi doktrin pertahanan militernya sebagaimana diungkapkan Imam Khomaini kepada tentaranya:
”REPUBLIK ISLAM IRAN INI AKAN HANCUR JIKA KALIAN MENINGGALKAN ALLAH DAN AJARAN RASULULLAH DAN AHLUL BA’ITNYA “.
Majalah militer baik dalam dan luar negeri banyak melaporkan, kegagalan misi operasi negara adidaya ini untuk menghancurkan Republik Islam Iran ini, berikut rangkuman dari berbagai laporan media dalam dan luar negeri: OPERATION EAGLE CLAW
Mungkin anda belum mendengar ”OPERATION EAGLE CLAW“, sekedar informasi, operasi ini bersifat terbatas dan taktis, yakni menerjunkan pasukan khusus berkualifikasi komando ke Iran untuk menguasai kedutaan Besar AS di Iran dan memiliki tujuan politis bahwa PENGAWAL REVOLUSI ISLAM keropos, dan memompa semangat pasukan antirevolusi Islam untuk menghancurkan Republik Islam tersebut.
Namun berkat pertolongan ALLAH dan upaya keras Tentara Islam Iran, operasi ini gagal, peralatan tempur canggih dan satuan elite terbaik di dunia seperti D’Boys Delta Force dan beberapa gelintir Navy Seals ternyata tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Mereka dibuat kalangkabut bahkan jatuh korban besar dipihak AS.
Pentagon sampai hari ini masih membahas kegagalan tersebut dengan membentuk biro khusus.
OCTOBER SURPRISE Kejutan bulan Oktober ini dinamakan oleh Senat AS atas keberhasilan Iranmenggulung agen CIA-AS, KGB- Soviet; Mozzad-Israel beserta informannya, bukan hanya berhasil menangkap mereka. Iran bahkan berhasil mempecundangi AS dengan keberhasilannya memperoleh ratusan TOW dan Stinger dan menyita milyaran dolar dana dari infiltran yang disusupkan ke Irantersebut.
Imam Khomaini mengatakan keberhasilan ini adalah berkat pertolongan Allah Yang Maha Perkasa, dan ikhtiar intelejen Iran yang tak kenal lelah.
OPERASI MENGHAMBIL HIKMAH YANG DICURI UMAT LAIN Saat Republik Islam Iran berdiri, baik Soviet dan AS beserta sekutunya langsung mengembargo Iran, bahkan dalam konflik Irak – Iran, Irak mendapatkan sokongan dari dua kekuatan besar dunia tersebut. Ulama Ahlul Ba’it sudah menyadari hal tersebut sejak sebelum revolusi, melalui komisi Tingkat Pengembangan Akselerasi Teknologi dikirimkanlah Pemuda-Pemuda Ahlul Ba’it Iran keseluruh dunia untuk mengambil hikmah yang dicuri orang lain.
Seperti diberitakan oleh para Pengamat Militer diberbagai media, serbuan Israel ke Lebanon Selatan (Hizbullah) sebagai prototipe serbuan AS dan sekutunya ke Iran, sekaligus menjajal teknologi militer Iran. Israel dan sekutunya dibuat terkejut, senjata yang dipakai Hizbullah hasil sokongan Iran memiliki teknologi yang sudah baik. Early Warning Radar Israel gagal berfungsi memberi peringatan akibatnyaIsrael dihujani roket.
Sebetulnya Israel memiliki radar yang mampu menetapkan trajectory dari roket yang dilepas Hizbullah, bahkan Israel memiliki rudal penangkis yang akan bekerja di tiga titik pertemuan – initial phase, calibration phase dan mid corse phase – sebelum roket Hizbullah mencapai terminal phase dan meledak. Namun lagi-lagi semuanya dibuat mandul. Mengapa bisa begitu, karena Umat Islam Iranmenyadari untuk komitmen memegang perintah Rasululah Saw dan Ahlul Ba’itnya serta ikhtiar mengambil hikmah yang dicuri kaum kufar. 
Ahmadinejad saat kunjungan ke Indonesia dan bertemu Presiden dan Menteri Teknologi, menyampaikan amanat Rahbar Sayyid Ali Khamene’i untuk mengundang Pemuda Indonesiamempelajari Teknologi yang sebagian kecil bisa diambil.
DOKTRIN ILLA AMERIKI – ISRAELINYA WAHABI SALAFI  Pernahkan anda membaca PERJANJIAN PERTAHANAN AS seperti: North Atlantic Treaty, Anzus Treaty, pada perjanjian tersebut dituliskan bahwa AS BERKEWAJIBAN MEMPERTAHANKAN DAN MELINDUNGI ARAB SAUDI DARI SETIAP ANCAMAN BAIK YANG DATANG DARI DALAM DAN LUAR NEGARA ARAB SAUDI(dalam perjanjian tersebut juga disebut kewajIban yang sama untuk negara ditimur tengah).
Implementasi dari kesepakatan untuk melindungi ARAB SAUDI tersebut adalah AMERIKA MENGIRIMKAN 439 PENASEHAT MILITER, DITAMBAH 10.369 AL DAN MARINIR DARI ARMADANYA KE ARAB SAUDI.
MASIH DIRASA BANYAKNYA ANCAMAN, ARAB SAUDI PERLU MEMOHON PERTOLONGAN LAGI KEPADA ORANG-ORANG KAFIR TERSEBUT, LALU DITANDATANGANILAH KONTRAK PERTAHANAN DALAM KONTRAK AL YAMANAH – 1 DAN KONTRAK AL YAMANAH – 2.
Implementasi atas kerjasama tersebut mengalirlah peralatan tempur ke Negara Wahabi tersebut, diantaranya:
1. AMERIKA SERIKAT mengirimkan: 5 unit Pesawat Peringatan Dini jenis E-3A AWACS, 6 Unit Pesawat Tanker Tempur jenis Boeing, yang akan mendukung F-15 Eagle yang sudah dikirim AS sebelumnya.
2. PERANCIS, INGGRIS DAN JERMAN mengirimkan: 4 unit kapal Freegat kelas 2000 ton dilengkapi rudal Excocet dan Crotal, 2 unit Kapal Tanker tempur Kelas Boraida Bobot 4000 ton, dan 24 unit Helikopter dilengkapi Rudal AS-15TT.
3. PERANCIS menambah arsenal untuk melindungi negara wahabi salafi tersebut dengan mengirim: Ratusan Kendaraan Lapis Baja jenis AMX – 10P, VCC-1 yang dilengkapi TOW sebanyak 2500 unit, 12 Heli AS 322 Super Puma yang dilengkapi Excocet dan Pesawat Tempur Mirage 2000 dan Mirage 4000.
4. INGGRIS tak kalah dalam memberi perlindungan bagi Negara yang sudah dibebaskan dari bid’ah dan khurofat oleh Abdul Wahab ini: 48 unit TORNADO versi IDS (Penyusup dan Penggempur) 60 Hawk 200 berkursi satu dan versi militer pesawat penumpang jenis BAe 146 dan Jet VIP 125 yang akan digunakan untuk menyelamatkan ulama-ulama Salafi dan Petinggi kerajaan jika Saudi terjadi pergolakan.
Mey Kartyono seorang wartawan militer mengatakan bahwa Arab Saudi (Pusat dan Pelindung ajaran Wahabi) SELAIN MENGANDALKAN ARSENAL DAN KEKUATAN MILITER, SAUDI JUGA SANGAT MENGGANTUNGKAN PEMBINAAN HANKAMNYA PADA AMERIKA. BAHKAN SAUDI MEMBERIKAN KEPERCAYAAN PENUH DALAM MENYUSUN SISTEM PERTAHANAN ELEKTRONIK SEPANJANG 1126,3 KM KEPADA AS.
Tidak tahukah ULAMA-ULAMA SALAFI-WAHABI dalam masalah pertahanan negerinya? Tentu sangat tahu, tapi mengapa diam saja?
Tidakkah para pejabat militer Arab Saudi mengetahui design adequacy terhadap sistem pertahanannya yang bila macam-macam kepada si perancangnya justru senjata dan sistem perang itu akan menjadi senjata makan tuan? Tentu Tahu,
Apakah ulama yang diagung-agungkan pengikut salafi wahabi itu tahu persoalan tersebut? Bisa tahu bisa tidak. Tapi jika tahu kenapa justru membiarkan saja dan tidak mengeluarkan fatwa apapun, bahkan membiarkan saja perjanjian persaudaraan dengan negara kafir itu diimplementasikan?
Mengapa ULAMA-ULAMA SALAFI DISAUDI JUGA TIDAK MEMERINTAHKAN MEMODIFIKASI DESIGN ADEQUACY SISTEM PERTAHANAN NEGARANYA, dengan cara MEMERINTAHKAN PENGIKUT SALAFI MEMPELAJARI HIKMAH TEKNOLOGI?
TAHUKAH ULAMA SALAFI HUKUMNYA JIKA MENYANDARKAN PERTOLONGANNYA PADA KAUM KUFFAR?
TAHUKAH KECAMAN AL-QUR’AN JIKA MEREKA MENYANDARKAN PERTOLONGANNYA SELAIN PADA ALLAH? TENTU TAHU
TAHUKAH BAHWA BIAYA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENJAMIN KEHIDUPAN ATASE DAN PENASEHAT MILITER SAUDI ITU MENGALIR KE AMERIKA DAN MASUK KE KANTONG YAHUDI ? OO…SANGAT TAHU!!!
TAPI MENGAPA BERBUAT BEGITU??!! Beberapa Majalah militer menyebut bahwa kekuatan Saudi dengan persenjataan tersebut, menempatkanya sebagai negara yang kuat di Timur Tengah.
TAPI MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN KEKUATANNYA UNTUK MEMBEBASKAN PALESTINA? ATAU MEMBANTU LEBANON? BAHKAN MENYEBUT HIZBULLAH PARTAI SETAN?
YA KITA HARUS MAKLUM BAHWA ULAMA DAN NEGARA SALAFI/WAHABI ADALAH DOMINI CANNES (ANJING PENJAGA) BAGI KEPENTINGAN ISRAEL DAN AS DITIMUR TENGAH. MANA MUNGKIN BERANI MENYALAK PADA TUANNYA,
MAKA WAJAR JIKA SALAFI MENGGONGGONG DENGAN FATWA HARAM MENDUKUNG HIZBULLOH, KARENA SESUNGGUHNYA AQIDAH SALAFI DIBANGUN ATAS DASAR TAWAKAL ILA AMERIKI, INGGRISI, PRANCISI, JERMANI DAN YANG LAINNYA
JADI SIAPA SEBENARNYA YANG PENGIKUT ABDULAH BIN SABA’ ITU SALAFI ATAU SYI’AH ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar